Anda di halaman 1dari 7

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/277215510

Peningkatan Produksi Azadirahtin dalam Kultur Suspensi Sel Azadirachta


indica A.Juss melalui Penambahan Skualen

Article  in  Jurnal Matematika dan Sains · December 2009

CITATIONS READS

2 1,710

3 authors, including:

Zulfa Zakiah Erly Marwani


Tanjungpura University Bandung Institute of Technology
7 PUBLICATIONS   24 CITATIONS    9 PUBLICATIONS   29 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Zulfa Zakiah on 05 March 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Matematika dan Sains
Vol. 8 No. 4, Desember 2003, hal 141 – 146

Peningkatan Produksi Azadirahtin dalam Kultur Suspensi Sel Azadirachta indica A.Juss
melalui Penambahan Skualen

Zulfa Zakiah1) , Erly Marwani2), dan Arbayah H. Siregar2)


1)
Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Tanjungpura -Pontianak
2)
Departemen Biologi, FMIPA ITB-Bandung

Diterima Agustus 2003, disetujui untuk dipublikasikan Oktober 2003

Abstrak
Salah satu cara untuk meningkatkan kandungan metabolit sekunder dalam kultur jaringan adalah dengan
penambahan prazat. Oleh karena itu telah dilakukan penelitian mengenai peningkatan produksi azadirahtin dalam
kultur suspensi sel Azadirachta indica A.Juss melalui penambahan skualen sebagai prazat. Kalus diinduksi pada
medium padat MS (Murashige & Skoog, 1962) dengan penambahan zat pengatur tumbuh berupa 0,5µM asam 2,4-
diklorofenoksi asetat (2,4-D) dan 1,0µM benzilamino purin (BAP). Kalus selanjutnya disubkultur ke dalam medium
cair MS dengan penambahan 0,1µM 2,4-D dan 1,0µM BAP. Kultur suspensi sel disubkultur sebanyak tiga kali,
selanjutnya dilakukan penambahan skualen dengan konsentrasi masing-masing 10; 100; 1000µM. Kandungan
azadirahtin diukur pada 0; 2; 4; 6; 8; 10 dan 12 hari setelah penambahan dengan metode Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi (KCKT) menggunakan fase gerak metanol:air (6:4). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
kandungan azadirahtin tertinggi di dalam kultur suspensi sel sebelum penambahan skualen diperoleh pada kultur
yang berumur 8 hari, yaitu sebesar 0,041g/g berat kering (BK). Peningkatan kandungan azadirahtin di dalam sel
dan medium dipengaruhi secara nyata oleh konsentrasi skualen dan umur kultur. Kandungan azadirahtin tertinggi
setelah penambahan skualen di dalam sel (0,076 ± 0,006 g/g BK) dan medium (0,229 ± 0,003 mg/L) diperoleh pada
penambahan 100µM skualen pada umur kultur 10 dan 12 hari.

Kata kunci : azadirahtin, kultur suspensi sel, skualen

Abstract
One of the methods to enhance the secondary metabolite content in plant tissue culture is precursor feeding. The
study on azadirachtin enhancement in cell suspension culture of Azadirachta indica A.Juss was conducted by
supplying squalene as precursor. Callus were induced on Murashige-Skoog solid medium with addition of 0,5µM
2,4-dichlorophenoxy acetic acid (2,4-D) and 1,0µM 6-benzylaminopurine (BAP). Callus were subcultured to
Murashige-Skoog liquid medium with addition of 0,1µM 2,4-D and 1,0µM BAP. The cell suspension cultures were
subcultured three times, and then treated each with 10, 100, and 1000µM of squalene. Azadirachtin content was
measured at 0, 2, 4, 6, 8, 10 and 12 days after feeding using HPLC (High Pressure Liquid Chromatography) with
methanol:water (6:4) as mobile phase. The results showed that the highest azadirachtin content in cell suspension
culture before supplying squalene was 0,041 g/g cell dry-weight (dw) at the age of 8 days culture. The increment of
azadirachtin content in cell and medium was significantly influenced by squalene concentration and age of culture.
The highest azadirachtin content after feeding in the cell mass (0,076 ± 0,006 g/g dw) and in the medium (0,229 ±
0,003 mg/L)was achieved on supplying 100µM squalene to 10 and 12 days culture.

Keywords : azadirachtin, cell suspension culture, squalene

1. Pendahuluan Setiap gram biji nimba mengandung 3,6 mg


azadirahtin2), namun keberadaan nimba di Indonesia
Nimba (Azadirachta indica A.Juss) adalah
relatif sedikit karena daerah penyebarannya terbatas
salah satu jenis tanaman yang menghasilkan berbagai
di Jawa dan Bali. Disamping itu, nimba juga
zat aktif, salah satu bahan aktif tersebut adalah
digunakan sebagai sumber obat-obatan dan bahan
azadirahtin, suatu senyawa triterpenoid yang berguna
bangunan. Eksploitasi terhadap tanaman ini
sebagai sumber terbaik untuk biopestisida1).
menyebabkan penurunan populasinya di alam yang
Azadirahtin dapat digunakan sebagai biopestisida
secara langsung mengakibatkan berkurangnya
karena bersifat “antifeedant” (penolak makan pada
sumber biopestisida, khususnya azadirahtin3,4).
serangga) dan mengganggu pertumbuhan serta
Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan metode
reproduksi serangga.
alternatif, yaitu dengan menggunakan kultur jaringan.
Sampai saat ini, produksi biopestisida dari
Salah satu tipe kultur yang dapat digunakan
tanaman nimba dilakukan dengan cara mengisolasi
untuk menghasilkan metabolit sekunder pada
langsung dari tanaman utuh, terutama dari biji.
tanaman adalah kultur sel. Meskipun pada beberapa
141
142 JMS Vol. 8 No. 4, Desember 2003

hasil penelitian menunjukkan bahwa kultur sel digunakan untuk pembuatan kurva pertumbuhan sel,
tanaman dapat menghasilkan metabolit sekunder kurva kandungan azadirahtin dan perlakuan prazat.
dengan jumlah yang sama bahkan lebih tinggi dari
2.2.1 Kurva pertumbuhan sel
tanaman induknya, tetapi kandungan metabolit
sekunder yang dihasilkan dalam kultur sel umumnya Kurva pertumbuhan dibuat untuk melihat
lebih rendah daripada tanaman asalnya. Oleh sebab pengaruh waktu (umur kultur) terhadap berat kering.
itu perlu dilakukan usaha peningkatan kandungan Berat kering diperoleh setelah sel dikeringkan dengan
metabolit sekunder di dalam kultur in vitro3,5). “freeze dryer” hingga mencapai berat konstan.
Salah satu metode pendekatan yang dapat Sampling untuk pengukuran berat kering dilakukan
digunakan untuk meningkatkan produksi metabolit setiap dua hari sampai pertumbuhan mengalami
sekunder dalam kultur in vitro adalah dengan penurunan.
penambahan prazat6). Penambahan prazat ke dalam
medium kultur dapat merangsang aktivitas enzim 2.2.2 Kurva kandungan azadirahtin
tertentu yang terlibat dalam jalur biosintesis, Kurva kandungan azadirahtin ditentukan dari
sehingga dapat meningkatkan produksi metabolit hasil pengukuran kandungan azadirahtin di dalam
sekunder7). massa sel dan medium dengan menggunakan
Prazat yang dapat digunakan untuk Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).
meningkatkan kandungan senyawa triterpen secara in Pengukuran dilakukan setiap dua hari sekali hingga
vitro adalah skualen, yang merupakan senyawa umur kultur 20 hari. Pengukuran ini bertujuan untuk
triterpen linear tak jenuh dan prazat untuk semua mengetahui kandungan azadirahtin pada setiap fase
triterpen8). Penambahan skualen sebagai prazat ke pertumbuhan suspensi sel, sehingga waktu
dalam kultur sel A. indica diharapkan dapat penambahan prazat dapat ditentukan.
meningkatkan kandungan azadirahtin secara in vitro.
Penelitian mengenai kandungan azadirahtin 2.2.3 Penambahan prazat
dalam kultur in vitro telah dilakukan oleh Veeresham Prazat yang digunakan adalah skualen dengan
et al.(1998). Kandungan azadirahtin terdeteksi pada konsentrasi 10, 100 dan 1000µM. Penambahan
kalus yang diinduksi dari eksplan daun (2,68% BK) skualen ke dalam suspensi sel dilakukan pada saat
pada umur kultur 20 minggu dan eksplan bunga kandungan azadirahtin sedang meningkat.
(2,48% BK) pada minggu ke 129). Namun, informasi Pemanenan dilakukan setiap dua hari sampai kultur
mengenai kandungan azadirahtin di dalam kultur berumur 12 hari dari waktu penambahan skualen.
suspensi sel A. indica sampai saat ini belum
diperoleh. 2.3 Analisis kandungan azadirahtin
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk 2.3.1 Ekstraksi sel dan medium
mengetahui umur kultur yang optimum untuk
memperoleh produksi azadirahtin tertinggi dalam Ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi.
kultur suspensi sel A. indica dan pengaruh Bahan kering (sel) yang telah digerus ditimbang
penambahan skualen terhadap produksi azadirahtin di sebanyak 0,1g, lalu diekstrak dengan 10 mL metanol
dalam kultur suspensi sel A. indica. teknis dalam labu Erlenmeyer yang diagitasi dengan
alat pengocok pada kecepatan 120 rpm selama 48
2. Bahan dan Metode jam. Selanjutnya ekstrak disaring dengan kertas
2.1 Kultur kalus saring Whatman no.1. Residu dibilas dua kali dengan
5 mL metanol teknis, filtratnya kemudian diuapkan
Kalus diinduksi dari potongan eksplan daun dengan “vaccum rotary evaporator” sampai semua
majemuk kedua dan ketiga tanaman A. indica yang pelarut menguap. Ekstrak kasar yang terbentuk
diperoleh dari Balai Penelitian Tanaman Obat dikeringkan dengan desikator, lalu ditimbang,
(Balitro) Bogor. Eksplan ditanam pada medium padat kemudian dilarutkan dengan 2 mL metanol KCKT.
MS10) yang ditambah zat pengatur tumbuh (ZPT) Medium sebanyak 10 mL dikeringkan dengan
dengan komposisi 0,5; 5,0; 7,5µM asam 2,4- “freeze dryer” untuk menghilangkan kandungan
diklorofenoksi asetat (2,4-D) yang dikombinasikan airnya, diekstrak dengan 10 mL metanol teknis, dan
dengan 0,1; 1,0; 5,0µM benzilaminopurin (BAP). dilanjutkan dengan penyaringan menggunakan kertas
saring Whatman no.1, residunya dibilas dua kali
2.2. Kultur suspensi sel
dengan 5 mL metanol teknis. Selanjutnya filtrat
Kalus meremah terbaik yang diperoleh dari diuapkan dengan ”vaccum rotary evaporator” sampai
kultur kalus diinokulasikan ke dalam medium cair semua pelarut menguap. Ekstrak kasar yang
MS yang ditambah ZPT berupa 0,1; 0,5; 1,0µM 2,4- terbentuk dikeringkan dengan desikator, lalu
D yang dikombinasikan dengan 0,1; 0,5; 1,0µM ditimbang dan dilarutkan dengan 2 mL metanol
BAP, dan sebagai kontrol digunakan medium tanpa KCKT.
penambahan ZPT. Kombinasi konsentrasi 2,4-D dan
BAP yang menghasilkan pertumbuhan terbaik, yaitu
kultur dengan berat massa sel tertinggi akan
JMS Vol. 8 No. 4, Desember 2003 143

3.2 Hasil kultur suspensi sel


2.3.2 Analisis kualitatif dan kuantitatif
Pertumbuhan kultur suspensi terbaik dengan
Analisis kualitatif dan kuantitatif azadirahtin
berat kering sel tertinggi diperoleh pada medium
dilakukan dengan menggunakan KCKT merk
dengan penambahan 0,1 µM 2,4-D + 1,0 µM yaitu
Shimadzu dengan jenis kolom Shim-pack CLC-ODS
0,259 ± 0,087g (Gambar 1). Pertumbuhan sel yang
(C18, Ø 6,0 mm x 0,15 mm). Elusi dilakukan dengan
stabil dapat membentuk populasi sel dengan aktivitas
menggunakan metanol:air (6:4) secara isokratik
fisiologi yang homogen, yaitu dalam mensintesis
dengan kecepatan aliran 1 mL/menit dan diamati
metabolit sekunder dan dalam pembentukan vakuola
pada UV λ 214 nm2,8).
sebagai tempat penyimpanan metabolit sekunder7).
Analisis kualitatif dilakukan dengan
Kombinasi perlakuan ini akan digunakan untuk
membandingkan waktu retensi puncak (“peak”) pada
pembuatan kurva pertumbuhan sel, kurva kandungan
sampel dengan azadirahtin standar (SIGMA).
azadirahtin dan untuk perlakuan skualen.
Analisis kuantitatif dilakukan dengan cara
mengkonversi luas area sampel dengan luas area
standar. Kurva standar diperoleh dari data luas area
0,3
berbagai konsentrasi larutan azadirahtin standar, 0,25

berat kering sel


kemudian dibuat hubungan luas area dengan 0,2

(g/25 mL)
kandungan azadirahtin. 0,15
0,1
2.4 Rancangan percobaan dan uji statistik 0,05
0
Rancangan percobaan yang digunakan adalah
A B C D E F G H I J
Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor
perlakuan yaitu konsentrasi skualen (10, 100 dan kombinasi zat pengatur tumbuh
1000 ppm) dan umur kultur (0, 2, 4, 6, 8, 10 dan 12
hari setelah penambahan), dengan ulangan sebanyak
Gambar 1. Diagram batang berat kering sel kultur
tiga kali. Perbedaan kandungan azadirahtin di dalam
suspensi sel A. indica dalam medium cair MS +
sel dan medium sebelum dan sesudah penambahan,
2,4-D dan BAP
dilakukan dengan analisis varians (ANAVA) dengan
taraf kepercayaan 95%. Jika terlihat adanya
Keterangan :
perbedaan yang nyata maka dilakukan uji lanjut
A (kontrol)
dengan Duncan Multiple Range Test (DNMRT) pada
taraf kepercayaan 95%. B (0,1 µM 2,4-D + 0,1 µM BAP)
C (0,1 µM 2,4-D + 0,5 µM BAP)
3. Hasil dan pembahasan D (0,1 µM 2,4-D + 1,0 µM BAP)
3.1 Hasil kultur kalus E (0,5 µM 2,4-D + 0,1 µM BAP)
F (0,5 µM 2,4-D + 0,5 µM BAP)
Potongan daun A. indica yang ditanam di G (0,5 µM 2,4-D + 1,0 µM BAP)
dalam medium mulai memperlihatkan respons H (1,0 µM 2,4-D + 0,1 µM BAP)
pertumbuhan pada hari kedua, yang ditandai dengan
I (1,0 µM 2,4-D + 0,5 µM BAP)
pemanjangan eksplan. Kalus mulai muncul rata-rata
J (1,0 µM 2,4-D + 1,0 µM BAP)
pada hari ke sepuluh. Pembentukan kalus dimulai
dari pinggiran eksplan yang terluka dan selanjutnya 3.3 Pertumbuhan sel dan kandungan azadirahtin
akan menutupi permukaan eksplan. Pada sel yang
rusak akibat perlukaan terjadi otolisis, dan dari sel Berat kering sel tertinggi dicapai pada
yang rusak tersebut dihasilkan senyawa-senyawa pertumbuhan hari ke-16 yaitu 0,370 g (Gambar 2)
yang merangsang pembelahan sel di lapisan yang menunjukkan bahwa kultur telah mencapai
berikutnya sehingga terbentuk kalus11). pertumbuhan maksimum. Setelah hari ke-16
Tekstur kalus yang dihasilkan berupa kalus pertumbuhan sel mengalami penurunan. Penurunan
kompak dan kalus meremah. Perlakuan yang pertumbuhan sel dapat disebabkan ketersediaan
menghasilkan kalus yang paling meremah adalah nutrien di dalam medium mulai berkurang sehingga
tidak mencukupi lagi untuk pertumbuhan sel
pada medium dengan penambahan 0,5 µM 2,4-D +
selanjutnya. Selain itu menurunnya pertumbuhan sel
1,0 µM BAP. Tekstur pada kalus dapat bervariasi
dapat disebabkan oleh akumulasi metabolit yang
dari kompak hingga meremah, tergantung pada jenis
bersifat racun bagi sel dan terjadinya lisis atau
tanaman yang digunakan, komposisi nutrien medium,
kematian sel14).
zat pengatur tumbuh dan kondisi lingkungan
kultur12). Pertumbuhan in vitro sangat ditentukan oleh
interaksi dan keseimbangan antara zat pengatur
tumbuh yang ditambahkan ke dalam medium dan zat
pengatur tumbuh endogen yang dihasilkan oleh sel
yang dikultur13).
144 JMS Vol. 8 No. 4, Desember 2003

tinggi disebabkan oleh sekresi yang dilakukan oleh


sel. Hal ini terjadi karena azadirahtin yang tergolong
berat kering sel (g/25mL)

0,4
ke dalam senyawa terpenoid memiliki mekanisme
0,3 sekresi alami secara pasif melalui proses difusi/”pure
difusion”16). Selain itu, akumulasi azadirahtin di
0,2
dalam sel akan menghambat sintesisnya melalui
0,1 mekanisme regulasi yaitu penghambatan oleh produk
(“product inhibition”), sehingga azadirahtin yang ada
0 di dalam sel harus disekresikan ke dalam medium17).
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Setelah umur kultur 10 hari, kandungan azadirahtin
umur kultur (hari) di dalam medium mengalami penurunan. Penurunan
dapat terjadi diduga karena azadirahtin terdegradasi
Gambar 2. Kurva pertumbuhan kultur suspensi sel A. menjadi senyawa lain atau aktivitas enzim yang
indica pada medium cair MS + 0,1 µM 2,4-D dan 1,0 terlibat dalam jalur biosintesis azadirahtin sudah
µM BAP menurun18).

Hasil analisis kualitatif kandungan azadirahtin


0,3
di dalam sel dan medium menunjukkan bahwa waktu

azadirachtin (mg/mL)
retensi azadirahtin standar adalah pada menit ke 0,25
8,409. Hasil analisis kuantitatif berupa kurva 0,2
kandungan azadirahtin di dalam sel (Gambar 3)
memperlihatkan bahwa azadirahtin sudah dapat 0,15
terdeteksi pada kultur berumur 0 hari. Akumulasi 0,1
azadirahtin tertinggi dicapai pada umur 8 hari dengan 0,05
hasil sebanyak ±0,041 g/g BK atau 4,1% BK.
Kandungan azadirahtin di dalam sel mulai 0
mengalami penurunan setelah hari ke-8 sampai hari 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
ke-20. Terjadinya penurunan kandungan azadirahtin umur kultur (hari)
di dalam sel disebabkan karena sel masih berada
dalam fase pertumbuhan cepat (eksponensial) yaitu Gambar 4. Diagram batang kurva kandungan
sampai hari ke-16, sehingga nutrien yang ada di azadirachtin dalam medium pada kultur suspensi sel
dalam medium digunakan untuk pertumbuhan sel. A. indica
Hal tersebut memperlihatkan bahwa di dalam kultur
terjadi persaingan penggunaan prazat untuk 3.4 Pengaruh penambahan skualen terhadap
metabolisme primer dan sekunder15). Selain itu kandungan azadirahtin
terjadinya penurunan kandungan azadirahtin di dalam
sel juga disebabkan karena sekresi azadirahtin ke Berdasarkan kurva kandungan azadirahtin di
dalam medium. dalam sel (Gambar 3), penambahan skualen ke dalam
medium kultur dilakukan pada umur kultur 6 hari,
yaitu saat akumulasi kandungan azadirahtin di dalam
sel hampir mencapai maksimum. Penambahan prazat
azadirachtin (g/g BK sel)

0,05
eksogen untuk meningkatkan kandungan metabolit
0,04 sekunder di dalam sel sebaiknya dilakukan pada saat
0,03 kandungan metabolit sedang meningkat16).
0,02 Penambahan skualen pada konsentrasi 10, 100
0,01 dan 1000 µM ke dalam medium kultur
memperlihatkan peningkatan kandungan azadirahtin
0
bila dibandingkan dengan kontrol (Gambar 5). Hal
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20
ini menunjukkan bahwa skualen mempunyai peran
umur kultur (hari) yang nyata dalam jalur biosintesis azadirahtin. Semua
senyawa triterpenoid diturunkan dari triterpen linear
tak jenuh yang disebut skualen19,20). Penambahan
Gambar 3. Kurva kandungan azadirachtin dalam sel prazat ke dalam kultur dapat merangsang enzim
pada kultur suspensi sel A. indica tertentu dalam jalur biosintesis, sehingga dapat
meningkatkan produksi metabolit sekunder7).
Akumulasi azadirahtin di dalam medium
mulai terdeteksi pada umur kultur dua hari dan
akumulasi tertinggi diperoleh pada kultur berumur 10
hari yaitu 0,269 mg/mL (Gambar 4). Terjadinya
akumulasi azadirahtin di dalam medium yang cukup
JMS Vol. 8 No. 4, Desember 2003 145

0,08
penambahan skualen sekresi azadirahtin dari sel ke
dalam medium tetap terjadi. Senyawa-senyawa
azadirachtin (g/g BK sel)

0,07
0,06 triterpenoid, fenol, dan beberapa alkaloid mempunyai
0,05 mekanisme sekresi alami berupa sekresi pasif melalui
0,04 difusi16). Selain itu akumulasi metabolit sekunder di
0,03 dalam sel atau sekresinya ke medium berlangsung
0,02 lebih cepat bila dibandingkan dengan degradasinya21).
0,01
0
0,25
0 2 4 6 8 10 12

azadirachtin (mg/mL)
umur kultur (hari) 0,2

kontrol alkohol 10 uM skualen 100 uM skualen 1000 uM skualen 0,15

0,1

0,05
Gambar 5. Diagram batang kandungan azadirachtin
di dalam sel pada kultur suspensi sel A. indica yang 0

ditambah skualen 10, 100 dan 1000 µM 0 2 4 6 8 10 12


umur kultur (hari)
dibandingkan dengan kontrol
kontrol alkohol 10 uM skualen 100 uM skualen 1000 uM skualen
Kandungan azadirahtin tertinggi di dalam sel
diperoleh pada penambahan 100µM skualen dengan
waktu pengamatan empat hari setelah penambahan Gambar 6. Diagram batang kandungan azadirachtin
atau pada kultur berumur 10 hari yaitu 0,0076 ± dalam medium pada kultur suspensi sel A. indica
0,006 g/g BK (Gambar 5). Kandungan azadirahtin yang ditambah skualen 10, 100 dan 1000 µM
pada perlakuan ini berbeda nyata dengan kandungan dibandingkan dengan kontrol
azadirahtin pada penambahan konsentrasi skualen
lainnya maupun dengan kontrol. Waktu akumulasi 4. Kesimpulan
kandungan azadirahtin pada kultur setelah
penambahan skualen lebih lama bila dibandingkan Konsentrasi zat pengatur tumbuh yang
dengan kandungan azadirahtin sebelum penambahan. optimum untuk menginduksi kalus meremah dari
Hal ini menunjukkan bahwa masuknya skualen ke potongan daun A. indica dalam medium MS adalah
dalam jalur biosintesis memerlukan rentang waktu 0,5 µM 2,4-D dan 1,0 µM BAP. Pertumbuhan kultur
tertentu. Kandungan azadirahtin di dalam sel setelah suspensi terbaik dengan berat kering sel tertinggi
penambahan skualen memperlihatkan peningkatan (0,259 g) adalah pada penambahan 0,1 µM 2,4-D dan
maksimum sebesar 85,366% bila dibandingkan 1,0 µM BAP. Kandungan azadirahtin tertinggi di
dengan kandungan azadirahtin tertinggi pada kontrol dalam sel sebelum penambahan skualen (0,041 g/g
(0,041 g/g BK). BK) adalah pada kultur yang berumur 8 hari.
Bila dibandingkan antara penambahan 10 dan Penambahan skualen berpengaruh nyata dalam
1000 µM skualen dengan penambahan 100 µM ke meningkatkan kandungan azadirahtin di dalam sel
dalam medium, terlihat bahwa kandungan azadirahtin (0,076 ± 0,006 g/g BK) dengan persentase
pada penambahan 100 µM skualen memberikan hasil peningkatan sebesar 85,366% diperoleh pada
yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan dengan penambahan 100 µM skualen dan
penambahan skualen ke dalam medium mempunyai umur kultur 10 hari.
kisaran konsentrasi tertentu untuk dapat
meningkatkan kandungan azadirahtin secara Daftar Pustaka
optimum baik di dalam sel maupun medium. Dalam
1. Singhal, N., & Monika, S. “Neem and
hal ini penambahan skualen ke dalam medium selain
Environment”, World Neem 14, New Delhi
berperan sebagai substrat bagi enzim untuk
(1998).
pembentukan azadirahtin, konsentrasi skualen juga
2. Schmutterer, H. “The Neem Tree”: Source of
merupakan faktor pembatas dalam pembentukan
Unique Natural Products for Integrated Pest
azadirahtin. Keadaan ini diduga berhubungan dengan
management, Medicine, Industry and Other
jumlah dan kerja enzim yang terlibat dalam jalur
Purpose, VCH Publishers Inc. New York , 1-5
biosintesis azadirahtin.
(1995).
Penambahan skualen juga meningkatkan
3. Fowler, M.W., & Stafford, A.M. “ Plant Cell
kandungan azadirahtin di dalam medium.
Culture: Process System and Product Synthesis”,
Kandungan azadirahtin tertinggi dicapai pada
dalam Plant Biotechnology (ed: M.W.Fowler &
penambahan 100 µM skualen dengan waktu M. Moo-Young; Pergamon Press. Oxford, New
pengamatan hari ke-6 setelah penambahan atau pada York, 79-95 (1992).
kultur berumur 12 hari yaitu 0,229 ± 0,003 mg/mL
(Gambar 6). Hal ini memperlihatkan bahwa setelah
146 JMS Vol. 8 No. 4, Desember 2003

4. Howatt, K. “Azadirachta indica: One Tree’s 13. George, F.E., & Sherrington, P.D., “Plant
Arsenal against Pest”, (http://www.treemail.nl/ Propagation by Tissue Culture”, Handbook and
eurobio/press/ azadir.htm.) (1999) Directory of Commercial Laboratories, USA,
5. Wetter, L.R., & Constabel, F., “Metode Kultur 307-330 (1984).
Jaringan Tanaman”, Edisi kedua, Penerbit ITB, 14. Bhojwani, S.S., & Razdan, M.K.”Plant Tissue
Bandung, 1-13 1991. Culture: Theory and Practice”, Elsevier,
6. Buitelaar, R.M., & Tramper, J. ”Strategies to Amsterdam, 44-67 1983.
Improve the Production of Secondary Metabolite 15. Linsey, K., & Yeoman, M.M., ”Novel
with Plant Cell Culture: A Literature Review”, Experiment System for Studying the Productin
Journal of Biotechnology, 23, 6-9 (1991). of Secondary metabolites by Plant Tissue
7. Mantell, S.H., & Smith, H., ”Plant Culture”, dalam Plant Biotechnology (ed: S.H.
Biotechnology”, Cambridge University Press, Mantel & H. Smith; Cambridge University
Cambridge, London, 39-102 (1983). Press), 39-66 1983.
8. Charlwood, B.V., & Charlwood, K.A., 16. Endress, R., ”Plant Cell Biotechnology”,
”Terpenoid Production in Plant Cell Culture” Springer-Verlag, New York, 121-245 1994.
dalam Ecological Chemistry and Biochemistry 17. Misawa, M., ”Plant Tissue Culture: An
of Plant Terpenoid. Proceeding of the Alternative for Production of Useful
Phytochemical Society of Europe, 31 (ed: Metabolite”, FAO Agricultural Service Bulletin,
J.B.Harborne & F.A. Tomas, Barberan Oxford 108, 41-42 (1994).
Science Publications, Oxford), 90-91 (1991). 18. Croes, A.F., Jacobs, J.J.M.R., Arroo, R.R.J., &
9. Veeresham, C., Kumar, M.R., Sowjanya, D., Wullems, G.J., ”Molecular and Metabolic
Kokate, C.K., & Apte, S.S., ”Production of Control of Secondary Metabolism”, Plant Cell,
Azadirachtin from Callus Cultures of Tissue and Organ Culture, 43, 127-130 (1995).
Azadirachta indica”, Fitoterapia, 69, 5, 423-424 19. Kumar, H.D., & Singh, H.N., ”Plant
(1998). Metabolism”, The Macmillan Press. Ltd.
10. Murashige, T & Skoog, F., ”A Revised Medium London, 256-261 1976.
for Rapid Growth and Bioassay with Tobacco 20. Vickery, M.L., & Vickery, B., ”Secondary Plant
Tissue Cultures”, Physiol.Plant.,15, 473-497 Metabolism”, The Macmillan Press. Ltd.
(1962). London, 127-128 1981.
11. Gunawan, L.W., “Teknik Kultur Jaringan”, Pusat 21. Crocomo, O.J., Aquarone, E., & Gottlieb, O.R.,
Antar Universitas (PAU) Bioteknologi, IPB, ”Biosynthesis of Secondary Product in vitro”,
Bogor, 167-181 1987. dalam Plant Tissue Culture: Methods and
12. Pierik, R.L.M., “in vitro Culture of Higher Applications in Agriculture (ed.: T.A. Thorpe;
Plant”, Martinus Nyhoff, Netherlands, 213-217 Academic Press, New York) 359-371 1981.
(1997).

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai