Anda di halaman 1dari 10

Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa

1. Kawasan Strategis Pertumbuhan Ekonomi


Berdasarkan kriteria kawasan strategis dan potensi wilayah, maka rencana kawasan
strategis kabupaten yang layak ditetapkan dalam RTRW Kabupaten diarahkan pada:
 Kawasan Perdagangan Pasar Regional Gowa. Kawasan ini direncanakan akan melayani
aktifitas perdagangan di Kabupaten Gowa dan wilayah sekitarnya dalam konteks
Kawasan Metropolitan Mamminasata.
 Kawasan Baru Gowa-Maros. Kota Baru Gowa-Maros merupakan salah satu kota satelit
Metropolitan Mamminasata. Secara administrasi kawasan perkotaan tersebut secara
administrasi berada pada dua wilayah administrasi (perbatasan Kabupaten Gowa dan
Kabupaten Maros). Namun demikian, secara spasial, rencana system landuse kawasan
perkotaan tersebut menempatkan fungsi-fungsi perkotaan strategis seperti terminal tipe
A dan kawasan perdagangan Mamminasata berada di wilayah Kabupaten Gowa.
Disamping itu, rencana kota baru Gowa-Maros tersebut akan berfungsi sebagai
penyangga migrasi penduduk yang masuk ke Kota Makassar, serta menjadi alternative
pemenuhan kebutuhan perumahan bagi masyarakat Kota Makassar. Berdasarkan hal
tersebut, maka Kota Baru Gowa-Maros diarahkan sebagai salah satu kawasan strategis
untuk kepentingan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Gowa.
 Kota Satelit Pattallassang dan Parangloe. Fungsi satelit Pattallassang-Parangloe adalah
sebagai alternatif upaya untuk memecahkan dan mengatasi masalah pertumbuhan
permukiman tersebar yang tak terkendali dan kemacetan Kabupaten Gowa dan
Metropolitan Mamminasata. Kota Satelit Pattallassang Parangloe direncanakan
dibangun dan dikembangkan menjadi suatu kota yang lengkap dan ditingkatkan
kemampuannya berhubung peningkatan fungsinya menjadi suatu kota fungsional
tertentu. Termasuk permukiman yang asri yang dilengkapi dengan fasilitas yang
memadai termasuk lapangan golf bertaraf internasional. Kota Satelit Pattallassang
dalam tipologinya merupakan kota baru penunjang(supporting new town)yaitu kota
satelit yang merupakan penunjang pertumbuhan Kota Sungguminasa dan kawasan
Metropolitan Mamminasata.
 Kawasan Industri Gowa (KIWA). Pengembangan Kawasan Industri Gowa (KIWA)
yang berlokasi di Kecamatan Pattallassang merupakan bagian dari subsistem
pengembangan landuse Kawasan Perkotaan Mamminasata. Kawasan industri ini
terutama diarahkan untuk mengolah barang-barang setengah jadi dan barang jadi yang
berbasis pada industri pengolahan hasil pertanian tanaman pangan dan holtikultura
terutama disebar ke sentrasentra produksi komoditas pertanian di Kabupaten Gowa dan
wilayah sekitarnya. Pada KIWA ini juga dikembangkan kawasan Industri daur ulang
(industri persampahan Mamminasata), pengepakan dan industri inovasi yang akan
dikembangkan UNHAS.
 Terminal Tipe A Kota Baru Mamminasata . Kawasan terminal regional (Tipe A) yang
berlokasi di Kota Baru Gowa-Maros Kecamatan Pattallassang memiliki nilai strategis
dalam mendukung system transportasi regional dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Gowa. Kawasan ini direncanakan akan melayani aktifitas trasportasi konteks Kawasan
Metropolitan Mamminasata dan Provinsi Sulawesi Selatan.
 Pusat Kegiatan Lingkungan promosi (PKLp). Pusat Kegiatan Lingkungan yang
dipromosikan Pemerintah Kabupaten Gowa meliputi Kawasan Borimatangkasa Ibukota
Kecamatan Bajeng Barat.Kedua PKLp ini memiliki potensi dan prospek untuk
dikembangkan sebagai pusat kegiatan lingkungan yang dapat melayani beberapa
wilayah dalam skala kabupaten. Untuk mendorong percepatan pembangunan pada
kawasan-kawasan yang dipromosikan sebagai PKL tersebut, maka kawasan ini akan
diarahkan menjadi salah satu kawasan strategis untuk pengembangan ekonomi di
Kabupaten Gowa.
 Sektor Perkebunan dan Palawija. Untuk pertumbuhan ekonomidalam sektor
perkebunan, berdasarkan potensi dan kesesuaian lahan dan teknokultur masyarakat
lokal maka diarahkan pengembangan beberapa alternatif kawasan budidaya komoditas
seperti: perkebunan kopi, kakao, dan markisa.Kesesuaian untuk varitas sektor
perkebunan ini tersebar di seluruh wilayah kecamatan Kabupaten Gowa kecuali di
kawasan perkotaan. Disamping itu, tanaman palawija (sayursayuran) seperti kentang,
wortel, buncis, kol, sawi, sayur-sayuran
2. Kawasan Strategis Kepentingan Sosial Budaya. Kawasan strategis untuk pengembangan
kepentingan sosial budaya di Kabupaten Gowa meliputi; Balla Lompoa, Kuburan syeh
Yusuf, Mesjid Tua Katanggka, Kuburan Sultan Hasanuddin dan Kawasan Pendidikan
PKG sedangkan untuk kawasan Benteng Somba Opu termasuk dalam kawasan strategis
provinsi. Revitalisasi berbagai macam system peninggalan budaya di Kabupaten Gowa
diarahkan untuk menjadi stimulan untuk menumbuhkembangkan kembali budaya dan
kearifan lokal di Kabupaten Gowa.
3. Penentuan Kawasan Strategis Kepentingan Pendayagunaan Sumberdaya Alam Dan
Teknologi Tinggi
Untuk kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan teknologi tinggi di
Kabupaten Gowa, akan diarahkan pada rencana pengembangan listrik tenaga air (PLTA)
Bili-Bili. Pengembangan PLTA ini diharapkan dapat meminimalisasi persoalan listrik di
Kabupaten Gowa, Mamminasata dan Provinsi Sulawesi Selatan.
4. Penentuan Kawasan Strategis Kepentingan Fungsi Dan Daya Dukung lingkungan.
Kawasan strategis untuk kepentingan lingkungan hidup di wilayah Kabupaten Gowa
yang termasuk dalam kepentingan provinsi antara lain seluruh hutan lindung dan Taman
Wisata Alam Malino. Sedangkan KSK Kabupaten Gowa untuk kepentingan fungsi dan
daya dukung lingkungan meliputi; Waduk Bili-Bili, Danau Mawang, Air Terjun
Parangloe, Industri Pengelolaan Sampah Regional Mamminasata, Taman Buruh
Biringbulu, Suaka Margasatwa Bungaya dan Gunung Bawakaraeng.
5. Arahan Pengembangan Struktur Ruang
Rencana struktur ruang wilayah provinsi merupakan rencana kerangka tata ruang
wilayah kabupaten yang dibangun atas konstelasi pusat-pusat kegiatan yang berhirarki
satu sama lain dan dihubungkan oleh sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten
terutama jaringan transportasi. Pusat-pusat kegiatan pada wilayah kabupaten merupakan
pusat pertumbuhan wilayah kabupaten, yang dapat terdiri atas; PKN, PKW, PKSN, PKL,
PPK dan PPL yang didukung oleh sistem-sistem jaringan prasarana wilayah provinsi
meliputi sistem jaringan transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air yang
mengintegrasikan dan memberikan layanan bagi pusat-pusat kegiatan yang ada di wilayah
kabupaten. Pusat kegiatan di wilayah Kabupaten Gowa merupakan simpul pelayanan
sosial, budaya, ekonomi, dan/atau administrasi masyarakat di wilayah kabupaten, yang
terdiri atas:
 PKN yang berada di wilayah kabupaten;
 PKL yang berada di wilayah kabupaten;
 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; dan
 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala antar desa.
Demikian pula dengan sistem jaringan prasarana wilayah di Kabupaten Gowa
meliputi sistem prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air yang
mengintegrasikannya dan memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada di wilayah
kabupaten Gowa.
6. Arahan Pengembangan Pola Ruang
Berdasarkan pendekatan Kajian Lingkungan Hidup Strategis maka ditentukan rencana
pola ruang Kabupaten Gowa yang meliputi rencana kawasan lindung dan kawasan
budidaya yang mempunyai nilai strategis kabupaten dan atau lintas distrik dan atau kota.
Kawasan lindung yang baik yang bersifat: (1) preservasi berupa hutan lindung baik di
daerah ketinggian pedalaman yang merupakan Daerah Hulu (upstream) Daerah Aliran
Sungai (DAS), (2) konservasi berupa suaka margasatwa. Selain daripada itu, untuk
kepentingan pelestarian warisan sejarah dan budaya dapat ditetapkan suatu kawasan
konservasi seperti cagar budaya bangunan buatan manusia yang ditetapkan sebagai benda
purbakala.
Dalam kawasan budi daya juga diusahakan sebisa mungkin menumbuhkembangkan
dan melestarikan kawasan lindung setempat baik ruang darat, maupun udara untuk
menjaga keasrian dan kelestarian ragam hayati, yang juga merupakan mata rantai sistem
ekologi wilayah, seperti ruang terbuka hijau, baik berupa hutan kota, jalur hijau di
sempadan sungai, sempadan danau, dan sempadan jalan. Dalam skala lingkungan mikro
terutama di daerah perdesaan diarahkan tumbuh berkembangnya tatanan desa mandiri
pangan dan energi yang didukung alam yang asri dan lestari.
7. Arahan Pengembangan Struktur Ruang Keciptakaryaan.
Rencana Pengembangan Sistem Drainase dan Limbah
 Drainase. Permasalahan genangan dan banjir berada pada kawasan kota yang
mempunyai intensitas kawasan terbangun cukup tinggi, yang umumnya berada pada
jalur jalan utama kota. Di samping itu juga pada beberapa kawasan pinggiran dan
kawasan perdesaan juga mengalami permasalahan banjir terutama yang memiliki
sistem drainase yang masih buruk dan kondisi topografi yang relatif fluktuatif. Kondisi
topografi yang sangat heterogen merupakan kendala mendasar pengembangan sistem
drainase yang terintegrasi. Saluran drainase berjenjang mulai dari saluran primer berupa
saluran alam yaitu sungai kemudian sekunder sebagai saluran pengumpul sebelum
menuju sungai dan terakhir tersier yang langsung terkait dengan daerah tangkapan
(Cathment Area).
Selain faktor-faktor alam sebagaimana disebutkan sebelumnya, permasalahn drainase di
Kabupaten Gowa adalah dalam penyediaan prasarana yang telah ada. Saluran-saluran
drainase yang ada saat ini sebagian besar fungsi hidrolisnya tidak memenuhi syarat
teknis. Hal ini terlihat dari banyak terjadinya sedimentasi pada saluran, terjadinya aliran
yang diam yang menjadikan munculnya beberapa genangan.
Untuk mencegah terjadinya genangan maka pengembangan sistem drainase diarahkan
secara terintegrasi. Langkah-langkah pengembangan prasarana dapat dilakukan
melalui: 1)Penetapan satuan-satuan pembuangan, didasarkan pada daerah tangkapan
masing-masing sungai. DAS tersebut menjadi satuan pembuangan air limpahan
berdasarkan batas DASnya dengan saluran primer masing-masing sungai.
2)Saluran sekunder dibangun melintang terhadap sungai dengan memperhatikan sub
daerah tangkapan. Dimensi masing-masing saluran mempertimbangkan sub daerah
tangkapan air maksimal.
3)Saluran tersier dibangun mempertimbangkan penggunaan lahan setempat.
Selain pengembangan jaringan prasarana, masih terdapat faktor-faktor lain di luar
sistem drainase yang sangat mempengaruhi kinerja drainase di Kabupaten Gowa.
Beberapa faktor tersebut adalah sedimentasi dan besarnya debit air larian (run off)
permukaan. Sedimentasi terutama terjadi di muara sungai sebagai akhir pembuangan
dimana pencampuran antara air tawar dan air payau menyebabkan sedimentasi
terangkut menjadi mengendap. Sedangkan tingginya air larian disebabkan rendahnya
daya serap terutama daerah-daerah yang memiliki tutupan vegetasi yang kurang.
Dari beberapa identifikasi baik langsung terhadap kondisi hutan di daerah tangkapan
maupun tidak langsung melalui pengamatan kekeruhan air dapat diketahui bahwa telah
terjadi kerusakan DAS. Melihat kondisi saat ini maka perlu dilakukan program-
program penunjang dalam jangka pendek maupun jangka panjang seperti: pengerukan
sedimentasi saluran, pengembangan hutan rakyat, konservasi lahan kritis, dan reboisasi
hutan.
 Air Limbah. Berdasarkan sumbernya, air limbah di Kabupaten Gowa dibedakan
menjadi air limbah industri dan air limbah domestik. Volume buangan air limbah yang
berasal dari kegiatan domestik masih lebih besar dari kegiatan industri namun demikian
air limbah hasil kegiatan industri walaupun volumenya kecil tetapi pada umumnya
mempunyai tingkat pencemaran yang tinggi. Untuk produksi limbah domestik perlu
dibedakan perlakuan khusus antara limbah cair dari kegiatan sehari-hari dengan limbah
tinja. Limbah tinja memiliki karakteristik yang berbeda sehingga perlu dilakukan sistem
pembuangan tersendiri.
Adapun prasarana dan sarana air limbah yang ada di Kabupaten Gowa saat ini masih
terbatas pada on side system. Pembuangan limbah cair dari hasil kegiatan sehari-hari
seperti mandi dan cuci dibuang secara langsung pada saluran drainase. Pada
pembuangan limbah cair untuk industri mengingat sifatnya yang lebih berbahaya
diwajibkan membuat IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) di masing-masing
industri (On Site).
Limbah yang berasal dari proses produksi dilanjutkan ke IPAL kemudian setelah
melalui pengolahan baru dibuang ke saluran pembuangan biasa. Hasil keluaran limbah
cair harus memenuhi standar baku mutu yang telah ditetapkan.
Peningkatan kondisi pengelolaan limbah manusia perlu diarahkan untuk
menghilangkan atau mengurangi jumlah penduduk yang masih membuang tinja di
tempat-tempat terbuka. Peningkatkan kualitas sarana pembuangan limbah, harus
ditunjang dengan ketersediaan prasarana Jamban Keluarga (JAGA) dengan sistem
tangki septik secara mandiri oleh masyarakat, dan penyediaan dan peningkatan kualitas
fasilitas kakus umum (MCK) pada lokasi-lokasi dengan intensitas kegiatan tinggi,
seperti pusat perdagangan dan pusat pendidikan. Dalam pengembangannya ke depan
perlu diupayakan unit pengelolaan limbah manusia untuk mengolah limbah tinja.
Instalasi pengolah tinja ini disediakan dalam satu lokasi untuk melayani skala Kota
Sungguminasa. Kebutuhan ruang untuk penyediaan fasilitas pengolah tinja diperkirakan
seluas satu hektar yang didukung penyediaan truk tinja (Vacuum Truck) untuk
pengurasan.
 Rencana jaringan air bersih. Untuk kebutuhan cadangan air, tersedia Waduk Bili-Bili
dan beberapa bangunan embung yang tersedia di Kabupaten Gowa sebagai sumber air
bersih. Untuk wilayah di dataran tinggi, Kabupaten Gowa menggunakan potensi air
tanah/sumur artesis dari pengunungan dan beberapa anak sungai serta sumur-sumur
dangkal. Kondisi tersebut memiliki filtrasi air tanah yang rendah sampai sedang,
sehingga untuk kebutuhan konsumsi diperlukan pengolahan sesuai dengan standar
kesehatan untuk memperoleh air bersih yang higienis. Dalam upaya peningkatan
pelayanan akan air bersih maka direncanakan:
1) Perlunya identifikasi potensi air baku dan peningkatan proses pengolahan menjadi
air bersih yang memiliki sanitasi tinggi yang sesuai dengan standar kesehatan.
2) Kebutuhan air bersih di Kabupaten Gowa dapat dikategorikan dalam 2 (dua) jenis
pemakaian yaitu domestik (rumah tangga) dan non-domestik seperti industri,
perkantoran pemerintahan, hotel dan restoran, perdagangan, dan lain-lain.
3) Sistem pelayanan air bersih perkotaan dengan penduduk minimal 10.000 jiwa,
dilayani melalui sistem penyediaan air bersih perpipaan dengan Instalasi Pengolahan
Air Lengkap oleh PDAM.
4) Sistem pelayanan air bersih perdesaan dilayani melalui Sistem Instalasi Pengolahan
Air Sederhana (IPAS). Sambungan langsung dari PDAM di perdesaan, dengan
sumber air baku dari mata air di pegunungan atau air tanah. Kemudian, masyarakat
dapat memenuhi sendiri kebutuhannya melalui sumber air lainnya atau membuat
sistem penampungan air hujan (PAH) yang memadai untuk setiap rumah tangga.

Wilayah Kabupaten Gowa terletak pada 05° 34’ 49” sampai 05° 04’ 47” Lintang
Selatan dan 119° 21’ 12” sampai 120° 01’ 26” Bujur Timur. Berdasarkan
perhitungan dari data citra landsat, luas wilayah Kabupaten Gowa adalah sekitar
1.809,7 km2 terdiri dari 18 Kecamatan (Bajeng, Bajeng Barat, Barombong,
Biringbulu, Bontolempangan, Bontomarannu, Bontonompo, Bontonompo Selatan,
Bungaya, Manuju, Pallangga, Parangloe, Parigi, Pattallassang, Sombaopu,
Tinggimoncong, Tombolopao dan Tompobulu). Perhitungan dari data citra landsat,
Kabupaten Gowa berada pada bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan ini
berbatasan dengan 7 kabupaten/kota lain dengan batas wilayahnya sebagai berikut:
 Di sebelah Utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros.
 Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba, dan
Bantaeng.  Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan
Jeneponto sedangkan  Di bagian Barat berbatasan dengan Kota Makassar dan
Takalar. Letak wilayah administrasi tersebut menempatkan Kabupaten Gowa pada
posisi yang sangat strategis karena berbatasan langsung dengan Ibu Kota Provinsi
Sulawesi Selatan (Kota Makassar) yang merupakan pusat pelayanan jasa dan
perdagangan di Kawasan Timur Indonesia (KTI), posisi strategis ini menjadikan
Kabupaten Gowa memiliki keunggulan kompetetif dan komperatif yang berdampak
secara signifikan terhadap percepatan peningkatan aktivitas sosial kemasyarakatan
dan perekonomian masyarakat Kabupaten Gowa. Secara Administrasi, wilayah
Kabupaten Gowa beribukota di Sungguminasa yang terbagi menjadi 18 (Delapan
Belas) kecamatan dan 167 desa/kelurahan. Kecamatan Tinggimoncong merupakan
kecamatan terluas yaitu 275.63 km2 atau 14.64 %, sedangkan Kecamatan
Barombong adalah yang terkecil yakni 20.67 km2 .
Lereng dan topografi merupakan salah satu faktor penentu utama penggunaan
lahan, termasuk untuk pengembangan komoditi pertanian. Dari total luas Kabupaten
Gowa, 35,30% mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah
Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya, Bontolempangan dan Tompobulu.
Kabupaten Gowa memiliki iklim yang cukup bervariasi, terutama dilihat dari suhu.
Ini dimungkinkan karena variasi ketinggian tempat wilayah kabupaten ini, berkisar
dari 0 sampai 2.853 m dari permukaan laut. Tipe iklim (Oldeman dan Sjarifuddin,
1977) diwilayah Kabupaten Gowa termasuk C2, C3, D3 dan D4. Curah hujan di
Kabupaten Gowa yaitu 237,75 mm dengan suhu 27,125°C. Curah hujan tertinggi
yang dipantau oleh beberapa stasiun/pos pengamatan terjadi pada Bulan Desember
yang mencapai rata-rata 676 mm, sedangkan curah hujan terendah pada Bulan Juli -
September yang bisa dikatakan hampir tidak ada hujan. Total penggunaan tanah di
Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2012 adalah seluas
180.209,41 ha, yang terbagi ke dalam 10 (sepuluh) jenis, yaitu : hutan primer seluas
50.232,61 ha, kebun campuran seluas 73.599,41 ha, perkebunan seluas 212,79 ha,
pemukiman seluas 2.043,37 ha, rawa seluas 1.299,25 ha, sawah seluas 18.273,66 ha,
semak/ belukar seluas 24.491,67 ha, tanah terbuka seluas 3.534,41 ha, tegalan/
ladang seluas 2.312,77 ha dan tubuh air seluas 4.209.48,
Potensi Kabupaten Gowa yang terbesar adalah di sektor pertanian, sebagian
besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dengan hasil pertaniannya
berupa hasil tanaman pangan berupa padi, palawija dan tanaman holtikultura. Selain
bertani dengan masa tanam yang pendek, para petani di Gowa juga banyak yang
bertani tanaman umur panjang salah satunya tanaman markisa yang cukup dikenal
dengan produk olahannya berupa sirup markisa yang menjadi buah tangan khas
daerah Sulawesi Selatan, Desa Kanrepia, Kecamatan Tinggimoncong merupakan
salah satu daerah penghasil markisa di Kabupaten Gowa. dilihat dari penyebarannya
ternyata potensi daerah pertanian tanaman pangan terkonsentrasi di wilayah bagian
timur (Kecamatan Tompobulu, Tinggimoncong, Bungaya, dan Parangloe) yaitu
sebesar 71.757,61 Ha (58,51%) dari luas potensi pertanian tanaman pangan di
Kabupaten Gowa. Pengwilayahan perkebunan di Kabupaten Gowa terdapat pada
Tinggimoncong yakni perkebunan kopi, teh, dan markisa. Pada tahun 2009, Sektor
pertanian tumbuh sebesar 5,23 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan positif ini tidak lepas dari peran sub sektor-sub sektor di dalamnya
seperti Sub sektor tanaman bahan pangan mengalami pertumbuhan sebesar 5,29
persen, hal ini disebabkan produksi tanaman padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu dan
tanaman bahan makanan lainnya mengalami kenaikan. Pada Tahun 2009 produksi
padi (padi sawah dan padi ladang) mengalami kenaikan sekitar 14,18 persen
dibandingkan dengan Tahun 2008, yaitu dari 217.991 ton menjadi 248.912 ton,
walaupun luas panen menurun 1,61 persen. Dilihat dari sisi produktivitas dan jenis
padinya, produktivitas padi sawah sebesar 52,72 kwintal/ha, sedangkan
produktivitas padi ladang 39,77 kwintal/ha. Kecamatan-kecamatan yang berada di
dataran tinggi seperti Parangloe, Bungaya dan terutama Tinggi moncong merupakan
sentra penghasil sayur-mayur. Sayuran yang paling banyak dibudidayakan adalah
kentang, kubis, sawi, bawang daun dan buncis. Per tahunnya hasil panen sayur-
sayuran melebihi 5.000 ton. Sayuran dari Kabupaten Gowa mampu memenuhi pasar
Kota Makassar dan sekitarnya, bahkan sampai ke Pulau Kalimantan dan Maluku
melalui Pelabuhan Parepare dan Pelabuhan Mamuju.
Adapun bencana yang sering menimpa wilayah Kab. Gowa adalah banjir.
Setiap musim hujan beberapa wilayah di Kab.Gowa sering mengalami kebanjiran,
setiap daerah mempunyai penyebab yang berbeda-beda, ada yang disebabkan oleh
sistem drainase yang buruk dan adapun yang disebabkan oleh luapan air bendungan
bili-bili. Seperti contoh pada tahun 2019, dimana air bendungan bili-bili meluap
sehingga menyebabkan naiknya volume air di aliran sungai je'ne' berang, Tingginya
volume air menyebabkan perumahan warga disekitar sungai je'ne' berang terendam
air setinggi atap rumah mereka. Luapan air bendungan ini disebabkan karena
terjadinya pendangkalan pada bendungan bili-bili. Hal inilah yang harus
diperhatikan oleh pemerintah daerah, untuk mengatasi bencana yang melanda
wilayah Kab. Gowa di setiap musim hujan. Menurut kami peta rancangan wilayah
tata ruang pada Kab. Gowa ini sudah cukup baik yang secara umum mempunyai
peran dan fungsi sebagai alat untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan antar
wilayah dan kesinambungan pemanfaatan ruang di Gowa. Namun yang perlu di
perhatikan adalah sistem pencegahan bencana yang harus di tingkatkan lagi.

Anda mungkin juga menyukai