Wilayah Kabupaten Gowa terletak pada 05° 34’ 49” sampai 05° 04’ 47” Lintang
Selatan dan 119° 21’ 12” sampai 120° 01’ 26” Bujur Timur. Berdasarkan
perhitungan dari data citra landsat, luas wilayah Kabupaten Gowa adalah sekitar
1.809,7 km2 terdiri dari 18 Kecamatan (Bajeng, Bajeng Barat, Barombong,
Biringbulu, Bontolempangan, Bontomarannu, Bontonompo, Bontonompo Selatan,
Bungaya, Manuju, Pallangga, Parangloe, Parigi, Pattallassang, Sombaopu,
Tinggimoncong, Tombolopao dan Tompobulu). Perhitungan dari data citra landsat,
Kabupaten Gowa berada pada bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan ini
berbatasan dengan 7 kabupaten/kota lain dengan batas wilayahnya sebagai berikut:
Di sebelah Utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros.
Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba, dan
Bantaeng. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan
Jeneponto sedangkan Di bagian Barat berbatasan dengan Kota Makassar dan
Takalar. Letak wilayah administrasi tersebut menempatkan Kabupaten Gowa pada
posisi yang sangat strategis karena berbatasan langsung dengan Ibu Kota Provinsi
Sulawesi Selatan (Kota Makassar) yang merupakan pusat pelayanan jasa dan
perdagangan di Kawasan Timur Indonesia (KTI), posisi strategis ini menjadikan
Kabupaten Gowa memiliki keunggulan kompetetif dan komperatif yang berdampak
secara signifikan terhadap percepatan peningkatan aktivitas sosial kemasyarakatan
dan perekonomian masyarakat Kabupaten Gowa. Secara Administrasi, wilayah
Kabupaten Gowa beribukota di Sungguminasa yang terbagi menjadi 18 (Delapan
Belas) kecamatan dan 167 desa/kelurahan. Kecamatan Tinggimoncong merupakan
kecamatan terluas yaitu 275.63 km2 atau 14.64 %, sedangkan Kecamatan
Barombong adalah yang terkecil yakni 20.67 km2 .
Lereng dan topografi merupakan salah satu faktor penentu utama penggunaan
lahan, termasuk untuk pengembangan komoditi pertanian. Dari total luas Kabupaten
Gowa, 35,30% mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah
Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya, Bontolempangan dan Tompobulu.
Kabupaten Gowa memiliki iklim yang cukup bervariasi, terutama dilihat dari suhu.
Ini dimungkinkan karena variasi ketinggian tempat wilayah kabupaten ini, berkisar
dari 0 sampai 2.853 m dari permukaan laut. Tipe iklim (Oldeman dan Sjarifuddin,
1977) diwilayah Kabupaten Gowa termasuk C2, C3, D3 dan D4. Curah hujan di
Kabupaten Gowa yaitu 237,75 mm dengan suhu 27,125°C. Curah hujan tertinggi
yang dipantau oleh beberapa stasiun/pos pengamatan terjadi pada Bulan Desember
yang mencapai rata-rata 676 mm, sedangkan curah hujan terendah pada Bulan Juli -
September yang bisa dikatakan hampir tidak ada hujan. Total penggunaan tanah di
Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2012 adalah seluas
180.209,41 ha, yang terbagi ke dalam 10 (sepuluh) jenis, yaitu : hutan primer seluas
50.232,61 ha, kebun campuran seluas 73.599,41 ha, perkebunan seluas 212,79 ha,
pemukiman seluas 2.043,37 ha, rawa seluas 1.299,25 ha, sawah seluas 18.273,66 ha,
semak/ belukar seluas 24.491,67 ha, tanah terbuka seluas 3.534,41 ha, tegalan/
ladang seluas 2.312,77 ha dan tubuh air seluas 4.209.48,
Potensi Kabupaten Gowa yang terbesar adalah di sektor pertanian, sebagian
besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani dengan hasil pertaniannya
berupa hasil tanaman pangan berupa padi, palawija dan tanaman holtikultura. Selain
bertani dengan masa tanam yang pendek, para petani di Gowa juga banyak yang
bertani tanaman umur panjang salah satunya tanaman markisa yang cukup dikenal
dengan produk olahannya berupa sirup markisa yang menjadi buah tangan khas
daerah Sulawesi Selatan, Desa Kanrepia, Kecamatan Tinggimoncong merupakan
salah satu daerah penghasil markisa di Kabupaten Gowa. dilihat dari penyebarannya
ternyata potensi daerah pertanian tanaman pangan terkonsentrasi di wilayah bagian
timur (Kecamatan Tompobulu, Tinggimoncong, Bungaya, dan Parangloe) yaitu
sebesar 71.757,61 Ha (58,51%) dari luas potensi pertanian tanaman pangan di
Kabupaten Gowa. Pengwilayahan perkebunan di Kabupaten Gowa terdapat pada
Tinggimoncong yakni perkebunan kopi, teh, dan markisa. Pada tahun 2009, Sektor
pertanian tumbuh sebesar 5,23 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan positif ini tidak lepas dari peran sub sektor-sub sektor di dalamnya
seperti Sub sektor tanaman bahan pangan mengalami pertumbuhan sebesar 5,29
persen, hal ini disebabkan produksi tanaman padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu dan
tanaman bahan makanan lainnya mengalami kenaikan. Pada Tahun 2009 produksi
padi (padi sawah dan padi ladang) mengalami kenaikan sekitar 14,18 persen
dibandingkan dengan Tahun 2008, yaitu dari 217.991 ton menjadi 248.912 ton,
walaupun luas panen menurun 1,61 persen. Dilihat dari sisi produktivitas dan jenis
padinya, produktivitas padi sawah sebesar 52,72 kwintal/ha, sedangkan
produktivitas padi ladang 39,77 kwintal/ha. Kecamatan-kecamatan yang berada di
dataran tinggi seperti Parangloe, Bungaya dan terutama Tinggi moncong merupakan
sentra penghasil sayur-mayur. Sayuran yang paling banyak dibudidayakan adalah
kentang, kubis, sawi, bawang daun dan buncis. Per tahunnya hasil panen sayur-
sayuran melebihi 5.000 ton. Sayuran dari Kabupaten Gowa mampu memenuhi pasar
Kota Makassar dan sekitarnya, bahkan sampai ke Pulau Kalimantan dan Maluku
melalui Pelabuhan Parepare dan Pelabuhan Mamuju.
Adapun bencana yang sering menimpa wilayah Kab. Gowa adalah banjir.
Setiap musim hujan beberapa wilayah di Kab.Gowa sering mengalami kebanjiran,
setiap daerah mempunyai penyebab yang berbeda-beda, ada yang disebabkan oleh
sistem drainase yang buruk dan adapun yang disebabkan oleh luapan air bendungan
bili-bili. Seperti contoh pada tahun 2019, dimana air bendungan bili-bili meluap
sehingga menyebabkan naiknya volume air di aliran sungai je'ne' berang, Tingginya
volume air menyebabkan perumahan warga disekitar sungai je'ne' berang terendam
air setinggi atap rumah mereka. Luapan air bendungan ini disebabkan karena
terjadinya pendangkalan pada bendungan bili-bili. Hal inilah yang harus
diperhatikan oleh pemerintah daerah, untuk mengatasi bencana yang melanda
wilayah Kab. Gowa di setiap musim hujan. Menurut kami peta rancangan wilayah
tata ruang pada Kab. Gowa ini sudah cukup baik yang secara umum mempunyai
peran dan fungsi sebagai alat untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan antar
wilayah dan kesinambungan pemanfaatan ruang di Gowa. Namun yang perlu di
perhatikan adalah sistem pencegahan bencana yang harus di tingkatkan lagi.