Anda di halaman 1dari 20

BAB III

KAJIAN PERMASALAHAN PERMUKIMAN


3.1 Kajian Kebijakan Kota
31.1. Kajian Tata Ruang
1) Rencana Struktur Ruang
Rencana struktur ruang wilayah kabupaten meliputi sistem pusat pelayanan, sistem jaringan prasarana utama, dan sistem
jaringan prasarana lainnya.
a) Kelurahan Mawang termasuk dalam Pusat Kegiatan Nasional perkotaan Mamminasata Kecamatan Somba Opu,
Kabupaten Gowa.
b) Pusat Pelayanan Kawasan Kecamatan Somba Opu adalah Kelurahan Sungguminasa
c) Jaringan jalur lintasan kereta api KSN Perkotaan Mamminasata di Kabupaen Gowa meliputi jalur lintasan rel kereta api
Kecamatan Somba Opu.
d) Sistem jaringan transmisi dan prasarana tenaga listrik di Kecamatan Somba Opu meliputi Gardu Induk dengan kapasitas
20 (dua puluh) MVA.
e) Sistem jaringan telekomunikasi guna meningkatkan aksesibiltas masyarakat dan dunia usaha terhadap layanan
telekomunikasi dilayani oleh Sentral Telepon Otomat (STO) Gowa di Kecamatan Somba Opu.
f) Sistem jaringan sumber daya air ditetapkan dalam rangka pengelolaan sumber daya air yang terdiri atas konservasi
sumber daya air, pendayagunaan sumber daya air, dan pengendalian daya rusak air. Embung Mawang menjadi salah
satu sumber air Kabupaten Gowa.
g) Pelestarian danau mawang sebagai sistem pengendalian banjir dengan pembangunan dan pengembangan daerah
tangkapan air.
h) Sistem Pembuangan air limbah terpusat rumah sakit dan Kawasan Industri Gowa dilayani oleh IPAL Somba Opu di
Kecamatan Somba Opu.
i) Ruang evakuasi bencana (melting point) berada di Lapangan bekas Pabrik Kertas Gowa Kelurahan Mawang.

2) Rencana Pola Ruang


Rencana pola ruang wilayah Kabupaten Gowa ditetapkan dengan tujuan mengoptimalkan pemanfaatan ruang sesuai dengan
peruntukannya sebagai kawasan lindung dan kawasan budidaya berdasarkan daya dukung dan daya tamping lingkungan.
Rencana pola ruang wilayah meliputi rencana peruntukan kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung
meliputi kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, Kawasan perlindungan setempat,
kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya, kawasan rawan bencana alam, kawasan lindung geologi.
Kawasan budidaya terdiri atas kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan
perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan
peruntukan permukiman, dan kawasan peruntukan lainnya.
a) Sebagian wilayah Kecamatan Somba Opu termasuk kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan lahan basah,
perkebunan, budidaya minipadi dan budidaya kolam, industri rumah tangga, kawasan peruntukan pemerintahan skala
kecamatan, kawasan peruntukan pelayanan Pendidikan tinggi.
b) Danau Mawang yang berada di Kelurahan Mawang sebagai kawasan peruntukan perikanan tangkap.
c) Kawasan peruntukan wilayah pertambangan komoditas mineral bukan logam, komoditas batuan berada di Kecamatan
Somba Opu.
d) Danau Mawang yang berada di Kelurahan Mawang sebagai peruntukan pariwisata alam.
e) Kawasan peruntukan pertokoan modern di kawasan perdagangan Kecamatan Somba Opu.
f) Kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan meliputi Kepolisian Resort Gowa dan kepolisian sektor di Kecamatan
Somba Opu.
g) Kawasan perlindungan setempat yaitu kawasan sekitar danau Mawang yang meliputi daratan dengan jarak paling sedikit
50 meter sampai dengan 100 meter dari titik pasang air danau tertinggi.
h) Sebagian wilayah Kecamatan Somba Opu ditetapkan sebagai kawasan rencana pemenuhan RTH Publik, kawasan
sempadan danau, Tempat Pemakaman Umum,
i) Kawasan rawan bencana alam ditetapkan dalam rangka memberikan perlindungan semaksimal mungkin atas
kemungkinan bencana alam terhadap fungsi lingkungan hidup dan kegiatan lainnya. Kelurahan Mawang termasuk
sebagai salah satu kawasan rawan banjir.

3) Kelurahan Mawang sebagai Kawasan Strategis Kabupaten (KSK)


Kawasan strategis Kabupaten Gowa merupakan bagian wilayah Kabpuaten Gowa yang penataan ruangnya diprioritaskan,
karena mempunyai pengaruh sangat besar. Kawasan Strategis Kabupaten. Kawasan Strategis Kabupaten terdiri atas
kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi, kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya,
kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumberdaya alam dan/ atau teknologi tinggi, dan kawasan strategis
dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Kawasan Danau Mawang yang berada di Kelurahan
Mawang termasuk sebagai Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) dari sudut kepentingan lingkungan hidup.
4) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Gowa Tahun 2016-2021
Dokumen RPJMD merupakan dokumen perencanaan pembangunan yang dibuat setiap 5 (lima) tahun sebagai bagian
dari proses penyelenggaraan pemerintahan daerah yang tidak terpisahkan dari sistem perencanaan pembangunan nasional.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Gowa Tahun 2016-2021 merupakan Visi, Misi, dan
Program Bupati Gowa yang terpilih. Visi Kabupaten Gowa Tahun 2016-2021 yaitu “Terwujudnya Masyarakat yang
Berkualitas, Mandiri dan Berdaya Saing dengan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik”. Sejalan dengan visi tersebut dengan
memperhatikan kondisi objektif yang dimiliki Kabupaten Gowa, dirumuskan Misi Kabupaten Gowa Tahun 2016-2021
sebagai berikut :
a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia berbasis pada hak-hak dasar, kesetaraan gender, nilai budaya dan
agama.
b. Meningkatkan perekonomian daerah berbasis pada potensi unggulan dan ekonomi kerakyatan.
c. Meningkatkan pembangunan infrastruktur berorientasi pada interlokasi antar wilayah dan sektor.
d. Meningkatkan pengembangan wilayah kecamatan, desa dan kelurahan.
e. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih dan demokratis.
Dalam mewujudkan visi dan misi tersebut, maka ditetapkan arahan kebijakan pembangunan Kabupaten Gowa yaitu sebagai
berikut :
 Peningkatan aksesibilitas layanan pendidikan secara merata dan proporsional.
 Peningkatan mutu dan pemerataan pendidik dan tenaga pendidikan.
 Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan melalui penambahan jumlah tenaga peningkatan dan
pembangunan sarana dan prasarana
pelayanan kesehatan.
 Penataan perumahan dan permukiman layak huni.
 Peningkatan peluang dan kesempatan kerja.
 Peningkatan produktivitas tenaga kerja.
 Peningkatan keamanan, ketentraman dan ketertiban umum.
 Penanganan bencana dan kebakaran.
 Peningkatan penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) dan pemakaian kontrasensi (CPR) baik laki-laki
maupun perempuan.
 Peningkatan kemandirian para fakir miskin komunitas adat terpencil dan PMKS.
 Penguatan kelembagaan organisasi kepemudaan dan fasilitasi cabang olahraga.
 Pemeliharaan nilai-nilai budaya masyarakat.
 Peningkatan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai keagamaan.
 Peningkatan pemenuhan sarana dan prasarana pertanianm peternakan dan perikanan.
 Peningkatan pengawasan dan pemantauan status baku mutu air.
 Pemenuhan penyelesain kasus lingkungan.
 Pemberdayaan dan perlindungan koperasi dan UMKM.
 Fasilitasi pengembangan ekonomi kreatif.
 Peningkatan perluasan informasi barang dan jasa serta peluang investasi daerah yang dapat dikembangakan.
 Peningkatan kualitas perdagangan berbasis pasar rakyat.
 Peningkatan fasilitas perlengkapan jalan dan jaringan irigasi
 Pengembangan taman tematik dan perluasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) public.
 Peningkatan kualitas air baku menjadi air minum.
 Gerakan Gowa Bersih.
 Peningkatan aksesibilitas sanitasi.
 Peningkatan kualitas pelayanan administrasi terpadu kecamatan
 Peningkatan kapasitas dan peran lembaga kemasyarakatan desa dan kelurahan serta lembaga adat dan sosial budaya
masyarakat.
 Pemberdayaan masyarakat mandiri perdesaan
 Optimalisasi penggunaan dan pengawasan keuangan desa.
 Pembangunan desa tertinggal dan transmigrasi.
 Optimalisasi pemanfaatan kawasan strategis
 Pengembangan kawasan perdesaan.
 Pembinaan perencanaan pembangunan daerah dalam penyusunan, pengendalian dan evaluasi rencana pembangunan
daerah yang berkualitas dan tepat waktu.
 Pengembangan perangkat daerah sesuai dengan kewenangan, kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah.
 Peningkatan sarana dan prasarana pemerintahan secara efektif dan efisien.
 Pengembangan ketatalaksanaan, kearsipan, persandian, sistem dan budaya kerja perangkat daerah berbasis teknologi
informasi.
 Pengembangan SDM aparatur, pembinaan karier berbasis kompetensi

31.2. Kajian Sektoral


1) Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan (RP2KPKP) Kabupaten Gowa Tahun 2016
Penyelenggaraan permukiman kumuh perkotaan memerlukan perencanaan yang berkesinambungan dan terstruktur
sebagai acuan pelaksanaan pembangunan untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh. Pemerintah Kabupaten
sebagai nahkoda harus didorong untuk memiliki dokumen perencanaan sebagai dasar pengembangan kawasan permukiman
sehingga penyelenggaraan pembangunan permukiman kumuh perkotaan berada pada arah yang tepat menuju permukiman
yang layak huni dan berkelanjutan. Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman, Ditjen Cipta Karya melalui Subdit
Perencanaan Teknis memberikan fasilitasi berupa pendampingan dalam penyusunan RP2KPKP sebagai bentuk pembinaan
kepada Pemerintah Daerah dalam Menyusun rencana penanganan permukiman kumuh di Kabupaten Gowa. Tujuan yang
ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan penyusunan RP2KPKP ini adalah :
 Pencegahan terhadap tumbuh dan berkembangnya perumahan kumuh dan permukiman kumuh baru di Kabupaten
Gowa, melalui pengawasan dan pengendalian serta pemberdayaan masyarakat.
 Peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh yang didahului dengan penetapan lokasi
perumahan kumuh dan permukiman kumuh dengan pola-pola penanganannya.
Lingkup kegiatan penyusunan RP2KPKP dimulai dengan persiapan kemudian melakukan verifikasi kawasan kumuh. Hasil
verifikasi tim Tahun 2016 bahwa Kelurahan Mawang dan Kelurahan Bontoramba menjadi satu kawasan kumuh yaitu
kawasan kumuh bontoramba dengan tingkat kekumuhan sedang seluas 50,72 Ha.
Kemudian tahap identifikasi kekumuhan dan kebutuhan penanganan. Kriteria dan indikator penentuan klasifikasi dan
skala prioritas penanganan secara umum dibagi dalam 3 bagian yaitu identifikasi kekumuhan, identifikasi legalitas lahan,
dan pertimbangan lain. Untuk lebih jelasnya hasil penilaian kawasan prioritas lokasi permukiman kumuh Bontoramba dapat
diuraikan pada tabel berikut :
(Dokumen RP2KPKP bab 3)
Setelah mengetahui permasalahan permukiman kumuh Bontoramba selanjutnya perumusan kebutuhan penanganan
berdasarkan isu dan permasalahan permukiman kumuh. Rumusan kebutuhan penanganan dalam konteks pencegahan dan
peningkatan kualitas permukiman kumuh. Hasil rumusan kebutuhan penanganan di kawasan kumuh Bontoramba dapat
dilihat pada tabel berikut :
(Dokumen RP2KPKP bab 3)
Selanjutnya tahap perumusan konsep serta strategi pencegahan dan peningkatan kualitas permukiman kumuh untuk skala
kawasan pada seluruh lokasi permukiman kumuh yang telah diverifikasi. Strategi skala kawasan diperlukan dalam hal
menangani kondisi permukiman kumuh sesuai dengan profil yang telah dimutakhirkan dan terverifikasi serta teridentifikasi
kebutuhan penanganannya. Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan konsep dan strategi pencegahan dan peningkatan
kualitas permukiman kumuh kawasan Bontoramba sebagai berikut :
(Dokumen RP2KPKP Bab 4)
2) Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gowa
Tujuan disusunnya Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gowa adalah untuk menyediakan dasar dan acuan untuk dimulainya
pekerjaan pengembangan sanitasi yang lebih terintegrasi. Disamping itu, buku putih sanitasi juga nantinya dapt menjadi
panduan kebijakan pemerintah Kabupaten Gowa dalam kegiatan pengelolaan sanitasi, termasuk didalamnya adalah
penetapan prioritas dalam pengembangan sanitasi yang mencakup strategi sanitasi, rencana tindak serta anggaran perbaikan
maupun peningkatan sanitasi. Dengan adanya Buku Putih Sanitasi ini beberapa manfaat yang dapat diperoleh adalah sebagai
berikut :
a. Untuk mengetahui kondisi menyeluruh sanitasi kota saat ini yang meliputi PHBS dan sanitasi dasar (Air Limbah
Domestik, Drainase, Persampahan, jamban) untuk menjadi masukan penting bagi penyusunan prioritas pembangunan
sanitasi;
b. Sebagai pedoman pelaksanaan pengembangan sanitasi yang lebih jelas dan tepat sasaran;
c. Sebagai acuan strategi sanitasi kota karena Buku Putih Sanitasi juga menjadi dasar bagi penyusunan Strategi Sanitasi
Kota (SSK);
d. Sebagai rekomendasi bagi perencanaan pembangunan daerah khususnya di bidang PHBS dan sanitasi dasar (Air Limbah
Domestik, Drainase, Persampahan, jamban) dan PHBS;
e. Sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan investasi di bidang sanitasi;
f. Sebagai pedoman untuk mengukur sejauh mana pencapaian pembangunan di bidang sanitasi.
Berdasarkan tujuan dan manfaat Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gowa selanjutnya direncanakam program untuk
peningkatan sanitasi di Kabupaten Gowa yang dapat dirincikan sebagai berikut :
a. Kegiatan Promosi Higiene dan Sanitasi
 Penyuluhan PHBS
 Saka Bakti Husada
 Kegiatan Investigasi Data Bangunan Gedung, Jalan Lingkungan, Drainase, Air Bersih, dan Sanitasi
b. Kegiatan Peningkatan Pengelolaan Air Limbah Domestik
 Program peningkatan pengendalian pousi
 Pengujian kadar polusi limbah padat dan limbah cair
 Kegiatan pengadaan tempat pengolahan limbah cair
c. Kegiatan Peningkatan Pengelolaan Persampahan
 Pengadaan mobil dump truck arm roll
 Program pengembangan kinerja pengelolaan persampahan
 Pengadaan dan perbaikan container
d. Kegiatan Peningkatan Jaringan Drainase Lingkungan
 Pembuatan drainase JL. Damai Kelurahan Mawang
 Program pembangunan saluran drainase/gorong-gorong
e. Peningkatan Komponen Terkait Sanitasi (Air Bersih, Air Limbah Industri Rumah Tangga, Limbah Medis)
 Program pengembangan dan pengelolaan air bersih/air minum
 Biaya operasional pembangunan sarana dan prasarana Air Minum
 Pembangunan sarana dan prasarana jaringan pipa distribusi PDAM
3.2 Kajian akar permasalahan permukiman
3.2.1 Kajian Akar Masalah Keteraturan Bangunan
3.2.2 Kajian Akar Masalah Jalan Lingkungan
3.2.3 Kajian Akar Masalah Penyediaan Air Minum

3.2.4 Kajian Akar Masalah Drainase Lingkungan

Sapras dan Sistem Pengelolaan Air


Minum, Mandi, Cuci Tidak Sesuai
Persyaratan dan Standar Teknis

Tidak mampu mencukupi


kebutuhan air minum, mandi, Air sumur bau dan keruh
cuci seluruh masyarakat

Jaringan perpipaan tidak Sumber air berdekatan


melayani semua permukiman dengan septictank atau
rawa

Kurangnya swadaya
Kurangnya pendanaan
masyarakat

Belum ada realisasi Masyarakat


pengadaan perpipaan berpenghasilan rendah

Belum ada usulan /


inisiatif pengajuan Pengangguran Kurangnya modal
pengadaan perpipaan usaha dan keterampilan
Masalah Fisik

Masalah Non Fisik

3.2.5 Kajian Akar Masalah Pengelolaan Air Limbah

Sapras dan Sistem Pengelolaan Air


Limbah Tidak Sesuai Persyaratan
dan Standar Teknis

IPAL tidak berfungsi


maksimal

Rumah tangga tidak


memiliki jamban sendiri Saluran limbah rumah
tangga bercampur dengan
drainase lingkungan

Kurangnya kesadaran Pola


Hidup Bersih dan Sehat Rumah Tangga Tidak
memiliki septic tank

Kurangnya swadaya
masyarakat Kurangnya pendanaan

Masyarakat Belum ada realisasi


berpenghasilan rendah pembangunan

Pengangguran Kurangnya modal


Masalah Fisik usaha dan keterampilan

Masalah Non Fisik


3.2.6 Kajian Akar Masalah Pengelolaan Persampahan

Sapras dan Sistem Pengelolaan


Persampahan Tidak Sesuai
Persyaratan dan Standar Teknis

Penumpukan sampah

Tidak ada tempat Permukiman yang sulit


pembunangan terjangkau motor sampah Perilaku masyarakat
sampahskala lingkungan

Membuang sampah
Jalan sempit bukan pada tempatnya
Kurangnya inisiatif
pengadaan dan
pemeliharaan Kurangnay kesadaran
Pola Hidup Bersih

Kurangnay keterampilan
daur ulang sampah

Masalah Fisik

Masalah Non Fisik


3.2.7 Kajian Akar Masalah Proteksi Kebakaran

Masalah Sarana dan Sistem Pengelolaan


Proteksi Kebakaran

Pemukiman sulit dijangkau Tidak ada hidran atau Jarak antar bangunan yang
oleh mobil pemadam sumber air untuk terlalu padat
kebarakan pemadaman kebakaran

Letak posko kebakaran


Kurangnya pengetahuan
melebihi 2,5 KM
Jalan Sempit tentang standar jarak antar
bangunan dalam IMB

Belum ada realisasi


Kurangnya tingkat
pembangunan
Pendidikan dan sosialisasi

Belum ada usulan atau inisiatif


pengajuan pembangunan

Masalah Fisik

Masalah Non Fisik


Tabel 3. Kajian Akar Penyebab Permasalahan Permukiman Kelurahan Romangpolong

Skenario “Do Nothing” :


Apa yang akan terjadi
Fenomena Penyebab Akar Masalah bila perkembangan kota
dibiarkan secara organik,
tanpa intervensi apapun?
Masalah  Kepadatan bangunan  Keterbatasan lahan  Kawasan kumuh tidak
Ketidakteraturan cukup tinggi  Pertumbuhan penduduk tinggi tertangani bahkan
Bangunan  Rumah tidak layak huni  Masyarakat berpenghasilan semakin meluas
 Perilaku masyarakat rendah  Terciptanya lingkungan
 Kebijakan pengaturan  Pengangguran yang tidak aman dan
bangunan belum tegas  Kurangnya modal usaha dan tidak nyaman
keterampilan  Kesemrautan
 Bangunan tidak layak huni pembangunan
 Kondisi bangunan sudah tua  Kondisi fisik kawasan
 Kurangnya wawasan tentang lingkungan tidak estetik
bangunan sehat dan PHBS
 Tingkat Pendidikan rendah
 Kurangnya sosialisasi aturan
pendirian bangunan
 Tidak ada disinsentif sanksi bagi
pelanggar
 Tidak ada bentuk pengawasan
pemerintah setempat
Jalan Rusak dan Tidak  Permukaan jalan rusak  Kualitas konstruksi buruk  Tingkat aksesibilitas
Terawat  Jalan sempit  Dilalui beban kendaraan yang rendah
 Jalan tidak terawat tidak sesuai  Dapat menyebabkan
 Beberapa ruas jalan struktur kecelakaan lalulintas
permukaannya masih tanah  Masyarakat sulit
 Tidak ada resapan atau drainase mengembangkan usaha
pada beberapa ruas jalan  Menyulitkan kendaraan
 Terjadi genangan air pada sampah maupun
Skenario “Do Nothing” :
Apa yang akan terjadi
Fenomena Penyebab Akar Masalah bila perkembangan kota
dibiarkan secara organik,
tanpa intervensi apapun?
beberapa ruas jalan pemadam dalam
 Kurangnya pendanaan mengakses lokasi
 Keterbatas lahan permukiman dengan
 Kurangnya sosialisasi mengenai jalanan yang sempit
aturan pendirian bangunan
 Kurangnya sosialisasi tentang
pentingnya perawatan
infrastruktur
 Kurangnya kesadaran
masyarakat untuk merawat
infrastruktur lingkungan sekitar
Sapras dan Sistem  Tidak mampu mencukupi  Jaringan perpipaan tidak  Masyarakat mudah
Pengelolaan Air Minum, kebutuhan air minum, melayani semua permukiman terjangkit penyakit
Mandi, Cuci Tidak mandi, cuci seluruh  Kurangnya pendanaan  Krisis air bersih
Sesuai dengan masyarakat  Belum ada realisasi pengadaan
Persyaratan dan Standar  Air sumur bau dan keruh perpipaan
Teknis  Belum ada usulan inisiatif
pengajuan pengadaan perpipaan
 Kurangnya swadaya masyarakat
 Masyarakat berpenghasilan
rendah
 Pengangguran
 Kurangnya modal usaha dan
keterampilan
 Sumber air berdekatan dengan
septictank atau rawa
Drainase Rusak dan  Saluran Tersumbat  Beberapa ruas jalan tidak  Rawan banjir
Skenario “Do Nothing” :
Apa yang akan terjadi
Fenomena Penyebab Akar Masalah bila perkembangan kota
dibiarkan secara organik,
tanpa intervensi apapun?
Tidak Terawat  Adanya genangan air di memiliki saluran drainase  Lingkungan yang tidak
jalan  Kurangnya pendanaan bersih
 Perilaku masyarakat  Belum ada realisasi  Polusi air
pembangunan
 Dimensi saluran tidak
menampung
 Sedimentasi pada saluran
 Saluran tidak terpisah dengan
saluran pembuangan limbah
 Adanya tumpukan sampah
 Kurangnya
perawatan/pembersihan berkala
 Kendala kontur atau elevasi di
lokasi
 Beberapa plat penutup sangat
berat sehingga susah untuk
dibersihkan
Sapras dan Sistem IPAL tidak berfungsi dengan  Rumah tangga tidak memiliki  Lingkungan yang
Pengelolaan Air Limbah maksimal jamban sendiri tidak sehat
Tidak Sesuai Persyaratan  Saluran limbah rumah tangga  Masyarakat mudah
dan Standar Teknis bercampur dengan drainase terjangkit penyakit
lingkungan
 Tidak memiliki septic tank
 Kurangnya swadaya masyarakat
masyarakat berpenghasilan
rendah
 Pengangguran
Skenario “Do Nothing” :
Apa yang akan terjadi
Fenomena Penyebab Akar Masalah bila perkembangan kota
dibiarkan secara organik,
tanpa intervensi apapun?
 Kurangnya modal usaha dan
keterampilan
 Kurangnya pendanaan
 Belum ada realisasi
pembangunan
 Belum ada inisiatif usulan
pembangunan
 Kurangnya kesadaran pola
hidup bersih dan sehat
Sapras dan Sistem  Penumpukan sampah  Tidak ada tempat pembuangan  Timbulnya lokasi baru
Pengelolaan  Permukiman yang tidak sampah skala lingkungan penumpukan sampah
Persampahan Tidak terjagkau motor sampah  Kurangnya inisiatif pengadaan  Lingkungan yang tidak
Sesuai dengan  Perilaku masyarakat dan pemeliharaan sehat dan tidak nyaman
Persyaratan dan Standar  Jalanan sempit  Lingkungan yang kotor
Teknis  Perilaku masyarakat membuang dan bau
sampah bukan pada tempatnya  Timbul berbagai macam
 Kurangnya kesadaran Pola penyakit
Hidup Bersih dan Sehat  Terjadi banjir
 Kurangnya keterampilan daur
ulang sampah
Masalah Sarana dan  Tidak ada hidran dan  Letak posko kebakaran melebihi  Rendahnya proteksi
Prasarana Pengelolaan sumber air untuk 2,5 KM kebakaran lingkungan
Proteksi Kebakaran pemadam kebakaran  Jalanan sempit  Rawan bencana
 Jarak antar bangunan  Belum ada realisasi kebakaran
terlalu padat pembangunan proteksi
 Keterjangkauan kebakaran
lingkungan permukiman  Belum ada usulan atau inisiatif
Skenario “Do Nothing” :
Apa yang akan terjadi
Fenomena Penyebab Akar Masalah bila perkembangan kota
dibiarkan secara organik,
tanpa intervensi apapun?
pengajuan pengadaan proteksi
kebakaran
 Kurangnya pengetahuan tentang
standar jarak antar bangunan
dalam IMB
 Kurangnya tingkat Pendidikan
dan sosialisasi

3.3 Kajian Daya Dukung dan Daya Tampung


3.3.1 Proyeksi Penduduk
Dalam memproyeksi jumlah penduduk Kelurahan Mawang 5 tahun kedepan, kita menggunakan proyeksi ekstrapolasi. Untuk
lebih jelasnya dapat kita lihat pada perhitungan dibawah ini :
Pn = P0 + b∙ θ
P2023 = 5.367 + 157 (2023-2018)
= 5.367 + 785
= 6.152 Jiwa
Dari hasil analisis proyeksi penduduk 5 tahun kedepan yaitu pada tahun 2023 jumlah penduduk Kelurahan Mawang sebanyak
6.152 Jiwa.
3.3.2 Proyeksi Daya Dukung dan Daya Tampung
3.3.3 Proyeksi Kebutuhan Pelayanan, Sarana, dan Prasarana
1) Analisa Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Kelurahan Mawang Tahun 2023
Mengacu pada SNI 03-1733-2004 maka dilakukan analisis untuk kebutuhan fasilitas pendidikan di Kelurahan Mawang
pada Tahun 2023 dengan menggunakan hasil proyeksi penduduk tahun 2023. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 3. Kebutuhan Fasilitas Pendidikan Kelurahan Mawang Tahun 2023

Jumlah
Jumlah Penduduk Jumlah Sarana Jumlah Sarana Tambahan
Jenis Sarana Standar
No. Tahun 2023 Eksisting Sesuai Standar Kebutuhan
Pendidikan (Jiwa Per Unit)
(Jiwa) (Unit) (Unit) Sarana
(Unit)
1. TK 1250 3 5 2
2. Sekolah Dasar 1600 2 4 2
3. SMP 4.800 6.152 0 1 1
4. SMA 4.800 0 1 1
5. Taman Bacaan 2.500 0 2 2
Berdasarkan hasil analisis, kebutuhan sarana pendidikan di Kelurahan Mawang yaitu TK sebanyak 5 unit dan SD sebanyak
4 unit. Jumlah tambahan kebutuhan sarana pendidikan di Kelurahan Mawang tahun 2023 yaitu TK dan SD masing-masing
2 unit, SMP dan SMA masing-masing sebanyak 1 unit, dan Taman Bacaan sebanyak 2 unit.

2) Analisa Kebutuhan Fasilitas Peribadatan Kelurahan Mawang Tahun 2023


Mengacu pada SNI 03-1733-2004 maka dilakukan analisis untuk kebutuhan fasilitas peribadatan pada Tahun 2023 dengan
menggunakan hasil proyeksi penduduk tahun 2023. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Kebutuhan Fasilitas Peribadatan Kelurahan Mawang Tahun 2023

Jumlah
Jumlah Penduduk Jumlah Sarana Jumlah Sarana Tambahan
Jenis Sarana Standar
No. Tahun 2023 Eksisting Sesuai Standar Kebutuhan
Pendidikan (Jiwa Per Unit)
(Jiwa) (Unit) (Unit) Sarana
(Unit)
1. Mushollah 250 0 25 25
6.152
2. Mesjid Warga 2500 13 2 0
Berdasarkan hasil analisis, kebutuhan sarana peribadatan di Kelurahan Mawang yaitu Mushollah sebanyak 5 unit dan
Mesjid Warga sebanyak 2 unit. Jumlah tambahan kebutuhan sarana peribadatan di Kelurahan yaitu 25 unit Mushollah.

3) Analisa Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Kelurahan Mawang Tahun 2023


Mengacu pada SNI 03-1733-2004 maka dilakukan analisis untuk kebutuhan fasilitas kesehatan pada Tahun 2023 dengan
menggunakan hasil proyeksi penduduk tahun 2023. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Kebutuhan Fasilitas Kesehatan Kelurahan Mawang Tahun 2023
Jumlah
Jumlah Penduduk Jumlah Sarana Jumlah Sarana Tambahan
Jenis Sarana Standar
No. Tahun 2023 Eksisting Sesuai Standar Kebutuhan
Kesehatan (Jiwa Per Unit)
(Jiwa) (Unit) (Unit) Sarana
(Unit)
1. Posyandu 1250 3 5 2
2. Balai Pengobatan
2500 0 2 2
Warga 6.152
2. Pustu 30000 2 - -
3. Apotek 30000 2 - -
Berdasarkan hasil analisis, kebutuhan sarana Kesehatan di Kelurahan Mawang pada tahun 2023 yaitu posyandu sebanyak 5
unit dan balai pengobatan warga sebanyak 2 unit. Jumlah tambahan jenis sarana Kesehatan yang dibutuhkan yaitu
posyandu dan balai pengobatan warga masing-masing 2 unit.

4) Analisa Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Jasa Kelurahan Mawang Tahun 2023
Mengacu pada SNI 03-1733-2004 maka dilakukan analisis untuk kebutuhan fasilitas perdagangan dan jasa pada Tahun
2023 dengan menggunakan hasil proyeksi penduduk tahun 2023. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Kebutuhan Fasilitas Perdagangan dan Jasa Kelurahan Mawang Tahun 2023
Jumlah
Jenis Fasilitas Jumlah Penduduk Jumlah Sarana Jumlah Sarana Tambahan
Standar
No. Perdagangan Tahun 2023 Eksisting Sesuai Standar Kebutuhan
(Jiwa Per Unit)
dan Jasa (Jiwa) (Unit) (Unit) Sarana
(Unit)
1. Toko / Warung 250 35 25 -
6.152
2. Bengkel - 7 - -
Berdasarkan hasil analisis, kebutuhan sarana Perdagangan dan Jasa di Kelurahan Mawang pada tahun 2023 yaitu
Toko/Warung sebanyak 25 unit sehingga tidak diperlukan tambahan sarana perdagangan dan jasa karena telah sesuai
dengan standar kebutuhan.
5) Analisa Kebutuhan Ruang Terbuka Hijau Kelurahan Mawang Tahun 2023
Mengacu pada SNI 03-1733-2004 maka dilakukan analisis untuk kebutuhan fasilitas ruang terbuka hijau pada Tahun 2023
dengan menggunakan hasil proyeksi penduduk tahun 2023. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3. Kebutuhan Fasilitas Ruang Terbuka Hijau Kelurahan Mawang 2023
Jumlah
Jumlah Penduduk Jumlah Sarana Jumlah Sarana Tambahan
Jenis Fasilitas Standar
No. Tahun 2023 Eksisting Sesuai Standar Kebutuhan
RTH (Jiwa Per Unit)
(Jiwa) (Unit) (Unit) Sarana
(Unit)
1. Taman 250 1 25 24
6.152
2. TPU 120.000 1 0 0
Berdasarkan hasil analisis, kebutuhan sarana Ruang Terbuka Hijau di Kelurahan Mawang pada tahun 2023 yaitu Taman
sebanyak 25 unit sehingga diperlukan penambahan taman sebanyak 24 unit.
3.4 Kajian Pengelolaan Dampak Lingkungan dan Sosial
Aspek Faktor Penyebab Kebijakan Strategi

3.5 Kajian Livelihood


Tabel Scoring Permasalahan Pentagonal Asset

Anda mungkin juga menyukai