Anda di halaman 1dari 23

BAB I

GEOGRAFI DAN IKLIM

A. Letak Geografi dan Luas Wilayah


Kabupaten Jeneponto terletak antara 5° 16’13’’ - 5° 39’35” Lintang
Selatan dan 12° 40’19” - 12° 7’31” Bujur Timur. Berbatasan dengan Kabupaten
Gowa dan Takalar di sebelah Utara, Kabupaten Bantaeng di sebelah Timur,
Kabupaten Takalar sebelah Barat dan Laut Flores di sebelah Selatan.
Luas wilayah Kabupaten Jeneponto tercatat 749,79 km2 yang meliputi 11
kecamatan.

B. Kondisi Tanah (Topografi)


Topografi Kabupaten Jeneponto pada bagian utara terdiri dari dataran
tinggi dengan ketinggian 500 sampai dengan 1400 meter diatas permukaan laut,
bagian tengah dengan ketinggian 100 sampai dengan 500 meter dari permukaan
laut, dan pada bagian Selatan meliputi wilayah dataran rendah dengan ketinggian
0 sampai dengan 150 meter di atas permukaan laut.

C. Jenis Tanah
Jenis tanah di Kabupaten Jeneponto terdapat 6 (enam) jenis :
- Jenis tanah Alluvial terdapat di Kecamatan Bangkala, Binamu dan Tamalatea
- Jenis tanah Gromosal terdapat di Kecamatan Tamalatea, Binamu , Bangkala
dan Batang.
- Jenis tanah Maditeren terdapat di kecamatan Bangkala, Batang, Kelara dan
Binamu
- Jenis tanah Latosol terdapat di Kecamatan Bangkala Tamalatea dan Kelara
- Jenis Tanah Andosil terdapat di Kecamatan Kelara
- Jenis Tanah Regonal terdapat pada 11 Kecamatan di Kabupaten Jeneponto.
D. Perairan
Kabupaten Jeneponto memiliki beberapa sungai (hidrologi) yang
sebagain telah dibendung yaitu Kelara, Tino, Poko Bulo yang telah berfungsi
untuk mengairi sebagaian lahan persawahan. Daerah Bagian Selatan memiliki
perairan Laut (Flores Sea) dengan panjang pantai berkisar 114 Km.
Tabel 1.1
Luas Wilayah Kabupaten Jeneponto Menurut Kecamatan 2017
Kode Wil. Kecamatan Luas Area Presentase
010 Bangkala 121,82 16,25
011 Bangkala Barat 152,96 20,40
020 Tamalatea 57,58 7,68
021 Bontoramba 88,30 11,78
030 Binamu 69,49 9,27
031 Turatea 53,76 7,17
040 Batang 33,04 4,41
041 Arungkeke 29,91 3,99
042 Tarowang 40,68 5,43
050 Kelara 43,95 5,86
051 Rumbia 58,30 7,78
JENEPONTO 749,79 100,00
Sumber: Kabupaten Jeneponto dalam Angka 2018
Kabupaten Jeneponto adalah kabupaten yang terdiri dari 11 kecamatan.
Dengan melihat tabel penyajian data diatas maka dapat dilihat, Kecamatan
dengan presentase luas kawasan terbesar adalah Kecamatan Bangkala Barat
dengan luas area 152,96 Ha atau sekitar 20,4% luas keseluruhan wilayah
Kabupaten Jeneponto. Pada awalnya Kecamatan Bangkala Barat merupakan
pecahan dari Kecamatan Bangkala itu sendiri.

Tabel 1.2
Jarak dari Ibu kota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten Jeneponto 2017
Ibukota Jarak Ke Ibukota
Kode Wil. Kecamatan
Kecamatan Kecamatan (Km)
010 Bangkala Allu 26,3
011 Bangkala Barat Bulu Jaya 40,7
020 Tamalatea Tanetea 9,9
021 Bontoramba Bontoramba 18
030 Binamu Bontosunggu 0
031 Turatea Paitana 13,1
040 Batang Togo-Togo 15,8
041 Arungkeke Tamanroya 9,1
042 Tarowang Tarowang 18,9
050 Kelara Tolo 14,8
051 Rumbia Rumbia 31,8
Sumber: Kabupaten Jeneponto dalam Angka 2018
Jarak dari Ibukota kecamatan dihitung berdasarkan panjang jalan
menuju Kecamatan Bunamu yakni daerah Bontosunggu yang merupakan pusat
kota Kabupaten Jeneponto. Dalam hal ini kecamatan yang jaraknya paling jauh
dari pusat ibukota kabupaten adalah Kecamatan Bangkala Barat yang memiliki
jarak 40,7 Km.
Tabel 1.3
Luas Lahan Sawah Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Pengairan di Kabupaten
Jeneponto (Ha) 2017
Kode Wil. Kecamatan Irigasi Non Irigasi Jumlah
010 Bangkala 461 583 1 044
011 Bangkala Barat 1 378 1 182 2 560
020 Tamalatea 138 699 837
021 Bontoramba 1 415 1 095 2 510
030 Binamu 1 639 430 2 069
031 Turatea 2 435 606 3 041
040 Batang 1 200 429 1 629
041 Arungkeke 777 638 1 415
042 Tarowang 542 30 572
050 Kelara 539 93 632
051 Rumbia 1 086 271 1 357
JENEPONTO 11 610 6 056 17 666
Sumber: Kabupaten Jeneponto dalam Angka 2018
Di Kabupaten Jeneponto terdapat 2 jenis sawah, yakni sawah irigasi dan
sawah non irigasi. Sawah irigasi adalah sawah yang menggunakan sumber daya
buatan irigasi yang digunakan sebagai alat untuk mengairi sawah. Dengan
irigasi maka air dari sumber air utama kemudian disalurkan ke sawah-sawah
yang ada. Namun, jika dengan sistem non irigasi maka sawah dialiri secara
alami tanpa irigasi. Adapun sawah irigasi terluas di Kabupaten Jeneponto
terdapat di Kecamatan Turatea dengan luas 2.435 Ha. Sedangkan untuk sawah
non irigasi terluas berada di Kecamatan Bangkala Barat yakni 1.182 Ha. Untuk
total sawah irigasi dan non irigasi terluas adalah Kecamatan Turatea yang
mencapai 3.041 Ha.
Tabel 1.4
Tinggi Wilayah di Atas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan
di Kabupaten Jeneponto, 2017
Kode Wil. Kecamatan Ibukota Kecamatan Tinggi (m)
010 Bangkala Allu 17,00
011 Bangkala Barat Bulu Jaya 67,00
020 Tamalatea Tanetea 71,00
021 Bontoramba Bontoramba 39,00
030 Binamu Bontosunggu 65,00
031 Turatea Paitana 178,00
040 Batang Togo-Togo 41,00
041 Arungkeke Tamanroya 26,00
042 Tarowang Tarowang 39,00
050 Kelara Tolo 221,00
051 Rumbia Rumbia 509,00
Sumber: Kabupaten Jeneponto dalam Angka 2018
Kecamatan Jeneponto merupakan kecamatan dengan relief permukaan
bumi yang tidak teratur. Terdiri dari daratan, laut, serta bukit hingga daerah
pegunungan. Daerah dengan tingkat ketinggian tertinggi adalah Kecamatan
Kelara dengan 221 m DPL.
Tabel 1.5
Luas Lahan Bukan Sawah Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Pengaira di
Kabupaten Jeneponto (Ha), 2017
No. Kecamatan Tegal Kebun Ladang Perkebunan Hutan Hutan
Rakyat Negara
1 Bangkala 5184 415 97 1505 2693
2 Bangkala Barat 5567 157 440 - 4696
3 Tamalatea - 3228 13 - 699
4 Bontoramba 4218 13 - 117 1704
5 Binamu - 3188 - 91 -
6 Turatea 2085 - - - -
7 Batang 1494 - - - -
8 Arungkeke 1086 - 3 2 -
9 Tarowang 2892 - 160 - 17
10 Kelara 3282 - 268 55 30
11 Rumbia 3572 127 387 - 81
JENEPONTO 29380 7128 1368 1770 9920
Sumber: Kabupaten Jeneponto dalam Angka 2018
Tabel 1.6
Daerah Irigasi Yang Menjadi Wewenang Kabupaten Jeneponto Tahun 2017
Tingkat Kerusakan Tingkatan Irigasi
No. Kecamatan Luas
Baik Rusak Ringan Rusak Sedang Rusak Berat Semi Teknis Sederhana
1 Bangkala 1347 67,00 12 10,00 11,00 1 6
2 Bangkala Barat 4048 64,00 13 8,00 15,00 2 15
3 Tamalatea 225 68,00 8 4,00 20,00 - 2
4 Bontoramba 2994 64,00 16 8,00 12,00 2 11
5 Binamu 840 75,00 12 9,00 4,00 - 4
6 Turatea 1276 68,00 8 7,00 17,00 1 3
7 Batang 1582 67,00 11 2,00 20,00 - 9
8 Arungkeke 860 70,00 4 8,00 18,00 - 5
9 Tarowang 1780 67,00 8 11,00 14,00 1 7
10 Kelara 1200 72,00 7 4,00 17,00 - 7
11 Rumbia 6401 60,00 11 8,00 21,00 3 32
JENEPONTO 22553 67,45 10 7,18 15,36 10 101
Sumber: Kabupaten Jeneponto dalam Angka 2018
Tabel 1.7
Luas Areal Sawah Irigasi dan Panjang Saluran Daerah Irigasi di Kabupaten Jeneponto
Tahun 2017
Panjang Saluran Air Bangunan Pengairan
Luas Baku
No Kecamatan Primer Sekunder
Sawah Irigasi Bagi/Sadap Sadap
(Km) (Km)
1 Bangkala - - - - -
2 Bangkala Barat 187 - 3427 - 1 100
3 Tamalatea 120 - 2028 - 600
4 Bontoramba 709 - 13583 - 1 000
5 Binamu 726 - 4533 - 3 278
6 Turatea 497 - 3178 - 1 537
7 Batang 447 - 3605 - 1 500
8 Arungkeke 400 - 2200 - 500
9 Tarowang 330 - 3359 4 -
10 Kelara 425 - 10108 - 529
11 Rumbia 300 - 4700 4 1 500
Jeneponto 4141 - 50721 8 11544
Sumber: Kabupaten Jeneponto dalam Angka 2018
BAB II
PEMERINTAHAN
Pemerintah Daerah Jeneponto mencakup 113 desa/kelurahan dengan rincian
82 desa dan 31 kelurahan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1
Pembagian Wilayah Administrasi di Kabupaten Jeneponto, 2017
Jumlah
Kecamatan Ibu Kota Desa Kelurahan
Desa/Kelurahan
Bangkala Allu 10 4 14
Bangkala Barat Bulujaya 7 1 8
Tamalatea Tanetea 6 6 12
Bontoramba Bontoramba 11 1 12
Binamu Bontosunggu 1 12 13
Turatea Paitana 11 - 11
Batang Togo-Togo 4 2 6
Arungkeke Taman Roya 7 - 7
Tarowang Tarowang 8 - 8
Kelara Tolo 5 5 10
Rumbia Rumbia 12 - 12
Jeneponto 82 31 113
Sumber: Kabupaten Jeneponto Dalam Angka 2018
Ditinjau dari status desa yang tertinggal, masih banyak dijumpai Desa yang
tertinggal yaitu sebanyak 39 Desa, Sisanya yang lain yaitu sebanyak 42 Desa tidak
tertinggal lagi. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.2
Banyaknya Desa Menurut Statusnya di Kabupaten Jeneponto, 2017
Kecamatan
Tidak Tertinggal
Tertinggal
Sangat Tertinggal
Bangkala
7
2
-
Bangkala Barat
5
2
-
Tamalatea
3
3
-
Bontoramba
5
6
-
Binamu
1
0
-
Turatea
9
2
-
Batang
1
3
-
Arungkeke
1
6
-
Tarowang
3
5
-
Kelara
0
5
-
Rumbia
7
5
-
Jeneponto
42
39
-
Sumber : Kabupaten Jeneponto Dalam Angka 2018
Berdasarkan banyak lembaga LPD dan BPD di Kabupaten Jeneponto tahun
2017 yaitu sebanyak 31 LPD/K dan 82 BPD. Adapun lebih jelasnya menurut
kecamatan, dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 2.3
Banyaknya Lembaga LPD Dan BPD Menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto,
2017
Jumlah
Kecamatan LPD/K BPD
Kelembagaan
Bangkala 4 10 14
Bangkala Barat 1 7 8
Tamalatea 6 6 12
Bontoramba 1 11 12
Binamu 12 1 13
Turatea - 11 11
Batang 2 4 6
Arungkeke - 7 7
Tarowang - 8 8
Kelara 5 5 10
Rumbia - 12 12
Jeneponto 31 82 113
Sumber : Kabupaten Jeneponto Dalam Angka 2018
BAB III
KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN

Penduduk Kabupaten Jeneponto pada tahun 2017 berjumlah 359.787


orang yang tersebar di 11 kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar di
Kecamatan Binamu yaitu sebanyak 56.068 orang.
Tabel 3.1
Penduduk Kabupaten Jeneponto Dirinci Menurut Kecamatan, 2010-2016-2017
Laju Pertumbuhan
Jumlah Penduduk (ribu)
Kecamatan Penduduk per Tahun (%)
2010 2016 2017 2010-2017 2016-2017
Bangkala 49 924 53 356 53 887 1 ,10 1 ,00
Bangkala Barat 26 374 28 188 28 469 1 ,10 1 ,00
Tamalatea 40 384 41 645 41 810 0 ,50 0 ,40
Bontoramba 35 003 36 099 36 242 0 ,50 0 ,40
Binamu 52 483 55 596 56 068 0 ,95 0 ,85
Turatea 29 954 31 733 32 002 0 ,95 0 ,85
Batang 19 203 19 471 19 494 0 ,22 0 ,12
Arungkeke 18 244 18 497 18 517 0 ,21 0 ,11
Tarowang 22 350 22 658 22 682 0 ,21 0 ,11
Kelara 26 877 27 241 27 269 0 ,21 0 ,10
Rumbia 23 012 23 323 23 347 0 ,21 0 ,10
Jeneponto 343 808 357 807 359 787 0 ,65 0 ,55
Sumber : Kabupaten Jeneponto Dalam Angka 2018
Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan
lebih banyak dari pada penduduk yang berjenis kelamin laki-laki, Pada tahun
2017 jumlah penduduk perempuan sebesar 186.016 orang dan laki-laki sebanyak
173.771.
Tabel 3.2
Penduduk Kabupaten Jeneponto Menurut Kecamatan Dan Jenis Kelamin, 2017
Rasio Jenis
Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah
Kelamin
Bangkala 26 312 27 575 53 887 95,42
Bangkala Barat 14 109 14 360 28 469 98,25
Tamalatea 20 288 21 522 41 810 94,27
Bontoramba 17 393 18 849 36 242 92,28
Binamu 27 253 28 815 56 068 94,58
Turatea 15 479 16 523 32 002 93,68
Batang 9 120 10 374 19 494 87,91
Arungkeke 8 793 9 724 18 517 90,43
Tarowang 10 906 11 776 22 682 92,61
Kelara 12 893 14 376 27 269 89,68
Rumbia 11 225 12 122 23 347 92,60
2017 173 771 186 016 359 787 95,42
2016 172 894 184 913 357 807 93,50
Jeneponto 2015 171 882 183 717 355 599 93,55
2014 170 873 182 414 353 287 93,67
2013 169 892 181 219 351 111 93,74
Sumber : Kabupaten Jeneponto Dalam Angka 2018
Tabel 3.3
Rata-Rata Penduduk Perdesa, Kepadatan Dan Rata-Rata Anggota Rumah Tangga
Menurut Kecamatan Di Kabupaten Jeneponto, 2017
Banyaknya Rata-rata
Anggota
Kecamatan Luas Rumah Penduduk Distribusi
Desa/Kel Penduduk Rumah
Tangga Perdesa/kel Penduduk
Tangga
Bangkala 121,82 14 12 492 53 887 3 849 14 ,98 4
Bangkala
152,96 8 7 075 28 469 3 559 7 ,91 4
Barat
Tamalatea 57,58 12 9 599 41 810 3 484 11 ,62 4
Bontoramba 88,30 12 8 320 36 242 3 020 10 ,07 4
Binamu 69,49 13 11 527 56 068 4 313 15 ,58 5
Turatea 53,76 11 6 837 32 002 2 909 8 ,89 5
Batang 33,04 6 4 363 19 494 3 249 5 ,42 4
Arungkeke 29,91 7 4 236 18 517 2 645 5 ,15 4
Tarowang 40,68 8 5 068 22 682 2 835 6 ,30 4
Kelara 43,95 10 6 499 27 269 2 727 7 ,58 4
Rumbia 58,30 12 5 415 23 347 1 946 6 ,49 4
Jeneponto 749,79 113 81 431 359 787 3 184 100,00 4
Sumber : Kabupaten Jeneponto Dalam Angka 2018
Kondisi penduduk berdasarkan usia dan jenis kelamin di Kabupaten
Jeneponto juga berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk
berdasarkan usia dan jenis kelamin di Kabupaten Jeneponto dapat diketahui
melalui tabel berikut :
Tabel 3.4
Penduduk Menurut Kelompok Umur Dan Jenis Kelamin di Kabupaten Jeneponto,
2017
Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Total
0-4 16 953 16 520 33 473
05-9 16 844 16 532 33 376
10-14 17 607 16 753 34 360
15-19 17 460 16 710 34 170
20-24 14 959 15 325 30 284
25-29 14 363 16 002 30 365
30-34 12 389 14 093 26 482
35-39 12 219 13 672 25 891
40-44 10 706 12 386 23 092
45-49 10 521 11 998 22 519
50-54 9 172 9 974 19 146
55-59 6 014 7 048 13 062
60-64 5 032 5 844 10 876
65-70 3 487 4 462 7 949
70-75 2 995 3 825 6 820
75+ 3 050 4 872 7 922
Jeneponto 173 771 186 016 359 787
Sumber : Kabupaten Jeneponto Dalam Angka 2018
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, maka tingkat kepadatan
penduduk Kabupaten Jeneponto juga mengalami perkembangan tiap tahunnya.
Tercatat bahwa jumlah penduduk Kabupaten Jeneponto tahun 2017 sebanyak
359.787 jiwa. Dengan luas wilayah sebesar 749,79 km², kepadatan penduduk
sebesar 247 jiwa/km². Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3.5
Presentase danKepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten
Jeneponto, 2017
Presentase Kepadatan
Kecamatan Penduduk Luas
Penduduk Penduduk
Bangkala 53 887 121,82 14 ,98 224
Bangkala
28 469 152,96 7 ,91 93
Barat
Tamalatea 41 810 57,58 11 ,62 372
Bontoramba 36 242 88,30 10 ,07 212
Binamu 56 068 69,49 15 ,58 411
Turatea 32 002 53,76 8 ,89 305
Batang 19 494 33,04 5 ,42 313
Arungkeke 18 517 29,91 5 ,15 324
Tarowang 22 682 40,68 6 ,30 289
Kelara 27 269 43,95 7 ,58 326
Rumbia 23 347 58,30 6 ,49 208
Jeneponto 359 787 749,79 100,00 247
Sumber : Kabupaten Jeneponto Dalam Angka 2018

BAB IV
PERTUMBUHAN EKONOMI
Tabel 4.1
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jeneponto Tahun 2011 - 2017

Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Jeneponto Atas


Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha
No. Kategori/Lapangan Usaha
(Persen)
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Pertanian, Kehutanan, dan
A. 10.22 08.14 05.01 09.28 10.09 0,343 05.20
Perikanan
Pertambangan dan
B. 06.34 0,471 0,424 14.08 08.16 0,558 12.08
Penggalian
C. Industri Pengolahan 08.33 04.07 09.41 0,422 0,593 07.05 0,382
D. Pengadaan Listrik dan Gas 22.06 0,567 07.45 0,730 0,464 05.03 0,252
Pengadaan Air, Pengelolaan
E. Sampah, Limbah dan Daur 10.16 0,311 08.07 04.55 0,224 0,220 05.47
Ulang
F. Konstruksi 0,221 05.29 08.27 05.31 07.39 07.08 23.26
Perdagangan Besar dan
0,4187 0,2687
G. Eceran; Reparasi Mobil dan 06.38 08.24 0,396 11.17 11.09
5 5
Sepeda Motor
Transportasi dan
H. 0,351 08.13 07.43 10.41 04.59 0,255 09.12
Pergudangan
Penyediaan Akomodasi dan
I. Makan Minum 0,440 0,443 0,311 10.39 07.25 0,590 12.47

J. Informasi dan Komunikasi 08.24 0,672 17.57 04.01 09.31 10.16 09.30
K. Jasa Keuangan dan Asuransi 03.59 13.03 11.26 10.06 0,402 12.09 0,059
L. Real Estate 07.58 04.13 06.10 0,167 06.53 06.26 03.28
M;N. Jasa Perusahaan 04.43 2 05.30 00.07 04.43 0,258 08.42
Administrasi Pemerintahan,
O. Pertahanan dan Jaminan 08.59 0,097 04.08 02.22 0,693 0,351 05.07
Sosial Wajib
P Jasa Pendidikan 07.06 02.56 03.12 0,147 0,297 06.40 0,347
Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Q. 06.30 05.51 07.57 0,401 -0.37 07.21 08.18
Sosial
R;S;T;U Jasa Lainnya
07.08 0,228 05.03 06.54 00.56 09.16 09.27
.
Produk Domestik Regional Bruto 08.44 07.55 0,294 0,3563 0,388 08.37 08.26
Sumber : PDRB Kabupaten Jeneponto

Berdasarkan tabel diatas, untuk Tahun 2017 sektor-sektor yang


pertumbuhannya rata-rata di atas 10 persen adalah Sektor Pertambangan &
penggalian, konstruksi, Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor, serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum. Sementara sektor Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan, Industri Pengolahan, Pengadaan Listrik dan Gas, Pengadaan
Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, Transportasi dan Pergudangan,
Informasi dan Komunikasi, Jasa Keuangan dan Asuransi, Real Estate, Jasa Perusahaan,
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, Jasa Pendidikan, Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial, serta sektor Jasa lainnya masih berada pada kisaran
dibawah 10%.
Sektor Konstruksi merupakan sector yang mengalami pertumbuhan
tercepat dibanding sektor-sektor lainnya. Pada tahun 2011 pertumbuhan dari
sektor ini mencapai 0,22 persen, di tahun 2012 pertumbuhannya meningkat
menjadi 05,29 persen dan pada tahun 2013 mencapai 08,27 persen. Namun pada
tahun 2014 pertumbuhannya menurun menjadi 05,31 persen, lalu naik lagi pada
tahun 2015 dan mengalami perlambatan lagi pada tahun 2016, serta naik drastis
pada tahun 2017 yang mencatat pertumbuhan sebesar 23.26 persen.
Pada tahun 2011 hingga tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Jeneponto
terus mengalami fluktuasi. Pada tahun 2011 hingga 2015 pertumbuhan ekonomi
Jeneponto mengalami fluktuasi yang mencapai 8,44% hingga 0,39% dan
meningkat lagi pada tahun 2016 menjadi 8,37% hingga pada tahun 2017 mencapai
8,26%.
SEJARAH
Jeneponto sebenarnya sebuah nama yang dimunculkan pada abad
XIX ketika Sulawesi Selatan berada pada era pemerintahan kolonial.
Nama Jeneponto sebenarnya telah dikenal pada abad ke-17 yakni merujuk
pada sebuah toponimi berstatus wanua palili (negeri bagian) dari kerajaan
Binamu. Di dalam daftar palili Binamu toponimi itu sekarang disebut
dengan nama Jeneponto Toa. Nama Jeneponto pun telah tercatat di dalam
lontara’ sebagai dokumen pribumi masyarakat setempat selain hadir dalam
tradisi lisan masyarakat.
Pada nama yang berbeda, dikenal pula nama turatea seperti yang
sudah terbaca di dalam peta-peta Eropa, yang menunjukkan nama itu
memang lebih awal digunakan sebagai toponimi yang merujuk pada
wilayah Pesisir Selatan Makassar melingkupi wilayah Bangkala dan
Binamu. Sejak masa Kolonial Belanda pada abad XIX konteks toponimi
Jeneponto merujuk pada area yang lebih meluas serta merepresentasikan
wilayah Bangkala dan Binamu. Secara geografi wilayah kekuasaan
Bangkala dan Binamu memang melingkupi wilayah Kabupaten Jeneponto
sekarang ini, yakni Bangkala melingkupi wilayah timur dan Binamu
melingkupi wilayah Barat Jeneponto.

Foto 1. Landsat Binamu dan Bangkala pada geografi Pesisir Selatan di


Sulawesi Selatan
(Caldwell and Bougas, 2004)
Studi tentang kerajaan Makassar yang tersajikan selama ini
umumnya hanya terfokus pada Gowa. Misalnya, kajian Mattulada
(1982) berjudul Menelusuri Jejak Makassar Dalam Sejarah, terfokus
pada sejarah Gowa dan Tallo saja sehingga memberi kesan bahwa
Gowa menjadi representasi masyarakat Makassar secara umum. Hal
serupa dikaji oleh Daeng Patunru (2004) dalam bukunya Bingkisan
Patunru: Sejarah Lokal Sulawesi Selatan yang memberi kesan bahwa
Gowa-Tallo adalah Makassar itu sendiri. Sepatutnya, toponimi kerajaan
Makassar yang lainnya perlu pula dikaji karena pada sisi tertentu ini
memiliki narasinya tersendiri, sehingga dapat melengkapi narasi sejarah
Makassar yang telah ada. Artikel ini merupakan kajian yang
melengkapi narasi Makassar dalam konteks sejarah yang lebih panjang
berdasarkan toponimi-toponimi kerajaan Jeneponto kuno.
Hirarki kebangsawanan atau kakaraéngang Makassar versi
lontara’ Gowa seperti yang tercatat di dalam naskah lontara’ rol 62/1
tersebut menggambarkan susunannya dari atas ke bawah sebagaimana
dapat terlihat pada Tabel 1, berikut ini:
Tabel 1.
Hirarki Kebangsawanan Makassar
Urutan Kebangsawanan Nama Kerajaan Makassar
I gow (Gowa),
II tlo (Tallo)
III sRboen (Sanrabone)
IV mrusu (Marusu),
V bKl (Bangkala),
VI binmu (Binamu)

Teks lontara’ Gowa menunjukkan kedudukan Bangkala dan


Binamu sebagai kerajaan Jeneponto yang memiliki hirarki kebangsawanan
Makassar yang tinggi di bawah Gowa, Tallo, Sanrabone, dan Marusu.
Baik Bangkala, maupun Binamu. Keduanya merupakan kerajaan penting
dari segi kebangsawanan, selain signifikan peran politik yang
dijalankannya pada masa lampau, termasuk hubungannya dengan kerajaan
lokal lainnya seperti Garassi, Tarowang, Sapanang, Arungkeke, dan
Kalimporo.
Lontara’ mencatat bahwa asal-usul kebangsawanan Bangkala
yakni dari Kalimporo, sebuah toponimi yang berada di dalam wilayah
Jeneponto sendiri. Jika dikatakan Kalimporo sebagai sumber
kebangsawanan Bangkala, maka ini menunjukkan bahwa Kalimporo
memiliki status dan derajat kebangawasan yang tinggi pula. Walaupun
Bangkala dan Binamu memiliki akar kebang-sawanan yang berbeda,
namun keduanya menunjukkan hubungan sosial-politik yang damai,
bahkan keduanya memainkan peranan sosial-politik secara
berkesinambungan dalam masa yang panjang.
Kalimporo merupakan toponimi tua Jeneponto - jika tidak
dikatakan yang tertua - lebih awal membentuk komunitas sosial
dibandingkan dengan kerajaan lokal Jeneponto lainnnya seperti Garassi,
Arungkeke, Binamu dan Bangkala sendiri.
Hal ini didukung secara arkeologis yang ditandai adanya temuan
berupa peninggalan megalitik di Kalimporo yang berlokasi sekitar 3
kilometer dari Allu ke arah timur laut. Posisi situs megalitik itu tepatnya
berada di Dusun Masago, Desa Kalimporo, berupa teras berundak yang di
puncaknya terdapat batu berformasi bundar. Masyarakat setempat
menyebut teras berundak ini Karaeng Loé Bura’né berfungsi sebagai
tempat upacara, termasuk pelantikan raja-raja Kalimporo. Di sekitar
tempat ini pada bagian sebelah timur, terdapat menhir yang disinyalir
sebagai makam-makam pra-Islam. Di dekat menhir terdapat batu datar
yang dimitoskan sebagai tempat turunnya Karaeng Loe Baine (Nur dkk.
2008:23). Tempat ini disebut juga sebagai inti atau pusat wanua pocci
buttaya atau pusat bumi Kalimporo. Masyarakat setempat memperlakukan
objek itu sebagai tempat sakral untuk melakukan ritual-ritual kerajaan.
Keberadaan benda-benda megalitik tersebut mempertegas
eksistensi Kalimporo sebagai toponimi kuno yang telah muncul sebelum
datangnya Islam pada abad XVII. Kompleks pemakaman Kalimporo itu
bercampur dengan pemakaman kuno dan pemakaman berpola Islam.
Kompleks itu menjadi bukti bahwa Kalimporo merupakan wanua kuno
Jeneponto yang lebih awal ada dan telah melintasi masa kehidupan yang
panjang, yakni sejak pra-Islam hingga masa Islam. Hanya saja, kerajaan
Kalimporo tidak ditemukan lagi kebesarannya sejak abad XVII.
Kalimporo dipastikan telah meredup pada masa itu kemudian digantikan
oleh Bangkala sekaligus menjadi pewaris kebangsawanannya.
Kalimporo menjadi sumber genealogi kebangsawanan kerajaan-
kerajaan di Jeneponto pada masa lampau, tidak terkecuali Bangkala. Di
dalam Patturioloang Bangkala misalnya, tertulis silsilah raja-raja Bangkala
yang asal-muasalnya berasal dari darah bangsawan Kalimporo. Naskah
lontara’ koleksi ANRI rol 62/1 teksnya mendeskripsikan kebangsawan
Bangkala dari Kalimporo sebagai berikut:
h.12 (…) Ana’qna I Karaénga ri Kalimporo mangngallé pa’rasangang ri
Mamapa/ Iami mammana’ rua, sitau bainé sitau bura’né/ Bainéa nikana Batara
Langi’, bura’néa nikana Sau Palingé/ Batara Langi’mi angnganakangngi
Tunibatta/ Tunibatta angnganakangngi Tumakajia/ Tumakajia angngallé
paqrasangang ri Ba(ng)kala iyami nikana Laténa Tubangkala/ Laténami
Bangkala angnganakangngi Tumalompowa Battanna/ Tumalompowami
Battanna ambainé manaung ri Gowa, ana’na Tunipallangga nabainéang ri
Karaénga ri Biliq Tanggaya nikana I Daéng Mangamu arénna/ Mammanaqmi
duwa, sitau bura’né sitau bainé/ Anaqna bura’néa iami Karaéng ri Bangkala/
Ana’na bainéa iami Karaéng ri Garassika/ Manaimi ri Layu mambainé
Tumalompoa Battanna/ Ammanaki sitau bura’né, iyami Karaéng ri Layu (…)

(Anak Karaéng Kalimporo membuka negeri Mammapa/ Dialah yang beranak


dua, seorang perempuan dan seorang laki-laki/Perempuan bernama Batara
Langi’, yang Laki-laki bernama Sau Palingé/ Batara Langi’ lah yang
melahirkan Tunibatta/Tunibatta melahirkan Tumakajia/ Tumakajia membuka
negeri Ba(ng)kala/ Dialah digelar Tuan Bangkala (Laténa
Tubangkala)/Laténami Bangkala melahirkan Tumalompowa
Battanna/Tumalompowa Battanna yang beristri di Gowa, memperistrikan
anaknya Tunipallangga, seorang raja Ribiliq Tanggaya bernama I Daéng
Mangamu/Melahirkan dua anak, seorang laki-laki dan seorang
perempuan/Anak laki-lakinya menjadi Raja Bangkala/ Sedangkan anak
perempuannya menjadi Raja di Garassika/ Tumalompoa Battanna beristri lagi
di Layu, melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian menjadi raja di
Layu…)
Kutipan di atas mengindikasikan bahwa Kalimporo menjadi
sumber kebangsawanan Bangkala serta kerajaan lain seperti Layu,
Mammapa, dan Garassi. Silsilah Bangkala kemudian terpaut lagi dengan
kebangsawanan Gowa melalui perkawinan puteri Raja Gowa X, Karaeng
Tunipallangga Ulaweng (1548-1566), bernama I Daéng Mangamu.
Perkawinan itu kemudian melahirkan keturunan yang menjadi pewaris
kerajaan Bangkala. Perkawinan ini memberi-kan makna bagi kenaikan
derajat kebangsawanan Bangkala karena terjadinya pertautan darah dengan
bangsawan raja Gowa yang memiliki strata bangsawan Makassar tertinggi
dan paling berwibawa.
Teks lontara’ rol 62/1 di atas memiliki kesamaan dengan teks yang
dikutip juga oleh Cummings dalam bukunya Making Blood White
(2002:143). Teks lontara’ yang sama-sama mengungkapkan bahwa
Kalimporo, bukan saja menjadi sumber kebangsawanan bagi Bangkala,
tetapi juga terhadap kerajaan Garassi dan Layu. Berdasarkan silsilah
Kalimporo diidentifikasi Raja V bernama Tu Makajia dicatatkan sebagai
orang membuka atau mendirikan kerajaan Bangkala. Tokoh Tu Makajia
inilah di dalam lontara’ yang kemudian mendapat gelaran bernama Latena
Bangkala. Latena Bangkala kemudian disebut menjadi pangkal keturunan
atau nenek moyang raja-raja yang memegang tahta kerajaan
(kakaraéngang) Bangkala.
Keutamaan Kalimporo bagi kerajaan Bangkala dapat dilihat
kedudukannya berdasarkan naskah lontara’ (rol 75/2 dan 62/1) yang
mengungkapkan bahwa darah Kalimporo juga menjadi sumber
kebangsawanan Mammapa. Teks naskah menyebutkan anak Karaéng
Kalimporo mendirikan kerajaan Mammapa. Meskipun tidak disebutkan
nama lengkapnya, namun anak Karaeng Kalimporo itu tercatat
keturunannya, yakni melahirkan 2 orang anak, 1 anak perempuan bernama
Batara Langi’, dan 1 anak laki-laki bernama Saupalingé. Silsilah
menyebutkan Batara Langi’ kemudian melahirkan Tu Nibatta; selanjutnya
Tu
Nibatta melahirkan Tu Makajia. Tu Makajia inilah yang disebutkan
sebagai orang yang memulai membuka Bangkala, sehingga ia mendapat
gelar Laténa Bangkala.
Teks-teks (lontara’ rol 75/2 dan 62/1) di atas, selain menunjukkan
pertautan silsilah Kalimporo dengan kerajaan-kerajaan lokal Jeneponto,
juga menyajikan 2 fakta penting lainnya yaitu: 1) Kalimporo merupakan
wanua kuno yang paling awal muncul daripada wanua-wanua kuno
Jeneponto lainnya; dan 2) Kalimporo sebagai sumber genealogi yang
memberi derajat kebangsawanan Bangkala dan Mammapa yang tinggi di
dalam kelompok kerajaan Makassar.

Anda mungkin juga menyukai