Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN AKHIR

DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)


REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

BAB II
TINJAUAN KEBIJAKAN

A. Tinjauan RPJMD Kabupaten Luwu Timur

1. Visi Pembangunan
Visi Pembangunan Kabupaten Luwu Timur dalam RPJMD 2011-2031
sebagai gambaran realitas masa depan yang ingin dituju dalam kurun
waktu 5 tahun ke depan adalah “Keberlanjutan Pemerintahan,
Pembangunan dan Pelayanan Publik di Kabupaten Luwu Timur Menuju
Kabupaten Agroindustri Tahun 2015”.

2. Misi Pembangunan
Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan
dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Rumusan misi yang baik
membantu lebih jelas penggambaran visi yang dicapai dan menguraikan
upaya-upaya apa yang harus dilakukan. Dalam suatu dokumen
perencanaan, rumusan misi menjadi penting untuk memberikan
kerangka bagi tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dan menentukan
jalan yang akan ditempuh untuk mencapai visi melalui rumusan strategi
dan arah kebijakan. Memperhatikan visi serta perubahan paradigma
pembangunan daerah dan kondisi yang akan dicapai pada masa yang
akan dating, maka dalam upaya mewujudkan visi pembangunan
Kabupaten Luwu Timur Tahun 2011-2031, misi pembangunan daerah
Kabupaten Luwu Timur beserta penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas penyelenggaraan pemerintahan,pelaksanaan


pembangunan dan pelayanan terhadap masyarakat;

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-1


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

2. Menjaga suasana kebersamaan antar komponen warga agar tetap


harmonis, tertib dan aman guna menunjang hidup dan kehidupan
masyarakat yang lebih maju dan bermartabat;
3. Memperluas aksessibilitas dan meningkatkan daya saing daerahuntuk
mengantisipasi perkembangan situasi perekonomiannasional dan
internasional;
4. Memperkuat kompetensi dan kapasitas sumberdaya manusia di daerah
untuk dapat menjadi handal, berdayaguna dan berhasil guna dalam
kesesuaian tatanan nilai-nilai budaya luhur dan tuntutan agama.

B. Tinjauan RTRW Kabupaten Luwu Timur

1. Tujuan dan Kebijakan


Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Luwu Timur merupakan
arahan perwujudan ruang wilayah kabupaten yang ingin dicapai pada
masa yang akan datang (20 tahun). Rumusan tujuan penataan ruang ini
akan berfungsi sebagai dasar untuk memformulasikan kebijakan dan
strategi penataan ruang wilayah kabupaten, memberikan arahan bagi
penyusunan indikasi program utama dalam RTRW Kabupaten, dan
sebagai dasar dalam penetapan ketentuan pengendalian pemanfaatan
ruang wilayah kabupaten. Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten
dirumuskan berdasarkan : Visi dan misi wilayah kabupaten; karakteristik
wilayah kabupaten; issu strategis; dan Kondisi obyektif yang diinginkan.

Penataan ruang bertujuan untuk Mewujudkan sistem penataan ruang wilayah


Kabupaten Luwu Timur yang berkualitas, serasi dan optimal dengan
pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan menuju
kabupaten agroindustri. Sedangkan Kebijakan penataan ruang Kabupaten
Luwu Timur, terdiri atas :

a. pengembangan infrastruktur yang mempercepat perkembangan


sektor-sektor unggulan;
b. pelestarian lingkungan dengan menetapkan adanya kawasan lindung
sebagai pengendali terhadap kelestarian ekosistem kawasan budi
daya di sekitarnya dalam lingkup regional;
c. pengembangan kawasan lindung yang berfungsi lindung;
d. pengembangan kawasan budi daya diarahkan pada kegiatan budi
daya secara optimal sesuai dengan kemampuan daya dukung
lahannya;
e. pengembangan kawasan perkotaan dan perdesaan;

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-2


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

f. pengembangan sistem perhubungan dengan menciptakan sistem


jaringan, sistem pergerakan, sistem kegiatan dan sistem kelembagaan
dalam suatu kerangka sistem dinamis transportasi makro dan mikro
secara optimal;
g. pengembangan kawasan pesisir dan laut diarahkan untuk
meningkatkan kegiatan budi daya perikanan, pariwisata, industri
kapal rakyat dan jasa pelabuhan, melalui pendekatan ekologis,
ekonomis dan sosial;
h. pengembangan kawasan strategis diarahkan sebagai entry point yang
berdampak terhadap peningkatan peran ekonomi, sosial dan politik
terhadap wilayah/kawasan sekitarnya
i. peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan
negara; dan
j. pengembangan kawasan sentra agroindustri berdasarkan potensi
komoditi unggulan dan karakteristik wilayah.

2. Strategi Penataan Ruang


Strategi untuk kebijakan pengembangan infrastruktur untuk
mempercepat perkembangan sektor-sektor unggulan:

a. mengembangkan sarana dan prasarana yang mendukung sektor-


sektor produksi untuk meningkatkan produktivitas sektor unggulan;
b. mengembangkan jaringan irigasi, embung, bendung dan bendungan;
c. mengembangkan sarana dan prasarana kepariwisataan, jasa
pemasaran dan perdagangan;
d. mengembangkan kawasan permukiman pada kawasan perkotaan
dan perdesaan;
e. mengembangkan jaringan air minum untuk memenuhi kebutuhan
dasar penduduk dan peningkatan fasilitas pelayanan wilayah;
f. mengembangkan dan meningkatkan manajemen persampahan dan
armada penunjang persampahan;
g. mengendalikan dan menormalisasikan sungai besar dan anak sungai,
kawasan pesisir pantai untuk mencegah erosi dan abrasi air laut;
h. mengembangkan dan mengoptimalkan prasarana sistem jaringan
irigasi yang ditujukan untuk mendukung pengembangan potensi
kawasan pertanian tanaman pangan dan pertambakan;
i. mengadakan dan meningkatkan kualitas dan kuantitas
telekomunikasi (daya sambung) untuk mempermudah aksesibilitas

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-3


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

internal dan eksternal antar wilayah Kabupaten Luwu Timur,


terutama pada sentra-sentra produktif baru;
j. membangun dan mengembangkan jasa pos dan telekomunikasi
untuk mendukung proses pembangunan;
k. mengembangkan sistem jaringan listrik melalui penambahan daya
dan sambungan listrik ke rumah-rumah penduduk di perdesaan
yang belum terjangkau dengan sistem interkoneksi kelistrikan PLTD
baru serta PLTHM pada kawasan yang memungkinkan sistem aliran
sungai deras yang banyak terdapat di Kabupaten Luwu Timur; dan
l. mengembangkan sistem persampahan dan limbah, kesehatan dan
sanitasi kawasan perumahan, sarana pendidikan dan peribadatan,
serta pelayanan umum dan pemerintahan lainnya.

Strategi untuk kebijakan pelestarian lingkungan dengan menetapkan


adanya kawasan lindung sebagai pengendali terhadap kelestarian
ekosistem kawasan budi daya di sekitarnya dalam lingkup regional:

a. mencegah dan mengatasi polusi suara, udara, air dan tanah yang
ditimbulkan oleh kegiatan pertambangan, industri dan permukiman;
b. mengawasi secara ketat pengrusakan terhadap lingkungan yang
disebabkan oleh usaha penambangan bahan galian serta mereklamasi
bekas galian penambangan; dan
c. menjaga kelestarian hutan bakau dan merelokasi kembali bekas
hutan bakau dengan langkah-langkah konservasi yang tepat.

Strategi untuk kebijakan pengembangan kawasan lindung yang berfungsi


lindung:

a. melestarikan dan mengembangkan kawasan lindung dengan


berbagai penanganan;
b. membuat program penanggulangan lahan kritis;
c. mengelola dan mendelineasi kawasan suaka alam dan pengendalian
kegiatan budi daya yang dapat mengganggu kelestarian kawasan
tersebut;
d. menetapkan kawasan lindung secara konsisten agar terjaga fungsinya
untuk melindungi kawasan bawahannya, melindungi kawasan
setempat, memberi perlindungan terhadap keanekaragaman flora
dan fauna beserta ekosistemnya serta melindungi kawasan rawan
bencana; dan

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-4


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

e. melakukan pembinaan daerah penyangga/budi daya dan plasma


nutfah.

Strategi untuk kebijakan pengembangan kawasan budi daya diarahkan


pada kegiatan budi daya secara optimal sesuai dengan kemampuan daya
dukung lahannya:

a. mengembangkan budi daya pertanian lahan basah dan perkebunan


melalui intensifikasi, rehabilitasi dan ekstensifikasi yang ditunjang
oleh pengembangan irigasi sebagai faktor utama keberhasilan
peningkatan produksi dan kualitas;
b. menyelenggarakan kursus atau penyuluhan peningkatan komoditas
pertanian dan perkebunan dengan pendekatan agrobisnis;
c. meningkatkan kualitas kelembagaan petani dan pekebun;
d. mengembangkan budi daya pertanian sub sektor pertanian tanaman
pangan dan perkebunan yang ditunjang oleh pemberdayaan
masyarakat lokal;
e. menyelenggarakan kursus atau penyuluhan peningkatan teknik-
teknik konservasi untuk pengelolaan lahan dan air pada lahan usaha
tani;
f. mengembangkan budi daya peternakan melalui perbaikan mutu
ternak, inseminasi buatan, perluasan padang penggembalaan dengan
memberikan rumput yang berkualitas tinggi, perbaikan teknis
beternak serta melakukan vaksinasi secara berkala;
g. mengembangkan budi daya perikanan melalui pola perikanan inti
rakyat dengan memperkuat koperasi dan penerapan teknologi tepat
guna dalam berbagai usaha budi daya perikanan;
h. meningkatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana perikanan
dan pertanian, sehingga dapat memperlancar hasil produksi dan
distribusi;
i. mengendalikan dan mengatur pemanfaatan ruang pada kawasan
budi daya untuk menghindari konflik kepentingan antar sektor; dan
j. membangun sektor kehutanan.

Strategi untuk kebijakan pengembangan kawasan perkotaan dan


perdesaan:

a. melakukan pengukuran dan sertifikasi tanah untuk lokasi


pembangunan dan pengelolaan di seluruh wilayah kecamatan;

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-5


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

b. meningkatkan sarana dan prasarana dasar sosial ekonomi perkotaan


maupun perdesaan;
c. mengembangkan dan meningkatkan infrastruktur dan suprastruktur
kawasan perkotaan dan perdesaan;
d. melakukan pembinaan lembaga sosial ekonomi masyarakat untuk
ikut berpartisipasi dalam pengelolaan dan pembangunan perkotaan
dan perdesaan; dan
e. merencanakan dan mengembangkan Desa Pusat Pertumbuhan (DPP),
sebagai pusat pertumbuhan baru yang ada di sekitarnya.

Strategi untuk kebijakan pengembangan sistem perhubungan dengan


menciptakan sistem jaringan, sistem pergerakan, sistem kegiatan dan
sistem kelembagaan dalam suatu kerangka sistem dinamis transportasi
makro dan mikro secara optimal:

a. meningkatkan kualitas dan kuantitas sistem jaringan jalan


transportasi darat, sehingga dapat mengakomodasikan pergerakan
barang dan manusia dapat lebih efisien dengan tingkat pelayanan
yang lebih baik;
b. membangun dan mengembangkan jaringan jalan darat yang
menghubungkan antara Pusat Pelayanan Utama, Sekunder dan
Lokal, serta Kawasan Strategis di Kabupaten Luwu Timur;
c. menata trayek angkutan darat terutama transportasi dalam kota,
antar kota dan desa sehingga tercipta sistem pergerakan yang
optimal;
d. membangun sarana dan prasarana perhubungan untuk memecahkan
masalah keterisolasian antar wilayah perdesaan;
e. meningkatkan aksesibilitas internal dan eksternal dalam kaitan
dengan kemudahan ekspor hasil produksi dan impor kebutuhan
primer dan sekunder;
f. mengembangkan jaringan jalan pada kota-kota yang sudah
berkembang secara periodik dengan tetap konsisten pada standar
teknik;
g. mengembangkan dan meningkatkan fungsi Bandar Udara Sorowako
dan pembangunan Bandar Udara Malili, Pelabuhan Laut Waru-Waru
sebagai pelabuhan nusantara; dan
h. mengevaluasi kelayakan dan kesinambungan terminal tipe C saat ini,
hubungannya dengan tingkat kemudahan pergerakan barang dan

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-6


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

manusia dalam sistem kegiatan masyarakat kota dan antar wilayah


belakangnya.

Strategi pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam


pengembangan perekonomian Kabupaten yang produktif, efisien, dan
mampu bersaing dalam perekonomian nasional terdiri atas :

a. Mengembangkan pusat pertumbuhan berbasis potensi sumber daya


alam dan kegiatan budidaya unggulan sebagai pengerak utama
pengembangan wilayah;
b. menciptakan iklim investasi yang kondusif;
c. mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam agar tidak melampaui
daya dukung dan daya tampung kawasan;
d. menjaga dampak negatif kegiatan budidaya agar tidak menurunkan
kualitas lingkungan hidup kawasan; dan
e. meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penunjang kegiatan
ekonomi.

Strategi untuk kebijakan pengembangan kawasan pesisir dan laut


diarahkan untuk meningkatkan kegiatan budi daya perikanan,
pariwisata, industri kapal rakyat dan jasa pelabuhan melalui pendekatan
ekologis, ekonomis dan sosial:

a. meningkatkan produksi perikanan dari hasil budi daya perikanan


darat dan laut;
b. meningkatkan konstribusi kegiatan perikanan darat dan laut terhadap
produk domestik regional bruto;
c. meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat pesisir dan laut dari
kegiatan budi daya pesisir dan laut;
d. mengurangi konflik dalam pemanfaatan sumber daya pesisir dan laut;
e. menggali dan meningkatkan potensi wisata bahari dengan
penyelenggaraan even-even wisata baru yang sesuai dengan pasar
dan karakteristik wisatawan;
f. meningkatkan pengelolaan aset-aset pariwisata bahari yang lebih
profesional dengan tetap menjaga fungsi kelestarian, utamanya pada
kawasan wisata danau kompleks;
g. menetapkan wilayah budi daya melalui kegiatan zonasi ruang khusus
budi daya;

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-7


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

h. menyusun rencana tata ruang kawasan budi daya pesisir skala makro
kebupaten dan rencana rinci zonasi yang berwawasan lingkungan dan
sumber daya alam;
i. menyusun dan mendesiminasikan petunjuk teknis penyusunan
rencana tata ruang kawasan budi daya pesisir;
j. memfasilitasi masyarakat setempat untuk membangun keramba
apung dan pembukaan lahan pertambakan yang berwawasan
lingkungan; dan
k. mengembangkan usaha koperasi dan bekerjasama dengan swasta dan
atau BUMN/BUMD melalui sistim kepemilikan saham.

Strategi peningkatan fungsi kawasan untuk kepentingan pertahanan dan


keamanan Negara terdiri atas:

a. mendelineasi kawasan cagar alam dan pelestarian alam serta


mencegah kegiatan budi daya pada daerah sekitarnya yang dapat
mengancam kelestarian kawasan cagar alam;
b. mengembangkan kawasan yang mempunyai kegiatan sektor strategis
yang potensial terutama dalam aspek ekonomi;
c. menanggulangi kawasan rawan bencana melalui konservasi
lingkungan, pengembangan jalur hijau, mengurangi bahkan
meniadakan kegiatan budi daya pada daerah rawan bencana;
d. merangsang kawasan-kawasan yang sulit berkembang melalui
pengembangan desa-desa pusat pertumbuhan atau pembukaan
kegiatan usaha pertanian agroindustri;
e. mengembangkan wilayah secara terpadu;
f. memberdayakan ekonomi rakyat dan mengembangkan usaha
produksi masyarakat;
g. meningkatkan sarana dan prasarana dasar ekonomi;
h. mengembangkan kawasan kehutanan; dan
i. mempertahankan kawasan lindung mangrove.

Strategi kebijakan peningkatan fungsi kawasan untuk Pertahanan dan


keamanan:

a. menetapkan kawasan strategis dengan fungsi khusus pertahanan dan


keamanan;
b. mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budi daya
tidak terbangun di sekitar kawasan khusus pertahanan dan
keamanan;

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-8


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

c. mengembangkan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar


kawasan khusus pertahanan dan keamanan; dan
d. menjaga dan memelihara aset pertahanan/TNI.

Strategi kebijakan pengembangan kawasan sentra agroindustri


berdasarkan potensi komoditi unggulan dan karakteristik wilayah:

a. mengembangkan usaha pengolahan hasil-hasil pertanian tanaman


pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan;
b. mengembangkan usaha input produksi pertanian tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan;
c. mengembangkan usaha produksi alat dan mesin pertanian tanaman
pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan;
d. mengembangkan usaha jasa di bidang pertanian tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, perikanan, kelautan dan kehutanan;
e. mengembangkan sistem informasi pertanian tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan;
f. meningkatkan kualitas dan kemandirian koperasi serta Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) berbasis agroindustri;
g. menumbuhkembangkan ekonomi rakyat berbasis agroindustri;
h. meningkatkan fasilitas infrastruktur perdagangan yang menunjang
agroindustri; dan
i. meningkatkan perdagangan hasil pertanian dan industri antar pulau.

3. Pusat Pusat Kegiatan

Di Kabupaten Luwu Timur, berdasarkan RTRW Provinsi Sulawesi


Selatan (Perda No. 7 Tahun 2011), PKL merupakan kawasan perkotaan
yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten/kota atau
beberapa kecamatan. Penetapan PKL disusun dengan memperhatikan
pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi berskala kabupaten/kota
yang didukung dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang yang
sesuai dengan kegiatan ekonomi yang di layaninya, dalam hal ini wilayah
perkotaan Malili, dan Kota Terpadu Mandiri Mahalona masuk dalam
penetapan Zonasi untuk PKL.

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-9


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

Penetapan pemanfaatan ruang PKLp adalah kawasan perkotaan yang


kedepannya dipromosikan atau di ajukan untuk ditetapkan sebagai PKL
Kecamatan Wotu merupakan PKLp. Penetapana pemanfaatan ruang PPK
disusun untuk kegiatan perekonomian berskala kecamatan yang
didukung dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaaan dan sesuai
dengan kegiatan ekonomi yang dilayani yaitu meliputi wilayah
Kecamatan Tomoni dan Sorowako. Sedangkan PPL disusun dengan
memperhatikan pemanfaatan ruang untuk kegiatan ekonomi yang
berskala kecamatan dengan didukung oleh fasilitas dan infrastruktur
pedesaaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilaninya, PPL
meliputi 7(tujuh) wilayah yaitu,Kawasan Perkotaan Burau, Kelurahan
Wonorejo, Kertoraharjo, Wasuponda, Solo, Kalaena dan Wawondula.

4. Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama

Sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten meliputi sistem prasarana


transportasi, energi, telekomunikasi, dan sumber daya air, yang terpadu
dan merata di seluruh wilayah kabupaten..

Pengembangan sistem transportasi di Kabupaten Luwu Timur dilakukan


secara terpadu antara transportasi darat, Transportasi Perkeretaapian,
laut dan udara. Indikatornya adalah interaksi wilayah terjadi dalam
lingkup eksternal dengan transportasi udara dan penyeberangan,
sedangkan pergerakan internal dalam wilayah Kabupaten Luwu Timur
dengan transportasi darat.

a. Rencana Transportasi Darat

Rencana pengembangan sistem transportasi darat adalah peningkatan


pelayanan jasa transportasi darat melalui perbaikan sistem jaringan
jalan untuk meningkatkan tingkat aksesibilitas
antarkawasan/wilayah. Kondisi jalan antarwilayah di Kabupaten
Luwu Timur khususnya Kecamatan Tomoni sanagat beragam baik
ditinjau dari kualitas maupun kuantitasnya. Untuk itu, rencana
pengembangan jaringan jalan diarahkan pada peningkatan kualitas
jalan, penambahan jaringan jalan dan pengembangan terminal
regional dan terminal subregional untuk memobilisasi penduduk
pada zona-zona utama pergerakan.

Arahan pengembangan jaringan jalan ke depan dikembangkan


berdasarkan hirarki jaringan jalan menurut sistem jaringan jalan

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-10


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

primer dan sekunder sesuai fungsinya (arteri, kolektor dan lokal).


Pengembangan jalan mengacu pada skala prioritas dengan
mengutamakan kondisi jalan yang rusak dan pemicu pertumbuhan
utama kawasan. Pembangunan jalan baru dikembangkan untuk
membuka hubungan antarwilayah dan terisolasinya kawasan serta
upaya pemerataan pembangunan sehingga kesenjangan dan
disparitas antarwilayah tidak terjadi. Sistem jaringan prasarana
transportasi Kabupaten Luwu Timur terdiri atas Sistem Jaringan
Transportasi darat, Laut, dan Udara.

Sistem jaringan transportasi darat di Kabupaten Luwu Timur terdiri


atas:

a. Jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, meliputi jaringan jalan,


jaringan prasarana lalu lintas dan jaringan layanan lalu lintas.
Sistem jaringan jalan terdiri atas:
1. Jaringan jalan arteri primer yaitu batas Meliputi jalan Batas
Luwu Utara–Wotu, jalan Wotu-Tarengge Tarengge– Malili,
jalan Malili–Batas Provinsi Sulawesi Tenggara, jalan Batas
Provinsi Sulawesi Tengah–Kayulangi (km. 550) dan jalan
Kayulangi (km. 550)–Tarengge..
2. Jaringan jalan kolektor, meliputi jalan Rantetiku –
Kertoraharjo, jalan Wasuponda – Sorowako, jalan Maliwowo –
Solo, jalan Solo - Balirejo - Balirejo/Tawakua, jalan Lauwo -
Ujung Tanah (Pantai), jalan Koropansu - Bone Pute, jalan Bone
Pute – Matano, jalan Bayondo – Manunggal, SP. Wawondula –
Wawondula, jalan Wewangriu - SP. Laskap, jalan Cendana
Hitam - Pepuro Barat, jalan Taripa – Mantadulu, jalan Solo –
Balirejo, jalan Atue – Wirabuana, jalan Simpangan –
Wirabuana, jalan Bayondo – Inrokilo, jalan Maramba –
Karambua, jalan Matompi – Kampung Baru, jalan Timampu -
Kampung Baru, jalan Tomoni - Pepuro Barat, jalan Cendana
hitam - Alam Buana, jalan Tomoni – Kalpataru, jalan
Lambarese - Dongi-Dongi, jalan Matano – Parumpanai, jalan
Kampung Baru – Saluanna, jalan Matano – Nuha, jalan
Kampung Baru – Mahalona, jalan Mahalona – Loeha, jalan
Masiku - Ranta/Batas Sultra, jalan Ujung Baru – Kalpataru,
jalan Pancakarsa – Manggala, jalan dalam Kota Pepuro Tengah,
jalan dalam Kota Malili, jalan dalam Kota Mangkutana, jalan

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-11


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

dalam Kota Wasuponda, jalan dalam Kota Wowundula dan


jalan dalam Kota Wotu;
3. Jaringan jalan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
c, meliputi jalan Kawarasan - Cendana Hitam, jalan
Wasuponda - Tole-Tole, jalan Ussu - Tole-Tole/Kawata, jalan
Wowundula – Timampu, jalan Wotu – Pelabuhan, jalan
Margolembo - Kalaena kiri, jalan Tarengge - Pepuro Barat,
jalan Cendana Hijau - Balo-Balo, jalan Wotu – Maramba, jalan
Lanosi/Lewonu - Balo-balo, jalan Jalajja – Lemo, jalan Lepa-
Lepa – Burau, jalan Manangalu - Pepuro Barat, jalan Pabeta –
Lakawali, jalan Laskap – Harapan, jalan Loeha – Masiku, jalan
Nuha – Bateleme, jalan Sekayu - Pepuro Barat, jalan Bayondo –
Kertoraharjo, jalan Sumber Agung - Kalaena Kiri, jalan SP.
Teromu – Teromu, jalan Tawakua – Mantadulu, jalan Tole-Tole
– Koropansu, jalan Malili – Wasuponda, jalan Pabeta –
Tawakua, jalan Rantetiku - Cendana Hitam, jalan Mantadulu -
Kalaena Kiri, jalan dalam Kota Burau dan jalan dalam Kota
Tomoni.

Rencana Jaringan prasarana lalu lintas di Kabupaten Luwu Timur,


terdiri atas :

1. Peningkatan terminal tipe C menjadi terminal tipe A Tarengge


di Kecamatan Wotu ;
2. Peningkatan terminal tipe C menjadi terminal tipe A di Malili,
Nuha Wawondula dan Tomoni; dan
3. Penyediaan Halte pada pusat kegiatan masyarakat atau
kawasan strategis.
b. Jaringan danau, dan penyeberangan, terdiri atas:
Jaringan danau dan peyebrangan merupakan jaringan
peyebrangan meliputi peyebrangan Matano dan peyebrangan
Timampu sedangkan Sistem jaringan perkeretaapian yaitu berupa
jalur kereta api dari batas Sulawesi Barat – Pinrang – Pare-Pare –
Barru – Pangkep – Maros – Makassar – Takalar – Jeneponto –
Bantaeng –Bulukumba – Sinjai –Watampone – Belopa – Palopo –
Masamba – Wotu – Tarengge -Sulawesi Tengah.
c. Jaringan Transportasi laut dan Pelabuhan, meliputi jaringan
prasarana dan jaringan layanan yang meliputi:

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-12


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

1. Sistem tatanan kepelabuhanan merupakan pelabuhan


pengumpan primer yang meliputi Pelabuhan Waru- Waru dan
Ujung Suso;
2. Jalur Pelayaran meliputi Waru Waru-Tanjung Ringgit Palopo,
Waru Waru-Lasusua Kolaka Utara, Waru Waru-Kolaka dan
Waru Waru-Makassar; dan
3. Peningkatan sarana dan prasarana transportasi laut meliputi
Pelabuhan Waru-Waru dan Ujung Suso.
d. Sistem Transportasi Udara meliputi tatanan kebandaraan dan jalur
penerbangan.
1. Sistem tatanan kebandarudaraan kabupaten meliputi Bandar

Udara Sorowako dan Malili yang merupakan bandara


pengumpan;
2. Jalur berupa jalur penerbangan yang meliputi Sorowako-

Makassar, Sorowako-Bua, Malili-Makassar dan Malili-Bua; dan


3. Pengembangan Bandar Udara memperhatikan Prosedur
Keselamatan dan Keamanan Penerbangan (KKOP).

4. Rencana Sistem Jaringan Prasarana


a. Prasarana Kelistrikan Terdiri Atas:
1. PLTA Larona I, Larona II di Kecamatan Wasuponda dan PLTA
Karebbe di Kecamatan Malili;
2. PLTMH Ussu di Kecamatan Malili, PLTMH Salonoa dan
Kasintuwu di Kecamatan Mangkutana, PLTMH Cendana dan
Batu Putih di Kecamatan Burau, PLTMH Ujung Baru di
Kecamatan Tomoni, PLTMH Non Blok di Kecamatan Kalaena,
PLTMH Mantadulu di Kecamatan Angkona, PLTMH Kawata
di Kecamatan Wasuponda, PLTM Nuha dan Matano di
Kecamatan Nuha, PLTMH Bantilang dan Mahalona di
Kecamatan Towuti;
3. PLTS Kalaena, Bahari dan Karambua di Kecamatan Wotu, PLTS
Balirejo di Kecamatan Angkona, PLTS Balantang dan Harapan
di Kecamatan Malili, PLTS Parumpanai dan Tabarano di
Kecamatan Wasuponda, PLTS Bantilang di Kecamatan Towuti
dan PLTS Nuha dan Matano di Kecamatan Nuha; dan
4. Jaringan transmisi tenaga listrik di wilayah Kabupaten Luwu
Timur meliputi wilayah Angkona–Malili–ke Perbatasan
Provinsi Sulawesi Tenggara, Tomoni–ke Perbatasan Provinsi
Sulawesi Tengah dan Tomoni–ke Perbatasan Kabupaten Luwu

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-13


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

Timur serta pembangunan Gardu Induk Listrik di Kecamatan


Wotu.
b. Prasarana Telekomunikasi

Pengembangan sistem telekomunikasi diarahkan untuk mendukung


pengembangan sosial ekonomi masyarakat dan diselaraskan dengan
pengembangan pusat-pusat permukiman dan kawasan-kawasan
budidaya lainnya. Sistem informasi dan komunikasi selain dengan
sistem konvensional, juga berkembang sistem digital komunikasi
dengan akses yang lebih cepat. Arahan pengembangan sistem
telekomunikasi menganut pada standardisasi pelayanan dengan rasio
tingkat layanan kebutuhan telepon baik pribadi dan umum adalah
1:14 dan 1:250.

Sistem jaringan kabel terdapat di ibukota kabupaten yaitu Malili dan


tersebar di semua kecamatan. Sedangkan sistem jaringan nirkabel
Kabupaten Luwu Timur terdapat di semua kecamatan Di Luwu
Timur.

c. Prasarana Sumberdaya Air


1. Sungai dan Rawa terdiri atas
 Pengelolaan Wilayah Sungai (WS) yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat adalah WS Pompengan – Larona;
 Pengelolaan DAS Singgeni, DAS Angkona, DAS Kalaena, DAS
Pawosoi, DAS Bambalu, DAS Tomoni, DAS Cerekang, DAS
Malili dan DAS Larona;
 Pengelolaan rawa di Kecamatan Burau, Wotu, Angkona dan
Malili; dan
 Pelestarian bentuk dan fungsi sungai dan rawa dengan
pengawasan ruang sempadan secara ketat.
2. Sistem Daerah Irigasi yang terdiri atas:
 Daerah Irigasi kewenangan Pemerintah Pusat, meliputi DI
Kalaena Kiri/Kanan seluas 16.945 Ha dan DI Kalaena seluas
17.584 Ha.
 Daerah Irigasi kewenangan Pemerintah Provinsi, meliputi DI
Tomoni seluas 1.200 Ha.
 Daerah Irigasi Kewenangan Pemerintah Kabupaten Luwu
Timur meliputi DI Angkona (290 Ha), DI Bakkara (300 ha), DI
Balambangi (52 ha), DI Bambulu (275 ha), DI Bantilang (150 ha),
DI Bungadidi I (100 ha), DI Bungadidi II (161 ha), DI Cerekang I

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-14


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

(410 ha), DI Cerekang II (400 ha), DI Cerekang III (300 ha), DI


Cerekang IV (300 ha), DI Eno I (200 ha), DI Eno II (145 ha), DI
Kondube (150 ha), DI Kurandeme (100 ha), DI Ledu-Ledu (107
ha), DI Lioka (140 ha), DI Loeha (106 ha), DI Malombu (200 ha),
DI Mantadulu (197 ha), DI Pao Bali (105 ha), DI Puncak Indah
(72 ha), DI Tanggoloe (110 Ha), DI Singgeni II (80 ha), DI
Singgeni (275 ha) DI Tarabbi (304 ha), DI Tokalimbo (150 ha), DI
Tokke (84 ha), DI Waelalu 250 ha) dan DI Asuli (30 ha), DI
Lanosi (45 ha) dan DI Lodang (50 ha).
3. Sistem air baku untuk minum terdiri atas :
 Peningkatan pengelolaan Instalasi Pengolahan Air (IPA) di
Kecamatan Malili; dan.
 peningkatan pelayanan air Minum dengan menggunakan
sistem jaringan perpipaan dan pengembangan sistem baru
pada kawasan perkotaan yang belum terlayani jaringan PDAM,
meliputi Kecamatan Burau, Wotu, Tomoni, Tomoni Timur,
Mangkutana, Kalaena, Angkona, Wasuponda, Towuti dan
Nuha.
4. Sistem Pengendalian Banjir yang Terdiri dari :
 Pengoptimalan jaringan drainase primer; dan
 Pengoptimalan sistem pengelolaan air permukaan.
d. Prasarana Lingkungan
1. Penanganan Persampahan
Pengelolaan lingkungan melalui penanganan limbah dan sampah
merupakan bagian program pemerintah dalam menjaga
kesehatan lingkungan. Tingkat penanganan persampahan di
wilayah Kabupaten Luwu Timur menurut jenisnya adalah sistem
konvesional, dan secara umum di wilayah Kecamatan Tomoni
masih diolah secara insenerasi (pembakaran sampah). Melihat
keterbatasan pengelolaan sampah di Kabupaten Luwu Timur
maka pengembangannya diarahkan pada peningkatan dan
perluasan jangkauan pelayanan sampah serta diselaraskan
peningkatan budaya bersih masyarakat.

Pengembangan sistem persampahan secara intensif diarahkan


pada pusat-pusat pelayanan, sedangkan bagian-bagian wilayah
lebih diarahkan pada cara pengelolaan sampah yang ramah
terhadap lingkungan. Sistem jaringan persampahan Kabupaten
Luwu Timur yang masih harus di kembangkan dan olah dengan

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-15


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

baik terdapat di Desa Ussu Kecamatan Malili sebagai Tempat


Pembuangan Akhir (TPA) dan Tempat Pembuangan Sementara
(TPS).

Penanganan terhadap sampah memerlukan perhatian yang cukup


besar mengingat jumlah sampah yang akan terus meningkat
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk perkotaan, serta
dampak yang ditimbulkannya apabila tidak ditangani secara tepat
terhadap kota itu sendiri. Selain pengangkutan dan pengelolaan
sampah, penyediaan dan lokasi pembuangan sampah merupakan
kebutuhan bagi wilayah kabupaten.

2. Prasarana Air Bersih


Pemanfaatan Sumber Air Baku sebagai air minum dengan melalui
Instalasi Pengolahan Air, yang dikelola oleh PDAM, namun di
beberapa lokasi Kabupaten Luwu Timur masih ada yang
menggunakan air tanah sebagai air untuk konsumsi dan
kebutuhan sehari-hari. Sistem jaringan air minum berupa jaringan
perpipaan yang terdapat di Kecamatan Malili (lokasi IPA).

3. Prasarana Drainase
Infrastruktur drainase merupakan komponen utama dalam
penanganan masalah genangan dan banjir. Untuk perencanaan
drainase, pendekatan perencanaan sistem drainase di Kabupaten
Luwu Timur adalah jumlah curah hujan dan topografi lahan.
Beberapa permasalahan mengenai sistem drainase yang terdapat
di kawasan perencaaan adalah secara kuantitas jaringan drainase
yang ada masih belum merata, beberapa kawasan potensial
terjadinya genangan khususnya kawasan perkotaan, dan di
beberapa tempat dengan topografi datar sehingga memudahkan
terjadinya genangan.

Pengembangan jaringan drainase akan diarahkan pada kawasan-


kawasan permukiman atau kawasan terbangun untuk
menghindari terjadinya genangan air. Sistem prasarana drainase
yang dikembangkan adalah sistem terbuka yang dapat
difungsikan sebagai tempat pengaliran air hujan dan air limbah
rumah tangga, selain itu sistem drainase terbuka ini juga
memudahkan pengawasan dan pemeliharaan.

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-16


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

Kondisi wilayah Kabupaten Luwu Timur sebagai daerah yang


dikelilingi oleh laut maka sistem drainasenya diarahkan ke laut
atau ke sungai terdekat sehingga memudahkan pengaliran air
limpasan. Sedangkan, pengembangan jaringan drainase yang
direncanakan pada kawasan terbangun dapat mengikuti jaringan
jalan dengan dimensi disesuaikan dengan jenis fungsional jalan.

4. Prasarana Pengelolaan Limbah Industri


Peningkatan kesehatan lingkungan melalui pembangunan sarana
dan prasarana prasarana sampah dan limbah dapat dilakukan
dengan pelibatan masyarakat secara aktif mengingat keterbatasan
pemerintah daerah dalam pendanaan dan sumber daya manusia
serta peralatan. Pengelolaan limbah manusia dan permukiman
diarahkan untuk mengurangi atau menghilangkan kebiasaan
membuang limbah pada tempat terbuka dan mengurangi
penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air.

Dalam meningkatkan kondisi dan tingkat pelayanan air limbah


terdapat sistem perpipaan di Kecamatan Malili dan ibukota
kecamatan lainnya, serta pengembangan Instalasi Pembuangan
Air Limbah (IPAL)dan Instalasi Pengelolaan Lumpur Tinja (IPLT)
di diarahkan ke sistem kluster yang berada di ibukota kabupaten
dan ibu kota kecamatan.

5. Prasana Jalur Evakuasi Bencana


Mengingat Kabupaten Luwu Timur terdapat beberapa jenis
Bencana yang sering dan umum terjadi yaitu Banjir, Tanah
Longsor, dan gempa bumi. Sehingga terdapat sistem jaringan
evakuasi yang terdiri atas:
 Jalur evakuasi bencana longsor di Desa Kasintuwu Kecamatan
Mangkutana;.
 Jalur evakuasi bencana banjir di Desa Malili Kecamatan Malili
dan di Desa Kasintuwu Kecamatan Mangkutana; dan.
 Jalur evakuasi bencana gempa di Desa Atue Kecamatan Malili..
6. Rencana Pola Ruang
Rencana pola ruang kabupaten menggambarkan letak, ukuran, fungsi
dari kegiatan-kegiatan budidaya dan lindung di wilayah kabupaten. Isi
rencana pola ruang adalah deliniasi (batas-batas) kawasan kegiatan
sosial, ekonomi, budaya dan kawasan-kawasan lainnya di dalam
kawasan budidaya dan deliniasi kawasan lindung. Rencana pola ruang

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-17


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

wilayah kabupaten meliputi ruang daratan serta ruang laut dalam batas
4 mil laut dari daratan terjauh di kabupaten.

a. Kawasan Lindung
Rencana pola ruang kawasan lindung di wilayah kabupaten, yang
dituangkan dalam RTRW Kabupaten, mencakup kawasan lindung
dengan kriteria sebagai berikut:

 Kawasan Hutan Lindung, tersebar di Kecamatan Towuti, Nuha,


Wasuponda, Malili, Angkona, Tomoni, Mangkutana, Wotu, dan
Kecamatan Burau dengan luasan 240.775,89 hektar.
 Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya seluas 350.852 Ha, yang terdiri atas kawasan
bergambut di Kecamatan Angkona dan kawasan resapan air
tersebar di semua kecamatan, sekitar pantai dan sekitar danau
Towuti, Matano, dan Mahalona.

 Kawasan perlindungan setempat Kabupaten Luwu Timur , yang


di tuangkan dalam RTRW Kabupaten, meliputi DAS Kalaena,
DAS Tomini, WS Larona, DAS Malili, Sub DAS Pongkeru;
 Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya terdiri
atas kawasan cagar alam tersebar di Kecamatan Angkona,
Kalaena, Mangkutana, Nuha, Towuti, dan Kecamatan
Wasuponda, dan Cagar Alam Faruhumpenai seluas 91.375,63
ha, Cagar Alam Kalaena seluas 187,14 ha, Cagar Alam Ponda-
Ponda seluas 80 hektar, TWA Danau Matano dan Mahalona
seluas 18.660,97 ha, dan TWA Danau Towuti seluas 56.370,66 ha.

Kawasan rawan Bencana alam, sesuai dengan RTRW Kabupaten


Luwu Timur terdiri dari :

 Rawan longsor dan luapan air sungai di Kecamatan Kalaena,


Mangkutana, Towuti, Malili, dan Kecamatan Nuha;
 Rawan banjir diarahkan pengendaliannya dikawasan yang
sering terkena banjir seperti di sekitar Kecamatan Malili (Kota
Lama Malili), Kecamatan Wotu, Kalaena, Mangkutana, Burau
dan Kecamatan Tomoni; dan
 Rawan gempa bumi, diarahkan pengendalian ketat pada
wilayah yang berada tepat pada jalur patahan (sesar Matano)
yang melalui beberapa wilayah kecamatan seperti Kecamatan

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-18


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

Kalaena, Mangkutana, Malili, hingga ke Kecamatan Wasuponda


dan Nuha..
b. Kawasan Budidaya
Rencana pola ruang kawasan budidaya di wilayah kabupaten, yang
dituangkan dalam RTRW Kabupaten, meliputi:

1. Kawasan Hutan Produksi, dirinci meliputi: kawasan hutan


produksi terbatas, kawasan hutan produksi tetap, dan kawasan
hutan yang dapat dikonversi.
 Kawasan Hutan Produksi Terbatas di Kecamatan Angkona,
Malili, Nuha, Towuti dan Wasuponda dengan luas 21.041,89
Ha;.
 Kawasan Hutan Produksi Tetap di Kecamatan Angkona,
Malili, Mangkutana, Tomoni dan Wasuponda dengan luas
8.078,18 Ha; dan
 Kawasan Hutan Produksi Konversi di Kecamatan Burau,
Mangkutana dan Tomoni dengan luas 97.452,26 Ha.
2. Kawasan Pertanian, dirinci dalam RTRW Kabupaten Luwu
Timur, terdiri atas kawasan peruntukan pertanian tanaman
pangan, pertanian holtikultura, dan perkebunan.
 kawasan pertanian tanaman pangan yang berpotensi budi
daya padi sawah yang tersebar di Kecamatan Burau, Wotu,
Tomoni, Tomoni Timur, Mangkutana, Kalaena, Angkona,
Malili, Wasuponda dan Towuti;
 kawasan pertanian hortikultura yang berpotensi budi daya
pertanian lahan kering tersebar di seluruh wilayah
kecamatan;
 kawasan perkebunan yang berpotensi tanaman
tahunan/perkebunan tersebar di seluruh wilayah kecamatan;
dan
 kawasan peternakan yang berpotensi peternakan tersebar di
seluruh wilayah kecamatan.
3. Kawasan Peternakan dalam RTRW Kabupaten Luwu Timur
terdiri atas:
 Kecamatan Burau dan Wotu meliputi jenis ternak sapi,
kerbau, kuda, kambing, babi, anjing, ayam, itik dan angsa;
 Kecamatan Tomoni dan Wasuponda meliputi jenis ternak
sapi, kerbau, kuda, kambing, babi, anjing, ayam, itik, angsa,
kalkun dan merpati;

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-19


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

 Kecamatan Tomoni Timur dan Angkona meliputi jenis ternak


sapi, kerbau, kambing, babi, anjing, ayam, itik, angsa, kalkun
dan merpati;
 Kecamatan Mangkutana meliputi jenis ternak sapi, kerbau,
kambing, babi, anjing, ayam, itik dan angsa;
 Kecamatan Kalaena meliputi jenis ternak sapi, kerbau, kuda,
kambing, babi, anjing, ayam, itik, angsa dan merpati;
 Kecamatan Towuti meliputi jenis ternak sapi, kerbau, kuda,
kambing, babi, ayam dan itik; dan
 Kecamatan Nuha meliputi jenis ternak sapi, kerbau, kuda,
kambing, babi, ayam, angsa dan itik.

4. Kawasan Perikanan, dirinci meliputi: Perikanan budidaya


meliputi budidaya laut dan budidaya air laut, air tawar, air
payau, dan kawasan konservasi perikanan.
 kawasan perikanan budi daya dan perikanan darat di semua
kecamatan;
 kawasan perikanan tangkap terdapat di perairan Teluk Bone
di Kabupaten Luwu Timur yaitu di Kecamatan Malili, Wotu,
Burau, dan Kecamatan Angkona.
 kawasan yang berpotensi perikanan budi daya dan perikanan
tangkap, meliputi: kawasan perikanan budi daya dan
perikanan darat di semua kecamatan; dan kawasan perikanan
tangkap terdapat di perairan Teluk Bone meliputi Kecamatan
Malili, Wotu, Burau, dan Kecamatan Angkona.
5. Kawasan Pertambangan, dirinci meliputi: pertambangan mineral
dan batu bara, minyak dan gas bumi, pertambangan panas bumi.

Kawasan peruntukan pertambangan mineral dan batu bara


terdiri dari :
 kawasan tambang batu bara di Kecamatan Malili;
 kawasan tambang batu gamping kristal di Kecamatan
Towuti, Wasuponda dan Mangkutana;
 kawasan tambang bijih besi di Kecamatan Malili, Tomoni
Timur, Angkona, Wasuponda, Towuti dan Nuha;
 kawasan tambang bijih nikel di Kecamatan Malili, Tomoni
Timur, Angkona, Wasuponda, Towuti dan Nuha;
 kawasan tambang emas di Kecamatan Burau dan Wotu;

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-20


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

 kawasan tambang gabbro di Kecamatan Tomoni Timur;


 kawasan tambang klorit di Kecamatan Mangkutana;
 kawasan tambang kromit di Kecamatan Malili, Tomoni
Timur, Angkona, Wasuponda, Towuti dan Nuha;
 kawasan tambang kwarsa di Kecamatan Wotu;
 kawasan tambang marmer di Kecamatan Mangkutana dan
Wasuponda;
 kawasan tambang oksida besi di Kecamatan Malili;
 kawasan tambang pasir besi di Kecamatan Malili;
 kawasan tambang peridotit, durit dan serpentin di
Kecamatan Wasuponda, Malili dan Mangkutana;
 kawasan tambang rijang (serpih) di Kecamatan Wasuponda;
 kawasan tambang sirtu di Kecamatan Malili, Burau, Tomoni,
Mangkutana dan Kalaena; dan
 kawasan tambang talk di Kecamatan Malili.

Kawasan peruntukan pertambangan minyak dan gas bumi


berupa kawasan potensi pertambangan minyak dan gas bumi
direncanakan terdapat di Blok Teluk Bone.

6. Kawasan Industri, dirinci meliputi kawasan industri sedang dan


sentra industry Rumah Tangga.

Sektor perindustrian sebagai sektor usaha ekonomi potensial


untuk dikembangkan, dimana sektor ini berpengaruh terhadap
perkembangan ekonomi serta dapat menggerakkan sektor
pembangunan lainnya.

Kawasan peruntukan industry kecil dan Menengah terdapat di di


Desa Harapan Kecamatan Malili, industri rumah tangga berupa
kerajianan tersebar di semua kecamatan.

7. Kawasan Pariwisata, disusun berdasarkan potensi wisata yang


dimiliki oleh wilayah atau darha tertentu yang ada di Kabupaten
Luwu Timur dan di bedakan dalam Kawasan peruntukan
pariwisata budaya, pariwisata alam, dan pariwisata buatan.
 Kawasan TWA Danau Matano dan Danau Mahalona seluas
18.660,97 ha dan TWA Danau Towuti seluas 56.370,66 ha;
 Obyek wisata untuk pendidikan yaitu Kawasan Hutan
dengan Tujuan Khusus (KDHTK) seluas 731,48 Ha di Desa
Puncak Indah, Kecamatan Malili dan Kebun Raya Wallacea
seluas 150 ha di Kecamatan Nuha;

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-21


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

 Kawasan wisata bahari dan wisata pantai meliputi Wisata


Pantai Lemo di Kecamatan Burau, Batu Menggoro di Desa
Harapan Kecamatan Malili, dan Pesona Bawah Laut Bulu
Poloe di Kecamatan Malili;
 Kawasan wisata alam, meliputi air terjun Mata Buntu di Desa
Ledu-Ledu Kecamatan Wasuponda, air terjun Atue di Desa
Atue Kecamatan Malili, permandian alam Mantadulu di Desa
Mantadulu Kecamatan Angkona, air terjun Salu Anuang di
Desa Kasintuwu Kecamatan Mangkutana, permandian air
panas di Desa Cendana dan Gua Kelelawar di Desa Batu
Putih Kecamatan Burau; dan
 Kawasan wisata agro di Desa Atue Kecamatan Malili.
8. Kawasan Permukiman, terdiri atas permukiman perdesaan dan
perkotaan. Sebagai kawasan budidaya maka permukiman
diarahkan dalam kajian lokasi dan fungsi masing-masing
permukiman, tetutama dikaitkan dengan karakter lokasi,
misalnya di pegunungan, dataran tinggi, permukiman pantai,
dan sebagainya.

Kawasan permukiman perkotaan adalah kawasan yang


mempunyai kegiatan utama non pertanian dengan susunan
fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan,
pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Ciri utama wilayah ini
adalah merupakan pusat pelayanan jasa pemerintahan,
pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi perkotaan, serta jumlah
penduduk yang relatif padat tetapi dengan luasan lahan yang
relatif kecil. Permukiman perkotaan Kabupaten Luwu Timur
terdapat di Kota Malili dan kota kecamatan.

Kawasan perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan


utama pertanian termasuk pengelolaan sumber daya alam
dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman
perdesaan, pelayanan jasa sosial, dan kegiatan ekonomi.
Kawasan permukiman perdesaan lokasinya menyebar dalam
bentuk pusat-pusat permukiman desa, yang termasuk kawasan
perdesaan di Kab. Luwu Timur.

9. Kawasan peruntukan lainnya terdiri atas kawasan perdagangan


skala kabupaten meliputi: kawasan perdagangan PKL Malili,
kawasan perdagangan PPK Sorowako, dan PKLp Wotu; dan

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-22


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

kawasan perdagangan skala kecamatan yang terdistribusi di


seluruh kecamatan.

7. Rencana Kawasan Strategis

Kawasan strategis di wilayah Kabupaten Luwu Timur terdiri atas


kawasan strategis provinsi (KSP) dan kawasan strategis kabupaten.

Penetapan KSP wilayah Provinsi Sulawesi Selatan dilakukan


berdasarkan kepentingan pertumbuhan ekonomi atas dasar itu, KSP
yang ada di Kabupaten Luwu Timur terdiri atas :

1. Kawasan Lumbung Beras di Kecamatan Burau, Wotu, Tomoni,


Tomoni Timur, Mangkutana dan Kalaena;
2. Kawasan Pengembangan Jagung di Kecamatan Angkona,
Wasuponda, Wotu dan Burau;
3. Kawasan pengembangan komoditas perkebunan di seluruh
wilayah kecamatan;
4. Kawasan Tambang Nikel di Sorowako;
5. Kawasan Strategis Kota Terpadu Mandiri (KTM) Mahalona; dan
6. Kawasan Cagar Alam Faruhumpenai, Cagar Alam Kalaena, Taman
Wisata Alam Danau Matano, Taman Wisata Alam Danau
Mahalona, Taman Wisata Alam Danau Towuti;
Berdasarkan arahan kebijakan dan hasil analisis yang dilakukan serta
dinamika pembangunan yang terjadi menuntut adanya kawasan-kawasan
pengembangan baru yang dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan
wilayah kabupaten di masa mendatang. Dengan memperhitungkan
kajian kualitatif dan kuantitaf terhadap aspek sosial, ekonomi dan fisik
wilayah, maka kawasan strategis kabupaten (KSK) yang dikembangkan
harus mencerminkan dukungan terhadap pengembangan kegiatan
sektoral yang diandalkan di wilayan ini, antara lain :

1. Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan


ekonomi
2. Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan
sosial budaya
3. Kawasan yang memiliki nilai strategis pendayagunaan sumber
daya alam dan/atau teknologi tinggi; dan

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-23


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

4. Kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan


fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Memperhatikan kepentingan sektoral tersebut di atas, maka kawasan


strategis yang dikembangkan di Kabupaten Luwu Timur meliputi
kawasan strategis dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi dan
dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam dan/atau
teknologi serta dari sudut fungsi dan daya dukung lingkungan hidup,
yaitu :

1. Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi adalah :


a. Kawasan Perkotaan Malili;
b. Kawasan Minapolitan di Kecamatan Malili dengan komoditi
unggulan meliputi rumput laut (Gracillaria Sp), bandeng, udang
dan kerapu, Kecamatan Angkona dengan komoditi unggulan
meliputi rumput laut (Gracillaria Sp), bandeng dan udang
Kecamatan Wotu dengan komoditi unggulan meliputi rumput
laut (Cottonii Sp dan Gracillaria Sp), bandeng dan udang; dan
Kecamatan Burau dengan komoditi unggulan meliputi rumput
laut (Cottonii Sp), bandeng dan udang.
c. Kawasan pengembangan Agropolitan perkebunan, diarahkan
pada Kecamatan Tomoni, Kecamatan Wotu, Kecamatan Burau,
Kecamatan Tomoni Timur, Kecamatan Mangkutana, Kecamatan
Kalaena, Kecamatan Angkona, Kecamatan Malili, Kecamatan
Wasuponda, Kecamatan Towuti, dan Kecamatan Nuha;
d. Kawasan pengembangan Agropolitan pertanian di arahkan ke
Kecamatan Tomoni, Kecamatan Wotu, Kecamatan Burau,
Kecamatan Tomoni Timur, Kecamatan Mangkutana, Kecamatan
Kalaena, Kecamatan Angkona, Kecamatan Malili, Kecamatan
Wasuponda, Kecamatan Towuti, dan Kecamatan Nuha.;
2. Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya meliputi
pelestarian nilai-nilai budaya Maccera’ Tasi’, Paccekke’ Wanua dan
Padungku.
3. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pengunaan teknologi
tinggi terdiri atas :
 Kawasan Pertambangan Sorowako di Kecamatan Nuha; dan;
 pengembangan PLTA Karebbe di sekitar Pegunungan Verbeck
Kecamatan Malili.

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-24


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN
LAPORAN AKHIR
DOKUMEN PENYUSUNAN DETAIL ENGINEERING DESIGN (DED)
REVITALISASI KAWASAN PERMUKIMAN KUMUH
KABUPATEN LUWU TIMUR

4. Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung


lingkungan terdiri atas :
 Kawasan Cagar Alam dengan luas 101.453,89 hektar, tersebar di
Kecamatan Angkona, Kalaena, Mangkutana, Nuha, Towuti, dan
Kecamatan Wasuponda; dan
 Taman Wisata Alam Danau Matano, Taman Wisata Alam Danau
Mahalona, Taman Wisata Alam Danau Towuti.

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN II-25


DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN

Anda mungkin juga menyukai