Anda di halaman 1dari 34

A.

GAMB
ARAN
1. LINGKUP WILAYAH
Sumba Timur merupakan daerah yang rawan terhadap
bencana, baik bencana alam, maupun non alam. Karakteristik
fisik Kabupaten Sumba Timur mempunyai bentuk bervariasi yang
tidak lepas dari proses pembentukkannya. Sebagaimana layaknya
kepulauan, pengaruh kondisi alamnya dan iklim serta adanya
keanekaragaman penduduk dan budaya lokal menyebapkan
timbulnya risiko terjadinya bencana alam, bencana karena ulah
manusia dan kedaruratan kompleks, meskipun disisi lain juga
memiliki kekayaan sumberdaya alam.
Secara geografis Kabupaten Sumba Timur yang terletak antara
119°45 – 120°52 Bujur Timur (BT) dan 9°16 – 10°20 Lintang
Selatan (LS) menjadikan kawasan rawan dan ancaman bencana.
Dampak dari bahaya iklim tersebut adalah banjir, kekeringan,
kebakaran permukiman, tanah longsor, puting beliung dan badai
angin. Kabupaten Sumba Timur memiliki batas wilayah sebagai
berikut :
- Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Sabu
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sumba Tengah
- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumba
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Lautan Hindia
Kabupaten Sumba Timur terdiri dari 22 Kecamatan dengan
ibukota Kabupaten yaitu berada di Waingapu, Kecamatan yang
paling besar yaitu Kecamatan Haharu dengan luas 601,50 km²,
sedangkan yang paling kecil luasannya yaitu berada di
Kecamatan Kambera dengan jumlah luasan yaitu 52,00 km².
Berdasarkan Indeks Rawan Bencana Indonesia (IRBI) tahun 2020
oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Kabupaten
Sumba Timur berada pada tingkat risiko tinggi. Dari 8 (delapan)

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
jenis resiko bencana yang di kaji oleh IRBI hampir semua resiko
bencana di Kabupaten Sumba Timur berada pada resiko tinggi
yaitu bencana gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan dan
lahan, tanah longsor, gelombang ekstrim dan abrasi, kekeringan,
cuaca ekstrim. Sedangkan hanya bencana banjir yang masuk
pada kategori resiko sedang.
Kompleksitas penyelenggaraan penanggulangan bencana
memerlukan suatu penataan dan perencanaan yang matang,
terarah dan terpadu. Pemaduan dan penyelarasan arah
penyelenggaraan penanggulangan bencana pada suatu kawasan
membutuhkan dasar yang kuat dalam pelaksanaanya. Untuk itu
perlu di sususn dokumen kajian risiko bencana. sebagai dasar
perencanaan yang bersifat menyeluruh dan mampu memberikan
arah strategi dalam hal penanggulangan bencana yang disepakati
bersama oleh seluruh unsur penanggulangan bencana di
Kabupaten Sumba Timur.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang penanggulangan
bencana mengamanatkan pada pasal 35 dan 36 agar setiap
daerah dalam upaya penanggulangan bencana, mempunyai
perencanaan penanggulangan bencana. Secara lebih rinci
disebutkan di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun
2008 tentang penyelenggraan penanggulangan bencana.
Sebagai salah satu kunci efektivitas penyelenggaraan
penanggulangan bencana, kajian risiko bencana harus disusun
menggunakan metode standar di setiap daerah pada setiap
jenjang pemerintahan. Standarisasi metode ini diharapkan dapat
mewujudkan keselarasan penyelenggaraan penanggulangan
bencana yang efektif baik ditingkat pusat, provinsi maupun
kabupaten/kota. Tingginya akselerasi perkembangan ruang ilmu
terkait pengkajian risiko bencana menjadi salah satu bahan
pemikiran untuk melaksanakan standarisasi metode. Dengan
mempertimbangkan perkembangan tersebut, dibutuhkan

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
Pedoman Umum yang dapat dijadikan standar minimal bagi
penanggung jawab penyelenggara penanggulangan bencana
dalam mengkaji risiko bencana. Oleh karena itu, kajian risiko
bencana merupakan bagian dari perencanaan pembangunan.
Setiap rencana yang dihasilkan dalam perencanaan ini
merupakan program/kegiatan yang terkait dengan pencegahan,
mitigasi dan kesiapsiagaan yang dimasukkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) maupun
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahunan serta Rencana
Penanggulangan Bencana Daerah (RPBD).
Kabupaten Sumba Timur sudah berulang kali terjadi berbagai
bencana alam yang mengakibatkan kerugian materil dan non
materil, berikut adalah catatan singkat mengenai sejarah
terjadinya kejadian bencana alam yang terjadi di Kabupaten
Sumba Timur.
a. Bencana Gempabumi Tahun 1983-2018
 24 November 1983
Wilayah Sumba diterjang oleh gempabumi pertama kali
tercatat pada tanggal 24 November 1983. Pada saat itu,
kekuatan gempa tersebut sebesar M 7.1 dan wilayah yang
dirasakan adalah Sumba, Alor, Flores, Timor, dan Australia
dari Darwin hingga Perth. Sayangnya, korban tidak tercatat
dalam katalog tersebut.
 31 Oktober 1983
Lalu di bulan Oktober dan di tahun yang sama, Sumba
kembali mengalami gempabumi. Kekuatan gempa pada saat
itu M 6.0 dan tidak menimbulkan tsunami. Kerusakan yang
dialami akibat gempa adalah beberapa rumah sekitar
Bandara Mauhau di Waingapu temboknya retak-retak.
 12 Desember 1992

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
Kemudian di tahun 1992, gempabumi dengan kekuatan M
7.5 kembali terjadi. Tetapi kali ini menimbulkan tsunami
dengan tinggi gelombang mencapai 25 meter. Sayangnya
jumlah korban dari bencana tersebut tidak tercatat dalam
katalog BMKG.
 25 Maret 2003
Di tahun 2003 lalu, gempabumi menerjang Nusa Tenggara
Timur (NTT) yang dirasakan oleh beberapa wilayah seperti
Sumba, Ruteng, Ende dan Maumere, Waingapu, Makassar,
dan Kupang. Gempa tersebut tidak menimbulkan tsunami.
 02 Maret 2005
Sumba kembali diguncang dengan kekuatan M 7.1 dengan
pusat gempa di Laut Banda dan tidak menimbulkan
tsunami.
 12 Februari 2016
Sumba Barat mengalami gempabumi dengan kekuatan M
6,6 dan tidak menimbulkan tsunami. Pusat gempa berada
di darat 14 km Barat Daya Sumba Barat, NTT. Gempa
tersebut tidak meninggalkan korban, hanya beberapa
bangunan rusak.
 2 Oktober 2018
Sumba Timur, NTT kembali diguncang pada tahun 2018
lalu dengan kekuatan M 6. Gempabumi tidak menimbulkan
tsunami dan korban jiwa.
 Bencana Banjir Tahun 2013
Banjir bandang di Desa Rambangaru, Kec.Haharu, Kab.
Sumba Timur pada Selasa (26/2/2013) sejak pukul 16.00
Wita sampai dengan saat ini.  Banjir bandang berasal dari
pegunungan di atasnya. Rumah yang diterjang banjir
kurang lebih 35  unit rumah terendam banjir hingga
setinggi 1,5 meter. Banjir bandang yang dipicu oleh hujan
lebat dan angin kencang tersebut dipengaruhi oleh Siklon

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
Tropis RUSTY yang berada di Samudera Hindia sebelah
utara Port Hedland Australia (sekitar 980 km sebelah
selatan barat daya Sabu).
b. Bencana Kekeringan Tahun 2019
Pada tahun 2019 terjadi kekeringan yang ekstrem di
Kabupaten Sumba Timur dengan waktu yang sangat lama
yaitu 249 hari tanpa terjadinya hujan, curah hujan dasarian II
November 2019 untuk wilayah NTT, sebagian besar mengalami
curah hujan dengan kategori rendah yakni 0-50 mm sehingga
hal inilah yang mengakibatkan terjadinya kekeringan ekstrem
di Kabupaten Sumba Timur pada tahun 2019.
c. Bencana Banjir Tahun 2020
Bencana alam terjadi di Kabupaten Sumba Timur pada tahun
2020 yaitu terjadinya banjir dengan ketinggian permukaan air
yaitu 40 cm, penyebabnya dipicu oleh meluapnya sungai
pagulado sehingga mengakibatkan 44 unit rumah di Dusun
Benda, Desa Kaliuda, Kecamatan Pahuga terendam dan
sebanyak 230 jiwa mengungsi ke tempat yang lebih tinggi.
d. Bencana Banjir dan Longsor Tahun 2021
Kejadian bencana terjadi pada tahun 2021 yaitu terjadinya
bencana banjir dan longsor yang mengakibatkan jumlah orang
yang mengungsi yaitu sebanyak 7.212 jiwa (1.803 KK)
sedangkan 475 jiwa (109 KK) terdampak oleh bencana banjir
dan mengakibatkan 7 fasilitas umum mengalami rusak berat.
Daerah yang mengalami dampak yang cukup parah yaitu
Kecamatan Kambera, Pandawai, Karera dan Wulawujelu.
Kawasan ini merupakan pertemuan titik tuang (Outlet) dari
aliran sungai (DAS) yang dikelilingi pegunungan dan
perbukitan sehingga sering mengalami banjir, ketika terjadinya
hujan dengan intensitas tinggi. Selain itu dataran banjir pada
kawasan ini terbentuk pada lembah diantara pegunungan
berbatuan vulkanik disebelah utara perbukitan bebatuan

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
sedimen di bagian wilayah selatan. Selain itu jebolnya
Bendungan Kambaniru mengakibatkan 1.440 hektare lahan
persawahan di Kecamatan Kambera tidak bisa ditanami padi
pada musim taman kedua tahun 2021.

2. LINGKUP KEGIATAN
Kegiatan Penyusunan Kajian Risiko Bencana Kabupaten
Sumba Timur nantinya akan menghasilkan sebuah produk
dokumen perencanaan yang komperhensif dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana daerah dalam rangka
penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, dan
rehabilitasi dan rekonstruksi. Adapun ruang lingkup kegiatan
pada kegiatan ini adalah sebagai berikut :
a) Pengumpulan data sekunder, informasi, peta dan demografi
wilayah, literatur, dan peraturan perundangan terkait dengan
penanggulangan bencana
b) Melakukan survey pemetaan udara wilayah Kabupaten
Sumba Timur dengan citra satelit.
c) Melakukan kajian tingkat ancaman bencana secara geografis,
geologis, hidrometeorogis, dan sosiologis.
d) Melakukan kajian kerentanan baik kerentanan fisik,
kerentanan sosial, kerentanan ekonomi, dan kerentanan
lingkungan.
e) Melakukan kajian kapasitas Kabupaten Sumba Timur dalam
menghadapi bencana dengan mendasarkan pada kapasitas
lokal yang dimiliki saat ini.
f) Melakukan kajian risiko serta menyusun Peta Risiko Bencana
Kabupaten Sumba Timur, sesuai standard BNPB (berdasarkan
Perka BNPB Nomor 02 tahun 2012, tentang Pedoman Umum
Pengkajian Resiko Bencana)
g) Melakukan Konsultasi Publik draft Kajian Risiko Bencana

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
B. DAS
AR
Dasar-dasar peraturan yang berkaitan dalam Penyusunan Dokumen
Kajian Risiko Bencana adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah


Daerah ( Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4437 ) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan
Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan
Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844 )
2. Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Umum Mitigasi Bencana
4. Peraturan pemerintah Nomor 21 tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan
dan Pengelolaan Bantuan Penanggulangan Bencana.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 23 tahun 2008 tentang Peran Serta
Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah dalam
Penanggulangan Bencana.
7. Peraturan Presiden Nomor 23 Tahun 2008 tentang Badan
nasional Penanggulangan Bencana.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 48 Tahun 2008 tentang
Pedoman organisasi dan Tata Kerja Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (PBBD).

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
9. Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 01 Tahun
2013 tentang Bantuan Sosial Bagi Korban Bencana.
10. Peraturan Kepala BNPB Nomor 3 Tahun 2008 tentang Pedoman
Pembentukan BPBD.
11. Peraturan Kepala BNPB Nomor 7 tahun 2008 tentang Pedoman
Tata Cara Pemberian Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar.
12. Peraturan Kepala BNPB No 9 Tahun 2008 tentang Prosedur Tetap
Tim Reaksi Cepat Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
13. Peraturan Kepala BNPB No 10 Tahun 2008 tentang Pedoman
Komando Tanggap Darurat Bencana.
14. Peraturan Kepala BNPB No 7 Tahun 2009 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Tata Naskah Dinas di Lingkungan BNPB.
15. Peraturan Kepala BNPB No 22 Tahun  2010 tentang Pedoman
Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing non
Pemerintah pada saat Tanggap Darurat.
16. Peraturan Kepala BNPB No 11 Tahun 2014 tentang Peran Serta
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
17. Peraturan Kepala BNPB No 12 tahun 2014 tentang Peran Serta
Lembaga Usaha dalam Penyelenggaraan Penanggulangan
Bencana.
18. Peraturan Kepala BNPB Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Pedoman
Umum Pengkaji Risiko Bencana;

C. KOMPOSISI ORGANISASI
Pelaksanaan Penyusunan Kajian Resiko Bencana Kabupaten Sumba
Timur Tahun Anggaran 2022, memerlukan berbagai sumberdaya
manusia, baik berupa tenaga ahli (personil inti) maupun tenaga
pendukung. Tenaga pendukung diperuntukkan untuk membantu
kegiatan tenaga ahli, yang sifatnya tidak memerlukan pemikiran
secara mendalam, tapi dapat dikerjakan oleh tenaga penunjang.
Keberadaan tenaga penunjang dimaksudkan untuk memperlancar

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
jalan proses pekerjaan, sehingga diharapkan pekerjaan dapat
berjalan sesuai dengan target yang telah ditentukan. Adapun tenaga
ahli atau tenaga pendukung yang disediakan perusahaan ini untuk
menyelesaikan Penyusunan Kajian Resiko Bencana Kabupaten
Sumba Timur adalah sebagai berikut :

Gambar 1.12. Struktur Organisasi Perusahaan

C. JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN


Dalam pelaksanaan kegiatan Penyusunan Dokumen Kajian Resiko
Bencana di Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022, waktu yang
dibutuhkan yaitu selama 4 bulan terhitung sejak dikeluarkannya
surat perintah mulai kerja (SPMK). Adapun untuk lebih jelasnya
mengenai jadwal pelaksanaan pekerjaan adalah sebagai berikut :

1. Tahapan Desk Studi dan Pembentukan Tim Kerja


Pada tahapan ini dilakukan studi tentang kondisi dan situasi
umum tentang wilayah Propinsi, Kabupaten/Kota, mulai dari
telaah dokumen RPJMD, RTRW, kondisi kebencanaan, sosial
budaya, lingkungan, sebagai referensi bacaan untuk melihat
secara menyeluruh tentang kondisi kewilayahan dari berbagai

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
aspek. Dalam proses ini dilakukan pengumpulan data-data
skunder yang meliputi (1) data spasial geologi, tata guna lahan,
morfologi, jaringan jalan, jaringan sungai, infrastruktur,
kebencanaan, curah hujan dan iklim, (2) data podes, data kondisi
lahan kritis, data rekapitulasi kejadian bencana, data kesehatan,
data kelompok tani, data jaringan jalan, dokumen RTRW,
Dokumen RPJMD, data demografi dan data sosial budaya.
Dalam prosesnya dibentuk tim kerja yang mewakili pemerintah
daerah, NGO, Swasta dan Masyarakat, tim ini yang akan bertugas
dalam proses penyusunan kajian risiko bencana, tim ini di bentuk
melalui Surat Keputusan Gubernur, Bupati/Walikota.

2. Tahapan Lokakarya I
Tahapan lokakarya I adalah tahap awal konsultasi publik/rapat
awal dengan mengundang para pihak baik pemerintah, NGO,
Swasta dan Masyarakat tentang Konsep dan Rencana kerja Kajian
Risiko Bencana, dalam tahap ini berisi tentang penyampaian
maksud dan tujuan kajian, alur dan proses kajian, pengesahan
tim kerja oleh Bupati dan diskusi kualitatif tentang kontek
kebencanaan di daerah.
3. Tahapan Pembekalan Tim dan Survey Lokasi
Tahapan ini dilakukan untuk memberi pembekalan terhadap tim
kerja tentang peran dan tanggung jawab, tim kerja dibagi menjadi
3 kelompok besar antara lain : (1) tim pengolah data dan GIS
bertugas untuk menginput data dan mengolah data spasial, (2)
tim pengumpul data dan pengambil data bertugas untuk
mengumpulkan data, memvalidasi dan memperbaharui data yang
akan digunakan dalam kajian risiko, (3) tim penulis dokumen
bertugas untuk menyiapkan Draft Dokumen Kajian dan
mengelaborasi tulisan dari berbagai sumber ke dalam dokumen
kajian risiko. Dalam pembekalan tim ini kemudian disepakati
rencana kerja penyusunan Kajian Risiko Bencana dimulai dengan

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
menentukan lokasi wilayah survei dan pembagian tim survei.
Wilayah survei dipilih berdasarkan lokasi yang pernah mengalami
bencana, survei dilakukan dengan mengunjungi objek-objek
penelitian, mengeplot lokasi wilayah dengan GPS dan
mendiskripsikan kondisi wilayah, serta melakukan wawancara
mendalam semi terstruktur kepada masyarakat di sekitar wilayah
survei untuk mendapatkan persepsi masyarakat terhadap risiko
bencana di wilayahnya.

4. Tahapan Lokakarya II : Penyusunan Kajian Risiko Bencana


Tahapan ini adalah lokakarya penyusunan kajian yang dilakukan
oleh tim kerja meliputi kegiatan (1) menentukan parameter,
indikator skor dan bobot untuk ancaman, kerentanan dan
kapasitas, (2) membuat indek ancaman, kerentanan, kapasitas
dan risiko, (3) mendiskusikan faktor-faktor yang mempengaruhi
risiko bencana, (4) menganalisis dan menelaah dokumen-
dokumen RTRW, RPJMD, laporan, dan data-data dari berbagai
instansi, (5) mengolah data spasial dalam menentukan ancaman,
kerentanan dan kapasitas, (6) rencana tindaklanjut pembagian
tugas kerja tim penyusun kajian.

5. Tahapan Pengolahan Data dan Penulisan Laporan


Berdasarkan rencana tindaklanjut hasil lokakarya 2, tim kerja
bekerja berdasarkan kelompok kerja untuk memfinalisasi peta
dan dokumen, sebagai bahan yang akan digunakan untuk
melakukan lokakarya hasil.

6. Tahapan Lokakarya III : Konsultasi Publik dan Finalisasi


Kajian Risiko Bencana
Tahapan ini adalah tahapan konsultasi publik atas hasil kerja tim,
lokakarya ini bertujuan untuk memberikan informasi terkait
dengan proses dan hasil yang sudah dicapai oleh tim dalam
menyusun Kajian Risiko Bencana dan Peta Risiko Bencana untuk

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
mendapatkan masukan sebanyak-banyaknya dari para pihak
guna mendapatkan umpan balik untuk penyempurnaan dokumen
kajian.

7. Tahapan Legislasi Dokumen Kajian dan Desiminasi


Hasil dari kajian Risiko Bencana kemudian didesiminasi ke
berbagai pihak, dan di advokasi bersama tim untuk mendapatkan
legalisasi dari pemerintah daerah sebagai dokumen kebijakan.

8. Tahapan Aplikasi Dokumen Kajian Risiko Bencana


Dokumen ini akan menjadi bahan untuk memberi input dalam
menyusun kebijakan dan perencanaan pembangunan di daerah.

Gambar 1.13 Tahapan Proses Pengkajian Resiko Bencana


Oleh Tim Kerja

Untuk lebih jelasnya mengenai jadwal pelaksanaan kegiatan maka


dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
Tabel 1.8. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Penyusunan Kajian Resiko Rawan Bencana
Kabupaten Sumba Timur Tahun Anggaran 2022

Waktu Pelaksanaan
No Item Kegiatan Juni Juli Agustus September
1 2 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Tahapan Desk Studi dan Pembentukan Tim kerja
                           
2 Tahapan Lokakarya I
                           
3 Tahapan Pembekalan Tim dan Survey Lokasi
                           
4 Tahapan Lokakarya II (Penyusunan KRB)
                           
5 Tahapan Pengolahan Data dan Penulisan Laporan
                           
Tahapan Lokakarya III (Konsultasi Publik dan
6
Finalisasi KRB                            
7 Tahapan Legislasi Dokumen Kajian dan Desiminasi
                           
8 Tahapan Aplikasi Dokumen KRB
                           

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
D. PROSEDUR PELAKSANAAN
PEKERJAAN
Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk
memperlihatkan potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat
suatu potensi bencana yang ada. Potensi dampak negatif tersebut
dihitung juga dengan mempertimbangkan tingkat kerentanan dan
kapasitas kawasan tersebut. Potensi dampak negatif ini
menggambarkan potensi jumlah jiwa, kerugian harta benda, dan
kerusakan lingkungan yang terpapar oleh potensi bencana. Dalam
pelaksanaannya, pengkajian risiko menggunakan rumus umum
sebagai berikut :

Dalam melakukan kajian risiko bencana, pendekatan fungsi dari tiga


parameter pembentuk risiko bencana, yaitu ancaman, kerentanan,
dan kapasitas terkait bencana. Beberapa prinsip dari proses
pengkajian risiko bencana yang juga menjadi pertimbangan proses
analisa adalah:

a. Menggunakan data dan segala bentuk rekaman kejadian yang


ada, dengan mengutamakan data resmi dari lembaga yang
berwenang;
b. Melakukan integrasi analisis probabilitas kejadian ancaman dari
para ahli dengan kearifan lokal masyarakat;
c. Proses analisis yang dilakukan harus mampu menghitung potensi
jumlah jiwa, kerugian harta benda, dan kerusakan lingkungan
yang terpapar;

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
d. Hasil kajian risiko dapat diterjemahkan menjadi kebijakan umum
untuk pengurangan risiko bencana.
Sedangkan beberapa kriteria yang digunakan dalam pemanfaatan
data untuk kajian ini yang diperoleh dari berbagai sumber adalah:
1) Memenuhi aturan tingkat kedetailan analisis di tingkat provinsi,
yaitu minimal hingga kecamatan dengan skala peta minimal
adalah 1:25.000.
2) Data yang ada harus dapat digunakan untuk menghitung jumlah
jiwa terpapar bencana (dalam jiwa), menghitung nilai kerugian
harta benda (dalam rupiah), dan menghitung luas kerusakan
lingkungan (dalam hektar) dengan menggunakan analisa GRID
GIS 1 ha dalam pemetaan risiko bencana.
3) Dapat digunakan dalam perhitungan yang dilakukan dengan
menggunakan 3 kelas interval tingkat risiko, yaitu tingkat risiko
tinggi, sedang dan rendah
Dalam penyusunan Dokumen Kajian Risiko Bencana (KRB) maka
setiap bencana alam dan non alam harus berbasis Geografis
Information System (GIS) untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
a. Gempabumi
Bahaya Gempabumi dibuat dengan mengacu pada metodologi
yang telah dikembangkan oleh JICA (2015) berdasarkan analisa
intensitas guncangan di permukaan. Intensitas guncangan di
permukaan diperoleh dari hasil penggabungan data intensitas
guncangan di batuan dasar dan data faktor amplifikasi tanah.
Data intensitas guncangan di batuan dasar (Peta Zona
Gempabumi respon spektra percepatan 1.0” di SB untuk
probabilitas terlampaui 10% dalam 50 tahun) merupakan
turunan dari Peta Hazard Gempabumi Indonesia (Kementerian
PU, 2010), sedangkan data faktor amplifikasi tanah diperoleh dari
hasil perhitungan AVS30 (Average Shear-wave Velocity in the
upper 30m) yang diestimasi berdasarkan pendekatan kelas

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
topografi dengan menggunakan data raster DEM (Digital Elevation
Model) (Gambar 6). Indeks bahaya gempabumi dibuat
berdasarkan hasil pengelasan nilai intensitas guncangan di
permukaan.

Tabel 1. Pengkelasan Nilai Intensitas Guncangan


di Permukaan (JICA, 2015)
Gambar 1.1 Alur Proses Pembuatan Peta Bahaya Gempabumi

b. Tsunami

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
Sebaran luasan wilayah terdampak (bahaya) tsunami diperoleh
dari hasil perhitungan matematis yang dikembangkan oleh
Berryman (2006) berdasarkan perhitungan kehilangan
ketinggian tsunami per 1 m jarak inundasi (ketinggian
genangan) berdasarkan harga jarak terhadap lereng dan
kekasaran permukaan.

Parameter ketinggian gelombang tsunami di garis pantai


mengacu pada hasil kajian BNPB yang merupakan lampiran
dari Perka No. 2 BNPB Tahun 2012 yaitu Panduan Nasional
Pengkajian Risiko Bencana Tsunami. Parameter kemiringan
lereng dihasilkan dari data raster DEM dan koefisien
kekasaran permukaan dihasilkan dari data tutupan lahan
(landcover). Indeks bahaya tsunami dihitung berdasarkan
pengkelasan inundasi sesuai Perka No. 2 BNPB Tahun 2012
menggunakan metode fuzzy logic.

Gambar 1.2. Transformasi ketinggian inundasi tsunami menjadi


indeks bahaya tsunami dengan fuzzy logic
PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
Tabel 1.1. Nilai koefisien permukaan masing-masing jenis
penutupan/penggunaan lahan (Berryman 2006)

c.
Gambar 1.3. Alur Proses Pembuatan Peta Bahasaya Tsunami

Gunungapi
Penentuan indeks bahaya letusan gunungapi dibuat dengan mengacu pada
pedoman yang dikeluarkan oleh PVMBG (2011) menggunakan metode
pembobotan zona KRB (Kawasan Rawan Bencana) gunungapi. Masing-
masing zona KRB (zona I, II, dan III) terdiri dari zona aliran dan zona

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
jatuhan diberi nilai bobot yang berbeda-beda berdasarkan
tingkat kerawanannya.

Tabel 1.3. Indikator dan Bobot enilaian Bahaya Letusan Gunungapi

Gambar 1.4. Alur Proses Pembuatan Peta Bahaya Letusan Gunungapi


d.
Banjir
Bahaya banjir dibuat berdasarkan data daerah rawan banjir
dengan memperhitungkan kedalaman genangan sesuai Perka

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
No. 2 BNPB Tahun 2012. Daerah rawan banjir dibuat dengan
menggunakan data raster DEM berdasarkan metode yang
dikembangkan oleh Manfreda et al (2009) melalui indeks
topografi modifikasi dengan persamaan :

Dimana Tim adalah indeks topografi modifikasi, ad adalah


daerah aliran per satuan panjang kontur (atau nilai akumulasi
aliran berdasarkan analisis data DEM; nilai bergantung pada
resolusi DEM), tan (β) adalah lereng (berdasarkan analisis data
DEM), dan n merupakan nilai eksponensial. Nilai n dihitung
dengan formula n = 0.016x0.46 , dimana x adalah resolusi
DEM. Setelah dihasilkan peta indeks topografi, daerah rawan
banjir dapat diidentifikasi melalui penggunaan nilai ambang
batas (τ) dimana daerah rawan banjir adalah jika nilai indeks
topografi lebih besar dari nilai ambang batas (TIm > τ ).
Adapun nilai dari τ, yaitu τ = 10.89n + 2.282. Indeks bahaya
banjir diestimasi berdasarkan kemiringan lereng dan jarak dari
sungai pada daerah rawan banjir tersebut dengan metode
fuzzy logic (Gambar 5).

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba
Gambar Timur
1.5. Alur Tahun
Proses2022
Pembuatan Peta Bahaya Banjir
Gambar 1.6. Alur Proses Pembuatan Peta Bahaya Tanah Longsor
Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah

e. Tanah Longsor
Bahaya tanah longsor dibuat berdasarkan pengklasifikasian
zona kerentanan gerakan tanah yang dikeluarkan oleh PVMBG
dan dikoreksi dengan kemiringan lereng di atas 15%. Bagi
wilayah kabupaten/kota yang belum memiliki zona kerentanan
gerakan tanah, bahaya tanah longsor dibuat dengan mengacu
pada RSNI Penyusunan dan Penentuan Zona Kerentanan
Gerakan Tanah yang dikeluarkan oleh PVMBG (2015). Tabel 5.
Parameter Penyusun Peta Bahaya Tanah Longsor dengan
metode deterministik Tabel 4. Pengkelasan Zona Kerentanan
Gerakan Tanah dan Perhitungan Indeks Bahaya Catatan:
Terdapat banyak parameter yang dipersyaratkan di dalam
RSNI untuk metode deterministik. Paramater yang digunakan
tersebut merupakan justifikasi terhadap ketersediaan data
secara spasial (non-survei) (Gambar 6)

Tabel 1.3. Pengkelasan Zona Kerentanan Gerakan Tanah

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
dan Perhitungan Indeks Bahaya

Tabel 1.4. Parameter Penyusun Peta Bahaya Tanah Longsor


dengan metode deterministik

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
f. Kekeringan
Bahaya kekeringan dibuat dengan pendekatan kekeringan
meteorologis yang dianalisa dengan metode perhitungan
Indeks Presipitasi Terstandarisasi atau Standized Precipitation
Index (SPI) periode 3 bulanan. Tahapan dalam perhitungan
nilai SPI adalah sebagai berikut:
1. Data utama yang dianalisis adalah curah hujan bulanan
pada masing-masing data titik stasiun hujan yang
mencakup wilayah kajian. Rentang waktu data
dipersyaratkan dalam berbagai literatur adalah minimal 30
tahun.
2. Nilai curah hujan bulanan dalam rentang waktu data yang
digunakan harus terisi penuh (tidak ada data yang kosong).
Pengisian data kosong dapat dilakukan dengan berbagai
metode, salah satunya yaitu metode MNSC.
3. Melakukan perhitungan mean, standar deviasi, lambda,
alpha, beta dan frekuensi untuk setiap bulannya
4. Melakukan perhitungan distribusi probabilitas cdf Gamma
5. Melakukan perhitungan koreksi probabilitas kumulatif H(x)
untuk menghindari nilai cdf Gamma tidak terdefinisi akibat
adanya curah hujan bernilai 0 (nol)
6. Transformasi probabilitas kumulatif H(x) menjadi variabel
acak normal baku. Hasil yang diperoleh adalah nilai SPI
Selanjutnya, untuk membuat peta bahaya kekeringan dapat
dilakukan beberapa tahapan sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dalam setiap tahun data kejadian
kekeringan di wilayah kajian agar dapat dipilih bulanbulan
tertentu yang mengalami kekeringan saja.
2. Melakukan interpolasi spasial titik stasiun hujan
berdasarkan nilai SPI-3 pada bulan yang terpilih di masing-
masing tahun data dengan menggunakan metode
semivariogram kriging

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
3. Mengkelaskan hasil interpolasi nilai SPI-3 menjadi 2 kelas
yaitu nilai <-0.999 adalah kering (1) dan nilai >0.999 adalah
tidak kering (0)
4. Hasil pengkelasan nilai SPI-3 dimasing-masing tahun data
di-overlay secara keseluruhan (akumulasi semua tahun)
5. Menghitung frekuensi kelas kering (1) dengan minimum
frekuensi 5 kali kejadian dalam rentang waktu data
dijadikan sebagai acuan kejadian kekeringan terendah
6. Melakukan transformasi linear terhadap nilai frekuensi
kekeringan menjadi nilai 0 – 1 sebagai indeks bahaya
kekeringan
7. Sebaran spasial nilai indeks bahaya kekeringan diperoleh
dengan melakukan interpolasi nilai indeks dengan metode
Areal Interpolation dengan tipe Average (Gaussian)

Gambar 1.7. Alur Proses Pembuatan Peta Bahaya Kekeringan

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
g. Kebakaran Lahan dan Hutan
Bahaya Kebakaran Lahan dan Hutan (Karlahut) dibuat sesuai
metode yang ada di dalam Perka No. 2 BNPB Tahun 2012.
Parameter penyusun bahaya kebakaran hutan dan lahan
terdiri dari parameter jenis hutan dan lahan, iklim, dan jenis
tanah. Setiap parameter diidentifikasi untuk mendapatkan
kelas parameter dan dinilai berdasarkan tingkat
pengaruh/kepentingan masing-masing kelas menggunakan
metode skoring

Gambar 1.8. Alur Proses Pembuatan Peta Bahaya


Kebakaran Lahan dan Hutan

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
Tabel 1.5. Parameter Penyusun dan Skoring Bahaya
Kebakaran Hutan dan Lahan

h. Cuaca Ekstrim
Bahaya cuaca ekstrim dalam hal ini bahaya angin puting
beliung dibuat sesuai Perka No. 2 BNPB Tahun 2012 dengan
menggunakan metode skoring terhadap parameter-parameter
penyusunnya yaitu Keterbukaan Lahan (KL), Kemiringan
Lereng (L), dan Curah Hujan Tahunan (CH).
Tabel 1.6. Nilai skor parameter keterbukaan lahan
berdasarkan kelas penutupan/penggunaan lahan

Gambar 1.9. Alur proses pembuatan peta bahaya cuaca ekstrim

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
i. Gelombang Ekstrim dan Abrasi
Bahaya gelombang ekstrim dan abrasi dibuat sesuai metode
yang ada di dalam Perka No. 2 BNPB Tahun 2012. Parameter
penyusun bahaya gelombang ekstrim dan abrasi terdiri dari
parameter tinggi gelombang, arus laut, tipologi pantai, tutupan
vegetasi, dan bentuk garis pantai. Setiap parameter
diidentifikasi untuk mendapatkan kelas parameter dan dinilai
berdasarkan tingkat pengaruh/kepentingan masing-masing
kelas menggunakan metode skoring.

Tabel 1.7. Parameter Penyusun dan Skoring Bahaya


Gelombang Ekstrim dan Abras

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
Gambar 1.10. Alur Proses Pembuatan Bahaya Gelombang
Ekstrim dan Abrasi

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
j. Banjir Bandang
Bahaya banjir bandang dibuat berdasarkan pedoman yang
dikeluarkan oleh Kementerian PU (2011) dan dilakukan
modifikasi metodologi. Parameter penyusun bahaya banjir
bandang terdiri dari daerah bahaya longsor di wilayah hulu
(cakupan wilayah DAS), sungai utama yang berpotensi
terbendung oleh material longsor, dan kondisi topografi (lereng)
di sekitar aliran sungai. Penentuan indeks bahaya banjir
bandang dilakukan berdasarkan pengklasifikasian kedalaman
genangan dengan metode fuzzy logic.

Gambar 1.11. Alur Proses Pembuatan Peta Bahaya Banjir Bandang

Pada dasarnya Penyusunan Dokumen Kajian Risiko Bencana


merupakan awal dari rangkaian Dokumen Kajian untuk
kebencanaan karena setelah disusunya Dokumen Kajian Risiko
Bencana (KRB), maka haruslah disusun kembali Dokumen
Rencana Penanggulangan Bencana (RPB).
Dokumen Rencana Penanggulangan Bencana (RPB) sendiri
merupakan dokumen 5 tahunan turunan dari Rencana Induk

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
Penanggulangan Bencana (RIPB) Tahun 2020-2044. RIPB 2020-
2044 adalah rencana jangka panjang 25 tahunan yang memuat
visi-misi, kebijakan & strategi, juga peta jalan pelaksanaan
penanggulangan bencana, Dokumen Rencana Penanggulangan
Bencana disusun berdasarkan hasil analisis risiko bencana di
wilayah setempat. Selain itu, RPB juga memuat upaya
penanggulangan bencana yang dijabarkan dalam program
kegiatan penanggulangan bencana dan rincian anggarannya.
Dokumen lainnya yang sangatlah yang terintegrasi dengan
Dokumen KRB dan Dokumen RPB yaitu adalah Dokumen
Rencana Kontinjensi, yang mana Rencana Kontinjensi merupakan
proses identifikasi dan penyusunan rencana ke depan yang
didasarkan pada keadaan yang kemungkinan besar akan terjadi,
namun juga belum tentu terjadi. Suatu rencana kontinjensi
mungkin tidak selalu pernah diaktifkan jika keadaan yang
diperkirakan tidak pernah terjadi. Penyusunan Rencana
Kontinjensi dilakukan secara bersama antar lembaga dan pelaku
penanggulangan bencana, baik pemerintah maupun non-
pemerintah, selain itu Dokumen rencana kontinjensi disusun
dengan tujuan sebagai pedoman dalam penanganan darurat
bencana, agar pada saat tanggap darurat dapat terkelola dengan
cepat dan efektif serta sebagai dasar memobilisasi berbagai
sumber daya para pemangku kepentingan (stake holder). Rencana
Kontinjensi bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan serta
membangun komitmen bersama antar lembaga pelaku
penanggulangan bencana.

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
E. KOMPOSISI TIM DAN JADWAL
PENUGASAN
Adapun Tenaga Ahli atau Tenaga Pendukung yang akan bertugas
dilapangan untuk menyelesaikan Penyusunan Kajian Resiko
Bencana Kabupaten Sumba Timur adalah sebagai berikut :

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
Tabel 1.9. Komposisi Tenaga Ahli dan Tenaga Pendukung
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022

A. TENAGA AHLI (Personil Inti)


Jumlah
Tenaga Ahli Lingkup Posisi
Nama Personil Perusahaan Uraian Pekerjaan Orang
Lokal/Asing Keahlian Diusulkan
Bulan
PT. DELINEASI Tenaga Lokal Ahli Geografi Team Leader  Bertanggung jawab dalam koordinasi pekerjaan oleh 1x4
RUPABUMI tim;
KONSULTAN
 Memantau perkembangan pekerjaan, melakukan
Dr. Baso Jaya, S.Si.,M.Si pengecekan hasil pekerjaan yang telah dilakukan.
 Bertanggung jawab dalam melaksanakan identifikasi
dan analisis ancaman bencana tertentu.
 Melaksanakan presentasi terhadap laporan dan
dokumen kajian risiko bencana yang disusun.
 Bertanggung jawab terhadap mutu dokumen kajian
risiko bencana.
 Bertanggungjawab atas semua pekerjaan yang
dihasilkan dan bertanggung jawab terhadap seluruh
pelaksanaan kegiatan.
PT. DELINEASI Tenaga Lokal Ahli Sosial Tenaga Ahli  Bertanggung jawab dalam melaksanakan identifikasi 1x2
RUPABUMI Ekonomi dan analisis ancaman bencana tertentu.
KONSULTAN
 Melakukan koordinasi dengan Ketua Tim (Team
Yusran Thoyib, S.Sos leader) dan tim dalam penyusunan dokumen kajian
risiko bencana.
 Melakukan koordinasi dengan surveyor, fasilitator,
dan drafter terkait dengan data dan informasi yang

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
harus dilengkapi;
 Menyusun dokumen kajian risiko bencana.
 Bertanggungjawab atas semua hasil pekerjaan yang
dihasilkan kepada Team Leader
PT. DELINEASI Tenaga Lokal Ahli Tata Tenaga Ahli  Bertanggung jawab dalam melaksanakan identifikasi 1x3
RUPABUMI Guna Lahan dan analisis bahaya, kerentanan dan kapasitas terkait
KONSULTAN
dengan penggunaan lahan.
Ir. Ibrahim Husni, S.T.MSP (Ahli  Melakukan koordinasi dengan Ketua Tim (Team
Tata Guna Lahan) leader) dan tim dalam penyusunan dokumen kajian
risiko bencana.
 Melakukan koordinasi dengan surveyor, fasilitator,
dan drafter terkait dengan data dan informasi yang
harus dilengkapi;
 Menyusun dokumen kajian risiko bencana.
PT. DELINEASI Tenaga Lokal Ahli Tata Tenaga Ahli  Bertanggung jawab dalam melaksanakan analisis dan 1x2
RUPABUMI Guna Lahan penyajian pekerjaan berdasarkan sistem informasi
KONSULTAN
geografis.
Alwan, S.T. (Ahli Sistem  Melakukan koordinasi dengan Ketua Tim (Team
Informasi Geografis/GIS) leader) dan tim dalam penyusunan dokumen kajian
risiko bencana.
 Melakukan koordinasi dengan surveyor, fasilitator,
dan drafter terkait dengan data dan informasi yang
harus dilengkapi;
 Menyusun dokumen kajian risiko bencana.

PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022
PROGRAM MUTU
Penyusunan Dokumen Kajian Resiko Bencana (KRB)
Kabupaten Sumba Timur Tahun 2022

Anda mungkin juga menyukai