OLEH:
KELOMPOK E
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana gempa bumi merupakan kejadian yang tidak dapat dihindari dan
terjadi secara mendadak. Dalam 10 tahun terakhir DIBI (2020) mencatat terjadi
187 gempa bumi dengan kategori bencana dan sebanyak 9 kali tsunami yang
berdampak terhadap 1 juta lebih jiwa. Fasilitas umum yang paling banyak
1
b
Provinsi Sumatera Barat pernah mengalami gempa bumi pada tahun 2009
yang cukup kuat yaitu dengan kekuatan 7,6 SR di lepas pantai Sumatera Barat
pada tanggal 30 September 2009. Gempa ini terjadi di lepas pantai Sumatera
sekitar 50 km barat laut Kota Padang. Menurut Satkorlak PB pada tahun 2009
korban tewas sebanyak 1.117 orang, korban luka sebanyak berat mencapai 1.214
orang, korban luka ringan 1.688 orang, dan korban hilang sebanyak 1 orang.
Gempa ini menyebabkan kerusakan yang parah di beberapa wilayah di Sumatera
Barat. Sebanyak 135.448 rumah rusak berat, 65.380 rumah rusak sedang, dan
78.604 rumah rusak ringan. Pada tahun 2022 ini terjadi gempa bumi di Pasaman
Barat dengan kekuatan 6,1 SR yang menyebabkan korban jiwa dan sebanyak
7.186 jiwa mengungsi akibat gempa yang dirasakan (BNPB, 2022).
BPBD Kota Padang mengatakan bahwa kota Padang diapit oleh dua
patahan gempa, yaitu patahan Semangko dan patahan Megathrust. Selama
sepuluh tahun (2009- 2019) terdapat 3 gempa besar mengguncang Kota Padang
yang mengakibatkan 386 jiwa meninggal dunia, 1.219 jiwa luka-luka dan 3.547
kerusakan pada fasilitas pendidikan (DIBI, 2020). Gempa bumi mengguncang
Kota Padang dan sekitarnya pada tanggal 30 September 2009 berkekuatan 7,9
2
b
skala Richter mengakibatkan banyak korban jiwa, jumlah korban jiwa di Kota
Padang sendiri sebanyak 385 jiwa meninggal dunia dan
1.216 jiwa luka-luka.
Kelurahan Parupuk Tabing merupakan salah satu kelurahan yang terdapat
di Kota Padang. Kelurahan Parupuk Tabing berada pada pesisir pantai Sumatra
yang termasuk dalam kategori daerah rawan terhadap beberapa bencana seperti
gempa bumi, tsunami, banjir (Neflinda dkk, 2019). Berdasarkan hasil survey yang
mahasiswa lakukan pada RW 01 Kelurahan Parupuk Tabing didapatkan bahwa
daerah ini memiliki potensi bencana terbanyak yaitu gempa bumi, banjir dan
tsunami. Akan tetapi berdasarkan hasil survey kuesioner didapatkan bahwa
tingkat pemahaman masyarakat terhadap kesiapsiagaan bencana masih rendah.
Maka dari itu, disini mahasiswa profesi keperawatan universitas andalas ingin
mengaplikasikan segala yang telah dipelajari sehingga masyarakat RW 01 dapat
mengetahui tentang kesiapsiagaan bencana di RW 01 kelurahan Parupuk Tabing.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
b. Tujuan Khusus
• Memberikan informasi tentang data-data bencana yang terdapat RW 01
Kelurahan Parupuk Tabing.
• Menjelaskan bencana yang terdapat di RW 01 Kelurahan Parupuk
Tabing berdasarakan data-data yang sudah dikumpulkan
3
b
D. Manfaat
a. Bagi Masyarakat
Diharapakan laporan hasil kegiatan ini dapat dijadikan pedoman dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan kedepannya guna
mengatasi masalah kesiapsiagaan bencana di RW 01 Kelurahan Parupuk
Tabing.
b. Bagi Pihak Terkait (Lintas Program dan Sektoral)
Diharapakan laporan hasil kegiatan ini dapat dijadikan data maupun bahan
untukmenyusun program kerja dan kebijakan dalam bidang kebencanaan di
masa yang akan datang.
c. Bagi institusi pendidikan
Diharapakan laporan hasil kegiatan ini menjadi bahan perbandingan untuk
mahasiswa profesi yang akan menjalankan siklus keperawatan bencana
berikutnya dan menjadi bahan evaluasi.
4
b
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tinjauan Teori
a. Definisi Bencana
a) Gempa bumi
5
b
c) Tsunami
d) Tanah longsor
e) Banjir
f) Kekeringan
6
b
c. Dampak Bencana
2. Tahapan Bencana
Tahap ini dikenal juga sebagai tahap pra bencana, durasi waktunya
mulai saat sebelum terjadi bencana sampai tahap serangan atau impact.
Tahap ini dipandang oleh para ahli sebagai tahap yang sangat strategis
karena pada tahap pra bencana ini masyarakat perlu dilatih tanggap
terhadap bencana yang akan dijumpainya kelak. Latihan yang diberikan
kepada petugas dan masyarakat akan sangat berdampak kepada jumlah
besarnya korban saat menyerang (impact), peringatan dini dikenalkan
kepada masyarakat pada tahap pra bencana. Dengan pertimbangan
bahwa, yang pertama kali menolong saat terjadi bencana adalah
masyarakat awam atau awam khusus (first responden), maka
masyarakat awam khusus perlu segera dilatih oleh pemerintah
7
b
8
b
3. Tahapan Emergency
9
b
4. Tahap Rekonstruksi
Pada tahap ini mulai dibangun tempat tinggal, sarana umum seperti
sekolah, sarana ibadah, jalan, pasar atau tempat pertemuan warga. Pada
tahap rekonstruksi ini yang dibangun tidak saja kebutuhan fisik tetapi yang
lebih utama yang perlu kita bangun kembali adalah budaya. Kita perlu
melakukan rekonstruksi budaya, melakukan re- orientasi nilai-nilai dan
norma-norma hidup yang lebih baik yang lebih beradab.Dengan melakukan
rekonstruksi budaya kepada masyarakat korban bencana, kita berharap
kehidupan mereka lebih baik bila dibanding sebelum terjadi bencana.
Situasi ini seharusnya bisa dijadikan momentum olehpemerintah untuk
membangun kembali Indonesia yang lebih baik, lebih beradab, lebih santun,
lebih cerdas hidupnya, lebih memiliki daya saing di dunia internasional.
Hal ini yang nampaknya kita rindukan, karena yang seringkali kita baca dan
kita dengar adalah bencana dan saling tunggu antara pemerintah daerah
dengan pemerintah pusat.
10
b
d) Lelah, bingung
f) Merasa bersalah.
11
b
e) Bersedih
• Kelelahan
• Merasa panic
12
b
1) Kerentanan Fisik
2) Kerentanan Ekonomi
3) Kerentanan Sosial
4) Kerentanan Lingkungan
13
b
7. Penanggulangan Bencana
a) Sanitasi Darurat
b) Pengendalian Vektor
c) Pengendalian Penyakit
14
b
d) Imunisasi Terbatas
e) Surveilans Epidemiologi
b) Prioritas
15
b
dan waktu yang berlebihan, dari itu barulah kegiatan bisa dikatakan
berhasil dan berdaya guna.
f) Kemitraan
g) Pemberdayaan
h) Non diskriminatif
i) Non proletisi
Ada beberapa hal yang sering dilanggar oleh suatu lembaga dalam
memberikan bantuan kepada korban bencana yaitunya menyebarkan
keyakinan atau agama yang mereka anut.
16
b
Ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan oleh perawat dalam situasi
tanggap bencana:
b. Pemberian Bantuan
17
b
d. Pemberdayaan Masyarakat
18
b
a. Pra Bencana
Pada fase pra bencana setiap lembaga atau jajaran pers dapat memainkan
perannya sebagai pendidikan publik melalui penyuluhan yang disajikan
secara terencana, priodik, populer, digemari dan mencerahkan serta
memperkaya khazanah alam pikiran publik dengan target antara lain :
19
b
sifat bencana.
3. Rencana pengembangan wilayah dan pertumbuhan tata-ruang.
4. Pelestarian lingkungan.
5. Kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan pada fase pra bencana dapat
berupa:Pendidikan dengan tujuan peningkatan kesadaran bencana
6. Persiapan teknologi tahan bencana
7. Latihan penanggulangan bencana
8. Membangun sistem sosial yang tanggap bencana
9. Merumuskan kebijakan-kebijakan penanggulangan bencana.
20
b
sederhana.
f.) Menginformasikan bahaya merapi.
6. Membantu Pengorganisasian Masyarakat
7. Siskamling dan pengamatan bencana
8. Kerjasama dengan perangkat desa setempat seperti PEMDA, LSM
9. Mempersiapkan/membuat alat penyampai tanda bahaya yang
disepakati
10. Mempersiapkan alat bantu transportas
11. Mempersiapkan/membuat alat bantu penerangan (obor, senter,
dll).
21
b
22
b
23
b
6. Organisasi kelembagaan
7. Stake holders yang terlibat.
Penanggulangan pasca bencana meliputi dua tindakan
utama yaitu rehabilitasi dan rekonstruksi. Rehabilitasi adalah
suatu perbaikan atau pemulihan semua aspek masyarakat
sampai tingkat yang memadai pada wilayah setelah
terjadinya bencana dengan tujuan utama untuk normalisasi
semua aspek pemerintah dan kehidupan masyarakat pada
wilayah pasca bencana. Rekonstruksi adalah pembangunan
kembali semua pra sarana dan sarana wilayah setelah
terjadinya bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun
masyarakat. Hal ini memiliki tujuan utamayaitu agar
pertumbuhan dan perkembangan kegiatan ekonomi,
sosialdan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan
bangkitnya peran serta masyarakat dalam kegiatan sehari-
hari.
d. Peran Perawat Dalam Manajemen Bencana
1. Peran Perawat Dalam Fase Pra Bencana
a. Mengenali adanya ancaman bahaya
b. Perawat mengikuti pelatihan bagi tenaga kesehatan dalam
kesiapsiagaan terhadappenanggulangan ancaman bencana
2. Melatih penanganan pertama korban bencana
Perawat ikut terlibat dalam lintas sektor termasuk dinas
pemerintahan, palang merah nasional, organisasi lingkungan,
maupun lembaga- lembaga kemasyarakatan dalam memberikan
penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi bencana
Perawat terlibat dalam program pendidikan kesehatan untuk
meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi
bencana Pendidikan kesehatan diarahkan kepada:
a. Usaha pertolongan diri sendiri terhadap korban bencana
b. Pelatihan pemberian pertolongan pertama dalam keluarga
seperti menolong anggota keluarga dengan kecurigaan patah
24
b
25
b
BAB III
HASIL KEGIATAN
384,88 mm / bulan.
persegi.
26
b
Masjid : 19 Unit
3) Batas Wilayah
27
b
a. Lingkungan terbuka
dengan lantai terbuat dari keramik dan berpagar tinggi. Sumber air
e. Kebiasaan
ronda.
f. Transportasi
28
b
kebutuhan sehari-hari.
h. Pusat perbelanjaan
i. Ras/suku bangsa
lainnya.
j. Agama
04.
29
b
l. Sarana penunjang
perkumpulan permusyawarahan
Jenis Kelamin
Laki-laki
52% 48%
Perempuan
30
b
Agregat
Status
1%
Cerai
40%
Belum Kawin
59%
Kawin
31
b
Pendidikan
2% Tidak tamat SD
20%
SD
SMP
61% 17% SMA
Perguruan Tinggi
Pekerjaan
Tidak bekerja
13% 2%
3% Wiraswasta
Wirausaha
16% PNS
4% 62% Buruh
Nelaya
Ibu Rumah Tangga
32
b
Lama tinggal
9% 4% 12%
<5 tahun
5-20 tahun
21-35 tahun
22%
36-50 tahun
>50 tahun
53%
Memliki Listrik
1%
Ya
Tidak
99%
33
b
2%
98%
Ada
Tidak
99%
34
b
Seberapa Jauh
1%
Akses ke sekolah
1%
Ada
Tidak ada
99%
35
b
3%
Ada
Tidak ada
97%
Rumah sewa
12%
Tidak
Ya
88%
36
b
Bentuk bangunan
1%
8%1%
Permanen
Semi permanen
Rumah kayu
90%
Kondisi bangunan
1%
0%
Layak Huni
Tidak Layak Huni
99%
37
b
38
b
39
b
40
b
41
b
42
b
43
b
44
b
45
b
46
b
47
b
48
b
49
b
15% Ya
31% Tidak
Tidak tahu
54%
50
b
51
b
52
b
53
b
54
b
55
b
56
b
57
b
58
b
59
b
22. Berdasarkan diagram di atas didapatkan bahwa hampir sebagian besar dari
responden (61,6%) masyarakat RW 01 Parupuk tabing dengan tidak tahu
keadaan darurat saat sendirian dirumah menelpon layananan darurat.
60
b
61
b
62
b
63
b
29. Berdasarkan diagram di atas didapatkan bahwa sebagian besar (72,4%) masyarakat RW
01 parupuk tabing dengan katergori ya mengetahui cara keluar rumah jika terjadi
keadaan darurat.
30. Berdasarkan diagram di atas didapatkan bahwa sebagian besar (61,6%) masyarakat RW
01 Parupuk tabing dengan tidak mengetahui untuk pengujian rute evakuasi.
64
b
31. Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa sebagian besar dari responden (68,2%)
masyarakat RW 01 Parupuk Tabing sudah mengidentifikasi titik pertemuan diluar
rumah jika terjadi keadaan darurat.
32. Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa hampir seluruh dari responden (99%)
masyarakat RW 01 Parupuk Tabing memiliki senter di rumah.
33. Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa hampir setengah dari responden (40,8%)
masyarakat RW 01 Parupuk Tabing melakukan tindakan lain/tidak ada jawaban jika
menemukan seseorang yang tidak sadarkan diri didepan rumah saat
pergi/menyelamatkan diri.
65
b
34. Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa sebagian besar dari responden (73,9%)
masyarakat RW 01 Parupuk Tabing menjawab keluarga yang paling mungkin
memberikan bantuan jika terjadi bencana.
35. Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa sebagian besar dari responden (74,9%)
masyarakat RW 01 Parupuk Tabing menjawab rumah tidak terletak didaerah yang
terkena angin topan/badai.
36. Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa hampir setengah dari responden (37,9%)
masyarakat RW 01 Parupuk Tabing menjawab tidak pernah terpikir untuk mengambil
tindakan dalam mengurangi risiko terkena dampak angin topan/badai.
66
b
37. Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa setengah dari responden (50,2%)
masyarakat RW 01 Parupuk Tabing menjawab rumah tidak terletak didaerah yang
terkena banjir.
38. Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa hampir setengah dari responden (38,4%)
masyarakat RW 01 Parupuk Tabing menjawab tidak pernah terpikir untuk mengambil
tindakan dalam mengurangi risiko terkena dampak banjir.
67
b
39. Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa hampir seluruh dari responden (91,5%)
masyarakat RW 01 Parupuk Tabing menjawab rumah terletak didaerah yang terkena
gempa bumi.
40. Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa setengah dari responden (50,7%)
masyarakat RW 01 Parupuk Tabing menjawab sudah mengambil tindakan
kesiapsiagaan sebagian/rumah masih rentan dalam mengurangi risiko terjadi gempa
bumi.
41. Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa hampir seluruh dari responden (76,3%)
masyarakat RW 01 Parupuk Tabing menjawab rumah terletak didaerah yang terkena
tsunami.
68
b
42. Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa setengah dari responden (44,5%)
masyarakat RW 01 Parupuk Tabing menjawab sudah mengambil tindakan
kesiapsiagaan sebagian/rumah masih rentan dalam mengurangi risiko terjadi tsunami.
69
b
d. Survey Covid-19
70
b
71
b
72
b
73
b
74
b
75
b
76
b
16. Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa Sebagian besar (86,3%) responden
mengatakan bahwa tidak pernah terinfeksi sakit Covid-19.
17. Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa hampir seluruh (66,8%) responden
mengatakan bahwa sudah menerima vaksin Covid-19.
77
b
18. Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa Sebagian besar (83,9%) responden
mengatakan bahwa tidak pernah terinfeksi Covid-19.
78
b
20. Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa Sebagian besar (81,9%) responden
mengatakan bahwa tidak sulit untuk menjangkau fasilitas kesehatan.
21. Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa Sebagian besar (88,6%) responden
mengatakan bahwa yakin tidak setuju vaksinasi Covid-19 tidak di perlukan.
79
b
23. Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa hampir sebagian besar (90%)
responden mengatakan bahwa yakin dengan kehalalan vaksin Covid-19.
80
b
24. Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa sebagian besar (82,5%) responden
mengatakan tidak khawatir dengan efek samping vaksin Covid-19
25. Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa sebagian besar (86,7%) responden
mengatakan bahwa yakin akan keefektifitasan dari vaksin Covid-19.
81
b
26. Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa Sebagian besar (92,4%) responden
tidak setuju dengan isu ada chip di vaksin Covid-19
27. Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa Sebagian besar (46%) responden
mengatakan bahwa cukup mengetahui tentang Covid-19 secara umum.
82
b
29. Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa Sebagian besar (48,3%) responden
mengatakan bahwa cukup mengetahui tentang efektifitas vaksin Covid-19.
83
b
84
b
e. Survey kejiwaan
85
b
86
b
5. Apakah ada upaya kerjasama yang dilakukan untuk mengatasi masalah tesebut?
87
b
7. Bagaimana harapan dari Bpk/ibu terkait penanganan psikososial pada bencana baik
dalam bentuk pencegahan, saat terjadi bencana atau pasca bencana?
Harapan dari Bpk/ibu terkait penanganan psikososial pada bencana baik dalam
bentuk pencegahan, saat terjadi bencana atau pasca bencana adalah dengan
adanyabantuan psikososial, pemberian sosialisasi bencana, trauma healing,
pembentukan tim khusus penanggulangan bencana, bantuan dari pemerintah, pemberian
motivasi serta edukasi ,Adanya penanganan psikososial lebih lanjut, pemberian simulasi
bencana, penyuluhan, harapannya adalah aparat segera bertindak untuk memberikan
bantuan pada saat terjadi bencana, ada tim penyelamat ketika terjadi bencana alam,
mendatangkan tim kusus yang menangani dibagian psikososial seperti psikolog, dokter
spesisal, dan perawat spesialis jiwa.
88
b
f. Data Lansia
89
b
90
b
40
%
60
%
91
b
10. Berdasarkan diagram di atas didapatkan bahwa hampir seluruh (50%) lansia di
11. Berdasarkan diagram di atas didapatkan bahwa sebagian kecil (40%) lansia di
92
b
12. Berdasarkan diagram di atas didapatkan bahwa hampir seluruh (94%) lansia di
RW 01 setuju bencana alam merupakan fenomena alam yang luar biasa yang
13. Berdasarkan diagram di atas didapatkan bahwa hampir seluruh (94%) lansia di
93
b
14. Berdasarkan diagram di atas didapatkan bahwa hampir seluruh (80%) lansia di
RW 01 setuju banjir merupakan bencana alam yang disebabkan oleh faktor manusia.
15. Berdasarkan diagram di atas didapatkan bahwa hampir seluruh (95%) lansia di
terhadap banjir.
94
b
16. Berdasarkan diagram di atas didapatkan bahwa hampir seluruh (85%) lansia di
95
b
18. Berdasarkan diagram di atas didapatkan bahwa sebagian besar (51%) lansia di RW
01 setuju dengan pernyataan bahwa untuk menghindari risiko banjir yang tinggi,
19. Berdasarkan diagram di atas didapatkan bahwa hampir seluruh (89%) lansia di RW
96
b
20. Berdasarkan diagram di atas ditemukan bahwa hampir seluruh (75%) lansia di RW
01 tidak setuju dengan pernyataan bahwa setiap gempa akan menyebabkan tsunami.
22. Berdasarkan diagram di atas ditemukan bahwa hampir seluruh (78%) lansia di RW
97
b
23. Berdasarkan diagram di atas ditemukan bahwa hampir seluruh (79,5%) lansia di RW
01 memiliki orang lain yang dapat membantu lansia berlalri keluar rumah saat terjadi
gempa bumi.
24. Berdasarkan diagram di atas ditemukan bahwa hampir seluruh (84%) lansia di RW
01 mengatahui area aman di luar rumah untuk berkumpul setelag gempa bumi terjadi.
98
b
Berdasarkan diagram diatas maka didapatkan bahwa terdapat 1 ibu hamil diwilayah
RW 01 RT 01 dengan usia kehamilan trimester 1 (1-13 minggu) dengan status obstetri
G3P2A0H2.
2. Agregat Anak
1. Anak pertama dalam keluarga di RW 01
99
b
100
b
101
b
3 sd, 4 sd.
Pengetahuan
102
b
103
b
104
b
105
b
Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa sebagian besar dari responden (69,4%)
mengatakan bahwa badai/puting beliung tidak dapat menimbulkan tsunami. Hampir
setengah dari responden (30,6%) mengatakan bahwa badai/puting beliung dapat
menimbulkan tsunami
Berdasarkan diagram diatas didapatkan bahwa sebagian besar dari responden (55,6%)
mengatakan bahwa tidak pernah mendaptkan pelajaran mengenai tsunami sedangkan
(44,4%) mengatakan pernah mendaptkan pelajaran mengenai tsunami.
106
b
107
b
108
b
109
b
110
b
111
b
112
b
114
b
115
b
116
b
118
b
Objektif
Perilaku sesuai pengetahuan
• Berdasarkan data di atas, dari 36
responden terdapat 55,6% mengetahui
titik pertemuan untuk berkumpul setelah
gempa dan 44,4% yang tidak
mengetahui titik pertemuan untuk
berkumpul setelah gempa.
• Berdasarkan data di atas, dari 36
responden 88,9% berlari keluar ruangan
yang cukup aman agar tidak terkena
reruntuhan gempa dan 11,1% responden
yang tidak berlari keluar ruangan yang
cukup aman agar tidak terkena
reruntuhan gempa.
• Berdasarkan data di atas, dari 36
responden terdapat 41,7% mengetahui
bila terjadi gempa berlindung dibawah
kolong meja adalah tindakan awal yang
aman dan 58,3% yang tidak mengetahui
bila terjadi gempa berlindung dibawah
kolong meja adalah tindakan awal yang
aman.
• Berdasarkan data di atas, dari 36
responden 52,8% keluarga tidak
memiiki rencana untuk keadaan darurat
saat bencana dan 47,2% keluarga
memiiki rencana untuk keadaan darurat
saat bencana.
• Berdasarkan data di atas, dari 36
responden terdapat 80,6% mengetahui
bel atau tanda peringatan tsunami dapat
dibatalkan bila ternyata tidak terjadi
119
b
120
121