Anda di halaman 1dari 8

STANDAR: Better Standard Better Living − Vol. 2 No.

3, Mei 2023

IDE & OPINI

STRATEGI PENINGKATAN LEVEL STANDAR


DALAM MITIGASI BENCANA

“Dalam penyusunan level standar dan mitigasi bencana, Pusat Standardisasi


dan Instrumen Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim (Pustandpi) merupakan
motor penggerak dan sekaligus fasilitator dalam penyusunan level standar dalam
mitigasi bencana untuk berbagai jenis bencana alam”

Subarudi1 dan Kirsfianti L. Ginoga2


Peneliti Ahli Utama pada Pusat Riset Kependudukan, BRIN
1

Pusat Standardisasi dan Instrumen Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim


2

E-mail: rudi.subarudi@yahoo.co.id

N
egara Indonesia pada awal berdirinya Berdasarkan laporan Badan Nasional
hingga merdeka dan berjalan mengisi Penanggulangan Bencana (BNPB) sepanjang
kemerdekaannya hingga tahun 1980-an tahun 2022 terdapat 3.544 peristiwa bencana
dikenal sebagai negara yang “gemah ripah loh alam di Indonesia dengan jenis bencana yang
jinawi” (tentram, makmur dan tanahnya subur) paling banyak terjadi adalah banjir, yakni
karena dikelilingi oleh dua benua (Asia dan 1.531 kejadian. Jumlah ini setara 43,2 %
Australia) serta dua lautan besar (Samudera dari total kejadian bencana nasional. Disusul
Hindia dan Samudera Pasifik). Kondisi ini terus dengan 1.068 peristiwa cuaca ekstrem, 634
berubah dalam kurun waktu dua dasa warsa tanah longsor, 252 kebakaran hutan dan lahan
menjadi negeri rawan bencana (ring of fires) (karhutla), 26 gelombang pasang/abrasi, 28
dengan frekuensi bencana alam yang terus gempa bumi, serta 4 peristiwa kekeringan
meningkat dengan daya dampaknya yang besar. (Gambar 1).
Menurut BNPB (2010) secara geografis Indonesia
merupakan negara kepulauan yang terletak Dampak yang ditimbulkan oleh bencana
pada pertemuan tiga lempeng tektonik yaitu tahun 2022 adalah sebanyak 3.592.471 orang
lempeng Eurasia (Benua Asia), lempeng indo- (99,97%) dari total korban terdampak dengan
australia (Benua Australia), dan lempeng pasifik statusnya kini menderita dan mengungsi.
(Samudera Hindia dan Pasifik). Konsekuensinya, Kemudian sebanyak 813 orang dilaporkan
area pertemuan ketiga lempeng tektonik ini mengalami luka-luka, 184 orang meninggal
bagaikan cincin api yang terus bergejolak. Hal dunia, dan 29 orang hilang. Sedangkan kerugian
ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang material atau fisik meliputi 32.345 rumah
memiliki tingkat kerawanan bencana yang rusak, dengan rincian 5.222 rumah rusak
paling tinggi, seperti letusan gunung berapi, berat, 5.625 rusak sedang, dan 21.498 rusak
gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor. ringan. Disamping itu, ada 905 fasilitas umum
Data menunjukkan bahwa Indonesia merupakan dilaporkan mengalami kerusakan, terdiri dari
salah satu negara yang memiliki tingkat 509 fasilitas pendidikan rusak, 321 fasilitas
kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 peribadatan rusak, dan 75 fasilitas kesehatan
kali lipat tingkat kegempaan di Amerika Serikat rusak (Annur, 2022).
(BNPB, 2010). Hal ini didukung dengan data
gempa bumi yang mengguncang kota Jayapura Berkaitan dengan provinsi yang paling sering
dan sekitarnya berulang kali sejak Senin tanggal mengalami bencana alam pada 2022, Ahdiat
2 Januari 2023 dengan gempa susulan telah (2022) melaporkan bahwa ada 10 provinsi
terjadi hingga 281 kali yang berlokasi di laut dengan bencana alam terbanyak pada periode
pada jarak 22 km Timur Laut Kota Jayapura 1 Januari sampai 1 November 2022, yaitu Jawa
(Sangaji, 2023). Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Aceh, Sulawesi
Selatan, Sumatra Selatan, Sulawesi Tengah,

19
STANDAR: Better Standard Better Living − Vol. 2 No. 3, Mei 2023

Gambar 1. Bencana Indonesia 2022 (BNPB, 2023)

Kalimantan Selatan, Riau, dan Sumatra Utara. penghidupan masyarakat yang disebabkan,
Menurut Annur (2023) bencana yang paling baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam
tinggi frekuensinya adalah di Pulau Jawa yang maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
mencakup Jawa Barat dengan 823 kejadian, timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
kemudian diikuti Jawa Tengah dan Jawa Timur lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
masing-masing 486 dan 400 kejadian. psikologis (UU No. 24/2007). Definisi tersebut
menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh
Berkaitan dengan uraian terkait jumlah bencana faktor alam, non alam, dan manusia, sehingga
dengan dampak kerugian baik korban jiwa pengertian bencana mencakup juga tentang
maupun kerusakan fisik bangunan dan fasilitas bencana alam, bencana non-alam, dan bencana
umum selama tahun 2022 serta potensi sosial. Bencana alam didefiniskan sebagai
Indonesia sebagai negara rawan bencana ke bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
depannya, maka tulisan ini mencoba membahas serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh
persoalan bencana alam tersebut. Tujuan alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
dari artikel ini adalah (i) menjelaskan tentang gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan,
pengertian dan jenis bencana, (ii) sejarah dan tanah longsor. Bencana non alam adalah
terjadinya bencana kebakaran hutan dan bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
lahan (karhutla) di hutan alam, (iii) penyebab rangkaian peristiwa non alam yang antara lain
dan dampak terjadinya bencana, (iv) upaya berupa gagal teknologi, gagal modernisasi,
pencegahan dan pengendalian bencana, dan epidemi, dan wabah penyakit. Sedangkan
(v) penggunaan dan peningkatan level standar bencana sosial merupakan bencana yang
dalam mitigasi bencana. Tulisan ini diharapkan diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
menjadi masukan berharga bagi para pemangku peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang
kepentingan yang memang berkecimpung di meliputi konflik sosial antar kelompok atau
dalam penanganan bencana dan juga pihak- antar komunitas masyarakat, dan teror (UU No.
pihak yang terdampak dari kejadian bencana 24/2007).
tersebut dalam mengambil keputusan yang
berkaitan dengan kegiatan pencegahan dan Jenis bencana alam yang ada terdiri dari gempa
penanggulangan bencana di seluruh wilayah bumi, letusan gunung api, tsunami, tanah
nusantara longsor, banjir, banjir bandang, kekeringan,
kebakaran hutan dan lahan, angin puting
Pengertian dan Jenis Bencana beliung, gelombang pasang atau badai dan
Pengertian bencana disebutkan sebagai abrasi. Sedangkan jenis bencana non alam
peristiwa atau rangkaian peristiwa yang meliputi kecelakaan transportasi, kecelakaan
mengancam dan mengganggu kehidupan dan industri, kejadian luar biasa (klb), konflik sosial

20
STANDAR: Better Standard Better Living − Vol. 2 No. 3, Mei 2023

atau kerusuhan sosial atau huru hara, aksi teror Pilih Tanam Indonesia (TPTI) sesuai SK Menteri
dan sabotase. Definisi masing-masing jenis Kehutanan No. 485I-Kpts-1111989). TPI dan TPTI
bencana itu secara utuh dan menyeluruh telah ini merupakan sistem silvikultur yang tepat dan
dijelaskan oleh BNPB (2017). Dalam hal ini yang ditujukan untuk hutan hujan tropika Indonesia
akan dibahas dalam tulisan ini mencakup jenis yang sebagian besar didominasi oleh jenis-jenis
bencana alam yang menjadi pokok bahasan dari famili Dipterocarpaceae (Indrawan, 2002).
selanjutnya.
Bencana karhutla terjadi manakala hutan hujan
Sejarah Terjadinya Bencana Karhutla di tropika tersebut dijadikan areal hutan tanaman
Hutan Alam industri (HTI) yang dalam pelaksanaannya harus
Persoalan bencana alam seringkali dikaitkan melakukan tebang habis (land clearing) sebelum
dengan fenomena alam sehingga banyak ditanami oleh jenis tanaman kayu pertukangan,
masyarakat umum termasuk masyarakat ilmuwan kayu pulp dan kayu energi. Pembersihan
menerima begitu saja bencana alam yang terjadi. lahan di HTI pada awalnya dilakukan dengan
Padahal jika diteliti dengan seksama maka melakukan pembakaran sisa-sisa tunggak
terlihat bahwa bencana tersebut merupakan pohon sehingga menyebabkan polusi asap
akumulasi (resultant) dari aktivitas manusia yang tak dapat dihindari. Ketika ditanya kenapa
yang belum atau belum mengindahkan prinsip- harus dibakar karena volume kayu yang tinggal
prinsip proses alam semesta. Sebagai contoh harus dihilangkan dari areal penanaman dan
bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) jika dibakar akan memberikan abu pembakaran
tidak pernah terjadi di hutan alam tropika basah sebagai bahan pengganti pupuk. Uraian di
karena sifatnya yang selalu dibasahi hujan atas merupakan asal muasal karhutla di sekitar
sepanjang tahun. Definisi karhutla adalah suatu Kawasan hutan.
keadaan di mana hutan dan lahan dilanda api,
sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan Penyebab dan Dampak Terjadinya Bencana
lahan yang menimbulkan kerugian ekonomis Secara umum faktor penyebab terjadinya
dan atau nilai lingkungan. Kebakaran hutan dan bencana adalah karena adanya interaksi antara
lahan seringkali menyebabkan bencana asap ancaman (hazard) dan kerentanan (vulnerability).
yang dapat mengganggu aktivitas dan kesehatan Ancaman bencana merupakan suatu kejadian
masyarakat sekitar (BNPB, 2009). atau peristiwa yang bisa menimbulkan bencana.
Sedangkan kerentanan terhadap dampak atau
Pembukaan hutan dengan skema Hak risiko bencana adalah kondisi atau karakteristik
Pengusahaan Hutan (HPH) tahun 1970an biologis, geografis, sosial, ekonomi, politik,
memulai terjadinya karhutla kecil-kecilan hingga budaya dan teknologi suatu masyarakat di
skala besar. Indonesia merupakan salah satu suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
negara dengan frekuensi bencana kebakaran mengurangi kemampuan masyarakat untuk
yang cukup tinggi. Selain menyumbang dampak mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan
negatif yang tinggi terhadap lingkungan, menanggapi dampak bahaya tertentu (UU No.
kebakaran ini juga menimbulkan kerugian 24/2007).
ekonomi dan komplain dari negara tetangga.
Kejadian Bencanamerupakan peristiwa bencana
yang terjadi dan dicatat berdasarkan tanggal
Persoalan utama dari karhutla di hutan alam
kejadian, lokasi, jenis bencana, korban dan/
sudah disebutkan dalam berbagai buku ilmiah
ataupun kerusakan. Jika terjadi bencana pada
bahwa hutan alam hujan tropika (natural rain
tanggal yang sama dan melanda lebih dari satu
forest) adalah hutan yang sangat peka sekali
wilayah, maka dihitung sebagai satu kejadian.
terhadap perubahan karena hutan tersebut
Dampak bencana adalah akibat yang timbul
memiliki “close nutrient cycle” (siklus nutrisi
dari kejadian bencana dapat berupa kerugian
tertutup) jadi siklus hara yang dimanfaatkan
materiil dan imateriil seperti korban jiwa,
sebagai makanan oleh pepohonan diambil dari
luka-luka, pengungsian dan kerusakan pada
pelapukan serasah dari tanaman itu sendiri,
infrastruktur/asset, lingkungan eksosistem,
daun, cabang dan ranting, setelah melapuk
harta benda, gangguan pada stabilitas sosial-
akan diserap kembali oleh tanaman tersebut,
ekonomi. Ukuran skala dampak sangat
demikian siklus tersebut terjadi berulang-
ditentukan oleh tingkat ancaman (hazard),
ulang (Hairiah et al., 2003). Oleh karena
kerentanan (vulnerability), dan kemampuan
sistem silvikultur yang dipilih adalah Tebang
untuk menanggulangi bencana tersebut.
Pilih Indonesia (TPI) sesuai dengan SK Dirjen
Dampak bencana dibagi menjadi 3 katagori, yaitu
Kehutanan No. 35/Kpts/DD/I/1972) dan Tebang

21
STANDAR: Better Standard Better Living − Vol. 2 No. 3, Mei 2023

dampak langsung, dampak tidak langsung dan setelah terjadinya bencana (BNPB, 2009).
dampak lanjutan. Dampak langsung diartikan Kegiatan pencegahan merupakan usaha yang
sebagai kerugian finansial dan kerusakan asset, dilakukan untuk mengurangi dan menghilangkan
misalnya rusaknya bangunan baik tempat resiko bencana melalui tindakan pengurangan
tinggal maupun usaha. Dampak tidak langsung ancaman bencana dan kerentanan pihak yang
meliputi berhentinya proses produksi, hilangnya terancam bencana.
sumber pendapatan atau nilai liquid (flow
value). Dampak lanjutan meliputi terganggu Kegiatan mitigasi merupakan usaha yang
atau terhambatnya pertumbuhan ekonomi dan dilakukan untuk mengurangi resiko bencana
rencana pembangunan serta meningkatnya melalui peningkatan kualitas fisik dan
angka kemiskinan (Benson & Clay, 2003). peningkatan kesadaran, pengetahuan dan
kemampuan dalam menghadapi bencana
Secara umum penghitungan dampak bencana
dengan tujuan untuk mengurangi resiko. Upaya
secara langsung lebih mudah dari pada
mitigasi itu kompleks, saling tergantung dan
menghitung dampak tidak langsung dan
melibatkan banyak pihak serta memerlukan
dampak lanjutan. Hal ini menyulitkan dalam
pemantauan dan evaluasi terus menerus untuk
menaksir total kerugian bencana secara tepat,
mengetahui perubahan situasi. Upaya mitigasi
padahal data kerugian ini sangat dibutuhkan
aktif lebih efektif dibanding upaya mitigasi pasif
untuk menentukan skala bantuan yang
dan jika sumberdaya terbatas, prioritas harus
optimal. Dampak lain yang sering dilupakan
diberikan kepada kelompok rentan terhadap
adalah dampak psikologi yang seringkali
bencana (Badiklat Kemenhan, 2016).
mengakibatkan terganggunya keseimbangan
kondisi psikologis manusia.
Kegiatan mitigasi ada dua, yaitu mitigasi pasif
dan aktif. Kegiatan mitigasi pasif terdiri dari
Upaya pencegahan dan Pengendalian serangkaian aktivitas, yaitu: (i) penyusunan
Bencana peraturan perundang-undangan, (ii) pembuatan
Penyelenggaraan penanggulangan bencana peta rawan bencana dan pemetaan masalah,
bertujuan untuk menjamin terselenggaranya (iii) pembuatan pedoman/standar/prosedur,
pelaksanaan penanggulangan bencana (iv) pembuatan poster/brosur/leaflet, (v)
secara terencana, terpadu, terkoordinasi, penelitian/pengkajian karakteristik bencana,
dan menyeluruh dalam rangka memberikan (vi) pengkajian/analisis resiko bencana, (viii)
perlindungan kepada masyarakat dari ancaman, internalisiasi penanggulangan bencana dalam
risiko, dan dampak bencana. Penyelenggaraan muatan lokal Pendidikan, (viii) pembentukan
penanggulangan bencana meliputi tahap pra organisasi atau satuan gugus tugas bencana, (ix)
bencana, saat tanggap darurat, dan pasca penguatan unit-unit sosial dalam masyarakat,
bencana (PP No. 21/2008). Sifat penanggulangan seperti forum komunikasi, (x) pengarusutamaan
bencana yang terpadu, menyeluruh dan penanggulangan bencana dalam rencana
terkoordinasi, maka dibentuklah lembaga pembangunan.
penanggulangan di tingkat pusat dan daerah.
Di tingkat pusat dibentuk Badan Nasional Kegiatan mitigasi aktif dilakukan melalui
Penanggulangan Bencana (BNPB), yaitu lembaga serangkaian aktivitas, yakni: (i) pembuatan
pemerintah non-departemen yang dibentuk dan penempatan tanda-tanda peringatan,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- larangan dan bahaya memasuki daerah
undangan. Di tingkat daerah dibentuk rawan bencana, (ii) pengawasan terhadap
Badan Penanggulangan Bencana Daerah pelaksanaan berbagai peraturan tentang
(BPBD) Provinsi dan Kabupaten/kota, yakni penataan ruang, IMB, dan peraturan lainnya
badan pemerintah daerah yang melakukan yang berkaitan dengan pencegahan bencana,
penyelenggaraan penanggulangan bencana di (iii) pelatihan dasar kebencanaan bagi aparat
daerah. dan masyarakat, (iv) pemindahan penduduk
dari daerah rawan bencana ke daerah yang
Penyelenggaraan penanggulangan bencana lebih aman, (v) penyuluhan dan peningkatan
merupakan segala upaya dan kegiatan yang kewaspadaan masyarakat, (vi) perencanaan
dilakukan meliputi kegiatan pencegahan, daerah penampungan sementara dan jalur-
mitigasi dan kesiapsiagaan pada saat sebelum jalur evakuasi jika terjadinya bencana, (vii)
terjadinya bencana serta penyelamatan pada pembuatan banguan struktur yang berfungsi
saat bencana, rehabilitasi dan rekonstruksi mencegah, mengamankan dan mengurangi

22
STANDAR: Better Standard Better Living − Vol. 2 No. 3, Mei 2023

dampak yang ditimbulkannya, seperti tanggul, antara pihak-pihak terkait, siapa melakukan apa
dam, penahan erosi pantai, bangunan tahan saat keadaan darurat, serta upaya evakuasi ke
gempa dan sejenisnya. tempat yang aman. 3. Menyiapkan perlengkapan
darurat saat terjadi bencana. 4. Bagaimana
Kegiatan kesiapsiagaan merupakan tindakan memberikan pertolongan pertama pada orang
yang dilakukan dalam rangka mengantisipasi yang terluka saat terjadi bencana. 5. Upaya-
suatu bencana untuk memastikan bahwa upaya yang dilakukan untuk pemulihan secara
tindakan yang dilakukan dapat dilaksanakan cepat, terutama pemulihan mental.
secara tepat dan efektif pada saat dan
setelah terjadi bencana. Kesiapsiagaan dapat Penggunaan dan Peningkatan Level
dilakukan melalui serangkaian aktivitas, Standar dalam Mitigasi Bencan
yaitu: (i) penyusunan dan uji coba rencana
Melihat begitu kompleksnya persoalan bencana
penanggulangan kedaruratan bencana, (ii)
alam di negeri ini sehingga penggunaan dan
pengorganisasian, pengujuan dan pemasangan
peningkatan level standar dalam mitigasi
sistem peringatan dini, (iii) penyediaan dan
bencana adalah suatu keniscayaan yang harus
penyiapan barang pasokan pemenuhan
dilakukan agar persoalan dan dampak bencana
kebutuhan dasar, (iv) pengorganisasi,
dapat diminimalisir sehingga tingkat kerugian
penyuluhan, pelatihan dan gladi resik tentang
finansial dan jumlah korban jiwa dapat ditekan
mekanisme tanggap darurat, (v) penyiapan
serendah-rendahnya. Adapun level standar
lokasi evakuasi (vi) penyusunan data akurat,
mitigasi bencana dapat dilakukan dengan
informasi dan pemutahkiran prosedur tetap
mengacu kepada kegiatan-kegiatan yang masuk
tanggap darurat, (viii) penyediaan dan penyiapan
dalam mitigasi pasif dan aktif. Seperti telah
bahan, barang dan perakitan untuk pemenuhan
dijelaskan sebelumnya bahwa mitigasi aktif lebih
pemulihan sarana dan prasarana. Adapun upaya-
baik daripada mitigasi pasif (Diklat Kemenhan,
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
2016), maka sebagai contoh peningkatan level
kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana,
standar dan mitigasi bencana dipilih kegiatan
antara lain: 1. Pelatihan mengenai bagaimana
mitigasi aktif yang dapat distandardisasikan
menyelamatkan diri sendiri dan orang lain di
sebagaimana tercantum dalam Tabel 1.
sekitar kita saat terjadi bencana. 2. Koordinasi

Tabel 1. Level standar dan mitigasi pasif dalam penanganan bencana

Jenis Kegiatan Miti- Standar yang Total


No. Indikator Verifier Katagori
gasi Pasif Dibutuhkan Score
1. Pembuatan dan Ukuran papan Mudah dibaca Ukuran 9 Tinggi/
penempatan tanda- pengumuman Panjang x Rendah
Font sesuai
tanda peringatan, yang tepat lebar Ukuran
larangan dan bahaya Tidak terhalang font (45)
Lokasi
memasuki daerah apapun
penempatan- Terlihat dari
rawan bencana
nya jarak 10 meter
2. Pengawasan Keberadaan izin Cek kesesuaian Sesuai/tidak 10 Tinggi/
terhadap pemba-ngunan IMB dan RTRW sesuai Rendah
pelaksanaan sudah sesuai
Cek lokasi
berbagai peraturan RTRW
dengan peta
tentang penataan Sesuai/tidak
Lokasi izin kerawanan
ruang, IMB, dan sesuai
tidak berada di bencana
peraturan lainnya
Kawasan rawan
yang berkaitan
bencana
dengan pencegahan
bencana
3. Pelatihan dasar Jenis pelatihan Jenis pelatihan 5 jenis 5 Tinggi/
kebencanan dan sasarannya sesuai dengan pelatihan dari Rendah
bagi aparat dan kerawanan 10 jenis rawan
Jumlah orang
masyarakat, bencana bencana
yang dilatih
Seratus orang 7
70 orang dari
yang dilatih
target 100
orang

23
STANDAR: Better Standard Better Living − Vol. 2 No. 3, Mei 2023

Tabel 1. Level standar dan mitigasi pasif dalam penanganan bencana


(Lanjutan)

Jenis Kegiatan Miti- Standar yang Total


No. Indikator Verifier Katagori
gasi Pasif Dibutuhkan Score
4. Pemindahan Kebutuhan 60 m2 per Rata-rata Di atas > Tinggi
penduduk dari luas tanah per keluarga ukuran rumah 60 m2
Rendah
daerah rawan keluarga per keluarga Di bawah
bencana ke daerah (5 anggota) < 60 m2 Tinggi
Data dan fakta
yang lebih amam Bebas banjir,
Standar lokasi terkait bebas Tersedia
tidak lonsor
aman ben-cana bencana data dan Rendah
dan mudah
di lokasi fakta
dapat air
penampungan
Tidak
tersedia
5. Penyuluhan dan Jenis dan Jenis 7 jenis 7 Tinggi/
peningkatan frekuensi peyuluhan peyuluhan Rendah
kewaspadaan penyuluhan dan sesuai dengan dari 10
masyarakat sasaran-nya kerawanan jenis rawan
bencana bencana
Jumlah orang
Seratus orang 70 orang dari 7
yang disuluh
yang dilatih target 100
orang
6. Perencanaan daerah Standar daerah Bebas banjir, Tersedia data 8 Tinggi/
penampungan penampungan tidak lonsor terkait bebas Rendah
sementara dan jalur- dan mudah bencana
Standar jalur
jalur evakuasi jika dapat air 10
evakuasi Lebar jalan
terjadinya bencana
Ukuran jalan 80 cm
evakuasi
Lebar jalan 8
dan bahan
60 cm
pembuatanya
Lebar jalan
5
40 cm
7. Pembuatan ba- Struktur Saat gempa Bahan Kerusakan
ngunan struktur bangunan tahan tidak runtuh bangunan bangun
yang ber-fungsi gempa dari kayu atau tinggi/
mencegah, bambu rendah
Struktur
mengamankan Ketika banjir
bangunan tanpa Tinggi lantai
dan mengurangi tidak terendam
kebanjiran bangunan
dampak yang
dari level
ditimbulkannya, Struktur tang-
Keberadaan banjir yang
seperti tanggul, gul penahan
tanggul ada Kekuatan
dam, penahan erosi abrasi
mengurangi tanggul
pantai, bangunan laju abrasi dihantam
tahan gempa dan
ombak
sejenisnya

Tabel 1 menjelaskan strategi mitigasi aktif (2) Ukuran font (105), dan font dapat dibaca
dalam mitigasi bencana termasuk pembuatan dari jarak 10 meter. Jika semua unsur verifier
dan penempatan tanda-tanda peringatan, terpenuhi maka score yang diberikan adalah
larangan dan bahaya memasuki daerah rawan 9 dan jika hanya dua unsur yang terpenuhi
bencana diperlukan standar ukuran papan maka score menjadi 6 dan seterusnya. Contoh
pengumuman yang tepat dengan indikator (i) papan peringatan tsunami dapat dilihat pada
mudah dibaca pada jarak 50-100 meter; (ii) Gambar 2. Hal yang sama juga berlaku untuk
ukuran font disesuaikan dengan jarak pembaca keenam aktivitas mitigasi aktif lainnya dengan
ke tempat pemasangan papan pengumuman; standar, indikator dan verifiernya masing-masing
dan (iii) lokasi tidak terhalang apapun ketika sehingga hasil akhirnya dapat dinilai (scoring)
dibaca oleh semua orang. Sedangkan verifiernya dan dapat ditentukan kategorinya sebagai level
adalah (1) ukuran panjang x lebar (2x4 meter), tinggi atau rendah.

24
STANDAR: Better Standard Better Living − Vol. 2 No. 3, Mei 2023

Penutup
Uraian terkait pengertian dan jenis bencana
alam, faktor penyebab dan upaya pencegahan
dan penanggulang bencana sudah semakin
jelas tetapi kompleks dengan proses terjadinya
bencana dan akibat yang ditimbulkannya. Untuk
mengurangi resiko terjadinya bencana di negeri
rawan bencana ini, maka diperlukan penggunaan
dan peningkatan level standar dalam mitigasi
bencananya. Penggunaan level standar dalam
mitigasi bencana dapat disusun lebih detail
dari yang sudah diuraikan dalam artikel ini.
Disamping itu juga yang baru diuraikan adalah
level standar untuk mitigasi bencana aktif dan
belum menyentuh level standar untuk mitigasi
Sumber: Radar Jember, 2021 bencana aktif.
Gambar 2. Contoh Papan Peringatan Tsunami di Jember
Dalam penyusunan level standar dan mitigasi
bencana, Pusat Standardisasi dan Instrumen
Ketahanan Bencana dan Perubahan Iklim
(Pustandpi) merupakan motor penggerak dan
Berkaitan dengan salah satu contoh aktivitas sekaligus fasilitator dalam penyusunan level
mitigasi pasif, yaitu penyusunan peraturan standar dalam mitigasi bencana untuk berbagai
perundang-undangan dibutuhkan standar jenis bencana alam. Jika level standar dalam
terkait justifikasi ilmiah untuk mendukung bencana ini telah tersedia, keberadaan risiko
penyusunannya dengan indikator tersedianya bencana akan dapat diminimalisir secara
sebuah naskah akademis. Pengertian naskah signifikan, yang ini ditandai dengan dampak
akademis adalah naskah hasil penelitian bencana yang tidak luas dan tidak terdapatnya
atau pengkajian hukum dan hasil penelitian korban jiwa
lainnya terhadap suatu masalah tertentu yang
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah
mengenai pengaturan masalah tersebut dalam
Daftar Pustaka
suatu Rancangan Undang-Undang dan Peraturan
Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan
Ahdiat, A. 2022. Mayoritas Bencana Alam Indonesia
Daerah Kabupaten/Kota sebagai solusi terhadap
Terjadu di Jawa. https://databoks.katadata.co.id/
permasalahan dan kebutuhan hukum masyarakat datapublish/2022/11/02/mayoritas-bencana-
(UU No. 11 Tahun 2012). Jadi, secara umum, alam-indonesia-terjadi-di-jawa.
naskah akademik bisa dikatakan sebagai basis
Annur, C.M. 2022. 3,59 Juta Orang Terdampak
argumentasi dalam membentuk undang-undang Bencana Alam di Indonesia, Ini Rinciannya.
atau peraturan daerah. Dalam naskah akademis h t t p s : / /d a t a b o k s . ka t a d a t a . co. i d /
harus terdapat tiga komponen utama sebagai datapublish/2022/10/19/359-juta-orang-
verifiernya, yaitu (1) landasan filosofis (memuat terdampak-bencana-alam-di-indonesia-ini-
mengenai kesadaran hidup berbangsa dan cita- rinciannya.
cita hukum nasional berdasarkan Pancasila Annur, C.M. 2023. Banjir Sampai Kekeringan, Ini Bencana
dan Pembukaan UUD 1945), (2) landasan Alam di Indonesia Pada 2022. https://databoks.
sosiologis (menggambarkan fakta empiris katadata.co.id/datapublish/2023/01/04/
masalah dan kebutuhan hukum masyarakat), banjir-sampai-kekeringan-ini-bencana-alam-di-
dan landasan yuridis (memberikan urgensi indonesia-pada-2022.
hukum mengenai pembaruan atau perbaikan Badiklat Kemenhan. 2016. Bahan Pembelajaran
peraturan yang sudah ada agar tetap selaras Pencegahan Dan Mitigasi. Badab Pendidikan dan
dan memenuhi tuntutan dinamika kebutuhan Pelatihan, Kementerian Pertahanan, Jakarta.
hukum masyarakat). Jika semua unsur verifier Benson, C., and Clay, E. 2003. Economic and Financial
terpenuhi maka score yang diberikan adalah 9 Impacts of Natural Disasters: an Assessment
dan jika hanya dua unsur yang terpebuhi maka of Their Effects and Options for Mitigation:
score menjadi 6 dan seterusnya. Synthesis Report. Overseas Development
Institute, London- UK.

25
STANDAR: Better Standard Better Living − Vol. 2 No. 3, Mei 2023

BNPB, 2023. https://bnpb.go.id/infografis/infografis- Radar Jember. Ancaman Gempa dan Potensi Tsunami
bencana-tahun-2022. di Jemberhttps://radarjember.jawapos.com/
BNPB, 2017. Definisi Bencana. Badan Nasional berita-jember/23/12/2021/ancaman-gempa-
Penanggulangan Bencana. https://www.bnpb. dan-potensi-tsunami-di-jember/
go.id/definisi-bencana. Sangaji, M.C.M.A. 2023. Gempa Mengguncang
BNPB. 2010. Potensi Ancaman Bencana. Badan Jayapura Berulang Kali, Begini Penjelasan BMKG.
Nasional Penanggulangan Bencana. https:// https://papua.jpnn.com/papua-terkini/1396/
bnpb.go.id/potensi-ancaman-bencana. gempa-mengguncang-jayapura-berulang-kali-
begini-penjelasan-bmkg.
Hafsyah, S.S. 2022. KHDPK Cara Baru Mengelola Hutan
Jawa. https://kanalkomunikasi.pskl.menlhk. Subarudi. 2020. Naskah Orasi Profesor Riset:
go.id/khdpk-cara-baru-mengelola-hutan-jawa/. Revitalisasi Kebijakan Berimplikasi Sosial
Menuju Pengelolaan Hutan Lestari. Penerbit IPB
Hairiah, K., Utami, S. R., Lusiana, B., van Noordwijk, M.
Press, Bogor.
2003. Neraca Hara dan Karbon dalam Sistem
Agroforestry. 105-124 hal. Dalam: Pengantar Tim Litbang MPI. 2021. Deretan Kebakaran
Agroforestry. Bahan Ajar 6. Word Agroforestry Terbesar Sepanjang Sejarah Indonesia.
Centre (ICRAF). Bogor. bnhttps://nasional.okezone.com/
read/2021/07/26/337/2445897/deretan-
Indrawan, A. 2002. Penerapan Sistem Silvikultur
ke b a ka ra n - t e r b e s a r - s e p a n j a n g - s e j a ra h -
Tebang Pilih Tanam Indonesia (Tpti) Pada Hutan
indonesia.
Dipterocarpaceae, Hutan Hujan Dataran Rendah
Di HPH PT. Hugurya, Aceh. Jurnal Manajemen Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Hutan Tropika 2002, Vol. Vlll No. 2 : 75-88. Penanggulangan Bencana.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2008 tentang
Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
Prayoga, R. 2023. Pakar Ingatkan Tutupan Hutan
Di Pulau Jawa Sudah Kritis. https://www.
antaranews.com/berita/3483540/pakar-
ingatkan-tutupan-hutan-di-pulau-jawa-sudah-
kritis.

26

Anda mungkin juga menyukai