Anda di halaman 1dari 7

Journal PWK Urban and Regional Planning

Vol., No., Month, Year, pp. **-**


Journal homepage: http://journals/jpwk_urp

MITIGASI BENCANA DALAM MEMINIMALISIR RESIKO BENCANA

Type the Manuscript Title (Capitalize Each Words), Cambria Bold, 14Pt,
Italic

Penulis Pertama,1 Penulis Kedua,2 dan Penulis Ketiga3


1Instansi, Alamat Instansi, dan Pos el
2Instansi, Alamat Instansi, dan Negara
3Instansi
Surel: ... , ... , ...
Diterima : ; Disetujui :
ABSTRAK

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan wilayah yang mempunyai keunikan dan
keistimewaan yang khas di dunia. Dengan jumlah pulau lebih dari 17.000 buah dan panjang garis pantai lebih
dari 80.000 km merupakan jumlah pulau terbesar dan garis pantai terpanjang di dunia. Pada posisi yang
demikian Indonesia merupakan wilayah dengan predikat dilalui sabuk api atau ring of fire. Dari predikat
tersebut dalam sepuluh tahun terakhir ditandai dengan bencana gempa dan tsunami Aceh (2004), gempa
Yogyakarta (2006), Tasikmalaya (2009), Sumatra Barat (2010), gempa dan tsunami Mentawai (2010), tanah
longsor Wassior di Papua Barat (2010) dan letusan Gunung Merapi Yogyakarta (2010) yang membawa
korban ratusan jiwa dan ratusan triliun rupiah dalam nilai ekonomi. Letusan Gunung Merapi yang tak
kunjung reda, makin mempertegas predikat NKRI sebagai negara sabuk api.
Kata kunci :

In such a position, Indonesia is a region with the title of passing through a fire belt or ring of fire. From this
predicate in the last ten years marked by the earthquake and tsunami disaster in Aceh (2004), the Yogyakarta
earthquake (2006), Tasikmalaya (2009), West Sumatra (2010), the Mentawai earthquake and tsunami
(2010), the Wassior landslide in West Papua ( 2010) and the eruption of Mount Merapi in Yogyakarta (2010)
which claimed hundreds of lives and hundreds of trillions of rupiah in economic value. The eruption of Mount
Merapi that never subsides, further reinforcing the title of NKRI as a country of fire belt.

Keywords:

PENDAHULUAN pertemuan lempeng tektonik di dunia yang


berpotensi menimbulkan bencana letusan
Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia vulkanik, gempa, dan tsunami. Pada posisi yang
(NKRI) merupakan wilayah yang mempunyai demikian Indonesia merupakan wilayah dengan
keunikan dan keistimewaan yang khas di dunia. predikat dilalui sabuk api atau ring of fire. Dari
Dengan jumlah pulau lebih dari 17.000 buah dan predikat tersebut dalam sepuluh tahun terakhir
panjang garis pantai lebih dari 80.000 km ditandai dengan bencana gempa dan tsunami
merupakan jumlah pulau terbesar dan garis Aceh (2004), gempa Yogyakarta (2006),
pantai terpanjang di dunia. Dari segi keaneka Tasikmalaya (2009), Sumatra Barat (2010),
ragaman hayati menduduki peringkat ketiga gempa dan tsunami Mentawai (2010), tanah
setelah Brasilia dan Kolombia. Dari segi longsor Wassior di Papua Barat (2010) dan
kegunungapian merupakan lokasi gunung api letusan Gunung Merapi Yogyakarta (2010) yang
yang paling aktif di dunia dan merupakan membawa korban ratusan jiwa dan ratusan triliun

Perencanaan Wilayah Dan Kota, Universitas Cenderawasih


Journal PWK Urban and Regional Planning

Vol., No., Month, Year, pp. **-**


Journal homepage: http://journals/jpwk_urp

rupiah dalam nilai ekonomi. Letusan Gunung bencana sosial. Dalam Nurjanah (2013: 21-22)
Merapi yang tak kunjung reda, makin secara umum faktor penyebab terjadinya bencana
mempertegas predikat NKRI sebagai negara sabuk adalah karena adanya interaksi antara ancaman
api. (hazard) dan kerentanan (vulnerability).

NKRIdengantingkat kerentanandan frekuensi Penanganan Bencana


yang tinggi terjadinya bencana, dengan luas
wilayah yang luas, lautan maupun daratan dan Menurut Undang-undang No 24 Tahun 2007
penduduk terbesar keempat di dunia setelah RRT, penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah
India, dan Amerika Serikat solusi masalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan
bencana menjadi periode lintasan kritis dari segi kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya
waktu. Konsep solusi bencana secara menyeluruh bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap
baru dicanangkan dalam ranah hukum pada tahun darurat, dan rehabilitasi. Kegiatan manajemen
2007 dengan diundangkannya Undang-Undang bencana berdasarkan Undang-undang Nomor 24
Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 Tahun 2007 dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahapan
tentang Penanggulangan Bencana. Mendesaknya yaitu Manajemen Risiko Bencana pada fase
persoalan yang dihadapi, solusi kebencanaan prabencana, Manajemen Kedaruratan pada fase
melalui program formal tidak cukup memadai tanggap darurat, dan Manajemen Pemulihan pada
untuk merespon bencana yang sewaktu-waktu fase pasca-bencana.
datang. Ancaman bencana bukanlah hanya bagi
Manajemen Bencana
kaum miskin dan tidak terdidik tetapi juga
mengancam kaum kecukupan, terdidik di Menejemen bencana (disaster management)
perkotaan maupun di perdesaan. Dengan adalah seluruh kegiatan yang meliputi aspek
demikian,pengurangan risiko perencanaan dan penanganan bencana, pada
bencanaperlumenempuh jalur formal maupun sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana,
informal. mencakup pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan,
tanggap darurat dan pemulihan. Manajemen
KAJIANA PUSTAKA Bencana (disaster Management) adalah ilmu
Bencana pengetahuan yang mempelajari bencana serta
segala aspek yang berkaitan dengan bencana,
Menurut Undang-undang nomor 24 tahun 2007 terutama risiko bencana dan bagaimana
yaitu Bencana adalah peristiwa atau rangkaian menghindari risiko bencana (Nurjanah dkk,
peristiwa yang mengancam dan mengganggu 2013:42). Sedangkan menurut Badan
kehidupan dan penghidupan masyarakat yang Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD),
disebabkan, baik oleh faktor alam serta faktor 2007, sebagaimana dikutip oleh Sukowati (2008:
non-alam maupun faktor manusia sehingga 846), merupakan seluruh kegiatan yang meliputi
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, aspek perencanaan dan manajemen bencana, pada
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana yang
dampak psikologis. Definisi lain menurut dikenal sebagai siklus manajemen bencana, yang
International Strategi for Disaster Reduction (UN- bertujuan untuk:
ISDR) (2002) sebagaimana dikutip Nurjanah dkk
(2013: 10) adalah suatu kejadian yang disebabkan 1. Mencegah kehilangan jiwa
oleh alam atau karena ulah manusia, terjadi secara 2. Mengurangi penderitaan manusia;
tiba-tiba atau perlahan-lahan, sehingga 3. Memberi informasi masyarakat dan pihak
menyebabkan hilangnya jiwa manusia, harta berwenang mengenai aspek risiko; serta
benda dan kerusakan lingkungan, kejadian ini di 4. Mengurangi keruskan infrastuktur utama,
luar kemampuan masyarakat dengan sumber harta benda dan kehilangan sumber
dayanya. Menurut Undang-undang No 24 Tahun ekonomis.
2007 bencana berdasarkan penyebabnya terdiri
atas bencana alam, bencana non-alam, dan

Perencanaan Wilayah Dan Kota, Universitas Cenderawasih


Journal PWK Urban and Regional Planning

Vol., No., Month, Year, pp. **-**


Journal homepage: http://journals/jpwk_urp

Menurut UNDP (1992:34) Secara umum kegiatan


manajemen bencana dapat dibagi menjadi 3 (tiga)
tahapan umum

1. Kegiatan pra bencana yang mencakup


kegiatan pencegahan, mitigasi,
kesiapsiagaan serta peringatan dini;
2. Kegiatan saat terjadi bencana yang
mencakup kegiatan tanggap darurat,
kegiatan search and rescue (SAR),
bantuan darurat dan pengungsian;
3. Kegiatan pasca bencana yang mencakup
kegiatan pemulihan, rehabilitaasi, dan
Tahap prabencana dapat dibagi menjadi kegiatan
rekontruksi.
mitigasi dan preparedness (kesiapsiagaan).
Dalam Kausar (2008: 797-798) Kegiatankegiatan Selanjutnya, pada tahap tanggap darurat adalah
manajemen bencana meliputi: respon sesaat setelah terjadi bencana. Pada tahap
pascabencana, manajemen yang digunakan adalah
a. Pencegahan (prevention) rehabilitasi dan rekonstruksi.
b. Mitigasi (mitigation)
c. Kesiapan (preparedness) Tahap prabencana meliputi mitigasi dan
d. Peringatan dini (early warning) kesiapsiagaan. Upaya tersebut sangat penting bagi
e. Tanggap darurat (respone) masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana
f. Bantuan darurat (relief) sebagai persiapan menghadapi bencana.
g. Pemulihan (recovery) Kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang
h. Rehabilitasi (rehabilitation) dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui
i. Rekonstruksi (reconstruction) pengorganisasian.

Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tanggap darurat bencana adalah serangkaian


tentang penanggulangan bencana kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat
menyatakan bahwa penanggulangan bencana kejadian bencana untuk menangani dampak
didasarkan pada prinsip-prinsip utama: buruk yang ditimbulkan.
kemanusiaan, keadilan, kesamaan,
kependudukan dalam hukum dan Tahap pascabencana meliputi usaha
pemerintahan, keseimbangan, keselarasan rehabilitasi dan rekonstruksi sebagai upaya
dan keserasian, ketertiban dan kepastian mengembalikan keadaan masyarakat pada
hukum, kebersamaan, kelestarian lingkungan situasi yang kondusif, sehat, dan layak
hidup, ilmu pengetahuan dan teknologi. sehingga masyarakat dapat hidup seperti
sedia kala sebelum bencana terjadi, baik
Contoh siklus manajemen bencana
secara fisik dan psikologis.

Mitigasi Bencana
Mitigasi bencana dalam Nurjanah dkk, (2013: 54)
adalah upaya untuk mengurangi risiko yang
ditimbulkan oleh bencana (jika terjadi bencana).
Fokus dalam mitigasi bencana adalah untuk
mengurangi dampak dari ancaman sehingga
dampak negatif yang ditimbulkan akan berkurang.
Kegiatan mitigasi bencana di dalam

Perencanaan Wilayah Dan Kota, Universitas Cenderawasih


Journal PWK Urban and Regional Planning

Vol., No., Month, Year, pp. **-**


Journal homepage: http://journals/jpwk_urp

UndangUndang No 24 tahun 2007 tentang tanggul, dam, bangunan tahan gempa dan
penanggulangan bencana serangkaian upaya sejenisnya.
untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui
pembangunan fisik maupun penyadaran dan Menurut Priyambodo (2009: 25) terdapat dua
peningkatan kemampuan dalam menghadapi unsur penting yang menjadi dasar keberhasilan
ancaman bencana. Secara umum kegiatan mitigasi mitigasi bencana yaitu unsur mikrokosmos dan
bencana adalah pemberian peraturan dan makrokosmos.
pengaturan, sanksi dan penghargaan untuk 1. Mikrokosmos adalah pembangunan
memberi pemahaman dan kesadaran kepada kesadaran manusia yakni pada pola pikir
manusia terhadap usaha untuk mengurangi dan pola hidup atau kebiasaan dalam
dampak suatu bencana. Menurut peraturan kepala kehidupan sehari-hari.
BNPB No.4 tahun 2008 tentang penyusunan 2. Makrokosmos adalah pembangunan
rencana penanggulangan bencana mitgasi lingkungan yang ramah bagi kehidupan
bencana dapat digolongkan menjadi mitigasi aktif makhluk hidup yang tinggal didalamnya
dan mitigasi pasif. Yang termasuk kedalam maupun bagi lingkungan itu sendiri.
kegiatan mitigasi pasif antara lain: Untuk membangun alam yang ramah
a. Penyusunan peraturan perundang- perlu diperhatikan dua hal yakni
undangan. karakteristik lingkungan dan hukum
b. Pembuatan peta rawan bencana dan alam.
pemetaan masalah.
c. Pembuatan pedoman/ standart/
prosedur METODE PENELITIAN
d. Pembuatan brosur/ poster
Penelitian ini menggunakan metode penelitian
e. Pengkajian karakteristik bencana
kajian pustaka (literature review) dengan cara
f. Analisis risiko bencana
menggumpulkan data-data dari berbagai sumber
g. Pembentukan organisasi satuan gugus
berupa : buku, jurnal, majalah, maupun sumber-
tugas bencana
sumber lainnya yang relevan. Metode penelitian
h. Perkuatan unit-unit sosial dalam
kajian pustaka bertujuan untuk menemukan,
masyarakat.
menganalisi, mengklasifikasi, mensintesis, dan
Sedangkan tindakan pencegahan yang termasuk menyimpulkan dari sumber-sumber ilmiah untuk
dalam mitigasi aktif adalah: menemukan jawaban atas permasalahan .

a. Pembuatan dan penempatan tanda-tanda


peringatan, bahaya, larangan memasuki
daerah rawan bencana
PEMBAHASAN
b. Pengawasan terhadap pelaksanaan Mitigasi Struktural Dan Non Struktural
berbagai peraturan tentang penataan
ruang dan sebagainya yang berkaitan Mitigasi Struktural dan Non Struktural
dengan pencegahan bencana.
c. Pelatihan dasar kebencanaan a. Mitigasi struktural. Mitigasi bencana
d. Penyuluhan dan peningkatan mencakup baik perencanaan dan
kewaspadaan masyarakat pelaksanaan tindakan-tindakan untuk
e. Pengadaan jalur evakuasi mengurangi resiko-resiko dampak dari
f. Pembuatan bangunan struktur yang suatu bencana yang dilakukan sebelum
berfungsi untuk mencegah, bencana itu terjadi, termasuk kesiapan
dan tindakan-tindakan pengurangan
mengamankan, daan mengurangi dampak
resiko jangka panjang. Upaya mitigasi
yang ditimbulkan bencana seperti:
dapat dilakukan dalam bentuk mitigasi
struktur dengan memperkuat bangunan

Perencanaan Wilayah Dan Kota, Universitas Cenderawasih


Journal PWK Urban and Regional Planning

Vol., No., Month, Year, pp. **-**


Journal homepage: http://journals/jpwk_urp

dan infrastruktur yang berpotensi setempat yang memberikan indikasi akan


terkena bencana, seperti membuat kode adanya ancaman bencana.
bangunan, desain rekayasa, dan
konstruksi untuk menahan serta Analisis Risiko Bencana
memperkokoh struktur ataupun
membangun struktur bangunan penahan
longsor, penahan dinding pantai, dan lain- Risiko bencana adalah potensi kerugian yang
lain. ditimbulkan akibat bencana pada suatu wilayah
b. Mitigasi Non Struktural. Selain itu upaya dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa
mitigasi juga dapat dilakukan dalam kematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya
bentuk non struktural, diantaranya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan
seperti menghindari wilayah bencana harta, dan gangguan kegiatan masyarakat (UU
dengan cara membangun menjauhi lokasi No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
bencana yang dapat diketahui melalui Bencana).
perencanaan tata ruang dan wilayah serta
dengan memberdayakan masyarakat dan Pengkajian risiko bencana merupakan sebuah
pemerintah daerah pendekatan untuk memperlihatkan potensi
dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu
Hal yang perlu dipersiapkan, diperhatikan dan potensi bencana yang melanda. Potensi dampak
dilakukan bersama-sama oleh pemerintahan, negatif yang timbul dihitung berdasarkan tingkat
swasta maupun masyarakat dalam mitigasi kerentanan dan kapasitas kawasan tersebut.
bencana, antara lain: Potensi dampak negatif ini dilihat dari potensi
jumlah jiwa yang terpapar, kerugian harta benda,
a. Kebijakan yang mengatur tentang dan kerusakan lingkungan. BNPB membuat
pengelolaan kebencanaan atau Pedoman Perencanaan Mitigasi Risiko Bencana,
mendukung usaha preventif kebencanaan berupa Peraturan Kepala BNPB nomor 4 tahun
seperti kebijakan tataguna tanah agar 2008
tidak membangun di lokasi yang rawan H xV
bencana; sebagai berikut : R=
C
b. Kelembagaan pemerintah yang
menangani kebencanaan, yang Dimana ; R =Disaster Risk (resiko bencana)
kegiatannya mulai dari identifikasi
H =Hazard (Ancaman)
daerah rawan bencana, penghitungan
perkiraan dampak yang ditimbulkan oleh V =Vulnerability (Kerentanan)
bencana, perencanaan penanggulangan
bencana, hingga penyelenggaraan C =Capacity (kapasitas)
kegiatan-kegiatan yang sifatnya preventif
kebencanaan;
c. Indentifikasi lembaga-lembaga yang Formula risiko tersebut dapat diartikan bahwa
muncul dari inisiatif masyarakat yang semakin besar ancaman bencana, maka semakin
sifatnya menangani kebencanaan, agar besar pula risikonya dan semakin besar
dapat terwujud koordinasi kerja yang kerentanan, maka risiko yang ditimbulkan akan
baik; semakin besar. Kapasitas yang besar dari
d. Pelaksanaan program atau tindakan ril masyarakat dapat mengurangi risiko yang
dari pemerintah yang merupakan mungkin timbul. Masyarakat dapat mengurangi
pelaksanaan dari kebijakan yang ada, dampak kerugian yang ditimbulkan oleh bencana
yang bersifat preventif kebencanaan; dengan kapasitas atau kemampuan yang
e. Meningkatkan pengetahuan pada dimilikinya. Langkah selanjutnya adalah
masyarakat tentang ciri-ciri alam menyusun indikator-indikator yang dapat
digunakan untuk menetukan mewakili komponen

Perencanaan Wilayah Dan Kota, Universitas Cenderawasih


Journal PWK Urban and Regional Planning

Vol., No., Month, Year, pp. **-**


Journal homepage: http://journals/jpwk_urp

ancaman, kerentanan, dan kapasitas. Komponen Ancaman yang ada di suatu wilayah tidak hanya
ancaman disusun berdasarkan parameter satu jenis melainkan beberapa ancaman. Ancaman
intensitas dan probabilitas kejadiaan. utama yang prioritas sampai ancaman yang
rendah nilainya harus dapat diidentifikasi,
Komponen kerentanan disusun berdasarkan sehingga semua potensi ancaman diketahui
parameter sosial budaya, ekonomi, fisik, dan dengan baik. Potensi ancaman di suatu daerah
lingkungan. Komponen kapasitas disusun dapat dilakukan dengan melakukan review
berdasarkan parameter kapasitas regulasi, terhadap kejadian bencana yang pernah terjadi di
kelembagaan, sistem peringatan, pendidikan daerah tersebut. Kejadian bencana yang pernah
pelatihan keterampilan, mitigasi dan sistem terjadi dapat dipastikan memiliki potensi untuk
kesiapsiagaan (BNPB, 2012 dalam Muta’ali, 2014). terjadi kembali mengingat kejadian bencana
Upaya pengkajian risiko bencana pada dasarnya adalah suatu kejadian yang bersifat siklik.
adalah menentukan besaran dan manajemen 3
komponen risiko. Upaya memperkecil risiko Analisi Kerentanan
dilakukan dengan
Kerentanan adalah kondisi atau karakteristik
a. memperkecil ancaman, biologis, geografis, hukum, ekonomi, politik,
b. mengurangi kerentanan, dan budaya dan teknologi suatu masyarakat di suatu
c. meningkatkan kapasitas dari kawasan wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
yang terancam. mengurangi kemampuan masyarakat tersebut
untuk mencegah, meredam, mencapai kesiapan
Analisis Ancaman dan menanggapi dampak ancaman atau bahaya
Ancaman adalah suatu kejadian atau peristiwa tertentu. Kerentanan yang ada di setiap wilayah
yang bisa menimbulkan bencana. Istilah ancaman memiliki tingkat, jenis dan karakteristik yang
seringkali disejajarkan dengan bahaya (UU No.24 bervariasi. Wilayah yang telah dilakukan kajian
Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana). kerentanan sebelumnya, maka perlu dilakukan
Ancaman dapat diartikan sebagai suatu hal atau review dan update data. Indikator kerentanan
kejadian yang memberikan kemungkinan bencana disajikan dalam bentuk tabel yang terdiri dari tipe
terjadi, dengan kata lain dikatakan sebagai kerentanan, indikator, dan rincian indikator yang
bencana yang belum terjadi. Ancaman dapat dapat diamati dalam Tabel berikut.
dianalisis seperti pada tabel berikut ini.

Analisi kapasitas

Kapasitas atau kemampuan adalah sumber daya,


pengetahuan, ketrampilan, dan kekuatan yang

Perencanaan Wilayah Dan Kota, Universitas Cenderawasih


Journal PWK Urban and Regional Planning

Vol., No., Month, Year, pp. **-**


Journal homepage: http://journals/jpwk_urp

dimiliki seseorang atau masyarakat yang c. Pelatihan simulasi, dalam rangka


memungkinkan mereka untuk mempertahankan memahamkan risiko bencana kepada
dan mempersiapkan diri, mencegah, dan masyarakat yang ditimbulkan, baik dari
memitigasi, menanggulangi dampak buruk, atau bencana alam maupun bencana yang
dengan cepat memulihkan diri dari bencana dikarenakan ulah manusia.
(BPBD, 2015). IIRR&Cordaid (2007 dalam
Prihananto, 2013) menjelaskan bahwa
berdasarkan Pengalaman dalam Menerapkan
Pengurangan Risiko Bencana oleh Masyarakat,
kapasitas dikelompokkan menjadi tiga kategori
untuk mengukur kapasitas masyarakat dalam
upaya mengurangi risiko bencana. Kategori
kapasitas yang digunakan dalam penelitian ini
disajikan dalam bentuk tabel yang dapat diamati
dalam Tabel berikut.

Hal terpenting dalam rangka peningkatan


kapasitas ini adalah memandang masyarakat
sebagai subyek bukan obyek penanganan bencana
dalam proses pembangunan, sehingga perlu
dikembangkan upaya sebagai berikut.

a. Pendidikan bencana, melalui program


pendidikan informal atau formal,
pelatihan, dan pembangunan institusi
untuk memberikan pengetahuan
profesional dan kompetensi yang
diperlukan.
b. Sosialiasasi pengetahuan, bidang mitigasi
bencana yang sedang berkembang
dengan cepat kepada masyarakat baik
tentang bahaya-bahaya maupun sarana
untuk memerangi bahaya tersebut yang
dapat menjadikan program-program
implementasi menjadi lebih efektif.

Perencanaan Wilayah Dan Kota, Universitas Cenderawasih

Anda mungkin juga menyukai