2021
Zulkarnain Barhami
Kondisi Geografis dan Daerah Rawan Bencana
Secara geologis dan geografis Negara Indonesia merupakan Negara yang
sangat luas dan daerah yang rawan bencana karena berada pada sabuk api
pasifik yang menyebabkan banyak ditemukannya gunung-gunung berapi di
Indonesia, sebagaimana ditunjukkan pada gambar
Lempeng Eurasia
Lempeng Pasifik
12 cm/thn
Indonesia terletak pada 3 lempeng tektonik utama yang aktif yaitu Eurasia,
Pasifik dan Hindia Australia. Proses tektonik aktif tersebut menyebabkan
Indonesia sering terjadi gempa bumi, tsunami, gunung meletus dan
Footer lainnya. 3 22/12/2009
Kejadian Bencana di Indonesia
2001-2020
Hampir 90 %
bencana adalah
bencana
Hidrometeorologi
Sedangkan 10%
adalah bencana
Geologi
Sumber : dibi.bnpb.go.id
Pengenalan Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu
pihak kepada pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal
yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang
dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggunakan gestur tubuh, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut dengan komunikasi
nonverKomponen komunikasi adalah hal-hal yang harus ada agar komunikasi bisa
berlangsung dengan baik.
Menurut Henidar (1989), dalam Komunikasi Interpersonal Pimpinan (2017) Komunikasi
merupakan proses Penyampian suatu pesan dalam bentuk lambing yang bermakna
sebagai panduan pikiran dan perasaan berupa ide,informasi, kepercayaan, harapan,
himbauan dan sebaginya yang dilakukan seorang kepada orang loin, baik langsung
secara tatap muka maupun tidak langsung melalui media dengan tujuan mengubah
sikap pandangan atau perilaku
LEBIH
• TANAH LONGSOR
• KEKERINGAN
• TEMPERATUR EKSTRIM
• KEBAKARAN HUTAN
BENCANA LINGKUNGAN:
BANYAK
•
•
PENCEMARAN LINGKUNGAN
ILLEGAL LOGGING
AKIBAT
•
•
KEHANCURAN DAUR HIDROLOGI
TEKNOLOGI TDK TEPAT ULAH
•
•
WABAH PENYAKIT
GAGAL PANEN MANUSIA
BENCANA SOSIAL:
• KERUSAKAN MORAL DAN BUDAYA
• KKN, PENYAKIT MASYARAKAT
• POLITIK TDK MEMIHAK RAKYAT
• KERUSUHAN DAN PEPERANGAN
SOBIRIN DPKLTS 2005
DEFINISI BENCANA
BPBD provinsi/kabupaten/kota dalam mengumpulkan data dan informasi bencana melalui verifikasi, cross check,
pemutakhiran data dengan menerapkan prinsip koordinasi, integrasi dan sinkronisasi, dengan tata kerja sebagai
berikut :
Operator radio komunikasi Pusdalops BPBD provinsi melakukan pemanggilan rutin ke BPBD kabupaten/kota
sebelum jadwal pemanggilan rutin dari BNPB
Dari hasil pemanggilan rutin tersebut, operator radio komunikasi di Pusdalops BPBD provinsi melakukan
rekapitulasi data dan informasi bencana dari masing-masing BPBD kabupaten/kota dan memberikan laporan
tersebut kepada petugas pusdalops yang bertanggung jawab membuat laporan sebagai data pendukung
dalam pembuatan laporan harian Pusdalops di BPBD provinsi;
Operator radio komunikasi BNPB melakukan pemanggilan rutin ke BPBD provinsi sesuai dengan jadwal yang
telah ditentukan sebelumnya;
Dari hasil pemanggilan rutin tersebut, operator radio komunikasi di BNPB melakukan rekapitulasi data dan
informasi bencana dari masing masing BPBD provinsi dan memberikan laporan tersebut paling lambat pukul
19.00 WIB kepada petugas pusdalops yang bertanggung jawab membuat laporan sebagai data pendukung
dalam pembuatan laporan harian Pusdalops di BNPB;
Pada saat kondisi darurat BNPB dapat melakukan pemanggilan langsung ke BPBD provinsi/kabupaten/kota dan
posko lapangan, TNI POLRI dan kementerian/lembaga atau dinas t
Alkomrad dan Jenis Sarana Komunikasi
Alur Komunikasi Bencana
Besok bikin
Posko TD
Nasional
Pos Pendukung TD
Nasional
PoskoTD Provinsi
Pos Pendukung TD
Provinsi
Pos Pendukung TD
Kab/Kota
Posko
Lapangan TD
KEPALA KOMANDO
SEKTOR/LEMBAGA
BNPB
Pengerahan sumber daya Perwakilan
BPBD dan penyelamatan Bertugas di POSKO TD
KOMANDAN
menunjuk pejabat PENANGANAN DARURAT berwenang mengendalikan
PUSAT ACUAN
PENGENDALIAN Pelaksanaan TD
OPERASI
MENGAKTIFKAN
MENINGKATKAN MEMBENTU MENYUSUN
K
POS KOMANDO FUNGSI POS KOMANDO RENCANA OPERASI
TANGGAP LAPANGAN TANGGAP
DARURAT KOORDINASI DARURAT
KENDALI
TUGAS
KEWENANGAN penanganan TD
PEMANTAU
• Memberikan data
& informasi ttg EVALUASI
penanganan TD penanganan TD Bencana
• Pengambilan Status Darurat
keputusan
19
ALOKASI FREKUENSI
Frekuensi Radio HF/SSB
Frekuensi Radio HF yang dialokasikan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk BNPB adalah 11.473.5 MHz. Penggunaan frekuensi diperuntukan BNPB dan BPBD.
Frekuensi Radio VHF yang dialokasikan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk BNPB adalah 171.300 MHz, dengan frekuensi repeater
170.300 MHz untuk RX dan 165.300 MHz untuk TX dengan Tone TX 123. Penggunaan frekuensi diperuntukkan BNPB dan BPBD.
Saat kondisi darurat dan mesti dilakukan pembangunan stasiun radio di posko lapangan, BPBD provinsi/kabupaten kota bertanggung jawab
dan dapat melakukan koordinasi ke dinas komunikasi dan informatika setempat dalam pengalokasian frekuensi sementara yang akan
digunakan.
Frekuensi Radio UHF
Sesuai dengan alokasi yang diberikan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika.
Lisensi Frekuensi
BNPB berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk mendapatkan Izin Pita Spektrum Frekuensi Radio yang berlaku
secara nasional yang dapat digunakan oleh BNPB, BPBD propinsi/kabupaten/kota menurut peruntukan dan alokasi yang telah ditetapkan.
Untuk setiap penggunaan frekuensi, BNPB, BPBD provinsi/ kabupaten/kota harus menginformasikan stasiun radionya dengan mencantumkan
nama jenis perangkat, nomor seri, daya pancar, jenis antena yang digunakan serta titik koordinat ke Direktorat Jenderal Pos Telekomunikasi
Kementerian Komunikasi dan Informatika tembusan Pusat Data Informasi dan Humas BNPB serta melampirkan informasi lainnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
NAMA PANGGILAN, KODE DAN BAHASA
BNPB bertanggung jawab mendapatkan Izin Stasiun Radio serta membayar Biaya Hak Pengguna frekuensi radio untuk setiap stasiun radio yang
digunakan BNPB di tingkat pusat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
BPBD propinsi/kabupaten/kota bertanggung jawab mendapatkan Izin Stasiun Radio serta membayar Biaya Hak Pengguna frekuensi radio untuk
setiap stasiun radio yang digunakan di tingkat provinsi/ kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. BNPB akan memfasilitasi BPBD provinsi/kabupaten kota dalam proses mendapatkan Izin Stasiun Radio dari Kementerian Komunikasi dan
Informatika.
Nama Panggilan
BNPB berkoordinasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika dalam mengalokasikan nama panggilan atau callsign khusus Radio
Kebencanaan kepada BPBD provinsi kabupaten/kota.
Pusat Data Informasi dan Humas BNPB mengelola pengalokasian nama panggilan untuk BNPB, BPBD provinsi/kabupaten/kota. Daftar nama
panggilan diatur pada buku nama panggilan. Nama panggilan wajib digunakan setiap waktu pada saat operator melakukan komunikasi radio.
Kode Komunikasi Kebencanaan
Pada komunikasi antar operator radio, terdapat beberapa kode yang digunakan untuk menyingkat perkataan agar memudahkan dalam
berkomunikasi, diantaranya adalah kode 11, kode 10, kode Z dan kode Q.
Kode 11 digunakan sebagai kode dalam komunikasi kebencanaan dan operator BNPB dan BPBD wajib menguasai kode tersebut. Sedangkan
untuk kode 10, kode Z dan kode Q operator BNPB dan BPBD cukup mengetahui saja.
Bahasa Yang Digunakan
Bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi kebencanaanmenggunakan bahasa Indonesia, hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi kesalahan
interpretasi terhadap pertukaran data dan informasi antara operator radio satu dengan lainnya
Contoh Kode
CONTOH CALLSIGN BPBD
DALAM KOMUNIKASI BENCANA
a. FORM SESUAI PERKA no. 9/2008 - Lampiran 11
2.
3.
*) MD = Meninggal Dunia
Dst.
TOTAL
3. Kerusakan
a. Pemukiman
Rumah
JUMLAH (unit)
•Sanitasi Drainasi Lingkungan (yang menjadi
NO Lokasi (Kec/Kel/Desa) Taksiran Kerugian tidak berfungsi akibat bencana)
Rusak Ringan Rusak Berat
1.
2.
dst
TOTAL
TOTAL
Taksiran
JUMLAH (unit) Fungsi
Kerugia (Rp)
NO Jenis Lokasi (Kec/Kel/Desa)
Rusak Berat Rusak ringan
1.
2.
dst
TOTAL
Tabel Pendataan Kerusakan Fasilitas Pendidikan (point b) hingga Sarana Prasarana Kelautan (point k)
II. UPAYA PENANGANAN YANG TELAH DILAKUKAN
I.Terhadap Korban :
•Meninggal : ................................................................................................
•Luka Berat : ................................................................................................
•Luka Ringan : .............................................................................................
•Hilang : .......................................................................................................
•Pengungsi : .................................................................................................
2. Terhadap Kerusakan :
....................................................................................................................................
III. SUMBER DAYA
I.Sarana Prasarana
....................................................................................................................................
2. Sumber Daya Manusia
....................................................................................................................................
3. Logistik
....................................................................................................................................
4. Dana
....................................................................................................................................
IV. KENDALA
............................................................................................................................................
............................................................................................................................................
V. KEBUTUHAN DARURAT (Jumlah, Sumber)
1. Pencarian, Penyelamatan dan Evakuasi (Sumber Daya Manusia, Peralatan, Logistik, Dana)
...................................................................................................................................
2. Tempat Penampungan Sementara (Tenda, Barak, Veltbed, Bangunan Fasilitas Umum/Sosial). Catatan: perlu adanya perhatian khusus pasutri, perempuan dan anak u/
penampungan dan penggunaan MCK.
....................................................................................................................................
3. Kebutuhan Dasar Pangan (Makanan Pokok, Makanan Siap Saji, Makanan Tambahan, Makanan Pelengkap, MP ASI, Air Minum/Bersih)
....................................................................................................................................
4. Kebutuhan Dasar Sandang (Kits Keluarga/family kits), Selimut, Sarung, Daster, Pakaian Dewasa/Anak, Handuk, Pembalut wanita, Perlengkapan Mandi, Alas tidur)
....................................................................................................................................
Sesuaikan dengan sektor yang memiliki panduan lampiran.
5. Kesehatan (Sumber Daya Manusia, Peralatan, Obat-obatan, bahan habis pakai dan kesehatan lingkungan)
....................................................................................................................................
6. Air Bersih dan Sanitasi (MCK/Sanitasi, Jerigen Air, Air Bersih)
....................................................................................................................................
7. Sarana Angkutan (Kendaraan darat/air/udara, hewan, SDM/kurir, BBM)
....................................................................................................................................
8. Utilitas (BBM, Listrik, Telekomunikasi, PAM)
....................................................................................................................................
9. Lain-lain
....................................................................................................................................
VI. POTENSI BENCANA SUSULAN
............................................................................................................................................
Catatan:
Pengisian form disesuaikan dengan perkembangan kemampuan Tim dan jenis/macam bencana di lapangan
Kendala komunikasi
Beberapa kendala komunikasi yang terjadi dalam penanganan kebencanaan di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Kerusakan infra struktur akibat bencana, seperti ketiadaan fasilitas telepon, listrik, sinyal cellphone dapat melumpuhkan/memutuskan
komunikasi pusat dengan On Scene maupun unsur pendukung
2. Beragam sistem dan alat komunikasi yang ada
3. Keterbatasan SDM dan keterampilan personel dalam komunikasi disaat tanggap darurat bencana.
Solusi
Solusi untuk menangani kendala-kendala komunikasi di Indonesia telah dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Merancang sistem komunikasi voice (dan data) yang mandiri dengan metoda operasi yang semudah mungkin.
2. Menggunakan teknologi “intelligent interconnect” yang mampu menangani radio “interoperability.”
3. Catatan: “interoperability” yang dimaksudkan adalah kemampuan beroperasi lintas radio. Misalkan dari telepon rumah menyambung ke
HF SSB, dari HF SSB menyambung ke VHF handy talky.
TUGAS ?????
D. Referensi