Anda di halaman 1dari 16

PERANAN GEODESI DALAM MITIGASI BENCANA ALAM

Diajukan guna untuk memenuhi tugas mata kuliah


Pengetahuan Kebencanaan

Disusun Oleh:
Nama : Indry Efa Sari
NPM: 4122.3.17.13.0031

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI


FAKULTAS TEKNIK PERENCANAAN DAN ARSITEKTUR
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
2019
`

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
“Peranan Geodesi dalam Mitigasi Bencana Alam”. Tujuan pembuatan Makalah ini
yaitu untuk memenuhi tugas dalam perkuliahan Pengetahuan Kebencanaan.

Dengan selesainya Makalah Survey GNSS Untuk Mengetahui Land


Subsidence ini tidak terlepas dari bantuan rekan yang telah memberikan masukan-
masukan kepada penulis. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari tugas ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis.

Bandung, 18 April 2019

Penulis

i
`

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………. i
DAFTAR ISI…………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………... 1
1.2 Tujuan Makalah……………….……………………….. 2
1.3 Manfaat Makalah….. ………….……………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………… 3
2.1 Pengertian Geodesi.…………………..……………….. 3
2.2.Mitigasi Bencana………………………………………. 3
2.3 Peranan Geodesi Dalam Mitigasi Bencana Alam…….. 8
BAB III PENUTUP ………………..…………………………………. 12
3.1 Kesimpulan ……………………………………………….. 12
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………… iii

ii
`

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang dilewati oleh garis ring of fire pasifik serta
pertemuan dua lempeng tektonik Eurasia dan Indo-Australia yang
menyebabkan sering terjadinya bencana alam. Seperti gunung meletus, longsor,
banjir, gemba serta bencana alam lainnya. Bencana alam merupakan kejadian yang
tidak dapat dihindari yang menyebabkan kerusakan baik materil maupun non
materil .
Indonesia merupakan negara yang memiliki tingkat kerawanan bencana
alam tinggi, seperti letusan gunungapi, gempabumi, tsunami, banjir, tanah longsor,
dan lain sebagainya. Tercatat setidaknya 257 kejadian bencana terjadi di Indonesia
dari keseluruhan 2.866 kejadian bencana alam di Asia selama periode tersebut. Data
menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat
kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan di
Amerika Serikat. Gempa bumi yang disebabkan oleh interaksi lempeng tektonik
dapat menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di samudera. Selama kurun
waktu 1600 – 2000, tercatat 105 kejadian tsunami yang 90 persen diantaranya
disebabkan oleh gempa tektonik, 9 persen 1 2 oleh letusan gunung api, dan 1 persen
oleh tanah longsor (Sumber: Pusat Mitigasi Bencana, ITB. 2008).
Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi resiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU No.24 Tahun 2007). Bencana alam
seperti gempa bumi, tsunami, banjir, longsor, letusan gunung api dan lain-lain.
Geodesi adalah disiplin ilmu yang berhubungan dengan pengukuran dan
representasi dari bumi dan benda-benda langit lainnya, termasuk medan
gravitasinya, dalam ruang tiga dimensi yang berubah dengan waktu (Associate
Committee on Geodesy and Geophysics. 1973). Geodesi yang memepelajari tentang
bumi memiliki peranan penting dalam pengadaan dan penyajian data serta
informasi spasial yang sangat dibutuhkan dalam program mitigasi bencana.
Selanjutnya akan diuraikan peranan Geodesi dalam mitigasi bencana alam.

1
`

1.2.Tujuan
Adapun Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui
peranan Geodesi dalam mitigasi bencana alam.

1.3. Manfaat
Adapun Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah mengetahui peranan
Geodesi dalam mitigasi bencana alam.

2
`

BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Geodesi


Geodesi adalah disiplin ilmu yang berhubungan dengan pengukuran dan
representasi dari bumi dan benda-benda langit lainnya, termasuk medan
gravitasinya, dalam ruang tiga dimensi yang berubah dengan waktu (Associate
Committee on Geodesy and Geophysics. 1973).

2.2. Mitigasi Bencana


Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko
bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21 Tahun 2008
Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana). Dalam konteks bencana,
dikenal dua macam yaitu
1. Bencana alam yang merupakan suatu serangkaian peristiwa bencana yang
disebabkan oleh faktor alam, yaitu berupa gempa, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan tanah longsor, dll.
2. Bencana sosial merupakan suatu bencana yang diakibatkan oleh manusia,
seperti konflik social, penyakit masyarakat dan teror. Mitigasi bencana
merupakan langkah yang sangat perlu dilakukan sebagai suatu titik tolak
utama dari manajemen bencana.
Ada 4 hal penting dalam mitigasi bencana, yaitu :
a) Tersedia informasi dan peta kawasan rawan bencana untuk tiap jenis
bencana.
b) Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat
dalam menghadapi bencana, karena bermukim di daerah rawan bencana.
c) Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan dihindari, serta mengetahui cara
penyelamatan diri jika bencana timbul, dan
d) Pengauran dan penataan kawasan rawan bencana untuk mengurangi
ancaman bencana.

3
`

B. Jenis-jenis Mitigasi
Mitigasi dibagi menjadi dua macam, yaitu mitigasi struktural dan mitigasi
non structural.
1. Mitigasi Struktural
Mitigasi strukural merupakan upaya untuk meminimalkan bencana yang
dilakukan melalui pembangunan berbagai prasarana fisik dan menggunakan
pendekatan teknologi, seperti pembuatan kanal khusus untuk pencegahan banjir,
alat pendeteksi aktivitas gunung berapi, bangunan yang bersifat tahan gempa,
ataupun Early Warning System yang digunakan untuk memprediksi terjadinya
gelombang tsunami.

2. Mitigasi Non-Struktural
Mitigasi non–struktural bias dalam lingkup upaya pembuatan kebijakan
seperti pembuatan suatu peraturan. Undang-Undang Penanggulangan Bencana (UU
PB) adalah upaya non-struktural di bidang kebijakan dari mitigasi ini. Contoh
lainnya adalah pembuatan tata ruang kota, capacity building masyarakat, bahkan
sampai menghidupkan berbagai aktivitas lain yang berguna bagi penguatan
kapasitas masyarakat. Ini semua dilakukan untuk, oleh dan di masyarakat yang
hidup di sekitar daerah rawan bencana.
Kebijakan non struktural meliputi legislasi, perencanaan wilayah, dan
asuransi. Kebijakan non struktural lebih berkaitan dengan kebijakan yang bertujuan
untuk menghindari risiko yang tidak perlu dan merusak. Tentu, sebelum perlu
dilakukan identifikasi risiko terlebih dahulu. Penilaian risiko fisik meliputi proses
identifikasi dan evaluasi tentang kemungkinan terjadinya bencana dan dampak
yang mungkin ditimbulkannya.
Kebijakan mitigasi baik yang bersifat struktural maupun yang bersifat non
struktural harus saling mendukung antara satu dengan yang lainnya. Pemanfaatan

4
`

teknologi untuk memprediksi, mengantisipasi dan mengurangi risiko terjadinya


suatu bencana harus diimbangi dengan penciptaan dan penegakan perangkat
peraturan yang memadai yang didukung oleh rencana tata ruang yang sesuai. Sering
terjadinya peristiwa banjir dan tanah longsor pada musim hujan dan kekeringan di
beberapa tempat di Indonesia pada musim kemarau sebagian besar diakibatkan oleh
lemahnya penegakan hukum dan pemanfaatan tata ruang wilayah yang tidak sesuai
dengan kondisi lingkungan sekitar.

C. Metode dan Tujuan Mitigasi


Tujuan dari strategi mitigasi adalah untuk mengurangi kerugian-kerugian
pada saat terjadinya bahaya pada masa mendatang. Tujuan utama adalah untuk
mengurangi resiko kematian dan cedera terhadap penduduk. Tujuan-tujuan
sekunder mencakup pengurangan kerusakan dan kerugian-kerugian ekonomi yang
ditimbulkan terhadap infrastruktur sektor publik dan mengurangi kerugian-
kerugian ekonomi yang ditimbulkan terhadap infrastruktur sektor publik dan
mengurangi kerugian-kerugian sector swasta sejauh hal-hal itu mungkin
mempengaruhii masyarakat secara keseluruhan.
Tujuan utama (ultimate goal) dari Mitigasi Bencana adalah sebagai berikut :
a) Mengurangi resiko/dampak yang ditimbulkan oleh bencana khususnya bagi
penduduk, seperti korban jiwa (kematian), kerugian ekonomi (economy
costs) dan kerusakan sumber daya alam.
b) Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan.
c) Meningkatkan pengetahuan masyarakat (public awareness) dalam
menghadapi serta mengurangi dampak/resiko bencana, sehingga
masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman.

Pertimbangan dalam Menyusun Program Mitigasi (khususnya di Indonesia) :


1) Mitigasi bencana harus diintegrasikan dengan proses pembangunan
2) Fokus bukan hanya dalam mitigasi bencana tapi juga pendidikan, pangan,
tenaga kerja, perumahan dan kebutuhan dasar lainnya.
3) Sinkron terhadap kondisi sosial, budaya serta ekonomi setempat

5
`

4) Dalam sektor informal, ditekankan bagaimana meningkatkan kapasitas


masyarakat untuk membuat keputusan, menolong diri sendiri dan membangun
sendiri.
5) Menggunakan sumber daya dan daya lokal (sesuai prinsip desentralisasi)
6) Mempelajari pengembangan konstruksi rumah yang aman bagi golongan
masyarakat kurang mampu, dan pilihan subsidi biaya tambahan membangun
rumah.
7) Mempelajari teknik merombak (pola dan struktur) pemukiman.
8) Mempelajari tata guna lahan untuk melindungi masyarakat yang tinggal di
daerah yang rentan bencana dan kerugian, baik secara sosial, ekonomi, maupun
implikasi politik.
9) Mudah dimengerti dan diikuti oleh masyarakat.

D. Kebijakan dan Strategi Mitigasi Bencana


Kebijakan Berbagai kebijakan yang perlu ditempuh dalam mitigasi bencana
antara lain :
1) Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi yang
sama bagi semua pihak baik jajaran aparat pemerintah maupun segenap
unsur masyarakat yang ketentuan langkahnya diatur dalam pedoman
umum,petunjuk pelaksanaan dan prosedur tetap yang dikeluarkan oleh
instansi yang bersangkutan sesuai dengan bidang tugas unit masing-
masing.
2) Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu terkoordinir
yang melibatkan seluruh potensi pemerintah dan masyarakat.
3) Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa dapat
diminimalkan.
4) Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semua pihak, melalui
pemberdayaan masyarakat serta kampanye.

Strategi Untuk melaksanakan kebijakan dikembangkan beberapa strategi


sebagai berikut:

6
`

1) Melakukan pemetaan daerah rawan bencana. Pada saat ini berbagai sektor
telah mengembangkan peta rawan bencana. Peta rawan bencana tersebut
sangat berguna bagi pengambil keputusan terutama dalam antisipasi
kejadian bencana alam.
2) Pemantauan. Dengan mengetahui tingkat kerawanan secara dini, maka
dapat dilakukan antisipasi jika sewaktu-waktu terjadi bencana, sehingga
akan dengan mudah melakukan penyelamatan. Pemantauan di daerah vital
dan strategis secara jasa dan ekonomi dilakukan di beberapa kawasan
rawan bencana.
3) Penyebaran informasi Penyebaran informasi dilakukan antara lain dengan
cara: memberikan poster dan leaflet kepada Pemerintah Kabupaten/Kota
dan Propinsi seluruh Indonesia yang rawan bencana, tentang tata cara
mengenali, mencegah dan penanganan bencana. Memberikan informasi ke
media cetak dan elektronik tentang kebencanaan adalah salah satu cara
penyebaran informasi dengan tujuan meningkatkan kewaspadaan terhadap
bencana geologi di suatu kawasan tertentu. Koordinasi pemerintah daerah
dalam hal penyebaran informasi diperlukan mengingat Indonesia sangat
luas.
4) Sosialisasi dan Penyuluhan tentang segala aspek kebencanaan kepada
SATKOR-LAK PB, SATLAK PB, dan masyarakat bertujuan
meningkatkan kewaspadaan dan kesiapan menghadapi bencana jika
sewaktu-waktu terjadi. Hal penting yang perlu diketahui masyarakat dan
Pemerintah Daerah ialah mengenai hidup harmonis dengan alam di daerah
bencana, apa yang perlu ditakukan dan dihindarkan di daerah rawan
bencana, dan mengetahui cara menyelamatkan diri jika terjadi bencana.
5) Pelatihan/Pendidikan difokuskan kepada tata cara pengungsian dan
penyelamatan jika terjadi bencana. Tujuan latihan lebih ditekankan pada
alur informasi dari petugas lapangan, pejabat teknis, SATKORLAK PB,
SATLAK PB dan masyarakat sampai ke tingkat pengungsian dan
penyelamatan korban bencana. Dengan pelatihan ini terbentuk kesiagaan
tinggi menghadapi bencana akan terbentuk.

7
`

6) Peringatan Dini dimaksudkan untuk memberitahukan tingkat kegiatan


hasil pengamatan secara kontinyu di suatu daerah rawan dengan tujuan
agar persiapan secara dini dapat dilakukan guna mengantisipasi jika
sewaktu-- waktu terjadi bencana. Peringatan dini tersebut disosialisasikan
kepada masyarakat melalui pemerintah daerah dengan tujuan memberikan
kesadaran masyarakat dalam menghindarkan diri dari bencana. Peringatan
dini dan hasil pemantauan daerah rawan bencana berupa saran teknis dapat
berupa antana lain pengalihan jalur jalan (sementara atau seterusnya),
pengungsian dan atau relokasi, dan saran penanganan lainnya.

2.3. Peranan Geodesi Dalam Mitigasi Bencana Alam

Geodesi sebagai salah satu disiplin ilmu sains yang mempelajari tentang
bumi memiliki peranan penting dalam pengadaan dan penyajian data — data serta
informasi spasial yang terkait dalam mitigasi bencana. Strategi dan metoda secara
geodetic dari pengambilan , pengolahan dan penyajian dataspasial yang terkait
bergantung terhadap focus kebencanaan yang terjadi. Pada dasarnya peranan
geodesi dalam mitigasi bencana alam yaitu pemahaman sifat dan mekanisme fisis
bencana alam dengan memberikan informasi spasial berupa perubahan koordinat
dalam ruang dan waktu yang bersifa resen serta variansi temporal gaya berat bumi.
Selanjutnya akan digunakan sebagai parameter pendukung atau kendala
dalam estimasi yang berisfat fisik. Dimana keduanya dapat berupa aktifitas
pemodelan, interpolasi maupun ekstrapolasi. Kemudian pembangunan sistem basis
data sistem informasi mitigasi bencanayang dapat secara efisien, efektif dan akurat
menyajikan informasi parameter yang terkait dengan fenomena bencana alam guna
memperoleh pemahaman, pengertian dan analisis dalam mitigasi.
Beberapa contoh jenis — jenis bencana yang ada serta usaha mitigasinya:
- Longsoran
Merupakan suatu peristiwa geologi yang terjadi karena pergerakan masa
batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau
gumpalan besar tanah.
Usaha mitigasi yang dilakukan berupa tindakan pencegahan dengan
mempelajari sifat dan mekanisme fisis longsoran serta pembuatan peta zonasi daeran

8
`

rawan pergerakan tanah serta tindakan langsung berupa pembuatan bangunan —


bangunan, penahan, pengurangan beban dll.

- Aktifitas tektonik
Merupakan pergerakan lempeng didalam bumi terutama pada daerah batas
lempeng yang menyebabkan gempa bumi tektonik dan tsunami(apabila terjadi di
laut).
Usaha mitigasi yang dapat dilakukan adalah dengan mempelajari sifat dan
mekanisme fisis fenomena tektonik yang terjadi serta kegempaan yang
ditimbulkannya. Selain itu juga dilakukan pembuatan peta zonasi yang terdiri atas
tahap pengamatan (penentuan parameter seismic, penentuan parameter dinamik,
studi geoteknik dan simulasi) tahap pemrosesan data (peta episentrum, kurva
attenuasi, peta issoeic dan penentuan sumber gempa) dan tahap aplikasinya.

- Aktifitas gunung api


Peristiwa yang terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang
didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi.Magma adalah cairan pijar yang
terdapat di dalam lapisan bumi dengan suhu yang sangat tinggi, yakni diperkirakan
lebih dari 1.000 °C.
Usaha mitigasi yang dilakukan yakni dengan menganalisis kemungkinan
bencana yang terjadi akibat letusan gunung berapi. Analisis terkait tingkat
kerawanan dan analisis dampak yeng terjadi dengan menyusun peta daerah bahaya
gunung api. Tahap selanjutnya adalah mencakup pelaksanaan pemantauan jenis
gejala vulkanik yang diduga sebagao precursor letusan.

Dengan adanya berbagai jenis bencana alam yang terjadi, maka tahap awal
yang dilakukan mengidentifikasi obyek bhaya yang akan dianalisis secara geodetic.
Tahap identifikasi ini mencakup pengumpulan informasi awal. Pengenalan kondisi
di lapangan dan penyusunan asumsi serta model parameter — parameter geodetic
yang diharapkan dapat menggambarkan mekanisme serta fisis dari bencana tersebut

9
`

secara geometric sebagai fungsi ruang dan waktu. Tahap selanjutnya adlah
perumusan fungsi tujuan dan kendala yang menyangkut akurasi, presisi serta
kendala baikmetoda maupun hasil yang diperoleh. Hasil realisasi
pengamatan/pengukuran di lapangan diolah dan selanjutnya diturunkan untuk
memperoleh parameter — parameter geometric. Parameter — parameter inilah yang
selanjutnya digunakan untuk pemodelan geometric dan hasil akhirnya berupa
analisis secara kuantitatif.

Peranan geodesi dalam mitigasi ini dengan meninjau hal diatas dapat dilakukan
dengan:
Pembangunan sistem basis data Sistem Mitigasi Bencana. Sistem ini
merupakan sarana pendukung strategi penanganan bencana yang dapat secara
efisien, efektif dan akurat menyajikan informasi parameter yang terkait dengan
fenomena bencana alam, terutama dalam rangka integrasi unsur — unsur dari
elemen sains dan sosial guna memperoleh pemhaman, pengertian dan analisis
mitigasi. Didalam pembangunan sistem ini berbagai tahap pekerjaan dilkukan yaitu
pengumpulan data yang terkait dengan parameter dinamika bumi sebagai fungsi
ruang danwaktu, menejemen dan pengoalahan data, analisis dan penyajian informasi
serta penyusunan modul — modul teknolgi sistem informasi.
Produk dari sistem ini yang merupakan fungsi ruang dan waktu, selanjutnya
digunakan untuk pemahaman, analisis dan pengambilan keputusan dari mitigasi
dengan demikian diperlukan perencanaan menejemen mitigasi prabencana dan
penanganan bencana agar terjadi suatu kesinambungan dalam masa pra bencana,
saat bencana dan pasca bencana.
Identifikasi bahaya, penelitian bahaya dan analisis bahaya merupakan
tahapan awal dari menejemn mitigasi. Dimana didalamnya dilakukan penyusunan
sistem informasi mitigas bencana yang disusun dari aspek sains dan sosial sehingga
akan bermuara pada integrase dalam statistik spasial yakni analisis statistik dari data
berbasiskan yang berbasiskan posisi. Statistik spasial ini merupakan statistic
multivariansi dimana pengamatan — pengamatan yang dianalisa bersifat saling
bergantungan. Atau dengan kata lain pengamatan berorelasi terhadap posisinya yang
selanjutnya memberikan informasi lebih dari satu lokasi terhadap lokasi lainyayang

10
`

sifatnya berbanding lurus dengan peningkatan derajat ketergantungan lokasi. Hasil


dari analisis static spasial ini selanjutnya digunakan untuk menyusun pemodelan
dinamik objek pengamatan. Pemodelan tersebut terkait interpolasi serta ekstrapolasi
yang disesuaikan dengan keperluan masing-masing objek dimanahasilnya
digunakan dalam prediksi bencana dan penetapan strategi penanggulangan bencana
yang merupakan siklus dari mitigasi bencana.
Dengan adanya data spasial tadi data memonitoring kawasan rawan bencana seperti
1. Pemetaan daerah rawan bencana tanah longsor.
2. Pemetaan daerah rawan gempa bumi.
3. Pemetaan daerah rawan pergeseran tanan atau keretakan lapisan kerak bumi.
4. Pemetaan daerah rawan letusan gunung berapi.
5. Monitoring daerah rawan pergerakan tanah (deformasi) dan tanah longsor
dengan pemantauan menggunakan GPS secara real time.
6. Monitoring daerah rawan letusan gunung berapi dengan pengamatan
pergerakan lapisan material gunung berapi menggunakan GPS secara real
time.
7. Dan masih banyak yang lainnya.

11
`

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
1. Peranan geodesi dalam mitigasi adalah Pembangunan sistem basis data
spasial Sistem Mitigasi Bencana. Sistem ini merupakan sarana pendukung
strategi penanganan bencana yang dapat secara efisien, efektif dan akurat
menyajikan informasi parameter yang terkait dengan fenomena bencana
alam.
2. Produk dari sistem ini yang merupakan fungsi ruang dan waktu,
selanjutnya digunakan untuk pemahaman, analisis dan pengambilan
keputusan dari mitigasi dengan demikian diperlukan perencanaan
menejemen mitigasi prabencana dan penanganan bencana agar terjadi
suatu kesinambungan dalam masa pra bencana, saat bencana dan pasca
bencana.

12
`

DAFTAR PUSTAKA
1. Setyadji, B (2002) Synopsis Kajian Sistem Informasi Mitigasi Bencana.
Laboratorium Geodesi Departemen Teknik Geodesi ITB
2. Zega, Adrianus (2007) Peranan Geodesi Dalam Bencana Alam. IKIP
Gunung Sitoli

13

Anda mungkin juga menyukai