DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 11
KELAS A
Mengetahui,
Dosen Pengampu Praktikum Fotogrametri I
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Fotogrametri I. Laporan ini disusun sebagai
salah satu tugas mata kuliah Fotogrametri I di semester III. Laporan Fotogrametri I kami
selesaikan berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Ucapan terimakasih kami
sampaikan kepada :
1. Ir. Prijono Nugroho Dj., MSP., Ph.D. Ketua Program Studi Teknik Geodei, Fakultas
Teknik, Universitas Gadjah Mada
2. Dany Puguh Laksono, ST., M.Eng. selaku Dosen pengampu praktikum mata kuliah
Fotogrametri I
3. Hafidza Safara Zahratunnisa dan Fadilla Ivanna Ayuningtyas selaku asisten dosen
praktikum mata kuliah Fotogrametri I
4. Serta semua pihak yang telah memberikan dorongan dan dukungan baik berupa material
maupun spiritual serta membantu kelancaran dalam penyusunan laporan ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu
Kami menyadari bahwa dalam Laporan Fotogrametri I ini masih banyak kekurangan, maka
kritik dan saran sangat kami butuhkan agar sempurnanya Laporan Fotogrametri I ini. Kami
berharap semoga Laporan Fotogrametri I ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan semua
pihak yang membutuhkan
Kelompok 11
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pemetaan suatu wilayah dapat dilakukan dengan berbagai metode, misalnya saja
dengan cara terestris. Tetapi pada kenyataannya, banyak sekali kelemahan yang
didapatkan dari pemetaan secara teretris ini. Oleh karena itu, terdapat beberapa alternatif
lain untuk melakukan suatu pemetaan kawasan salah satunya yaitu pemetaan secara
fotogrametris. Fotogrametri adalah suatu metode pemetaan objek-objek dipermukaan
bumi yang menggunakan foto udara sebagi media, dimana dilakukan penafsiran objek
dan pengukuran geometri untuk selanjutnya dihasilkan peta garis, peta digital maupun
peta foto. Secara umum fotogrametri merupakan teknologi geo-informasi dengan
memanfaatkan data geo-spasial yang diperoleh melalui pemotretan udara (Noname,
2010).
Dengan menggunakan teknik analisis yang tepat dan dengan menggunakan hasil
foto digital yang berkualitas baik dapat dihasilkan Digital Elevation Model (DEM), data
Tematik GIS dan produk turunan lainnya. Kemudian diimbangi dengan software
pengolah foto udara yang terus berkembang hingga saat ini, maka hasil yang didapatkan
akan semakin bervariasi dan lengkap, salah satu contoh saja yaitu menggunakan
software Agisoft Metashape Professional. Agisoft Metashape merupakan software yang
digunakan untuk mengolah data foto udara dan menghasilkan data spasial dalam bentuk
3D untuk kemudian dibuat menjadi peta dengan berbagai macam tema dan dengan
kualitas gambar resolusi tinggi (Laksono & Nugroho, 2017).
Agisoft akan melaksanakan semua proses secara otomatis, kita hanya perlu
mengikuti urutan langkah yang ada pada menu Workflow dan memasukkan pengaturan
yang diinginkan. Namun, tentu saja setiap metode mempunyai kekurangan dan
kelebihan, kita hanya perlu menerapkan metode sesuai dengan kebutuhan agar proses
pemetaan dapat berjalan efektif dan mendapatkan hasil yang sesuai dengan harapan,
serta tetap akurat.
Di semester 3 ini kami mendapat mata kuliah Fotogrametri I yang diantaranya
mengolah foto hasil foto udara yang diolah mengguakan software Agisoft menjadi foto
3 Dimensi. Dengan menggunakan Software ini kami diharapkan dapat mengetahui
bagaimana proses yang ditempuh, parameter apa saja yang dibutuhkan, dan bagaimana
1
cara perhitungannya. Dalam Final Project kali ini kami diberikan foto hasil foto udara
yang akan diolah menggunakan software Agisoft Metashape.
.
B. Maksud dan Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami apa yang dimaksud dengan SfM (Structure from
Motion)
2. Mahasiswa mampu menggunakan software Agisoft Photoscan Professional
3. Mahasiswa dapat memahami dasar-dasar pemrosesan foto udara menggunakan
software Agisoft Photoscan Profesional
4. Mahasiswa mampu membuat DEM dari foto udara menggunakan software Agisoft
Photoscan Professional
C. Materi Pekerjaan
Tahap Persiapan Menginstal software Agisoft Metashape
Proffesional yang akan digunakan serta
mendownload foto udara yang akan di
proses.
Tahap Pelaksanaan Mengolah foto udara yang telah
dipersiapkan dengan menggunakan software
Agisoft Metashape yang telah diinstal.
Kemudian men-screenshoot hasil yang
didaptkan.
Tahap Penyelesaian Membuat laporan akhir
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
2.1.3. Dense Reconstruction
Pada dense reconstruction, spare point cloud dihasilkan dengan melakukan
pencocokan pada setiap gambar. Algoritma pencocokan dense cloud diperlukan untuk
melakukan pemulihan permukaan yang berkelanjutan dan terperinci (Hallermann,
Morgenthal, & Rodehorst, 2014). Untuk mendapatkan rekonstruksi yang baik dapat dimulai
dari sebuah dense region dari sebuah scene sehingga redudansi korespondensi memberikan
dasar yang kuat untuk rekonstruksi. Jika lebih dari satu pasang gambar yang digunakan
sebagai titik awal, gambar dengan titik pencocokan yang secara geometri sudah terverifikasi
akan dipilih. Titik-titik yang sama dengan gambar kedua digunakan sebgai titik pertama dari
cloud yang sudah direkonstruksi (Bianco, Ciocca, & Marelli , 2018).
2.1.5 Meshing
Meshing merupakan tahap interpolasi lanjut pada dense point cloud yang sudah
dihasilkan. Pada meshing membentuk segitiga-segitiga kecil yang menghasilkan model 3D.
4
BAB III
PELAKSANAAN
3.1 Peralatan yang Digunakan
1. Komputer dan Laptop
2. Software Agisoft Photoscan Professional
3. Foto udara
5
Gambar 3.2. Pemilihan foto
6
Hasilnya sebagai berikut.
5. Melakukan pembuatan dense cloud dengan menu workflow > build dense cloud.
6. Mengisi parameter pada dialog box dari menu build dense cloud.
7
Hasilnya sebagai berikut.
8. Mengisi parameter pada dialog box yang muncul dari menu build mesh.
8
Hasilnya sebagai berikut.
10. Mengatur parameter pada dialog box yang muncul pada fungsi build texture.
9
Hasilnya sebagai berikut.
11. Melakukan pembentukan tekstur menggunakan menu workflow > build tiled model.
12. Mengatur parameter pada dialog box yang muncul pada fungsi build tiled model.
10
Hasilnya sebagai berikut.
14. Mengatur parameter pada dialog box yang muncul pada fungsi build DEM.
BAB IV
12
b. Hasil Dense Cloud
13
Gambar 15.5. Hasil build tiled model pemrosesan foto udara
f. Hasil DEM dari kawasan yang ada di foto udara yang diproses.
4.4 Penjelasan Hasil Uji Akurasi Data dan Hasil Pengolahan Data
Untuk dapat menghasilkan DEM dari sejumlah foto udara suatu kawasan menggunakan
software Agisoft Photoscan Professional membutuhkan beberapa proses yang perlu
14
dilakukan. Dalam proses tersebut, pengaturan atau penentuan parameter yang dipilih
pada tiap proses akan menentukan kualitas hasil yang akan diperoleh. Beberapa proses
beserta parameternya sebagai berikut.
1. Proses alignment
Accuracy, terdiri dari 5 pilihan, yaitu lowest, low, medium, high dan highest.
Pengaturan akurasi yang lebih tinggi membantu untuk mendapatkan perkiraan
posisi kamera yang lebih akurat. Pengaturan akurasi yang lebih rendah dapat
digunakan untuk mendapatkan posisi kamera kasar dalam periode waktu yang
lebih singkat.
Generic preselection, dalam mode generic preselection, pasangan foto yang
bertampalan dipilih dengan mencocokkan foto menggunakan pengaturan
akurasi yang rendah terlebih dahulu.
Reference preselection, Dalam mode pemilihan referensi, pasangan foto yang
tumpang tindih dipilih berdasarkan lokasi kamera yang diukur (jika ada).
Key point limit, batas jumlah key point (titik kontrol minor) dari suatu foto.
Tie point limit, batas jumlah titik yang dilakukan matching (proses pencocokan)
dari setiap foto.
15
2. Proses pembentukan dense cloud
16
Gambar 16.3. Pengaturan parameter build mesh
Surface type, merupakan menu untuk mengatur pembentukan tipe model 3
dimensi yang akan dibuat. Terdapat 2 pilihan yaitu arbitrary dan height field.
Arbitrary dapat digunakan ke berbagai model objek. Akan tetapi untuk
pemodelan objek yang dekat dan teliti seperti bangunan ataupun patung lebih
baik menggunakan arbitrary. Sedangan untuk height field digunakan untuk
pemodelan surface planar seperti terrain ataupun relief. Mode arbitrary
memakan lebih banyak memori dalam pemrosesan daripada height field.
Source data, untuk melakukan pembentukan mesh (pemodelan 3 dimensi) dapat
menggunakan data dasar yang berasal dari sparse cloud maupun dense cloud.
Sparse cloud adalah point cloud yang jarang. Dense cloud merupakan point
cloud yang sangat padat. Pembentukan mesh lebih baik menggunakan dense
cloud untuk melakukan pembentukan model 3 dimensi yang memiliki detail
yang tinggi.
Face count, melakukan pembentukan TIN (Triangulated Irregular Network)
untuk pemodelan 3 dimensi. Terdapat 4 mode yaitu custom, low, medium dan
high. Perbedaannya terletak pada jumlah point cloud yang digunakan untuk
melakukan pembentukan model 3 dimensi. Semakin banyak jumlah yang
digunakan maka akan semakin baik.
Interpolation, menu untuk melakukan interpolasi pada TIN yang dibentuk.
17
Gambar 16.4. Pengaturan parameter build texture
Mapping mode, menentukan mode tekstur dari peta yang dihasilkan. Terdapat
6 pilihan, yaitu generic, adaptive orthophoto, orthophoto, spherical, single
photo dan keep uv. Generic merupakan mode standar dari mode standar,
pembentukan tekstur dibuat secara merata. Adaptive orthophoto membagi area
menjadi area datar dan area vertikal. Pada bagian datar menggunakan proyeksi
ortografi, pada bagian vertikal bertekstur secara terpisah untuk
mempertahankan representasi tekstur yang akurat. Orthophoto melakukan
pembuatan tekstur secara tegak menggunakan proyeksi ortografis. Spherical
hanya cocok untuk objek yang memiliki bentuk seperti bola. Single photo
memberikan bentuk tekstur dari satu foto. keep uv menghasilkan tekstur yang
menggunakan parameter tekstur yang digunakan saat itu juga.
Blending mode, penggabungan nilai piksel dari foto yang berbeda yang akan
digabungkan dalam tekstur akhir. Terdapat 5 pilihan yaitu mosaic, average,
max intensity, min intensity dan disable. Mosaic menggunakan frekuensi
rendah untuk area pertampalan. Average menggunakan nilai rata-rata bobot dari
parameter yang digunakan. Max intensity menggunakan foto yang memiliki
intensitas maksimum dari piksel yang digunakan. Min intensity menggunakan
foto yang memiliki intensitas minimum dari dari piksel yang digunakan.
Disable mengambil warna untuk piksel yang dipilih.
Texture size/count, jumlah ukuran tekstur dalam piksel dan jumlah file yang
akan dieksport ke tekstur.
18
5. Proses pembentukan tiled model
19
BAB V
5.1. Kesimpulan
1. Untuk mengolah data Fotogrametri menggunakan perangkat lunas Agisoft
Photoscan melalui berbagai tahapan, namun tahapan yang kita gunakan yaitu
pemilihan foto, align photo, dense cloud, build mesh, build texture, tilled model, dan
build DEM.
2. DEM khususnya digunakan untuk menggambarkan relief permukaan bumi. Untuk
mengolah data Fotogrametri agar bisa menghasilkan DEM, diperlukan citra digital
yang telah melalui koreksi geometris dan transformasi koordinat, ini diperlukan
agar DEM yang dihasilkan memiliki kualitas yang bagus.
5.2.Saran
1. Dalam pengolahan menggunakan software Agisoft Photoscan sebaiknya menggunakan
Laptop dengan spesifikasi tinggai, karena semakin banyak foto yang diolah maka akan
menghabiskan kapasitas hardisk dan RAM yang cukup besar, serta dapat memakan
waktu yang lama.
2. Untuk meminimalisir kesalahan geometri akibat distorsi kamera, maka dibutuhkan
GCP sebanyak mungkin, hal itu akan berpengaruh pada kualitas data yang akan
dihasilkan data DEM dan orthophoto
5.3.Penutupan
Demikian laporan mini project di Lokasi 1B yaitu bertempat di Karanggayam dengan
pesawat tanpa awak atau Drone yang menjadi pokok bahasan dalam laporan ini untuk
memenuhi tugas Fotogrametri II.
20
DAFTAR PUSTAKA
Bianco, S., Ciocca, G., & Marelli , D. (2018). Evaluating the Performance of Structure from
Motion Pipelines. (4). doi:10.3390/jimaging4080098
Hallermann, N., Morgenthal, G., & Rodehorst, V. (2014). Vision-based deformation
monitoring of large scale structures using Unmanned Aerial Systems. IABSE
Symposium. Madrid.
Ko, J., & Ho, Y. S. (n.d.). 3D Point Cloud Generation Using Structure from Motion with
Multiple View Images.
Laksono, D. P., & Nugroho, P. (2017). Diktat Mata Kuliah Fotogrametri I. Yogyakarta:
Departemen Teknik Geodesi FT UGM.
Micheletti, N., Chandler, J. H., & Lane, S. N. (2015). Structure from Motion (SfM)
Photogrammetry. Geomorphological Techniques.
Putra, R. A. (2016). emodelan 3D dengan Menggunakan Metode Structure From Motion dan
Terrestrial Lase Scanning.
Westoby, M. J., Brasington, J., Glasser, N. F., Hambrey, M. J., & Reynolds, J. M. (2012).
‘Structure-from-Motion’ photogrammetry: A low-cost, effective tool for geoscience
applications. 179. doi:https://doi.org/10.1016/j.geomorph.2012.08.021
21