FOTOGRAMETRI I
(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fotogrametri I)
Disusun oleh :
Kelompok VIII Kelas A
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktikum Fotogrametri I telah disetujui dan disahkan oleh
Asisten Dosen Praktikum Fotogrametri I, Departemen Teknik Geodesi,
Universitas Diponegoro.
Disusun oleh:
Kelompok VIII-A
1. Alfiyan Mustaqim NIM. 21110116120004
2. Khofifatul Azizah NIM. 21110116120024
3. Eka Dwi Tri Astuti NIM. 21110116120026
4. Meyco Anggiat Hasian W NIM. 21110116120034
5. Anggit Swarna Bumi NIM. 21110116140036
6. Wijayanti Hutomo Putri NIM. 21110116130038
Menyetujui,
Asisten Dosen
Adnan Khairi
NIM. 21110115130054
Mengetahui
Kelompok VIII-A i
Laporan Praktikum Fotogrametri I
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Praktikum Fotogrametri I dan Laporan Praktikum Fotogrametri I dengan baik.
Laporan tersebut kami buat untuk memenuhi tugas matakuliah fotogrametri I.
Selama melaksanakan praktikum, kami telah dibantu oleh beberapa pihak, oleh
karena itu ucapan terima kasih kami ucapkan kepada :
1. Bapak Ir. Sawitri Subiyanto M.Si selaku Ketua Departemen Teknik
Geodesi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.
2. Bapak Dr. Yudo Prasetyo, S.T., M.T dan Ibu Ir. Hani’ah, M.si selaku
dosen pengampu mata kuliah Fotogrametri I.
3. Adnan Khairi selaku Asisten Dosen mata kuliah Fotogrametri I yang
telah membimbing kami dalam penyusunan laporan ini.
4. Seluruh pihak yang telah membantu kami dalam menyusun laporan
praktikum Fotogrametri I.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan untuk hasil yang lebih baik. Semoga tugas ini dapat bermanfaat,
khususnya bagi mahasiswa Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro dan masyarakat pada umumnya.
Penulis
Kelompok VIII-A ii
Laporan Praktikum Fotogrametri I
DAFTAR ISI
Kelompok VIII-A iv
Laporan Praktikum Fotogrametri I
DAFTAR GAMBAR
Gambar II-1 Orientasi kamera pada tiga macam posisi kamera ......................... II-3
Gambar II-2 Konfigurasi foto udara: (a) condong tinggi, (b) condong rendah, (c)
tegak .................................................................................................................... II-3
Gambar II-3 Gambar Foto Udara ........................................................................ II-4
Gambar II-4 Sketsa lembar foto udara ................................................................ II-7
Gambar II-5 Unsur geometrik dasar foto udara vertikal ..................................... II-9
Gambar II-6 Stereoskop Saku ........................................................................... II-15
Gambar II-7 Stereoskop cermin ........................................................................ II-15
Gambar II-8 Interpretoskop............................................................................... II-15
Gambar III-1 Foto udara stereo .......................................................................... III-1
Gambar III-2 Stereoskop SOKKIA .................................................................... III-2
Gambar III-3 Paralaks Bar ................................................................................. III-2
Gambar III-4 Bagian-bagian Paralaks Bar ......................................................... III-3
Gambar III-5 Diagram Alir Pengukuran Menggunakan Stereoskop ................. III-7
Gambar III-6. Diagram Alir Pengukuran Menggunakan Summit Evolution...... III-8
Gambar III-7 Identifikasi Titik Utama ............................................................... III-9
Gambar III-8 Pembuatan garis Arah Terbang .................................................. III-10
Gambar III-9 Kotak dialog new document pada Arcmap ................................ III-13
Gambar III-10 Menambahkan data XYZ ......................................................... III-13
Gambar III-11 Tampilan akhir setelah memasukkan data ............................... III-14
Gambar III-12 Titik koordinat ......................................................................... III-14
Gambar III-13 Konversi File ............................................................................ III-15
Gambar III-14 Remove layer ............................................................................ III-15
Gambar III-15 Create TIN ............................................................................... III-16
Gambar III-16 Kotak Dialog Create TIN ........................................................ III-16
Gambar III-17 Hasil pembuatan TIN ............................................................... III-17
Gambar III-18 ArcToolbox tahap pembuatan kontur ...................................... III-17
Gambar III-19 Kotak Dialog Surface Contour ................................................ III-18
Gambar III-20 Hasil peta dua dimensi dengan TIN dan kontur....................... III-18
Gambar III-21 Kotak dialog New document .................................................... III-19
Kelompok VIII-A v
Laporan Praktikum Fotogrametri I
Kelompok VIII-A vi
Laporan Praktikum Fotogrametri I
DAFTAR TABEL
Tabel II-1 Tipe distorsi dan pergeseran ............................................................ II-10
Tabel IV-1 Hasil Perhitungan data ..................................................................... IV-2
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
DASAR TEORI
4. Sistem wahana
a. foto udara dari pesawat udara/balon
b. foto udara satelit/foto orbital
5. Sudut liputan
a. vertical (0 sampai 3o)
b. condong (lebih dari 3o )
c. condong tinggi
6. Sumbu kamera
a. foto udara vertical , sumbu kamera tegak lurus permukaan bumi
b. foto condong/sendeng (oblique/tilted)
7. Bentuk data
a. Foto udara analog
b. Foto udara digital (citra digital dapat berupa murni data digital dapat
pula diperoleh dari penyiaman data analog sehingga menjadi data
digital).
Gambar II-1 Orientasi kamera pada tiga macam posisi kamera (Hadi, 2007)
Gambar II-2 Konfigurasi foto udara: (a) condong tinggi, (b) condong rendah, (c) tegak (Hadi,
2007)
2. Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada foto. Tekstur biasa
dinyatakan melalui ukuran kasar, sedang, dan halus. Misalnya, hutan
bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, dan semak bertekstur halus.
Secara sederhana tekstur diartikan tingkat kekasaran atau kehalusan suatu
objek.
3. Bentuk
Bentuk adalah gambar yang mudah dikenali. Misalnya, gedung sekolah
pada umumnya berbentuk huruf I, L dan U atau persegi panjang, serta
gunungapi berbentuk kerucut atau segitiga.
4. Ukuran
Ukuran adalah ciri objek berupa jarak, luas, tinggi lereng, dan volume.
Ukuran objek pada citra berupa skala. Misalnya, lapangan sepak bola
dicirikan oleh bentuk (segiempat) dan ukuran yang tetap, yaitu sekitar (80–
100 m).
5. Pola
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai objek
buatan manusia dan beberapa objek alamiah. Contoh pola aliran sungai
menandai struktur geomorfologis. Pola aliran trellis menandai struktur
lipatan. Permukiman transmigrasi dikenali dengan pola yang teratur, yaitu
ukuran rumah yang jaraknya dan luas bangunan yang seragam, dan selalu
menghadap ke jalan. Kebun karet, kebun kelapa sawit, dan kebun kopi
mudah dibedakan dengan hutan atau vegetasi lainnya dengan polanya yang
teratur, yaitu dari keteraturan pola serta jarak tanamnya.
6. Situs
Situs adalah letak suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Contoh
permukiman pada umumnya teratur dan memanjang mengikuti alur jalan.
Persawahan banyak terdapat di daerah dataran rendah dan sebagainya.
7. Bayangan
Bayangan bersifat menyembunyikan detail atau objek yang berada di
daerah gelap. Bayangan juga dapat merupakan kunci pengenalan yang
penting dari beberapa objek. Ada objek-objek tertentu yang tampak lebih
jelas ketika ada bayangan. Contoh lereng terjal tampak lebih jelas dengan
adanya bayangan, begitu juga cerobong asap dan menara tampak lebih jelas
dengan adanya bayangan. Foto-foto yang sangat condong biasanya
memperlihatkan bayangan objek yang tergambar dengan jelas.
8. Asosiasi
Asosiasi adalah keterkaitan antara objek yang satu dan objek lainnya.
Misalnya, stasiun kereta api berasosiasi dengan jalan kereta api yang
jumlahnya lebih dari satu dan terminal bus berasosiasi dengan beberapa
jalan.
9. Konvergensi Bukti
Di dalam mengenali objek yang terdapat dalam citra udara, sangat
dianjurkan tidak hanya menggunakan satu unsur interpretasi. Akan tetapi,
sebaiknya digunakan unsur interpretasi sebanyak mungkin. Semakin banyak
unsur interpretasi yang dipertimbangkan, hasil yang didapatkan akan
semakin akurat. Konsep inilah yang dimaksud dengan konvergensi bukti
(convergence of evidence).
Keterangan :
a. Tanda fidusial, untuk menentukan titik utama foto ( Principal Point) yaitu
dengan menarik garis dua fiducial mark yang berhadapan.
b. Nivo kotak, untuk mengetahui kemiringan kamera udara pada waktu
pemotretan.
c. Waktu, untuk mengetahui jam pemotretan dan orientasi di lapangan
berdasarkan bayangan objek.
d. Altimeter, untuk menunjukan ketinggian pesawat terhadap referensi
tertentu pada saat pemotretan udara.
e. Jenis lensa atau kamera
f. Nomor foto, untuk menunjukan nomor registrasi jalur terbang dan nomor
pemotretan.
g. Konstanta kamera
h. Catatan lain-lain (nama perusahaan dan tanggal pemotretan).
memiliki jarak f yang lebih besar atau lebih kecil, maka citra foto tersebut
merupakan fungsi skala.
Gambar II-5 Unsur geometrik dasar foto udara vertikal (Suyudi, 2014)
Secara garis besar obyek yang terekam dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Bentang alami yang meliputi bukit, lembah, sungai, rawa-rawa,
danau,gunung, laut dsb.
2. Bentang buatan manusia seperti bangunan/gedung, perumahan, waduk,
jalan raya, rel kereta api dsb.
II.6. Stereoskop
Stereoskop merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk pengamatan
tiga dimensional atas foto udara yang bertampalan depan (dengan syarat tampalan
minimal 50 %). Alat ini merupakan alat yang sangat penting dalam interpretasi
citra, terutama bagi foto udara atau citra tertentu yang daripadanya dapat
ditimbulkan perwujudan tiga dimensional. Pada dasarnya alat ini terdiri dari lensa
atau kombinasi antara lensa, cermin, dan prisma (Hadi, 2007).
Untuk dapat melihat sepasang foto yang saling overlap secara streoskopis
tanpa bantuan perlengkapan optis, sangat dirasakan sekali kesulitannya. Hal ini
disebabkan karena :
1. Melihat sepasang foto dari jarak yang dekat akan menyebabkan
ketegangan pada otot-oto mata.
2. Mata difokuskan pada jarak yang sangat pendek ± 15 cm dari foto yang
terletak diatas meja, sedangkan pada saat itu otak kita mengamati atau
melihat sudut paralaktis dengan tujuan dapat membentuk stereo model
pada suatu jarak atau kedalaman.
Dalam perkembangannya stereoskop ini meliputi 3 jenis, yakni:
1. Stereoskop lensa (ada yang menyebutnya stereoskop saku, karena
mudahnya dimasukkan ke dalam saku sehingga mudah di bawa ke
lapangan)
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
2. Stereoskop
Stereoskop adalah alat yang digunakan untuk menjadikan dua foto menjadi
satu foto yang stereo. Stereoskop adalah sepasang kaca binokuler yang digunakan
dengan cara membuat dua foto udara bertampalan sehingga kedua foto tersebut
nampak menjadi satu foto yang stereo yang nampak perbedaan ketinggian tiap
titik yang ada di kedua foto tersebut.
3. Paralaks bar
Merupakan alat yang digunakan untuk mengukur paralaks suatu titik berupa
alat optis binokuler yang terdiri atas dua buah lensa dengan satu tanda dan
dipisahkan oleh suatu batang logam dimana membantu pengamatan dalam melihat
foto yang diorientasikan secara baik untuk memperoleh kesan suatu model tiga
dimensi.
1 2
3 4
3. 3D Monitor
3D Monitor adalah layar monitor untuk menampilkan data-data
praktikum dan hasil pengolahan data secara tiga dimensi.
4. 3D Vision
3D Vision adalah kacamata yang digunakan untuk melihat bentuk secara
tiga dimensi.
5. CAD Monitor
CADMonitor adalah layar monitor yang digunakan untuk menampilkan
hasil tampilan pengolahan data dengan menggunakan program Summit
Evolution Professional dan AutoCAD.
6. Stealth 3D mouse
Mouse 3D adalah perangkat keras atau Hardware yang digunakan
untuk mendigitasi data-data secara digital.
Mulai
Pelaksanaan Praktikum
Bisa Diubah
TIN Menjadi
Kontur?
Ya
Hasil DEM
Mulai
Project baru
Generate Model
Triangulasi Udara
RMS< 1 pixel
Stereoplotting
Pembentukan
Layout Peta
Hasil Analisis
Selesai
2. Pengamatan paralaks X
a. Pengamatan paralaks X di titik utama
Untuk keperluan perhitungan beda tinggi pertama kali diukur
paralaks X di titik utama dengan menggunakan Paralaks Bar. Adapun
caranya adalah dengan menempatkan floating mark (titik apung) yang
ada di keeping kaca tepat di atas titik utama foto udara 1 dan alat
stereoskop, floating mark (titik apung) sebelah kanan diatur sedemikian
rupa dengan sekrup Paralaks Bar, sehingga floating mark kiri dan kanan
berimpit dan berada tepat diatas permukaan tanah. Kemudia dicatat
koordinat dan besarnya bacaan paralaks X.
b. Kemudian lakukan pengunatan paralaks X titik-titik detail yang ada di
foto udara dengan alat Paralaks Bar. Penyebaran titik-titik detail yang
diamati diatas foto udara dibuat merata pada seluruh daerah diamati,
sehingga akan digunakan untuk pembuatan garis kontur dengan metode
interpolasi. Adapun data yang harus dicatat meliputi: nomor titik detail,
koordinat foto, bacaan paralaks X dalam keterangan titik yang diamati.
Data dicatat diatas formulir Tabel pengamatan paralaks seperti yang ada
pada Lampiran.
( H hi )
Yi yi ....................................................................................(3.6)
f
Keterangan :
( Xi, Yi ) = koordinat tanah
( xi, yi ) = koordinat foto
H = tinggi terbang diatas referensi tertentu misalnya MSL
f = fokus kamera udara
Data perhitungan kemudian dimasukkan dalam formulir perhitungan data
elevasi dan koordinat.
3. Masukkkan file Microsoft Excel yang berisi data hitungan, lalu pilih
sheet yang hanya berisi data X,Y dan Z. Jika dalam kolom Z masih
berisi (None) maka ganti dengan (Z), lalu klik OK.
4. Setelah diklik OK, maka akan muncul persebaran titik seperti dibawah
ini, dimana titik tersebut merupakan gambaran dari data yang kita Add
tadi.
Gambar III-26 Hasil peta dua dimensi dengan TIN dan kontur
Berikut adalah tampilan dari penambahan file TIN dan yang telah
ditambahkan:
i. Klik kanan pada jendela project kemudian klik Add Models. Maka
akan muncul jendela Add Models. Atur posisi foto udara dari kiri ke
kanan sesuai dengan lajur terbang yang ada. Kemudian klik Add.
j. Klik pada file foto udara 005_014#005_015 kemudian pilih menu
Orientation Tie Points maka akan muncul jendela Tie Points.
tengah foto beri identifikasi “0”, atas dengan “1” dan bawah dengan
“2”. Atur dan arahkan menggnakan Button Manager sehingga kedua
gambar tepat bertampalan. Kemudian klik Pick pada Button.
Perhatikan residual serta RMS yang dihasilkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1.2. Analisis
Foto udara yang kami amati mempunyai kenampakan alam berupa
vegetasi sungai, pantai, dan sawah. Selain itu, pada foto yang kami amati juga
mempunyai kenampakan alam berupa laut. Meski sebagian kenampakan foto
berupa laut, kami masih dapat melakukan plotting pada berbagai macam
kenampakan yang ada didaratan seperti tepi sungai dan sawah.
Pada kenampakan alam di foto udara kami, saat melakukan plotting kami
melakukan pengamatan sebanyak 161 titik, dimana kenampakan sungai dan pantai
sebanyak 44 titik kami tandai dengan warna biru, sawah sebanyak 117 ditandai
dengan warna Hijau
NAMA NIM
FOTOGRAMETRI I
ALFIYAN MUSTAQIM 21110116120004
Tanggal 16-Sep-17 KHOFIFATUL AZIZAH 21110116120024
Skala foto 10000 KELOMPOK 8A EKA DWI TRI ASTUTI 21110116120026
Fokus Kamera 0,15285 MEYCO ANGGIAT H.A 21110116120034
Tinggi terbang 1620 ANGGIT SWARNA B 21110116140036
Basis foto 77,5 WIJAYANTI H. PUTRI 21110116130038
Kooridinat Foto (mm) Koordinat Peta
NO Pxi-PxTU Paralaks (mm) Keterangan
x y X (m) Y (m) Z (m)
TU1 0 0 0 0 91,5 0 39,68 Titik Utama 1
1 -21,9 45 -212,448 436,538 137,2268 2,39 42,07 Vegetasi
2 -31 50,1 -300,842 486,200 136,6528 2,36 42,04 Vegetasi
3 -36,2 50 -356,834 492,865 113,3111 1,12 40,80 Vegetasi
4 -33,2 56,1 -325,517 550,045 121,3468 1,54 41,22 Vegetasi
5 -39,6 56 -387,970 548,644 122,4947 1,60 41,28 Vegetasi
6 -35,5 60 -346,335 585,355 128,8085 1,94 41,62 Vegetasi
7 -42,2 60 -412,228 586,106 126,8952 1,84 41,52 Vegetasi
8 -37,9 63,9 -367,235 619,164 138,9487 2,48 42,16 Vegetasi
9 -40 66,9 -389,135 650,828 133,0176 2,16 41,84 Vegetasi
10 -36,5 71,2 -352,299 687,224 144,6885 2,79 42,47 Vegetasi
apakah nilai koordinat tanahnya (X,Y) plus atau minus Tanda plus atau minus
akan berpengaruh dalam proses pemodelan 3D. Sebuah koordinat yang nilainya
sama tetapi berbeda dalam pemberian tanda plus atau minus akan menghasilkan
titik dengan lokasi yang berbeda. Hal ini dapat mengakibatkan posisi titik tidak
sesuai dengan yang diharapkan.
2,39𝑚𝑚
∆h2 = (152,85mm x 10.000) x 77,5𝑚𝑚+2,39𝑚𝑚
= 45,727 m
h1 = 91,5m + 45,727m
= 137,227m
2,36𝑚𝑚
∆h2 = (152,85mm x 10.000) x 77,5𝑚𝑚+2,36𝑚𝑚
= 45,153 m
h2 = 91,5m + 45,153m
= 136,635 m
1,12𝑚𝑚
∆h3 = (152,85mm x 10.000) x 77,5𝑚𝑚+1,12𝑚𝑚
= 21,811 m
h3 = 91,5m + 21,811 m
= 113,311 m
Untuk perhitungan beda tinggi di titik-titik lainnya terdapat dalam
lampiran Formulir Perhitungan Data Elevasi dan Koordinat.
c. Perhitungan Koordinat
Perhitungan Koordinat X dan Y dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus seperti dibawah ini. Adapun contoh perhitungan
koordinat untuk titik 1, 2, dan 3 adalah sebagai berikut
(1620𝑚−137,227𝑚)
X1 = −21,9 𝑚𝑚 152,85𝑚𝑚
= -212,448 m
(1620𝑚−137,227𝑚)
Y1 = 45𝑚𝑚 152,85𝑚𝑚
= 436,538m
(1620𝑚−136,653𝑚)
X2 = −31 𝑚𝑚 152,85𝑚𝑚
= -300,842m
(1620𝑚−136,653𝑚)
Y2 = 50,1𝑚𝑚 152,85𝑚𝑚
= 486,200m
(16200𝑚−113,311𝑚)
X3 = −36,2𝑚𝑚 152,85𝑚𝑚
= -356,834 m
(16200𝑚−113,311𝑚)
Y3 = 50𝑚𝑚 152,85𝑚𝑚
= 492,865 m
Untuk perhitungan koordinat di titik-titik lainnya terdapat dalam
lampiran Formulir Perhitungan Data Elevasi dan Koordinat.
IV.3. Permodelan
IV.3.1. Hasil Permodelan 2D
Hasil permodelan dua dimensi (2D) menggunakan ArcGIS yang dilakukan
oleh kelompok VIII-A dapat dilihat pada gambar berikut:
IV.3.3. Analisis
Foto udara yang kelompok 8A amati adalah foto udara di daerah Kupang,
Indonesia yang memiliki skala 1:10.000 dan tinggi terbang 1650 meter.
Pengamatan dilakukan dengan alat stereoskop dan paralaks bar. Dengan membaca
angka pada paralaks bar maka bisa diketahui tinggi elevasi dari titik-titik yang ada
di foto udara tersebut menggunakan rumus-rumus tertentu seperti yang sudah
dijelaskan pada Bab II dan pembahasan hasil pengamatan di atas.
Dari data yang telah kelompok 8A dapatkan maka dapat dilakukan sebuah
analisis data ketinggian. Ketinggian titik terendah yaitu pada titik nomor 96
berupa pesisir pantai dengan bacaan paralaks sebesar 35,63 mm dan memiliki
elevasi sebesar 7,125 m. Sedangkan titik tertinggi yaitu pada titik nomor 39
berupa vegetasi di perbukitan dengan bacaan paralaks 42,69 mm dan memiliki
elevasi sebesar 148,706 m. Terdapat perbedaan ketinggian pada data yang kami
peroleh yaitu sebesar 141,581 meter antara titik yang mempunyai elevasi terendah
dan elevasi tertinggi. Bisa dikatakan wilayah tersebut merupakan dataran rendah
dan pesisir pantai dengan ketinggian di bawah 700 meter di atas permukaan laut.
Dalam wilayah tersebut terdapat aliran sungai yang mempunyai elevasi semakin
menurun dari hulu ke hilirnya yaitu dari ketinggian yang telah diamati dari
ketinggian 101,258 m ke hingga 40,99 m. Selain itu, terdapat pula daerah
pertanian yang dikelilingi perbukitan.
belum tentu gedung B yang letaknya bersebelahan juga telah stereo. Hal ini
karena perbedaan ketinggian.
Setelah semua titik detail berhasil di plotting maka akan langsung terlihat
hasilnya berupa peta garis. Berbeda dengan praktikum menggunakan stereoskop
yang mana untuk mendapatkan hasil dari plotting harus dilakukan perhitungan-
perhitunagan tertentu.
IV.4.2. Analisis
Yang pertama kali dilakukan dalam proses digitasi dengan software
Summit Evolution mencari tie point di daerah yang bertampalan atau overlap.
Diperlukan minimal tiga tie point dalam sebuah foto yang mempunyai daerah
overlap, kelompok kami menggunakan 10 tie point dalam foto udara yang kami
digit. Dalam proses pengikatan tie point terdapat kesalahan yang biasa disebut
RMSE (Root Mean Square Error). Root Mean Square Error (RMSE) merupakan
parameter yang digunakan untuk mengevaluasi nilai hasil dari
pengamatan/pengukuran terhadap nilai sebenarnya atau nilai yang dianggap benar.
Kelompok kami mendapatkan RMSE sebesar 0,1 pixel. Untuk dapat melakukan
penggambaran hasil stereoplotting dibutuhkan software AutoCAD yang
diintegrasikan dengan Summit Evolution. Sehingga, AutoCAD akan menerima
data stereoplotting dari Summit Evolution. Kemudian, AutoCAD akan
menampilkan data tersebut pada worksheet. Dalam menampilkan data tersebut
digunakan lima jenis layer. Yaitu layer jalan, layer vegetasi, layer perairan, layer
bangunan dan layer kontur.
Berikut ketentuan warna pada layer AutoCAD yang digunakan untuk
stereoplotting:
1. Warna kuning untuk bangunan.
2. Warna hijau untuk daerah vegetasi (hutan, sawah, kebun, semak dan lain-
lain).
3. Warna biru untuk topografi hidrografi (sungai, danau, laut dan lain-lain).
4. Warna merah untuk objek jalan.
5. Warna coklat untuk kontur, dimana elevasi kontur mulai dari 181, 522 m
sampai 379,271 m dengan interval kontur 1,25
Analisis topografi hasil summit wilayah Bangka Belitung meliputi keadaan
permukaan bumi seperti kelerengan, elevasi serta garis kontur pembentuk
topografi kawasan tersebut. Dari yang kami amati, kawasan tersebut memiliki
kelerengan yang bermacam-macam. Ada yang landai dan ada yang curam.
Keadaan tersebut digambarkan dalam peta dengan pola kontur. Jika jarak antar
kontur berjauhan / jarang maka permukaan tersebut memiliki slope landai/rata.
Jika jarak antar kontur rapat / berhimpitan maka permukaan tersebut memiliki
slope curam / terjal. Pada kawasan tersebut terdapat juga bentukan alam lainnya
seperti spur dan ridge. Ridge terbentuk jika kontur berelevasi tinggi dikelilingi
oleh kontur berelevasi rendah. Spur merupakan bagian daratan yang menonjol
keluar dari sisi bukit atau gunung ke arah tempat lebih rendah. Spur dicirikan oleh
garis-garis kontur yang membentuk huruf V dengan pucuknya mengarah ke
bawah.
Perbandingan praktikum Fotogrametri 1 menggunakan alat stereoskop dan
Summit evolution software yaitu: melakukan interpretasi foto udara menggunakan
stereoskop memiliki proses yang lebih panjang dan lebih rumit. Lebih panjang
karena pada saat interpretasi, ada beberapa tahapan yang dilakukan, dimulai dari
memasang alat stereoskop, membuat foto stereo agar bertampalan, mencari titik
utama pada foto, melakukan plotting secara manual, dilanjutkan dengan
memindahkan data secara manual ke Microsoft Excel. Kemudian setelah itu data
dimodelkan menggunakan ArcGIS. Selain panjang, proses interpretasi
menggunakan stereoskop juga lebih rumit, kebanyakan dari prosesnya dilakukan
secara manual. Berbeda dengan menggunakan Summit Evolution Software yang
lebih cepat dan tidak serumit mungganakan stereoskop. Proses interpretasi
mengunakan summit dilakukan secara otomatis. Dimulai dari proses plotting yang
dilakukan di summit dan proses digitalisasi di AutoCAD yang langsung dilakukan
dalam satu alat/komputer. Selain itu, menggunakan summit juga lebih teliti dan
mendetail karena dapat melakukan zoom pada saat ploting.
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Dalam menginterpretasikan foto udara dapat dilakukan dengan cara manual
menggunakan alat stereoskop, dimana Foto udara yang kami amati
mempunyai kenampakan alam berupa vegetasi sungai, pantai, dan sawah.
Kami juga melakukan interpretasi peta dengan cara digital menggunakan
Software Summit Evolution dimana Foto udara yang kami amati mempunyai
kenampakan alam berupa vegetasi, perairan, bangunan, dan jalan.
2. Dalam menggunakan stereoskop dan alat bantu tulis seperti spidol OHP,
penggaris, dan mika transparan memerlukan bantuan cahaya dan
kemampuan melihat tiga dimensi, agar dapat memaksimalkan hasil
penafsiran terhadap suatu objek di foto tersebut. Titik titik yang didapatkan
dalam pengamatan digunakan untuk mencari beda paralaks yang diperoleh
dari pembacaan paralaks bar. Kemudian data yang didapat tersebut
digunakan untuk menghitung koordinat lapangan dengan pusat koordinat di
titik utama. Hasil pengamatan stereoskop dan paralaks bar yang kami amati
di daerah kupang yaitu Ketinggian titik terendah pada titik nomor 96 berupa
pesisir pantai dengan bacaan paralaks sebesar 35,63 mm dan memiliki
elevasi sebesar 7,125 m. Sedangkan titik tertinggi yaitu pada titik nomor 39
berupa vegetasi di perbukitan dengan bacaan paralaks 42,69 mm dan
memiliki elevasi sebesar 148,706 m. Bisa dikatakan wilayah tersebut
merupakan dataran rendah dan pesisir pantai dengan ketinggian di bawah
700 meter di atas permukaan laut.
3. Dalam pembacaan foto udara, maka diperlukan untuk mengatur titik utama
di kedua foto udara, kemudian menghitung basis foto, dilanjutkan dengan
pengaturan dan perhitungan paralak X dan titik apung. Sehingga, melalui
perhitungan makan didapat koordinat foto dan koordinat tanah.
4. Hasil dari stereoskop digunakan untuk membuat peta berdimensi dua (2D)
menggunakan Arcmap dan peta berdimensi tiga (3D) menggunakan
Arcscene. Hasil tersebut dapat disebut dengan DEM karena menggunakan
elevasi setiap titik.
5. Pengamatan foto udara secara digital dengan aplikasi Summit Evolution
diawali dengan pembuatan model 3D pada foto. Selanjutnya, dilakukan
Stereoplotting pada foto tersebut. Dalam melakukan Stereoplotting perlu
mengatur ketinggian titik detail pengamatan menggunakan mouse 3D.
Sehingga, akan dihasilkan data ketinggian titik detail pengamatan untuk
pembuatan kontur. Kontur yang dihasilkan variatif, namun didominasi oleh
kontur dengan kerapatan jarang karena berupa lahan datar. Hal tersebut
dibuktikan dari hasil digitasi foto udara wilayah Belitung.
V.2. Saran
Untuk mendapatkan hasil dari interpretasi foto yang baik maka ada beberapa
hal yang perlu diketahui, seperti :
1. Melakukan pergantian saat melakukan pengamatan baik pada stereoskop
maupun pada Summit, dikarenakan semakin lama kita melihat 3D maka
akan semakin tidak fokus.
2. Membaca banyak referensi cara melakukan interpretasi foto udara dengan
benar.
3. Mengetahui cara kerja dari stereoskop, paralaks bar, kacamata 3D, dan
workstation dengan baik.
4. Berhati-hati jangan sampai stereoskop bergeser ditengah-tengah
pengamatan, karena jika stereoskop bergeser akan berpengaruh pada
pembacaan paralaks.
5. Melakukan praktikum, letak berdiri alat stereoskop diberi tanda diatas
kertas putih A1, sehingga bila dilakukan penghitungan ulang, alat dapat
berdiri di posisi yang sama.
6. Teliti saat pengamatan dan jangan sampai terbentuk titik apung karena akan
membuat data hasil pengamatan menjadi tak akurat dan tak teliti
7. Usahakan saat proses RMSE menggunakan 6 atau 9 tie point dan usahakan
sampai RMSE sangat kecil agar lebih akurat
8. Menggunakan kacamata 3D saat pengamatan menggunakan Summit karena
jika tidak menggunakan akan berpengaruh pada hasil konturnya
9. Saat proses pendigitasian perhatikan button manager pada mouse jangan
sampai salah ketika menekan tombol, contoh : saat membuat garis
menggunakan 3D line dan saat bangunan menggunakan 3D square
10. Jangan lupa mengganti layer saat berganti mendigitasi, contoh : dari jalan ke
perairan atau ke vegetasi maupun kebangunan
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
LAMPIRAN
1. Lembar Asistensi Praktikum
PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI
FAKULTAS TEKNIK - UNIVERSITAS DIPONEGORO
LEMBAR ASISTENSI
Mata Kuliah : Fotogrametri I
Kelompok : VIII A
Jenis Praktikum : Pengamatan Steroskop dan Summit Evolution
Dosen Pengampu : 1. Dr. Yudo Prasetyo, ST, M.T
2. Ir. Hani'ah, M.T
Asisten dosen : Adnan Khairi NIM 21110115130054
Nama dan NIM :
1. Alfiyan Mustaqim (21110116120004)
2. Khofifatul Azizah (21110116120024)
3. Eka Dwi Tri Astuti (21110116120026)
4. Meyco Anggiat Hasian W (21110116120034)
5. Anggit Swarna Bumi (21110116140036)
6. Wijayanti Hutomo Putri (21110116130038)
4. Tampilan TIN
5. Tampilan Kontur
Gambar V-3 Hasil Tampilan Peta Dua Dimensi (2D) dengan TIN dan Kontur
Gambar V-4 Hasil Tampilan Peta Tiga Dimensi (3D) dengan TIN dan Kontur
10. Dokumentasi
Gambar V-54 Foto Udara yang kami amati dan lakukan Digitasi Manual
Gambar V-15 Proses Digitasi Manual Kenampakan alam pada foto udara
Gambar V-66 Proses Digitasi Manual Kenampakan alam pada foto udara nampak dari
lensa
Kelompok VIII-A