Anda di halaman 1dari 342

PENGANTAR

FOTOGRAMETRI

Disusun oleh
Andri Hernandi
METODE PENGADAAN DATA
DEFINISI FOTOGRAMETRI
Fotogrametri dapat didefinisikan sebagai suatu seni, pengetahuan dan
teknologi untuk memperoleh informasi yang dapat dipercaya tentang
suatu obyek fisik dan keadaan disekitarnya melalui proses perekaman,
pengamatan/pengukuran dan intepretasi citra fotografis atau rekaman
gambar gelombang elektromagnetik.

BIDANG KAJIAN DEFINISI FOTOGRAMETRI


FOTOGRAMETRI

Fotogrametri Metrik : bidang yang berkaitan dengan


pengukuran/pegamatan presisi untuk menentukan ukuran dan bentuk
obyek

Fotogrametri Interpretatif : yang berhubungan dengan


pengenalan dan identifikasi obyek
DEFINISI
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN FOTOGRAMETRI
• da Vinci c.1480 konsep tentang titik dan garis penglihatan pada mata
• Desargues c.1625 Projective geometry Mathematic Model
• Lambert 1759 Geometri pada citra proyektif (mis : pada foto)
• Daguerre 1839 penemu emulsi perak
• Aime Laussedat 1858 (Perancis,1849 sebagai bapak fotogrametri) Penggunan pertama foto udara
untuk pemetaan
• Meydenbauer 1893 Memperkenalkan kertas foto untuk proses fotogrametri
• Scheimpflug 1900 Penggunaan Balloon photography dengan kamera format besar (large format cameras)
• Wright Brothers (1902) Penemuan Pesawat Udara, digunakan untuk pemotretan udara mulai 1913 untuk
keperluan rekonaisan dan intelejen
• Tardivo 1913 Penggunaan Foto Udara untuk Mosaik daerah Benghasi
• 1920 – 1940 Memproduksi Peta Garis dari foto udara
• World War 2 Percepatan program pemetaan dan pengembangan teknik intepretasi foto udara untuk
keperluan intelejen dan pembangunan
• 1945 – 1960 Era Nasionalisasi pemetaan
• 1960-an Peningkatan pemetaan fotogrametri
• 1970-an Pengembangan sistem berbasis komputer
• 1980-an Pengenalan sistem analitis yang berbasis komputer
• 1990-an Pengenalan sistem citra digital yang berbasis kepada work stations and personal computers
PRODUK DAN APLIKASI FOTOGRAMETRI

• Rekonaisan (Reconnasissance)
• Studi kelayakan (feasibility study)
• Perencanaan (planning)
• Perancangan (design)
• Implementasi/kontruksi (implementation / construction)
• Operasional/pengelolaan serta (operational /
management)
• Pemeliharaan (maintenance)
PRODUK DAN APLIKASI FOTOGRAMETRI
Peta Foto
(Photomap) 
format raster
PRODUK DAN APLIKASI FOTOGRAMETRI
Peta Garis
(linemap) 
format vektor
PRODUK DAN APLIKASI FOTOGRAMETRI
Peta Garis
(linemap) 
format vektor
PRODUK DAN APLIKASI FOTOGRAMETRI

Mosaik Foto : Uncontrolled,


Semicontrolled, Controlled
PRODUK DAN APLIKASI FOTOGRAMETRI
Contoh Mosaik Tanpa Kontrol
(uncontrolled mosaic)

• Mosaik dibentuk/
susun dari foto tanpa
melalui proses
rektifikasi
• Penyusunan tidak
menggunakan titik
kontrol
• Bentuk, posisi, skala
dan orientasi obyek
tidak seragam
(distorted)
PRODUK DAN APLIKASI FOTOGRAMETRI
Contoh Mosaik Semi Kontrol
(semicontrolled mosaic)
• Mosaik dibentuk/
susun dari foto tanpa
melalui proses
rektifikasi
• Penyusunan
menggunakan
sejumlah titik kontrol
• Bentuk, posisi, skala
dan orientasi obyek
mendekati kebenaran
PRODUK DAN APLIKASI FOTOGRAMETRI
Contoh Mosaik Terkontrol
(controlled mosaic)

• Mosaik dibentuk/ susun


dari foto setelah melalui
proses rektifikasi
(persfektip/ orthofoto)
• Penyusunan
menggunakan titik kontrol
untuk setiap foto/ model
• Secara geometrik obyek-
obyek yang terdapat
pada mempunyai sifat-
sifat yang sama dengan
peta
• Peta foto dibuat dari
mosaik terkontrol
PRODUK DAN APLIKASI FOTOGRAMETRI

Contoh Peta Garis

• Informasi disajikan
dalam bentuk
simbol-simbol
• Penggunaan
macam simbol
sebatas pada jenis
tema peta
PRODUK DAN APLIKASI FOTOGRAMETRI

Contoh Peta Foto


• Informasi disajikan dalam bentuk citra/
imagery
• Informasi yang disajikan sangat
banyak dan beragam, tergantung dari
kemampuan pengguna dalam
menginterpretasikan suatu obyek atau
fenomena
PRODUK DAN APLIKASI FOTOGRAMETRI
Contoh Digital Terrain Model (DTM)

Merupakan sekumpulan titik-titik • Profil (irregular, regular)


pada sistem koordinat ruang yang • Kontur
mewakili bentuk fisik permukaan • Titik diskrit Acak/ TIN
3D • Grid
Pemanfaatan dalam Sistem
Informasi Geografi (SIG) adalah
merupakan salah satu cara
perolehan data (data
acquisition) yakni satu dari
lima elemen utama SIG

Geographic Information System


TANYA JAWAB ??
?

Apa bedanya Peta garis dan Peta foto ?


FOTO
UDARA

Disusun oleh
Andri Hernandi
FOTO UDARA (AERIAL PHOTOGRAPHY)
Sudut Pengambilan Gambar
FOTO UDARA FOTO UDARA FOTO UDARA
TEGAK/VERTIKAL MIRING MIRING SEKALI

• Foto Udara
Vertikal
• Foto Udara
Oblique
(miring)
• Foto Udara
High Oblique
(miring sekali)
FOTO UDARA (AERIAL PHOTOGRAPHY)
Sudut Pengambilan Gambar
• Vertical Photos (Foto Vertikal) : pengambilan
gambar secara tegak sempurna (truly vertical)

Lensa kamera

Sudut Bukaan
(Field of View)

Axis Optik

Vertikal
FOTO UDARA (AERIAL PHOTOGRAPHY)
Sudut Pengambilan Gambar
• Low Oblique Aerial Photos (Foto Miring) :
pengambilan gambar diambil secara miring, artinya
kedudukan axis membentuk sudut terhadap garis
vertikal

Lensa kamera

Vertikal
FOTO UDARA (AERIAL PHOTOGRAPHY)
Sudut Pengambilan Gambar

• High Oblique Aerial Photos (Foto Miring Sekali) :


pengambilan gambar diambil secara miring hingga Horison
garis horison terlihat

Vertikal
FOTO UDARA (AERIAL PHOTOGRAPHY)
Berdasarkan jenis Emulsi

• Black & White monochrome, paling banyak


digunakan untuk aplikasi pemetaan, diantara
jenis film yang paling murah
FOTO UDARA (AERIAL PHOTOGRAPHY)
Berdasarkan jenis Emulsi
• Black & White Infrared, dapat meminimasi pengaruh adanya cuaca berkabut saatr pemotretan.
• Color Infrared (CIR), banyak digunakan untuk manejemen sumber daya alam terutama untuk pengenalan
feature yang mempunyai kandungan a
FOTO UDARA (AERIAL PHOTOGRAPHY)
Berdasarkan jenis Emulsi

• Natural Color, untuk intepretasi pengenalan


feature / unsur dengan ciri warna natural.
FOTO UDARA (AERIAL PHOTOGRAPHY)
Berdasarkan jenis Kamera

Foto Udara Format Normal (23 cm x 23 cm), ukuran normal dikenal tiga
sudut bukaan (angle field of view) :

• Normal Angle (N/A), f = 210 mm

• Wide Angle (WA), f = 152 mm

• Super Wide Angle, f = 88 mm


TANYA JAWAB ??
?

Apa perbedaan dari ketiga jenis fokus


tersebut dan apa pengaruhnya terhadap
obyek yang akan di foto ?
KAMERA
FOTO UDARA

Disusun oleh
Andri Hernandi
KAMERA FOTO UDARA
Jenis Kamera format NORMAL
Jenis Kamera Foto Udara Format Normal Wild RC-10
Dengan ukuran frame (23 cm x 23 cm)

Fairchild KC-6A
KAMERA FOTO UDARA
Instalasi Kamera format NORMAL
KAMERA FOTO UDARA
Foto Kamera format NORMAL

• Pada foto udara metrik 23 cm x 23 cm


dijumpai informasi metrik antara lain:
– Tanda waktu
– Altimeter
– Nivo
– Panjang fokus kamera
– Fiducial mark
KAMERA FOTO UDARA
Informasi Tepi pada Foto Udara Kamera format NORMAL
PANJANG
JAM ALTIMETER NIVEAU FOKUS

152.24
CARLZEISS

FIDUCIAL MARK

?
23 cm

FIDUCIAL MARK FIDUCIAL MARK Apa manfaat


masing-masing
informasi pada foto
udara tersebut ?

FIDUCIAL MARK

23 cm
Fiducial Mark
KAMERA FOTO UDARA
Jenis Kamera format NORMAL

Kamera Multilensa ini


mempunyai lebih dari satu
lensa dimana pengambilan
gambatr (exposure) dapat
dilakukan secara simultan.
Produk dari kamera ini
berupa foto multispektral
(lebih dari 1 spektrum warna)
KAMERA FOTO UDARA
Jenis Kamera format NORMAL

Kamera Digital Multilensa


merk UltraCAMd yang
mempunyai 8 sensor
KAMERA FOTO UDARA
Jenis Kamera format KECIL
Foto Udara Format Kecil (small format aerial photogrammetry) – SFAP dengan ukuran 6 cm x 6 cm :

Rollei GX Rollei 503 Gold


Mittakamera Rollei LFC
KAMERA FOTO UDARA
Jenis Kamera format KECIL

Foto Udara Format Kecil (small format aerial photogrammetry) 24 mm x 35 mm) :

Kamera format 24 mm x 35 mm
KAMERA FOTO UDARA
Jenis Kamera format KECIL

Foto Udara Format Kecil (small format aerial


photogrammetry) – SFAP dengan ukuran 70
mm x 70 mm jenis Hasselblad MK-70
KAMERA FOTO UDARA
Jenis Kamera format KECIL

Foto Udara Format Kecil (small format aerial


photogrammetry) – SFAP dengan menggunakan
kamera digital
KAMERA FOTO UDARA
Perbandingan Ukuran Foto UDARA
KAMERA FOTO UDARA
Bagian Utama Kamera
KAMERA FOTO UDARA
Bagian Utama Kamera Digital

Bentuk Chip CCD sensor


perekam data image dan
konstruksi lensa dengan alat
perekam menjamin dimensi
Image foto akan sama pada
setiap exposure.
KAMERA FOTO UDARA
Bagian Utama Kamera Digital

CCD : Charge Coupled Device


KAMERA FOTO UDARA
Bagian Utama Kamera Digital

CCD pixel-data transfer


KAMERA FOTO UDARA
Bagian Utama Kamera Digital

CCD : Charge Coupled Device


KAMERA FOTO UDARA
Bagian Utama Kamera Digital
TANYA JAWAB ??
?

Apa bedanya Kamera


Manual dan Kamera
Digital ?
TANYA JAWAB ??
?
Apa artinya spesifikasi dari Kamera Digital merk Nikon DX ?
Berapa ukuran pixel dari image size 3008 x 2000 ?
• 23.7 x 15.6 mm CCD sensor
• Nikon DX format (1.5x FOV crop)
• 6.1 million effective pixels
Sensor
• 6.2 million total pixels
• RGB Color Filter Array
• 12-bit A/D converter

• 3008 x 2000 (Large, 6 MP)


Image sizes • 2256 x 1496 (Medium, 3.4 MP)
• 1504 x 1000 (Small, 1.5 MP)

Minimum shutter speed (1 to 1/125 sec)


WAHANA PENGAMBILAN

PEMOTRETAN UDARA

Disusun oleh
Andri Hernandi
WAHANA PEMOTRETAN UDARA
WAHANA PEMOTRETAN UDARA
Balon Udara

Jenis wahana yang dapat digunakan dalam pengambilan foto udara


WAHANA PEMOTRETAN UDARA
Layang Layang

Jenis wahana yang dapat digunakan dalam pengambilan foto udara


WAHANA PEMOTRETAN UDARA
Layang Layang

Jenis wahana yang dapat digunakan dalam pengambilan foto udara

Cessna
Cessna : Untuk pemotretan udara tinggi terbang > 3000 feet
Pesawat Cessna 172 – Single Engine
WAHANA PEMOTRETAN UDARA
Microlight, Ultralight dan Trike

Jenis wahana yang dapat digunakan dalam pengambilan foto udara

Microlight, Ultralight,
Trike
Pesawat Trike (dua penumpang) – Gantole bermesin
Pesawat jenis microlight – Cabin terbuka, dua penumpang
Tipe Microlight Aircraft (Fix Wing, Cabin Tertutup)
Pesawat jenis Mircolight : Lebih besar – lebih stabil
Takeoff dan Landing Pesawat MXL di Pantai Pelabuhan Ratu
Mei 2001
WAHANA PEMOTRETAN UDARA
Pesawat Miniatur

Jenis wahana yang dapat digunakan dalam pengambilan foto udara

Aeromodeling (Pesawat Miniatur)


TANYA JAWAB ??
?
1. Apa keuntungan dan kerugian dari
wahana-wahana pemotretan tersebut ?
2. Kapan menggunakan wahana
pemotretan tersebut ?
3. Apa saja yang menjadi pertimbangan
untuk terbang dalam kegiatan
pemotretan ?
GEOMETRI
FOTO UDARA

Disusun oleh
Andri Hernandi
FOTOGRAMETRI

Konsep Dasar
Fotogrametri
FOTO UDARA
DENGAN PERTAMPALAN
(60% - 70%)

Pemetaan secara
fotogrametris
FOTO
KIRI
FOTO
KANAN

dilakukan dengan cara PROYEKTOR


KIRI PROYEKTOR
KANAN

merekonstruksi ulang foto udara


RESTITUSI MODEL 3D

menjadi model permukaan tanah


3D berdasarkan hubungan
MODEL 3D TRACING
TABLE

geometri foto udara dan PROYEKSI


TEGAK

permukaan tanah. PETA

BOBBY SD - 1999
GEOMETRI
FOTO UDARA
VERTIKAL
TANYA JAWAB ??
?
1. Hitunglah skala foto apabila sebuah foto
udara pada daerah datar dengan fokus
152.4 mm dari ketinggian 1,8288 km
diatas tanah

Skala = fokus / Tinggi Terbang


= 152,4 mm / 1.828.800 mm
152,4 mm : 1.828.800 mm
1 : 12.0000
GEOMETRI FOTO UDARA
Skala Foto Udara

• Skala Foto Udara Tegak


pada bidang datar
S = ab/AB = f /H
• Skala Foto Udara Tegak
pada bidang tidak datar
S = f / (H-h)
• Skala Foto Udara Rata-
rata
S_rata-rata =
f / (H – h_rata-rata)
TANYA JAWAB ??
?
1. Hitunglah skala foto rata apabila diketahui ketinggian
maksimum 2000 dan minimu 1000 feet dari MSL.
Hitung Skala rata jika tinggi terbang dari MSL adalah
10.000 feet dengan fokus kamera adalah 6 inchi
(keterangan 1 feet = 12 inchi).
2. Jika jarak AB (misal panjang jalan) adalah 1320 feet
dan pada foto adalah 3,77 inchi, berapa skala foto ?
3. Apa yang menjadi pertimbangan pemilihan obyek pada
perhitungan skala no 2. ?
GEOMETRI FOTO UDARA
Sistem Koordinat Foto Udara

• Sistem koordinat foto


ditentukan oleh:
– Titik Fidusial Mark
– Arah Jalur Terbang (X+)
A(-3.5 , 9.34)

Titik Utama Foto


(Principal Point)

P(0,0)
GEOMETRI FOTO UDARA
Karakteristik Obyek (Persfektif) = FOTO
GEOMETRI FOTO UDARA
Karakteristik Obyek (Ortogonal) = PETA
PETA VS FOTO UDARA
h’ g’ f’ e’ d’c’ a’

Foto ud ara

Titik pusat proyeksi

l
ntra
se
a
c ar
se
n
ka
ksi
ye
ro
Dip

Permukaan tanah
C

A
B D

Peta E F G
H
Diproyeksikan secara orthogonal

a b c= d e f g h Bobby 2006
GEOMETRI FOTO UDARA
Karakteristik Obyek pada Foto

Skala Foto = Skala Peta !!!!


GEOMETRI FOTO UDARA
Sistem Koordinat Medan (Ground)

• Koordinat medan adalah


sistem koordinat yang
sembarang yang disamakan
salib sumbunya dengan salib
sumbu sistem koordinat foto.
• Koordinat medan dapat
diperoleh dengan membagi
koordinat foto dengan skala
foto.
GEOMETRI FOTO UDARA
Jalur Terbang
Jalur Terbang
GEOMETRI FOTO UDARA
Sidelap dan Overlap
• Hubungan antar foto udara dimungkinkan
dengan adanya pertampalan. Pertampalan
ke arah strip(run) dinamakan forward
overlap (overlap), sedang pertampalan foto
antar dua strip disebut side overlap
(sidelap).
• Besarnya overlap dan sidelap direncanakan
dalam perencanaan terbang.

r un 2
si d el a
p
ov er
l ap r un 1
GEOMETRI FOTO UDARA
Beberap Aspek yang mempengaruhi Geometri Foto Udara

• Ketidaksempurnaan Pemotretan (Drift, Crab, Gap)


• Kesalahan / Penyimpangan eksternal pada foto udara (Refraksi
Atmosfir, Kelengkungan Bumi, Kemiringan saat pemotretan,
Permukaan tanah yang tidak datar)
• Distorsi Foto Akibat Ketidak-Sempurnaan Kamera yang digunakan
(Distori lensa, Panjang Fokus yang tidak sesuai, Titik Utama Foto
yang tidak sesuai)
GEOMETRI FOTO UDARA
Ketidaksempurnaan Pemotretan

• Drift, penyimpangan pada arah terbang (course)


• Crab, penyimpangan pada arah pesawat (heading)
• Gap, bagian area yang tidak terpotret

“ Dihindari melalui pengontrolan kamera/


penggunaan gyro, navigasi dan perencanaan yang
baik “
GEOMETRI FOTO UDARA
Ketidaksempurnaan Pemotretan akibat DRIFT
GEOMETRI FOTO UDARA
Ketidaksempurnaan Pemotretan akibat CRAB
GEOMETRI FOTO UDARA
Ketidaksempurnaan Pemotretan akibat GAP
GEOMETRI FOTO UDARA
Kesalahan/Penyimpangan eksternal pada Foto Udara

Foto udara hasil pemotretan masih dihinggapi dengan


berbagai distorsi, antara lain :
1. refraksi atmosfer,
2. kelengkungan bumi,
3. kemiringan kamera saat pemotretan dan
4. permukaan tanah yang tidak datar.

“ Dikoreksi melalui restitusi foto !! ”


GEOMETRI FOTO UDARA
Distori Refraksi Atmosfer
da = K tan a
K = (7.4 x 10-4)(H-h)[1-0.02(2H-h)]
dimana : tan a = r/f
r= x2 + y2
da = K r/f
r’ = f tan (a – da)
dr = r – r’
dimana :

• x, y = koordinat dlm sistem foto

• r = jarak radial dari TU foto


• f = pj. fokus
GEOMETRI FOTO UDARA
Efek Kelengkungan Bumi (Earth Curvature)
GEOMETRI FOTO UDARA
kemiringan kamera saat pemotretan

Variasi skala akibat perbedaan tinggi terbang


GEOMETRI FOTO UDARA
kemiringan kamera saat pemotretan

Perubahan orientasi foto akibat swing


GEOMETRI FOTO UDARA
kemiringan kamera saat pemotretan

Distorsi bentuk akibat pitching


GEOMETRI FOTO UDARA
kemiringan kamera saat pemotretan

Distorsi bentuk akibat rolling


GEOMETRI FOTO UDARA
Distori bentuk akibat kombinasi saat pemotretan
variasi tinggi terbang (dht) dan kemiringan kamera udara (y, k, w)
z

y Variasi skala

x
z

y Rotasi terhadap Rotasi terhadap


sumbu X,Y,Zdan skala
sumbu Z

x kappa

z
Rotasi terhadap
y sumbu X
Rotasi terhadap
sumbu X,Y& Z

x omega

Rotasi terhadap
y sumbu Y Rotasi terhadap
sumbu X & Y

x phi

Catatan : Perlu diperhatikan bahwa visualisasi distorsi akibat kemiringan kamera dan perubahan skala akibat
perbedaan tinggi terbang pesawat pada gambar-gambar di atas bukanlah merupakan distorsi dari bingkai (frame)
foto udara melainkan distorsi dari detail-detail yang terdapat pada foto tersebut !.
GEOMETRI FOTO UDARA
Relief Displacement

Adanya variasi ketinggian pada permukaan tanah


menyebabkan terjadinya pergeseran letak gambar
objek yang sesungguhnya pada foto.
GEOMETRI FOTO UDARA
Relief Displacement
TANYA JAWAB ??
?
1. Bagaimana pengaruh relief displacement terhadap
digitasi mono plotting atau koreksi geometri non stereo
?
80%+ Overlap
80%+ Overlap
80%+ Overlap
80%+ Overlap
80%+ Overlap
80%+ Overlap
80%+ Overlap
80%+ Overlap
80%+ Overlap
80%+ Overlap
80%+ Overlap
GEOMETRI FOTO UDARA
Distorsi Foto akibat Ketidaksempurnaan Kamera Foto Udara

1. Distorsi Lensa
2. Panjang Fokus yang tidak sesuai
3. Tidak ketidak-dataran bidang negatif
4. Titik utama foto yang tidak sesuai

“ Dikoreksi melalui kalibrasi kamera !! “


GEOMETRI FOTO UDARA
Distori Lensa

• Distorsi lensa disebabkan ketidak sempurnaan


lensa, distorsi lensa tidak akan mengurangi
kualitas gambar tetapi merusak nilai
geometrinya.
• Distorsi lensa dibedakan menjadi distorsi
radial dan distorsi tangensial. Keduanya terjadi
apabila sinar terbelokan atau berubah arah,
sehingga setelah sinar-sinar tersebut
menembus lensa maka arahnya tidak akan
sejajar lagi dengan arah sewaktu datang.
• Distorsi radial, menyebabkan semua bagian
gambar diubah letaknya menurut arah jari-jari.
• Distorsi tangensial terjadi pada arus tegak
lurus terhadap jari-jari mulai dari sumbu optik.
GEOMETRI FOTO UDARA
Distori Lensa
GEOMETRI FOTO UDARA
Kalibrasi Kamera akibat Distori Lensa

Kalibrasi kamera diperlukan untuk mendapatkan atau mengecek unsur-unsur orientasi dalam
sebelum kamera tersebut digunakan untuk keperluan pemetaan fotogrametri. Adapun unsur-
unsur orientasi dalam yang dapat dihasilkan dari kalibrasi kamera tersebut adalah posisi titik
utama foto, panjang fokus kamera terkalibrasi, dan distori lensa. Ada tiga metoda kalibrasi
kamera yaitu metode laboratorium, metode stellar, dan metode lapangan. Penelitian ini akan
menggunakan metoda lapangan karena selain sudah tersediannya peralatan untuk keperluan
kalibrasi, juga metode ini relatif lebih mudah untuk dilaksanakan.
Parameter-parameter orientasi dalam tersebut meliputi :
• Panjang fokus kamera hasil kalibrasi (f)
• Posisi titik utama pada foto (xo,yo)
• Distorsi lensa (radial, tangensial)
• Model Distori Radial
x  ( x  xp ) (k1d2  k 2d4  k 3d6  ....)

y  ( y  yp ) (k 1d2  k 2d4  k 3d6  ....)

• Model Distori Tangensial


x  [ P1 (d2  2x 2   2P2 x y] [ 1  P3d2  ....]

y  [ 2P2 x y  P2 (d2  2y 2  [ 1  P3d2  ....]


BIDANG
TARGET

Pengukuran
Pemotretan Target
Target

Citra Target Koordinat


Definitif
Target

Persamaan
Pengamatan Titik- Kesegarisan
Titik Target pada (Collinearity)
Citra

Pembentukan
Fungsi
Persamaan Parameter
Koordinat
Kalibrasi Kamera Tambahan
Titik-Titik
komponen
Target pada
Kalibrasi Kamera
Citra
(Additional
Parameter)

Perhitungan Persamaan
Parameter Kalibrasi
Kalibrasi Kamera Kamera

Parameter
Kalibrasi
Kamera

▪ Posisi titik utama foto


▪ Panjang fokus kalibrasi
▪ Distorsi lensa
Untuk mendapatkan kedudukan bidang target yang tegal dilakukan tahapan sebagai berikut:
1. Pengukuran tinggi kamera disamakan dengan tinggi pusat target
2. Pengukuran jarak kamera terhadap target
3. Dengan melakukan tahapan di atas secara berulang-ulang akan didapatkan bidang target yang t
Hasil Percobaan
Omega = 0.00239 +- 3.61E-05 deg • Model Distori Radial
Phi = 9.44E-05 +- 3.61E-05 deg
Kappa = 0.00080 +- 0.00016 deg
x  ( x  xp ) (k1d2  k 2d4  k 3d6  ....)
XL = 1.1681E-3 +- 5.8329E-5
YL = -1.3994 +- 2.4939E-4 y  ( y  yp ) (k 1d2  k 2d4  k 3d6  ....)
ZL = 3.9806E-3 +- 5.8329E-5
f = 76.2186 +- 0.0136
xp = -0.0076 +- 0.0032 • Model Distori Tangensial
yp = 0.0049 +- 0.0032
k1 = -3.75812E-6 +- 3.21141E-7
x  [ P1 (d2  2x 2   2P2 x y] [ 1  P3d2  ....]
k2 = -2.30581E-9 +- 4.81749E-10
k3 = 4.03632E-11 +- 6.86848E-11 y  [ 2P2 x y  P2 (d2  2y 2  [ 1  P3d2  ....]
p1 = -1.01789E-4 +- 3.54255E-6
p2 = 2.89388E-5 +- 3.53269E-6
Contoh dalam Aplikasi PCI-Geomatic
GEOMETRI FOTO UDARA
Karakteristik Obyek pada Foto

Skala Foto = Skala Peta !!!!


FOTO = PETA ?
GEOMETRI FOTO UDARA
Foto Sendeng (Tilted Photograph)
Pada foto sendeng ada enam parameter bebas yang disebut unsur orientasi luar (elements of
exterior oreintation) yang menyatakan posisi spasial dan oreintasi sudut (angular oreintation).
Parameter tersebut adalah ;
• Parameter posisi spasial titik eksposur yang dinyatakan dalam XL, YL, ZL pada sistem
koordinat medan.
• Parameter orientasi sudut, dapat dinyakan dalam 2 sistem, yaitu:
• tilt – swing – azimuth (t – s - a)
• omega – phi – kappa (w -  - k)

Untuk menetukan unsur orientasi luar, ada berbagai metode grafik maupun numerik. Metode yang
digunakan pada umumnya memerlukan gambar fotografik yang memiliki minimal 3 koordinat tanah /
koordinat medan, serta panjang fokus kamera terkalibrasi. Hampir semua metode dilakukan dengan
cara iteratif. Beberapa metode yang bisa diantaranya adalah:
• Metode titik skala Anderson
• Metode titik Church
• Metode Colinierity (Kesegarisan)
GEOMETRI FOTO UDARA
Geometri Foto Sendeng (Tilted Photograph Geometry)
GEOMETRI FOTO UDARA
Omega, Phi, Kappa
GEOMETRI FOTO UDARA
Rotasi 3 Dimensi
GEOMETRI FOTO UDARA
Rotasi 3 Dimensi
GEOMETRI FOTO UDARA
Rotasi 3 Dimensi
GEOMETRI FOTO UDARA
Rotasi 3 Dimensi
GEOMETRI FOTO UDARA
Rotasi 3 Dimensi
GEOMETRI FOTO UDARA
Rotasi 3 Dimensi
Rotasi ,Peskalaan dan
Translasi 3 Dimensi
GEOMETRI FOTO UDARA
Syarat Kesegarisan (Collinearity Condition)
Dalam fotogrametri analitik syarat fundamental yang banyak digunakan adalah syarat
kesegarisan berkas sinar (collinearity condition) yaitu suatu kondisi dimana titik pusat
proyeksi, titik foto dan titik obyek di tanah terletak pada satu garis dalam ruang.

Syarat Kesegarisan
Collinearity Condition
GEOMETRI FOTO UDARA
Syarat Kesegarisan (Collinearity Condition)
GEOMETRI FOTO UDARA
Persamaan Kesegarisan (Collinearity Equation)
GEOMETRI FOTO UDARA
Syarat Kesebidangan (Coplanarity Condition)
Syarat kesebidangan adalah syarat bahwa kedua titik pusat eksposur dari sepasang foto stereo,
sebarang titik obyek di tanah dan titik tersebut pada kedua foto terletak pada satu bidang

titik L1, L2, a1, a2 dan A


seluruhnya terletak pada satu
bidang.
PENGAMATAN

STEREOSKOPIK

Disusun oleh
Andri Hernandi
STEREOSKOPIK FOTO UDARA
Penglihatan Stereoskopik

Metode mengukur atau memperkirakan suatu


cara monoskopik dan stereoskopik. Cara
penglihatan dengan satu mata disebut sebagai
penglihatan monokular atau monocular
vision, sedang dengan dua mata disebut
sebagai penglihatan binokular atau binocular
vision.
STEREOSKOPIK FOTO UDARA
Penglihatan Monokuler (Monoculer Vision)

(1) membandingkan secara


relatif besarnya (size) obyek
satu dengan lainnya,
(2) terhalangnya obyek yang
terletak dibelakang (lebih
jauh) terhadap obyek
didepannya (lebih dekat),
(3) dari bayangan, dan
(4) pem-fokusan mata yang
berbeda untuk obyek yang
jauh dan dekat.

Persepsi kedalaman berdasarkan ukuran dan halangan


STEREOSKOPIK FOTO UDARA
Penglihatan Stereoskopik

Ada beberapa persyaratan


untuk dapat melihat pasangan
foto secara stereoskopik, yakni

1. Daerah yang akan diamati


secara stereoskopik difoto
dari posisi exposur yang
berbeda yaitu pada daerah
pertampalan (overlap)
2. Skala dari kedua foto
kurang lebih sama
3. Pasangan obyek pada foto
kiri dan kanan dan kedua
mata kurang lebih harus
dalam satu bidang yang
sama
STEREOSKOPIK FOTO UDARA
Penglihatan Stereoskopik  Konsep Titik Apung (Floating Point)
STEREOSKOPIK FOTO UDARA
Jenis Alat Stereoskopik
STEREOSKOPIK FOTO UDARA
Beberapa Cara Pengamatan Foto Stereo

1. Anaglip, foto kiri dan kana di cetak menggunakan basis warna yang berbeda
(hijau & merah), pengamatannya pun dilakukan dengan kacamata warna, kiri
hijau dan kanan merah. Cara ini digunakan pada beberapa alat lama jenis optis
dan produk softcopy
2. Polaroid, kedua foto diproyeksikan dengan polarisasi –90o, untuk melihat
stereo digunakan kacamata polaroid dengan sudut polarisasi yang sesuai,
tidak populer digunakan pada alat fotogrametri
3. Flickering, mata kiri dan kanan dipaksakan untuk melihat foto kiri dan kanan
secara bergantian dengan selang waktu sedmikian rupa hingga kedua mata
dibuat seolah-olah melihat masing-masing foto secara bersamaan. Cara ini
pun tidak begitu populer digunakan pada alat fotogrametri
4. Split, dengan bantuan pengamat optis, mata kiri dibuat hanya melihat foto kiri
dan mata kanan hanya melihat foto kanan. Cara ini dinilai praktis, handal dan
paling populer dimanfaatkan pada alat fotogrametri.
STEREOSKOPIK FOTO UDARA
Anaglyph

FOTO KIRI FOTO KANAN

FOTO STEREO ANAGLYPH


STEREOSKOPIK FOTO UDARA
Anaglyph
STEREOSKOPIK FOTO UDARA
Polaroid

Foto kiri dan kanan


diproyeksikan melalui
filter polaroid dengan
perbedaan sudut
o
polarisasi 90 .
Pengamatan stereo
dilakukan dengan kaca
mata khusus. Cara ini
digunakan pada
beberapa Fotogrametri
Kacamata polaroid
Softcopy
STEREOSKOPIK FOTO UDARA
Flickering

Prinsip pengamatan stereo cara flickering adalah dengan


memproyeksikan foto kiri dan foto kanan secara bergantian pada
selang waktu tertentu, sedang pengamatan menggunakan
kacamata khusus yang memungkinkan mata kiri dan kanan
melihat foto kiri dan kanan secara bergantian sesuai dengan
selang waktu di atas. Untuk itu kacamata dilengkapi dengan alat
yang dapat mensinkronisasikan saat pemroyeksian kedua foto.
Cara ini relatif mahal sehingga tidak banyak peralatan yang
menggunakan prinsip ini.

171
STEREOSKOPIK FOTO UDARA
Split
Split dilakukan dengan batuan sistem pengamat optis. Mata kiri diarahkan hanya
melihat foto kiri dan mata kanan hanya foto kanan. Cara ini dinilai praktis, handal
dan paling populer dimanfaatkan pada alat fotogrametri
STEREOSKOPIK FOTO UDARA
Paralaks
• Paralaks adalah pergeseran posisi dari suatu objek terhadap suatu referensi oleh
karena perbedaan posisi pengamatan (Wolf, 1974).

•Perubahan posisi yang diakibatkan oleh


adanya gerakan posisi pesawat disebut
paralaks stereoskopik / paralaks x atau
sering disebut paralaks.
•Aspek penting paralaks stereoskopik:
–Paralaks sembarang titik pada
foto berbanding lurus dengan
ketinggian titik tersebut.
–Paralaks lebih besar bagi titik
tinggi daripada titik rendah.
•Dua aspek paralaks diatas menyajikan
dasar yang fundamental untuk
menentukan tinggi titik berdasarkan
pengukuran fotografik.
STEREOSKOPIK FOTO UDARA
Paralaks
Pasangan sinar dari foto kiri dan kanan
dalam satu bidang dan berpotongan di
titik A
foto kiri foto kanan Paralak-y = 0
o' o''
a' a''
Beda tinggi dZ sebagai fungsi dari
paralak-x

foto kiri foto kanan


o'
a' a'' o''

A''
py
A' p
x

p = paralak-x
x
py = paralak-y
kedudukan 1
dZ = f(px)
Pasangan sinar dari foto kiri A' A'' kedudukan 2
p py = 0
dan kanan belum dalam satu bidang proyeksi x

bidang dan saling bersilangan


p = paralak-x
A x
Paralak-x dan y ≠ 0 py = paralak-y
STEREOSKOPIK FOTO UDARA
Paralaks-y

1. Ketidaktepatan pada orientasi foto yang


disebabkan oleh penempatan posisi pusat
foto yang tidak tepat.
2. Variasi tinggi terbang
3. Tilt pada foto
STEREOSKOPIK FOTO UDARA
Paralaks-y (Pergerakan Titik pada Foto Tunggal)

bz by bx

(tilt) (tip) (swing)


STEREOSKOPIK FOTO UDARA
Paralaks-y (Perubahan paralaks-y akibat putaran elemen orientasi)

'

3 3
4 4
1 2 1 2
5 6 5
6

by' bz' by'' bz''

' ' ' '' '' ''

Proyektor kiri by’, bz’, ’, w’, ’ Proyektor kanan by’, bz’, ’, w’, ’
DEMO TITIK APUNG DAN PARALAKS
FOT OGRA M ET RI
FOTO
KIRI
PEMOTRETAN UDARA FOTO
KANAN
PROYEKTOR

RESTITUSI
KIRI PROYEKTOR
KANAN

RESTITUSI MODEL 3D

FOTO
MODEL 3D TRACING
TABLE
FOTO UDARA
DENGAN PERTAMPALAN
PROYEKSI
(60% - 70%) TEGAK

PLOTTING / DIGITASI
PETA

PETA

Disusun oleh
Andri Hernandi
FOTOGRAMETRI
RESTITUSI FOTO UDARA
Resitusi Foto
Permukaan tanah merupakan obyek fisik 3 dimensi, bila dipotret dar udara akan menghasilkan
foto/gambar dalam bentuk rekaman 2 dimensi. Restitusi (Restitution) dapat diartikanFOTOsebagai
UDARA
DENGAN PERTAMPALAN
pengembalian sesuatu yang hilang atau rekontruksi model 3D dari pasangan (60% - 70%) 2D.
foto

Restitusi Foto Stereo


Restitusi Foto Stereo merupakan FOTO
KIRI

pengembalian unsur-unsur
FOTO
KANAN
PROYEKTOR

permukaan hasil rekaman foto 2 KIRI PROYEKTOR


KANAN
RESTITUSI MODEL 3D
dimensi menjadi model fiktif/semu
permukaan 3 dimensi
MODEL 3D TRACING
TABLE

PROYEKSI
TEGAK

PETA

BOBBY SD - 1999
RESTITUSI FOTO
STEREO

Pembentukan Model dari 3D dari


pasangan foto dilakukan melalui
tahapan sebagai berikut :
1. Orientasi dalam (inner orientation)
2. Orientasi Relatif (Relative Orientation)
3. Orientasi Absolut (Absolute Orientation)
RESTITUSI FOTO UDARA
Orientasi Dalam (MANUAL)

Rekonstruksi berkas sinar foto kiri dan kanan, meliputi tahapan :


• Persiapan Diapositif
• Mengeliminasi Distorsi Lensa
• Penempatan / Centering Diapositif foto pada penyangga foto di proyektor pada seperti
pada pemotretan.
• Pengesetan panjang fokus proyektor = kamera
• Penyertaan data kalibrasi kamera untuk menentukan titik utama foto (principal point)
RESTITUSI FOTO UDARA
Orientasi Dalam (ANALITIK/DIGITAL)
Pada Fotogrametri Analitik/ Digital restitusi foto dilakukan menggunakan sistem koordinat foto.
Sedangkan pengamatan koordinat dilakukan dalam sistem koordinat instrumen. Oleh karena itu titik-titik
yang diproses harus ditranformasikan dari sistem koordinat Instrumen ke sistem koordinat foto
menggunakan Helmert atau Transformasi Affine

Rumus Transformasi Affine :


X = ax + by + c
Y = dx + ey + f
a,b,c,d,e,f adalah parameter
transformasi
RESTITUSI FOTO UDARA
Orientasi Dalam (ANALITIK/DIGITAL)

Titik FD1, FD2, FD3, FD4 adalah titik


fiducial mark yang digunakan sebagai
titik sekutu dalam transformasi yang
pada sistem instrumen diamati
koordinatnya sedang pada sistem foto
koordinat titik-titik tersebut diketahui
dari data kalibrasi kamera.
Titik 1, 2, 3, 4 dst. Adalah titik-titik (detail,
gruber/ standard,dlsb.) hasil pengamatan
pada instrumen yang akan
ditransformasikan ke dalam sistem
koordinat foto menggunakan parameter
(a,b,c,d,e,f) hasil pemecahan persamaan
normal.
RESTITUSI FOTO UDARA
Orientasi Relatif (MANUAL)

Pada tahap ini enam pasang sinar


dipertemukan dengan

• Mengeliminir paralaks y pada titik


standar (titik van Gruber)
• Eliminasi dilakukan dengan
mengatur kombinasi 5 elemen
orientasi relatif (k,,w,Bx,By,Bz)
• Hasil Orientasi relatif berupa
model relatif yang masih dalam
koordinat instrumen
RESTITUSI FOTO UDARA
Orientasi Relatif (ANALITIK/DIGITAL)

Orientasi relatif adalah proses rekonstruksi/ restitusi kedudukan relatif sudut/angular


attitude dan pergeseran posisi/ positional displacement pasangan foto seperti saat
kedua foto tersebut diambil (dari udara untuk pasangan foto udara). Secara analitik
orientasi relatif dapat dijelaskan sebagai proses (hitungan) penentuan sudut/ rotasi
dan posisi relatif antar foto yang berpasangan.
Kedudukan relatif pasangan foto dapat pula dilihat dari besaran-besaran elemen
orientasi yakni rotasi dan kedudukan titik pusat proyeksi dari masing-masing foto.
Foto kiri 1, 1, w1, XOL, YOL, ZOL dan foto kanan 2, 2, w2, XOR, YOR, ZOR
RESTITUSI FOTO UDARA
Orientasi Relatif (ANALITIK/DIGITAL)
Model Analitik diperoleh dari proses orientasi
relatif analitis

Dalam proses orientasi relatif analitis


Elemen orientasi relatif :
Foto kiri 1, 1, w1, XOL, YOL, ZOL dan foto
kanan 2, 2, w2, XOR, YOR, ZOR , dihitung
dimana antara elemen orientasi dari kedua foto
secara relatif sama dengan saat pengambilan
kedua foto tersebut
Dalam prakteknya elemen orientasi foto kiri
dianggap tetap (fix) dengan memberikan harga
= 0 untuk
1, 1, w1, XOL, YOL dan ,
ZOL = f, dan utk foto kanan XOR = b
Sedang yang dihitung adalah
2, 2, w2, YOR, ZOR
= 5 anu elemen orientasi foto kanan
Contoh hasil perhitungan orientasi relatif Analitik
Exterior orientation parameters:

Parameter Left pho Right pho res right


Omega(deg) 0.0000 2.4077 0.0065
Phi(deg) 0.0000 0.5550 0.0069
Kappa(deg) 0.0000 -0.2053 0.0032
XL 0.0000 91.9825
YL 0.0000 -1.7187 0.0209
152.113 ZL 152.1130 148.3025 0.0075

a -4.878 1.974 -97.920 -2.923 Object space coordinates:

b 89.307 2.709 -1.507 -1.856 point X Y Z sdX sdY sdZ


c 0.261 84.144 -90.917 78.970 a -4.8433 1.9618
b 89.0766 2.7002
1.0824 0.0049 0.0041 0.0375
0.3923 0.0178 0.0042 0.0312
d 90.334 83.843 -1.571 79.470 c 0.2590 83.5083 1.1473 0.0045 0.0200 0.0384
d 89.2623 82.8493 1.8047 0.0180 0.0187 0.0311
e -4.668 -86.821 -100.060 -95.748 e -4.6281 -86.0801 1.2995 0.0049 0.0213 0.0396
f 89.3199 -85.9670 -1.2378 0.0189 0.0203 0.0333
f 88.599 -85.274 -0.965 -94.319
Photo coordinate residuals:

point xl-res yl-res xr-res yr-res


a 0.0000 0.0019 -0.0000 -0.0018
b -0.0000 -0.0018 0.0000 0.0018
c -0.0000 -0.0010 0.0000 0.0010
d 0.0000 0.0010 -0.0000 -0.0010
e 0.0000 -0.0009 -0.0000 0.0008
f -0.0000 0.0009 0.0000 -0.0008

RMS 0.0000 0.0013 0.0000 0.0013

Standard error of unit weight: 0.0045


Degrees of freedom: 1
RESTITUSI FOTO UDARA
Orientasi Absolut (MANUAL)
Pada tahapan ini model ditransformasikan ke sistem definitif
/ absolut.
Yang dilakukan pada orientasi absolut adalah :
• Scalling (Penskalaan)
• Leveling (Pendataran)
Disini diperlukan 3 atau 4 titik kontrol dalam sistem koordinat
definitf atau sistem tanah
RESTITUSI FOTO UDARA
Orientasi Absolut (Orientasi Absolut Analitik
Menggunakan Transformasi Sebangun 3D)

Transformasi sebangun 3D Y
Z F
K Sistem koordinat model

W X

Cz 

dimana : Z

 = faktor skala, Y
Cx
F, K, W  rotasi thd sumbu Y, Z, X
Cx = translasi kearah x Cy

Cy = translasi kearah y Karakteristik : rotasi, 


(skala), translasi
Cz = translasi kearah z Sistem koordinat tanah
X
Contoh Orientasi Absolut Analitik
INPUT OUTPUT

Initial approximations: Iteration: 2


a 390.35 499.63 469.43 607.54 501.63 469.09
Scale = 0.99686 ………….
b 371.68 630.84 81.25 589.98 632.36 82.81
Omega = -0.0065 degrees
c 425.65 419.07 82.49 643.65 421.28 83.50
Phi = -0.1460 degrees Final Results:
d 410.50 438.31 81.13 628.58 440.51 82.27
Kappa = 0.0053 degrees
e 448.22 295.83 97.79 666.27 298.16 98.29
TX = 219.656 Param Value Stan.Dev.
f 414.60 709.39 101.77 632.59 710.62 103.01
TY = 3.424 scale 0.99674 0.00051
#
TZ = 0.344 omega 0.0540d 0.0295d
1 611.37 498.98 470.45
phi -0.1318d 0.0404d
2 637.49 323.67 85.67
Iteration: 1 kappa -0.0002d 0.0417d
3 573.32 401.51 84.48
Tx 219.620 0.442
4 647.00 373.97 83.76
Param Correction New Value Ty 3.687 0.414
5 533.51 285.01 87.13
scale -0.00012 0.99674 Tz -0.060 0.420
#
omega 0.0604d 0.0539d
phi 0.0142d -0.1318d
kappa -0.0056d -0.0002d
Tx -0.035 219.621 Transformed Points:
Ty 0.263 3.687
Tz -0.404 -0.060 Point X Y Z SDev.X SDev.Y SDev.Z
1 827.919 500.595 470.725 0.266 0.246 0.237
Residuals: 2 854.835 326.217 87.096 0.204 0.215 0.207
3 790.878 403.805 85.836 0.156 0.166 0.162
Point X res Y res Z res 4 864.319 376.355 85.261 0.187 0.211 0.204
a 0.002 -0.054 0.146 5 751.191 287.683 88.276 0.200 0.176 0.172
b -0.076 -0.031 -0.598
c 0.071 -0.051 0.109
d 0.040 -0.103 -0.057
e -0.077 0.219 0.642
f 0.040 0.019 -0.242

Standard Error of Unit Weight: 0.29400


RESTITUSI FOTO UDARA
Alat Restitusi Foto
Sesuai dengan perkembangan fotogrametri, peralatannya mengalami penyempurnaan
demikian pula dengan alat restitusi foto stereo. State of the art untuk peralatan restitusi saat ini
adalah generasi softcopy, maka jenis dari generasi sebelumnya umumnya tidak diproduksi lagi.

Generasi Alat Restitusi


• Optik, seperti : Multipleks
• Optik Mekanik, contoh : Zeiss-C8
• Mekanik contoh : Wild A9, A8, A10, Zeiss planimat Planicart, PG2, PG3, dlsb.
• Automatic, contoh Wild B-8 stereomat dengan image correlators-nya
• Analitik : UNAMACE, AP/C, AP2000, Planicom Zeiss P3, dlsb
• Softcopy, Leica (Wild Zeiss), Vertuozo (China-Canada), Helava, Integraph,
Socoph(ITB), Usmart (Microstation)
RESTITUSI FOTO UDARA
Alat Restitusi Foto
RESTITUSI FOTO UDARA
Restitusi Foto Tunggal

• Foto udara tegak sempurna, dengan orientasi arah dan ketinggian pesawat
diketahui secara pasti, untuk permukaan tanah yang relatif datar, maka informasi
planimetris (X,Y) yang dikandung pada foto udara = peta. Namun secara umum,
setiap foto udara tidak pernah dapat dipotret secara tegak sempurna serta ketinggian
secara pasti. Dengan restitusi foto tunggal, pembuatan peta planimetri (X,Y) untuk
daerah yang relatif datar dapat dilakukan. Pada restitusi foto tunggal proses yang
dilakukan adalah mengkoreksi kemiringan foto dan penyesuaian skala. Proses ini
disebut sebagai proses Rektifikasi dengan alat analog yang dikenal dengan nama
rectifier. Rektifikasi dapat dilakukan secara numerik dengan menggunakan hubungan
proyektif antara foto negatif dengan permukaan tanah.
RESTITUSI FOTO UDARA
Restitusi Foto Tunggal

• Rektifikasi Foto (fotografik)


dengan menggunakan alat
rectifier
• Rektifkasi Foto Hasil
Scanning (format raster)
secara digital berdasarkan
hubungan proyektif
• Rektifikasi data hasil
digitasi foto tunggal format
vektor berdasarkan
hubungan proyektif
REKTIFAYER ANALOG
Analog Rectifier
Strip
Model TRIANGULASI
UDARA
Berkas

Disusun oleh
Andri Hernandi
TRIANGULASI UDARA
Triangulasi Udara

Dasar Pertimbangan
• Dalam proses restitusi foto baik tunggal maupun stereo diperlukan
sejumlah titik kontrol.
• Untuk setiap model diperlukan minimum 2 titik kontrol planimetrik (X,Y)
dan 3 titik kontrol tinggi (Z)  dari penurunan peta topografi
• Secara praktis untuk keperluan pemetaan yang cukup luas diperlukan
titik kontrol yang cukup banyak sehingga menjadi tidak effesien.
Sehingga
• Diupayakan suatu metode perbanyakan titik kontrol secara
fotogrametri untuk meminimalisasi proses di lapangan yang dikenal
yaitu TRIANGULASI UDARA
TRIANGULASI UDARA
Triangulasi Udara

Untuk pemetaan daerah luas yang terdiri dari


banyak model, maka secara total akan
dibutuhkan titik kontrol yang cukup banyak.
Bila dikerjakan secara terestris akan
membutuhkan waktu dan biaya yang tidak
sedikit. Untuk ini diupayakan orang suatu
teknik/ metode penentuan titik tanpa harus
kelapangan kecuali untuk sejumlah titik yang
memang diperlukan yang dikenal dengan
triangulasi udara yakni suatu metode
perbanyakan titik kontrol secara fotogrametri.
Blok model dengan titik-titik kontrol yang
diperlukan untuk restitusi
TRIANGULASI UDARA
Tranfer Titik (Point Transfer)
TRIANGULASI UDARA
Tranfer Titik (Point Transfer)
TRIANGULASI UDARA
Unit Dasar pada Triangulasi Udara
Pengamatan dan perataan blok (block adjustment) dapat dilakukan berdasarkan unit dasar
(basic unit) : strip, model dan berkas.

Strip
Model

Berkas
TRIANGULASI UDARA
Strip Adjusment

Pada TU dengan unit dasar strip, strip dan Strip 1

pengamatan koordinat dilakukan di alat


plotter yang mempunyai kemampuan Strip 2

“base-in dan base-out (multipleks, Balplex,


A9, dlsb.). Perataan dilakukan bila seluruh
strip sudah terbentuk. Saat ini TU dengan Strip 3

unit dasar strip sudah tidak dilakukan lagi. Titik kontrol tanah
SEBELUM PERATAAN

Karena ketelitian paling buruk dan alat Titik ikat (tie point)

yang dapat digunakan sudah tidak SESUDAH PERATAAN

diproduksi lagi Strip 1

Strip 2

Strip 3
TRIANGULASI UDARA
Triangulasi Udara basis MODEL

Pada TU dengan unit dasar model,


model dan pengamatan koordinat
Titik kontrol tanah dilakukan pada alat plotter yang
Model Titik ikat (tie point)
dilengkapi dengan perekam
koordinat model. Perataan
dilakukan dengan menggabungkan
dan sekaligus meratakan
hubungan antar model melalui
titik-titik ikat model (tie point) dan
titik pusat proyeksi (untuk M34 &
M7)
SESUDAH
SEBELUM
TRIANGULASI UDARA
Triangulasi Udara berbasis BERKAS

Pada TU dengan unit dasar


berkasl, berkas dan
pengamatan koordinat foto
dilakukan pada alat plotter
Berkas
yang dilengkapi dengan
perekam koordinat foto atau
digitizer. Perataan dilakukan
dengan menggabungkan dan
sekaligus meratakan hubungan
antar berkas melalui titik-titik
ikat (tie point)
SESUDAH

SEBELUM
Triangulasi Udara Model Bebas
(Independent Model)

IMT : M-7, M 43, M 4


M-7 dan M-43 adalah triangulasi model bebas
untuk memperbanyak titik dalam sistem
koordinat 3D (X,Y,Z) yang menggunakan
persamaan simultan sebangun 3D (3
Dimensional Conformal Transformation)
a1 a2 a3
R,w, = R Rw R = b1 b2 b3
c1 c2 c3

a 1 = c os  cos   sin  sin w sin 


b 1 = c os  sin  - sin  sin w cos 
c 1 = sin  c os w
a 2 = - c os w sin 
b 2 = c os w c os 
c 2 = sin w
a 3 = - sin  c os  + cos  sin w sin 
b 3 = - sin  sin  - c os  sin w c os 
c 3 = c os  cos w

Transformasi sebangun 3D
7 parameter = ,w, ,k,Xo,Yo,Zo
R (,w,,k). R tidak linier, jadi harus dilinierisasi

Pada IMT M-7 persamaan simultan sebangun 3D


dipecahkan secara sekaligus
Untuk M-7 jenis titik yang ada pada masing model dapat terdiri dari :

1. Titik kontrol tanah (ground control point - GCP),


diketahui koordinatnya dalam sistem tanah (definitif)
dan dan diamati koordinat modelnya dalam sistem
koordinat instrumen/ model (independent)
2. Titik kontrol minor (minor control)/ titik ikat model
(tie point), diamati koordinat modelnya dan yang
akan diturunkan koordinat dalam sistem tanahnya.
3. Titik pusat proyeksi (projection center), setiap model
mempunyai 2 titik pusat proyeksi, diamati koordinat
modelnya
Titik Kontrol Tanah Titik Kontrol Tanah Titik pusat proyeksi

X , Y, Z x , y, z
A
X , Y, Z x , y, z
B x , y, z
X , Y, Z
C X , Y, Z x , y, z
D X , Y, Z x , y, z
a ? x , y, z
b ? x , y, z
c ? x , y, z
d ? x , y, z
e ? x , y, z
o’1 x , y, z
o2 x , y, z
o’3 x , y, z
o4 Diketahui x , y, z

Diamati
Akan dihitung
?
Untuk setiap titik yang ada pada setiap model disusun persamaan pengamatannya.

Anu (unknown) pada persamaan simultan :


1. Parameter transformasi setiap model : ,,w,k, Xo,Yo,Zo (7 setiap model)
2. Koordinat titik kontrol minor/ ikat : a, b, c, d, ………

Parameter dan koordinat titik kontrol minor dipecahkan secara simultan melalui solusi pemecahan
kuadrat terkecil. Hitungan M7 dengan matrik rotasi yang tidak linier mengakibatkan hitungan linierisasi
yang cukup panjang untuk memecahkan persamaan simultan dalam perataan bloknya.
M-43
Solusi lain adalah dengan melakukan perataan terpisah antara planimetrik dan tinggi secara
bergantian (iteratif) yang dikenal dengan istilah alternating plan and height solution, yang dikenal
dengan istilah M-43
Parameter dibagi menjadi 2 kelompok, yakni :
, k, Xo,Yo - kelompok planimetri
,w, Zo - kelompok tinggi

Planimetri :

X cos A - sin A 0 x Xo
Y =  sin A cos A 0 (1)y + Yo
Z 0 0 1 z 0

dengan parameter : , A,Xo,Yo


Tinggi :

(2)

Dengan parameter : F,W, Zo

Persamaan (2) tidak linier dalam F,W. Apabila diasumsikan bahwa


rotasi F, Wnilainya cukup kecil, kita dapat melinierisasikan matriks rotasi R F,W menjadi :

X 1 0 F x 0
Y =  0 1 W y + 0
Z F W 1 z Zo
dan persamaan tinggi yang digunakan dalam perataan blok menjadi :

Z - z = y -x 1 W
F
Z0

Z= Z- z
Tahapan Hitungan

1. Menggunakan koordinat model dan tanah (x,y,X,Y) dari kontrol tanah planimetrik
susun persamaan normalnya
2. Pecahkan persamaan normalnya untuk mendapatkan harga a,b,X0,Y0
3. Berdasarkan a,b, X0,Y0 susun persamaan sebangun 3D

x a -b 0 x X0
y = b a 0 y + Y0
z 0 0 2
a + b
2
z 0
baru Lama
1. Menggunakan model koordinat baru dan titik kontrol tinggi (x,y,z & Z) hitung koefisien
persamaan normal untuk tinggi
2. Pecahkan persamaan normal untuk mendapatkan F , W dan Z 0
3. Menggunakan F , W susun matriks orthogonal R F,W (3,3)
4. Menggunakan R F,W dan Z0 susun transformasi koordinat 3D untuk koordinat model

x x 0
y =  y + 0
z z Zo
baru lama
5. Ulangi langkah 1 s/d 7 sampai perbedaan skala mendekati 1 dan perubahan parameter baru
dan lama relatif tidak berarti.
M-4
Adalah triangulasi model bebas untuk memperbanyak titik dalam sistem koordinat 2D
(X,Y) yang menggunakan persamaan simultan sebangun 2D (2 Dimensional Conformal
Transformation) atau Helmert

Model Matematika IMT Planimetri (M-4)


Rumus Transformasi yang digunakan :

X = ax – by + c
Y = bx + ay + d

dimana :

a =  sin a ;  = faktor skala, a = rotasi


b =  cos a c = translasi kearah x
d = translasi kearah y

Setiap model mempunyai empat parameter transformasi : a, b, c & d


Contoh Triangulasi Udara Berbasis Model – Planimetri M-4
Blok dengan 4 model

Pembentukan Persamaan per Model


Persamaan

Model 1 mempunyai 4 titik = 4 x 2 persamaan = 8


persamaan
Model 2 mempunyai 4 titik = 4 x 2 persamaan = 8
persamaan
Model 3 mempunyai 4 titik = 4 x 2 persamaan = 8
persamaan
Model 4 mempunyai 4 titik = 4 x 2 persamaan = 8
persamaan

Total = 32 persamaan

ukuran lebih = 32 – 26 = 6
Parameter (anu):

a. Koefisien transformasi
Setiap model mempunyai 4 koefisien, 4 model = 4 x 4 = 16 koef.
b. Anu koordinat : jumlah titik model/ikat = 5 titik
setiap koordinat memberikan 2 persamaan. = 5 x 2 = 10 anu koordinat.

Total parameter yang harus dipecahkan = 26

Persamaan pengamatan untuk setiap model :

Model 1 Model 2 Model 3 Model 4

XA = a1xA – b1yA + c1 X1 = a2x1 – b2y1 + c2 X3 = a3x3 – b3y3 + c3 X2 = a4x2 – b4y2 + c4


YA = b1xA + a1yA + d1 Y1 = b2x1 + a2y1 + d2 Y3 = b3x3 + a3y3 + d3 Y2 = b4x2 + a4y2 + d4
X1 = a1x1 – b1y1 + c1 XB = a2xB – b2yB + c2 XC = a3xC – b3yC + c3 X3 = a4x3 – b4y3 + c4
Y1 = b1x1 + a1y1 + d1 YB = b2xB + a2yB + d2 YC = b3xC + a3yC + d3 Y3 = b4x3 + a4y3 + d4
X2 = a1x2 – b1y2 + c1 X3 = a2x3 – b2y3 + c2 X4 = a3x4 – b3y4 + c3 X5 = a4x5 – b4y5 + c4
Y2 = b1x2 + a1y2 + d1 Y3 = b2x3 + a2y3 + d2 Y4 = b3x4 + a3y4 + d3 Y5 = b4x5 + a4y5 + d4
X3 = a1x3 – b1y3 + c1 X4 = a2x4 – b2y4 + c2 X5 = a3x5 – b3y5 + c3 XD = a4xD – b4yD + c4
Y3 = b1x3 + a1y3 + d1 Y4 = b2x4 + a2y4 + d Y5 = b3x5 + a3y5 + d3 YD = b4xD + a4yD + d4
Persamaan pengamatan dalam bentuk matriks
A P C
a1 b1 c 1 d1 a2 b2 c 2 d2 a3 b3 c 3 d3 a4 b4 c 4 d4
xA -yA 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 a1
yA xA 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 b1
x11 -y11 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 c1
y11 x11 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 d1
x12 -y12 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 a2
y12 x12 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 b2
x13 -y13 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 c2
y13 x13 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 d2
0 0 0 0 x21 -y21 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 a3
0 0 0 0 y21 x21 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 0 b3
0 0 0 0 xB -yB 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 c3
0 0 0 0 yB xB 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 d3
0 0 0 0 x23 -y23 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 a4
0 0 0 0 y23 x23 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 b4
0 0 0 0 x24 -y24 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 c4
0 0 0 0 y24 x24 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 d4
x1
0 0 0 0 0 0 0 0 x33 -y33 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0
y1
0 0 0 0 0 0 0 0 y33 x33 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0
x2
0 0 0 0 0 0 0 0 x34 -y34 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0 0
y2
0 0 0 0 0 0 0 0 y34 x34 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0 0
x3
0 0 0 0 0 0 0 0 xC -yC 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
y3
0 0 0 0 0 0 0 0 yC xC 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
x4
0 0 0 0 0 0 0 0 x35 -y35 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0
y4
0 0 0 0 0 0 0 0 y35 x35 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 x5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 x33 -y33 1 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 y5
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 y33 x33 0 1 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 x34 -y34 1 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 y34 x34 0 1 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 x35 -y35 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 y35 x35 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 -1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 xD -yD 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 yD xD 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Solusi Pemecahan Persamaan Simultan

Jumlah persamaan melebihi jumlah anu yang akan dipecahkan, berarti ada ukuran lebih = diselesaikan
dengan kwadrat terkecil

AP=C
ATA P = ATC
P = (ATA)-1 ATC

dimana :
A = matrik persamaan pengamatan
P = anu koordinat dan koefisien transformasi
C = konstanta
AT = A transpose
(ATA)-1 = invers dari perkalian matrik ATA

Dari hasil pemecahan persamaan normal langsung diperoleh koordinat titik ikat dalam sistem tanah/
definitif
Penyelesaian persamaan simultan dapat dilakukan dengan berbagai cara al. cara inversi, cholesky,
hyper-cholesky, dlsb.
Hitungan koordinat definitif untuk titik lain yang bukan titik ikat

Setelah koefisien/ parameter transformasi diperoleh untuk setiap modelnya (ai, bi, ci, di),
selanjutnya dapat dilakukan hitungan koordinat definitif dari setiap titik lain dalam model yang
akan ditentukan koordinat definitifnya (X,Y).

Cara :
dengan memasukan koordinat titik dalam sistem model (x,y) ke dalam persamaan transformasi :

X = ax – by + c
Y = bx + ay + d

menggunakan koefisien transformasi (a, b, c, d) untuk masing-masing model.


TRIANGULASI UDARA
(AERIAL TRIANGULATION)

Perkembangan
• Tahun 50-an dilakukan secara analog menggunakan multi proyektor Balpex
• Tahun 60-an  Triangulasi STRIP
• Tahun 70-an  Triangulasi berbasis Model
• Saat ini prorgam triangulasi yang ada di pasaran menggunakan berkas sebagai basis
dengan kontrol tambahan dari koordinat GPS titik pusat eksposur.
Contoh beberapa program Triangulasi Udara yang banyak digunakan d Indonesia, antara
lain :
• PAT-M (Stuttgart-Jerman) dengan basis model
• ATBAP (Geodesi – ITB) dengan basis model
• PAT-B (Stuttgart-Jerman) dengan berkas sinar.
INTERPRETASI
FOTO UDARA

Disusun oleh
Andri Hernandi
INTERPRETASI FOTO UDARA
Definisi Interpretasi Foto Udara
Definisi Intepretasi, menurut American Society of Photogrammetry (1960) adalah :
Intepretasi foto didefinisikan sebagai pekerjaan pencermatan (act of examining) foto
udara untuk keperluan identifikasi obyek dan memperkirakan siginafikasinya

Menurut Manual of Remote Sensing, Colwell (1983) :


Interpretasi foto merupakan bagian dari inderaja (remote sensing) yang mendefinisikan
sebagai pengukuran atau akuisisi (acquisition) informasi dari suatu obyek atau
fenomena menggunakan alat perekam tanpa adanya kontak secara fisik dengan obyek
atau fnomena yang sedang dipelajari.

Aplikasi interpretasi foto ini banyak digunakan oleh berbagai disiplin ilmu dalam
memperoleh informasi yang dibutuhkan, antara lain : bidang pertanian, arkeologi,
teknik lingkungan, ekologi, kehutanan, geografi, geologi, meteorologi, militer,
manajemen sumber daya alam, oceanografi, ilmu tanah, perencanaan wilayah dan
kota, dll.
INTERPRETASI FOTO UDARA
Kunci Dasar Interpretasi Foto Udara

Interpretasi foto dapat dilakukan dengan dua cara yakni :


1. Visual / Manual (masih dominan)
2. Digital / Computer assisted image intepretation

Pada awalnya Rabben (1960) memperkenalkan enam kunci intepretasi yaitu ukuran
(size), bentuk (shape), bayangan (shadow), derajat kehitaman dan warna (tone and
color), derajat kehalusan (texture) dan pola (pattern) kemudian Estes (1983)
menambahkan kunci tinggi (height), lokasi (site) dan keterkaitan (association)
INTERPRETASI FOTO UDARA
Kunci Dasar Intepretasi Foto Udara

1. Derajat kehitaman dan warna (tone and color), merupakan elemen dasar yang
paling utama dan yang secara langsung digunakan. Untuk foto B&W derajat
kehitaman dinyatakan oleh derajat keabuan (grey level), sedang untuk foto berwarna
dinyatakan dalam kombinasi hue, intensity, saturation atau dengan RGB. Dari tone
dapat diperoleh antara lain unsur dasar seperti garis batas dan bentuk geometri.
Dengan elemen kombinasi elemen dasar lainnya dapat digunakan untuk mengenali
tataguna tanah, membedakan antara jalan dan saluran jenis perkerasan permukaan,
dan unsur-unsur yang dapat dikenali dari nilai spektralnya.
2. Ukuran (size), merupakan elemen dasar yang banyak digunakan dalam
membedakan dua jenis obyek dengan kenampakan yang sama, namun jenisnya
berbeda. Contoh : jenis jalan dari kelas yang berbeda, lapangan badminton dengan
lapangan tenis / lapangan bola.
INTERPRETASI FOTO UDARA
Kunci Dasar Intepretasi Foto Udara

3. Bentuk (Shape), bentuk juga merupakan elemen dasar utama dalam pengenalan obyek,
contoh : membedakan sungai (alam) dan saluran buatan manusia antara bentuk yang
tidak teratur dengan teratur, mesjid dan rumah tinggal, dll
4. Tinggi (height), tinggi merupakan informasi yang tidak kalah pentingnya setelah tone.
Untuk membedakan dua obyek kadang kala dibutuhkan informasi tinggi bila kunci lainnya
kurang pasti. Cntoh bila digunakan paralaks bar, pohon kebun dengan pohon hutan
industri jenis tertentu akan berkaitan dengan umur tanam itu sendiri.
5. Bayangan (Shadow), untuk mengenali jenis obyek dari foto khususnya sekita titik utama
kadang perlu dibantu oleh bayangan spesifik dari obyek tersebut. Contoh : tiang listrik,
menara tegangan tinggi, kabel, jenis pohon (kelapa, misalnya), dlsb.
6. Derajat kehalusan (Texture), kadang diperlukan dalam berbagai jenis kebun dengan
melihat derajat kehalusan dari kenampakan pohon-pohon dari kebun tersebut. Contoh
kebun kelapa sawit dengan kebun teh.
INTERPRETASI FOTO UDARA
Kunci Dasar Intepretasi Foto Udara

7. Pola (Pattern), sebagai mana dengan derajat kehalusan, pengenalan jenis kumpulan
obyek dalam suatu area dapat dilihat polanya. Contoh pengenalan pola aliran sungai
seperti dendritik, radial paralel, dlsb.
8. Tempat (Site), kunci ini biasanya dikombinasikan dengan penggunaan kunci lain.
Obyek dapat dikenali dari tempat atau lokasinya. Contoh bangunan dipinggir rel kereta
api mempunyai kecenderungan sebagai stasiun atau bangunan kontrol sinyal, kebun
teh tidak ada di daerah pantai; rumah tinggal tidak ada yang dibangun di pinggir tol,
dlsb.
9. Kumpulan (association), pengenalan obyek dapat pula dikenali dari kumpulan unsur-
unsur atau fenomena tertentu. Contoh kompleks bangungan yang terdiri dari bangunan
yang besar, cerobong asap tinggi, timbunan batu bara,kemungkinan besar adalah
instalasi pembangkit tenaga listrik.
INTERPRETASI FOTO UDARA
Kegagalan dan Keraguan Intepretasi Foto Udara

• Ilusi bayangan (shading) : jika


lingkaran bagian bawah diberi
bayangan memberikan kesan
cembung, sedang bila sebaliknya
• Ilusi bentuk (form), suatu kesan
benda solid lingkaran satu terhadap
lainnya meskipun gambar tersebut
bisa jadi tidak dimaksudkan
menggambarkan dua segitiga solid
• Ilusi garis sejajar (paralel line),
memberikan kesan tidak sejajar oleh
karena adanya garis melintang
INTERPRETASI FOTO UDARA
Kegagalan dan Keraguan Intepretasi Foto Udara

• Ilusi bersambungan (Continuity),


memberi kesan bahwa dua garis
bersambungan bila terhalang
dengan sesuatu. Perhatikan bahwa
garis di kiri nampak bersambung
dengan garis atas kanan, yang
sebenarnya tidak demikian.
• Ilusi ukuran (size), beberapa
benda terlihat berbeda ukurannya
(sebenarnya sama) bila
dilatarbelakangi pandangan
persfektif.
• Ilusi warna (color)
Plotting Peta

• Plotting adalah proses pembuatan peta garis dari model foto.


• Proses plotting dilakukan setelah proses AT selesai.
• Tata cara pelaksanaan plotting peta:
– Plotting dilaksanakan per model.
– Plotting dilaksanakan per kelas objek
– Layerisasi
• Plotting pada alat optik dan mekanik
– Sistem Pengamat dan Plotter terpisah
– Dilakukan pada media yang memiliki yang stabil
• Plotting pada alat plotter analitik
– Proses hampir sama dengan plotting pada alat optik dan mekanik
– Hasil dalam bentuk Dijital
• Mekanisme pengambilan objek melalui titik apung (floating mark).
– Dari titik ke titik
– Automatik Tracing
Stereoplotting

Anal og
St er eo Pl ot t er
Stereoplotting
Stereoplotting
KONTUR

Kontur adalah garis di peta yang menghubungkan titik-titik yang


mempunyai nilai tinggi yang sama, terhadap permukaan air laut
rata-rata

Beda tinggi antara dua kontur yang berdekatan disebut selang


kontur atau interval kontur, yang berbanding terbalik dengan
skala petanya

Selang kontur dinyatakan dengan besaran tertentu dalam satuan meter.


Salah satu formula untuk menentukan selang kontur adalah setengah
dari angka skala petanya dibagi seribu.
Contoh : untuk peta skala 1:1000 maka selang konturnya adalah 0,5 m

Kontur (garis tinggi), biasa juga disebut dengan transis (tranches)

Kontur dapat dibayangkan sebagai proyeksi perpotongan bidang


mendatar dengan permukaan tanah

Untuk dapat menggambarkan kontur, diperlukan posisi sejumlah titik


dengan kerapatan tertentu sesuai dengan skala petanya, serta tinggi
titik-titik tersebut
CIRI / POLA KONTUR
Antara lain :
1. Kontur saling melingkupi

Proyeksi inilah
yang diperkecil
digambar di peta
2. Di daerah yang curam, kontur lebih rapat dan sebaliknya

curam

landai
3. Di daerah yang sangat curam (terjal), kontur seakan segaris (saling berimpit)
4. Kontur pada jalan yang tidak datar, cembung ke arah menurunnya jalan ; sedangkan
kontur pada aliran air, cembung ke arah datangnya air

sungai

jalan

aliran air

menurun

5. Kontur selalu menutup kecuali pada tepi peta; dengan demikian maka :
- kontur tidak mungkin saling berpotongan
- kontur tidak mungkin bercabang atau sebaliknya

6. Kontur pada bukit dan lembah, bentuknya hampir sama dan yang
membedakannya adalah tinggi konturnya; pada bukit, yang di dalam
lebih tinggi dan sebaliknya pada lembah
Kontur gradien (β) adalah sudut antara permukaan tanah dengan garis mendatar

Kegunaan kontur (antara lain) :

1. menentukan profil memanjang antara tempat tertentu


2. menghitung luas dan volume suatu daerah
3. mendesain rencana suatu rute jalan atau saluran yang mempunyai kemiringan
(gradien) tertentu
4. untuk mengetahui apakah antara tempat tertentu dapat saling terlihat

Pengukuran untuk penarikan kontur dapat dilakukan dengan :

1. Cara profil
2. Cara radial
3. Cara kisi
Interpolasi kontur dapat dilakukan dengan beberapa cara

Pertama : dengan cara menaksir

A = 603,2 m D = 604,8

B = 598,4 m C = 601,6 m

600,0

Cara menaksir ini, sebenarnya didasari dari cara numeris


Kedua : dengan cara numeris

A = 603,2 m D = 604,8

P Q

B = 598,4 m C = 601,6 m

600,0

Letak titik P, Q dan R ditentukan berdasarkan perbandingan dalam segitiga


Contoh :

ΔhBA
ΔhBP

B P A

BP : BA = ΔhBP : ΔhBA

BP = (ΔhBP : ΔhBA) x BA

= {(600,0 - 598,4) : (603,2 – 598,4)} x BA

= (1,6 : 4,8) x BA

= (1/3) x BA

Dengan mengukur jarak BA maka jarak BP dapat ditentukan

Letak titik Q dan R ditentukan dengan cara yang sama


Beberapa Kesalahan yang terdapat pada data
vektor
Hasil dari Plotting
Orthophoto

• Orthophoto adalah bentuk penyajian gambar objek pada


posisi orthographik yang benar. Secara geometrik ekuivalen
terhadap peta garis konvensional dan peta simbol planimetrik
yang juga menyajikan posisi ortografik yang benar.
• Beda utama antara ortophoto dengan peta yaitu ortophoto
terbentuk oleh gambar kenampakan foto, sedangkan peta
menggunakan garis dan simbol untuk menggambarkan sesuai
dengan skala untuk mencerminkan kenampakan.
• Orthophoto dibuat berdasarkan foto perspektif melalui proses
rektifikasi differensial, yang meniadakan pergeseran letak
gambar yang diakibatkan oleh kesedengan foto dan
pergeseran relief.
Contoh Ortophoto
Teknik Pembuatan Ortophoto

• Teknik Pembuatan Ortophoto:


– Secara optik (on-line dan
off-line)
– Secara elektronik
– Secara citra dijital
• Konsep proses pembentukan
ortophoto dilakukan dengan
mengkoreksi bagian2 kecil foto
(piksel) yang diproyeksikan ulang
secara fotografis dengan pola
profil.
• Dengan teknologi komputer
penururnan ortophoto dapat
dilakukan secara dijital dengan
berdasarkan hubungan kolinieritas
antara titik foto, titik pusat
proyeksi dan titik di tanah dan
diperlukan juga DTM
Peta Foto

• Peta foto (photo map) adalah foto udara yang dapat menggantikaan
peta planimetrik.
• Peta foto dapat dibuat dari satu atau bagian-bagian lebih lebih dari
satu foto udara yang bersambung, paduan ini biasa disebut mosaik.
• Keunggulan Peta Foto:
– Informatif
– Produksi cepat dan murah
– Mudah diinterpretasi
• Kelemahan Peta Foto:
– Secara planimetrik tidak benar
– Ada pergeseran dan variasi skala
– Hanya bisa digunakan untuk studi kuantitatif
• Kegunaan Peta Foto:
– Perencanaan, inventarisasi SDA, dll.
Mosaik

• Jenis Mosaik
– Tercontrol (full control)
– Semi-Kontrol (semi-control)
– Tak-Terkontrol (uncontrol)
• Kategori Mosaik
– Mosaik Indeks
– Mosaik Strip
• Penyusunan Mosaik
– Manual
– Dijital
• Metode Penyusunan Mosaik – Manual
– Per Jalur
– Garis Asimut
• Mosaik Ortophoto
• Reproduksi / Printing
– Memotert peta foto atau mosaik
– Produksi cetak dari negatif
Mosaik Manual
Mosaik secara Dijital

• Uncontrol Process
– Scanning
– Image Enhance
– Arbitary Rubber Sheeting (scalling, skewing, rotating)
– Mosaicking
– Carthography Process
– Printing
• Semi-Control Process (with control point)
– Scanning
– Image Enhance
– Rectification with control point
– Mosaicking
• With/without control point template
– Carthography Process
– Printing
Mosaik secara Dijital

• Semi-Control Process (with map control)


– Scanning
– Image Enhance
– Mosaicking
• With line map as background
– Carthography Process
– Printing
• Full Control Mosaic Process
– Scanning
– Image Enhance
– Ortho Rectification with control point
– Mosaicking
• With/without control point template
• Automatic Mosaicking
• Image Corelation
– Carthography Process
– Printing
PERENCANAAN
PEKERJAAN
FOTOGRAMETRI

Disusun oleh
Andri Hernandi
PERENCANAAN PEKERAJAAN FOTOGRAMETRI
Komponen pekerjaan fotogrametri

Perencanaan pekerjaan fotogrametri meliputi :


- Pemilihan methoda komponen proses yang digunakan
- Perencanaan peralatan yang akan dipakai
- Perencanaan personil pelaksana
- Estimasi biaya, dan
-Estimasi waktu pelaksanaan

Komponen Utama Biaya Satuan Variabel

1. Pemotretan luas (Ha) skala, jenis film, OL/SL


2. Pengukuran Titik kontrol km, jum.titik kondisi lapangan
3. Triangulasi Udara foto/ model -
4. Restitusi foto/ model densitas detail, jenis produk, skala
5. Penyajian hasil lembar peta material, rangkap, media, format
PERENCANAAN PEKERAJAAN FOTOGRAMETRI
Komponen pekerjaan fotogrametri
• Pertimbangan yang penting dalam pelaksanaan proyek adalah hasil keluaran dari
pekerjaan, yaitu: skala dan ketelitiannya.
• Produk akhir :
– Cetak foto udara.
– Peta Foto
– Mosaik
– Peta Planimetrik
– Peta Topografi
– Penampang melintang
– Model medan dijital (DEM /DTM).
– Ortofoto
– Peta Kadaster
– Dan lain sebagainya.
• Perencanaan ini dapat dibagi menjadi:
– Perencanaan Pemotretan udara.
– Perencanaan Titik Kontrol Medan.
– Pemilihan Instrument.
– Perkiraan Biaya dan Jadwal
PERENCANAAN PEKERAJAAN FOTOGRAMETRI
Perencanaan Pemotretan dan Penerbangan

• Rencana Terbang :
– Peta Jalur Terbang.
– Spesifikasi :
• Kamera dan film
• Skala
• Tinggi Terbang
• Pertampalan
• Toleransi Kesendengan (Tilt)
• Crab
• Kualitas Foto
– Liputan Medan
– Kondisi Cuaca
– Musim
Overlap dan Sidelap
Model Murni
Stereoskopik
Perencanaan Misi Pemotretan Udara

1)Tinggi terbang Hr = Sf x f
dimana : Hr = tinggi terbang terhadap tinggi tanah rata-rata
Sf = bilangan skala foto
f = panjang fokus kamera

2) Jarak antar dua jalur W = (100-sl)% x lf x bsf


dimana : W = adalah jarak antar dua jalur pemotretan
sl = pertampalan ke samping (sidelap)
lf = lebar sisi foto
bsf = bilangan skala foto
3) Interval waktu pemotretan
Interval waktu pemotretan (eksposur) diset pada intervalometer sesuai dengan panjang
basis udara (B) dan kecepatan pesawat terbang (Vkm/jam). Sedang panjang basis udara
dihitung dari skala foto dan pertampalan kedepan (overlap %) yang ditetapkan.
B (km)
dt = = …… detik
V (km/jam)
Menghitung jumlah foto/ model

p
Jumlah foto/strip (nf) = + 2 + 2 (2 =safety factor)
(100-ol)% X pf X bsf

l
Jumlah strip (ns) = +1 (1 =safety factor)
(100-sl)% X lf X bsf

dimana : p = panjang daerah, l = lebar daerah, ol = overlap, sl = sidelap


pf = panjang sisi bingkai foto, lf = lebar sisi foto , utk foto metrik pf = lf = G = 23 cm, bsf =
bilangan skala foto

Total foto yang diperlukan = nf x ns

Cara ini hanya dapat digunakan untuk bentuk daerah yang mempunyai bentuk persegi
empat atau kombinasi bentuk persegi empat.
Neat Model

Perkiraan jumlah model yang diperlukan berdasarkan luas neat model.


Luas area
Jumlah model =
luas neat model

Luas satu neat model = {(100-ol)% X 23cm X bsf}{(100-sl)% X 23cm X bsf}


Cara ini tidak memberikan informasi tentang jumlah strip nya, namun dapat
digunakan untuk estimasi jumlah model bentuk area yang tidak teratur.
Perencanaan pemotretan & estimasi volume
(dengan bantuan pola blok model)

Perencanaan misi pemotretan dapat dilakukan sekaligus dengan


perencanaan penempatan titik kontrol dan mengestimasi komponen-
komponen biaya dan waktu dengan menggunakan bantuan blok model .
Yang dapat diestimasi lainnya :
• line km = untuk menghitung jam terbang yang diperlukan,
• jumlah model untuk AT dan plotting,
• jumlah titik kontrol yang diperlukan, dan
• panjang jalur pengukuran polygon/ traverse & levelling (bila cara ini
yang digunakan).
Tahapan
1. Batasi area yang akan difoto/ dipetakan pada peta kerja (topografi),
lihat Gambar E1
2. Buat pola blok model berdasarkan ukuran model (b x 2b) pada skala
peta kerja pada kertas transparan atau kalkir, lihat Gambar E2,
3. Overlaykan pola blok model diatas area pemotretan yang telah
dibatasi pada peta kerja,
4. Batasi model-model yang masuk pada blok efektif,
5. Buat rencana jalur-jalur terbang (R1, R2,…..Rn) sesuai dengan
panduan blok model,
6. Tempatkan titik-titik kontrol planimetrik dan tinggi sesuai dengan
aturan AT (pada contoh ini untuk jarak antar titik kontrol planimetrik
pada perimeter dan rangkaian titik kontrol tinggi masing-masing 4
basis), dan
7. Hitung panjang total jalur, jumlah model efektif, jumlah titik kontrol
(panjang jalur pengukuran yang diperlukan)
Perencanaan dengan menggunakan pola blok model

Ditumpang-susunkan (overlay)

Pola blok model disiapkan


dengan ukuran b = (100 – 60)% x
23 cm x bilangan skala foto/
bilangan skala peta kerja.
Bila overlap tidak sama dengan
60 % dan sidelap tidak sama
dengan 20% maka panjang dan
lebar model harus dihitung
sendiri-sendiri
Hasil Perencanaan
PREMARK

Dalam proses triangulasi diperlukan sejumlah titik kontrol tanah yang diketahui
koordinat tanahnya. Titik-titik kontrol tersebut harus dapat terlihat dengan jelas
pada foto/ model. Untuk memperjelas keberadaan titik kontrol tersebut
digunakan tanda lapangan atau premark yang dipasang pada titik-titik kontrol
tanah tersebut.
Tergantung dari jenis permukaan tanahnya premark dapat dibuat dari bahan
plastik, kain atau cat sedemikian rupa agar kontras terhadap latarbelakangnya.
Bentuknya dapat berupa tanda silang dengan tiga atau empat lengan dengan
ukuran yang disesuaikan dengan skala foto, d = 30 s/d 50  pada skala foto.
Pola Pemotretan

POLA PEMOTRETAN

Pemotretan pola blok Pemotretan pola strip

270
PEMOTRETAN UDARA

Secara teknis, perencanaan misi pemotretan memperhitungkan


penggunaan :
 jenis kamera,
 jenis film,
 tinggi terbang,
 jenis pesawat,
 persentase pertampalan ke muka dan ke samping, dlsb.

Perencanaan misi pemotretan yang meliputi pembuatan (1) peta


rencana terbang dan (2) ketentuan-ketentuan / spesifikasi penerbangan
yang harus dipenuhi.

271
Faktor Lapangan Yang Perlu Diperhitungkan
Dalam suatu Misi Pemotretan Udara

Disamping faktor teknis yang berkaitan dengan pemrosesan


datanya, faktor lapangan juga harus diperhitungkan.
Faktor lapangan meliputi :
 lokasi pemotretan terhadap lapangan terbang terdekat,
 kondisi topografi,
 kondisi cuaca : angin, awan, turbulensi,
 halangan-halangan (obstacle),
 jalur penerbangan sipil
 daerah larangan (restricted area)

272
Lokasi pemotretan
Waktu dan bahan bakar pesawat yang diperlukan menuju ke dan pulang dari
lokasi (site)
Jenis Kamera
 kamera format kecil 35 mm x 24 mm atau 60 mm x 60 mm.
 kamera metrik WA 23 cm x 23 cm dengan f = 152 mm. Atau SWA 23 cm x 23
cm dengan f = 88 mm.
Jenis film
 panchromatic B&W,
 true color,
 false color atau
 infrared.

273
Jenis pesawat
Beban angkut (payload) kira-kira 200 kg dan awak pesawat sejumlah minimal 4
orang (1 pilot, 1 navigator, 1 camera man dan 1 technician), contoh : Piper PA-31
Navajo, Cessna 402 B, Beech King Air A-100, Dornier Do28 D-2 Skyservant,
Gates Learjet 24D, 25C, 35,dlsb. Untuk FUFK digunakan pesawat ringan seperti
Gelatik PZL-105 dan sejenisnya atau dengan pesawat terkendali radio (R/C) bila
daerahnya relatif kecil.
Tinggi terbang
Tinggi terbang = f (fokus kamera dan skala foto). Pada tahun 1970-an untuk
sejumlah alat restitusi pernah digunakan besaran Cfaktor yakni Cfaktor = H/IK,
dimana H = tinggi terbang pesawat terhadap permukaan tanah rata-rata dan IK =
interval kontur dari peta yang akan diturunkan. sampai dengan 1/8 bahkan lebih.
Disamping pertimbangan pemrosesan data faktor lapangan juga harus
diperhitungkan seperti kondisi topografi, kondisi cuaca (cloud ceiling) dan
kemungkinan adanya rintangan (obstacle).

274
Liputan Medan

• Liputan satu foto tunggal


– Skala Foto (S)
– Dimensi sisi foto (G) pada liputan medan.
G = Skala Foto (S) x Panjang Dimensi Frame Film
– Luas Liputan Medan
Luas = G x G

• Liputan model murni stereoskopik (model efektif)


– Luas liputan model murni stereoskopik adalah B (Panjang Basis) kali W
(Panjang Efektif Model pada Dimensi Sisi Foto karena Sidelap) = Jarak
antara jalur terbang
– B ditentukan dengan (100% - % Overlap) x G
– W ditentukan dengan (100% - % Sidelap) x G
– Maka luas model murni stereoskopik adalah :
((100% - % Overlap) x G) x ((100% - % Sidelap) x G)
Peta Jalur Terbang

• Arah Terbang
– Disesuikan dengan kondisi liputan medan.
• Dimensi Liputan Medan (G)
– Berdasarkan pada Skala Foto
• Jarak antar Jalur Terbang (strip/run) = W
• Jumlah Jalur Terbang (strip/run)
 Lebar liputan medan / W +1
• Penentuan Basis = B
• Jumlah Foto Tiap Jalur Terbang
 Panjang liputan medan / B +2 +2
• Jumlah Total Foto
= Jumlah Foto perjalur x Jumlah Jalur
• Jarak antarjalur Terbang pada Peta
= W x Skala Peta
• Penyetelan Intervalometer
= Basis / Kecepatan Pesawat
Contoh Peta Jalur Terbang
Hasil perencanaan misi pemotretan dengan bantuan pola blok model
Rencana Jalur Terbang
Titik Kontrol Tanah
FOTOGRAMETRI
DIGITAL

Email : andri@gd.itb.ac.id

Disusun oleh
Andri Hernandi
FOTOGRAMETRI MODERN
• Data dalam bentuk Digital (dari Sensor optik
atau elekoronik : Kamera Digital atau
Scanner, bahkan dari Video Digital)
• Data diproses dan dianalisis melalui sebuah
komputer.
• Proses analisis memungkinkan
FOTOGRAMETRI

mengadaptasi dari berbagai disiplin ilmu


antara lain :
• Pemrosesan Citra (Image Processing),
seperti kompresi (Compression),
MODERN

penajaman citra (enhancement)


• Pengenalan Pola (Pattern Recognition),
seperti image understanding dan
computer vision  Artificial Intelligence
(Schenk, 1999)

PERKEMBANGAN
FOTOGRAMETRI
MODERN
KONSEP DATA DIGITAL
Data Digital

Data digital : data yang berbentuk digit (diskrit) yang dapat dikirim, diambil, dan disimpan dalam notasi
binary. Contoh : 10100100
Sistem Komputer
KONSEP DATA DIGITAL
Sistem Komputer

GPS

Encoder

Dll (etc)
Wild A8 Encoder

Softcopy Photogrammetry

Scanning

Digital Camera

Analytical Plotter
Sistem pengolahan Softcopy Photogrametry :
Pengolahan dilakukan secara analitis seutuhnya , tidak ada komponen fisik
Mekanis maupun optis. Meningkatkan ketelitian
KONSEP DATA DIGITAL
Sistem Bilangan Data Digital (Digital Number)
Kebanyakan komputer bekerja dengan bilangan 16 bit, 32 bit, atau 64 bit.
Bit adalah merupakan notasi binary yang berarti binary digit.
KONSEP DATA DIGITAL
Sistem Bilangan Data Digital (Digital Number)
Perhitungan dalam bit yang mempunyai basis bilangan 2 (dua)
KONSEP DATA DIGITAL
Contoh (Exercise)
Contoh Perhitungan dalam bit yang mempunyai basis bilangan 2 (dua) dengan 8 bits :

10101110
10101110 = 1 x 27 + 0 x 26 + 1 x 25 + 0 x 24 + 1 x 23 + 1 x 22 + 1 x 21 + 0 x 20
= 128 + 0 + 32 + 0 + 8 + 4 + 2 + 0
= 174

11111111
10101110 = 1 x 27 + 1 x 26 + 1 x 25 + 1 x 24 + 1 x 23 + 1 x 22 + 1 x 21 + 1 x 20
= 128 + 64 + 32 + 16 + 8 + 4 + 2 + 1
= 255
KONSEP DATA DIGITAL
Sistem Bilangan Data Digital (Digital Number)

Perhitungan dalam hexadesimal yang mempunyai basis bilangan 16 (enambelas)


KONSEP DATA DIGITAL
Contoh (Exercise)
Contoh Perhitungan dalam hexadesimal yang mempunyai basis bilangan 16 (enambelas)
dengan 16 bits :
KONSEP DATA DIGITAL
Contoh (Exercise)
Contoh Perhitungan dalam hexadesimal yang mempunyai basis bilangan 16 (enambelas)
dengan 8 bits :

FF = 15 x 161 + 15 x 160 = 255


Contoh Perhitungan dalam hexadesimal yang mempunyai basis bilangan 16 (enambelas)
dengan 16 bits :

FFFF = 15 x 163 + 15 x 162 +15 x 161 + 15 x 160 = 65535


KONSEP DATA DIGITAL
Contoh (Exercise)
Contoh Penggunaan bilangan hexadesimal dalam menentukan warna RGB
(Red, Green, Blue) pada software Adobe Photoshop
KONSEP DATA DIGITAL
Contoh (Exercise)
Contoh Penggunaan bilangan konversi hexadesimal dengan menggunakan fasilitas kalkulator pada aplikasi
Mircrosoft Windows
KONSEP DATA DIGITAL
Data Raster dan Vektor
Data raster terdiri dari piksel-piksel, dimana piksel (Pixel)
adalah kepanjangan dari picture element, merupakan
satuan terkecil dari data raster.
Piksel
KONSEP DATA DIGITAL
Data Raster dan Vektor
Raster
Pixel (picture element)
KONSEP DATA DIGITAL
Data Raster dan Vektor

Perbedaan gray level dan berwarna

Gray level (0-255) = 1 byte


256 warna

Red (0-255) = 1 byte


Green (0-255) = 1 byte
Blue (0-255) = 1 byte

Total = 3 byte dengan


Warna 2563 = 16.777.216 warna
KONSEP DATA DIGITAL
Data Raster dan Vektor
Vektor dapat mewakili gambar dengan menyimpan data
geometrik dari objek gambar tersebut. Data geometrik
tersebut dapat berupa titik, garis, poligon, atau luasan
(area).
?
KONSEP DATA DIGITAL
Question Pertanyaan ?

Apa kelebihan dan kekurangan data raster dan data vektor ?


(advantages and disadvantages raster and vektor data)
KONSEP DATA DIGITAL
Format Data Digital
KONSEP DATA DIGITAL
Format Data Digital (example : DXF File)
KONSEP DATA DIGITAL
Format Data Digital (example : TIFF File)
KONSEP DATA DIGITAL
Format Data Digital (example : TIFF File)
DATA FOTO UDARA DIGITAL
Foto Udara Digital (example : UltraCamD (Vexcel Imaging))
DATA FOTO UDARA DIGITAL
Foto Udara Digital (Konsep GSD dan Pixel Size)
DATA FOTO UDARA DIGITAL
Pemrosesan Data Digital

Visualization Acquisition
(Scanner & Digital Camera)

Enhancement & Image Processing Storage


Restoratiom

Segmentation Compression
DATA FOTO UDARA DIGITAL
Scanner Fotogrametri

• Rotating Drum
• Flatbed stage with a linear CCD array
• Flatbed stage with a frame/area CCD array
DATA FOTO UDARA DIGITAL
Scanner Fotogrametri

Rotating Drum Scanner


DATA FOTO UDARA DIGITAL
Scanner Fotogrametri

Flatbed stage with a


linear CCD array
DATA FOTO UDARA DIGITAL
Scanner Fotogrametri

Flatbed stage with a


frame/area CCD array
DATA FOTO UDARA DIGITAL
Kamera Digital Fotogrametri
DATA FOTO UDARA DIGITAL
Kamera Digital Fotogrametri

Contoh CCD Camera Digital


Dimensi :
Kiri : 2.74 Megapixel 23.7 mm x 15.6 mm 11.8 micrometer
Kanan : 2.79 Megapixel 7.9872 mm x 5.304 mm : 3.9 micrometer
TANYA JAWAB ??
?
Apa artinya spesifikasi dari Kamera Digital merk Nikon DX ?
Berapa ukuran pixel dari image size 3008 x 2000 ?
• 23.7 x 15.6 mm CCD sensor
• Nikon DX format (1.5x FOV crop)
• 6.1 million effective pixels
Sensor
• 6.2 million total pixels
• RGB Color Filter Array
• 12-bit A/D converter

• 3008 x 2000 (Large, 6 MP)


Image sizes • 2256 x 1496 (Medium, 3.4 MP)
• 1504 x 1000 (Small, 1.5 MP)

Minimum shutter speed (1 to 1/125 sec)


DATA FOTO UDARA DIGITAL
Kamera Digital Fotogrametri
DATA FOTO UDARA DIGITAL
Penyimpanan Data Digital (Storage)
DATA FOTO UDARA DIGITAL
Kompresi Data Digital (Compression)
DATA FOTO UDARA DIGITAL
Kompresi Data Digital (Compression (RLE))
DATA FOTO UDARA DIGITAL
Penajaman Citra (Enhancement)
DATA FOTO UDARA DIGITAL
Koreksi Geometri Citra (Geometric)
FOTOGRAMETRI DIGITAL
Komponen Sistem Fotogrametri Digital
FOTOGRAMETRI DIGITAL
Fasilitas Fotogrametri Digital

• Import  able to read from variety of sensors and image


formats
• Orientation and triangulation  manual or automated
process
• Image Preparation  preprocessing
• Extraction and Compilation  manual or automated
extraction
• Product creation  topographic maps, GIS data layer,
rectified and orthorectifird imagery, etc.
• Data Export  able to delivery in variety format
FOTOGRAMETRI DIGITAL
Prinsip dasar untuk otomatisasi pada proses fotogrametri

Demo
Photogrammetry
FOTOGRAMETRI DIGITAL Task
Prinsip otomatisasi proses fotogrametri
• Proses fotogrametri yang paling penting adalah bagaimana menentukan letak
pasangan titik atau obyek (floating mark) pada dua atau lebih foto udara yang
bertampalan

Pasangan titik pada obyek yang sama dalam daerah bertampalan


Akan membentuk hubungan stereoskopik
Photogrammetry
FOTOGRAMETRI DIGITAL Task
Prinsip otomatisasi proses fotogrametri

Foto kiri Foto kanan

fokus

Diperoleh koordinat
tiga dimensi (x,y,z)

Hubungan Stereoskopik
?
FOTOGRAMETRI DIGITAL
Question Pertanyaan ?

Bagaimana menentukan letak


titik/obyek pada satu atau
lebih foto yang bertampalan
secara otomatis ?
(fully digital)
FOTOGRAMETRI DIGITAL
Prinsip otomatisasi proses fotogrametri

• Image Matching 
–Area-based
–Feature-based
FOTOGRAMETRI DIGITAL
Prinsip otomatisasi proses fotogrametri (area-based matching)
FOTOGRAMETRI DIGITAL
Prinsip otomatisasi proses fotogrametri (area-based matching)

Citra kiri Citra kanan


FOTOGRAMETRI DIGITAL
Prinsip otomatisasi proses fotogrametri (area-based matching)

DEMO
FOTOGRAMETRI DIGITAL
Prinsip otomatisasi proses fotogrametri (feature-based matchin
FOTOGRAMETRI DIGITAL
Prinsip otomatisasi proses fotogrametri (feature-based matchin
FOTOGRAMETRI DIGITAL
Manfaat otomatisasi proses fotogrametri

• Automatic Production of Digital Elevation Model


(DTM / DEM / DSM)
• Automatic Production of Digital Orthophoto
PRODUK FOTOGRAMETRI
PRODUK & DIAGRAM PROSES
PRODUK FOTOGRAMETRI
DIAGRAM PROSES PETA GARIS
Umum
PRODUK FOTOGRAMETRI
DIAGRAM PROSES PETA GARIS
FOTOGRAMETRI DIGITAL
Pustaka
FOTOGRAMETRI DIGITAL
Pustaka

1. James M Anderson,, Edward M. Mikhail : Introduction to Surveying, McGraw-Hill, 1985.


2. Paul R.Wolf : Elements of Photogrammetry, McGraw-Hill, 1985.
3. Warren R.Philipson : Manual of Photogrammetric Photo Interpretation, ASPRS, 1997.
4. Robert N.Colwell, History ad Place of Photographic Interpretation, ASPRS, 1997.
5. Paul R.Wolf, Bon A. Dewitt : Elements of Photogrammetry, McGraw-Hill , 2000.
6. Wang Zhizhuo : Principles of Photogrammetry, Press of Wuhan Technical University of
Surveying and Mapping, 1990
7. Toni Schenk : Digital Photogrammetry, Ohio State University, Terra Science, 1999.
8. Bobby Santoso D : Pengantar Fotogrametri, Catatan Kuliah, DTGD, 1999
andri@gd.itb.ac.id

www.itb.ac.id
Jadikanlah Langit Biru

TERIMA KASIH ……………..

Anda mungkin juga menyukai