16/No 3
Abstrak
Indonesia berada pada posisi ‗cincin api‘ (ring of fire), yang berarti bahwa tingkat
kemungkinan kejadian bencana, khususnya gempa bumi adalah sangat tinggi. Gerakan
lempeng bumi memicu gempa. Bila pusat gempa berada dilaut, maka dapat diduga akan
terjadinya tsunami. Peramalan bencana gempa belum dapat dilakukan, tsunami itu sendiri
terjadi dan selalui didahului dengan adanya gempa. Waktu yang begitu singkat untuk
penyelamatan diri, akan menciptakan kekacauan pada lokasi lokasi dimana konsentrasi
penduduknya tinggi, sehingga mengharuskan adanya partisipasi masyarakat dalam
melaksanakan proses evakuasi. Studi ini bertujuan untuk memperkenalkan permasalahan
tsunami dan tindakan sebagai upaya pengurangan risiko bencana. Adanya partisipasi
masyarakat terhadap bencana diharapkan mampu untuk menekan jumlah korban.
Metodologi pembahasan dalam studi ini dilakukan secara kualitatif dengan melakukan
studi literatur, yang mencakup data sekunder, observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hasil dari studi ini adalah langkah-langkah lain yang dilakukan dalam pengurangan risiko
bencana tsunami.
Abstract
Indonesia is in a position 'ring of fire' (Ring of Fire), which means that the possibility of
occurrence of disasters, particularly earthquakes is extremely high. Earth plate
movements trigger earthquakes. When the epicenter was at sea, it can be expected to be a
tsunami. Forecasting earthquakes can not be done, the tsunami itself occurs and is kept
up preceded by an earthquake. A short time to escape, would create chaos on the location
of the location where the high population concentration, thus requiring community
participation in carrying out the evacuation. This study aims to introduce issues and acts
as the tsunami disaster risk reduction. The participation of communities to disasters
should be able to reduce the number of victims. The methodology of the discussion in this
study conducted qualitatively by studying literature, which includes secondary data,
observation, interviews and documentation. Results from this study are other steps
undertaken in the tsunami disaster risk reduction
mensosialisasikan pemahaman tentang bahaya (laut/danau); tanah longsor di dalam laut; serta
tsunami, kesadaran masyarakat dalam menghadapi letusan gunung api di bawah laut, gunung api pulau
bencana. Tujuannya adalah untuk mengarahkan atau jatuhnya meteor.
langkah yang perlu dilakukan dan dihindari pada Bencana tsunami itu tidak ada bila tidak terjadi
saat sebelum dan waktu kejadian , serta mengetahui gempabumi (tsunamigenic earthquake) (Edyanto,
cara penyelamatan diri jika bencana terjadi. Selain 2011), (Mahatma, 2004). Namun, tidak semua
itu, keterlibatan masyarakat dibutuhkan pula di gempa menghasilkan tsunami, hal ini tergantung
dalam kegiatan lain seperti pengaturan dan penataan beberapa faktor utama seperti tipe sesaran (fault
ruang kawasan rawan bencana untuk mengurangi type), kemiringan sudut antar lempeng (dip angle),
ancaman bencana (Pedoman Umum Mitigasi dan kedalaman pusat gempa (hypocenter)
Bencana,2006) (Sutowijoyo, 2005). Tsunami dapat terjadi bila pusat
Tujuan dari studi ini adalah untuk gempabumi berada ditengah lautan, gempabumi
memperkenalkan permasalahan tsunami, tingkat dengan magnitude lebih besar dari 6.0 skala Richter,
bahaya, dan tindakan sebagai upaya pengurangan gempabumi dengan pusat dangkal dan kurang dari
risiko bencana. Dengan tindakan partisipasi 33 km, lokasi sesar (rupture area) berada di lautan
masyarakat terhadap bencana diharapkan jumlah dalam, dan morfologi pantai merupakan pantai
korban dapat diminimalkan. Keterlibatan masyarakat terbuka, landai atau berbentuk teluk
sangat dibutuhkan, terutama pada saat situasi yang (Prawiradisastra, 2011). Tsunami dapat terjadi jika
kritis dan banyak korban yang tidak berdaya. terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan
Kepedulian masyarakat ini masih cukup tinggi, sejumlah besar air, seperti letusan gunung api,
namun membutuhkan pengarahan, pengetahuan,serta gempabumi,longsor atau meteor yang jatuh ke bumi.
sosialisasi cara penyelamatan secara cepat bagi Namun, 90% tsunami adalah akibat gempabumi
masyarakat pantai. bawah laut (Aprijanto, 2003). Kedahsyatan
gelombang tsunami ini menyebabkan kehancuran
2. METODOLOGI kawasan yang berada di tepi pantai (terutama kota-
kota pantai). Energi tsunami bisa mencapai 10% dari
Metodologi pembahasan dalam studi ini adalah energi gempa pemicunya. Gempa dengan kekuatan
: melakukan studi literatur (desk study) yang mencapai 9.0 Richter akan menghasilkan energi
berkaitan dengan aspek partisipasi masyarakat, yang setara dengan lebih dari 100.000 kali kekuatan
khususnya yang berkaitan dengan masalah bencana bom atom Hiroshima, Jepang (Republika, Harian,
tsunami. Melaksanakan pengumpulan data berupa 2006).
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis Kejadian tsunami yang luar biasa ini
data dalam penelitian ini dilakkan secara kualitatif (catastrophic disaster) hampir tidak dapat ditangani.
dengan memanfaatkan data sekunder. Melakukan Namun untuk bencana tsunami yang biasa yang
identifikasi pengetahuan bencana tsunami kepada diawali oleh gempa dengan skala 6 Richter, masih
masyarakat setempat melalui wawancara, seperti dapat ditangani. Rentang waktu antara gempa besar
pengetahuan tentang tsunami, baik dari aspek dan tsunami yang terjadi biasanya antara 20 hingga
penyebab, gejala maupun dari efek yang 40 menit (Triatmojo,1999). Waktu yang sangat
ditimbulkannya terhadap kehidupan manusia. sempit ini, merupakan satu satunya kesempatan yang
Analisis terhadap elemen ruang perkotaan pantai dapat digunakan untuk evakuasi. Fakta yang nyata
sebagai pertimbangan terhadap kemampuan adalah terjadinya kepanikan yang luar biasa, karena
jangkauan penyelamatan diri ke tempat yang aman kecepatan limpasan air laut yang bergerak cepat
dari kejadian, dan bebas dari hambatan di jalur kearah daratan. Peran partisipasi masyarakat pada
evakuasi, penentuan minimum jangkauan ke lokasi kondisi ini sangat dibutuhkan.
perlindungan (shelter) berbasis jumlah penduduk.
4. KEARIFAN LOKAL SEBAGAI WARISAN
3. BENCANA TSUNAMI : PENYEBAB DAN PARTISIPASI MASYARAKAT UNTUK
DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN PENGURANGAN RISIKO BENCANA
MANUSIA
Menggerakkan masyarakat dalam jumlah yang
Kata Tsunami berasal dari Bahasa Jepang yang besar yang harus berjalan waktu yang singkat,
berarti ‗gelombang di pelabuhan‘ bukanlah pekerjaan yang mudah. Kesulitan ini telah
(https://id.wikipedia.org/wiki/Tsunami). Tsunami diantisipasi oleh nenek moyang kita, sehingga
merupakan gelombang laut dengan periode panjang peringatan akan sebuah kejadian dapat disiarkan
yang ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar secara cepat kepada masyarakat. Pada beberapa
laut. Gangguan impulsif dapat disebabkan oleh daerah di Indonesia, potensi kearifan lokal (local
gempabumi yang diikuti dengan dislokasi masa wisdom) ini ternyata telah dimiliki. Kearifan lokal
tanah/batuan yang sangat besar di bawah air membantu proses partisipasi masyarakat, yang
diharapkan dapat berjalan secara berkesinambungan LSM , masyarakat dengan Pemda untuk advokasi
melalui pemahaman pengetahuan local (local kesiapsiagaan tsunami.
knowledge), teknologi local, budaya lokal dan Partisipasi masyarakat untuk tujuan
tradisi-tradisi lokal yang mampu berkontribusi pengurangan risiko bencana tsunami ini dapat
dalam mitigasi bencana (Wikantiyoso,2010). dibedakan dalam tiga kegiatan, yaitu :
Kemampuan untuk membaca fenomena alam,
• Kegiatan pada tahap pra bencana.
seperti munculnya bau garam laut yang kuat,
• Kegiatan saat terjadi bencana
susutnya permukaan laut secara tiba tiba
• Kegiatan pada tahap pasca bencana.
memberikan indikasi akan adanya tsunami.
Pengalaman ini merupakan pengalaman empiris
5.1. Kegiatan Partisipasi Masyarakat untuk
sebagai hasil interaksi masyarakat dengan
Pengurangan Risiko Bencana
ekosistemnya dan disampaikan secara turun temurun
dan diinformasikan secara efektif kepada masyarakat
Peran masyarakat sangat dibutuhkan dan
lain disekitarnya. Sebagai contoh, di Pulau
mendapat tempat yang sangat penting dalam upaya
Simeulue, kata smong adalah kearifan lokal
meningkatkan kesadaran akan bencana sebelum,
masyarakat dalam membaca fenomena alam pantai,
pada saat dan setelah bencana terjadi. Kegiatan yang
yang diteriakkan saat tsunami terjadi. Smong
perlu dilakukan untuk menghadapi bencana tsunami
merupakan kata sebagai tanda peringatan dini
adalah sebagai berikut :
tsunami yang diartikan sebagai situasi dimana air
laut mendadak naik dan masyarakat harus lari ke
bukit. Kata smong berasal dari leluhur, dari kejadian 5.1.1 Sebelum Kejadian Bencana Tsunami
bencana tsunami yang terjadi pada masa yang lalu.
Kegiatan pra bencana mencakup kegiatan
Upaya ini telah menyelamatkan banyak masyarakat
pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta
dari bencana tsunami, mengingat Pulau Simeulue
peringatan dini. Namun pada kenyataannya, selama
yang lokasinya sangat dekat dengan pusat gempa
ini tidak banyak kegiatan yang dilakukan, padahal
dan tidak memiliki teknologi.
justru pada tahap ini dibutuhkan ujicoba sebagai
modal dalam menghadapi bencana dan pasca
5. HASIL DAN PEMBAHASAN
bencana. Jarang sekali pemerintah duduk bersama
masyarakat maupun swasta untuk mempersiapkan
Partisipasi masyarakat dalam bencana
langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan apa yang
diwujudkan dalam kegiatan yang nyata. Kegiatan
perlu dilakukan didalam menghadapi bencana atau
nyata ini lebih bersifat membangun kesadaran
bagaimana memperkecil dampak bencana.
masyarakat, dimana masyarakat akan menjadi
Melaksanakan pelatihan evakuasi tsunami, dengan
paham, siap siaga, dan terlatih dalam mengelola
menyiapkan lokasi perlindungan (shelter) pada jarak
kerentanan, kerawanan dan risiko yang akan
tertentu dari perumahan dan ruang tempat evakuasi
dihadapi. Beberapa hal yang perlu dilakukan
yang berada di luar kawasan rendaman dapat
misalnya memberikan pengetahuan mengenai
dilakukan pada saat sebelum kejadian tsunami.
tsunami dengan bahasa yang sederhana. Atau
Partisipasi aktif pada saat sebelum kejadian
melakukan advokasi untuk pengarahan tindak
bencana tsunami, terutama perlu dilakukan oleh
evakuasi perlu dilakukan bersama dengan Badan
kelompok yang terdorong kepentingannya karena
Penanggulangan Bencana Daerah setempat (BPBD).
terancam keselamatan jiwanya. Mereka yang berada
Untuk itu dibutuhkan keterlibatan para tokoh
pada barisan terdepan, yaitu masyarakat pantai,
masyarakat, tokoh agama, terutama bagi desa yang
menjadi ujung tombak peringatan dini dan menjadi
berbatasan dengan laut (frontier area) dan apa yang
kelompok pertama untuk melakukan evakuasi. Oleh
harus dilakukan masyarakat pada saat bencana dan
karena itu, kelompok ini menjadi kelompok yang
evakuasinya. Dalam rangka upaya pengurangan
perlu dibekali dengan pengetahuan dasar, seperti
risiko bencana tsunami ini, lembaga masyarakat
tanda tanda atau gejala awal tsunami, arah evakuasi
perlu untuk dibentuk. Sebagai contoh, Ditjen
dan waktu untuk evakuasi. Sebagai kelompok yang
Banjamsos mengembangkan program Kampung
berada di kawasan frontier masyarakat
Siaga Bencana yang menjadi bagian dari
membutuhkan aksesibilitas yang tinggi terhadap
keterlibatan masyarakat lokal untuk peringatan dini
upaya peringatan dini seperti sirene, radio, load
yang berbasis komunitas setempat (Permensos No
speaker masjid, lonceng gereja sebagai tanda untuk
29, 2012). Di Bali terdapat proyek kerjasama antar
dimulainya evakuasi.
kelompok kerja yang beranggotakan pemangku
Pemerintah daerah wajib untuk membangun
kepentingan pada tingkat kabupaten dan propinsi
instrumen peringatan dini . Pemerintah kota wajib
dengan melibatkan masyarakat sipil dan masyarakat.
melindungi masyarakat kota pantai dengan
Di Padang terdapat Komunitas Siaga Tsunami
membangun sistem pertahanan pantai, seperti
(KOGAMI) yang merupakan bekerja sama antara
pemecah gelombang (break water), perluasan hutan lebih memadai dan memberikan sebuah jaminan
bakau, tanggul pantai, merencanakan kembali tata evakuasi yang dilakukan akan berlangsung aman
ruang pemukiman pantai, serta bentuk perlindungan dan mudah. Partisipasi masyarakat untuk
yang lain seperti membuka ruang pertambakan terwujudnya jalur evakuasi itu tentunya akan
sebagai pembatas (border area) untuk mengurangi mempermudah dalam proses pembangunan jalur
laju limpasan tsunami. evakuasi itu sendiri hal ini karena masyarakat adalah
Sosialisasi lokasi pos pos kesehatan sebelum pihak pertama dan merupakan pelaku penting yang
kejadian tsunami sangat dibutuhkan oleh para langsung berhadapan dengan bencana gempa dan
relawan. Kegiatan ini dapat dilakukan masyarakat tsunami.
bersama sama dengan Palang Merah Indonesia dan
Departemen Kesehatan sebelum bencana terjadi. 5.1.2 Saat Kejadian Bencana Tsunami
Tertib berlalu lintas menjadi hal yang penting
untuk disosialisasikan. Ketidaktahuan akan situasi Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup
yang terjadi, dapat mengakibatkan kebingungan kegiatan tanggap darurat untuk meringankan
yang berdampak pada kekacauan arus lalu lintas. penderitaan sementara dan menanggulangi dampak
Masyarakat dapat dilibatkan dalam hal pengaturan yang ditimbulkan, seperti kegiatan search and
lalu lintas melalui perubahan rute kendaraan, dengan rescue (SAR), penyelamatan korban dan harta
menunjukkan arah ketempat yang lebih tinggi benda, serta evakuasi, bantuan darurat dan
(disosialisasikan jauh hari sebelum bencana pengungsian;
terjadi),dan menutup jalan ke arah pantai. Partisipasi Penyelamatan warga di kawasan frontier
masyarakat ini dapat mendukung perencana kota menjadi tugas relawan lokal untuk dapat segera
dalam penetapan lokasi perlindungan (shelter), menginformasikan ke lembaga daerah terkait dan
dengan membangun pemukiman dengan sistem informasi keseluruh stasiun radio dan lembaga
cluster dan infrastruktur dengan pola grid. kebencanaan terkait. Para relawan harus
Penetapan lokasi shelter perlu mempertimbangkan mengarahkan masyarakat di pemukiman pantai
kemampuan jarak tempuh, terutama bagi mereka untuk segera menuju ke lokasi evakuasi (shelter)
yang lemah seperti anak anak dan orang tua, terdekat. Masyarakat dapat berpartisipasi untuk
sedangkan jumlah shelter dipertimbangkan mengatur lalu lintas dan menutup jalur jalan yang
berdasarkan jumlah penduduk. Pusat lingkungan mengarah kelaut. Bagi mereka yang masih berada
dapat dijadikan lokasi shelter terdekat dalam dilaut, relawan dapat bertindak untuk menghubungi
pemukiman. mereka melalui tanda tertentu atau alat komunikasi
Jalur jalan yang vertikal terhadap garis pantai, yang lain, untuk tidak mendarat dahulu, serta
dapat menjadi jalur yang mempercepat aliran air menjauhi sungai. Pada saat kejadian, permasalahan
menuju ke arah hulu. Dengan infrastruktur jalan pola yang sering muncul adalah ketidaktahuan
grid berbentuk zigzag, maka aliran air dapat masyarakat yang mengusung korban untuk dibawa
diperlambat, dan memberikan waktu untuk evakuasi. ke lokasi pos kesehatan. Demikian pula ketersediaan
Jalur evakuasi tidak tergantung dari jalur jalan raya ruang penguburan sering terlupakan untuk
yang ada, namun dapat digunakan jalan lain yang dipersiapkan. Partisipasi masyarakat melalui
mampu mempercepat pencapaian ke lokasi yang pengetahuan dasar, informasi dan instruksi hal
aman. Syarat syarat jalur evakuasi yang layak dan semacam ini dapat diatasi. Penentuan lokasi
memadai tersebut adalah (Syafrizal, 2013) : fasilitas-fasilitas kesehatan dan penguburan ini dapat
dibahas dengan perencana tata ruang setempat.
Keamanan jalur : Jalur evakuasi yang akan
digunakan untuk evakuasi haruslah benar-benar
5.1.3 Setelah Kejadian Bencana
aman dari benda-benda yang berhaya yang dapat
menimpa diri.
Pada saat terjadinya bencana akan banyak
Jarak tempuh jalur: Jarak jalur evakuasi yang pihak yang menaruh perhatian dan mengulurkan
akan dipakai untuk evakuasi dari tempat tinggal tangan memberikan bantuan tenaga, moril material
semula ketempat yang lebih aman haruslah jarak secara spontan, baik dari dalam maupun dari luar
yang akan memungkinkan cepat sampai pada negeri. Bantuan sumbangan yang masuk sebenarnya
tempat yang aman. merupakan ‗tabungan‘ yang harus dikelola dengan
baik, dapat tepat guna, tepat sasaran, tepat manfaat,
Kelayakan jalur: Jalur yang dipilih juga harus dan terjadi efisiensi. Dalam hal ini masyarakat
layak digunakan pada saat evakuasi sehingga menjadi objek untuk mendapatkan bantuan sandang
tidak menghambat proses evakuasi. dan pangan dan papan. Namun masyarakat dapat
Untuk mewujudkan jalur evakuasi tsunami pula berfungsi untuk membantu dalam pengawasan
tersebut tentunya tidak terlepas dari partisipasi pengelolaannya
masyarakat untuk mewujudkan jalur evakuasi yang
Kegiatan pasca bencana pada dasarnya Pelatihan pengaturan trafik dikawasan pantai dan
mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan sekitarnya
rekonstruksi. Kegiatan saat setelah terjadinya
bencana, dilakukan proses perbaikan kondisi Persiapan evakuasi bencana tsunami seperti
masyarakat yang terkena bencana, dengan perahu dan alat-alat penyelamatan lainnya.
memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada
keadaan semula. Pada tahap ini yang perlu 6 KESIMPULAN
diperhatikan adalah bahwa rehabilitasi dan
rekonstruksi yang akan dilaksanakan harus Partisipasi masyarakat merupakan kekuatan yang
memenuhi kaidah-kaidah kebencanaan. dapat diandalkan, terutama pada saat kesulitan
Pertimbangan luasan area genangan sebagai dampak seperti becana terjadi. Kekuatan ini perlu dibina,
limpasan tsunami, akan menjadi pembatas dikembangkan, dan ditingkatkan pengetahuan
pembangunan fisik selanjutnya. Walaupun demikian dan kemampuannya dengan tetap menjalin
masyarakat masih dapat melanjutkan kegiatan di kebersamaan dengan unsur kelembagaan
kawasan ini, khususnya untuk usaha pertambakan, penanggulangan bencana terkait;
area rekreasi, atau menjadikannya sebagai hutan Partisipasi masyarakat merupakan salah satu
bakau. bentuk mitigasi bencana tsunami non struktural
Kegiatan setelah kejadian bencana tsunami yang harus didukung oleh program mitigasi
tidak serta merta melakukan rehabilitasi fisik saja, struktural dalam bentuk bangunan fisik sebagai
tetapi juga perlu diperhatikan juga rehabilitasi psikis sistem pertahanan pantai;
yang terjadi seperti ketakutan, trauma atau depresi. Kegiatan partisipasi masyarakat pada setiap
Dengan demikian, yang jauh lebih mendasar pada langkah untuk menghadapi bencana tsunami
periode setelah kejadian bencana tsunami adalah merupakan upaya untuk mengurangi risiko
menyiapkan seluruh komponen masyarakat untuk bencana yang dilaksanakan atas dasar kesadaran,
melanjutkan rekonstruksi kehidupannya dengan kebersamaan dan keterpaduan antara masyarakat,
mengambil hikmah dari bencana alam yang terjadi. pemerintah dan pihak lain yang berkaitan dengan
aspek kebencanaan;
6.2 Langkah-Langkah Lain Yang Dilakukan
Dalam Pengurangan Risiko Bencana DAFTAR PUSTAKA
Tsunami
Alyudin, 2005,‘ Peran Masyarakat Dalam
Secara lebih rinci upaya pengurangan risiko Penanganan Bencana‘, Director ACT
bencana tsunami antara lain : Dompetdhuafa, Focus Group Discussion
Pengadaan system peringatan dini system (early Masyarakat Penanggulangan Bencana (MPIB),
warning system) melalui aplikasi teknologi 17 Maret 2005 ,Hotel Bidakara Jakarta.
canggih, sirene dan media komunikasi yang Aprijanto,2003,.‘Pembuatan Peta Resiko Limpasan
cepat untuk masyarakat umum Tsunami‘,Yearbook Mitigasi Bencana 2003
Pembangunan system pertahanan pantai dalam Arimbi. 1993.,‘ Peran Serta Masyarakat dalam
bentuk bangunan pemecah gelombang, tanggul Pengelolaan Lingkungan. Walhi. Jakarta
pantai dan pengembangan hutan bakau
dikawasan pantai Edyanto, CBH. Penelitian Kawasan Rawan Bencana
Gempabumi di Kabupaten Serang, Jurnal
Penyesuaian disain bangunan terutama pada Rekayasa Lingkungan, Vol 7 , Maret 2011.
kawasan yang diidentifikasikan sebagai kawasan
rendaman harus dibuat bertingkat dengan ruang http://www.dnaberita.com/berita-103357-1387-
terbuka pada bagian dasar (tidak dihuni). bencana-terjadi-di-indonesia-selama-tahun-
2013.html.html
Seluruh bangunan vital berada pada kawasan
yang bebas rendaman http://www.gitews.org/tsunamikit/en/E6/further_res
ources/national_level/peraturan_menteri/Perme
Pembangunan infrastruktur harus kedap dan ndagri%2033-2006_Lampiran.pdf
tahan terhadap tekanan air
Kompas, Harian.,26 Desember 2013, ‗Ada 11
Pengaturan pola tata letak bangunan dan Tsunami di Aceh Sebelum 26 Desember 2004‘.
infrastruktur jalan di pemukiman pantai dapat
Mahatma,2004.,‘Tsunami: Proses Pembangkitan dan
mereduksi kecepatan aliran air limpasan tsunami
Upaya Mitigasi‘,Yearbook Mitigasi Bencana,
Pelatihan evakuasi bagi masyarakat pantai BPPT, 2004