Anda di halaman 1dari 6

ISSN:2339 -0042 (p)

Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 1 HALAMAN: 11-16 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i1.15961

PENGANGGULANGAN BENCANA DI MASYARAKAT DESA


STUDI DI DESA CIPACING, DESA CILELES, DAN DESA CIKERUH
KECAMATAN JATINANGOR KABUPATEN SUMEDANG

Muhammad Fedryansyah1, Ramadhan Pancasilawan2, Ishartono3

1. Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas
Padjadjaran
m.fedryansyah@unpad.ac.id
2. Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas
Padjadjaran
ramadhanpancasilawan@unpad.ac.id
3. Program Studi Kesejahteraan Sosial, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas
Padjadjaran
ishartono@unpad.ac.id

ABSTRAK

Wilayah Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang merupakan salah satu wilayah yang
memiliki potensi bencana alam di Kabupaten Sumedang. Beberapa tahun terakhir,
Kecamatan Jatinangor telah mengalami beragam bencana terutama banjir dan longsor.
Penanggulangan terhadap dampak bencana, baik di pencegahan maupun penanganan, telah
dilakukan oleh pemerintah daerah. Selain itu, masyarakat di desa-desa di Jatinangor juga
terlibat dalam penanggulangan bencana, terutama di tahapan pra bencana, saat bencana, dan
pasca bencana. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan penanggulangan bencana yang
dilakukan oleh masyarakat desa di Kecamatan Jatinangor. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kualitatif dengan melakukan analisis berdasarkan interpretasi dari data
primer maupun sekunder. Adapun lokasi yang dipilih adalah Desa Cipacing, Desa Cileles,
dan Desa Cikeruh. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari tiga tahapan
penanggulangan bencana, yaitu pra bencana, saat bencana, dan pasca bencana, dapat
diiketahui adanya peran yang dilakukan oleh masyarakat desa. Meskipun demikian,
masyarakat masih belum memahami bahwa aktifitas yang mereka lakukan tersebut
merupakan bentuk dari penanggulangan bencana. Dengan demikian, pemerintah daerah
Kabupaten Sumedang dapat merancang program mengenai penguatan kapasitas masyarakat
desa dalam penanggulangan bencana, baik di tahap pra bencana, saat bencana, maupun pasca
bencana.
Kata kunci : siklus bencana, penanggulangan bencana berbasis masyarakat.

ABSTRACT

Jatinangor is one of the areas that have potential natural disasters in Sumedang Regency. In
recent years, Jatinangor has experienced various disasters, especially floods and landslides.
The prevention of disaster impacts, both in prevention and management, has been undertaken
by local governments. In addition, villagers in Jatinangor are also involved in disaster
management, especially in pre-disaster, disaster, and post-disaster stages. This study aims to

11
ISSN:2339 -0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 1 HALAMAN: 11-16 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i1.15961

describe disaster management conducted by villagers in Jatinangor. The method used in this
research is qualitative by doing analysis based on interpretation from primary and secondary
data. The selected locations are Cipacing Village, Cileles Village, and Cikeruh Village. The
results of this study indicate that from three stages of disaster management, ie pre-disaster,
during disaster, and post-disaster, it can be seen the role performed by the village community.
Nevertheless, people still do not understand that the activities they do are a form of disaster
management. Thus, the local government of Sumedang Regency can design a program on
strengthening the capacity of village communities in disaster management, both in the pre-
disaster stage, during the disaster, and after the disaster.
Key words : disaster cycle, community based disaster management.

PENDAHULUAN kejadian dan gempa bumi 17 kejadian


Bencana dalam Undang-Undang (BNPB, 2016). Salah wilayah di Provinsi
Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Jawa Barat yang termasuk ke dalam zona
Penanggulangan Ben-cana memiliki merah adalah Kabupaten Sumedang.
pengertian yaitu peristiwa atau serangkaian Bencana yang sering terjadi di Kabupaten
peristiwa yang mengancam dan Sumedang adalah bencana banjir. Dimana,
mengganggu kehidupan dan penghidupan pada tahun 2016 sebanyak delapan
ma-syarakat yang disebabkan baik oleh kecamatan di kabupaten ini mengalami
faktor alam, non alam maupun faktor bencana banjir (BPBD Jawa Barat, 2016).
manusia sehingga mengakibatkan korban Serangkaian kegiatan baik sebelum, saat
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, dan sesudah terjadi bencana yang
kerugian harta benda dan dampak dilakukan untuk mencegah, mengurangi,
psikologis. Menurut undang-undang menghindari dan me-mulihkan diri dari
tersebut, bencana dibagi menjadi tiga jenis dampak bencana disebut sebagai
yakni; 1). Bencana alam seperti gempa penanggulangan bencana. Penang-
bumi, tsunami, gunung api, badai dan gulangan bencana saat ini telah mengalami
kekeringan; 2). Bencana sosial karena ulah perkembangan paradigma dari responsif
manusia seperti konflik, perang, serangan me-nuju preventif. Penanggulangan
teroris, kegagalan teknologi dan hama pe- bencana se-cara konvensional berubah
nyakit; dan 3) Bencana campuran alam dab menjadi holistik dari menangani dampak
manusia yaitu banjir, kebakaran hutan dan menjadi mengelola resiko yang semula
kekurangan pangan (IDEP, 2007). hanya urusan pemerintah berubah menjadi
Salah satu provinsi yang paling hubungan sinergis bekerja-sama dengan
rentan meng-alami bencana di Indonesia masyarakat untuk melakukan pencegahan
adalah provinsi Jawa Barat. Hampir setiap bencana. Secara umum kegiatan-kegiatan
daerah di Jawa Barat memiliki potensi dalam penanggulangan bencana meliputi:
terjadinya bencana, dari 26 kabupaten/kota pencegahan, pengurangan dampak bahaya,
19 di antaranya termasuk ketegori zona kesiapsiagaan, tanggap darurat, pe-
merah, yaitu paling tinggi tingkat rawan mulihan dan pembangunan yang
bencana alamnya (BNPB, 2016). mengurangi resiko bencana (IDEP, 2007).
Berdasarkan data yang dihimpun BNPB Pendapat lainnya menyebutkan bahwa
pada dari tahun 2011-2015, bencana yang siklus manajemen bencana dapat dibagi
terjadi di Jawa Barat terdiri dari tanah menjadi empat tahapan, yaitu tahap
longsor dengan 678 kejadian, banjir 501 kesiapsiagaan, tahap pra bencana, tahap
kejadian, puting beliung 479 kejadian, tanggap darurat, dan tahap pasca bencana
kebakaran 79 kejadian, kekeringan 74 (BNPB,2011).
kejadian, banjir dan tanah long-sor 28

12
ISSN:2339 -0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 1 HALAMAN: 11-16 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i1.15961

Terkait dengan manajemen langsung di lapangan terkait dengan


bencana, selama ini telah dilakukan penang-gulangan bencana, yang dilakukan
beberapa penelitian yang membahas dengan cara menggunakan wawancara
tentang manajemen bencana tersebut. mendalam serta melakukan Focus Group
Antara lain Tukino (2013); Nisa (2014); Discussion. Penelitian ini melibatkan 20
serta Ristrini, Rukmini, dan Oktarina orang informan yang dipandang memiliki
(2012). pengetahuan dan informasi mengenai
Dalam penelitian-penelitian penanggulangan bencana di tiga desa yang
mengenai penang-gulangan bencana menjadi kasus dalam penelitian ini.
berbasis masyarakat dapat ditarik benang Informan tersebut terdiri dari aparat
merah bahwa penelitian-penelitian yang pemerintahan desa, tokoh masyarakat,
ada hanya dilakukan di masyarakat desa serta masyarakat awam yang ada di setiap
yang masih tradisional. Kajian mengenai desa.
penanggulangan bencana di masyarakat
urban atau perkotaan masih sangat HASIL DAN PEMBAHASAN
terbatas. 1. Tahap Pra Bencana
Penelitian ini mencoba untuk Kegiatan pra bencana mencakup
menggambarkan mengenai pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan dan
penanggulangan bencana yang dilakukan peringatan dini. Banjir merupakan salah
oleh masyarakat desa, terutama satu bencana yang rutin dialami oleh
masyarakat desa dengan karakteristik masyarakat. Masyarakat juga
urban. berpandangan bahwa bencana banjir di
wilayah mereka, terjadi karena akibat dari
METODE permasalahan tata ruang dan sampah yang
Penelitian ini bermaksud untuk tidak kunjung usai di wilayah Jatinangor.
mengkaji penanggulangan bencana yang Dari hasil temuan lapangan dapat
dilakukan oleh masyarakat desa di diketahui bahwa terdapat upaya-upaya
Kecamatan Jatinangor, dengan mengambil yang dilakukan oleh pemerintah desa
kasus di Desa Cipacing, Desa Cileles, dan bersama masyarakat yang ditujukan untuk
Desa Cikeruh. Ketiga lokasi ini dipilih mencegah terjadinya bencana banjir di
sebagai gambaran tiga karakteristik wilayah mereka. Upaya pencegahan
wilayah di Kecamatan Jatinangor, yaitu tersebut dilakukan dengan cara mendorong
wilayah pegunungan (Desa Cileles), masyarakat untuk kerja bakti
wilayah pemukiman (Desa Cikeruh), dan membersihkan lingkungan dan sampah
wilayah industri (Desa Cipacing). Untuk yang menyumbat saluran sungai Cikeruh.
mendapatkan gambaran mengenai penang- Kegiatan tersebut dilakukan oleh seluruh
gulangan bencana pada tahap pra bencana, anggota masyarakat, namun belum
saat bencana, dan pasca bencana tersebut, melibatkan pihak-pihak lain seperti
maka dalam penelitian ini digunakan perguruan tinggi (melalui mahasiswa yang
metode deskriptif dan pendekatan tinggal di wilayah desa mereka).
kualitatif. Dalam tahap pra bencana ini, juga
Pengumpulan data dalam kegiatan ditemukan adanya nilai-nilai lokal yang
ini terdiri dari data sekunder dan data masih diterapkan di masyarakat. Nilai-nilai
primer. Data sekunder berupa dokumen- lokal tersebut muncul pada sistem
dokumen terkait dengan kebijakan dan peringatan dini yang ada di masyarakat.
program penanggulang-an bencana yang Masyarakat masih menggunakan
diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten kentongan sebagai bentuk komunikasi
Sumedang. Sedangkan data primer ketika terjadi bencana di wilayah mereka.
diarahkan untuk menggali informasi secara Sistem peringatan ini dapat ditemukan

13
ISSN:2339 -0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 1 HALAMAN: 11-16 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i1.15961

pada pos-pos siskamling yang ada di tiap darurat untuk meringankan korban yang
desa. terdampak, pe-nyaluran bantuan,
Namun, dari hasil penelitian pengungsian, dan search and rescue. Dari
lapangan juga dapat diketahui bahwa hasil temuan lapangan dapat diketahui
masyarakat desa belum memiliki bahwa masyarakat desa di Kecamatan
pengetahuan dalam persiapan menghadapi Jatinangor belum memiliki penge-tahuan
bencana. Sampai dengan saat ini belum untuk menghadapi bencana secara kolektif.
terdapat wilayah atau kawasan yang bisa Hal tersebut dikarenakan masyarakat
dijadikan sebagai zona aman ketika terjadi masih beranggapan bahwa bencana
bencana. Masyarakat selama ini hanya merupa-kan sesuatu yang lumrah terjadi
menggunakan tempat beribadah sebagai setiap tahunnya, terutama bencana banjir.
shelter atau tempat berlindung bagi korban Oleh sebab itu masyarakat tidak memiliki
yang terkena dampak bencana. Selain persiapan apapun dalam menghadapi
sarana ibadah tersebut, masyarakat juga bencana. Tindakan yang dilakukan
umumnya mengungsi atau berlindung di masyarakat saat terjadi bencana hanya
rumah kerabat-nya masing-masing. terbatas pada menyelamatkan diri serta
Selain itu, dari hasil penelitian memindahkan barang berharga ke lokasi
lapangan juga diketahui bahwa desa-desa yang lebih aman. Sampai dengan saat ini
yang menjadi lokasi penelitian masih belum terdapat jalur evakuasi ketika
belum memiliki sistem manajemen bencana terjadi. Ketiadaan jalur evakuasi
informasi yang dapat mendukung mitigasi dapat mengakibatkan potensi korban yang
bencana. Sistem tersebut seperti peta semakin meningkat karena belum adanya
rawan bencana dan peta jalur evakuasi manajemen informasi saat terjadi bencana.
sebagai titik berkumpul korban terdampak. Selain itu, masyarakat juga belum
Begitupula dengan pengetahuan terpikir mengenai apa yang harus
masyarakat mengenai tahap pra bencana dilakukan ketika terjadi bencana di
yang masih sangat terbatas. Oleh sebab itu wilayah mereka. Begitupula dengan aparat
tindakan yang dilakukan di tahap pra pemerintah desa, dimana pemerintah desa
bencana masih belum bersifat kolektif dan belum menentukan wilayah mana yang
secara signifikan dapat mengurangi aman untuk pengungsian maupun tempat
dampak dari bencana. berkumpul ketika terjadi bencana. Wilayah
Dengan demikian, kegiatan desa yang cukup luas dengan karakteristik
penanggulangan bencana pada tahap pra perbukitan juga menyulitkan bagi aparat
bencana yang dilakukan oleh masyarakat desa untuk menentukan daerah yang aman.
desa baru sebatas pencegahan dan Meskipun demikian, dari hasil temuan
peringatan dini. Tidak ditemukan adanya lapangan juga dapat diketahui bahwa
kegiatan mitigasi dan kesiapsiagaan yang masyarakat desa pada umumnya masih
dilakukan oleh masyarakat desa di lokasi menunjukkan nilai-nilai kekeluargaan.
penelitian ini. Di tahap pra bencana ini Nilai-nilai tersebut seperti saling
juga ditemukan adanya pemanfa-atan nilai bergotong royong atau saling membantu.
lokal dalam sistem peringatan dini Seperti misalnya saling memberikan
terhadap bencana di masyarakat. Nilai bantuan tempat berlindung atau tempat
lokal tersebut diwujudkan dalam pengungsian bagi keluarga maupun
penggunaan kentongan yang ada di pos kerabat mereka yang menjadi korban.
kamling setiap RW. Dengan demikian, dari kegiatan-
kegiatan yang termasuk dalam tahap saat
2. Tahap Saat Bencana bencana seperti kegiatan tanggap darurat
Kegiatan saat terjadi bencana untuk meringankan korban terdampak;
seharusnya mencakup kegiatan tanggap penyaluran bantuan bagi korban;

14
ISSN:2339 -0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 1 HALAMAN: 11-16 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i1.15961

pengungsian; serta search and rescue; pemulihan (bersih lingkungan) yang


yang sudah dilakukan oleh masyarakat dilakukan oleh masyarakat. Belum
desa adalah bantuan pengungsian yang ditemukan kegiatan rehabilitasi bagi
mengedepankan nilai-nilai kekeluargaan. korban bencana, serta belum ada kegiatan
Belum terdapat aktifitas seperti tanggap rekonstruksi yang dilakukan oleh
darurat, penyaluran bantuan, maupun masyarakat.
search and rescue yang dilakukan oleh
masyarakat. SIMPULAN
Dari hasil penelitian diketahui
3. Tahap Pasca Bencana bahwa dalam siklus penanggulangan
Kegiatan pasca bencana merupakan bencana, yaitu tahap pra bencana, saat
kegiatan yang mencakup pemulihan, bencana, dan pasca bencana, masih
rehabilitasi, dan rekonstruksi. Dari hasil terdapat beberapa kelemahan yang
temuan lapangan diketahui bahwa kegiatan dilakukan oleh masyarakat. Adapun
pemulihan yang dilakukan masyarakat kelemahan tersebut disebabkan oleh
adalah membersihkan lingkungan mereka minimnya pengetahuan masyarakat
dari sisa-sisa banjir seperti sampah dan mengenai penang-gulangan bencana.
lumpur yang berceceran. Meskipun demikian, sudah terdapat
Selain itu, hasil temuan lapangan beberapa kegiatan yang dilakukan
juga menunjukkan bahwa masyarakat tidak masyarakat dalam menghadapi bencana.
pernah melakukan kegiatan rehabilitasi Kegiatan tersebut antara lain pencegahan
dan rekonstruksi setelah bencana terjadi. dan peringatan dini pada tahap pra
Terkait dengan kegiatan yang bencana. Selanjutnya kegiatan bantuan
dilakukan pada tahap pasca bencana ini, pengungsian pada tahap saat bencana.
masyarakat desa pada umumnya belum Kemudian kegiatan pemulihan pada tahap
memiliki pengetahuan mengenai apa yang pasca bencana.
harus mereka lakukan. Keterbatasan Di sisi lain, meskipun pengetahuan
tersebut disebabkan minimnya informasi masyarakat mengenai penanggulangan
yang mereka peroleh mengenai bencana masih terbatas, masyarakat masih
penanggulangan bencana. Masyarakat memegang nilai-nilai lokal. Nilai-nilai
hanya memahami bahwa apabila setelah lokal tersebut mereka gunakan untuk
bencana terjadi maka mereka akan menghadapi bencana. Adapun nilai-nilai
bergotong-royong membangun kembali lokal tersebut seperti pemanfaatan
wilayah yang terkena bencana. Hal kentongan sebagai sistem peringatan dini
tersebut juga terbatas pada kegiatan ketika bencana terjadi, serta semangat
pembersihan lingkungan dari sisa-sisa kekeluargaan dan gotong-royong dalam
bencana. membantu para korban yang terdampak
Selama ini para korban terdampak bencana di wilayah mereka.
bencana, dan masyarakat desa pada
umumnya, juga belum pernah diberikan DAFTAR PUSTAKA
pemahaman mengenai rehabilitasi seperti
trauma therapy, dan lainnya. Hal ini BNPB. 2011, Rencana Aksi Rehabilitasi
dikarenakan adanya pemahaman dan Rekontruksi Pascabencana
masyarakat bahwa bencana merupakan Erupsi Gunung Merapi Provinsi DI
takdir, sehingga para korban maupun Yogyakarta dan Jawa Tengah
masyarakat pada umumnya, harus sabar Tahun 2011- 2013, Jakarta : BNPB
menerima kejadian becana tersebut. IDEP, Yayasan. 2007. Panduan Umum
Dengan demikian, pada tahap pasca Penanggulangan Bencana Berbasis
bencana ini hanya terdapat kegiatan

15
ISSN:2339 -0042 (p)
Share: Social Work Jurnal VOLUME: 8 NOMOR: 1 HALAMAN: 11-16 ISSN: 2528-1577 (e)
Doi: 10.24198/share.v8i1.15961

Masyarakat. Yayasan IDEP. Social Work Journal Vol 3. No. 2.


Jakarta: Penerbit Erlangga September 2013.
Nisa, Fachricatun. 2014. Manajemen UNDP. 1992. Tinjauan Umum Manajemen
Penanggulangan Bencana Banjir, Bencana: Program Pelatihan
Putting Beliung, dan Tanah Manajemen Bencana
Longsor di Kabupaten Jombang.
JKMP. Vol. 2. No. 2. September Sumber Lain :
2014. UU No.24 Tahun 2007 tentang
Ristrini. Rukmini. Oktarina. 2012. Analisis Penanggulangan Bencana.
Implementasi Kesiapsiagaan http://dibi.bnpb.go.id/profil-
Penanggulangan Bencana Bidang wilayah/32/jawa-barat
Kesehatan di Provinsi Sumatera http://bpbd.jabarprov.go.id/index.php/com
Barat. Buletin Penelitian ponent/k2/item/31-banjir-
Kesehatan. Vol. 15. No. 1. 2012. sumedang-16-2-2016
Tukino. 2013. Pekerjaan Sosial dalam
Setting Kebencanaan. Share :

16

Anda mungkin juga menyukai