Anda di halaman 1dari 7

Jurnal

Jurnal Geografika (Pengantar Geografi)


Vol. X, No. X, oktober- november 2022.
Geografika
©2022 Program Studi S1 Geografi, FISIP ULM. (Pengantar Geografi)

STUDI KASUS ANALISA ORGANISASI SPASIAL WILAYAH


GUNUNG MERAPI

Siti Halimatus Sa’diyah


¹²³⁴⁵⁶
Geografi,Universitas Lambung Mangkurat,Banjarmasin,Indonesia
2210416220024@ulm.ac.id
Diterima 2022-XX-XX /Revisi 2022-XX-XX Diterima 2022-XX-XX
©2022 Program Studi S1 Geografi, FISIP ULM.

Abstrak: Gunung Merapi (2.978 mdpl) merupakan gunung berapi aktif tertinggi di Indonesia
yang terletak di antara Kabupaten Sleman, DI. Yogyakarta, dan Kabupaten Magelang,
Kabupaten Boyolali, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Disini saya menggunakan metode
penelitian dari referensi jurnal-jurnal yang membahas tentang organisasi/komunitas yang
diarahkan untuk mengidentifikasi dari pola organisasi spasial. Penulisan ini bertujuan untuk
melakukan pendekatan terhadap komunitas-komunitas disekitaran Gunung Merapi dan
memahami tentang peranan sosial mereka terhadap Erupsi Gunung Merapi.
Kata Kunci: mount, merapi, komunitas

Abstract: Mount Merapi (2,978 masl) is the highest active volcano in Indonesia, located
between Sleman Regency, DI. Yogyakarta, and Magelang Regency, Boyolali Regency, Klaten
Regency, Central Java. Here I use research methods from reference journals that discuss
organizations/communities which are directed to identify patterns of spatial organization.
This writing aims to approach the communities around Mount Merapi and understand their
social role in the eruption of Mount Merapi.

Keywords: Vernacular, educational, Indonesian.


Siti Halimatus Sa’diyah, Vol. X, No. X,November 2022: XX - XX

A. Latar Belakang

Komunitas adalah entitas dengan batas-batas geografis dan takdir


yang sama. Masyarakat dibangun oleh kondisi lingkungan, sosial dan
ekonomi yang saling mempengaruhi (Norris et al. 2008). Masyarakat
memiliki potensi untuk berfungsi secara efektif dan berhasil beradaptasi
setelah bencana. Maguire dan Carwirght (2008) mendefinisikan komunitas
dalam tiga karakteristik, yaitu sekelompok orang yang tinggal dan
mendiami wilayah yang sama, sekelompok orang yang memiliki
karakteristik yang sama dan berhubungan satu sama lain dalam suatu
komunitas, dan sekelompok orang yang berhadapan. masalah bersama.

Erupsi Gunung Merapi merupakan bencana yang terjadi berkali-kali,


akibat 4.444 aktivitas gunung yang aktif. Dikutip dari Antaranews.com ,
Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan letusan Gunung Merapi
menyebabkan kerusakan senilai Rs 894,35 miliar dan kerusakan sebesar Rs
4,51 triliun. Angka kerusakan dan kerugian meliputi 4.444 sarana,
prasarana, masyarakat, 4.444 sektor ekonomi dan lintas sektor, serta 4.444
kegiatan ekonomi masyarakat di sektor pertanian dan pariwisata , serta
sektor lain yang mengalami tingkat yang sama (Jumat, 11 Februari , 2011).
Mengurangi dampak bencana salah satunya dapat meningkatkan ketahanan
masyarakat . Menurut VanBreda (2001) Ketahanan masyarakat adalah
kemampuan masyarakat untuk membangun, memelihara atau memperoleh
kembali tingkat kapasitas masyarakat yang diharapkan untuk menghadapi
kesulitan dan tantangan positif.

Erupsi gunung Merapi yang terjadi tahun 2010 merupakan erupsi


terbesar dibandingkan lima erupsi sebelumnya yang terjadi pada tahun
1994, 1997, 1998, 2001, dan 2006. Badan Nasional Penanggulangan
Bencana (BNPB) mencatat, sebanyak 233 jiwa hilang nyawanya serta
jumlah kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan oleh bencana letusan
Gunung Merapi tahun 2010 adalah Rp. 3,56 trilyun.1 Mengetahui hal
tersebut, tentunya komunitas harus segera beradaptasi dengan lingkungan
agar dampak negatif dari bencana dapat segera teratasi. Pengurangan
dampak negatif dari bencana dapat dilakukan salah satunya dengan
meningkatkan resiliensi komunitas.

Di sekitar wilayah Gunung merapi terdapat Komunitas Kalitengah


Lor yang terdiri dari beberapa komunitas. Sebagian dari mereka memilih
untuk bertahan meskipun area wilahnya yang cukup berbahaya. Kalitengah
Lor juga memiliki sarana lain untuk menghadapi bencana alam yang bisa
saja terjadi kapan saja dengan modal sosial seperti jaringan komunitas.
Identitas komunitas lokal ada Go get back, standar kerjasama dan saling
percaya dalam komunitas yang diadakan oleh orang Kalitengah lor,
sehingga dapat mengatasi bencana letusan Gunung Merapi.

1
[BNPB]. Badan Nasional Bencana Penanggulangan Bencana. 2011. Gema BNPB: Ketangguhan Bangsa
Dalam Menghadapi Bencana. Jakarta: BNPB. [jurnal]. [internet]. [diunduh pada 2017 Februari 23]. Terdapat
pada http://bnpb.go.id/uploads/migration/pubs/382.pdf

https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/jgp/index | XX
Siti Halimatus Sa’diyah, Vol. X, No. X,November 2022: XX - XX

B. Pembahasan

Dusun Kali Tengah Lor, Desa Glagaharjo,


Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman)

Bagaimana peranan modal sosial komunitas Kalitengah Lor


Menghadapi Erupsi Gunung Merapi?

Modal sosial adalah sesuatu yang dibutuhkan dalam kehidupan


masyarakat karena modal sosial berperan besar untuk mengurangi
dampak/akibat dari ketidaksempurnaan kehidupan masyarakat. organisasi
memiliki peran yang di ekspresikan dalam hubungan personal, keperayaan,
dan tanggung jawab dalam kebersamaan sehingga tidak hanya tercipta
kumpulan individu saja tetapi merupakan suatau kesatuan yang akan
meciptakan rasa memiliki terhadap hal yang sama (Syahyuti 2008). Putnam
(1993) mendefinisikan modal sosial secara luas sebagai fitur organisasi
sosial, seperti jaringan, norma, dan kepercayaan yang memfasilitasi
tindakan dan kerjasama untuk saling memberi manfaat. Selanjutnya Putnam
(1996) dalam Field (2003) menambahkan definisi modal sosialyaitu bagian
dari kehidupan sosial (jaringan, norma, dan kepercayaan) yang mendorong
partisipan bertindak bersama secara lebih efektif untuk mencapai tujuan-
tujuan bersama.

Erupsi Gunung merapi sangat berpengaruh terhadap kehidupan


masyarakat sekitarnya termasuk komunitas didalamnya. Kemunitas
merupakan entitas yang memilki batas-batas geografis dan persamaan nasib.

https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/jgp/index | XX
Siti Halimatus Sa’diyah, Vol. X, No. X,November 2022: XX - XX

Putnam (1993) mendefinisikan modal sosial secara luas sebagai fitur


organisasi sosial, seperti jaringan, norma, dan kepercayaan yang
memfasilitasi tindakan dan kerjasama untuk saling memberi manfaat.
Selanjutnya Putnam (1996) dalam Field (2003) menambahkan definisi
modal sosialyaitu bagian dari kehidupan sosial (jaringan, norma, dan
kepercayaan) yang mendorong partisipan bertindak bersama secara lebih
efektif untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.

Modal Sosial Komunitas Dusun Kalitengah Lor

Modal sosial pada umunya memiliki lima komponen yaitu jaringan


komunitas (comunity Network), komitmen masyarakat (civic engagement),
identitas masyarakat lokal (lokal civic identy), timbal balik dan norma
kerjasama (recipprocity and norm of cooperation) saling percaya dalam
komunitas (trust in teh comunity). Dalam modal sosial jaringan komunitas
berperan penting. Semakin banyak jaringan maka akan semakin
memudahkan menmeukan kebutuhan yang dibutuhkan.

Jaringan komunitas Kalitengah Lor tergolong tinggi, itu karena


sistem informasi di komunitas Kalitengah Lor termasuk baik dan rapi.
Gunung Merapi yang merupakan daerah rawan bencana membuat mereka
lebih mengawasi dan menggali informasi tentang Gunung Merapi.

Sistem informsi yang mereka dapatkan memlaui lembga-lembaga


bencana seperti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
dan Badan Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan
Geologi (BPPTKG), yang memberi berbagai informasi dari kondisi-kondisi
lama maupun terbaru. Dimulai dari BMKG setempat menghubungi kepala
desa, kepala desa akan menghubungi kepala dusun atau BMKG menuju
langsung ke kepala desa untuk menyampaikan. Kemudian kepala dusun
menyampai kan ketua RT dan ketua RT menyampaikan kepada warganya.
Dari penyampaian informasi yang etalh dilakukan menunjukkan komunitas
memiliki pembatas dan penyalur yang baik.

Pengurangan Resiko Bencana (PRB) ini terbentuk hasil dari jaringan


komunitas yang dimiliki oleh komunitas Kalitengah Lor. Selain itu,
komunitas Kalitengah Lor juga memiliki hubungan dengan Universitas
Gadjah Mada (UGM) sehingga mereka lebih mudah menggali informasi
terbaru dalam membnetuk organisasi tersebut. UGM tersebut menandakan
komunitas memilki jaringan yang kuat. Selain itu jaringan pembatas,
penyalur dan hubungan juga terlihat dari cara mereka mendapatkan bantuan.
Mayoritas responden mendapatkan bantuan dari sesama anggota komunitas
dan juga mendapatkan bantuan dari luar komunitas.

Komunitas Kaalitengah Lor juga memiliki kepemimpinan yang


membangun aksi komunitas Kalitengah Lor. Aksi kolektif merupakan suatu
tindakan yang dilakukan oleh kelompok untuk mencapai kepentingan
bersmaa. Berbagai kepentingan bersama yang telah dilakukan seperti

https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/jgp/index | XX
Siti Halimatus Sa’diyah, Vol. X, No. X,November 2022: XX - XX

perbaika lingkunga Dusun Kalitengah Lor. Aksi ini dilakukan oleh


pemimpin serta anggota komunitas kalitengah Lor.

Aksi kolektif Kalitengah Lor termasuk tinggi. Memulai berbagai jenis


aksi seperti membersihkan jalan yang tertutup material letusan, memperbaiki
jalan yang rusak, memperbaiki saluran air yang rusak, mengukur kembali batas
lahan yang sudah tidak kelihatan gotong royong membangun rumah warga dan
membangun masjid. Baru setelah komunitas kembali ke dusunnya, pemimpin
dan anggota komunitas Bersama- samamelakukan kegiatan seperti kerjabakti
rutin seminggu sekali, arisan ibu ibu dan bapak bapak, pertemuan PKK,
pertemuan tiga bulan sekali tim evakuasi/ PRB (Pengurangan Resiko Bencana).

Menurut Cartwright dan Zander (1968) kepemimpinan dilihat sebagai


kinerja tindakan-tindakan yang membantu kelompok mencapai hasil yang lebik
baik. Kehadiran seorang pemimpin dapat mengurangi dampak yang ditimbulkan.
Pemimpin bertanggung jawab dalam menghadapi ancaman dan ketidakpastian
yang berasal dari adanya krisis akibat bencana (Demiroz dan Kapucu (2012).

Ganor dan Ben-Lavy (2003) berpendapat bahwa resiliensi komunitas


membutuhkan kepemimpinan lokal. Kepemimpinan komunitas dalam penelitian
ini diukur melalui perencanaan yang dilakukan oleh pemimpin dalam
pengelolaan bencana, komunikasi yang baik dan penggunaan teknologi
informasi yang tepat, pengambilan keputusan yang dilakukan pemimpin, serta
kerjasama antara pemimpin dengan pihak lain (Demiroz dan Kapucu (2012).

Kepemimpinan masyarakat dalam penanggulangan bencana berperan


dalam perencanaan, komunikasi yang baik dan pemanfaatan teknologi informasi
yang tepat, pengambilan keputusan pimpinan, dan kerjasama pimpinan dengan
pihak lain.
Perencanaan dilakukan melalui perencanaan kegiatan pelatihan
kesiapsiagaan letusan gunung berapi, pertemuan (diskusi) yang dilakukan oleh
kepala desa dan penduduk desa, penetapan tindakan kepala desa dan warga, dan
perencanaan lokasi evakuasi. Komunikasi yang baik dan penggunaan teknologi
informasi yang tepat merupakan aset pemimpin dari hubungan baik antara
pemimpin dan masyarakat, penyelewengan informasi oleh pemimpin, pertukaran
informasi dan komunikasi yang baik antara pemimpin dan anggota masyarakat,
dan penggunaan alat komunikasi untuk terhubung dengan masyarakat. Anggota
di tempat-tempat pengungsi, serta kunjungan para pemimpin ke kamp-kamp
pengungsi di komunitas mereka.

Komunitas yang resilien akan selalu berusaha mengurangi dampak negatif


dari suatu bencana. Menurut Pfefferbaum et al. (2005) ada dua hal yang dapat
membantu komunitas untuk mencapai keadaan yang resilien yaitu partisipasi,
mengacu pada keterlibatan anggota komunitas, serta struktur, peran, dan
tanggung jawab, mengacu pada kepemimpinan, kerja sama komunitas, struktur
organisasi yang jelas, peran didefinisikan dengan baik, dan manajemen
hubungan yang baik.

https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/jgp/index | XX
Siti Halimatus Sa’diyah, Vol. X, No. X,November 2022: XX - XX

C. KESIMPULAN

Dalam suatu wilayah diperlukannya adanya organisasi/komunitas sebagai


peranan besar dalam mencapai suatu tujuan. Pada masa sebelum dan sesudah
erupsi Gunung Merapi, di wilayah sekitaran Gunung Merapi terdapat Dusun
Kalitengan Lor yang memiliki komunitas yang disebut komunitas Kalitengah
Lor. Komunitas ini berperan sangat penting diwilayah mereka yang rawan
bencana. Mereka melakukan kegiatan untuk mendapatkan informasi terbaru
terkait erupsi Gunung Merapi agar berita yang valid dan tepat waktu sampai
kepada masyarakat Dusun mereka. Tidak hanya itu, setelah Gunung Merapi
meletus pun komunitas Kalitengah Lor melakukan kegiatan untuk perbaikan
dusun mereka. Organisasi inilah penghubung yang berperan langsung
melakukan tindakan untuk mencapai tujuan mereka.

https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/jgp/index | XX
Siti Halimatus Sa’diyah, Vol. X, No. X,November 2022: XX - XX

DAFTAR PUSTAKA

Sangil, C., Martins, G. M., Hernández, J. C., Alves, F., Neto, A. I.,
Ribeiro, C., ... & Kaufmann, M. (2018). Shallow subtidal macroalgae in the North-
eastern Atlantic archipelagos (Macaronesian region): a spatial approach to
community structure. European Journal of Phycology, 53(1), 83-98.

Karimatunnisa, A., & Pandjaitan, N. K. (2018). Peran Modal Sosial


dalam Resiliensi Komunitas Menghadapi Erupsi Gunung Merapi. Jurnal Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM], 2(3), 333-346.

Istikasari, Yani, and Nurmala K. Panjaitan. "Peranan Kepemimpinan


dalam Resiliensi Komunitas terhadap Erupsi Gunung Merapi." Jurnal Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat [JSKPM] 3, no. 3 (2019).

https://ppjp.ulm.ac.id/journals/index.php/jgp/index | XX

Anda mungkin juga menyukai