Anda di halaman 1dari 12

Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan

Volume 10, Nomor 2, Juli 2017 (92-103)


ISSN 1979-5645, e-ISSN 2503-4952

Akuntabilitas Teknis Kebijakan Hunian Tetap (Huntap) Korban Erupsi


Merapi 2010 di Cangkringan Kabupaten Sleman

Suranto Eko Widodo


(Magister Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Email: eko.binamarta@gmail.com

Abstract
The 2010 Merapi Eruption Victim Policy in Cangkringan Subdistrict is a relocation activity for
residents living in Mount Merapi III Disaster Prone Areas which are no longer allowed to func-
tion as dwellings because they are not safe from the threat of volcanic disasters. In addition to
housing units, residents of Relocation also built public facilities and social facilities to support
life in Huntap. Huntap's policy has been seen as successful and used as a model for disaster poli-
cy. The success of the Huntap policy is one of the reasons for this study to look at Policy Ac-
countability in disaster perceptions. This research is research with a case study approach which
aims to describe the technical accountability of Huntap policies for victims of the Merapi erup-
tion in 2010. The results revealed that the technical accountability of Huntap policies for victims
of Merapi eruption in 2010 was very accountable where all indicators of technical accountability
were related to input and policy output from planning, development, monitoring, and reporting
can be done accountably. Community participatory approaches make implementing policies
more accountable.
Keywords: Huntap, Technical Accountability, Relocation.

Abstrak
Kebijakan Huntap Korban Erupsi Merapi 2010 di Kecamatan Cangkringan merupakan kegiatan
relokasi bagi warga yang tinggal di Kawasan Rawan Bencana III Gunung Merapi yang sudah
tidak boleh lagi difungsikan sebagai tempat tinggal karena tidak aman dari ancaman bencana
gunung berapi. Selain unit rumah, warga Relokasi juga dibangunkan fasilitas umum dan fasili-
tas sosial sebagai pendukung kehidupan di Huntap. Kebijakan Huntap telah di pandang berhasil
dan dijadikan percontohan bagi kebijakan kebencanaan. Keberhasilan kebijakan Huntap terse-
but menjadi salah satu alasan penelitian ini untuk melihat Akuntabilitas Kebijakan dalam per-
septif kebencanaan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi ka-
sus yang bertujuan untuk Mendeskripsikan akuntabilitas teknis kebijakan Huntap bagi korban
erupsi Merapi tahun 2010. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa akuntabilitas teknis ke-
bijakan Huntap bagi korban erupsi Merapi 2010 sangat akuntabel dimana seluruh indikator dari
akuntabilitas teknis yang terkait denga input dan output kebijakan dari mulai perencanaan,
pembangunan, penenpatan, dan pelaporan dapat dilakukan dengan akuntabel. Pendekatan
partisipatoris masyarakat menjadikan pelaksanaan kebijakan menjadi semakin akuntabel.
Kata kunci: Huntap, Akuntabilitas Teknis, Relokasi.

PENDAHULUAN

Negara Indonesia sebagai negara


kepu- lauan yang terletak di garis equator

92
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 10, Nomor 2, Juli 2017

bumi merupakan salah satu negara rawan Bencana Gunung Merapi. Dari data BPBD Kab
bencana alam. Data dari Badan Nasional Sleman 2.682 unit rumah yang mengalami
Penanggulan- gan Bencana (BNPB) hingga kerusakan dan 341 KK lain kehilangan rumah
pertengahan ta- hun 2018 di Indonesia tinggal akibat lahar dingin di mana sebagian
tercatat sebanyak 1.134 kejadian bencana besar rumah tempat tinggal yang mengalami
alam telah terjadi di indonesia. Bencana alam kerusakan berat adalah ru- mah yang berada
tersebut meliputi angin puting beliung, tanah di kawasan rawan bencana III yang secara
longsor, banjir, gempa bumi dan letusan tata aturan yang baru tidak dapat lagi
gunung berapi. Dari sekian banyak bencana ditinggali kembali oleh penduduk. Karena hal
alam yang terjadi di indonesia, gunung berapi tersebutlah maka merelokasi warga adalah
merupakan salah satu bentuk bencana alam pilihan terbaik dengan membuatkan Huntap
yang sering melanda Indonesia. bagi warga yang tinggal di KRB III agar
Hal ini tentunya bukan lah sesuatu terhindar dari dampak bencana gunung
yang mengherankan karena In- donesia berapi pada masa yang akan datang.
memiliki 129 gunung aktif dimana 70 gunung Relokasi sebagai proses pembangunan
dinyatakan sangat mengancam atau kem- bali perumahan masyarakat, asset, dan
mebahayakan bagi masyarakat sekitarnya infra- struktur publik di lokasi lain (Abas K, Jha
(Katili, 2007). Salah satu gunung berapi yang 2010). Akan tetapi pelaksanaan relokasi
membayakan adalah Gunung Merapi yang bukanlah hal yang mudah, tidak cukup dipan-
terletak diperbatasan Provinsi Jawa Tengah dang dengan hanya sekedar memindahkan
dengan DI Yoyakarta. rumah secara fisik akan tetapi juga
Erupsi Merapi pada tahun 2010 yang menyangkut banyak aspek kehidupan manu-
terindikasi sebagai periode erupsi 100 ta- sia baik sebagai individu ataupun sebagai
hunan menimbulkan kerusakan dan ke- masyarakat. Aspek lebih luas dari relokasi an-
hilangan aset penghidupan masyarakat dalam tara lain adalah membangun kembali relasi
skala luas dan masif. Penilaian kerusakan dan sosial individu dan masyarakat, membangun
kerugian dibagi dalam 5 (lima) sektor yaitu kembali kehidupan ekonomi, membangun
pemukiman, infra strukstur, sosial, ekonomi budaya baru serta menata kembali ke-
dan lintas sektor. Berdasarkan data yang hidupan lebih baik dan aman. Masalah relo-
terkumpul dan setelah melalui metode DaLA kasi menurut Maria (2015) adalah masalah
dan HRNA, maka perkiraan kerusakan dan yang kompleks karena meliputi (1) kebutuhan
kerugian akibat erupsi gunungapi Merapi di dasar manusia akan tanah dan tempat tinggal
kabupaten sleman sebesar Rp. 5,405 Triliun, (2) ketersediaan tanah untuk relokasi (3) ja-
yang terdiri dari nilai kerusakan sebesar Rp minan untuk dapat meneruskan kelangsun-
894,357 Milyar serta nilai kerugian sebesar gan hidup. Menurut Jha dkk (2010) akibat
Rp 4,511 Trilyun (BPBD Sleman, 2011). kesalahan dalam pemilihan lokasi dapat me-
Selain kerugian kerugian material nyebabkan hilangnya mata pencaharian,
letusan Merapi tahun 2010 juga telah hilang rasa kemasyarakatan dan modal sosial,
membawa perubahan land caspe cakupan alienasi budaya dan kemiskinan. Kehilangan
wilayah terdam- pak bencana letusan Merapi dan ketidaknyamanan lokasi baru akan men-
yang berubah drastis, sehingga menjadi dorong peserta relokasi meninggalkan per-
pertimbangan bagi Pusat Vulkanologi dan mukiman baru yang sudah di bangun dan
Mitigasi Bencana Ge- ologi, Kementerian kembali ke lokasi semula.
Energi dan Sumber daya Mineral untuk Setiap bencana adalah situasi krisis
merevisi dan menetapkan ka- wasan rawan sosial, peristiwa yang menyangkut kerusakan
bencana terbaru dalam Peta Kawasan Rawan ling- kungan, teknologi dan peristiwa

93
Akuntabilitas Teknis Kebijakan… (Suranto Eko Widodo, Suswanta)

sosiopolitik, dan dampak psikologis 1) Keputusan harus dibuat secara tertulis


komunitas, organisasi, keluarga atau dan tersedia bagi setiap warga yang
individual pada daerah yang terkena bencana membutuhkan.
tersebut tanpa terkecuali wilayah yang 2) Akurasi dan kelengkapan informasi.
terkena bencana letusan Gunung Merapi ini. 3) Penjelasan sasaran kebijakan yang
Kenyataan yag demikian tersebut tentunya diambil dan dikomunikasikan.
memerlukan penanganan atau pengambilan 4) Kelayakan dan konsistensi. 5)
keputusan yang tepat, terukur dan efisien Penyebarlua- san informasi mengenai
atau kebijakan yang Akuntabel. Akuntabilitas suatu keputusan. Kebijakan relokasi bagi
adalah bentuk kewajiban penyelenggara masyarakat korban erupsi Merapi 2010
kegiatan publik un- tuk dapat menjelaskan berupa kebijakan pem- buatan Huntap
dan menjawab segala hal menyangkut dengan pendekatan partisipa- toris
langkah dari seluruh kepu- tusan dan proses dengan Program Rehabilitasi dan Rekon-
yang dilakukan, serta per- tanggungjawaban struksi Masyarakat dan Permukiman
terhadap hasil kinerjanya dari agen Berbasis
(pemegang amanah) kepada princi- pal
(pemberi amanah) yang memiliki hak dan Komunitas (REKOMPAK)
kewenangan untuk meminta pertanggungja- diharapkan akan menjadi program
waban tersebut (Mahmudi. 2007) (Rakhmat: yang berhasil dan akuntabel sehingga dapat
2009). berdampak pada terbangunnya kembali
Akuntabilitas bersifat berjenjang, dari pemukiman masyara- kat yang aman dan
akunt- abilitas yang bersifat individual sampai nyaman sebagai mana pemukiman sebelum
dengan hasil pembangunan yang merupakan terjadi bencana erupasi Merapi 2010. Sejauh
pertanggungjawaban kolektif. Adapun ting- mana akuntabilitas dari kebijakan Huntap
katan akuntabilitas menurut Lukito dimulai tersebut telah terlaksana. Hal ini menjadi
dari akuntabilitas teknis, akuntabilitas strate- menarik karena kehidupan masyarakat pasca
gis dan akuntabilitas politik. Akuntabilitas erupsi Merapi 2010 di Huntap telah berjalan
teknis yaitu pertanggung-jawaban terhadap selama lebih dari lima tahun. Segala dinamika
input dan output atau produk yang dihasilkan sosial, ekonomi, dan politik yang terjadi di
dari suatu kegiatan pembangunan. Pada Huntap dapat menjadi tolok ukur sejauh
akuntabilitas teknis ini menguraikan rasional mana akuntabilitas teknis dari kebijakan
dari program, identifikasi kebutuhan dan Huntap korban erupsi Merapi 2010 di
dampak yang diinginkan yang kemudian Kecamatan Cangkringan.
didapatlah input. Tingkatan akuntabilitas ini
identik dengan jenis-jenis akuntabilitas METODE PENELITIAN
menurut Mc. Kinney et al (1998) yang mem-
bagi beberapa jenis akuntabilitas, yaitu, (1) Penelitian ini dilakukan di Kecamatan
akuntabilitas fiskal (fiscal accountability); (2) Cangkringan Kabupaten Sleman dengan
akuntabilitas legal (legal accountability); (3) mengambil studi kasusnya di Huntap Kuwang
akuntabilitas program (program accountabil- dan Huntap Randusari Desa Argomulyo.
ity); (4) akuntabilitas proses (process ac- Penelitian ini dilakukan pada tahun 2018
countability); (5) akuntabilitas hasil (outcome dengan melihat berpedoman pada beberapa
accountability); dan (6) akuntabilitas berke- data primer dan skundernya.
lanjutan (sustainability accountability). Se-
dangkan bentuk akuntabilitas menurut Krina Teknik Pengumpulan Data
(2003) sebagai berikut: Pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan 3 cara yakni dengan
94
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 10, Nomor 2, Juli 2017

melakukan wawancara langsung kepada na- dihasilkan oleh suatu program yang ber-
sarumber yang telah ditentukan, selanjutnya kontribusi kepada pencapaian berbagai taha-
melakukan observasi untuk melihat kondisi pan outcome/manfaat program akuntabilitas
lingkungan penelitian dan yang terakhir ada- teknis dapat dilihat dari perencanaan, pem-
lah dokumentasi untuk melihat arsip-arsip bangunan, penempatan hingga
dan data yang dibutuhkan untuk bahan pelaporannya.
penelitian.
Perencanaan
Analisis Data Tujuan dari kebijakan Hunian Tetap bagi
Pengolahan data dalam penelitian ini korban erupsi Merapi 2010 adalah mem-
menggunakan teknik analisis data yang bangun permukiman dan lingkungan tempat
dikutip dari (Sugiyono, 2012) yang tinggal yang nyaman dan relatif aman dari
memetakan pengolahan data dimuali dari bencana. Cita-cita seperti itu hanya bisa di-
reduksi data atau merangkum, memilih hal- capai ketika permukiman yang hendak di
hal pokok dan penting dari data-data yang bangun selaras dengan kebutuhan mereka
sudah dikumpulkan baik melalui studi ob- yang akan menempatinya. Tentu saja, warga
servasi, dokumentasi maupun wawancara terdampak sendiri yang tahu persis apa yang
langsung. Yang kedua yaitu penyajian data mereka butuhkan dalam lingkungan tempat
dalam bentuk narasi yang diolah pada bagian tinggalnya. Dalam pendekatan REKOMPAK,
pembahasan yang disusun secara paragrap, warga terdampak menjadi pusat dari seluruh
dan terkakhir verifikasi atau penarikan kes- kegiatan. Dengan kata lain, masyarakat ber-
impulan terkait dengan pokok pembahasan tanggungjawab menjalankan sendiri proses
yang telah di petakan. rekonstruksi dan rehablitasi, sementara
Pemerintah Indonesia menyediakan dana dan
HASIL DAN PEMBAHASAN berkontribusi penuh sepanjang proses rekon-
struksi tersebut. Untuk membantu warga da-
Pembahasan dalam penelitian ini akan lam mewujutkan pemukiman yang sesuai
diuraikan berdasarkan konsep operasional dengan harapan warga maka bantuan pen-
yang telah disusun sebelumnya. Konsep dampingan diberikan melalui penugasan tim
operasional yang digunakan dalam penelitian fasilitator. Sesuai dengan SK Bupati No. 27a
ini yaitu akuntabilitas teknis dengan indikator Tahun 2011 dijelaskan pada poin 9 bahwa
yang disusun secara jelas. Selanjutnya konsep fasilitator adalah tim yang direkrut oleh
operasional yang digunakan adalah tentang REKOMPAK yang ditugaskan untuk men-
akuntabiliatas dan tingkatan merujuk pada dampingi masyarakat dalam pelaksanan re-
Lukito (2014) bahwa tingakatan pertama habilitasi dan rekontruksi permukiman.
akuntabilitas adalah akuntabilitas teknis Kegiatan yang dilakukan fasilitator
meliputi input, output dan akunting dari se- meliputi sosialisasi, pelatihan, pembangunan
buah kebijakan. Akuntabilitas Teknis komitmen bersama, melakukan survei
Pada intinya akuntabilitas teknis ini swadaya, identifikasi calon penerima bantu-
menguraikan rasional dari program dan an, perumusan masalah, kebutuhan dan
proses peleporannya, identifikasi kebutuhan harapan berdasar hasil pendataan swadaya,
dan dampak yang diinginkan yang kemudian penyusunan rencana rehabilitasi, rekon-
didapatlah input. Input meliputi sumber daya struksi perumahan dan lingkungan serta pen-
baik manusia, anggaran, fasilitas dan lainnya dampingan penyusunan proposal teknis
yang digunakan untuk menghasilkan output pembangunan perumaahan permukiman,
program. Output yaitu berbagai produk atau kegiatan konstruksi serta laporan kegiatan.
layanan tangible (berwujud/nyata) yang secara sederhana, dapat dijelaskan bahwa
95
Akuntabilitas Teknis Kebijakan… (Suranto Eko Widodo, Suswanta)

tahap pembangunan model REKOMPAK adalah (i) solidaritas, (ii) keterbukaan, (iii)
meliputi siklus sebagai berikut: tahap transparansi, (iv) akuntabilitas, (v) demokrasi
pemetaan swadaya, tahap perencanaan pe- yang diwujudkan dalam kesepakatan aturan
nataan permukiman, tahap pembangunan main, menerima perbedaan dan keterbatasan
perumahan dan lingkungan permukiman, masing-masing, mengutamakan membangun
tahap evaluasi. Setelah tahap evaluasi, kapasitas lokal, mengutamakan kepentingan
dilanjutkan lagi dengan perencanaan beri- yang paling lemah/miskin, mengutamakan
kutnya lagi. Demikian seterusnya mengikuti konteks lokal, mengutamakan kolaborasi,
siklus. Dalam setiap tahapan, dari tahap per- mengutamakan musyawarah, (vi) kemandiri-
siapan hingga pelaksanaan pembangunan, an (vii) sumber daya lokal (eksternal) (Baska-
warga terdampak terlibat secara aktif. ra, 2013).
Dengan berperan aktif dalam setiap tahapan, Proses perencanaan menjadi penting
warga bisa belajar bagaimana merancang ka- rena menjadi kunci dari sukses atau
konsep permukiman, dari membuat peta lo- tidaknya relokasi terhadap warga terdampak
kasi, merancang pengelolaan lingkungan sep- erupsi Merapi tahun 2010 tesebut untk dapat
erti pengelolaan limbah rumah tangga hingga mem- perbaiki kehidupan dari masa sebelum
merancang permukiman yang ramah ling- eru- pasi. Kegagalan perencanaan akan
kungan. mengakibatkan kondisi yang justru lebih
Dari proses perencanaan ini dihasilkan buruk dari keadaan sebelum erupsi. Pada
dokumen Rencana Penataan Pem- ukiman dasarnya bencana mampu membawa efek
(RPP) dan Dokumen Teknis Pem- bangunan Positif kepada masyarakat, organisasi dan
Perumahan (DTPP). Kedua doku- men individual untuk bangkit dari Keterpurukan.
tersebut yang selanjutnya menjadi pe- Menurut Hallegatte dan Dumas dalam
doman dalam pelaksanaan pembangunan Baskara (2013) bahwa masyarakat sangat
unit rumah Huntap. Untuk pelaksanaanya mungkin untuk menjadi lebih baik pasca
masyarakat ber- peran penuh dalam bencana dengan syarat ada penggantian yang
menjalakan semua kegiatan perencanaan rusak dengan teknologi yang lebih mumpuni,
dengan didampingi oleh fasilitator. Untuk yang bahkan lebih produktif. Sebagai contoh,
mempermudah koordinasi dan kendali dalam kehancuran skala rumah (tangga) bisa
pelaksanaanya masayarakat terdampak digantikan dengan program rekonstruksi
diorganisir kedalam Kelompok Pemukim (KP) rumah yang lebih sehat, bagus kualitasnya
yang beranggotakan 10-15 KK per KP. dan desain per- mukiman yang baik.
Kegiatan yang dilakukan mayarakat melaui KP
meliputi sosialisasi, pelatihan, pembangunan Penyiapan Lahan Huntap
komitmen bersama, melakukan survei Salah satu permasalahan dalam
swadaya, identifikasi calon penerima relokasi adalah ketersediaan lahan untuk
bantuan, perumusan masalah, kebutuhan reloksai itu sendiri. dalam pemilihan lahan
dan harapan berdasar hasil pen- dataan selain rasio ketercukupan luas lahan dengan
swadaya, penyusunan rencana reha- bilitasi, jumlah war- ga yang akan direlokasi tentu
rekonstruksi perumahan dan ling- kungan juga memper- timbangkan aspek keamaan.
serta pendampingan penyusunan proposal Dalam hal ini karena relokasi ini karena
teknis pembangunan perumaahan bencana gunung berapi maka aspek
permukiman, kegiatan konstruksi serta keamanan dari sisi bahaya resiko ancaman
laporan kegiatan Proses semacam itu hanya erupsi gunung berapi men- jadi pertimbangan
bisa dimungkinkan dengan dipegangnya prin- utama. Untuk kebijakan Huntap lahan yang
sip-prinsip yang mendasar. Prinsip tersebut disediakan mengunakan Tanah Kas Desa

96
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 10, Nomor 2, Juli 2017

(TKD). kurang produktif dan berada jauh dari kompensasi pengganti tanah yang besarnya
area terdampak langsung erupsi Merapi di hitung dengan pertimbangan nilai NJOP
sebagi lokasi penempatan Huntap. Lokasi daerah asal dan diberikan sertifikasi
yang telah dipilih tersebut kemudian kepemilikan tanah. Adapun ketentuan pem-
diusulkan oleh Pemerintah kabu- paten berian bantuan adalah sebagai berikut:
kepada BPPTKG untuk kemudian diver- ifikasi 1) Bantuan pembangunan rumah sebe- sar
kelayakan sebagai wilayah pemukiman. Rp 30.000.000,-/unit.
Lokasi Huntap yang terverifikasi BPPTKG se- 2) Masyarakat di beri keleluasaan dalam
bagai lembaga pemerintah yang berwenang menentukan type rumah, dengan
mengeluarkan rekomendasi tentang ke- ketentuan minimal luas bangunan 36 m2.
layakan dan keselamatan dari potensi 3) Luas tanah untuk masing-masing ru- mah
kebencanaan menjadi jaminan untuk segera seluan 100 m2, di tambah untuk fasilitas
diwujudkanya bangunan Huntap. umum dan fasilitas sosial 50 m2,
Selanjutnya Pemerintah Kabupaten sehingga total lahan yang disediakan
Sleman menetapkan lokasi yang telah seluas 150 m2 per kepala keluarga.
mendapatkan rekomendasi tersebut menjadi 4) Kontruksi bangunan harus memenuhi
lokasi pembangunan Huntap melalui Surat kriteria struktur tahan gempa yang
Keputusan Bupati No. 266/Kep.KDH/2011 pelaksa- naanya melalui pendampingan.
tentang Lokasi Pembangunan Huntap Dalam
Rangka Rehabilitasi dan Rekontruksi Pasca Didalam penyusunan RAB ada beberapa
Bencana Gunung Merapi 2010. Selain aspek kegiatan yang harus dilaksanakan oleh ang-
keamanan dari sisi lokasi pemerintah juga gota KP secara bersama-sama. Langkah-
menjamin keamana lahan Huntap dari sisi langkah dalam penyusunan RAP tersebut di-
hukum dengan penerbitan Sertifikat Hak antaranya:
Milik (SHM) dan Izin Mendirikan Bangunan 1) Survey Harga Material dan
(IMB) bagi setiap warga terdampak yang Upah Tenaga Kerja.
mengikuti relokasi tersebut berdasarkan Su- 2) Musyawarah Penetapan Harga Satu- an.
rat Keputusan Bupati No. 3) Penyusunan RAB Kegiatan.
424/Kep.KDH/A/2010 tentang Kepala Keluar- 4) Berita Acara Swadaya Penerima Ban-
ga Korban Bencana Erupsi Gunung Merapi tuan Rumah.
Tahun 2010. Sedangkan untuk ketentuan 5) Jadwal Pelaksanaan dan S-Curve.
bantuan menurut Perka BNPB No 06 Tahun
2012 masing-masing keluarga mendapat Dengan semua ketentuan tersebut
dana stimultan sebesar Rp 30 juta rupiah RAB pembangunan Huntap di susun oleh
yang diperuntukan membangun rumah tahan masyarakat sendiri yang tergabung dalam KP
gempa dengan luas minimal type 36 m2. Di- dengan didampingi oleh fasilitator. RAB ter-
atas tanah (maksimal) luas 100 m2 dilengkapi sebut kemudian menjadi acuan dalam
dengan sertifikat hak milik. pelaksanaan pekerjaan pembangunan
Huntap hingga selesai. Di dalam RAB masing-
Dana dan Penganggaran masing angota KP bisa jadi besaran anggaran
Pembangunan rumah dalam kebijakan dananya berbeda-beda sesuai dengan
Hunian Tetap ini dilakukan dengan besarnya kemampuan swadaya penambahan
menggunakan alokasi Bantuan Dana Rumah dana masing-masing anggota yang
(BDR) yang berasal dari JRF, PSF, BNPB dan disertakan dalam pembangunan Huntap
sebagian ada dari lembaga donor lain. Kepa- tersebut. Akan tetapi prinsipnya tetap sama
da semua warga yang bersedia direlokasi me- penyusunan serta penggunaan anggaran
lalui kebijakan Huntap ini diberikan fasilitas tersebut. Dengan penyususnan RAB secara
97
Akuntabilitas Teknis Kebijakan… (Suranto Eko Widodo, Suswanta)

musyawarah terse- but maka keterbukaan bangunan rumah di Huntap bagi korban
diantara warga dapat saling mengkontrol, erupsi Merapi tahun 2010 merupakan rumah
menginformasikan dan mengingatkan tahan gempa dengan ketentuan yang telah
tentang penggunaan dana ser- ta detail diatur dalam permen tersebut.
pekerjaan yang harus dilakukan da- lam
pelaksanaan Kebijkan Huntap. Pembangunan Rumah dalam Kebijakan
Huntap bagi korban erupsi Merapi
Pembangunan tahun 2010 dapat berjalan dengan sangat
Komponen paling penting dari baik dan sesuai dengan tata aturan yang telah
kebijakan Huntap tentunya adanya bangunan diten- tukan. Tingginya porsi keterlibatan
rumah atau unit hunianya. Untuk itu proses masyara- kat dalam melakukan kegiatan
pem- bangunan tentunya memegang pembangunan rumah tempat tinggal masing-
peranan yang sangat penting untuk mencapai masing dapat berjalan dengan baik karena
tujuan dari kebijakan Huntap tersebut. adanya sistem penggorganisasian kegiatan
Langkah dalam melaksanakan pembanguan yang di tata dan di rancang secara rapi dan
rumah di Huntap harus mengacu pada sistematis. Pad- unya antara masyarakat
prinsip-prinsip diantaranya, Partisipasi; di sebagai pelaksana lapangan dengan sistem
mana masyarakat dilibatkan sebagai pelaku yang dikembangkan oleh pemerintah melalui
utama pelaksanaan pembangunan. REKOMPAK mem- buat pembangunan rumah
Didampingi oleh fasilitastor masyarakat pada kebijakan Huntap dapat berhasil dengan
terlibat dalam proses perencanaan, baik. jumlah rumah yang terbangun sesuai
pembentukan kelompok pem- ukim, lelang dengan rencana pembangunan perumahan
material, pembukuan keuangan, pelaksanaan baik di Huntap Kuwang maupun Huntap
lapangan hingga monitoring dan Randusari. Pelibatan pemerintah setempat
pelaporanya. secara aktif melalui kegiatan konsultasi dan
Ada SK KP (kelompok Pemukim) dari koordinasi serta monitoring evaluasi menjadi
Bupati; hal ini berguna untuk memberi ja- titik sen- tral pengendalian pelaksanaan
minan bahwa nama-nama yang tertera di Ke- pembangunan di lapangan, baik
lompok Pemukim adalah calon penerima da- pengendalian kualitas bangunan maupun
na stimultan yang syah dibuktikan dengan pengendalian penggunaan dana.
penerbitan SK Bupati tentang daftar ke-
lompok pemukim dan daftar nama kepala Penempatan
keluarga penerima bantuan hibah. Dalam penempatan bagi korban
Pendampingan oleh tim fasilitator; erupsi Merapi tahun 2010 di data
fungsi dari tim fasilitator adalah bertugas berdasarkan KK bagi warga terdampak.
membantu menyiapkan gambar, RAB, spesifi- Pemda Sleman me- lalui kepala BPBD selalu
kasi teknis dan scedule, termasuk adminitrat- koordinator mener- bitkan Surat Tugas No.
if. Rembug DTPP (Dokumen Teknis Pem- 36/SK Kalak BPBD Sleman/VIII/2012 tentang
bangunan Perumahan); dimana renbug ter- Pembentukan Tim Pelaksana Kegiatan
sebut diikuti oleh seluruh warga anggota ke- Rehabilitasi dan Rekontruksi wilayah pasca
lompok Pemukim dan diupayakan melibatkan bencana erupsi Gunung Merapi tahun
minimal 30% pesertanya perempuan. anggaran 2011 dengan unsur-unsur yang
Bangunan harus Rumah Tahan Gempa dilibatkan adalah: DPUP Kab Sleman,
(RTG); pembangunan rumah di Huntap dil- Bappeda, BPBD, Camat, Kepala Desa dan
aksanakan mengacu pada Permen PU No Dukuh. Tugas utama dari tim pelaksana
29/PRT/2006 Tentang Pedoman Persyaratan dalam masa persiapan adalah melakukan
Teknis Bangunan Gedung. Dalam hal ini pem- update data melalui kegiatan veri- fikasi dan
98
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 10, Nomor 2, Juli 2017

validasi terhadap nama-nama calon penerima bagi korban erupsi Merapi tahun 2010.
bantuan Huntap yang tertuang da- lam Surat Program REKOMPAK yang menjadikan
Keputusan Bupati No. 424/Kep.KDH/A/2010 masyarakat sebagai pelaku utama dalam
tentang Kepala Keluar- ga Korban Bencana pelaksanaanya, maka konsekwensinya dalam
Erupsi Gunung Merapi Tahun 2010. hal pelaporan warga masyarakat juga harus
Selanjutnya Semua by name yang lolos mampu mem- buat laporan
verifikasi dan validasi, ditetapkan melalui pertanggungjawaban sesuai dengan
Keputusan Bupati No. 68/Kep.KDH/A/2013 ketentuan dan standar laporan yang berlaku.
dan Keputusan Bupati No. Dalam pembuatan laporan pengurus KP
387.1/Kep.KDH/A/2013 tentang Penetapan dibekali dengan pengetahuan pengeloaan
Kelompok Pemukim dan Keluarga Penerima keuangan. Khusus dalam hal pengendalian
Huntap. Untuk memastikan kesediaan warga penggunaan dana, guna menghindari
untuk menempati Huntap maka Tim pemborosan atau meminimalkan kesalahan
pelaksana Rehabilitasi dan Rekontruksi pasca dalam pengeluaran keuangan, dilakukan
bencana erupsi Merapi tahun 2010 menyiap- pengaturan-pengaturan terkait dengan
kan surat pernyataan dengan tanda tangan pemanfaatan dana, pengaturan tersebut
diatas matrai, bahwa calon penerima bantu- sebgai berikut:
an Huntap siap mengikuti semua aturan 1) KP di latih oleh fasilitator tentang tata
pelaksanaan yang berlaku di Huntap dan siap cara pembukuan, penyusunan dokumen
menempati hunian yang sudah diberikan ser- pen- cairan dana, penyususnan laporan
ta tidak akan kembali ke lokasi asal sebelum penggun- anan dana (LPD) dan laporan
erupsi. Selanjutnya merujuk dari UU No. 24 pertanggungja- waban (LPJ)
Tahun 2007 tentang Penanggulangan 2) Secara berkala, pengelola pembukuan
Bencana di mana didalamnya mengatur ten- (sekretaris dan bendahara) dilatih oleh
tang masa tanggap darurat serta masa pem- tim fasilitator
ulihan pasca bencana, serta Perka BNPB No.5. 3) Dana BDR disalurkan melalui KP dengan
Tahun 2011 tentang Penetapan Rencana Aksi membuka rekening yang ditandatan- gani
Rehabilitasi dan Rekontruksi Wilayah Pasca 3 (tiga) orang pengurus (ketua, sekreta-
Bencana Erupsi Merapi Tahun 2010 di DIY ris dan bendahara)
dan Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2013 4) Dana dicairkan kepada masyarakat
telah membatasi waktu pembangunan rumah melalui tiga termin (40%, 30%, 30%)
bagi warga terdampak erupsi Merapi ber- 5) Semua dana pengeluaran di catat da- lam
langsung selama dua tahun yaitu tahun 2011- buku kas, LPD dibuat pada akhir setiap
2013. Atas dasar peraturan tersebut maka termin. Dana termin 2 dapat diambil
rata-rata pembangunan rumah dalam ke- setelah termin 1 terpakai 90% dan proses
bijakan Huntap ini selesai pada tahun 2013 fisik juga sudah mendekati 40%
hal ini sesuai dengan rencana dari 6) Pengajuan Rencana Penggunaan Dana
pemerintah. Dengan selesainya pem- (RPD) sesuai dengan kebutuhan Laporan
bangunan maka secara otomatis sudah dapat Progres pemanfaatan dana diupload
ditempati oleh masing-masing pemilik di website REKOMPAK sebagai
huntap. wujud akuntabilitas
dantransparansi
Pelaporan http://merapi.rekompakciptakarya.org
Pelaporan merupakan salah satu
standar dalam sebuah kegiatan yang Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) di
menggunakan anggaran dana negara, tidak buat oleh setiap kelompok pemukim (KP)
terkecuali pada pembangunan hunian tetap yang didalamnya memuat seluruh transaksi
99
Akuntabilitas Teknis Kebijakan… (Suranto Eko Widodo, Suswanta)

pada saat pembangunan rumah hunian tetap Hal tersebut merupakan kerangka Post Disas-
yang dananya berasal dari Bantuan Dana ter Need Assesment (PDNA). Dari sisi kebu-
Rumah (BDR) dari setiap anggota kelompok tuhan data kebijakan Hunian Tetap Bagi
Pemukim. Dari laporan pertanggung jawaban Korban Erupsi Merapi 2010 di Kecamatan
ter- lihat seluruh kegiatan pembangunan Cangkringan ini sudah baik dan akuntabel ka-
rumah Huntap dapat dilihat pelaksanaanya. rena pengambilan data dilakukan dengan
LPJ yang disusun oleh pengurus KP berisikan metode ilmiah yang telah teruji validitasnya
seluruh dokumen terkait dengan serta melibatkan lembaga kompeten dalam
pembangunan Huntap mulai dari lembar pengambilan dan analisa datanya. Tidak han-
pengesahan, lembar pemeriksaan ya lembaga pemerintah pelibatan dunia pen-
pekerjaan berita acara didikan dalam hal ini perguruan tinggi dalam
penyelesaian pekerjaan, laporan kegiatan input data dan analisisnya menjadi-
pertanggungjawaban teknis (yang kan kredibilitas dari data yang dihasilkan
terdiri dari: pelaksanaan kegiatan BDR, dapat dipertanggungjawabkan. Data yang
peta lokasi, gamnbar terlaksana, RAB dihasilkan dari analisis tersebut kemudian
terlaksana, foto 0% dan 100%), laporan menjadi dasar acuan dalam pengambilan ke-
keuangan KP (yang terdiri dari: proses dan bijakan bagi masyarakat terdampak erupsi
mekanisme pencairan, pen- galokasian dana Merapi 2010 melaui kebijakan relokasi
BDR, dan pemanfaatn sisa dana BDR bila dengan membangunkan Hutap bagi masyara-
ada), serta lampiran lain dokumen yang kat terdampak.
mendukung LPJ diantaranya: laporan Selain data yang akurat, pelaksanaan
kuangan bulanan, buku kas, buku bank, buku ke- bijakan Huntap juga dilakukan secara
material dan lain-lain. terbuka dan transparan. Masyarakat sebagai
Semua kegiatan tersebut ke- lompok terdampak (korban) tidak sekedar
terdokumentasi lengkap dalam bentul LPJ dijadikan objek kebijakan tetapi sekaligus se-
hard copy yang dikumpul- kan kepada bagai subjek dari pelaksanaan kebijakan ter-
REKOMPAK yang salinannya ada pada KP sebut. Masyarakat diorganisasi dalam Ke-
masing-masing serta terupload di website lompok Pemukim (KP) yang kemudian men-
REKOMPAK. Secara teknis kebijakan Huntap jadi pelaku utama dalam penyusunan
bagi korban erupsi Merapi tahun 2010 sudah perencanaan pembangunan Huntap, penyu-
berjalan dengan baik. Mengacu pada susnan anggaran, pelaksana pembangunan,
pendapat Lukito (2014) tentang tingkatan penempatan hingga pelaporan kegiatan.
akuntabilitas, Pada akuntabilitas teknis ini Dengan kata lain setiap kegiatan teknis dari
menguraikan rasional dari program, pembangunan Huntap ini dikerjakan oleh
identifikasi kebutuhan dan dampak yang masyarakat, direncanakan oleh masyarakat,
diinginkan yang kemudian didapatlah input. menggunakan material lokal dan juga di-
Input meliputi sumber daya baik manusia, awasi oleh masyarakat. Pemerintah melalui
anggaran, fasilitas dan lainnya yang REKOMPAK berfungsi sebagai fasilitator da-
digunakan untuk menghasilkan output lam penyediaan dana bantuan, pengadaan
program. lahan Huntap, penguatan kapasitas bagi war-
Input dari kebijakan Huntap ini sangat ga masyarakat, dan monitoring kegiatan.
lengkap baik secara fisik maupun non fisik. Dengan adanya kerjasama antara pemerintah
Data kerusakan dari hasil kajian dengan dengan masyarakat ini tercipta kegiatan ke-
metode Damage and Loss Assesment (DaLA) bijakan yang akuntabel dibuktikan dengan
Serta Human Recovery Need Assesment terbangunya 151 unit rumah beserta dengan
(HRNA) sebagai bahan input data kebijakan. fasilitas umum di Huntap Kuwang dan 109

100
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 10, Nomor 2, Juli 2017

rumah beserta fasilitas umumnya di Huntap (tiga Puluh) pera- turan yangmenjadi
Randusari yang dapat dipertanggungjawab- dasar hukumdari pelaksanaan
kan sesuai dengan RPP dan DTPP yang telah kebijakan huntap ini. Peraturan- peraturan
ditetapkan. Secara adminitrastif juga tetal tersebut terklasifikasi dari tingkat
tersusun Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) pemerimtah pusat berupa Undang-Undang,
dari masing-masing KP tanpa ada masalah Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden,
dan temuan pelanggaran hukum dalam Perka BNPB, dan peraturan Mentri. Dari
pelaksanaannya dan pelaporan. pemerintahan daerah berupa Peratutan Gu-
Lebih lanjut Mc. Kinney dalam bernur, SK Gubernur, Peraturan Bupati, SK
pendapat- nya membagi akuntabilitas Bupati, SK Kalak BPBD Kabupaten. Semua
menjadi beberapa jenis, yaitu, (1) peraturan tersebut menjadi payung hukum
akuntabilitas fiskal (fiscal ac- countability); (2) secara umum hingga pelaksanaan secara
akuntabilitas legal (legal ac- countability); (3) teknis sehingga setiap kegiatan mempunyai
akuntabilitas program (pro- gram dasar hukumnya. Hal ini sangat penting agar
accountability); (4) akuntabilitas proses kegiatan yang dilaksanana tidak keluar dari
(process accountability); (5) akuntabilitas kesepakatan dan aturan yang ada.
hasil (outcome accountability); dan (6) Program relokasi dengan
akuntabilitas berkelanjutan (sustainability membangunkan Huntap bagi korban erupsi
accountability). Jika kita cermati empat dari Merapi telah melalui kajian yang panjang
akuntabilitas menurut Mc. Kinney indentik dengan data-data awal kebijakan yang
dengan tingkatan akuntabilitas teknis dikumpulkan secara akurat melalui lembaga
menurut Lukito, keempat jenis akuntabiliatas yang kredibel. Metode DaLA dan HRNA dalam
yang identik tesebut adalah: Akuntabilitas mengumpulkan data dapat menjadi acuan
Fiskal, Akuntabilitas Legal, Akuntabilitas dalam rasionalisasi kebijakan Huntap
Program dan Akuntabilitas Proses. tersebut. Sementara secara proses kebijakan
Jika kita analisis lebih lanjut Huntap dalam pelaksanaannya menggunakan
menggunakan pendapat Mc. Kinney pendekatan partisipasi masyarakat dengan
akuntabilitas fiskal dalam kebijakan Huntap nama REKOMPAK. Masyarakat dijadikan
ini dapat dibuktikan dari asal atau sumber subjek sekaligus objek kebijakan sehingga
pendaanan dari Kebijakan Huntap Tersebut. dalam pelaksaan kebijakan dapat berjalan
Dimana anggran dana kebijkan Huntap dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan
berasal dari dana APBN, APBD dan lembaga terealisasikannya pembangunan rumah
donor lain yang diatur malalui Undang- Huntap dan dokumen laporan
uandang. Karena ber- sumber dari dana pertanggungjawaban oleh masyarakat sendiri
publik maka penggunaan dana juga harus di yang pelaksanaannya did- ampingi oleh
audit oleh lembangga yang berwenang. fasilitator REKOMPAK.
Penggunaan anggran dana dapat dilihat dari Jika kita lihat dari bentuk akuntabilitas
laporan penggunaan dana yang disusun oleh menurut Krina, sebuah kebijakan dapat
masing-masing Kelompok Pem- ukim (KP) dikatakan akuntabel jika:
yang disusun pada akhir kegiatan serta 1) Keputusan harus di buat secara tertu- lis
progres dari kegiatan selalu di Up-load secara dan tersedia bagi setiap warga yang
periodik di website REKOMPAK. mem- butuhkan. Dalam pelaksanaan
Akuntabilitas legal dari kegiatan kebijakan Huntap proses perencanaan
Kebijakan Huntap ini merupakan dasar dan pelaksanaan pengelolaan keuangan
hukum untuk pelaksanaan kegiatan. Dari terdokumentasikan dengan baik melalui
temuan dilapan- gan tidak kurang dari 30 RPP dan DTPP yang disusun oleh

101
Akuntabilitas Teknis Kebijakan… (Suranto Eko Widodo, Suswanta)

masyarakat sendiri memlalui rembug mengetahui, mengakses informasi


warga yang dalam pelaksaanaan rembug keputusan atau kebijakan tentang
tersebut diharuskan melibatkan per- pelaksanaan pembangunan Huntap.
empuan sebagai pesertanya dengan
kompo- sisi minimal 30% dari peserta. KESIMPULAN
2) Akurasi dan kelengkapan informasi. Pada
kebijakan Huntap informasi yang berkai- Akuntabilitas teknis dalam kebijakan Huntap
tan dengan program/kebijakan telah bagi korban erupsi Merapi tahun 2010
disam- paikan kepada masyarakat, tidak menunjukan hasil yang baik/akuntabel.
hanya disampaikan bahkan masyarakat Secara teknis (input, Output dan akunting)
di minta un- tuk mengkritisi jika terdapat pelaksanaan kebijakan Huntap sudah sangat
hal yang kurang dari perencaan yang akuntabel. Seluruh indikator yang menjadi
telah di buat dan di informasikan alat ukur akuntabilitas telah terlaksana
tersebut. Informasi yang disampaikan dengan baik dari mulai perencanaan, pem-
kepada masyarakat adalah lengkap bangunan, penempatan, hingga pelaporan
mencakup seluruh program/kebijakan di dilakukan dan terdokumentasikan dengan
daerah. sangat akuntabel. Dengan pendekatan
3) Penjelasan sasaran kebijakan yang partisipasi, warga masyarakat menjadi pelaku
diambil dan dikomunikasikan. setiap utama dalam penyusunan perencanaan pem-
kepu-tusan yang diambil dalam bangunan Huntap, penyususnan anggaran,
musyawarah selalu disampaikan melalui pelaksana pembangunan, penempatan hing-
Kelompok Pemukim (KP) serta informasi ga pelaporan kegiatan. Dengan kata lain se-
tertulis yang dapat diketahui oleh tiap kegiatan teknis dari pembangunan
masyarakat tentang program dan Huntap ini dikerjakan oleh masyarakat, di-
kebijakan Huntap. rencanakan oleh masyarakat, menggunakan
4) Kelayakan dan konsistensi. pelaksa- naan material lokal dan juga diawasi oleh
kebijakan Huntap telah sesuai dengan masyarakat. Pemerintah melalui REKOMPAK
keputusan yang telah disepakati oleh berfungsi sebagai fasilitator dalam penye-
masyarakat sebelumnya, bahkan untuk diaan dana bantuan, pengadaan lahan
menjaga konsistensi dalam menjalankan Huntap, penguatan kapasitas bagi warga
Kebijakan Huntap terdapat aturan yang masyarakat, dan monitoring kegiatan.
dikeluarkan oleh pemerintah sebagai Kebijakan pembangunan Huntap dengan
landasan hukum dalam pelaksaanya. Ada pendekatan pemberdayaan masyarakat ini
sekitar 30 peraturan yang menjadi menjadikan masyarakat sebagai objek
landasan dan aturan main dalam sekaligus subjek dalam pelaksanan kebijakan
Kebijakan Huntap untuk memastikan pembangunan Huntap. Masyarakat did-
dalam pelaksanaanya sesuai dengan ampingi untuk kemudian berperan aktif da-
tujuan yang telah disepakati. lam setiap kegiatan dari tahap awal hingga
5) Penyebarluasan informasi mengenai akhir kegiatan. Masyarakat terdampak erupsi
suatu keputusan. hasil sebuah keputusan Merapi di organisir dalam bentuk kelompok
atau kesepakan dalam Kebijakan huntap yang disebut Kelompok Pemukim (KP).
selalu disebarluaskan kepada masyarakat Masyarakat yang sudah di organisir dalam KP
baik lisan melalui sosialisasi KP dan tersebut selanjutnya membuat usulan bantu-
tertulis melalui papan informasi, media an dana rumah dengan menyusun Dokumen
sosial serta online melalui website Teknis Pembangunan Perumahan (DTPP)
REKOMPAK dan masyarakat dapat menjadikan program yang berhasil dan

102
Government: Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume 10, Nomor 2, Juli 2017

akuntabel sehingga dapat berdampak pada Katili, J.A. (2007). Biografi J.A. Katili Harta
terbangunnya kembali pemukiman masyara- Bumi Indonesia. Grasindo. Jakarta
kat yang aman dan nyaman sebagai mana
pemukiman sebelum terjadi bencana erupasi Krina P, (2003), Indikator Dan Alat Ukur
Merapi 2010. Prinsip Akuntabilitas, Transparansi dan
Beberapa hal yang dapat Partisipasi, Sekretariat Good Governance
direkomendasi- kan diantaranya keberhasilan Badan Perencanaan Pembangunan Na-
pada tingkatan akuntabilitas teknis oleh sional, Jakarta.
warga sebagai subjek dalam kebijakan
Huntap ini hendaknya menjadi sebuah titik Lukito, Kusumastuti. (2014). Membumikan
awal untuk mem- bangun sebuah tatanan Transparansi dan Akuntabilitas Kinerja
kehidupan yang lebih baik. Membangun Sektor Publik: Tantangan Berdemokrasi Ke
lingkungan kehidupan tentunya tidak cukup Depan. Jakarta: PT Gramedia
dengan kemampuan dalam menbangun fisik
Mahmudi. (2007). Analisis Laporan Keuangan
unit bangunan rumahnya saja, tetapi juga
Pemerintah Daerah. UPP STIM YKPM.
perlu dikembangkan tatanan sosial di Huntap.
Yogyakarta
Pengetahuan dan pengalaman yang telah
diberikan pada saat pelaksa- naan Mc. Kinney, Joreme B. Dan Lawrence C. How-
pembangunan oleh REKOMPAK ha- rus bisa ard, (1998). Public Administration: Balanc-
diterapkan oleh masyarakat agar tujuan dari ing Power and Accountability, Second Edi-
kebijakan Huntap dapat tercapai yaitu tion. Praregar Westport Conectitut: Lon-
terbentuknya Hunian yang nyaman dan aman don
bagi warga relokasi Erupsi Merapi 2010.
Rakhmat. (2009). Teori Administrasi dan
DAFTAR PUSTAKA Manajemen Publik, Jakarta. Pustaka Arief.

Sleman. (2010). Rencana Aksi Rehabilitasi & Sumardjono, Maria S, (2005). Kebijakan
Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010 Pertanahan: Antara Regulasi dan
(Status Siaga) Kab. Sleman. Sleman. Jogja- Implementasi. Jakarta: Penerbit
karta BukuKompas.

Baskara, Imam. (2013). Pendampingan yang


Mencerahkan: Catatan Pendampingan Re-
habilitasi & Rekonstruksi Pascaerupsi
Merapi (2010) oleh REKOMPAK-CIPTA
KAR- YA. Jakarta. Kementrian Pekerjaan
Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya
Republik Indonesia.

BPBD Sleman. (2011). Laporan Tanggap Da-


rurat Erupsi Merapi 2010 – 22 Oktober
2010 s.d 23 Mei 2011. Yogyakarta.

BPBD Sleman. (2016). Profil Huntap Pasca


Erupsi Merapi Tahun 2010 di Kabupaten
Sleman. PT Tripatra Konsultan. Yogyakarta

103

Anda mungkin juga menyukai