Disusun Oleh :
NPM : 2020610002
Kata Pengantar
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan penelitian merupakan ungkapan sasaran yang akan dicapai dalam suatu
penelitian. Tujuan penelitian harus dinyata-kan dengan kongkrit, jelas dan ringkas dan
dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Isi dan rumusan tujuan penelitian harus
mengacu pada rumusan masalah penelitian (Nikmatur, 2017). Tujuan penelitian merupakan
rumusan kalimat yang menunjukkan adanya suatu hal yang diperoleh setelah penelitian
selesai. Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui masalah dari latar belakang yang dibuat dalam karhutlah di banyuasin
dan peran ( BPBD ) dalam menanganai karhutlah tersebut.
1.4 Manfaat Penelitian
Semua orang yang terlibat harus mendapat manfaat dari penelitian ini referensi langsung
atau tidak langsung ke geografi langsung Terutama dalam penelitian tentang
karhutlah. Manfaat khusus yang diharapkan oleh penulis adalah:
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah literatur mengenai Efektivitas Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Sumatera Selatan Dalam Menanggulangi Karhutla Di Kabupaten
Banyuasin.
b. Memberikan sumbangan ilmiah yang bermanfaat untuk ilmu pengetahuan,
khususnya untuk di bidang bencana (BPBD) dalam menanggulangi karhutlah di
banyuasin.
2. Manfaat Praktis
a. Penelitian ini diharapkan agar dapat menjadi bahan pertimbangan untuk (BPBD)
dalam menanggulangi bencana kebakaran hutan dan lahan di daerah banyuasin.
b. Menginformasikan masyarakat tentang kebakaran hutan Efek yang dapat
merugikan masyarakat sehingga masyarakat mengharapkannya kesadaran
lingkungan dan kelestarian hutan.
Masalah yang dibatasi, selanjutnya dirumuskan. Rumusan masalah
haruslah memperhatikan 3 (tiga) aspek yaitu :
1. Substansi : rumusan masalah dilihat dari segi bobot atau kegunaan, faktor
penyebab dan upaya mengatasinya serta hal yang orsinal.
2. Formulasi : rumusan masalah disajikan dalam bentuk pertanyaan, meskipun
tidak dilarang dalam bentuk pernyataan.
3. Teknis : rumusan masalah mempertimbangkan kemampuan dan kelayakan
peneliti terhadap masalah yang diteliti.
Baru-baru ini, kebakaran hutan telah menarik perhatian internasional sebagai masalah
lingkungan dan ekonomi, terutama setelah bencana El Niño (ENSO) 1997-98 yang
menghancurkan 25 juta hektar hutan di seluruh dunia. (FAO 2001; Rowell dan Moore 2001)
dalam (Anggraini & Agustian, 2021).
Berdasarkan informasi Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup Republik
Indonesia, hingga akhir tahun 2019, sekitar 1.649.258 hektar hutan dan lahan di Indonesia
telah terbakar akibat bencana kebakaran hutan dan lahan ini. Provinsi Sumatera Selatan
menjadi provinsi dengan Luas kebakaran hutan dan lahan terluas di Indonesia mencapai
336.798 ha, dimana sekitar 136.875 ha merupakan lahan gambut (RAMADHI, 2021).
(RAMADHI, 2021) Lahan gambut meliputi area seluas 400 juta hektar di seluruh dunia
dan menyimpan lebih dari 500 miliar ton karbon. Sepuluh persen lahan gambut dunia, yang
menyimpan 191 miliar ton karbon, berada di daerah tropis. Asia Tenggara mencakup 60 dan
memiliki luas sekitar 25 juta hektar. Dengan luas 21 juta hektar, Indonesia terbagi menjadi
Sumatera (7,2 juta hektar), Kalimantan (5,8 juta hektar) dan Papua (8,0 juta hektar),
setidaknya 3 juta hektar lahan gambut di Indonesia telah terdegradasi dan diubah antara
tahun 1987 dan 2000. Dalam sepuluh tahun terakhir lahan gambut telah dikeringkan dan
dikembangkan untuk perkebunan kelapa sawit dan hutan. Pada tahun 2000-2005, 89.251 ha
lahan rawa dibuka di Sumatera dan 9.861 ha di Kalimantan per tahun. Hilangnya hutan rawa
terjadi pada kedalaman 2-4 m dan 4-8 m pada rawa yang sangat dalam (IFCA, 2007) ini
menghasilkan emisi rumah kaca yang signifikan.
. (Wibowo 1995) mengatakan bahwa kondisi iklim sulit untuk diubah, oleh karena itu
penekanan potensi bahan bakar dalam pemadaman kebakaran/fire suppression merupakan
salah satu prioritas upaya pengelolaan hutan. Tentunya mengingat pada musim kemarau
serasah lantai hutan yang layu dan mengering mudah terbakar, semua ini menjadi sarana
yang efektif untuk menyebarkan api dan merusak hutan yang bernilai ekonomis (Wardoyo et
al., 2017).