Anda di halaman 1dari 4

Universitas Gadjah Mada

Fakultas Hukum
Departemen Hukum Lingkungan
S1 Reguler
Mata Kuliah Hukum Tata Kelola Sumber Daya Hutan

(2 SKS)
Semester Gasal 2019

Pengajar Dr. Totok Dwi Diantoro, M.A., LL.M


:
Email totok.diantoro@gmail.com,
: totok.dwi@mail.ugm.ac.id

Hari & Waktu kuliah: Senin, 15:00-15:50 WIB

Sumber daya hutan (SDH) diyakini merupakan salah satu contoh dari SDA yang
terbarukan (renewable natural resources). Namun demikian, kenyataan di
lapangan menunjukkan keberadaan sumber daya hutan terancam
kelestariannya. Sebagaimana diketahui, Indonesia yang mengklaim memiliki
luas kawasan hutan (negara) 120-an juta hektar, sesungguhnya kondisi riilnya
tidak berbanding lurus seperti apa yang dibayangkan. Fenomena deforestasi
dan degradasi hutan adalah penyumbang terbesar bagi terancamnya
keberlanjutan eksistensi SDH.

Pada tahun 1970-an, menurut FAO laju deforestasi Indonesia mencapai 300 ribu
hektar/tahun. Kemudian pada dasawarsa 1990-an laju kerusakan naik hingga
menjadi 1 juta hektar/tahun. Bahkan, menurut FWI dan GWF pada 1996-2000
saja laju deforestasi menyentuh angka 2 juta hektar/tahun. Selanjutnya
menurun menjadi 1,5 juta hektar/tahun pada rentang 2001-2010, dan 1,1 juta
hektar/tahun pada 2009-2013. Namun berbeda dengan catatan FWI dan GWI
tersebut, justru FAO menyebut pada tahun 2000-2005 merupakan kerusakan
terparah dimana deforestasi mencapai 1,8 juta hektar/tahun. Dan yang juga
mengejutkan, Kementerian Kehutanan sendiri mengafirmasinya pada periode
2000-2007 laju deforestasi mencapai 2,8 juta hektar/tahun. Hingga pada
periode itu Indonesia mendapatkan predikat negara perusak hutan tercepat
versi Guinness Book of World Records pada tahun 2008.

Baru kemudian pada tahun 2011 muncul Inpres No. 10 Tahun 2011 tentang
Penundaan dan Penyempurnaan Tata Kelola Pemberian Izin Baru Hutan Alam
Primer dan Lahan Gambut oleh pemerintahan SBY. Kemudian diperpanjang
melalui Inpres No. 6 Tahun 2013. Dan oleh Jokowi diperpanjang lagi dengan
Inpres No. 6 Tahun 2017, serta terakhir melalui Inpres No. 5 Tahun 2019
tentang Penghentian Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola
Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut.

1
Atas dasar asumsi sedemikian, maka pada renewable natural resources bukan
berarti akan terjamin eksistensinya dari bahaya kepunahan. Lebih-lebih SDH
sebagai satu sistem SDA yang kompleks yang mengandung beragam kandungan
fungsi dan manfaat bagi kehidupan, yang tentu konsekuensi dari bahaya
kepunahan SDH itu sendiri juga akan berdampak multiplier yang tidak
sederhana. Misalnya dengan hilangnya tutupan kawasan hutan secara
signifikan, tidak saja berujung pada hilangnya keanekaragaman hayati di
dalamnya, tetapi juga bencana ekologis—banjir, erosi, kekeringan—secara
nyata juga akan menimpa. Bahkan hingga level global, sebagaimana kita
belakangan kita semakin familiar akan terma pemanasan global (global
warming). Dalam koteks demikian, maka membicarakan hukum kehutanan (tata
kelola SDH) menjadi relevan.

Selanjutnya di dalam kelas perkuliahan ini, hukum tata kelola SDH akan
membahas mengenai kebijakan pengelolaan SDH dan implementasinya.
Termasuk di dalamnya terkait dengan sejarah pengaturan bidang kehutanan,
paradigma kehutanan, wacana desentralisasi pengelolaan SDH, kebijakan
perubahan peruntukan dan fungsi kawasan hutan, kebijakan penggunaan
kawasan hutan, instrumen kebijakan pengelolaan SDH berkelanjutan, resolusi
konfik kehutanan, serta kebijakan perhutanan sosial.

Pengorganisasian:

Kuliah ini menekankan kewajiban tata muka secara reguler selama 12 kali
pertemuan yang diselenggarakan secara daring. Selain penyampaian materi,
pada tatap muka menjelang selesai semester mahasiswa diwajibkan untuk
mempresentasikan rancangan project tugas mata kuliahnya. Untuk berikutnya,
rancangan tersebut menjadi tugas akhir mata kuliah yang akan dikumpulkan
pada tanggal yang akan disepakati kemudian.

Tautan perkuliahan secara daring akan disampaikan via pengumuman di


simaster.

Penilaian:

Tidak akan ada ujian tertulis dalam mata kuliah ini. Sebagai gantinya,
mahasiswa diwajibkan menuliskan paper akhir dalam kertas ukuran kuarto (10-
15 halaman, spasi 1.5, font 12 times new roman).

Sistematika Tugas Akhir:


● Bab I Latar Belakang (latar belakang)
● Bab II Pembahasan (deskripsi variabel kajian, dan analisis)
● Bab III Penutup (kesimpulan)

Komponen Penilaian:
● Presentasi penyampaian rancangan tugas akhir: 50%

2
● Tugas akhir: 50%

MATERI KULIAH

1. Perkenalan, Pembahasan Silabus dan Kontrak Belajar


2. Paradigma Kehutanan
3. Sejarah Kebijakan/Hukum Kehutanan
4. Kebijakan Pemanfaatan SDH
5. Desentralisasi Pengelolaan SDH (wacana dan pengalaman
kebijakan)
6. Kebijakan Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan
7. Kebijakan Penggunaan Kawasan Hutan
8. Instrumen Kebijakan Pengelolaan SDH Berkelanjutan
(Sertifikasi dan Verifikasi Legalitas)
9. Resolusi Konflik Kehutanan
10. Kebijakan Perhutanan Sosial
11. Presentasi Mahasiswa
12. Presentasi Mahasiswa dan Kuliah Penutup

Bahan Bacaan:
1. Nancy Lee Peluso, Hutan Kaya, Rakyat Melarat: Penguasaan Sumber Daya
dan Perlawanan di Jawa, Terjemahan, Konphalindo, Jakarta 2006
2. Totok Dwi Diantoro, “Quo-Vadis Hutan Jawa”, dalam Konfigurasi
Pengelolaan Hutan Jawa, Jurnal Ilmu Sosial Transformatif Wacana 25/XIII,
Insist Press, Yogyakarta 2011
3. Hariadi Kartodihardjo dkk, Pembangunan Kesatuan Pengelolaan Hutan
(KPH): konsep, peraturan perundangan dan implementasi, Kementerian
Kehutanan (Dirjen Planologi Kehutanan-Direktorat Wilayah Pengelolaan dan
Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan), Jakarta 2011
4. Endang Suhendang, “Perkembangan Paradigma Kehutanan,” makalah dalam
Diskusi Pengelolaan Hutan Berbasis Ekosistem sebagai Pendekatan untuk
Pengelolaan Hutan Indonesia dalam Paradigma Kehutanan Indonesia Baru
(dalam rangka ulang tahun emas Fakultas Kehutanan IPB: 1963-2013),
Bogor, Agustus 2013. Sumber:
http://fahutan.ipb.ac.id/en/component/attachments/download/62
5. Maryudi, Ahmad, Rejim Politik Kehutanan Internasional, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, 2015
6. Agung Wibowo dkk, “Dari Reformasi Kembali ke Orde Baru: tinjauan kritis
Perpres No. 88 Tahun 2017”, Opini Hukum AMAN, Epistema Institute, dan

3
Perkumpulan HuMA Oktober 2017. Sumber: http://epistema.or.id/wp-
content/uploads/dlm_uploads/2017/10/Opini_Hukum-Okt_2017.pdf
7. Zakaria, Yando. dkk, Perhutanan Sosial: dari Slogan menjadi Program
(naskah akademik reformulasi kebijakan perhutanan sosial), Sekretariat
Reforma Agraria dan Perhutanan Sosial, Jakarta, 2018

Anda mungkin juga menyukai