SOAL:
1. Penguasaan dan pengusahaan sumber daya migas di sektor hulu didasarkan antara lain
pada sistem lisensi dan kontrak. Jelaskan perbedaan antara dua sistem itu! (12,5 Point)
2. Penguasahaan migas di Indonesia (terutama) didasarkan atas kontrak bagi hasil.
Jelaskan secara singkat bagaimana pembagian hasil migas yang diproduksi berdasarkan
hukum yang berlaku di Indonesia sekarang! (12,5 Point)
3. Pada tahun 2018, perusahaan asal Australia mendapatkan izin pengelolaan dari
pemerintah pusat untuk mengelola pulau seluas 2000 m2 untuk kepentingan
pertambangan. Namun, hal ini mendapatkan penolakan dari masyarakat setempat
dengan alasan bahwa daerah tersebut merupakan wilayah hukum adat masyarakat
tersebut. Bahkan, menurut Peraturan Daerah terkait rencana zonasi wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil wilayah tersebut peruntukannya untuk wisata, sehingga pemerintah
daerah pun tidak memberikan rekomendasi untuk kawasan pertambangan, tetapi
pemerintah pusat berdalih izin tersebut tidak bertentangan dengan rencana tata ruang
wilayah. Permasalahan ini terus berlanjut hingga pada tahun 2021 konflik semakin
memanas karena adanya perusahaan yang melakukan penangkapan ikan di sekitar
pulau dengan kapal-kapal kecil yang menjadi pemicu protes nelayan setempat.
Jelaskan analisis hukum anda atas kasus tersebut di atas! (25 Point)
4. Sebutkan dan jelaskan, serta berikan analisis 4 permasalahan air yang dihadapi
Indonesia saat ini?
5. Swastanisasi pengelolaan air itu inskonstitusional. Berikan dasar hukumnya? Apa
argumentasinya? Apa implikasinya? Berikan analisis!
6. Pemerintah terus menggalakan program ketahanan pangan (food security) nasional
termasuk dengan menjadikan kawasan hutan sebagai lokasi untuk melaksanakannya.
Sejumlah elemen masyarakat sipil mengkritik kebijakan ini dengan pertimbangan dapat
mengancam kawasan hutan. Jelaskan pendapat Anda mengenai pro kontra penggunaan
kawasan hutan untuk pelaksanaan program ketahanan pangan! (10 Point)
7. Sekelompok masyarakat menduduki kawasan hutan negara untuk dijadikan pemukiman
dan lahan garapan dengan ditanami pohon cokelat. Kegiatan tersebut dilakukan tanpa
izin dari instansi kehutanan. Sebelumnya, areal tersebut telah ditunjuk sebagai kawasan
hutan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Jelaskanlah pendapat Anda jika
kasus ini diselesaikan dengan menggunakan Peraturan Presiden No. 88 Tahun 2017!
(15 Point)
LEMBAR JAWABAN
UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)
UNIVERSITAS GADJAH MADA SEMESTER GASAL TA 2021/2022
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI SARJANA HUKUM NAMA: Muhammad Rikho Antasuri
Arrizqy
NIM: 18/426992/HK/21649
NO. UJIAN: 10
TANGGAL: 16 / Desember / 2021
MATA KULIAH : Hukum Agraria
KELAS: A …………………………………………………………………………………………..
DOSEN:
1. Sujitno, S.H., M.Si.
2. Prof. Dr. Nurhasan Ismail, S.H., M.Si.
3. Prof. Dr. Sudjito, S.H., M.Si.
4. Dr.Jur. Any Andjarwati, S.H., M.Jur.
5. Dr. Rikardo Simarmata, S.H.
6. Rafael Edy Bosko, S.H., MIL.
7. Dyah Ayu Widowati, S.H., M.Kn.
8. Ananda Prima Yurista, S.H., M.H.
9. Anggita Mustika Dewi, S.H., M.Kn.
LJU ini dikirim melalui SIMASTER dalam format word dengan penamaan NIU_Nama
JAWABAN:
1. Perbedaan antara 2 sistem tersebut adalah jika sistem lisensi karakteristiknya semua
hasil produksinya dalam wilayah konsesi dimiliki oleh perusahaan, negara hanya
menerima royalti yang secara umum berupa persentase dari pajak dan bruto.
Sedangkan sistem kontrak, mengatur bahwa sumber daya migas adalah milik negara.
2. Pada masa Indonesia saat ini, penguasaan dan pengusahaan migas menggunakan
sistem kontrak bagi hasil. Berdasarkan UU No.40 tahun 1960 tentang pertambangan
minyak dan gas bumi, mengatur bahwa negara dan perusahaan berbagi hasil penjualan
migas. Tetapi walaupun perusahaan tidak lagi menjadi pemegang lisensi, kendali
manajemen masih berada ditangsn mereka dan pemerintah berperan hanya sebagai
pengawas. Untuk pembagian hasilnya dalam dunia migas dikenal dengan istilah cost
recovery, hanya dilakukan jika pengusahaan sumber daya migas tersebut berhasil, jika
tidak semua biaya ditanggung sepenuhnya oleh perusahaan kontraktor migas. Saat
panen tiba, produksi akan dikurangi terlebih dahulu dengan modal yang harus
dikembalikan, baru kemudian dibagi antara negara dengan perusahaan sesuai
kesepakatan dalam kontrak.
5. Swastanisasi air itu inskontitusional, artinya pengelolaan air yang dalam praktiknya
privatisasi maka hal tersebut dikatakan sebagai inskontitusional, dasar hukum dalam
pengelolaan air tertuang pada pasal 33 UUD 1945 tentang pengelolaan air yang harus
dikelola oleh negara dan juga terdapat pada putusan MK nomor 85/PUU-XI/2013.
Implikasi yang terjadi apabila swastanisasi air inskontitusional adalah penurunan
kualitas pelayanan air terhadap masyarakat dengan tarif yang juga meningkat. Karena
privatisasi yang awalnya dianggap akan meningkatkan efisiensi tapi malah digunakan
untuk mencari keuntungan dan bukan pelayanan. Air sebagai barang publik maka
sudah seharusnya dikembalikan kepada masyarakat, karena aturan yang mengatur
bahwa pengelolaan air diberikan pada pihak pribadi atau swasta sudah dibatalkan oleh
MK. Artinya praktik privatisasi dan swastanisasi itu inkonstitusional dan sudah
seharusnya kembali pada masyarakat.
6. Melihat dari kondisi saat ini yang relevan dengan pandemi Covid 19, menjaga
ketahanan nasional dibidang pangan adalah hal yang sudah seharusnya diperjuangkan
agar tidak bergantung dengan negara lain. Dan menurut saya apabila pemerintah
menerapkan kegiatan ketahanan pangan di kawasan hutan lindung yang sudah tidak
sepenuhnya berfungsi lindung (terbuka,terdegradasi,sudah tidak ada tegakan hutan)
maka hal itu masih bisa dilakukan. Karena dengan kegiatan ketahanan pangan
tersebut sekaligus merupakan kegiatan pemulihan kawasan hutan dengan pola
kombinasi tanaman hutan.
7. Jika kasus ini diselesaikan menggunakan Perpu No. 88 tahun 2017 maka sekelompok
masyarakat yang menduduki kawasan hutan maka hal tersebut merupakan perbuatan
melanggar hukum. Karena sekelompok masyarakat tersebut bermukim disana tanpa
seizin pihak instansi kehutanan.