Anda di halaman 1dari 179

Kode : DAR2/Profesional/207/6/2019

Pendalaman Materi : Geografi

Modul 1 :

SUMBER DAYA ALAM


DAN SUMBER DAYA MANUSIA

Kegiatan Belajar 1 :

Potensi Sumber Daya Alam Indonesia

Penulis : Dra. Ita Mardiani Zain, M.Kes

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia
2019

i
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN ..........................................................................................................................1
PETUNJUK BELAJAR...............................................................................................................1
CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN ...........................................................2
SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN ........................................................................................2
URAIAN MATERI .......................................................................................................................2
A. Pengertian dan Peranan Sumberdaya Alam ............................................................................2
B. Penggolongan Sumber Daya Alam ............................................................................................. 4
C. Potensi dan Pemanfaatan Sumberdaya Alam (SDA) di Indonesia .................................. 11
D. Pengelolaan Sumberdaya Alam (SDA) yang Berwawasan Lingkungan
Berkelanjutan ........................................................................................................................................ 27
E. Pengelolaan Sumber Daya Alam Berdasarkan Prinsip Mengurangi .............................. 32
F. Pengelolaan Sumber Daya Alam Berdasarkan Prinsip Daur Ulang ............................... 33
RANGKUMAN ........................................................................................................................... 35
TES FORMATIF ....................................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 38
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF ................................................................................. 39

ii
MODUL 6.
SUMBER DAYA ALAM DAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEGIATAN BELAJAR 1 :
POTENSI SUMBER DAYA ALAM INDONESIA

PENDAHULUAN
Kegiatan Belajar ini bertujuan untuk memberikan informasi dan
pengetahuan tentang sumber daya alam, klasifikasi, pemanfaatan dan pengelolaan
SDA secara berkelanjutan yang dapat mempengaruhi kehidupan di berbagai
ekosistem maupun manusia dalam kehidupan sehari-hari. Klasifikasi SDA terdiri
pembagian bentuk yang bisa dimanfaatkan, proses pembentukan, cara
terbentuknya bahan galian, nilai ekonomisnya. Pemanfatan SDA di Indonesia
berupa air, angin, tanah, geothermal, aneka hasil tambang yang ada di Indonesia.
Kegiatan belajar ini memberikan wawasan tentang bagaimana cara pengelolaan
SDA secara berkelanjutan melalui upaya prinsip pengurangan (penghematan) dan
prinsip daur ulang. Wawasan tentang karakteristik SDA, beserta pemanfatan dan
pengelolaannya ini sangat membantu dalam mempelajari persebaran dan
pelestarian SDA secara komprehensif. Bagian akhir terdapat tes formatif yang
harus dikerjakan. Skor yang diperoleh dalam mengerjakan soal formatif
menggambarkan penguasaan materi pada Kegiatan Belajar 1. Potensi Sumber
Daya Alam.

PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah materi dalam kegiatan belajar (KB-1) ini sebaik-baiknya dengan
cermat
2. Jika diperlukan saudara boleh mencari informasi tambahan sesuai dengan
materi dalam KB-1 ini

1
3. Setelah membaca kerjakan latihan soal pada bagian akhir KB-1 ini. Saudara
harus mendapatkan skor minimal 70. (minimal 7 soal harus dijawab dengan
benar)
4. Jika Saudara mendapatkan skor kurang dari 70 maka saudara dinyatakan belum
tuntas.
5. Jika belum tuntas dalam belajar modul ini, jangan beralih ke KB berikutnya

CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KEGIATAN


Mampu menerapkan teori dan aplikasi materi bidang studi geografi mencakup: (1)
Hakekat dan literasi informasi geografi; (2) Dinamika planet bumi sebagai ruang
kehidupan; (3) Indonesia: Sumberdaya dan kebencanaan (4) Karakteristik wilayah
dan pewilayahan (regionalisasi) berdasarkan prinsip dan pendekatan geografi; (5)
Pengelolaan sumberdaya secara efektif dan efisien untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan serta mencari solusi masalah lingkungan dan
kebencanaan; (6) Pemanfaatan Teknologi Informasi Geospasial (Pemetaan,
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi) untuk pembangunan; dan (7)
termasuk advance materials yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten),
“mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” proses serta kegunaannya dalam
kehidupan sehari-hari.Dalam substansi keilmuan, setiap guru Geografi wajib
menguasai pengetahuan Geografi yang setara dengan pengetahuan Geografi yang
dikuasai oleh Sarjana Geografi.

SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN


3.3 Mampu menganalisis Indonesia : Sumber Daya Alam dan Kebencanaan

URAIAN MATERI

A. Pengertian dan Peranan Sumberdaya Alam


Sumberdaya alam (biasa disingkat SDA) adalah segala sesuatu yang berasal
dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Yang

2
tergolong di dalamnya tidak hanya komponen biotik, seperti hewan, tumbuhan, dan
mikroorganisme, tetapi juga komponen abiotik, seperti minyak bumi, gas alam,
berbagai jenis logam, air, dan tanah. SDA merupakan bahan baku didapatkan dari
bumi yang mencakup dalam lingkungan fisik yang digunakan untuk perumahan,
pakaian, pemanasan, pendinginan, transportasi dan untuk memenuhi keinginan
dan kebutuhan manusia lainnya. Misalnya, pohon digunakan untuk berteduh,
hewan untuk makanan dan pakaian, tanaman untuk obat-obatan, mineral dan
bahan bakar fosil untuk listrik, transportasi, pemanasan dan pendinginan.
Sumberdaya ini meliputi tanah, udara, air, sinar matahari, hutan, margasatwa,
ikan, bahan bakar fosil, logam dan mineral yang dihasilkan oleh proses alami
bumi. SDA digunakan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia akan
memiliki dampak pada lingkungan global. Setiap kali bahan mentah digunakan
untuk memproduksi barang, ada dampak ekologi, sosial, dan ekonomi. Mengelola
sumberdaya alam selalu menggunakan teknik konservasi diperlukan untuk
membantu masyarakat memenuhi kebutuhan saat ini dan masa depan. Nilai
ekonomi utama dari sumber daya yang matang berasal dari layanan yang
disediakan manusia. Kesimpulan yang dapat diambil adalah SDA pada
hakekatnya segala kekayaan di bumi baik berupa benda mati maupun benda hidup
dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
SDA memiliki peranan sangat penting terhadap kehidupan manusia.
Lingkungan di sekitar manusia menyediakan berbagai kemampuan yang
diperlukan untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia sehari-hari. SDA
termasuk di dalamnya, udara, air, tanah, mineral, bersama dengan iklim dan
energi matahari, yang membentuk bagian alam yang tidak hidup atau 'abiotik' dan
bagian 'biotik' atau bagian alam yang hidup terdiri dari tumbuhan dan hewan,
termasuk mikroba. Tumbuhan dan hewan hanya dapat bertahan hidup sebagai
komunitas organisme yang semuanya terkait erat dengan masing-masing di
habitat mereka sendiri, dan membutuhkan kondisi lingkungan abiotik tertentu.
Lingkungan hutan, padang rumput, gurun, gunung, sungai, danau dan lingkungan
laut semuanya membentuk habitat untuk komunitas khusus bagi tumbuhan dan
hewan untuk ditinggali. Interaksi antara aspek abiotik alam dan organisme hidup

3
tertentu bersama membentuk ekosistem dengan berbagai tipe. Banyak dari
organisme hidup ini digunakan sebagai sumber makanan manusia, antara lain
terkait dengan makanan manusia secara langsung, seperti penyerbuk dan penyebar
tanaman, hewan tanah seperti cacing, yang mendaur ulang nutrisi untuk
pertumbuhan tanaman, jamur dan rayap yang memecah bahan tanaman yang mati
sehingga mikroorganisme dapat bertindak pada pengurai untuk membentuk
kembali nutrisi tanah.
Selama 100 tahun terakhir, perbaikan perawatan kesehatan dan
peningkatan status gizi manusia telah menyebabkan pertumbuhan penduduk yang
cepat, terutama di negara-negara berkembang. Peningkatan jumlah manusia yang
fenomenal ini menempatkan tuntutan besar pada SDA bumi. Lahan yang luas
seperti hutan, padang rumput dan lahan basah telah diubah menjadi pertanian
intensif, pemukiman, pertambangan dan perindudtrian. Tanah telah diambil untuk
industri dan sektor perkotaan.
Perubahan-perubahan ini telah membawa perubahan dramatis dalam
pola penggunaan lahan dan hilangnya secara cepat ekosistem alam yang berharga.
Kebutuhan akan lebih banyak air, lebih banyak makanan, lebih banyak energi,
lebih banyak barang-barang konsumsi, bukan hanya hasil dari populasi yang lebih
besar, tetapi juga hasil dari pemanfaatan sumber daya secara berlebihan yang pada
akhirnya akan merusak lingkungan dan mengancam kehidupan manusia itu
sendiri (Demirel, 2016).

B. Penggolongan Sumber Daya Alam


Terdapat keanakaragaman persebaran SDA yang bisa digunakan oleh
manusia melalui berbagai pemanfaatan. SDA dapat diklasifikasikan menurut
berbagai kriteria.
Berdasarkan bentuk yang bisa dimanfaatkan, SDA di bumi dapat digolongkan
sebagai berikut :
1. SDA materi, yakni apabila yang dimanfaatkan oleh manusia berupa materi
SDA itu. Misalnya keanekaragaman jenis tambang mineral magnetik,
bauksit, timah, hematit, kapur, kwarsa, pasir, siderit, limonit mampu dilebur

4
menjadi bijih besi ataupun baja. Sektor mineral Indonesia merupakan
penyumbang potensial bagi perekonomian nasional. Sektor ini terdiri dari
banyak komoditas, seperti mineral logam, banyak mineral industri dan
batuan. Di antara berbagai mineral, timah, nikel, tembaga, emas, dan
batubara, telah dihasilkan dari deposit berkelas dunia dan mereka membentuk
komoditas nasional yang penting, baik untuk ekspor ataupun di pasar
domestik. Saat ini, proyek pertambangan di Indonesia menggunakan kurang
dari 0,1% dari daratan Indonesia, berbeda dengan 33% lahan yang dimiliki
oleh konsesi industri kayu. Ada banyak area lain yang belum dieksplorasi
secara menyeluruh baik di darat maupun di dasar laut. Sebagian besar
wilayah laut belum ditargetkan untuk eksplorasi mineralnya. Berdasarkan
keadaan geologis, tidak terlalu optimis untuk berspekulasi bahwa lebih
banyak penemuan akan terjadi di masa depan.
2. SDA hayati, merupakan SDA dalam wujud makhluk hidup, baik berupa
hewan maupun tumbuhan. SDA tumbuhan dinamakan SDA nabati dan
hewan dinamakan SDA hewani.

• Tumbuhan
SDA hayati berupa tumbuhan merupakan SDA yang banyak jumlahnya
dan sangat beragam keberadaannya, terutama di wilayah Indonesia aneka
ragam tumbuhani ini memiliki manfaat dengan memproduksi banyak oksigen
dalam aktivitas fotosintesis, dengan demikian sumberdaya hayati merupakan
penghasil dan pendukung utama rantai makanan.
Eksploitasi tumbuhan secara berlebihan dapat mengakibatkan kerusakan
bahkan kepunahan plasma nutfah ini. Dampaknya dapat sampai
mengganggu hancurnya rantai makanan. Pemanfaatan SDA hayati antara lain
dapat digunakan sebagai bahan bakar, bahan kertas, bahan makanan, obat-
obatan, bahan pakaian, bahan bangunan, pupuk organik, dan sebagainya.
Seiring dengan pesatnya pertumbuhan populasi manusia maka kebutuhan
akan lahan pemukiman, industri, dan infrastruktur semakin besar pula.

5
Dampaknya terjadi alih fungsi lahan secara besar-besaran, sehingga lahan
untuk hidup tumbuhan terus-menerus terdesak keberadaannya.

Gambar 1. Peta Persebaran Hasil Bumi Pertanian di Indoensia.


(sumber: ringkasanbukugeografi.blogspot.com)

• Pertanian dan Perkebunan


Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang bercorak agraris.
Sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani.
Sekitar 45% penduduk Indonesia hidup dari sektor pertanian ini. Pada
kenyataannya negara Indonesia memiliki 31.000.000 juta hektar lahan
pertanian yang sudah dibudidayakan aneka ragam tanaman.
Pertanian di negara Indonesia mampu menghasilkan beraneka jenis
komoditas tumbuhan unggulan berpangsa ekspor antara lain berupa padi,
kopra, kacang tanah, kedelai, jagung, sayur-mayur, umbi, pohong/singkong,
bawang merah dan cabai. Negara Indonesia juga dikenal dengan produksi
perkebunannya yang besar, antara lain: perkebunan teh, karet, kelapa sawit,
tebu, kapas, lada, kopi, dan sebagainya.
• Hewan, Peternakan dan Perikanan
SDA hewani mempunyai manfaat yang sangat besar terhadap
kehidupan manusia, sebab SDA hewani secara tradisional pemanfaatannya
digunakan untuk membantu pekerjaan manusia yang berat, misalnya,

6
binatang Sapi, Kerbau dan Kuda dapat dimanfaatkan untuk membantu
membajak diareal persawahan. Sumberdaya hewani merupakan sumber
protein yang sangat besar dan bermanfaat bagi kehidupan manusia seperti
unggas, Udang, Domba, Sapi, Kambing, perikanan darat dan sebagainya
dapat menjadi sumber makanan hewani bagi manusia.

Gambar 2. Peta Potensi Perikanan Budidaya di Indonesia.


(Sumber: www.djpb.kkp.go.id/index.php/arsip/c/423/PETA-POTENSI PERIKANAN-
BUDIDAYA-INDONESIA)

3. SDA energi, yakni apabila materi tersebut digunakan oleh manusia untuk
tenaga penggerak alat , mesin, listrik atau sejenisnya, yang terkandung dalam
SDA tersebut. Pertumbuhan populasi selalu dan akan tetap menjadi salah
satu pendorong utama permintaan energi, seiring dengan perkembangan
ekonomi dan sosial. Sementara populasi global telah meningkat secara
berlebihan 1,5 miliar selama dua dekade terakhir. Ini berarti bahwa
permintaan energi dapat tumbuh secara signifikan lebih cepat dari yang
diharapkan, dan jika dikelola dengan benar, sumber daya energi dan
teknologi harus tersedia untuk memenuhi permintaan ini. satu-satunya
sumber daya energi terbarukan di mana proyeksi dibuat pada tahun 1993
adalah pembangkit listrik tenaga air dan biomassa. Kontribusi energi

7
terbarukan tidak terlalu signifikan bila dibandingkan dengan energi yang
berasal dari fosil. Laporan dari World Energy Council mengungkapkan
bahwa 76% energy dunia masih ditopang dari energy fosil.

Gambar 3. Penggunaan Jenis-jenis Energi Dunia dalam Dua Dekade


(Sumber: World Energy Council,2013)

4. SDA ruang, merupakan lahan atau tempat yang dibutuhkan manusia untuk
hidup. Manusia membutuhkan ruang untuk membangun rumah, mengolah
makanan, memelihara padang rumput untuk hewan peliharaan,
mengembangkan industri untuk menyediakan barang, dan mendukung
industri dengan menciptakan desa dan kota. Sama pentingnya, manusia perlu
melindungi kawasan hutan belantara, padang rumput, lahan basah, gunung,
pantai, dan lain sebagainya sebagai upaya melindungi keanekaragaman
hayati yang sangat berharga.

8
Gambar 4 Perubahan Penggunaan Lahan (Sumber: World Energy Council,2013)
5. SDA Waktu, sebagai sumber daya alam, waktu tidak berdiri sendiri
melainkan terikat dengan pemanfaatan sumber daya alam lainnya.

Berdasarkan proses pembentukan, SDA dapat diklasifikasikan sebagai


berikut.
1. SDA yang dapat diperbarui.
Disebut demikian, karena alam mampu mengadakan pembentukan baru
dalam waktu relatif cepat, secara reproduksi atau siklus.
1) Perbaruan dengan reproduksi. Hal ini terjadi pada sumber daya alam
Hayati, karena hewan dan tumbuhan dapat berkembang biak sehingga
jumlahnya selalu bertambah.
2) Perbaruan dengan adanya siklus. beberapa SDA ,misalnya air dan udara
terjadi dalam proses yang melingkar membentuk siklus.
2. SDA yang tidak dapat diperbarui.
SDA ini terdapat dalam jumlah relatif statis karena tidak ada penambahan
atau waktu pembentukan yang lama. Contoh : bahan mineral, batu bara dll.
berdasarkan daya pakai dan nilai konsumtifnya, SDA ini dibagi menjadi dua
golongan, yaitu:
1) SDA yang tidak cepat habis. Karena nilai konsumtifnya kecil.
2) SDA yang cepat habis. karena nilai konsumtif barang tersebut relatif
tinggi.

9
Menurut cara terbentuknya bahan galian, SDA dapat diklasifikasikan
sebagai berikut.
1. Bahan galian magmatik. Bahan galian yang terbentuk dari pendinginan magma
di dalam bumi.
2. Bahan galian pegmatik. Bahan galian yang terbentuk dari dalam diaterma dan
bentuk-bentuk intrusi lain, contohnya tambang timah putih di Bangka-
Belituing
3. Bahan galian hasil sedimentasi, yaitu bahan galian yang terkonsentrasi karena
terendapkan di sekitar sungai atau dasar genangan air yang diawali dari proses
pelapukan batuan.
4. Bahan galian hasil pengayaan sekunder. Bahan galian yang terbentuk dan
terakumulasi akibat proses pelapukan dan pelarutan yang intensif.
5. Bahan galian hasil metamorfosis kontak. Bahan galian yang berada disekitar
magma. Karena bersentuhan dengan magma, maka berubah menjadi mineral
yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi.
6. Bahan galian hydrothermal, yaitu bahan galian yang terbentuk melalui resapan
magma cair yang membeku terakhir melalui celah-celah struktur lapisan bumi.
Misalnya bijih perak dan emas yang terbentuk di dekat permukaan bumi
sebagai akibat terbawa oleh cairan magma melewati celah-celah, setelah
cairan magma menguap, bijih perak dan emas tertinggal di dalam gang.

Berdasarkan nilai ekonomisnya atau nilai kegunaannya, SDA dapat


diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Sumber daya alam ekonomis tinggi yaitu sumber daya alam yang cara
mendapatkannya memerlukan biaya besar. Contohnya mineral logam mulia,
seperti emas dan perak.
2. Sumber daya alam ekonomis rendah, yaitu sumber daya alam yang cara
mendapatkannya dengan biaya murah dan tersedia dalam jumlah yang cukup
banyak. Contohnya pasir, batu, dan gamping.
3. Sumber daya alam nonekonomis, adalah sumber daya alam yang cara
mendapatkannya tanpa mengeluarkan biaya atau tanpa pengorbanan dan

10
tersedia dalam jumlah tidak terbatas. Contohnya sinar matahari, udara,
termperatur, dan angin.

C. Potensi dan Pemanfaatan Sumberdaya Alam (SDA) di


Indonesia
• Air
Keberadaan sumberdaya air tidak merata di seluruh dunia. Semakin
banyak penduduk dunia tinggal di daerah yang langka air dan kering secara
alami, semakin banyak populasi manusia dituntut untuk mengurangi kebutuhan
air per-kapita (berhemat air). Seiring meningkatnya populasi manusia,
kebutuhan sumberdaya air untuk berbagi keperluan seperti keperluan rumah
tangga, industri maupun energi juga semakin naik. Laporan World Energy
Council (2013) mengungkapkan, sekitar sepertiga dari penduduk dunia tidak
memiliki akses terhadap layanan sanitasi yang lebih baik dan tidak memiliki
persediaan air minum yang memadai. Air juga digunakan untuk pengairan,
bahan dasar industri minuman, penambangan, dan aset rekreasi. pada bidang
energi sumbersaya air dapat dijadikan sebagai energy pembangkit listrik. Saat
ini energi dunia sangat bersumber dari pembakaran fosil sebagai bahan bakar,
aktivitas ini terus memicu tingkat gas rumah kaca yang berbahaya. sementara
Generator listrik termal, termasuk bahan bakar fosil dan pembangkit listrik
tenaga nuklir, membutuhkan air dalam jumlah besar untuk menghasilkan uap
dan untuk menggerakkan turbin. Untuk mengurangi perubahan iklim dan
meningkatkan kemandirian energi, perlu perhatian besar pada sumber energi
yang rendah karbon dan terbarukan. Banyak generator energi terbarukan, salah
satunya yang paling potensial adalah memanfaatkan sumberdaya air dalam
jumlah besar.
Laporan Kementerian ESDM (Ministry of Energy and Mineral
Resources Republic of Indonesia. 2017), di Indoensia Pemanfaatan Air sebagai
energy listrik dinamakan PLTA.PLTA singkatan dari Pembangkit Listrik
Tenaga Air. Ada banyak pembangkit listrik di Indonesia. Antara lain PLTA

11
Sigura-gura = Sumatera Utara, Maninjau = Sumatera Barat, Jatiluhur = Jawa
Barat, Tuntang = Jawa Tengah, Garung = Jawa Tengah, Sempor = Jawa
Tengah, Wonogiri = Jawa Tengah, Lodaya = Jawa Timur, Sengguruh = Jawa
Timur, Wlingi Raya = Jawa Timur, Karangkates = Jawa Timur, Tes =
Bengkulu, Tonsen = Sulawesi Utara, Sadang = Sulawesi Utara, Riam Kanan =
Kalimantan Selatan.
• Angin
Pada era ini, penggunaan minyak bumi, batu bara, dan berbagai jenis
bahan bakar hasil tambang mulai digantikan dengan penggunaan energi yang
dihasilkan oleh angin. Angin mampu menghasilkan energi dengan
menggunakan turbin yang pada umumnya diletakkan dengan ketinggian lebih
dari 30 meter di daerah dataran tinggi. Selain sumbernya yang terbaharukan
dan selalu ada, energi yang dihasilkan angin jauh lebih bersih dari residu yang
dihasilkan oleh bahan bakar lain pada umumnya. Beberapa negara yang telah
mengaplikasikan turbin angin sebagai sumber energi alternatif adalah Belanda
dan Inggris.
Indonesia memiliki 34 provinsi dengan 4 provinsi di Pulau Maluku dan
Papua, 6 provinsi di Pulau Sulawesi, 5 provinsi di Pulau Kalimantan, 6
provinsi ada di Pulau Jawa, 10 provinsi di Pulau Sumatera, dan 3 provinsi ada
di Pulau Bali dan Kepulauan Nusa Tenggara. Implementasi potensi angin di
Indonesia yang dapat dijadikan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) ada
di Samas Yogjakarta. Implementasi potensi angin di Indonesia yang dapat
dijadikan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) ada di Samas Yogjakarta.
Menurut Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2017, Potensi Pembangkit
Listrik Tenaga Bayu yang terbesar ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu
sebesar 10.188 MW, sedangkan potensi kedua dan ketiga terbesar adalah Jawa
Timur dan Jawa Barat dengan potensi berturut-turut sebesar 7.907 dan 7.036
MW. Hal ini disebabkan beberapa faktor, diantaranya adalah ketinggian
gedung dan kepadatan penduduk di provinsi tersebut. Semakin banyak gedung-
gedung pencakar langit dan penduduk yang tinggal di provinsi tersebut maka
potensinya akan semakin rendah. Contohnya Provinsi DKI Jakarta yang

12
memiliki banyak gedung besar dan penduduk terbanyak di Indonesia yakni
9.988.495 jiwa memiliki potensi terendah, yaitu hanya 4 MW.

• Geothermal
Dalam hal sumber daya panas bumi, Indonesia dikenal memiliki
kejadian besar, dengan sumber daya total tidak kurang dari 20.000 MW, yang
mewakili 40% dari total sumber daya global. Sekali lagi, itu dapat
berkontribusi secara signifikan terhadap keamanan pasokan energi untuk
jangka waktu yang panjang (Tadjoeddin, 2000). Dari sumber daya yang
diketahui dan potensial yang dapat dikembangkan, dapat diantisipasi bahwa
pasokan domestik sumber energi dapat memberikan fondasi yang kuat bagi
masa depan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang.
Beberapa nama pembangkit listrik di Indonesia yang memanfaatkan panas
bumi antara lain:
o Pembangkit listrik panas bumi Wayang Windu, kapasitas 227 Megawatt,
terletak di Bandung, Jawa Barat.
o Pembangkit listrik panas bumi Kamojang, kapasitas 200 Megawatt, terletak
di Garut, Jawa Barat.
o Pembangkit listrik panas bumi Gunung Salak, kapasitas 375 Megawatt,
terletak di Sukabumi, Jawa Barat.
o Pembangkit listrik panas bumi Sibayak, kapasitas 12 Megawatt.
o Pembangkit listrik panas bumi Darajat, kapasitas 255 Megawatt.
o Pembangkit listrik panas bumi Dieng, kapasitas 60 Megawatt, Jawa
Tengah.
o Pembangkit listrik panas bumi Lahendong, kapasitas 60 Megawatt,
Sulawesi Utara.
o Pembangkit listrik panas bumi Sarulla, kapasitas 330 Megawatt (terbesar di
dunia), terletak di Tapanuli Utara, Sumatera Utara.

13
Gambar 5. Peta Geothermal Indonesia. (Sumber: ibnudwibandono.files.wordpress.com)

• Tanah
Tanah (Soil) terbentuk dari campuran hasil pelapukan batuan, bahan
organik, bahan anorganik, air, dan udara. Tanah termasuk salah satu sumber
daya alam nonhayati yang penting untuk menunjang pertumbuhan penduduk
dan sebagai sumber makanan bagi berbagai jenis makhluk hidup.
Pertumbuhan tanaman pertanian dan perkebunan secara langsung terkait
dengan tingkat kesuburan dan kualitas tanah. Lapisan Tanah Atas (Top Soil)
tersusun atas:Horizon O (Humus)
Tersusun dari Serasah atau sisa-sisa tanaman (Oi) dan Bahan Organik
Tanah (BOT) hasil Dekomposisi serasah (Oa). Horizon A Tersusun dari
bahan mineral dengan kandungan bahan organik tinggi sehingga berwarna
agak gelap.

14
Gambar 6. Profil Tanah (sumber: Hidayat, 2011)

Pengelolaan sumber daya nonhayati ini menjadi sangat penting


mengingat pesatnya pertambahan penduduk dunia dan kondisi cemaran
lingkungan yang ada sekarang ini.
Beberapa persebaran tanah di Indonesia anatara lain:
o Tanah Podzolit; Berasal dari pelapukan batuan yang mengandung kuarsa.
Persebarannya : Sumatera, Kalimantan dan Papua.
o Tanah Aluvial; Berasal dari endapan lumpur sungai. Persebarannya :
Sumatera bagian timur, Jawa bagian utara dan Kalimantan bagian selatan.
o Tanah Organosol; Berasal dari bahan induk organik seperti gambut dan
rumput rawa. Persebarannya : Pasang surut timur sumatera dan pantai
Kalimantan Barat
o Tanah Kapur; Berasal dari batuan kapur. Persebarannya : Pegunungan
Kendung, Blora dan Pegunungan Sewu.
o Tanah Vulkanis (Andosol); Terbentuk dari pelapukan batuan-batuan
vulkanis. Persebarannya : Sumatera, Jawa, Bali dan wilayah yang
memiliki gunung api.

15
o Tanah Pasir Terbentuk dari batu pasir yang telah lapuk. Persebarannya :
antai barat Sumatera Barat, JawaTimur, Sulawesi dan Yogyakarta.
o Tanah Humus, Terbentuk dari tumbuh-tumbuhan yang telah membusuk.
Persebarannya : Meliputi kawasan hutan Indonesia
o Tanah Laterit, Terbentuk dari tanah yang banyak mengandung zat besi dan
aluminium. Persebarannya : Jakarta, Banten, Kalimantan Barat dan
Pacitan.

• Hasil tambang
Secara geologis, Indonesia merupakan wilayah potensial untuk
pembentukan berbagai sumber daya energi dan mineral. Kegiatan eksplorasi
yang telah dilakukan sejak 1800 hingga saat ini, telah berhasil mengungkap
sumber daya ini di berbagai bidang. Di antara berbagai sumber daya ini,
minyak, gas, batu bara, batu bara, timah, nikel,tembaga, dan emas sejauh ini
telah memberikan kontribusi penting bagi Indonesia ekonomi. Mayoritas
wilayah Indonesia belum dieksplorasi secara menyeluruh, dan oleh karena
itu kesempatan untuk menemukan energi baru dan deposit mineral sangat
memungkinkan.
Pada sektor energi, minyak adalah sumber energi utama sejak 30
tahun terakhir tahun, dan ini dapat menyebabkan penipisan cepat sumber
daya ini dalam waktu dekat. Langkah-langkah diambil untuk
mempertahankan manfaat dari sumber daya ini, dengan mengintensifkan
eksplorasi untuk mendapatkan lebih banyak cadangan minyak, disertai
dengan diversifikasi penggunaan berbagai jenis energi, dan menerapkan
kebijakan konservasi. Gas alam adalah sumber energi paling penting kedua,
dan itu akan memainkan peran penting dalam mengurangi berbagi minyak
dalam waktu dekat. Sumber daya batubara dan geothermal dapat menjadi
sumber energi penting lainnya, mengingat kejadiannya yang tersebar luas.
Selain itu, ada juga sejumlah sumber energi potensial terbarukan yang bisa
dikembangkan di masa depan. Ketersediaan sumber daya energi penyelam

16
di Indonesia dapat menjamin keamanan pasokan energi nasional untuk
jangka waktu yang lama.
Kontribusi industri pertambangan untuk ekonomi nasional diperlukan
sekarang, lebih dari sebelumnya, untuk membantu mendorong pemulihan
ekonomi dari krisis, dan dalam jangka panjang, untuk memainkan peran
kunci dalam pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan.
Sementara memenuhi permintaan untuk meningkatkan peran sektor energi
dan mineral untuk mendukung ekonomi nasional, pemerintah juga akan
tetap berkomitmen untuk melindungi lingkungan melalui pengesahan dan
penerapan hukum dan peraturan yang tepat.
Menurut Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1980 tentang
penggolongan bahan-bahan galian atau tambang. Pada pasal 1, bahan-bahan
galian terdiri atas tiga golongan, yaiyu:
o Bahan galian golongan A, merupakan bahan galian yang mempengaruhi
perekonomian negara dan strategis bag pertahanan dan keamanan negara.
Golongan bahan galian strategis seprti; bahan galian radio aktif, radium,
thorium, uranium, kobalt, timah, nikel, batubara muda, aspal, gas alam,
minyak bumi bitumen cair, lilin bumi,bitumen padat, antrasit.
o Bahan galian golongan B, merupakan nahan galian vital yang dapat
menjamin hajat hidup orang banyak. Golongan bahan galian B berupa
besi, cerium,rhutenium, ytrium, belerang, , kristal kwarsa, mangan,
molibden, Zircon, kriolit, fluaospar, barit, yodium,khrom, wolfram,
vanadium, air raksa, titan, bauksit, tembaga, timbal, seng, dan logam-
logam langka lainnya.
o Bahan galian golongan C, merupakan bahan galian indsutri. Bahan galian
glongan C mencakup fofat-fosfat, garam batu, nitrat-nitrat, grafit, asbes,
talk, tawas, leusit, magnesit, flespar, batu apung, gips, tras, pasir kwarsa,
obsidian, perlit, tanah diatome, kalsit, granit, dolomit, dan pasir sepanjang
tidak mengandung unsur mineral golongan A mapun B dalam jumlah yang
berarti dari sisi ekonomi pertambangan.

17
Beberapa contoh bahan tambang dan pemanfaatannya:
1. Minyak Bumi. Di alam minyak adalah cairan yang mengisi ruang
kosong, celah-celah dan gua-gua dalam batuan, membentuk deposit di
antiklinal lipatan di batas lempeng dan kaki bukit. Minyak juga dapat
ditemukan di pori-pori atau pada butiran batu. Minyak semacam itu
dapat membentuk batupasir jenuh minyak dan batu kapur, atau lapisan
kerak plastik dan keras, yang paling sering disebut aspal alam atau
serpih minyak. Dalam minyak cair Bumi biasanya terkubur hingga
kedalaman 0,3–5 km; ketika lebih dalam, itu dapat ditemukan hanya
sebagai campuran dalam deposit gas alam.

Gambar 7. Cadangan Minyak Dunia dalam Milyard Barrel, 65 %


cadangan ada di Wilayah Timur Tengah
(sumber: World Energy Council)

18
Berbagai penggunaan miyak sebagai sumber energi, menurut
laporan World Energy Council 40-45% digunakan untuk bahan bakar
kendaraan bermotor. Selain bensin minyak jenis Solar dimenfaatkan
untuk mesin diesel; minyak tanah sebagai bahan bakar lampu minyak;
Liquid Natural Gas (LNG) digunakan menghidupkan kompor gas;
Parafin sebagai material pembuat lilin; Aspal curah sebagai dasar bahan
jalan raya, Avtur digunakan energi pesawat terbang; Oli dijadikan
pelumas mesin; dan Vaselin merupakan bahan obat salep.

Gambar 8. Energi 40% Digunakan Untuk Bahan Bakar Motor


(sumber: World Energy Council)

Minyak bumi sering dinamakan kastobiolit seperti halnya batubara


juga, artinya sember energi pembakaran, yang berasal dari makhluk
hidup (fosil). Karena bentuknya cair, minyak bumi disebut sebagai
kastobiolit cair, sedangkan batubara disebut sebagai kastobiolit padat.
Wilayah yang menjadi ladang minyak bumi di Indonesia adalah:
Sumatera di Peurelak dan Langkat, Rokan, Lirik, Rumbai (pekan Baru),
Nagro Aceh Darussalam, Jambi, Muara Enim(Palembang), pada Jawa
terdapat di blok Cepu, Jatibarang, lepas pantai kepulauan seribu, pada
pulau Kalimantan terdapat di daerah Kutai, Mahakam, Tarakan. Pada
Papua terdapat di Sorong, Bobo, Klamono.

19
2. Batubara. Selain minyak dan gas, Indonesia juga memiliki sumber
daya geo-energi lainnya, terutama batu bara dan panas bumi. Sumber
daya batubara juga relatif kecil dibandingkan dengan cadangan global,
dan banyak dari ini termasuk dalam kategori peringkat rendah. Namun
demikian, dengan total sumber daya sekitar 39 miliar ton, itu akan
sangat signifikan untuk pasokan energi nasional selama beberapa ratus
tahun mendatang. Hingga saat ini sumber daya batubara berkualitas
lebih tinggi yang telah berhasil dikembangkan yang telah
memungkinkan industri ekspor baru yang signifikan untuk
dikembangkan bagi Indonesia, menghasilkan devisa berharga bagi
negara tersebut.

Gambar 9. Peta Persebaran Cekungan Batubara.


(sumber: Pradipta Blog: Batubara)

Wilayah penambangan bartubara di Indonesia banyak tersebar di


Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Nusa Tenggara
Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur.
Dalam usaha penambangan batubara dikenal empat cara
penambangan yaitu:

20
o Penambangan dalam (Shaft mine). Penambangan dilakukan dengan
membuat terowongan yang tegak sampai ke lapisan batubara, kemudian
membuat terowingan mendatar.
o Penambangan jauh (slope mine). Batubara terletak jauh di bawah bukit,
sehingga cara menambangnya membuat terowongan miring sampai
mencapai batubara.
o Penambangan di atas permukaan (drift mine). Batubara terletak di bawah
bukit tetapi jika diukur dari permukaan justru terletak di atas.
o Penambangan terbuka (surface mine). Batubara terletak dipermukaan
bumi sehingga tinggal mengambil saja.

Pasca pertambangan batubara beroperasi akan dilakukan Revegetasi


dan Reklamasi yaitu upaya untuk pemulihan lahan eks-tambang dan
lahan terbuka, yang pengelolaannya sesudah selesainya penambangan.
Reklamasi dan Revegetasi bertujuan memperbaiki lahan bekas tambang
untuk pelestarian lingkungan dan penanggulangan resiko akibat dampak
dari pertambangan. Jadi Revegetasi dan Reklamasi adalah bagian integral
dari rencana keseluruhan operasional pertambangan secara terpadu
dimulai perencanaan, eksplorasi, eksploitasi hingga pemulihan lahan
untuk penngunaan baru setalah kegiatan penambangan selesai. Tujuan
akhir dari rencana reklamasi adalah untuk menyakinkan bahwa lahan
bekas tambang dikembalikan pada penggunaan yang produktif.

21
Gambar 10. Proses Kegiatan Penambangan Batubara
(sumber: https://ahmad-tarmizi.blogspot.co.id/2014/02/penambangan-batubara-
di-indonesia.html)

3. Biji Besi adalah bahan baku dasar untuk memproduksi baja, logam yang
penting bagi ekonomi semua negara industri. Bijih besi kadar rendah
terkonsentrasi mencapai rata-rata 62% kandungan besi (Fe) diperlukan
secara global untuk produksi baja. Konsentrat kemudian dapat
diaglomerasi menggunakan pengikat untuk membuat lempengan bijih
besi untuk peleburan lebih efisien dalam tungku pembakaran.
4. Tembaga. Tembaga dapat terjadi dalam bentuk logam di alam (yaitu,
tembaga asli), dan merupakan salah satu dari tujuh logam yang dikenal di
jaman dahulu. Jenis mineral tembaga adalah kalporit, kalkosit, kuprit,
dan Malakit.
Tembaga umumnya memiliki warna kekuningan, mudah
direntangkan, dibentuk, tahan untuk korosi, dan menghantar panas dan
listrik secara efisien. Sebagai dampaknya, tembaga penting bagi manusia
purba dan terus berlanjut menjadi bahan pilihan untuk berbagai macam
keperluan rumah tangga, industri, dan aplikasi teknologi tinggi saat ini.
Bijih tembaga dapat terbentuk secra magmatis, melalui
metamorfosis kontak, ataupun hidrothermal. Penambangan tembaga
dilakukan oleh PT Freeport di Papua. Di beberapa wilayah Indonesia

22
penambangan tembaga tersebar di Sumatera ( Aceh, Tapanuli, Jambi,
Palembang, Bengkulu), Jawa (Tirtomoyo, Cikotok, Cirotan), Kalimantan
(Sampit, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat), Sulawesi (Sulawesi
Utara dan Latimojong).
5. Bauksit. Bijih bauksit adalah unsur melimpah yang banyak ditemukan
di kerak bumi, meskipun kata bauksit yang mengandung lebih dari 32
persen alumina sebagai bahan dasar pembentuk aluminium. Bauksit
banyak ditemukan di daerah Kijang dan sekitarnya (Pulau Bintan),
Propinsi Kepulauan Riau dengan cara pertambangan terbuka. Sebagian
besar hasil prosuksi Bauksit Indonesia diekspor.
6. Gas Alam. Gas alam adalah sumber bahan bakar fosil lain yang akan
terus memberikan kontribusi yang signifikan ke ekonomi energi dunia.
Terbersih dari semua bahan bakar berbasis fosil, gas alam berlimpah dan
fleksibel. Gas Alam semakin digunakan dalam teknologi pembangkit
listrik yang paling efisien. Gabungan Cycle Gas Turbine (CCGT)
memiliki efisiensi konversi sekitar 60%. cadangan gas alam
konvensional telah tumbuh sebesar 36% selama dua dekade terakhir dan
produksinya sebesar 61%. Dibandingkan dengan survei 2010, cadangan
gas alam terbukti telah tumbuh sebesar 3% dan produksi sebesar 15%.
7. Emas dan Perak. Banyak dimanfaatkan sebagai perhiasan. Kedua
logam mulia ini sering ditemukan bersama di alam. Emas banyak
ditemukan dibatuan gang, yang berasal dari cairan hidrothermal. Emas
biasanya juga bersamaan ditemukan dengan kwarsa lainnya seperti klorit
maupun kalsit. Sementara perak sebagian besar terdapat dalam sulfida
yang disebut galena.
Suatu tambang tertentu secara umum diklasifikasikan sebagai
tambang emas atau perak berdasarkan logam yang diperoleh kembali
menghasilkan nilai ekonomi terbesar bagi operator tambang.
Penambangan emas dan perak di Indonesia dilakukan oleh PT Aneka
Tambang, PT Freeport, PT Newmont dan beberapa perusahaan kontrak
karya. Penambangan emas tersebar di beberapa propinsi, seperti Papua,

23
Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Barat, Jawa Tengah, Jawa Barat,
Lampung.
8. Marmer. Kata Marmer berasal dari kata Yunani Mamaros yang berarti
batu bersinar. Marmer adalah batu metamorfik granular non-foliated,
yang dibentuk oleh Metamorfosa dari batu kapur dan Dolostone.
Kandungan kimiawi marmer adalah kalsium Karbonat (CaCO3). Istilah
marmer juga diterapkan pada batuan serpentine yang bisa dipoles hingga
berkilau tinggi. Marmer adalah batu karbonat yang berarti memiliki
(CO3) dalam susuna kimia inti dan banyak digunakan untuk patung,
perhaisan dan bahan bangunan. Lihat gambar 10 berbagai pemanfatan
marmer .

Gambar 10. Berbagai Pemanfaatan Marmer Untuk Tiang, Lantai dan


Patung
9. Belerang. Belerang sangat penting untuk kehidupan; kaerna menjadi
unsur utama di semua tanaman, dan kebutuhan mdalam jumlah sedikit
dari hampir semua bagian tubuh manusia, termasuk lemak, cairan tubuh
dan mineral sel. Zat belerang digunakan dalam perlindungan sel, fungsi
hati dan proses pencernaan, dan merupakan bagian penting dari vitamin
B1 dan insulin. Belerang ditemukan di endapan vulkanik telaga Bodas

24
Garut, Dataran tinggi Dieng Jawa Tengah, Gunung Sorik Merapi
Sumatera, Gunung Mahawu Sulawesi Utara.
10. Yodium. Yodium adalah salah satu unsure bukan logam yang terberat
yang didapat pada tumbuh tumbuhan laut dan air sumber garam yang
berasal dari air laut kerapkalai di ketemukan bersama sama dengan
minyak yodium sering di ketemukan bersama sama dengan
bromiumUntuk obat dan peramu garam dapur beryodium. Hasil hasil
yodium yang diperoleh diatas tadi dipakai untuk industry kimia dan
obat obatan untuk photographic emulsion, film, kertas, untuk
laboratorium dipakai sebagai reagen , menjaga penyakit gondok ,
penggunaan yodium dapat hanya satu kali saja. Persebaran
penambangan Yodium dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Lokasi penambangan Yodium
Tempat Keadaan Cadangan Diselidiki oleh/
No
endapan ton Literatur
1 Jawa Barat - - Vers, & Medede
Seusepuan lingen No. 14
Jawa Tengah - - -
1 Kroja - - -
2 Selokaton
Jawa Timur - - Tushadi
1 Mindi Tuban - 110 juta ton Madiadipoera
2 Watukadon (1990)

11. Nikel. Digunakan untuk bahan pelapis besi agar tidak mudah berkarat.
Nikel merupakan salah satu jenis unsur kimia yang berbentuk metal dan
biasanya ditambang di daerah – daerah tertentu. nikel sendiri memiliki
nomor atom 28 yaang saat ini dalam tabel periodic unsur dilambangkan
dengan Ni. Walaupun merupakan salah satu unsur metal, namun nikel
asli yang baru ditambang memiliki sifat lembek dan dapat dibentuk.
Biasanya nikel diolah dengan cara dipadukan dan dicampurkan dengan

25
logam lain, seperti besi dan krom. Nikel memiliki wana putih
keperakan dan dapat ditempa.
Manfaat nikel bagi manusia dalam menunjang kehidupan sehari
harinya sangat banyak. Nikel sendiri merupakan salah satu elemen yang
membentuk inti bumi. Diketahui sebanyak 10% inti bumi terbbentuk
dari nikel. Karena merupakan salah satu unsur pembentuk inti bumi,
maka nikel cukup sulit ditemui dan ditambang. Biasanya nikel yang
ditambang berasal dari larutan nikel yang berada di laut, dengan kisaran
jumlah sekitar 8 juta ton. Penambangan nikel terbesar dilaksanakan PT
Aneka Tambang yang melakukan kegiatan penambangan di Pomala
dan Pulau Gede, PT INCO di Soroako Sulawesi Selatan, PT GAG Nikel
di Sorong Papua Barat.
12. Mangan. Mangan dan bijih besi terdapat bersamaan, di saerah aktif
vulkanik. Akibat erosi air, mangan dan oksida besi larut. Dalam
pengendapannya, besi dan mangan terpisah. Mangan terendap pada air
yang pH nya tinggi, sedangkan besi ber PH rendah. Di Indonesia
Mangan banyak ditemukan di Karangnunggal Tasikmalaya, Jawa Barat,
Pegunungan Karanbolong, Pegunungan Menoreh, dan Kliripan
Yojakarta, di Pulau Ternate Maluku, Nusa Tenggara Timur dan
Kalimantan Selatan. Mangan digunakan Untuk pembuatan pembuatan
besi baja, terutama untuk memperkeras baja.
13. Timah. Timah berasal dari magma yang mendingin, biasanya terdapat
dalam batuan granit dalambentuk kasiretit (SnO2). Menurut asal
terjadinya timah dapat dibedakan menjadi timah primer dan timah
sekunder.
➢ Timah primer, yakni timah yang mengendap pertama kali pada
batuan granit, sering disebut sebagai timah diluvial (diluvium),
karena terbentuk pada jaman diluvium (pleistosen). Contohnya
timah yang ada di daerah belitung.
➢ Timah Sekunder (alluvial), merupakan endapan timah yang sudah
berpindah dari tempat asalnya sebagai akibat proses pelapukan dan

26
erosi. Misalnya bijih timah yang terdapat di pantai Singkep dan
Bangka. Perpindahan tempat ini ada yang mencapai dasar laut.
14. Aluminium. Aluminium terbentuk dari beberapa jenis mineral, salah
satunya adalah bauksi (Al2O3H2o). Hampir semua batuan mengandung
aluminium, kecuali batuan gamping dan kuarsit. Aluminium terdapat
pada tanah liat yang merupakan hasil pelapukan batuan oleh pengerjaan
iklim. Tanah liat mengandung 50% Al2O3. Penambangan Aluminium
terdapat di pulau Bintan dan Kuala Tanjung (Riau).Aluminium
mempunyai sifat yang menguntungkan bagi indsutri yaitu ringan,
mudah dibuat berbagai bentuk dan tidak mudah berkarat, mudah
dicampur dengan logam lain, penghantar listrik yang baik. Banyak
permintaan untuk bahan otomotif, elektonik, dan perkakas rumah
tangga seperti pring, sendok, panci, dan sebaginya.
15. Fosfat. Fosfat merupakan mineral penting dalam industri pertanian
sebagai bahan utama pembuatan pupuk kimia. Fosfat juga berperan
dalam arti ekonomis untuk campuran indsutri baja, industri korek api,
isian amunisi, industri obat-obatan, industri semen, fotographi,
kembang api, dan sebagainya. Fosfat terdapat di goa-goa kapur.
Mineral ini didapatkan di gunung Kromong Cirebon, Karang Bolong,
Gunung Ijo Gembong, Jepara, Rembang Jawa Tengah, Jawa Timur,
Papua dan pulau Selayar.
16. Kaolin. Banyak digunakan untuk indsutri keramik, genting, semen,
dan sebagainya. Endapan kaolin banyak ditemukan di Jawa, Sumatera,
Bangka, Belitung, Kalimantan dan Sulawesi.

D. Pengelolaan Sumberdaya Alam (SDA) yang Berwawasan


Lingkungan Berkelanjutan
Sejumlah masalah lingkungan perlu dikelola secara serius, dan ini
termasuk praktik penambangan yang baik, penggunaan lahan pasca tambang, dan
pengembangan daerah dan masyarakat. Program pengembangan masyarakat
khususnya, harus ditentukan dengan jelas oleh masing-masing perusahaan operasi

27
bekerjasama dengan pemerintah pusat dan daerah serta penduduk setempat. Ini
akan memainkan peran penting dalam mendukung program pengentasan
kemiskinan hingga kini masih menjadi bagian dari agenda strategis nasional
pemerintah (Suryantoro & Manaf, 2002). Pengelolaan sumber daya alam harus
hati-hati. Prinsipnya, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan agar tetap terjaga
kelestariannya. Sumber daya alam perlu dilestaikan supaya dapat mendukung
kehidupan makhluk hidup. Bila sumber daya alam rusak atau musnah, kehidupan
bisa terganngu. Beberapa hal yang dapat diusahakan untuk menjaga kelestarian
SDA adalah sebagai berikut.
1. Penghijauan dan reboisasi
Usaha penghijauan dan reboisasi hutan dapat mencegah rusaknya
lingkungan yang terkait dengan kelestarian air, tanah, dan udara. Keuntungan
pelaksanaan penghijauan antara lain sbagai berikut :
• Tumbuh-tumbuhan dapat menyaring dan mengatur air, mencegah banjir,
dan menimbulkan mata air.
• Tumbuh-tumbuhan menjadi factor penyubur tanah. Dedaunan berguguran,
semakin lama mengalami penuraian dan pembusukan sehingga menjadi
lapisan humus. Akar tanaman dapat mencegah erosi dan bahaya longsor.
• Tumbuh-tumbuhan menghasilkan udara yang segar, sebab tumbuhan
mengambil CO2 dan melepaskan O2 yang diperlukan manusia untuk
bernafas. Hal ini terjadi pada proses fotosintesis.
2. Sengkedan
Untuk mencegah erosi dan menjaga kesuburan tanah daerah perbukitan
ataupun tanah miring dibuatkan sengkedan atau terasering. Cara ini bertujuan
untuk mengantisipasi pada waktu terjadinya hujan, air banyak yang meresap
ke dalam tanah.
3. Pengembangan daerah aliran sungai
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah peka terhadap kerusakan
dan pencemaran, karena seringnya terjadi pengikisan lapisan tanah oleh arus
sungai. Untuk itu perlu pengendalian khusus bagi daerah ini. Cara
pengendalian DAS, antara lain sebagai berikut :

28
• Tindakan tegas terhadap perusak lingkungan
• Mengadakan penghijauan dan reboisasi hutan di sekitar DAS. Tujuannya
, mengatur, menyimpan air, dan mencegah pendangkalan sungai.
• Membuat bendungan-bendungan dan saluran irigasinyang teratur.
4. Pengelolaan air limbah
Sumber air limbah dapat berasal dari rumah tangga, industri, dan pabrik.
Air limbah yang dibuang ke tanah dapat meresap, masuk ke tanah dan
bercampur dengan air tanah. Hal itu berarti bukan tanah saja yang tercemar,
tetapi juga air bawah permukaan tanah. Air limbah berbahaya bagi manusia.
Beberapa gangguan yang bisa ditimbulkan anatra lain adalah sebagai berikut :
• Kesehatan. Bibit penyakit yang bisa ditularkan melalui air limbah
contohnya : kolera, disentri dan tipes.
• Keindahan. Selain berbau ampas limbah tiak enak juga mengganggu
keindahan lingkungan sekitarnya.
• Kehidupan biotik. Air limbah menganggu perkemangan kehiduan karena
beracun sehingga dapat mematikan makhluk hidup.
• Karat atau aus, air limbah yang mengandung gas karbon dioksida akan
mempercepat karat atau aus benda-benda yng terbuat dari besi.

Usaha-usaha untuk mengatasi air limbah adalah sebagai berikut :


• Pengaturan lokasi industri agar jauh dari permukaan penduduk.
• Indstri yang menimbulkan air limbah, diwajibkan memasang peralatan
pengendali pencemaran air.
• Daerah industri dijauhkan dari peredaran air yang berhubungan langsung
dengan sumber air minum penduduk.
• Menemukan sumber bahan beracun dan segera melakukan netralisasi
secara kimia.Mencegah agar saluran air limbah jangan sampai bocor.
• Unsur-unsur yang tidak dapat dinetralisasi harus dibuang dengan
dipendam di dalam tanah yang jauh dari air, atau dibuang ke laut dengan
menggunakan drum-drum.

29
5. Penghentian Penambangan liar
Kegiatan yang berpotensi merusak lingkungan adalah penambangan
liar karena kegiatan seperti itu mengabaikan prosedur praktik penambangan
yang baik. Untuk mengatasi ini masalah, pemerintah sekarang mengambil
langkah serius untuk memperbaiki hukum dan untuk menghentikan aktivitas
ilegal ini.
6. Penertiban pembuangan sampah
Permasalahan sampah , seperti sarang penyakit, menimbulkan bau busuk,
dan menganggu pandangan mata. Oleh sebab itu buanglah sampah pada
tempat yang telah ditentukan. Jangan membuang sampah di sembarang
tempat. Tempat penimbunan sampah yang terakhir jangan sampai menganggu
lingkungan kehidupan. Di samping itu, erlu dipikirkan pula cara pemusnahan
sampahnya.
Cara-cara atau sistem pemusnahan sampah, antara lain sebagai berikut :
• Dibakar. Cara ini hanya dapat dilakukan pada sampah yang dapat
dibakar. Usahakan agar asapnya jangan sampai menganggu lingkungan.
• Untuk makanan ternak (babi). Sisa sampah berupa sayuran, sisa
masakan, dan sisa buah-buahan bisa dijadikan untuk makan ternak.
• Untuk biogas. Gas dapat digunakan untuk memasak dan penerangan
• Untuk bahan pupuk. Sampah yang membusuk akan menjadi bahan
organik dan dapat digunakan sebagai pupuk.
7. Konservasi pada Lahan Terdegradasi
Menurut Wahyudi (2014), Pada lahan yang tidak berhutan atau lahan
kritis, metode konservasi tanah menggunakan cara mekanis dan teknik
vegetatif. Cara mekanis dilakukan dengan pembuatan teras sering, bangunan
penahan, bangunan drainase, penutupan dan lain- lain. Sedangkan mekanik-
vegetatif dilakukan dengan menggunakan tumbuhan atau tanaman.
• Pola tanam yang digunakan dapat berbentuk penanaman dalam strip
(strip cropping).
• Buffering, penutupan lahan curam dengn tanaman keras/pohon.
• pola tanam ganda atau majemuk (multiple cropping).

30
• sistem pertanian hutan (agroforestry).
• pemanfaatan sisa tanaman (residual management)
• Contour Farming, menanam secara sejajar garis kontur/lereng
(horisontal).
• penanaman pada saluran pembuangan (grassed water ways).
• Wind Breaks, penanaman tumbuhan untuk melindungi tanah dari tiupan
angin.
• Contour Strip Cropping, membagi bidang tanah searah garis kontur
dengan pola tanaman campursari/tumpang sari dan berselang-seling.
• Inter cropping (tumpang sari), sistem penanaman dengan menggunakan
dua atau lebih tanaman yang ditanam secara serentak dalam sebidang
lahan.

Teknik konservasi juga dapat dilakukan dengan kombinasi mekanik dan


cara vegetatif. Pada lahan sangat kritis yang berada di daerah kelerengan
curam, cara mekanik didahulukan sebelum penanaman dilakukan.
Beberapa cara mekanik untuk menangani lahan kritis antara lain
(Wahyudi 2014):
• Contour Tillage, pengolahan lahan sejajar garis kontur.
• Contour Plowing, membajak tanah sejajar garis kontur.
Terasering/Sengkedan, penterasan lahan pada lereng yang curam.
• Gulundan, pembuatan pematang/batas/kuburan.
• Irigasi, saluran air untuk pengairan lahan.
• Cekdam / Balong / Waduk / Embung, membendung aliran air.
8. Konservasi Lahan Kritis
Pada daerah yang mempunyai kelerengan, konservasi vegetatif, yaitu
dengan melakukan penanaman jenis cepat tumbuh (fast growing species),
tanaman penutup (cover cropt) baik jenis asli (native species) maupun luar
(exotic species),dan atau pemelihara pertumbuhan alam (natural
regeneration). Perpaduan kedua teknik tersebut sangat tepat diterapkan
untuk merehabilitasi lahan kritis.

31
9. Konservasi secara Kimiawi
Memberikan masukan bahan untuk memperbaiki sifat tanah, biasanya
dengan bahan kimia (krilium, PVA, kapur dan sebaginya).
• Bitumen = memperbaiki struktur tanah.
• Soil Conditioner = memperkuat agregat tanah
• Pupuk Kimia = menyuburkan tanah.
• Belerang = menetralkan tanah yang basa.

Gambar 11. Wind Break Contour Farming ContourStripCropping


(sumber Wahyudi, 2014)

E. Pengelolaan Sumber Daya Alam Berdasarkan Prinsip


Mengurangi
Keberadaan SDA tidak selamanya abadi. Beberapa SDA sangat terbatas
keberadaannya. Dalam pembentukannya bias mencapai jutaan tahun lamanya,
tidak dapat ditunggu sampai 7 atau puluhan generasi lamanya, sehingga
pemanfaaatannya peril efisiensi bila perlu dikurangi dan digantikan dengan
sumberdaya yang mudah terbarukan dan lebih ramah lingkungan (Demirel 2016)
Pengelolaan SDA seperti halnya penambangan telah diakui memiliki
berbagai dampak seperti degradasi lingkungan, penurunan kualitas air, ancaman
habitat flora dan fauna, erosi dan sedimentasi, perubahan topografi, drainase
tambang asam, dan peningkatan fitur dampak sosial. Beberapa masalah industri
pertambangan Indonesia saat ini dalam kaitannya dengan aspek lingkungan
termasuk penggunaan lahan pasca tambang, pengembangan situs tambang yang

32
ditinggalkan, dan penambangan ilegal. Setelah penambangan sumberdaya
tambang habis massa eksploitasinya, Penggunaan lahan pasca penambangan harus
lebih baik didefinisikan terlebih dahulu untuk memungkinkan persiapan yang
tepat dari lahan untuk dikonversi menjadi penggunaan lahan yang diinginkan.
Pengurangan penggunaan sumberdaya yang tidak terbarukan dan tidak
merata, serta pengaruh pertumbuhan populasi yang sangat tinggi, sangat penting
diperhatikan untuk keberlangsungan hidup bangsa Indonesia. Lingkungan alam
memberi kemampuan yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari manusia,
tetapi tanah, air, iklim dan energi matahari yang membentuk dukungan 'abiotik'
yang diperoleh dari alam, tidak tersebar secara merata ke berbagai tempat dan
keberadaannya semakin terbatas. Untuk itu perlu pengurangan dan penghematan
penggunaan sumberdaya tidak terbarukan, dengan memilih alternative
pemanfaatan sumberdaya terbarukan melalui perubahan gaya hidup dan
penciptaan teknlogi modern yang lebih ramah lingkungan.
Untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, manusia membutuhkan aneka
SDA. SDA dari petambangan, mineral energi, maupun hayati sangat diperlukan.
Upaya mengeksploitasi SDA oleh manusia hendaknya menghindari untuk
menghabiskan secara keseluruhan, tetapi hendaknya memegang prinsip
pengurangan. Masaki (1995), mengemukakan bahwa eksploitasi dengan
menghabiskan tanpa tersisa akan merusak lingkungan dan menganggu
kesetimbangan lingkungan. SDA memunyai sifat ketergantungan dengan lainnya.
Dengan demikian, suatu tindakan terhadap suatu SDA, dampaknya akan terasa
pada SDA lainnya. Kerusakan ekosistem kehutanan akan berdampak pada
lingkungan sekitarnya, sehingga mengakibatkan terpicunya longsoran, banjir,
kekeringan dan lainnya.

F. Pengelolaan Sumber Daya Alam Berdasarkan Prinsip Daur


Ulang
Dengan teknologi maju, manusia dapat memanfaatkan sampah untuk
dijadikan kertas ataupun pupuk organis. Sampah-sampah yang berasal dari
organik dapat berproses menjadi pupuk organik dan digunakan untuk memupuk

33
tanah. Tanah sebagai sumber daya alam kemudian ditanami tanaman produksi.
Setelah tanaman mati, daun-daunnya dapat diolah kembali menjadi pupuk setelah
melalui proses daur ulang.
Proses daur ulang adalah pengolahan kembali suatu massa atau bahan-bahan
bekas dalam bentuk sampah kering yang tidak mempunyai nlai ekonomi menjadi
suatu barang yang berharga dan berguna bagi kehidupan manusia. Bahan-bahan
bekas tersebut, antara lain, plastik, kertas, karton, kardus, seng, besi, logam,
aluminium, kaleng, serbuk, gergaji, potongan kain, kaca dan kulit. Bahan baku
daur ulang, yang berupa sampah, pada umumnya dianggap tidak berguna dan
tidak mempunyai nilai ekonmi. Sampah tersebut biasanya dgolongkan sebagai
sampah anorganik yang tidak dapat diproses secara alamiah. Sampah tersebut
harus diolah harus diolah melalui suatu proses, menjadi barang yang bermanfaat
dan memiliki nilai ekonomi. Bahkan, dapat digunakan kembali sebagaimana
layaknya semula. Sampah yang berasal dari bahan organik berupa sayuran, sisa
makanan, pertanian, perkebunan, dan peternakan digolongkan sebagai samah
basah (sampah organik) yang dapat diproses secara alamiah. Misalnya dijadikan
bahan baku untuk pembuatan kompos.
Dalam usaha mengurangi sampah melaui teknik daur ulang, tidak sama
perlakuannya unuk semua jenis sampah. Daur ulang dapat dilakukan secara
individu atau kelompok, misalnya industri daur ulang kaleng, plastik, kertas, kaca,
logam, aluminium dan lain-lain. Hal ini harus dilakukan dengan skala industri,
karena investasinya cukup besar. Pengelolaan yang dapat dilakukan secara
individu atau kelompok kecil dan investasinya relatif murah adalah mendaur
ulang besi. Bahan bakunya berlimpah, ekonomis, dan cara pembuatannya
sederhana.
Proses daur ulang sebenarnya juga merupakan salah satu cara menghemat
sumber daya alam. Sebagai contoh, pada daur ulang kertas. Jika daur ulang kertas,
maka berarti kita telah menghemat dan mengurangi terjadinya penebangan hutan.
Selain menghemat dan menyelamatkan hutan, dengan mendaur ulang kertas, juga
berarti mengurangi penumpukan sampah.

34
RANGKUMAN

SDA adalah bahan baku didapatkan dari bumi yang mencakup dalam
lingkungan fisik yang digunakan untuk perumahan, pakaian, pemanasan,
pendinginan, transportasi dan untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan manusia
lainnya.
Klasifikasi SDA terdiri pembagian bentuk yang bisa dimanfaatkan,
proses pembentukan, cara terbentuknya bahan galian, nilai ekonomisnya.
Pemanfatan SDA di Indonesia berupa air, angin, tanah, geothermal, aneka
hasil tambang yang ada di Indonesia.
Menurut cara terbentuknya bahan galian, SDA dapat diklasifikasikan
sebagai bahan galian magmatic, bahan galian pegmatite, bahan galian hasil
pengendapan, bahan galian hasil pengayaan sekunder, bahan galian hasil
metamorfosis kontak, bahan galian termal.
Konservasi lahan kritis dapat dilakukan secara mekanik, vegetative dan
kimiawi.
Pengelolaan SDA harus dilaksankan dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan secara berkelanjutan memalui upaya prinsip pengurangan
(penghematan) dan prinsip daur ulang.

TES FORMATIF
1. Kontribusi industri pertambangan untuk ekonomi nasional diperlukan
sekarang, lebih dari sebelumnya, untuk membantu mendorong pemulihan
ekonomi dari krisis, dan dalam jangka panjang, untuk memainkan peran
kunci dalam pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan. Langkah
pemerintah untuk mendukung pembangunan berkelanjutan adalah…
A. Menarik investasi dari luar negeri untuk mengelola industri tambang
B. Memnuat pengolahan tambang dan limbahnya di dalam negeri sendiri
C. Melakukan pengawasan secara ketat perijinan pertambangaN di
Indonesia

35
D. Melindungi lingkungan melalui pengesahan dan penerapan hukum dan
peraturan yang tepat
E. Melakukan eksporasi potensi tambang untuk dikelola dengan teknologi
yang modern

2. Di sektor energi, minyak adalah sumber energi utama sejak 30 tahun terakhir
tahun, dan ini dapat menyebabkan penipisan cepat sumber daya ini dalam
waktu dekat. Dalam waktu dekat perlu diversifikasi energy yang ramah
lingkungan pengganti minyak bumi, yaitu…
A. Geothermal
B. Batubara
C. Gas bumi
D. Tenaga air
E. Energi nuklir

3. Drainase tambang asam perlu dikelola secara hati-hati agar tidak berdampak
negative pada lingkungan, terutama pada tambang…
A. Batu bara
B. Marmer
C. Sulfur
D. Kwarsa
E. Kaolin

4. Usaha-usaha untuk pencegahan dari dampak negatif air limbah industri


adalah sebagai berikut :.
A. Industri menimbulkan air limbah, wajib memasang peralatan
pengendali pencemaran air.
B. Netralisasi limbah secara kimia
C. Menutup saluran air limbah yang mengalami kebocoran
D. Menghentikan ijin pengoprasian bagi industry yang terbukti secara
nyata membuang limbah air di sungai

36
E. Industri menggunakan energy yang ramah lingkungan seperti gas alam
atau hidrolistrik

5. Laporan dari World Energy Council mengungkapkan bahwa 76% energi


dunia masih ditopang dari energy..
A. Hidro-listrik
B. Nuklir
C. Fosil
D. Geothermal
E. Sinar matahari

6. Potensi SDA apakah yang dimiliki daerah yang secara geologis berstruktur
geosinklin?
A. Bauxit.
B. Minyak bumi
C. Aluminium
D. Pasir besi
E. Emas

7. Potensi sumberdaya energi apakah yang paling ramah lingkungan yang


potensinya dimiliki oleh Sumatera?
A. Batu bara
B. Minyak bumi
C. Biodisel
D. Biogas
E. Panas bumi

8. Daerah-daerah manakah yang memiliki potensi sumber energi panas bumi?


A. Sumatra, Nias, dan Mentawai.
B. Bintan, Bangka, dan Belitung.
C. Jawa, Bali, Lombok

37
D. Kalimantan, Natuna, Anambas.
E. Sulawesi, Buton, dan Lingga

9. Sumberdaya udara salah satunya dalah angin. Implementasi potensi angin di


Indonesia yang dapat dijadikan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).
Pembangkit listrik tenaga angin (bayu) pertama di Indonesia yang terbesar
sedang dibangun di daerah..
A. Mataram, NTB
B. Bangkalan, Madura
C. Asahan, Sumut
D. Samas, DIY
E. Arun, Aceh

10. Pada wilayah lahan dengan kemiringan kritis perlu dilakukan konservasi
yang salah satunya dengan cara vegetative, yaitu..
A. Countur striping
B. Countur farming
C. Sengkedan
D. Terasering
E. Menambah zat kapur

DAFTAR PUSTAKA

Demirel Y. 2016. Energy, Green Energy and Technology. Springer International


Publishing Switzerland.
Hidayat. 2011. Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Kelembagaan Lokal.
Jurnal Sejarah CITRA LEKHA, XV (1). 19-32.
Masaki, I. 1995.The Watershed Management Technology Development
Project,Technical Manual Soil Conservation and Forest Road. Japan
International Cooperation Agency
Ministry Of Energy and Mineral Resources Republic of Indonesia. 2017.
Handbook of Energy & economic Statistics Of Indonesia.

38
Suryantoro S. and Manaf M.H. 2002. The Indonesian Energy and Mineral
Resources Development and its Environmental Management to Support
Sutainable National Economic Development. CCNM Global Forum On
International Investment Conference on Foreign Direct Investment and the
Environment. OECD Headquarters, 2 rue André Pascal, 75775 CEDEX
16, Paris, France.
Tadjoeddin M. Z. 2007. A future resource curse in Indonesia: The Political
Economy of Natural Resources, Conflict and Development. Department of
International Development, University of Oxford
Wahyudi. 2014. Teknik Konservasi Tanah serta Implementasinya pada Lahan
Terdegradasi dalam Kawasan Hutan. Jurnal Sains dan Teknologi. 6 (2).71-
85.
World Energy Council. 2013. World Energy Resources In survey 2013.
www.worldenergy.org.

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

1. D
2. C
3. A
4. A
5. C
6. B
7. E
8. C
9. D
10. B

39
Kode : DAR2/Profesional/207/6/2019

Pendalaman Materi : Geografi

Modul 6 :

SUMBER DAYA ALAM

DAN SUMBER DAYA MANUSIA

Kegiatan Belajar 2 :

Ketahanan Pangan

Penulis : Dra. Ita Mardiani Zain, M.Kes

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia
DAFTAR ISI
2019

i
PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
PETUNJUK BELAJAR ................................................................................. 1
CAPAIAN PEMBELAJARAN ....................................................................... 2
SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN .............................................................. 2
URAIAN MATERI......................................................................................... 2
A. Pengertian Ketahanan Pangan ......................................................................2
B. Faktor Ketahanan Pangan Nasional ..............................................................8
C. Ketahanan Pangan Di Indonesia.................................................................. 13
D. Indikator Ketahanan Pangan Rumah Tangga ............................................. 21
E. Tantangan Dan Hambatan Serta Solusi Dalam Memenuhi Ketahanan
Pangan Di Indonesia ........................................................................................... 24

RANGKUMAN ............................................................................................ 30
TES FORMATIF ......................................................................................... 31
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 34
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF......................................................... 36

ii
MODUL 6.
SUMBER DAYA ALAM DAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEGIATAN BELAJAR 2 : KETAHANAN PANGAN

PENDAHULUAN
Banyak aspek yang berhubungan dengan konsep ketahanan pangan. Salah satu
prinsip yang perlu dipahami dalam terwujudnya ketahanan pangan adalah
kebijakan pemerintah secara nasional. Kebijakan pemerintah dalam ketahanan
pangan menjadi landasan bagi ketahanan pangan pada level regional, lokal,
komunitas, keluarga, dan individu. Topik yang dibahas dalam kegiatan belajar
meliputi pengertian ketahanan pangan, faktor ketahanan pangan nasional,
ketahanan pangan di Indonesia, indikator ketahanan pangan rumah tangga, dan
tantangan dan hambatan serta solusi memenuhi ketahanan pangan. Bagian akhir
terdapat tes formatif yang harus dikerjakan. Skor yang diperoleh dalam
mengerjakan soal formatif menggambarkan penguasaan materi pada Kegiatan
Belajar 2. Katahanan Pangan.

PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah materi dalam kegiatan belajar (KB-2) ini sebaik-baiknya dengan
cermat
2. Jika diperlukan saudara boleh mencari informasi tambahan sesuai dengan
materi dalam KB-2 ini
3. Setelah membaca kerjakan latihan soal pada bagian akhir KB-2 ini. Saudara
harus mendapatkan skor minimal 70. (minimal 7 soal harus dijawab dengan
benar)
4. Jika Saudara mendapatkan skor kurang dari 70 maka saudara dinyatakan belum
tuntas.
5. Jika belum tuntas dalam belajar modul ini, jangan beralih ke KB berikutny

1
CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mampu menerapkan teori dan aplikasi materi bidang studi geografi mencakup: (1)
Hakekat dan literasi informasi geografi; (2) Dinamika planet bumi sebagai ruang
kehidupan; (3) Indonesia: Sumberdaya dan kebencanaan (4) Karakteristik wilayah
dan pewilayahan (regionalisasi) berdasarkan prinsip dan pendekatan geografi; (5)
Pengelolaan sumberdaya secara efektif dan efisien untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan serta mencari solusi masalah lingkungan dan
kebencanaan; (6) Pemanfaatan Teknologi Informasi Geospasial (Pemetaan,
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi) untuk pembangunan; dan (7)
termasuk advance materials yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten),
“mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” proses serta kegunaannya dalam
kehidupan sehari-hari.

SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN


3.3 Mampu menganalisis Indonesia : Sumber daya dan kebencanaan

URAIAN MATERI

A. Pengertian Ketahanan Pangan


Menurut Undang-Undang RI no 18 tahun 2012, pangan adalah segala
sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan,
perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah
yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan lainnya yang
digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan
atau minuman. Kondisi suatu wilayah atau Negara dikatakan sebagai wilayah atau
Negara makmur dan maju apabila ketahanan pangannya MANTAP, Negara yang
pangannya terpenuhi. Pangan adalah salah satu dari 3 kebutuhan primer
manusia. Pangan dibutuhkan oleh manusia untuk menunjang kehidupannya,
karena di dalam bahan pangan tersebut terdapat gizi dan mineral yang
dibutuhkan oleh manusia untuk beraktivitas.

2
Ketahanan pangan adalah ketersediaan pangan dan kemampuan seseorang
untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dikatakan memiliki ketahanan pangan
jika penghuninya tidak berada dalam kondisi kelaparan atau dihantui
ancaman kelaparan. Ketahanan pangan merupakan ukuran kelentingan terhadap
gangguan pada masa depan atau ketiadaan suplai pangan penting akibat berbagai
faktor seperti kekeringan, gangguan perkapalan, kelangkaan bahan bakar, ketidak
stabilan ekonomi, peperangan, dan sebagainya.
Berdasarkan UU RI no 18 tahun 2012 Ketahanan Pangan didefinisikan sebagai
kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang
tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan
produktif secara berkelanjutan.
Ketahanan pangan (food security) mencakup banyak aspek sehingga dapat
diinterpretasikan dengan banyak cara (Rachman dan Ariani, 2002). Ketahanan
pangan diawali dari pertanyaan "dapatkah dunia memproduksikan pangan yang
cukup pada tingkat harga yang pantas dan terjangkau oleh kelompok miskin serta
tidak merusak lingkungan hidup". Secara luas pengertian ketahanan pangan
adalah terjaminnya akses pangan buat segenap rumah tangga serta individu setiap
waktu sehingga mereka dapat bekerja dan hidup sehat (Suhardjo, 1996; Soetrisno,
1997).
Simatupang (1999) dalam Rachman dan Ariani, (2002), menyatakan
bahwa ketahanan pangan dapat ditinjau dari level tingkat (1) global, (2) nasional,
(3) regional, (4) komunitas lokal, (5) rumah tangga dan (6) individu, yang
merupakan suatu rangkaian sistem hierarkis. Dalam perumusan kebijakan maupun
kajian empiris ketahanan pangan, penerapan konsep ketahanan pangan tersebut
perlu dikaitkan dengan rangkaian sistem hirarki sesuai dimensi sasaran mulai dari
tingkat individu, rumah tangga, masyarakat/komunitas, regional, nasional maupun
global.
Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terintegrasi terdiri atas
berbagai subsistem (Maleha dan Adi Sutanto, 2006). Subsistem utamanya atau

3
komponen utamanya adalah ketersediaan pangan, distribusi pangan / akses
pangan, dan konsumsi pangan. Terwujudnya ketahanan pangan merupakan sinergi
dari interaksi ketiga subsistem/ komponen utama tersebut. Ketiga subsistem/
komponen utama tersebut adalah sebagai berikut.
(1) Ketersediaan pangan yaitu ketersediaan pangan dalam jumlah yang
cukup aman dan bergizi untuk semua orang dalam suatu negara baik yang berasal
dari produksi sendiri, impor, cadangan pangan maupun bantuan pangan.
Ketersediaan pangan ini harus mampu mencukupi pangan yang didefinisikan
sebagai jumlah kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yang aktif dan sehat. Jadi
ketersediaan pangan dengan kata lain adalah kemampuan memiliki sejumlah
pangan yang cukup untuk kebutuhan dasar.
Pangan yang tersedia di suatu wilayah berasal dari produksi lokal sehingga
mampu memenuhi kebutuhan masyarakat akan pangan yang dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain :
a. Kebijakan Pemerintah
b. Mutu dan luas lahan
c. Cara/praktek pertanian
d. Sarana Produksi
e. Faktor lingkungan ( cuaca/iklim )
f. Peranan Sosial dan
g. Transportasi
Ketersediaan pangan berhubungan dengan suplai pangan melalui produksi,
distribusi, dan pertukaran. Produksi pangan ditentukan oleh berbagai jenis faktor,
termasuk kepemilikan lahan dan penggunaannya; jenis dan manajemen tanah;
pemilihan, pemuliaan, dan manajemen tanaman pertanian; pemuliaan dan
manajemen hewan ternak; dan pemanenan.
Ketersediaan pangan harus dikelola sedemikian rupa sehingga walaupun produksi
pangan bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, tetapi volume
pangan yang tersedia bagi masyarakat harus cukup jumlah dan jenisnya serta
stabil penyediaannya dari waktu ke waktu. Ketersediaan pangan dapat dilihat dari
jumlah stok pangan yang dapat disimpan setiap tahun, dalam hal ini pangan bisa

4
lebih dispesifikan sebagai beras. Selain itu bisa juga dilihat dari jumlah produksi
pangan misalnya beras, serta hal lain yang dapat mempengaruhi produksi pangan,
seperti luas lahan serta produktivitas lahan. Pembangunan subsistem ketersediaan
pangan diarahkan untuk mengatur kestabilan dan kesinambungan ketersediaan
pangan, yang berasal dari produksi, cadangan dan impor.
(2) Distribusi pangan atau akses pangan yaitu kemampuan semua rumah
tangga dan individu dengan sumberdaya yang dimilikinya untuk memperoleh
pangan yang cukup untuk kebutuhan gizinya yang dapat diperoleh dari produksi
pangannya sendiri, pembelian ataupun melalui bantuan pangan. Akses rumah
tangga dan individu terdiri dari akses ekonomi, fisik dan sosial. Akses ekonomi
(daya beli masyarakat) tergantung pada pendapatan, kesempatan kerja dan
harga. Akses fisik menyangkut tingkat isolasi daerah (sarana dan prasarana
distribusi pangan), sedangkan akses sosial menyangkut tentang preferensi
pangan. Jadi akses pangan adalah kemampuan memiliki sumber daya, secara
ekonomi maupun fisik, untuk mendapatkan bahan pangan bernutrisi.
Sistem distribusi bukan semata-mata menyangkut aspek fisik dalam arti pangan
tersedia di semua lokasi yang membutuhkan, tetapi juga masyarakat. Surplus
pangan di tingkat wilayah belum menjamin kecukupan pangan bagi individu
masyarakatnya. Sistem distribusi ini perlu dikelola secara optimal dan tidak
bertentangan dengan mekanisme pasar terbuka agar tercapai efisiensi dalam
proses pemerataan akses pangan bagi seluruh penduduk. Pembangunan sub-sistem
distribusi pangan bertujuan menjamin aksesibilitas pangan dan stabilitas harga
pangan.
Jadi pasokan pangan merata keseluruh wilayah, harga stabil dan terjangkau secara
bekelanjutan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :
a. Jumlah dan mutu pangan
b. Sarana dan Prasarana Transportasi
c. Jarak antar wilayah, dan
d. Rantai distribusi
(3) Penyerapan /pemanfaatan pangan yaitu penggunaan pangan untuk
kebutuhan hidup sehat yang meliputi kebutuhan energi dan gizi, air dan kesehatan

5
lingkungan. Efektifitas dari penyerapan pangan tergantung pada pengetahuan
rumahtangga/individu, sanitasi dan ketersediaan air, fasilitas dan layanan
kesehatan, serta penyuluhan gizi dan pemeliharaan balita.
Jadi subsistem ini menyangkut upaya peningkatan pengetahuan dan kemampuan
masyarakat agar mempunyai pemahaman atas pangan, gizi dan kesehatan yang
baik, sehingga dapat mengelola konsumsinya secara optimal, dengan kata lain
pemanfaatan pangan adalah kemampuan dalam memanfaatkan bahan pangan
dengan benar dan tepat secara proporsional. Konsumsi pangan hendaknya
memperhatikan asupan pangan dan gizi yang cukup dan berimbang, sesuai dengan
kebutuhan bagi pembentukan manusia yang sehat, kuat, cerdas dan produktif.
Pemerintah harus bisa mengontrol agar harga pangan masih terjangkau untuk
setiap individu dalam mengaksesnya, karena kecukupan ketersediaan pangan akan
dirasa percuma jika masyarakat tidak punya daya beli yang cukup untuk
mengakses pangan. Oleh karena itu faktor harga pangan menjadi sangat vital
perannya dalam upaya mencukupi kebutuhan konsumsi pangan. Pembangunan
ketahanan pangan memerlukan keharmonisan dari ketiga subsistem tersebut.
Pembangunan sub-sistem konsumsi bertujuan menjamin akses setiap rumah
tangga mengkonsumsi pangan dalam jumlah yang cukup, bergizi dan aman.
Keberhasilan pembangunan masing-masing sub-sistem tersebut perlu didukung
oleh faktor ekonomi, teknologi dan sosial budaya.yang pada akhirnya akan
berdampak pada status gizi.
Penggunaan / konsumsi yaitu : rumah tangga mampu mengakses cukup pangan
dan mengelola konsumsi sesuai kaedah gizi dan kesehatan yang dipengaruhi oleh:
a. Pola makanan
b. Distribusi dalam keluarga
c. Jumlah keluarga
d. Pangan yang tercecer/pangan hilang
e. Keadaan kesehatan
f. Sosial budaya
g. Iklim/cuaca
h. Akseptabilitas pangan

6
i. Penampilan (warna, bau, rasa , bentuk)
j. Pengaruh mass media
k. Status sosial
l. Pengolahan pangan
Konsep ketahanan pangan lainnya yang mengkaitkan beberapa level dan
melihat dari sisi keterkaitan dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar tesebut
menjelaskan bahwa faktor ketahanan pangan meliputi aspek (1) produksi, (2)
kesehatan, (3) penyimpanan, (4) pengangkutan, dan (5) kredit. Hubungan
keterkaitan tersebut menjadi penentu.
Menurut Yustika (2008), dalam kaitan dengan ketahanan pangan,
pembicaraan harus dikaitkan dengan masalah pembangunan pedesaan dan sektor
pertanian. Pada titik inilah dijumpai realitas bahwa kelembagaan di pedesaan
setidaknya dipangku oleh tiga pilar, yaitu (1) kelembagaan penguasaan tanah, (2)
kelembagaan hubungan kerja, dan (3) kelembagaan perkreditan.

Gambar 1. Faktor yang menentukan ketahanan pangan


(sumber : http://hesperian.org/wp-content/uploads/pdf/id_cgeh_2010/id_cgeh_2010_12.pdf)
Tanah/lahan masih merupakan aset terpenting bagi penduduk pedesaan
untuk menggerakkan kegiatan produksi. Sedangkan relasi kerja akan menentukan

7
proporsi nisbah ekonomi yang akan dibagi kepada para pelaku ekonomi di
pedesaan. Terakhir, aspek perkreditan/pembiayaan berperan amat penting sebagai
pemicu kegiatan ekonomi di pedesaan. Ketiga pilar / kelembagaan tersebut (atau
perubahannya) akan amat menentukan keputusan petani sehingga turut
mempengaruhi derajat ketahanan pangan.
Beberapa konsep ketahanan pangan di atas menunjukkan bahwa modal
produksi dasar ketahanan pangan adalah lahan, terlebih bila dikaitkan dengan
kedaulatan pangan. Bagi Indonesia yang merupakan negara agraris tropis,
keberadaan lahan masih menjadi faktor sangat penting sebagai media produksi
pangan. Lahan juga menjadi aset bagi modal tenaga kerja di sektor pertanian
secara turun menurun dari masa ke masa membentuk suatu kebudayaan agraris.

B. Faktor Ketahanan Pangan Nasional


Sejumlah faktor dianggap berperan penting sebagai faktor penentu
ketahanan pangan nasional. Faktor-faktor tersebut meliputi (1) lahan, (2)
infrastruktur, (3) teknologi dan sumberdaya manusia, (4) energi, (5) dana, (6)
lingkungan fisik, (7) relasi kerja, dan (8) ketersediaan input lainnya. Berikut
penjelasan masing-masing faktor (Tambunan, 2008).
(1). Lahan
Menurutnya Badan Pertanahan Nasional (BPN), Rata-rata tahunan konversi
lahan sawah secara nasional sebesar 100.000 ha. Seluas 35.000 ha diantaranya
adalah lahan sawah beririgasi. Dengan asumsi konversi yang sama, diperkirakan
pada tahun 2030 Indonesia akan kehilangan 2,42 juta ha lahan sawah (Prabowo,
2007).
Keadaan tersebut diperparah dengan lemahnya pemerintah dalam
melindungi lahan milik petani miskin yang dijual kepada orang kaya atau
pengusaha besar. Petani yang sudah kehilangan tanahnya menjadi buruh-buruh
tani bagi pemilik-pemilik baru tersebut jika lahan tersebut tetap untuk pertanian.
Bila lahan tersebut tidak lagi untuk pertanian, petani miskin cenderung akan
berpindah ke usaha lain non pertanian.

8
Selain konversi lahan dan penguasaan lahan oleh orang yang tidak
berkecimpung di bidang pertanian, laju degradasi lahan juga merupakan masalah
serius. Hal ini disebabkan karena menurunnya tindakan konservasi lahan sebagai
akibat dari menurunnya orientasi ke lahan pertanian. Keadaan ini akan mendorong
penurunan kesuburan lahan. Prabowo (2007) melihat bahwa masalah kesuburan
atau kejenuhan tingkat produktivitas lahan (levelling off) pertanian di Indonesia
semakin serius. Ada suatu korelasi positif antara tingkat kesuburan lahan dan
tingkat produktivitas pertanian. Perlu adanya solusi penerapan secara tegas
Undang-Undang Pokok Agraria, proses sertifikasi lahan pertanian harus
dipercepat atau dipermudah, rencana tata ruang harus melindungi lahan pertanian
yang produktif dan subur, dan pembelian lahan petani secara ”paksa” atau untuk
tujuan-tujuan yang sebenarnya tidak terlalu perlu (seperti lapangan golf,
apartemen mahal, pertokoan mewah) harus dihentikan.
(2). Infrastruktur
Irigasi dan waduk merupakan bagian terpenting dari infrastruktur pertanian.
Ketersediaan jaringan irigasi yang baik secara kuantitas tetapi juga kualitas, dapat
meningkatkan volume produksi dan kualitas komoditas pertanian tanaman
pangan. Perlu adanya solusi pembangunan infrastruktur perdesaan diseluruh
pelosok tanah air, terutama di daerah-daerah sentra pertanian. Termasuk
menambah irigasi dan waduk serta yang rusak segera diperbaiki.
(3). Teknologi dan Sumber Daya Manusia
Teknologi dan SDM merupakan faktor produksi yang saling melengkapi.
Dapat dipastikan bahwa pemakaian teknologi dan input modern tidak akan
menghasilkan produk yang optimal apabila kualitas pengetahuan atau wawasan
petani rendah. Pada umumnya masyarakat petani di Indonesia memiliki
pendidikan formal yang rendah. Pendidikan formal yang rendah berakibat kurang
terbukanya wawasan dan lambannya penerapan inovasi baru.
Beberapa persoalan terkait dengan kualitas SDM yang berpengaruh pada
produksi pertanian adalah rendahnya pengetahuan petani terhadap perubahan
iklim atau terbatasnya akses informasi perkiraan iklim. Di masa lampau
sebenarnya petani Jawa punya kemampuan dalam prediksi iklim yang dikenal

9
sebagai pranoto mongso. Namun dengan adanya revolusi hijau dengan benih yang
relatif adaptif dalam berbagai iklim, pengetahuan pranoto mongso sudah
memudar. Demikian juga dengan keahlian menyiapkan benih sendiri dengan bibit
yang menyesuaikan kondisi iklim, juga sudah hilang.
Memudarnya pengetahuan lokal yang dimiliki petani tidak selalu diikuti
oleh kemampuan memahami pengetahuan modern bidang pertanian. Misalnya
saja relatif rendahnya jumlah traktor per ha di Indonesia memunculkan pertanyaan
disebabkan karena rendahnya petani dalam beradaptasi dengan teknologi. Hal ini
terjadi karena rendahnya pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan, sehingga
sulit untuk segera menerima inovasi baru. Namun demikian ada kemungkinan
disebabkan faktor lain seperti biaya pemakaian dan pemeliharaannya yang mahal
lahan yang dikerjakan kecil sehingga traktor menjadi tidak efisien, serta hambatan
budaya. Perlu adanya solusi berupa pemberdayaan petani lewat pelatihan,
penyuluhan, dan bantuan teknis secara intensif. Peran perguruan tinggi dan
lembaga litbang setempat sangat penting.
(4). Energi
Arti penting energi bagi kegiatan pertanian melalui dua peran. Peran
pertama adalah secara langsung dan yang kedua secara tidak langsung. Secara
langsung energi berupa listrik atau BBM yang digunakan oleh petani dalam
kegiatan bertaninya, misalnya dalam menggunakan traktor. Untuk peran teknologi
yang tidak langsung adalah energi yang digunakan oleh pabrik sarana produksi
pertanian seperti pabrik pupuk maupun pabrik yang membuat input pertanian
lainnya. Perlu adanya solusi dalam melaksanakan kebijakan kenaikan harga energi
/ pemotongan subsidi energi akibat harga BBM yang terus naik. Subsidi energi
terhadap petani dan sektor-sektor yang mendukung pertanian seperti pabrik pupuk
dan transportasi harus dipertahankan atau diadakan. Hal ini bisa dalam bentuk
antara lain harga energi yang murah bagi petani atau dana khusus yang diberikan
langsung ke petani.
(5). Dana
Di Indonesia investasi sektor pertanian selalu paling sedikit dalam
memperoleh kredit perbankan. Data sensus penduduk tahun 2003 menunjukkan

10
bahwa 85,43% petani membiayai kegiatan bertani dengan menggunakan uang
sendiri. Ada dua alasan perbankan enggan memberikan kredit kepada petani
terutama petani-petani makanan pokok seperti padi/beras. Alasan pertama adalah
karena pertanian padi bukan merupakan suatu bisnis yang menghasilkan
keuntungan besar. Panen yang menghasilkan keuntungan besar sangat jarang
karena harga beras tidak bisa naik terlalu tinggi. Alasan kedua adalah tidak adanya
aset yang bisa digunakan sebagai jaminan kredit. Perlu adanya solusi di perbankan
yang diberi semacam insentif untuk memperluas akses petani ke kredit perbankan,
atau dengan cara pengadaan dana khusus.
(6). Keadaan lingkungan fisik
Pemanasan global sebagai salah satu pemicu perubahan iklim berperan
dalam menyebabkan krisis pangan mengingat pertanian pangan di Indonesia
masih sangat mengandalkan pada pertanian sawah yang berarti sangat
memerlukan air yang tidak sedikit (Samhadi, 2007). Sebagai negara kepulauan
tropis, Indonesia sangat dirugikan dengan pemanasan global. Diantara kerugian
tersebut adalah adanya kejadian kemarau berkepanjangan, meningkatnya
frekuensi cuaca ekstrim, naiknya risiko banjir akibat curah hujan yang tinggi, dan
hancurnya keanekaragaman hayati. Dampak langsung dari pemanasan global
terhadap pertanian di Indonesia adalah penurunan produktivitas dan tingkat
produksi sebagai akibat terganggunya siklus air karena perubahan pola hujan dan
meningkatnya frekuensi anomali cuaca ekstrim yang mengakibatkan pergeseran
waktu, musim, dan pola tanam (Samhadi, 2007). Perlu adanya solusi berupa
usaha-usaha mengurangi pemanasan global harus sudah merupakan salah satu
prioritas pembangunan jangka panjang ekonomi pada umumnya dan sektor
pertanian pada khususnya. Disini termasuk penggundulan hutan, pencemaran air
sungai dan laut, pembangunan perumahan di tanah-tanah resapan air harus
dihentikan.
(7). Relasi Kerja
Relasi kerja akan menentukan proporsi nisbah ekonomi yang akan dibagi
kepada para pelaku ekonomi di pedesaan. Dalam kata lain, pola relasi kerja yang
ada di sektor pertanian akan sangat menentukan apakah petani akan menikmati

11
hasil pertaniannya atau tidak. Untuk mengidentifikasi bagaimana pola relasi kerja
yang berlaku selama ini di Indonesia bisa dilakukan dengan memakai beberapa
indikator, diantaranya nilai tukar petani (NTP).
NTP adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani, yakni indeks
harga jual outputnya, terhadap indeks harga yang dibayar petani, yakni indeks
harga input-input yang digunakan untuk bertani, misalnya pupuk, pestisida, tenaga
kerja, irigasi, bibit, sewa traktor, dan lainnya. Berdasarkan rasio ini, maka dapat
dikatakan semakin tinggi NTP semakin baik profit yang diterima petani, atau
semakin baik posisi pendapatan petani. Kesejahteraan petani akan meningkat
apabila selisih antara hasil penjualannya dan biaya produksinya bertambah besar,
atau nilai tambahnya meningkat. Jadi besar kecilnya nilai tambah petani
ditentukan oleh besar kecilnya NTP.
Sistem agrobisnis di Indonesia menjadikan nilai NTP petani cenderung
rendah. Hal ini terjadi karena pada sisi suplai yang berhubungan dengan pasar
input pertanian seperti seperti pupuk dan pestisida, petani menghadapi kekuatan
monopolistik. Sementara pada sisi penawaran yang berhubungan dengan pasar
output yaitu penjualan hasil pertanian, petani menghadapi kekuatan
monopsonistis. Perlu adanya solusi kebijakan penetapan harga pertanian, sistem
perpajakan, dan lainnya harus menciptakan fair market yang juga menguntungkan
petani.
(8). Ketersedian Input Lainnya
Tanpa ketersediaan sarana produksi pertanian dalam jumlah memadai
dengan kualitas baik dan relatif murah, sulit diharapkan petani, yang pada
umumnya miskin, akan mampu meningkatkan produksi komoditas pertanian.
Salah satu input pertanian yang cukup penting adalah pupuk. Namun harga pupuk
yang meningkat terus merupakan hambatan serius bagi pertumbuhan pertanian di
Indonesia. Pemerintah selama ini kelihatan kurang konsisten dalam usahanya
memenuhi pupuk bersubsidi untuk petani. Dikurangi atau dihapuskannya subsidi
pupuk tentu berdampak langsung pada kenaikan biaya produksi padi, karena
pupuk termasuk salah satu komponen utamanya. Banyak pengamat
menyimpulkan bahwa salah satu penyebab sulitnya petani mendapatkan pupuk

12
karena masalah distribusi. Selain itu masalah birokrasi sering sebagai penyebab
kelangkahan pupuk di pasar eceran pada saat petani sangat membutuhkan. Perlu
adanya solusi untuk menghindari kelangkaan pupuk yang disebabkan oleh
praktek-praktek penimbunan atau kemacetan produksi.

C. Ketahanan Pangan Di Indonesia


Eksistensi suatu bangsa akan rapuh bila pemerintah tidak mampu
menangani dan menggerakkan rakyatnya untuk mengadakan pangan (Wahono,
2008). pangan merupakan kebutuhan utama bagi manusia. di antara kebutuhan
yang lainnya, pangan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi agar
kelangsungan hidup seseorang dapat terjamin. indonesia merupakan salah satu
negara berkembang yang dulu hingga sekarang masih terkenal dengan mata
pencaharian penduduknya sebagian petani atau bercocok tanam.
Penyediaan pangan dengan membeli ke negara lain, sangat tergantung dari
fluktuasi ketersediaan serta harga di tingkat internasional, dan tentunya
ketersediaan dana untuk membeli. Ketergantungan penyediaan pangan dengan
cara import akan sangat melemahkan secara politik, ekonomi, maupun sosial
budaya. Impor pangan menjadi ancaman bagi ketahanan bangsa sekaligus
memundurkan rakyat lokal yang bekerja sebagai produsen, pengolah, pengangkut,
dan pedagang pangan. Belum lagi terkait dengan keamanan atau kesehatan
pangan.
Data Februari 2017 yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS),
menyatakan bahwa penduduk Indonesia yang bekerja di sektor pertanian
sebanyak 39,68 juta orang atau 31,86% dari jumlah penduduk bekerja yang
jumlahnya 124,54 juta orang (Bisnis.tempo.co, 2017(2)). Sementara kontribusi
sektor pertanian dalam arti luas memberikan kontribusi sekitar 13,92% pada
triwulan II-2017 terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) (biz.kompas.com,
2017). Selain itu kontribusi sektor pertanian terhadap PDB juga mengalami
penurunan, karena tahun 1991 yang masih sebesar 22% (Bisnis.tempo.co,
2017(1)). Dari data tersebut menunjukkan bahwa tenaga kerja yang bergantung

13
pada sektor pertanian masih cukup banyak, sementara kontribusi sektor pertanian
relatif kecil. Disisi lain, jumlah penduduk Indonesia hasil sensus tahun 2010
sebesar 237.641.326 jiwa dengan laju pertumbuhan rata-rata nasional sebesar
1,36% antara 2010 – 2014 (Nugraha, 2014).
Uraian di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia cukup besar dan
terus meningkat, dan sebaliknya kontribusi sektor pertanian terhadap
perekonomian relatif rendah dan cenderung menurun. Hal ini menjadikan
persoalan penyediaan pangan perlu ditangani secara serius oleh Indonesia,
mengingat pangan merupakan kebutuhan pokok untuk kehidupan sehari-harinya
penduduknya. Ketersediaan kebutuhan pangan bagi negara sampai perorangan
dikenal sebagai ketahanan pangan. Akan tetapi untuk menjaga ketahanan pangan,
sejak tahun 1990-an Pemerintah Indonesia melakukan impor pangan dengan
alasan lebih hemat dan efisien dari pada produksi sendiri (Wahono, 2008). Lebih
lanjut disebutkan bahwa kebijakan tersebut bersumber dari International
Monetary Fund (IMF) pasca krisis moneter. Memenuhi ketahanan pangan dengan
mengandalkan impor akan menjadi ancaman bagi kesejahteraan kehidupan petani
lokal. Penurunan kontribusi pertanian dalam perekonomian bisa jadi imbas dari
kebijakan impor komoditas pertanian. Keadaan tersebut akan menjadi ancaman
bagi kedaulatan pangan di Indonesia. Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan
bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan Pangan yang menjamin hak
atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk
menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal (UURI
no. 18 tahun 2012).

Ketahanan pangan menjamin keterpenuhan setiap individu penduduk


Indonesia mendapatkan akses pangan yang berkecukupan. Kedaulatan pangan
menjamin petani Indonesia mampu berproduksi untuk memenuhi
kesejahteraannya. Keduanya harus dilaksanakan secara selaras, karena Ketahanan
pangan yang dibangun berlandaskan kedaulatan pangan adalah penopang
ketahanan bangsa. Santosa (2008) menegaskan bahwa krisis pangan suatu bangsa

14
ternyata bermuara pada situasi tidak berdaulat atas pangan. Tabel 1 Berikut
menyajikan karakteristik kedaulatan dan ketahanan pangan.

Tabel 1. Karakteristik Kedaulatan Dan Ketahanan Pangan


Indikator Kedaulatan Pangan Ketahanan Pangan
Lingkup Nasional Rumah tangga dan Individu
Sasaran Petani Manusia
Strategi Pelarangan Impor Peningkatan ketersediaan pangan, akses
pangan, dan penyerapan pangan
Output Peningkatan produksi pangan Status gizi (penurunan kelaparan, gizi
(dengan perlindungan pada petani) kurang, dan gizi buruk)
Outcame Kesejahteraan petani Manusia sehat dan produktif (angka
harapan hidup tinggi)

Berdasarkan Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian


mendeskripsikan kondisi ketahanan pangan Indonesia yang ditunjukkan pada
gambar 2, dimana Kabupaten/kota diklasifikasikan dalam 6 kelompok ketahanan
pangan dan gizi berdasarkan pada tingkat keparahan dan penyebab dari situasi
ketahanan pangan dan gizi. Kabupaten/kota di Prioritas 1, 2 dan 3 merupakan
wilayah rentan pangan dengan klasifikasi Prioritas 1 tingkat rentan pangan tinggi,
Prioritas 2 rentan pangan sedang, dan priroritas 3 rentan pangan rendah.
Kabupaten/kota di Prioritas 4, 5, dan 6 merupakan wilayah tahan pangan dengan
klasifikasi prioritas 4 tahan pangan rendah, prioritas 5 tahan pangan sedang,
sedangkan prioritas 6 yaitu tahan pangan tinggi.

15
Gambar 2. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Tahun 2018
(Sumber : bkp.pertanian.go.id)

Hasil analisis FSVA (Food Security and Vulnerability Atlas) dengan indikator
yang digunakan dalam penyusunan FSVA merupakan turunan dari tiga aspek
ketahanan pangan, yaitu ketersediaan, keterjangkauan dan pemanfaatan pangan.
Pemilihan indikator didasarkan pada: (i) keterwakilan 3 pilar ketahanan pangan
(ii) tingkat sensitifitas dalam mengukur situasi ketahanan pangan dan gizi; dan
(iii) ketersediaan data tersedia secara rutin untuk periode tertentu yang mencakup
seluruh wilayah kabupaten/kota. Pada tahun 2018 menunjukkan bahwa kabupaten
rentan pangan Prioritas1-3 sebanyak 81 kabupaten dari 416 kabupaten (19%) yang
terdiri dari 26 kabupaten (6%) Prioritas 1; 21 kabupaten (5%) Prioritas 2; dan 34
kabupaten (8%) Prioritas 3. Kabupaten prioritas 1 tersebar di 17 kabupaten di
Provinsi Papua, 6 Kabupaten di Provinsi Papua Barat, 2 kabupaten di Provinsi
Maluku, dan 1 kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Karakteristik
kabupaten rentan pangan ditandai dengan rasio konsumsi terhadap
ketersediaan pangan tinggi, persentase balita stunting tinggi, serta angka

16
kemiskinan yang tinggi. Sementara itu, Kota Rentan Pangan Prioritas 1-3
sebanyak 7 Kota dari 98 kota di Indonesia (7,14%). Pada wilayah perkotaan,
terdapat 2 kota (2%) Prioritas 1, yaitu Kota Subulussalam di Aceh dan Kota Tual
di Maluku; 2 kota (2%) Prioritas 2, yaitu Kota Gunung Sitoli di Sumatera Utara
dan Kota Pagar Alam di Sumatera Selatan; serta 3 kota (3%) Prioritas 3, yaitu
Kota Tanjung Balai di Sumatera Utara, Lubuk Linggau di Sumatera Selatan, dan
Tidore Kepuluan (Maluku Utara). Karakteristik kota rentan pangan ditandai
dengan rumah tangga dengan pangsa pengeluaran pangan yang tinggi, akses
air bersih yang rendah, dan balita stunting yang tinggi.

Fokus lokasi penanganan kerentanan pangan di wilayah kabupaten diprioritaskan


pada:

1. Kabupaten-kabupaten yang terletak di Kawasan Indonesia Timur yang


memiliki daerah Prioritas 1-3 terbesar
2. Kabupaten-kabupaten yang lokasinya jauh dari ibu kota provinsi/daerah
perbatasan yang rata-rata memiliki tingkat ketahanan pangan lebih rendah
dibandingkan kabupaten lain.
3. Kabupaten-kabupaten di Kepulauan dengan tingkat kerentanan pangan
tinggi
4. Kabupaten pemekaran dengan tingkat kerentanan pangan tinggi

Penanganan kerentanan pangan di wilayah perkotaan diprioritaskan pada:

1. Kota-kota yang memiliki keterbatasan akses terhadap pangan


(infrastruktur, stabilisasi pasokan, dan daya beli).
2. Kota-kota yang memiliki keterbatasan pemanfaatan pangan (kualitas
sumberdaya manusia dan sanitasi).

Program-program peningkatan ketahanan pangan dan menangani kerentanan


pangan wilayah kabupaten diarahkan pada kegiatan:

17
1. Peningkatan penyediaan pangan di daerah non sentra produksi dengan
mengoptimalkan sumberdaya pangan lokal
2. Penanganan stunting diantaranya melalui sosialisasi dan penyuluhan
tentang gizi dan pola asuh anak; penyediaan fasilitas dan layanan air
bersih
3. Penanganan kemiskinan melalui penyediaan lapangan kerja, padat karya,
redistribusi lahan; pembangunan infrastruktur dasar (jalan, listrik, rumah
sakit), dan pemberian bantuan sosial; serta pembangunan usaha
produktif/UMKM/padat karya untuk menggerakan ekonomi wilayah
4. Peningkatan akses air bersih melalui penyediaan fasilitas dan layanan air
bersih; sosialisasi dan penyuluhan
5. Penurunan pangsa pengeluaran pangan melalui sosialisasi pola konsumsi
pangan (B2SA) serta peningkatan kesempatan kerja
6. Peningkatan pendapatan peningkatan pendidikan perempuan
7. Penyediaan tenaga kesehatan

Program-program penanganan kerentanan pangan di daerah perkotaan diarahkan


pada kegiatan:

1. Peningkatan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat sehingga


meningkatkan daya beli masyarakat
2. Sosialisasi pola konsumsi pangan beragam, bergizi seimbang dan aman
3. Peningkatan akses rumah tangga terhadap air bersih melalui penyediaan
fasilitas dan layanan air bersih
4. Peningkatan sanitasi lingkungan dan perilaku hidup bersih dan sehat
melalui sosialisasi dan penyuluhan
5. Penanganan balita stunting melalui intervensi program gizi baik spesifik
maupun sensitif.

Perhatikan tabel dan Geo Info di bawah ini, saudara akan dapat menyimpulkan
tentang ketahanan pangan masing-masing provinsi

18
GEO INFO

Berapa konsumsi beras kita setahun? Muhammad Nur Rochmi 18:30 WIB - Jumat,
16 Oktober 2015
Tabe
Beritagar.id
l
Menurut Menteri Pertanian, Amran Sulaiman konsumsi beras turun. Sebabnya ada
pergeseran konsumsi, seperti mi instan. "Sekarang konsumsinya bukan cuma beras
saja.2 tetapi, ada indomie. Penurunan dari tahun lalu 124 kg sekarang jadi 114 kg per
tahun dan itu hasil BPS," ujar Amran seperti dikutip dari Beritasatu.
. Presiden Jusuf Kalla, akhir Maret lalu, mengkaji berapa sebenarnya konsumsi
Wakil
beras rata-rata orang Indonesia. "Ini kami lakukan untuk mengukur tingkat konsumsi
beras harian rata-rata Indonesia," katanya seperti dikutip Republika.
P pengukuran itu dipakai empat takaran berbeda, dari Susenas 87,63 kg per
Dalam
tahun atau 240 gr per hari. Kedua berdasar data BPS/Kemendag 114 kg per tahun atau
r
312 gr per hari.
Laluo yang ketiga dari Kementerian Pertanian 124 kg per tahun atau 340 gr per hari
dan yang keempat dari BPS 139 kg per hari atau 380 gr per hari. "Setelah kami
d
diskusikan kami lihat sendiri ternyata yang mendekati itu memang hanya data BPS,"
ujaruKalla.
Kami mencoba menghitung sendiri berapa sebenarnya konsumsi beras rata-rata dalam
k Berdasar resep Fatmah Bahalwan dari Natural Cooking Club di Kompas.com,
setahun.
untuk makan 10 orang, digunakan beras satu kilogram.
s untuk satu kali makan, tiap orang butuh 100 gram beras. Jika dalam satu hari ia
Maka,
makan
i tiga kali, maka dalam sehari orang butuh 300 gram beras. Dalam setahun, ini
sama dengan 109,5 kilogram

P
a
d
i

(
T
o
n
)
, Jumlah Penduduk, dan Produksi Padi (KG) per Jumlah Penduduk

19
Produksi padi
Produksi Jumlah
dibagi jumlah
Provinsi padi (ton) Penduduk
penduduk
2010 2010 2010
ACEH 1582393 4494410 352.0802508
SUMATERA UTARA 3582302 12982204 275.9394322
SUMATERA BARAT 2211248 4846909 456.2181795
RIAU 574864 5538367 103.7966606
JAMBI 628828 3092265 203.3551458
SUMATERA SELATAN 3272451 7450394 439.2319386
BENGKULU 516869 1715518 301.2903391
LAMPUNG 2807676 7608405 369.0229424
KEP. BANGKA BELITUNG 22259 1223296 18.19592315
KEP. RIAU 1246 1679163 0.74203636
DKI JAKARTA 11164 9607787 1.161974136
JAWA BARAT 11737070 43053732 272.6144623
JAWA TENGAH 10110830 32382657 312.229784
DI YOGYAKARTA 823887 3457491 238.2904251
JAWA TIMUR 11643773 37476757 310.6931851
BANTEN 2048047 10632166 192.6274477
BALI 869161 3890757 223.3912321
NUSA TENGGARA BARAT 1774499 4500212 394.3145345
NUSA TENGGARA TIMUR 555493 4683827 118.5981036
KALIMANTAN BARAT 1343888 4395983 305.7081886
KALIMANTAN TENGAH 650416 2212089 294.0279528
KALIMANTAN SELATAN 1842089 3626616 507.9360484
KALIMANTAN TIMUR 588879 3553143 165.7346749
SULAWESI UTARA 584030 2270596 257.2144054
SULAWESI TENGAH 957108 2635009 363.2276019
SULAWESI SELATAN 4382443 8034776 545.4343718
SULAWESI TENGGARA 454644 2232586 203.6400837
GORONTALO 253563 1040164 243.7721359
SULAWESI BARAT 362900 1158651 313.2090681
MALUKU 83109 1533506 54.19541886
MALUKU UTARA 55401 1038087 53.3683593
PAPUA BARAT 34254 760422 45.04604023

20
Produksi padi
Produksi Jumlah
Provinsi dibagi jumlah
padi (ton) Penduduk
penduduk
PAPUA 102610 2833381 36.21468486
INDONESIA 66469394 237641326 279.7046924

Sumber : BPS.org.id yang diolah

D. Indikator Ketahanan Pangan Rumah Tangga


Umumnya pengukuran pada level rumah tangga lebih banyak dimanfaatkan
untuk pengambilan kebijakan. Hal ini karena level rumah tangga sebagai unit
terendah yang menjadi penaung level individu. Ketahanan pangan rumah tangga
adalah kemampuan untuk memenuhi pangan anggota keluarga dari waktu ke
waktu dan berkelanjutan baik dari produksi sendiri maupun membeli dalam
jumlah, mutu dan ragamnya sesuai dengan lingkungan setempat serta sosial
budaya rumah tangga agar dapat hidup sehat dan mampu melakukan kegiatan
sehari-hari secara produktif (Suhardjo, 1996; Committe on Work Food Security
1995 dalam Soetrisno, 1997). Definisi tersebut sejalan dengan definisi ketahanan
pangan dan gizi, yaitu kondisi terpenuhinya kebutuhan Pangan dan Gizi bagi
negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya Pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, memenuhi kecukupan Gizi,
merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan
budaya masyarakat, untuk mewujudkan Status Gizi yang baik agar dapat hidup
sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan (PPRI No17 Tahun 2015 Tentang
Ketahanan Pangan Dan Gizi).
Sumarwan dan Sukandar (1998) menyatakan bahwa hal-hal yang
menyebabkan suatu rumah tangga memiliki ketahanan pangan, artinya dapat
memenuhi kebutuhan pangan dan gizi bagi setiap anggota keluarganya adalah (1)
tersedianya pangan, (2) lapangan kerja dan (3) pendapatan. Sementara
berdasarkan definisi Ketahanan Pangan Dan Gizi PPRI No17 Tahun 2015, faktor
tersedianya pangan dapat dijabarkan dalam beberapa aspek yaitu (1) cukup, baik
jumlah maupun mutunya memenuhi kecukupan Gizi, (2) aman, (3) beragam, (4)

21
merata, (5) terjangkau, (6) sesuai agama, keyakinan, dan budaya masyarakat,
(7)sehat, aktif, dan produktif, dan (8) berkelanjutan.
(1) Cukup dalam jumlah, mutu, maupun gizi. Kecukupan dalam jumlah,
mutu, maupun gizi dapat mengikuti peraturan menteri kesehatan Republik
Indonesia nomor 75 tahun 2013 tentang angka kecukupan gizi yang dianjurkan
bagi bangsa indonesia. Dalam peraturan tersebut disebutkan angka kecukupan
energi, protein, lemak, karbohidrat, serat, dan air yang dianjurkan untuk orang
Indonesia untuk perorang perhari.
(2) Aman. Pangan yang aman meliputi bahan bakunya dan penyajiannya.
Bahan baku baik dalam artian tidak rusak, bersih, tidak busuk, atau kedaluwarsa.
Demikian juga dengan makanan yang sudah dimasak harus baik dalam artian
tidak rusak, bersih, tidak busuk, bakteri ecoli tidak ada, dan bebas dari logam
berat atau bahan pengawet yang berlebih.
(3) Beragam. Keragaman pangan secara nasional dimaksudkan untuk
mengurangi ketergantungan pada satu jenis sumber pangan. Keragaman sumber
pangan ini dapat memberikan peluang bagi berbagai sumber pangan
termanfaatkan. Semntara keberagaman pangan bagi rumah tangga akan
menyediakan sumber gizi yang bervariasi serta mengurangi kebosanan pada
pangan tertentu.
(4) Merata. Ketersedian pangan secara merata dapat ditinjau secara
distribusi kewilayahan dan waktu. Pangan harus tersedia di seluruh wilayah
Indonesia dalam setiap waktu. Pemerintah melalui bulog bertanggung jawab
dalam penyediaan secara merata bahan pangan secara wilayah dan waktu. Dalam
rumah tangga, kemerataan dapat dilihat dari asupan pangan yang terpenuhi bagi
setiap anggota rumah tangga sesuai dengan porsinya masing-masing.
(5) Terjangkau. Keterjangkauan pangan merupakan kondisi wilayah
maupun rumah tangga yang mampu mengakses pangan. Keterjangkauan secara
kewilayahan pada umumnya terkait dengan akses transportasi untuk pengiriman
bahan pangan. Keterjangkauan secara rumah tangga menyangkut aspek daya beli
terhadap bahan pangan. Kemampuan daya beli memiliki keterkaitan dengan

22
tingkat kemiskinan. Masyarakat sangat miskin akan kesulitan untuk mendapatkan
pangan apabila harga pangan terlalu tinggi dan mereka tidak mampu membelinya.
(6) Sesuai agama, keyakinan, dan budaya masyarakat. Pada masyarakat
yang masih kuat memegang nilai agama, keyakinan, dan budaya khususnya yang
terkait pangan, mereka akan sangat mempehatikan konsumsi pangan untuk setiap
harinya. Bagi muslim, pangan halal merupakan suatu keharusan yang harus
terpenuhi.
(7) Sehat, aktif, dan produktif. Muara dari pangan adalah terwujudnya
tubuh yang sehat. Dengan tubuh yang sehat, setiap individu dalam rumah tangga
maupun dalam negara dapat melakukan berbagai aktivitas. Dengan lancarnya
aktivitas akan menjadikan kehidupan yang lebih produktif.
(8) Berkelanjutan. Keseluruhan aspek di atas harus dapat tersedia setiap
saat. Oleh karena itu diperlukan adanya sistem dalam rumah tangga yang mampu
berjalan secara terus menerus guna memenuhi semua aspek. Diperlukan adanya
lapangan kerja yang mampu menghasilkan pendapatan yang mencukupi
ketahanan pangan rumah tangga.

Cukup
Terjangkau

Aman
Ketersediaan
pangan Sesuai keyakinan
Ketahanan Beragam
pangan Sehat
rumah Merata
tangga Lapangan kerja
Berkelanjutan

Pendapatan

Gambar 3. Ketahanan Pangan Rumah Tangga

23
E. Tantangan Dan Hambatan Serta Solusi Dalam Memenuhi
Ketahanan Pangan Di Indonesia
Dalam menghadapi berbagai tantangan untuk mewujudkan ketahanan
pangan yang mantap, secara umum masih cukup tersedia berbagai potensi
sumberdaya (alam, SDM, budaya, teknologi, dan finansial) yang belum
dimanfaatkan secara optimal untuk: meningkatkan ketersediaan pangan,
penanganan kerawanan pangan dan aksesibilitas pangan; mengembangkan sistem
distribusi pangan, stabilisasi harga pangan dan peningkatan cadangan pangan;
serta mengembangkan penganekaragaman konsumsi pangan yang beragam,
bergizi seimbang, dan aman. Di sisi lain, penguatan kelembagaan ketahanan
pangan pemerintah dan masyarakat berpeluang semakin besar untuk mendorong
pencapaian sasaran program ketahanan pangan.
Adapun tantangan dan hambatan ketahanan pangan di Indonesia adalah sebagai
berikut :
1. Ketersediaan Pangan.
a) Dalam upaya peningkatan produksi dan ketersedian pangan, belum seluruh
potensi sumber daya alam yang terdapat di wilayah Indonesia dikelola
secara optimal.
b) Terkait dengan penyediaan pangan dan perwujudan ketahanan pangan.
maka pengelolaan lahan dan air merupakan sumberdaya alam utama yang
perlu dioptimalkan untuk menghasilkan pangan.
c) Dukungan infrastruktur sumber daya air dalam penguatan strategi ketahanan
pangan nasional. dapat ditempuh dengan langkah-langkah: pengembangan
jaringan irigasi, pengelolaan jaringan irigasi, optimasi potensi lahan rawa
dan air tanah.
d) Potensi sumber daya alam yang beragam dan didukung ketersediaan
teknologi di bidang hulu sampai hilir, memberikan peluang untuk
meningkatkan kapasitas produksi pangan, meningkatkan produktivitas dan
efisiensi usaha, serta meningkatkan usaha agribisnis pangan.

24
e) Sumber karbohidrat lain seperti: jagung, ubi jalar, singkong, talas, dan sagu
yang dahulu menjadi makanan pokok di beberapa daerah, juga tidak lebih
rendah kandungan gizinya dari beras dan terigu.
f) Potensi sumber daya alam yang mengandung berbagai jenis sumbedaya
hayati dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan pangan untuk menjamin
ketersediaan pangan masyarakat secara merata dan sepanjang waktu di
semua wilayah.
g) Peran pengembangan ilmu dan teknologi inovatif dalam pertanian sangat
penting artinya sebagai sarana untuk mempermudah proses transformasi
biomassa menjadi bahan pangan dan energi terbarukan.
h) Perkembangan teknologi industri, pengolahan, penyimpanan dan pasca
panen pangan serta transportasi dan komunikasi yang sangat pesat hingga ke
pelosok daerah menjadi penunjang penting untuk pemantapan ketersediaan
pangan, cadangan pangan dan penanganan rawan pangan

2. Distribusi Pangan.
a) Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai tantangan untuk dapat
mendistribusikan bahan pangan secara tepat waktu sehingga tersedia dalam
jumlah yang cukup dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat dan
tersedia setiap saat.
b) Khusus untuk wilayah Indonesia bagian timur, kepulauan terpencil dan
daerah perbatasan tantangan yang dihadapi adalah iklim yang kurang
mendukung, terbatas sarana/prasarana yang memadai untuk transportasi,
pasar dan sarana penyimpanan. dan informasi pasar.
c) Mengingat fungsi distribusi pangan dilaksanakan oleh pelaku distribusi
dalam melakukan perdagangan dan jasa pemasaran maka peran pemerintah
adalah memberikan fasilitasi dalam kebijakan yang mendukung
ketersediaan sarana/prasarana distribusi yang mudah dan murah, serta
pengaturan pola produksi di masing-masing daerah.
d) Potensi masyarakat dan swasta dalam penyediaan sarana/ prasarana
distribusi antara lain jasa, pemasaran, pengangkutan, pengolahan, dan

25
penyimpanan cukup besar dan sangat bervariasi dari yang bersifat individu
berskala kecil, usaha bersama berbentuk koperasi, hingga perusahaan besar,
dan multinasional.
e) Tantangan di dalam perdagangan pangan internasional yang lebih adil
khususnya dalam penerapan proteksi dan promosi perdagangan pangan yang
semakin meningkat akan memberikan dampak yang baik dalam
pendistribusian bahan pangan dalam negeri. Dukungan masyarakat
internasional dalam rangka menurunkan kemiskinan dan kerawanan pangan
secara bersama-sama yang diwujudkan dalam bentuk aliansi antar negara
pada kawasan regional dan internasional dapat memberikan kontribusi
terhadap upaya peningkatan distribusi pangan masyarakat.
f) Tantangan yang dihadapi dalam penyempurnaan sistem standarisasi dan
mutu komoditas pangan serta pelaksanaan perangkat kebijakan yang
memberikan insentif dan lingkungan yang kondusif bagi pelaku pasar akan
meningkatkan potensi dan peluang pengembangan usaha distribusi pangan
yang menjamin stabilitas pasokan pangan di seluruh wilayah dari waktu ke
waktu.
3. Konsumsi dan Keamanan Pangan.
a) Indonesia menempati rangking ke 4 dunia dalam jumlah penduduk, untuk
memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk yang sangat besar tersebut
memerlukan upaya-upaya yang tidak ringan. Namun demikian Indonesia
dengan kekayaaan sumber daya alam serta mega bio diversivity mempunyai
potensi dan peluang sangat besar untuk mengembangkan diversifikasi
pangan.
b) Semakin meningkatnya pengetahuan yang didukung adanya perkembangan
teknologi informatika serta strategi komunikasi public, memberikan peluang
bagi percepatan proses peningkatan kesadaran terhadap pangan yang
beragam, bergizi seimbang dan aman yang diharapkan dapat mengubah pola
pikir dan perilaku konsumsi masyarakat, sehingga mencapai status gizi yang
baik. Meningkatnya pembinaan, penanganan dan pengawasan pada pelaku
usaha di bidang pangan terutama UKM pangan dalam penanganan

26
keamanan pangan, diharapkan dapat meningkatkan penyediaan pangan yang
beragam, bergizi seimbang dan aman.
c) Berbagai kelembagaan di tingkat lokal di kecamatan dan desa dapat menjadi
mitra kerja pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat dalam rangka
gerakan penganekaragaman konsumsi pangan, seperti Posyandu, Balai
Penyuluhan Pertanian, para penyuluh dari berbagai instansi terkait. dan
kelembagaan masyarakat (Tim Penggerak PKK, majelis taklim, dan
sebagainya).

4. Manajemen Ketahanan Pangan


Kemampuan manajemen ketahanan pangan nasional dan daerah, merupakan
pendorong dan penggerak dalam pelaksanaan pemantapan ketahanan pangan
tingkat nasional hingga rumah tangga dan individu. Yang mencakup pada
berbagai hal strategis, antara lain:
1. Jaringan kerjasama dengan instansi terkait pusat dan daerah.
2. Kerjasama dengan swasta dan masyarakat.
3. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan.
4. Penanganan ketahanan pangan kedepan semakin kompleks.

Adapun solusi dalam memenuhi ketahanan pangan antara lain setiap pemerintah
selayaknya berusaha agar tidak ada yang kelaparan. Pemerintah pusat dapat
membuat kebijakan yang menganjurkan pemanfaatan lahan untuk usahatani
keluarga, perlindungan terhadap polusi lahan pertanian, membuat kredit ringan
bagi petani, dan membantu petani mengatasi masalahnya.
Sebagian pemerintah pusat menawarkan subsidi (dana untuk mendukung
petani, konsumen makanan, atau keduanya) sebagai suatu cara untuk
memperbaiki ketahanan pangan.Jenis-jenis subsidi antara lain dukungan harga
untuk membantu petani dengan cara menetapkan harga pasar yang lebih tinggi
untuk bahan pangan yang mereka hasilkan, dan pengendalian harga bagi pembeli
makanan (konsumen) agar harga-harga makanan pokok terjangkau.

27
Tetapi dengan atau tanpa bantuan pemerintah, ada banyak cara yang dapat
dilakukan orang untuk meningkatkan ketahanan pangan masyarakat. Dari
menanami sebuah kebun kecil sampai mengelola sebuah pasar bagi para petani,
perubahan yang mengarah pada peningkatan ketahanan pangan sering dapat
memberi hasil yang cepat dan memotivasi orang untuk berbuat lebih banyak.
Ketahanan pangan masyarakat harus diprogram dalam proyek pangan masyarakat.
Ketahanan pangan lebih kuat bila makanan dihasilkan dan didistribusi
secara lokal. Makanan yang ditanam dilokasi juga akan lebih segar dan karenanya
lebih bergizi. Dengan demikian akan membangun ekonomi setempat karena uang
berputar ke petani dan pengusaha di daerah tersebut. Hal ini membantu
membangun hubungan baik antarwarga, membuat kekerabatan lebih kuat dan
menjadikan tempat yang lebih sehat untuk didiami. Mengingat warga miskin
sering hanya mempunyai sedikit tanah dan beberapa pasar bahan pangan, maka
memegang kendali atas produksi dan khususnya distribusi pangan merupakan hal
penting bagi mereka.
Solusi yang lain yaitu ada beberapa proyek meningkatkan produksi pangan
masyarakat antara lain :
(1). Cara-cara meningkatkan produksi pangan masyarakat
Kebanyakan proyek masyarakat dapat dimulai dengan sedikit tanah dan
uang, dan membantu warga mendapatkan lebih banyak makanan segar.
(1) Kebun keluarga. Dapat menambah buah dan sayuran sehat dalam menu
makan keluarga.
(2) Kebun sekolah. Dapat memberikan makanan segar untuk anak-anak dan
mengusahakan agar anak-anak tetap bersekolah dengan cara memberikan
makanan.Dan mereka mengajarkan anak-anak cara bertani agar
pengetahuan penting ini tetap dipertahankan!
(3) Kebun warga. Dapat memberikan makanan dan tempat bagi orang untuk
berkumpul, meski jika mereka tidak mempunyai lahan.Kebun warga dapat
pula membantu orang untuk belajar tentang produksi bahan pangan,
mengembangkan ketrampilan, dan memulai usaha baru seperti rumah

28
makan dan pasar.Bahkan kebun yang kecil pun dapat membuat perbedaan
besar pada ketahanan pangan.
(4) Warga pendukung pertanian. Ketika para petani menjual bahan pangan
mereka langsung ke konsumen.Warga membayar kepada petani sebelum
tanaman ditanam, dan kemudian menerima buah-buah segar, sayuran dan
makanan lain setiap minggu sepanjang musim panen.Dengan membuat
investasi ini, konsumen sudah membantu para petani tetap bertahan di
lahannya dan tetap dalam usahanya sambil mendapatkan pasokan makanan
bergizi yang dapat diandalkan.
(5) Program penyimpanan benih. Kegiatan ini membantu memastikan bahwa
pasokan benih tradisional tersedia.Benih yang bervariasi adalah dasar dari
usahatani yang berkelanjutan dan warga masyarakat yang mampu
memenuhi kebutuhannya sendiri.
(2).Menyediakan makanan sehat dengan harga yang wajar
Saat ini produksi makanan dunia menghasilkan jumlah makanan lebih dari
cukup untuk semua orang, namun tetap saja ada orang yang kelaparan. Hal ini
terjadi antara lain karena harga-harga bahan makanan seringkali lebih tinggi
daripada kemampuan orang untuk membayarnya, dan makanan sehat sering tidak
tersedia bagi masyarakat yang paling miskin. Di sini bantuan pemerintah
diperlukan untuk memastikan harga-harga yang wajar bagi pembeli dan penjual
bahan pangan. Beberapa cara yang dilakukan masyarakat lokal agar makanan
sehat tersedia dengan harga yang wajar antara lain sebagai berikut.
(1) Pasar tani. Petani langsung menjual pada konsumen akan mengurangi
biaya transportasi dan tidak memerlukan pedagang perantara sehingga
petani mendapat penghasilan lebih dan konsumen membayar lebih
murah.Pasar tani juga memungkinkan konsumen bertemu langsung dan
berbicara dengan mereka yang menanam makanan mereka.Hal ini
membantu petani menjajaki apa yang dibutuhkan konsumen dan juga
membantu konsumen mengetahui apa yang dilakukan petani untuk
menghasilkan makanan mereka.

29
(2) Koperasi bahan pangan. Ini adalah pasar yang sebagian atau seluruhnya
dimiliki oleh para pekerja dan mereka yang membeli bahan makanan di
sana. Anggota koperasi membayar sebagian dari belanjaannya dengan
bekerja di koperasi.Kebanyakan koperasi bahan pangan berusaha membeli
dan menjual bahan pangan yang ditanam di daerah tersebut.
(3).Penyimpanan bahan pangan yang aman
Penyimpanan bahan pangan yang aman sama pentingnya dengan
kemampuan bertani tanaman pangan atau mempunyai akses pada makanan.
Kekeringan, badai, banjir, hama, atau penyakit semuanya dapat membuat sebuah
keluarga atau komunitas tidak punya cukup makanan dan tidak ada bahan pangan
yang bisa dijual. Program penyimpanan bahan pangan warga dapat membantu
mengatasi masalah ini.
Bank pangan adalah tempat di mana makanan dikumpulkan dan diberikan
kepada mereka yang membutuhkan. Bank pangan biasa membantu pada saat
krisis kelaparan.Tetapi karena orang akan tergantung pada mereka, maka bank
semacam ini bukan jalan keluar yang baik untuk ketahanan pangan jangka
panjang. Pada saat suatu wilayah menderita kelaparan, bantuan pangan dari
badan-badan internasional dapat membantu mereka melewati masa krisis.Bantuan
pangan adalah jalan keluar jangka pendek bagi ketahanan pangan, dan tidak
menyelesaikan kebutuhan jangka panjang bagi kedaulatan pangan (food
sovereignty).

RANGKUMAN
Ketahanan pangan menjamin keterpenuhan setiap individu penduduk
Indonesia mendapatkan akses pangan yang berkecukupan. Kedaulatan pangan
menjamin petani Indonesia mampu berproduksi untuk memenuhi
kesejahteraannya. Keduanya harus dilaksanakan secara selaras, karena Ketahanan
pangan yang dibangun berlandaskan kedaulatan pangan adalah penopang
ketahanan bangsa. Ketahanan pangan merupakan suatu sistem yang terintegrasi
dengan subsistem utamanya adalah ketersediaan pangan, distribusi pangan, dan
konsumsi pangan. Dalam ketahanan pangan yang dikaitkan dengan kedaulatan

30
pangan di negara agraris tropis, modal produksi utama adalah lahan. Lahan juga
menjadi aset bagi modal tenaga kerja di sektor pertanian secara turun menurun
dari masa ke masa membentuk suatu kebudayaan agraris.
Untuk mempertahankan ketahanan pangan nasional, sejumlah faktor yang
dianggap berperan penting meliputi (1) lahan, (2) infrastruktur, (3) teknologi dan
sumberdaya manusia, (4) energi, (5) dana, (6) lingkungan fisik, (7) relasi kerja,
dan (8) ketersediaan input lainnya. Untuk indikator ketahanan pangan rumah
tangga yang kadang dijadikan sebagai unit terendah penaung level individu, dapat
menggunakan informasi (1) cukup, baik jumlah maupun mutunya memenuhi
kecukupan Gizi, (2) aman, (3) beragam, (4) merata, (5) terjangkau, (6) sesuai
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, (7) sehat, aktif, dan produktif, dan (8)
berkelanjutan. Untuk ketahanan pangan masyarakat, perlu dikembangkan proyek
peningkatan produksi pangan masyarakat, menyediakan makanan sehat dengan
harga yang wajar, dan penyimpanan bahan pangan yang aman.

TES FORMATIF

1. Kondisi terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang


tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan
dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat,
aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Pernyataan tersebut adalah definisi
dari :
a. Keamanan pangan
b. Kedaulatan pangan
c. Kemandirian pangan
d. Ketahanan pangan

31
2. Keterkaitan antar beberapa faktor ketahanan pangan meliputi aspek berikut,
kecuali :
a. produksi dan kesehatan
b. konsumsi dan gizi
c. penyimpanan dan pengangkutan
d. kredit dan produksi
3. Lahan wajib ditanami dengan komoditas tertentu yang telah ditentukan oleh
pemerintah, hal ini terjadi pada penguasaan tanah di masa :
a. masa feodal
b. masa kolonial
c. masa liberal
d. masa pasca kemerdekaan
4. Di masa pasca kemerdekaan disahkan undang-undang pokok agraria yang
berisi prinsip berikut, kecuali :
a. Masyarakat berkewajiban melepas hak milik tanah dengan ganti rugi yang
sesuai apabila negara memerlukan
b. Hukum utama hak milik tanah pribadi adalah khusus untuk warga negara
Indonesia
c. Tanah pertanian adalah untuk petani penggarap.
d. Petani-petani yang ekonominya lemah harus dilindungi terhadap mereka
yang kedudukannya lebih kuat.
5. Pertanian tradisional yang dianut masyarakat petani di masa lampau memiliki
ciri-ciri berikut ini, kecuali :
a.sekedar pemenuhan kebutuhan subsisten
b.bermotif mendapatkan status sosial
c.terjadi involusi pertanian
d.jalinan sosial yang kuat
6. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas bagi pemerintah. Oleh
karena itu sektor pangan sangat berkontribusi besar terhadap sektor pertanian.
Penyelesaian masalah dalam pembangunan pertanian pada masa sekarang,
adalah

32
a. meningkatkan kemandirian petani, dengan cara mendistribusikan hasil
pertanianmelaluitengkulak
b. memberikan kesempatan bekerja di kota bagi anggota keluarga petani.
c. alih fungsi lahan pertanian untuk permukiman dan industri
d. intensifikasi pertanian pada lahan yang sempit
7. Negara subtropis ini terdiri dari dua pulau, terletak di selatan khatulistiwa dan
memiliki kesan segar dan indah. Merupakan contoh nyata salah satu negara
yang berhasil memajukan kehidupan petani dan peternak, serta sukses
mengolah berbagai industri yang berkaitan dengan pertanian, peternakan,
perkebunan dan perikanan. Kesuksesan sebagai Negara Pertanian dan
Peternakan semata-mata karena kesadaran masyarakat untuk mencintai
potensi yang dimilikinya, serta didukung oleh kemudahan perizinan usaha.
Hampir 50% komoditas ekspor negara penghasil wool ini berasal dari industri
pertanian yang diekspor ke negara-negara tetangga.
a. Australia
b. Argentina
c. Jepang
d. Selandia Baru
8. Investasi sektor pertanian pangan selalu paling sedikit dalam memperoleh
kredit perbankan karena :
a. fluktuasi harga pangan tinggi
b. pangan merupakan kebutuhan esensial bagi masyarakat
c. proses produksi pertanian relatif lama
d. aset untuk jaminan kredit umumnya bernilai kecil
9. Hal yang menyebabkan suatu rumah tangga memiliki ketahanan pangan
dengan dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi bagi setiap anggota
keluarganya adalah :
a. tersedianya pangan dan lahan
b. tersedianya pangan dan lapangan kerja
c. tersedianya lapangan kerja dan aset perekonomian
d. tersedianya pendapatan dan status sosial

33
10. Ada beberapa proyek meningkatkan produksi pangan masyarakat yang dapat
dilakukan, kecuali :
a.proyek kebun keluarga dan program penyimpanan benih
b.proyek kebun sekolah dan proyek kebun warga
c.proyek kebun warga dan proyek tanaman obat
d.proyek warga pendukung pertanian dan proyek kebun keluarga

DAFTAR PUSTAKA
Badan Ketahanan Pangan Indonesia, 2018. Indeks Ketahanan Pangan Indonesia
2018
Fakih, Mansour; 2002. Revolusi Hijau : Revolusi yang Tidak Memihak Rakyat.
Dalam Jalan Lain, Manifesto Intelektual Organik. Insist Press, Yogyakarta
FAO dan FMFH, 2001. Mencesdaskan Pikiran, Mengatiasi Kelaparan. Dunia
yang Bebas dari Kelaparan. Publishing and Multimedia Service,
Information Division, FAO, Viale delle Terme di Caracalla, 00100 Rome,
Italy
Https://bisnis.tempo.co/read/872715/februari-2017-sektor-pertanian-serap-
banyak-tenaga-kerja; Jumat, 5 Mei 2017 22:39 WIB (2)
Https://bisnis.tempo.co/read/861152/bi-kontribusi-sektor-pertanian-ke-pdb-hanya-
13-persen; Jumat, 31 Maret 2017 00:13 WIB (1)
Https://biz.kompas.com/read/2017/08/24/182441728/sektor-pertanian-beri-
kontribusi-positif-untuk-pertumbuhan-ekonomi-ri; Kamis, 24 Agustus 2017
Jamal, Erizal; Syahyuti, Hurun, Aten M.; 2002. Reforma Agraria dan Masa Depan
Pertanian. Jurnal Litbang Pertanian no. 21(4)
Kano, Hiroyoshi. 1984. “Sistem Pemilikan Tanah dan Masyarakat Desa Di Jawa
Pada Abad XIX”. Dalam Sediono M.P. Tjondronegoro dan Gunawan
Wiradi (Peny.). 1984. Dua Abad Penguasaan Tanah: Pola Penguasaan
Tanah Pertanian di Jawa dari Masa ke Masa. Jakata: Yayasan Obor
Indonesia dan Penerbit PT Gramedia. Hlm 28-85.
Maleha dan Sutanto, Adi; 2006. Kajian Konsep Ketahanan Pangan. Jurnal
Protein Volume 13 nomor 2 Jurusan Peternakan Fakultas Peternakan
Universitas Palangkaraya Kalimantan Tengah dan Universitas
Muhammadiyah Malang
Nugraha, Dimas Aditya; Anggraeni, Septa Dewi; Riskinandini, Riana ; Wibowo,
Nuniek Aprianti; Ismayanti, Agus Herta; 2014. Siapa Mau Bonus? Peluang
Demografi Indonesia.Kementerian Komunikasi Dan Informatika Republik
Indonesia, Direktur Jenderal Informasi Dan Komunikasi Publik, Direktorat
Pengolahan Dan Penyediaan Informasi; Jakarta
Nurdin, Iwan. 2007. Pola Penguasaan Tanah Era Tanam Paksa.
Dalam http://ppijkt.wordpress.com/ (diunduh 2 April 2009)
Ong Hok Ham. 1984. “Perubahan Sosial di Madiun Selama Abad XIX: Pajak dan
Pengaruhnya terhadap Penguasaan Tanah”. Dalam Sediono M.P.

34
Tjondronegoro dan Gunawan Wiradi (Peny.). 1984. Dua Abad Penguasaan
Tanah: Pola Penguasaan Tanah Pertanian di Jawa dari Masa ke Masa.
Jakata: Yayasan Obor Indonesia dan Penerbit PT Gramedia. Hlm. 3-27.
Padmo, Soegijanto. 2000. Landreform dan Gerakan Protes Petani Klaten 1959-
1965. Yogyakarta: Media Pressindo dan Konsorsium Pembaruan Agraria.
Poesponegoro, Marwati Djoned dan Nugroho Notsusanto (et.al). 1984. Sejarah
Nasional Indonesia Jilid IV. Jakara: Balai Pustaka.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 Tentang
Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 Tentang
Ketahanan Pangan Dan Gizi
Prabowo, Hermas E.; 2007. Ketahanan Pangan. Pertarungan Energi dengan
Pangan, Kompas, Teropong, Kamis, 8 November, halaman 33.
Rachman; Handewi P.S.Dan Ariani, Mewa; 2002. Ketahanan Pangan: Konsep,
Pengukuran dan Strategi. Jurnal Fae. Volume 20 No. 1, Juli 2002: 12 – 24
Rahardjo; 2008. Masyarakat Perdesaan di Indonesia. Dalam Geografi Perdesaan
Sebuah Antologi. Ideas dan Preogram Studi Pembangunan Wilayah Fakultas
Geografi UGM, Yogyakarta
Samhadi, Sri Hartati; 2007. Perubahan Iklim. Ketahanan Pangan Terancam,
Kompas, Fokus Pemanasan Global, Sabtu, 1 Desember, halaman 37.
Santosa, Dwi Andreas; 2008, Krisis Pangan 2008, Kompas, Opini, 15 Maret,
halaman 6.
Soemardjan, Selo. 1984. Land Reform di Indonesia. Dalam Dalam Sediono M.P.
Tjondronegoro dan Gunawan Wiradi (Peny.). 1984. Dua Abad Penguasaan
Tanah: Pola Penguasaan Tanah Pertanian di Jawa dari Masa ke Masa.
Jakata: Yayasan Obor Indonesia dan Penerbit PT Gramedia.Hlm. 103-111
Soetrisno; 1997. Konsep dan Kebijaksanaan Ketahanan Pangan dalam Repelita
VII.Makalah disampaikan pada Seminar Pra- WKNPG VI. Jakarta, 26-27
Juni.
Suhardjo; 1996.. Pengertian dan Kerangka Pikir Ketahanan Pangan Rumah
Tangga. Makalah disampaikan pada Lokakarya Ketahanan Pangan Rumah
tangga. Yogyakarta, 26-30 Mei.
Suhartono, 1991. Apanage dan Bekel. Perubahan Sosial di Pedesan Surakarta
1830-1820. Tiara Wacana, Yogyakarta
Sumarwan, U. dan D. Sukandar; 1998. Identifikasi Indikator dan Variabel serta
Kelompok Sasaran dan Wilayah Rawan Pangan Nasional. Jurusan GMSK-
Faperta IPB, UNICEF dan Biro Perencanaan, Departemen Pertanian R.I
Widuri Press, Bogor.
Tambunan, Tulus; 2008. Ketahanan Pangan di Indonesia Inti Permasalahan dan
Alternatif Solusinya. Makalah dipersiapkan untuk Kongres ISEI, Mataram
Tjondronegoro, Sediono; 1990. Revolusi Hijau dan Perubahan Sosial di Pedesaan
Jawa (pp 3-14). Majalah Prisma No. 2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2012 Tentang Pangan
Wahono, F. 2003. Revolusi Hijau : Dari Perangkap Involusi ke Perangkap
Globalisasi. Dalam Neoliberalisme; Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas;
Yogyakarta

35
Wahono, F.2008. Runtuhnya Kedaulatan Pangan Rapuhnya Ketahanan Bangsa.
Basis no 5-6 ahun ke 57; Yogyakarta
Wasino. 2005. Tanah, Desa, dan Penguasa: Sejarah Pemilikan dan Penguasaan
Tanah di Pedesaan Jawa. Semarang: Unnes Press
Yustika, Ahmad Erani, 2008. Masalah Ketahanan Pangan, Kompas, Opini, Rabu,
16 Januari, halaman 6.
Yuswadi, Hary; 2008. Tekanan Struktural, Resistensi, dan Pola Perjuangan
Petani. Dalam Geografi Perdesaan Sebuah Antologi. Ideas dan Preogram
Studi Pembangunan Wilayah Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

1.d
2.b
3.b
4.a
5.d
6.a
7.d
8.d
9.b
10.c

36
Kode : DAR2/Profesional/207/6/2019

Pendalaman Materi : Geografi

Modul 6 :

SUMBER DAYA ALAM

DAN SUMBER DAYA MANUSIA

Kegiatan Belajar 3 :

Pertumbuhan Penduduk Dan Bonus Demografi

Penulis : Dra. Ita Mardiani Zain, M.Kes

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia
2019

i
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
PETUNJUK BELAJAR ....................................................................................... 1
CAPAIAN PEMBELAJARAN ............................................................................ 1
SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN ................................................................... 2
URAIAN MATERI : PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN BONUS
DEMOGRAFI ....................................................................................................... 2
A. SUMBER DATA PENDUDUK ............................................................................ 2
B. Komposisi Penduduk ............................................................................................ 3
C. Pertumbuhan Penduduk .................................................................................... 12
D. Pengertian Fertilitas ........................................................................................... 15
E. Pengukuran Fertilitas ......................................................................................... 16
E.1. Pengukuran Fertilitas Tahunan .......................................................................... 17
E.2. Pengukuran Fertilitas Kumulatif ....................................................................... 19
F. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tinggi Rendahnya Kelahiran ................ 22
G. Pengertian Mortalitas ........................................................................................ 26
H. Pengukuran Mortalitas ...................................................................................... 27
I. Faktor yang mempengaruhi Mortalitas ............................................................. 30
J. Kelangsungan Hidup Anak Mosley dan Chen ................................................. 32
K. Determinan Kematian Ibu ................................................................................. 33
L. Permasalahan Kependudukan ........................................................................... 39
L.1. Jumlah penduduk besar ................................................................................... 39
L.2. Pertumbuhan penduduk yang cepat .................................................................. 41
L.3. Persebaran Penduduk Tidak Merata ................................................................. 42
L.4. Kualitas Penduduk Rendah ............................................................................... 47
L.5. Komposisi penduduk sebagian besar berusia produktif .................................... 52
M. Bonus Demografi................................................................................................ 53
M.1. Pengertian Bonus Demografi .......................................................................... 53
M.2. Prasyarat Terjadi Bonus Demografi ................................................................. 54
M.3. Peluang Bonus Demografi................................................................................ 55
M.4. Tantangan Bonus Demografi ............................................................................ 55
RANGKUMAN ................................................................................................... 59
TES FORMATIF ................................................................................................ 60
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 63

ii
MODUL 6.
SUMBER DAYA ALAM DAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEGIATAN BELAJAR 3 :
PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN BONUS DEMOGRAFI

PENDAHULUAN
Komponen dasar demografi adalah fertilitas, mortalitas, dan migrasi, yang
mempengaruhi perubahan penduduk. Dalam modul ini memuat sumber data
penduduk, komposisi penduduk, angka pertumbuhan penduduk, pengertian
fertilitas, pengukuran fertilitas, faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi
rendahnya fertilitas, mortalitas, pengukuran mortalitas, faktor-faktor yang
mempengaruhi mortalitas, permasalahan kependudukan, dan bonus demografi.
Bagian akhir terdapat tes formatif yang harus dikerjakan. Skor yang diperoleh
dalam mengerjakan soal formatif menggambarkan penguasaan materi pada
Kegiatan Belajar 3. Pertumbuhan Penduduk dan Bonus Demografi.

PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah materi dalam kegiatan belajar (KB-2) ini sebaik-baiknya dengan
cermat
2. Jika diperlukan saudara boleh mencari informasi tambahan sesuai dengan
materi dalam KB-2 ini
3. Setelah membaca kerjakan latihan soal pada bagian akhir KB-2 ini. Saudara
harus mendapatkan skor minimal 70. (minimal 7 soal harus dijawab dengan
benar)
4. Jika Saudara mendapatkan skor kurang dari 70 maka saudara dinyatakan belum
tuntas.
5. Jika belum tuntas dalam belajar modul ini, jangan beralih ke KB berikutnya

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mampu menerapkan teori dan aplikasi materi bidang studi geografi mencakup: (1)
Hakekat dan literasi informasi geografi; (2) Dinamika planet bumi sebagai ruang

1
kehidupan; (3) Indonesia: Sumberdaya dan kebencanaan (4) Karakteristik wilayah
dan pewilayahan (regionalisasi) berdasarkan prinsip dan pendekatan geografi; (5)
Pengelolaan sumberdaya secara efektif dan efisien untuk mendukung
pembangunan berkelanjutan serta mencari solusi masalah lingkungan dan
kebencanaan; (6) Pemanfaatan Teknologi Informasi Geospasial (Pemetaan,
Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi) untuk pembangunan; dan (7)
termasuk advance materials yang dapat menjelaskan aspek “apa” (konten),
“mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” proses serta kegunaannya dalam
kehidupan sehari-hari.

SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN


3.3 Mampu menganalisis Indonesia : Sumber daya dan kebencanaan

URAIAN MATERI : PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN


BONUS DEMOGRAFI

A. SUMBER DATA PENDUDUK


Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki kekayaan alam yang
sangat melimpah, disamping itu jumlah penduduk yang besar dapat dimanfaatkan
sebagai tenaga pembangunan bangsa. Bahkan jumlah penduduk Indonesia
menempati nomer urut keempat. Menurut anda bagaimanakah cara memperoleh
data tersebut?
Jumlah penduduk suatu negara dapat diketahui melalui beberapa cara yaitu
sensus penduduk, survey penduduk dan registrasi penduduk.
1. Sensus Penduduk (cacah jiwa) yaitu penghitungan jumlah penduduk oleh
Pemerintah dalam jangka waktu tertentu secara serentak. Sensus penduduk
dilaksanakan tiap 10 tahun dan dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Pemerintah Indonesia telah melaksanakan sensus penduduk pada tahun 1961,
1971, 1980, 1990, 2000 dan 2010.

2
Sensus penduduk berdasarkan tempat tinggal penduduk ada dua macam yaitu:
1) Sensus De Facto yaitu penghitungan/pencacahan terhadap setiap penduduk
yang berada di suatu wilayah ketika sensus dilaksanakan.
2) Sensus De Yure yaitu penghitungan/pencacahan terhadap penduduk yang
benar-benar bertempat tinggal di wilayah yang dilaksan akan sensus. Jadi
penduduk yang hanya bertamu atau menumpang tidak ikut didata.
Pada saat ini Indonesia menggunakan kedua-duanya.
Sensus Penduduk berdasarkan cara atau metode pelaksanaannya:
1) Metode Canvasser adalah metode yang digunakan dengan cara petugas
mendatangi dan mencatat semua data dari setiap rumah penduduk yang
dikenai sensus pada wilayah sensus.
2) Metode Householder adalah metode yang digunakan dengan cara petugas
mendatangi namun semua data dari setiap rumah penduduk yang dikenai
sensus pada wilayah sensus dicatat sendiri oleh penduduk.
2. Survey penduduk yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah untuk
melakukan penelitian hanya sebagian dari penduduk yang dicacah atau yang
diambil sebagai sampel, materi survey ditekankan pada aspek tertentu misal
survey fertilitas dan mortalitas, dan dapat diadakan kapan saja.
3. Registrasi Penduduk yaitu proses kegiatan pemerintah yang meliputi
pencatatan kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian, perubahan tempat
tinggal dan perubahan pekerjaan secara rutin. Pencatatan dilakukan oleh
badan-badan yang berbeda-beda, misal kelahiran dicatat oleh kantor
pencatatan sipil dan kantor kelurahan, perkawinan dan perceraian dicatat oleh
Departemen Agama dan Kantor Pencatatan Sipil, Migrasi dicatat oleh
departemen Kehakiman, kematian dicatat oleh departemen Kesehatan.

B. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk adalah pengelompokan kependudukan atas dasar
kriteria tertententu. Pengelompokan disesuaikan dengan tujuan tertentu. Misalnya
pengelompokan umur berdasarkan : biologis, social, ekonomi, geografis.

3
Informasi tentang jumlah penduduk serta komposisi penduduk menurut
umur, jenis kelamin, pendidikan, tempat tinggal, pekerjaan dan lain-lain.
Komposisi penduduk penting diketahui terutama untuk mengembangkan
perencanaan pembangunan manusia, baik itu pembangunan ekonomi, sosial,
politik, lingkungan dan lain-lain, yang terkait dengan peningkatan kesejahteraan
manusia.
Kegunaan informasi tentang jumlah penduduk untuk kelompok usia
tertentu penting diketahui agar pembangunan dapat diarahkan sesuai kebutuhan
penduduk sebagai pelaku pembangunan. Keterangan atau informasi tentang
penduduk menurut umur yang terbagi dalam kelompok umur lima tahunan, sangat
penting dan dibutuhkan berkaitan dengan pengembangan kebijakan
kependudukan terutama berkaitan dengan pengembangan sumber daya manusia.
Jumlah penduduk yang besar dapat dipandang sebagai beban sekaligus juga modal
dalam pembangunan.
Dengan mengetahui jumlah dan persentase penduduk di tiap kelompok
umur, dapat diketahui berapa besar penduduk yang berpotensi sebagai beban yaitu
penduduk yang belum produktif (usia 0-14 tahun) termasuk bayi dan anak (usia 0-
4 tahun) dan penduduk yang dianggap kurang produktif (65 tahun ke atas). Juga
dapat dilihat berapa persentase penduduk yang berpotensi sebagai modal dalam
pembangunan yaitu penduduk usia produktif atau yang berusia 15-64 tahun.
Selain itu, dalam pembangunan berwawasan jender, penting juga mengetahui
informasi tentang berapa jumlah penduduk perempuan terutama yang termasuk
dalam kelompok usia reproduksi (usia 15-49 tahun), partisipasi penduduk
perempuan menurut umur dalam pendidikan, dalam pekerjaan dan lain-lain.
Umur penduduk dikelompokkan menjadi tiga yaitu :
- Umur 0 – 14 tahun dinamakan usia muda/usia belum produktif.
- Umur 15 – 64 tahun dinamakan usia dewasa/usia kerja/usia produktif.
- Umur 65 tahun keatas dinamakan usia tua/usia tak produktif/usia jompo.
Sesuai dengan pengelompokkan umur di atas, maka struktur (susunan) penduduk
negara-negara di dunia dibagi 3 yaitu:

4
1. Struktur penduduk muda : bila suatu negara atau wilayah sebagian besar
penduduk usia muda.
2. Struktur penduduk dewasa : bila suatu negara sebagian besar penduduk
berusia dewasa.
3. Struktur penduduk tua : bila suatu negara sebagian besar terdiri penduduk
berusia tua
Struktur umur penduduk dapat diketahui dari : menghitung umur median
dan prosentasi penduduk muda dan tua. Adapun rumus median adalah sebagai
berikut:
N/2 - fx
Umur median = Md = lMd + .i
fMd
Keterangan :
lMd = batas bawah kelompok umur yang mengandung N/2
N = jumlah penduduk
fx = jumlah penduduk kumulatif sampai dengan kelompok umur yang
mengandung N/2
fMd= jumlah penduduk pada kelompok umur dimana terdapat nilai N/2
i = kelas interval umur
Struktur umur penduduk berdasarkan prosentase penduduk muda dan tua,
dikatakan struktur umur penduduk muda jika prosentase penduduk berusia < 15
tahun sebesar > 35 % dan yang berusia > 65 tahun sebesar < 3 %. Dikatakan
struktur umur penduduk tua jika penduduk berusia < 15 tahun sebesar < 35 %
dan yang berusia > 65 tahun sebesar > 15 %.
Berdasarkan komposisi penduduk menurut jenis kelamin, kita dapat
menghitung Sex Ratio. Sex Ratio atau Rasio Jenis Kelamin (RJK) adalah
perbandingan jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan per
100 penduduk perempuan.
Data mengenai rasio jenis kelamin berguna untuk pengembangan
perencanaan pembangunan yang berwawasan gender, terutama yang berkaitan

5
dengan perimbangan pembangunan laki-laki dan perempuan secara adil.
Misalnya, karena adat dan kebiasaan jaman dulu yang lebih mengutamakan
pendidikan laki-laki dibanding perempuan, maka pengembangan pendidikan
berwawasan gender harus memperhitungkan kedua jenis kelamin dengan
mengetahui berapa banyaknya laki-laki dan perempuan dalam umur yang sama.
Informasi tentang rasio jenis kelamin juga penting diketahui oleh para politisi,
terutama untuk meningkatkan keterwakilan perempuan dalam parlemen.
Rumus :

SR= ∑L/∑P XK

SR = sex ratio
∑ L = jumlah penduduk laki-laki di suatu daerah pada suatu waktu
∑ P = jumlah penduduk perempuan di suatu daerah pada suatu waktu
K =100 penduduk perempuan.
Berdasarkan komposisi penduduk menurut umur, kita dapat mengetahui
Dependency Ratio atau Rasio Ketergantungan Rasio Ketergantungan
(Dependency Ratio) adalah perbandingan antara jumlah penduduk berumur 0-14
tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun keatas dibandingkan dengan
jumlah penduduk usia 15-64 tahun.

Penduduk muda berusia di bawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai


penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada
orang tua atau orang lain yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia di
atas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun.
Penduduk usia 15-64 tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah
produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah
penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu
akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis
penduduk dari sisi demografi.

6
Rumus :

P (0 – 14 tahun) + P (65 tahun atau lebih)


DR = ------------------------------------------------------------ x k
P ( 15 – 64 tahun)

Rasio ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni Rasio


Ketergantungan Muda dan Rasio Ketergantungan Tua. Rasio Ketergantungan
Muda adalah perbandingan jumlah penduduk umur 0-14 tahun dengan jumlah
penduduk umur 15 - 64 tahun. Rasio Ketergantungan Tua adalah perbandingan
jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas dengan jumlah penduduk di usia 15-64
tahun.

P (0 – 14 tahun)

DR Muda = ------------------------------------------------------------- x k

P ( 15 – 64 tahun)

P (65 tahun atau lebih)

DR Tua = ------------------------------------------------------------- x k

P ( 15 – 64 tahun)

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin dapat ditampilkan


dalam bentuk grafik yang dinamakan piramida penduduk. Piramida penduduk
adalah cara penyajian lain dari struktur umur penduduk. Dasar piramida penduduk
menunjukkan jumlah penduduk, dan badan piramida penduduk bagian kiri dan
kanan menunjukkan banyaknya penduduk laki-laki dan penduduk perempuan
menurut umur.
Dengan melihat proporsi penduduk laki-laki dan perempuan dalam tiap
kelompok umur pada piramida tersebut, dapat diperoleh gambaran mengenai

7
sejarah perkembangan penduduk masa lalu dan mengenai perkembangan
penduduk masa yang akan datang. Struktur umur penduduk saat ini merupakan
hasil kelahiran, kematian dan migrasi masa lalu. Sebaliknya, struktur umur
penduduk saat ini akan menentukan perkembangan penduduk di masa yang akan
datang.
Dengan melihat gambar piramida penduduk, secara sekilas kita
mengetahui struktur umur penduduk dan implikasinya terhadap tuntutan
pelayanan kebutuhan dasar penduduk (baik balita, remaja, dewasa, laki-laki dan
perempuan, dan lansia) sekaligus melihat potensi tenaga kerja serta
membayangkan kebutuhan akan tambahan kesempatan kerja yang harus
diciptakan.
Bentuk piramida penduduk ada 3 macam yaitu :
1) Piramida penduduk muda berbentuk limas
Piramida ini menggambarkan jumlah penduduk usia muda lebih besar
dibanding usia dewasa. Di waktu yang akan datang jumlah penduduk
bertambah lebih banyak. Jadi penduduk sedang mengalami pertumbuhan.
2) Piramida penduduk stasioner atau tetap berbentuk granat
Bentuk ini menggambarkan jumlah penduduk usia muda seimbang dengan
usia dewasa. Hal ini berarti penduduk dalam keadaan stasioner sehingga
pertambahan penduduk akan tetap diwaktu yang akan datang.
3) Piramida penduduk tua berbentuk batu nisan
Piramida bentuk ini menunjukkan jumlah penduduk usia muda lebih sedikit
bila dibandingkan dengan usia dewasa. Diwaktu yang akan datang jumlah
penduduk mengalami penurunan karena tingkat kelahiran yang rendah dan
kematian yang tinggi

8
Gambar 1. Bentuk piramida

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar,


yakni mencapai angka 237.641.326 jiwa berdasarkan sensus penduduk tahun
2010, serta sekitar 266,91 juta jiwa di tahun 2019. Dengan jumlah penduduk yang
demikian besar, Indonesia bisa mendapatkan manfaat yang besar, tapi sekaligus
angka penduduk yang besar ini juga bisa menjadi masalah.
Manfaat jumlah penduduk yang besar antara lain berupa : ketersediaan
tenaga kerja untuk mengolah sumber daya alam lebih banyak; sumber tenaga
dapat dimanfaatkan dalam melaksanakan pembangunan lebih banyak; penduduk
dapat ikut mempertahankan keutuhan negara dari ancaman negara atau bangsa
lain. Dapat dikatakan bahwa jumlah penduduk besar ini adalah modal dasar dari
pembangunan. Hanya saja, hal ini berlaku ketika sumber daya manusia yang ada
memiliki kualitas yang memadai. Apabila sumber daya manusia yang berkualitas
jumlahnya terbatas, maka jumlah penduduk yang banyak ini justru bisa menjadi
kendala dalam proses pembangunan.
Penduduk juga merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi
(engine of growth). Penduduk sebagai sumber pertumbuhan dapat diartikan
dua hal, yaitu sebagai konsumen dan sebagai produsen atau pelaku aktif
pembangunan. Dengan jumlah penduduk yang relatif besar, penduduk
Indonesia menjadi salah satu konsumen terbesar di dunia. Secara nasional,
konsumsi masyarakat memberikan kontribusi terbesar dalam pertumbuhan

9
ekonomi. Sebagai pelaku pembangunan, perubahan struktur penduduk
merupakan peluang untuk memanfaatkan penduduk usia produktif untuk
berkontribusi dalam menjalankan roda pembangunan.

Jumlah penduduk yang besar ini dapat menimbulkan masalah terutama


dalam hal sosial ekonomi antara lain upaya penyediaan kebutuhan hidup
penduduk secara layak, seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan
serta fasilitas sosial lain yang harus lebih besar; persaingan dunia kerja yang ketat,
sehingga lapangan kerja jadi lebih sempit, dalam arti penyediaan lapangan kerja
harus lebih luas; penyediaan jaminan keamanan, ketentraman serta kesejahteraan
yang harus tinggi; kebutuhan akan berbagai fasilitas sosial meningkat; angka
pengangguran meningkat, terutama bagi mereka yang tidak mampu bersaing
dalam dunia kerja; angka kriminalitas yang meningkat.

10
GEO INFO

Jumlah Penduduk Indonesia 2019 Mencapai 267 Juta Jiwa

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/01/04/jumlah-penduduk-indonesia-2019-
mencapai-267-juta-jiwa

Berdasarkan survei penduduk antar sensus (Supas) 2015 jumlah penduduk Indonesia
pada 2019 diproyeksikan mencapai 266,91 juta jiwa. Menurut jenis kelamin, jumlah
tersebut terdiri atas 134 juta jiwa laki-laki dan 132,89 juta jiwa perempuan. Indonesia
saat ini sedang menikmati masa bonus demografi di mana jumlah penduduk usia
produktif lebih banyak dari usia tidak produktif, yakni lebih dari 68% dari total
populasi. Adapun penduduk dengan kelompok umur 0-14 tahun (usia anak-anak)
mencapai 66,17 juta jiwa atau sekitar 24,8% dari total populasi. Kemudian penduduk
kelompok umur 15-64 tahun (usia produktif) sebanyak 183,36 juta jiwa atau sebesar
68,7% dan kelompok umur lebih dari 65 tahun (usia sudah tidak produktif) berjumlah
17,37 juta jiwa atau sebesar 6,51% dari total populasi. (Baca Databoks: Jumlah
Penduduk Indonesia akan Mencapai Puncaknya pada 2062) Rasio ketergantungan
(dependency ratio) penduduk Indonesia pada tahun ini mencapai 45,56%. Artinya
setiap 100 orang yang berusia produktif (angkatan kerja) mempunyai tanggungan 46
penduduk tidak produktif (usia 0-14 tahun ditambah usia 65 tahun ke atas). Semakin
tinggi rasio ketergantungan mengindikasikan semakin berat beban yang harus
ditanggung oleh penduduk usia produktif untuk membiayai hidup penduduk tidak
produktif.

11
C. Pertumbuhan Penduduk
Dinamika penduduk yang menunjukkan peningkatan jumlah penduduk
disebut pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk ini tentunya sangat
dipengaruhi oleh kelahiran, kematian, dan migrasi. Kelahiran dan imigrasi akan
menambah pertumbuhan penduduk, sedangkan kematian dan emigrasi akan
mengurangi pertumbuhan penduduk. Pertumbuhan penduduk Indonesia tergolong
tinggi, bahkan Indonesia termasuk dalam 10 negara berpenduduk terbanyak
dimana jumlah penduduk Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini
tentunya mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan berbagai sumber daya
seperti tanah, air, mineral, dan energi. Menyikapi hal tersebut, diperlukan upaya
pengendalian pertumbuhan jumlah penduduk dan pemanfaatan sumber daya alam
yang bijaksana. Angka pertumbuhan penduduk (r) adalah: rata-rata pertumbuhan
penduduk setiap tahun pada periode\waktu tertentu dan biasanya dinyatakan
dengan persen.
Pertumbuhan penduduk, secara umum dapat dibedakan menjadi
pertumbuhan penduduk alami dan penduduk total. Selain itu terdapat angka
pertumbuhan penduduk yang biasanya dihitung dengan jangka waktu waktu 10
tahun. Hasilnya akan menunjukan rata-rata pertambahan penduduk per tahun pada
waktu tertentu dan dinyatakan dengan persen. Ukuran / angka pertumbuhan
penduduk ini dapat dibedakan menjadi pertumbuhan aritmatik, geometri dan
eksponensial.
Pertumbuhan penduduk alami merupakan kenaikan atau penurunan jumlah
penduduk yang diakibatkan oleh selisih jumlah kelahiran dan kematian. Untuk
menghitung kenaikan atau penurunan jumlah penduduk akibat pertumbuhan
penduduk alami digunakan rumus sebagai berikut:
PA = L – M

12
Adapun persentase pertumbuhan penduduk alami dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
L−M
%= x 100 %
PO
Keterangan:
PA = pertumbuhan penduduk alami
L = jumlah kelahiran
M = jumlah kematian
% = persentase pertumbuhan penduduk alami
Pertumbuhan penduduk total merupakan kenaikan atau penurunan jumlah
penduduk yang diakibatkan oleh selisih jumlah kelahiran, kematian, dan migrasi
(imigrasi dan emigrasi). Untuk menghitung kenaikan atau penurunan jumlah
penduduk akibat pertumbuhan penduduk total digunakan rumus sebagai berikut:
P = (L - M) + (I - E )
Adapun persentase pertumbuhan penduduk total dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
(L − M ) + (I − E)
%= x 100 %
P O

Keterangan:
P = Pertumbuhan penduduk
L = jumlah kelahiran
M = jumlah kematian
I = jumlah imigrasi (penduduk yang masuk ke suatu wilayah)
E = jumlah emigrasi (penduduk yang keluar atau meninggalkan
suatu wilayah)
Pertumbuhan penduduk aritmatik, pertumbuhan ini mengasumsikan adanya
jumlah penduduk yang sama setiap tahun, dengan rumus :
Pt = Po (1+rt)
Keterangan :
Pt = jumlah penduduk pada tahun t
Po = jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)
t = jangka waktu dalam tahun
r = angka pertumbuhan penduduk

13
Pertumbuhan penduduk geometrik, padalah pertumbuhan penduduk yang
menggunakan dasar bunga berbunga (bunga majemuk). Pertumbuhan ini
mengasumsikan adanya angka pertumbuhan jumlah penduduk yang sama setiap
tahun, dengan rumus :
Pt = Po (1+rt)

1
𝑃𝑡 𝑡
𝑟 = ( ) −1
𝑃𝑜
Keterangan :
Pt = jumlah penduduk pada tahun t
Po = jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)
t = jangka waktu dalam tahun
r = laju pertumbuhan geometric

Pertumbuhan penduduk eksponensial adalah pertumbuhan penduduk


secara terus menerus setiap hari dengan angka pertumbuhan yang konstan.
Perhitungan ini sama dengan pertumbuhan Geometri tetapi pertambahan
penduduk terjadi setiap saat mengikuti fungsi eksponensial.
Rumus :

1 𝑃
Pt = Po. ert atau 𝑟 = 𝑡 𝑙𝑛 (𝑃𝑡 )
𝑜

Keterangan :
Pt = jumlah penduduk pada tahun t
Po = jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)
t = jangka waktu dalam tahun
r = laju pertumbuhan geometris
e = angka eksponensional (2.718282)

14
Berdasarkan pertumbuhan penduduk eksponensial, kita dapat menghitung waktu
yang diperlukan untuk penduduk menjadi dua kali lipat yang dinamakan
DOUBLING TIME = waktu lipat ganda
rt
• Pt = Po e
rt rt
• 2 Po = Po e 2= e
log 2 = rt log e
t= log 2 / r log e
• t= 0,693/ r atau t = 70 / r

D. Pengertian Fertilitas
Thompson (1953) state fertility the actual reproductive performance of a
woman or group a woman. Jadi fertilitas adalah jumlah kelahiran hidup (Live
birth) dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Atau dengan kata lain fertilitas
adalah kemampuan seorang wanita atau sekelompok wanita untuk memberikan
keturunan yang diukur dengan bayi lahir hidup (hasil nyata). Wanita fertil adalah
wanita yang pernah melahirkan bayi lahir hidup, tetapi wanita yang pernah hamil
belum tentu fertil.
Fecundity denotes the ability to bear a children or physical capacity of
bearing children ( Thomson, 1953). Jadi fecunditas ( kesuburan) adalah lebih
diartikan kepada kemampuan biologis wanita untuk mempunyai anak. Atau
dengan kata lain kemampuan seorang wanita untuk mendapatkan konsepsi.
Ada juga pengertian dari fecundabilitas (fecundability) yaitu kemampuan
seorang wanita untuk bisa haid atau ovulasi. Sedangkan konsep dari reproduksi
dalam demografi, lebih memberikan arti mengenai kemampuan penduduk wanita
untuk berlipat ganda atau menggantikan dirinya (replacement dalam hal fungsi)
Pengertian lahir hidup (live birth) menurut PBB dan WHO adalah
peristiwa keluarnya hasil konsepsi dari rahim seorang ibu tanpa
memandang/melihat usia kehamilan, dan setelah perpisahan/keluar tadi bayi

15
menunjukkan tanda-tanda kehidupan seperti; bernafas, ada denyut jantung atau
denyut tali pusat atau gerakan-gerakan otot, tanpa memandang tali pusat sudah
dipotong/masih melekat pada placenta. Sedangkan pengertian lahir mati adalah
peristiwa menghilangnya tanda-tanda kehidupan dari hasil konsepsi tersebut
keluar dari rahim ibunya tanpa memandang usia kehamilannya. (di dalam
kandungan sudah mati)

E. Pengukuran Fertilitas
Pengukuran fertilitas tidak sesederhana dalam pengkuran mortalitas,
dengan alasan sebagai berikut:
1. Akurasi data, sulit memperoleh data lahir hidup karena banyak bayi-bayi
yang meninggal beberapa saat setelah kelahiran tidak dicatatkan sebagai
peristiwa kelahiran atau kematian dan sering juga dicatatkan sebagai lahir
mati (still bith)
2. Tidak semua wanita mempunyai resiko melahirkan, yang mempunyai resiko
adalah wanita menikah yang usianya usia reproduksi.
3. Kejadian melahirkan seorang wanita dapat berkali-kali dan melibatkan dua
orang suami dan istri, dan akan lebih kompleks jika seorang wanita tersebut
cerai, dan menikah lagi.
4. Budaya mempengaruhi kelahiran terutama yang mendukung kelahiran
misalnya banyak anak banyak rezeki.
Ada dua macam pengukuran fertilitas yaitu pengukuran fertilitas tahunan
dan dan pengukuran fertilitas kumulatif. Pengukuran fertilitas tahunan adalah
mengukur jumlah kelahiran pada tahun tertentu dan dihubungkan dengan jumlah
penduduk yang mempunyai resiko untuk melahirkan pada tahun tertentu.
Pengukuran kumulatif adalah mengukur jumlah rata-rata anak yang dilahirkan
oleh seorang wanita sampai mengakhiri batas usia subur.

16
E.1. Pengukuran Fertilitas Tahunan
a. Tingkat Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate / CBR)
Tingkat kelahiran kasar didefinisikan sebagai jumlah kelahiran hidup pada
suatu daerah pada tahun tertentu tiap 1.000 penduduk pada pertengahan tahun.
CBR = Jumlah Kelahiran pada tahun tertentu x 1.000
Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
= B xk
Pm
(Sumber : Mantra, 2015)

b. Tingkat Fertilitas Umum (General Fertility Rate / GFR)


Pengukuran GFR sama dengan CBR, hanya penyebutnya tidak terdiri dari
seluruh jumlah penduduk tetapi jumlah penduduk wanita dalam usia subur yaitu
wanita yang berumur antara (15 – 44) tahun atau (15 – 49) tahun.
GFR merupakan suatu angka yang menunjukkan jumlah kelahiran per 1.000
perempuan dalam usia produktif ( 15 – 44 dan 15 – 49 tahun) dalam suatu periode
tertentu. Untuk menghitung angka kelahiran ini diperlukan tentang jumlah
penduduk wanita usia reproduktif. Angka fertilitas umum ini lebih cermat dari
pada angka kelahiran kasar (CBR).
GFR = Jumlah kelahiran pada tahun tertentu x 1.000
Jumlah wanita usia 15 – 49 th. pada pertengahan tahun
GFR = B xk
Pf (15 – 49)
(Sumber : Mantra, 2015)

GFR sebagai ukuran fertilitas kurang sempurna, karena kemampuan wanita untuk
melahirkan berbeda-beda sesuai dengan golongan umur mereka. Untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan ini, maka dipergunakanlah ukuran yang lebih sempurna
yaitu tingkat kelahiran umur khusus ( Age Specific Fertility Rate).

17
c. Tingkat Fertilitas Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate / ASFR)
Angka ini menunjukkan banyaknya kelahiran menurut umur dari wanita
yang berada dalam kelompok umur 15 – 19 tahun. Ukuran ini lebih baik daripada
kedua ukuran di atas, karena pengaruh daripada variasi kelompok umur umur
dapat dihilangkan. Oleh karena itu terlihat perbedaan yang nyata mengenai
fertilitas wanita dalam tiap kelompok umur interval lima tahun.
ASFRi = Jumlah kelahiran dari wanita umur i x 1.000
Jumlah wanita kelompok umur i pada pertengahan tahun i

ASFR = Bi xk
Pfi
(Sumber : Mantra, 2015)

Analisa kelompok umur yang berinterval lima tahun ini digunakan sebagai
waktu untuk menghitung angka khusus menurut umur. Yang khas bahwa angka
menurut umur itu rendah atau sedang dalam kelompok umur 15 - 19 tahun, sedang
yang tertinggi dalam kelompok umur 20-an, lalu menurun sedang bagi wanita
umur 30-an. Angka setelah umur 39 tahun biasanya relatif kecil.
Contoh:
Taksiran angka ASFR untuk Jawa Timur tahun 2006-2009 (perhitungan
didasarkan pada data Sensus Penduduk 2010)

18
Tabel 1. Angka Taksiran ASFR Jawa Timur tahun 2010
Gol. Umur Jumlah Wanita Jumlah kelahiran ASFR

3
𝑥1000
2

(1) (2) (3) (4 )

15 – 19 1.490.804 61.123 41

20 – 24 1.490.361 160.958 108

25 – 29 1.591.284 170.267 107

20 – 34 1.515.454 124.267 82

35 – 39 1.531.820 65.868 43

40 – 44 1.489.709 20.856 14

45 – 49 1.339.772 5.359 4

Jumlah ASFR 399

Sumber : Sensus Penduduk 2010 (diolah)


Ukuran-ukuran di atas adalah pengukuran fertilitas tahunan, selanjutnya akan
dibicarakan pengukuran fertilitas kumulatif.

E.2. Pengukuran Fertilitas Kumulatif


a. Tingkat Fertilitas Total (Total fertility Rate / TFR)

TFR adalah jumlah bayi yang akan dilahirkan oleh 1.000 wanita selama
masa suburnya. Dalam praktek biasanya kita mengerjakan hitungan TFR lewat
perhitungan ASFR dengan mengalikan 5 jumlah dari ASFR itu, yang biasanya
ditulis dengan rumus:

19
TFR = 5 x ∑ 𝐴𝑆𝐹𝑅 i
(Sumber : Mantra, 2015)
Misalnya ASFR untuk Jawa Timur tahun 2010 dihitung dari Sensus Penduduk
tahun 2010
Total Fertility Rate (TFR ) = 5 x 399 = 1995, TFR sebesar 1995 per 1.000 wanita
dalam usia reproduksi atau 1,995 untuk seorang wanita,ini berarti dalam masa
reproduksinya seorang wanita itu mempunyai 1 atau 2 orang anak.
b. Gross Reproduction Rate (GFR / Tingkat Reproduksi Kotor)
GFR adalah jumlah kelahiran bayi perempuan oleh sebuah cohort yang
terdiri dari seribu bayi perempuan sepanjang hidupnya tidak ada yang meninggal
sebelum mengakiri masa reproduksinya, dapat dikatakan juga bahwa GRR sama
dengan TFR untuk bayi wanita, yang biasa ditulis dengan rumus :
GFR = 5 x ∑ 𝐴𝑆𝐹𝑅 (Sumber : Mantra, 2015)
Dimana ASFR = ASFR wanita = ASFR fi
Tabel 2. Contoh Angka ASFR untuk menghitung nilai GFR
Umur Jumlah Wanita Jumlah kelahiran ASFR wanita
wanita

(1) (2) (3) (4 = 3/2. K)

15 – 19 3.755 199 52,99

20 – 24 3.675 365 99,32

25 – 29 4.430 366 82,62

20 – 34 3.779 267 70,65

35 – 39 3.303 163 49,35

40 – 44 2.644 61 23,07

45 – 49 1.944 14 7,20

Jumlah ASFRfi = 358,20

20
Sumber : Mantra 2015

Jadi GFR = 5 x 385,20 = 1.926,0


GFR dapat mengukur berapa jumlah wanita yang akan menggantikan cohort
hypothesis dari 1.000 wanita di atas dengan catatan tidak ada wanita yang
meninggal pada masa reproduksinya. Dengan mengabaikan kemungkinan wanita
meninggal pada masa reproduksinya, maka merupakan kelemahan dari GFR.
Karena alasan di atas maka digunakan perhitungan net reproduction rate.

c. Tingkat Repoduksi Bersih (Net Reproduction Rate / NRR)


NRR adalah jumlah kelahiran bayi wanita oleh sebuah cohort hypotetic
dari 1000 wanita dengan memperhitungkan banyak kemungkinan meninggal dari
wanita-wanita tersebut sebelum mengakiri masa reproduksinya. Atau dapat
dikatakan merupakan angka yang menunjukkan rata-rata jumlah anak-anak
perempuan yang dilahirkan oleh seorang wanita selama masa hayatnya, dengan
mengikuti pola fertilitas yang sama seperti ibunya. Cohort adalah sekelompok
penduduk yang dalam perjalanan hidupnya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
sama. Misalnya sebuh cohort terdiri dari seribu bayi perempuan, berapa dari 1000
wanita itu yang meninggal sebelum mencapai umur reproduksinya. Selanjutnya
wanita-wanita yang mencapai umur reproduksinyapun berapa yang meninggal,
misalnya berapa wanita yang hanya berkesempatan mempunyai anak sampai
umur 30 tahun dan seterusnya sampai akhir umur reproduksi sesudah itu
meninggal.
Jadi berapakah besarnya jumlah bayi wanita yang akan menggantikan
cohort wanita diatas sampai akhir masa reproduksinya, dengan memperhatikan
kemungkinan meninggal beberapa anggota cohort tersebut. NRR ini biasa ditulis
dalam bentuk rumus sebagai berikut :
𝑛𝐿𝑋
NRR = ∑(𝐴𝑆𝐹𝑅𝑓 )𝑖 𝑥 ( ) (Sumber : Mantra, 2015)
𝑙0

𝐴𝑆𝐹𝑅𝑓𝑖 = 𝐴𝑆𝐹𝑅𝑓 per 1000 wanita pada kelompok umur tertentu


𝑛𝐿𝑋
= Survival ratio dari lahir hingga mencapai umur tertentu
𝑙0

21
Tabel 3. Contoh perhitungan tingkat reproduksi bersih ( NRR )
Umur ASFR 𝑛𝐿𝑋 Kelahiran wanita tiap 1000
𝑙0 wanita untuk periode 5 tahun

(2 x 3 )

(1) (2) (3) (4)

15 – 19 52,99 3,79868 201,29

20 – 24 99,32 3,70775 386,25

25 – 29 82,62 3,59285 296,84

20 – 34 70,65 3,46825 245,03

35 – 39 49,35 3,34528 165,09

40 – 44 23,07 3,21670 74,21

45 – 49 7,20 3,07288 22,12

Jumlah 1.390,83

NRR = 1268, ini berarti bahwa dalam satu generasi yang akan datang 1.000
wanita akan diganti oleh 1.390,83 bagi wanita.

F. Faktor-faktor yang mempengaruhi Tinggi Rendahnya


Kelahiran
Menurut Ida Bagoes Mantra (2015), faktor-faktor yang mempengaruhi
tinggi rendahnya fertilitas dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor demografi dan
faktor non demografi.
Faktor Demografi adalah struktur atau komposisi umur,

22
status perkawinan, umur kawin pertama, lama perkawinan, paritas, disrupsi
perkawinan, fekunditas, dan proporsi penduduk yang kawin. Faktor Non
Demografi antara lain, keadaan ekonomi penduduk, tingkat pendidikan, perbaikan
status perempuan, urbanisasi dan industrialisasi.
Menurut Davis dan Blake dalam Mantra (2015) faktor-faktor sosial,
ekonomi dan budaya yang mempengaruhi fertilitas akan melalui “variabel antara”.
Ada 11 variabel antara yang mempengaruhi fertilitas, yang masing-masing
dikelompokkan dalam tiga tahap proses reproduksi sebagai berikut:
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya hubungan kelamin (intercouse
variables) adalah
1. Umur mulai hubungan kelamin
2. Selibat permanen: proporsi wanita yang tidak pernah melakukan hubungan
kelamin
3. Lamanya masa reproduksi yang hilang :
a) Bila kehidupan suami istri cerai atau pisah atau ditinggal pergi oleh
suami
b) Bila kehidupan suami istri berakhir karena suami meninggal dunia

4. Abstinensi / berpantang sukarela


5. Abstinensi / Berpantang karena terpaksa (oleh impotensi, sakit, pisah
sementara)
6. Frekuensi hubungan seksual

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan konsepsi (conception


variables):
1. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak
disengaja
2. Menggunakan atau tidak menggunakan metode kontrasepsi:
a) Menggunakan cara-cara mekanik dan bahan-bahan kimia
b) Menggunakan cara-cara lain

23
3. Kesuburan atau kemandulan yang dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
disengaja (sterilisasi, obat-obatan dan sebagainya)

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan dan kelahiran (gestation


variables)
1. Mortalitas janin yang disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak disengaja
2. Mortalitas janin oleh faktor-faktor yang disengaja

Menurut Davis dan Blake, setiap variabel di atas terdapat pada semua
masyarakat. Masing-masing variabel memiliki pengaruh (nilai) positif dan
negatifnya sendiri-sendiri terhadap fertilitas. Contoh jika pengguguran tidak
dipraktekkan di masyarakat maka variabel tersebut bernilai positif terhadap
fertilitas. Arti lainnya fertilitas dapat meningkat karena tidak ada pengguguran.
Dengan demikian ketidak-adaan variabel tersebut juga suatu masyarakat masing-
masing variabel bernilai negatif atau positif maka angka kelahiran yang
sebenarnya tergantung kepada neraca netto dari nilai semua variabel.
John Bongaarts (1978) mensederhanakan variabel Davis dan Blake, ada
empat variabel antara yang terpenting yang mempengaruhi tinggi rendahnya
fertilitas yaitu : perkawinan atau proporsi wanita yang kawin, pemakaian alat
kontrasepsi, laktasi, dan pengguguran yang disengaja.
Menurut Freedman (1975) mengemukakan bahwa fertilitas dipengaruhi
oleh variable antara dan variabel antara itu sendiri dipengaruhi oleh norma
besarnya keluarga (family norm) dan norma variabel antara itu sendiri.
Selanjutnya norma-norma tentang besarnya keluarga dipengaruhi oleh tingkat
kematian bayi dan anak. Kesemua variabel antara ini dipengaruhi oleh struktur
sosial ekonomi yang ada di masyarakat.
Menurut Leibenstein anak dilihat dari dua aspek yaitu aspek kegunaan
(utility) dan aspek biaya (cost). Kegunaannya adalah memberikan kepuasaan,
dapat memberikan balas jasa ekonomi atau membantu dalam kegiatan berproduksi
serta merupakan sumber yang dapat menghidupi orang tua di masa depan atau

24
sebagai tabungan hari tua. Sedangkan pengeluaran untuk membesarkan anak
adalah biaya dari mempunyai anak tersebut.

L Tingkat F
Mortalitas
I E
Norma
N R
tentang
G besarnya T
Variabel
K I
Antara
U Norma L
tentang
N Variabel I
Antara
G Struktur T
Ekonomi
A A
Program KB
N S

Skema 1. Faktor Yang Mempengaruhi Fertilitas oleh Ronald Freedman

Menurut Becker (1960), menyatakan anak dari sisi ekonomi pada dasarnya
dapat dianggap sebagai barang konsumsi tahan lama (a consumption good,
consumer’s durable) yang mempunyai manfaat (utility) untuk memenuhi
kebutuhan orang tuanya. Orang tua bertindak secara rasionil dalam menentukan
preferensinya terhadap jumlah anak dan barang-barang lainnya yang didasarkan
pada selera, harga dan pendapatannya. Secara ekonomi fertilitas dipengaruhi oleh
pendapatan keluarga, biaya memiliki anak dan selera. Meningkatnya pendapatan
(income) dapat meningkatkan permintaan terhadap anak.

25
GEO INFO

2015-2045: Angka Kematian Terus Naik, Angka Kelahiran Relatif Stabil


https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/07/18/2015-2045-angka-kematian-terus-naik-angka-kelahiran-
relatif-stabil

United Nations Population Fund (UNFPA) Indonesia memproyeksikan jumlah


penduduk Indonesia pada 2019 akan mencapai 266,9 juta jiwa dengan komposisi
134 juta jiwa laki-laki dan 132,8 juta jiwa perempuan. Sementara itu, jumlah
kematian (mortalitas) sebesar 1,6 juta jiwa pada 2019 dan terus menanjak hingga
2045 sebesar 3,2 juta jiwa. Jumlah kelahiran (fertilitas) penduduk Indonesia pada
2019 mencapai 4,4 juta jiwa. Pergerakan angka kelahiran relatif stabil. Jumlah
kelahiran sedikit menurun dari 2015- 2020, setelah itu mulai naik kembali hingga
2029. Pada 2045, jumlah kelahiran diprediksi sebanyak 4,5 juta jiwa.(Baca
Databoks: Jumlah Penduduk Indonesia 269 Juta Jiwa, Terbesar Keempat di Dunia)

G. Pengertian Mortalitas
Menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda
kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
Still birth dan keguguran tidak termasuk dalam pengertian kematian. Perubahan
jumlah kematian (naik turunnya) di tiap daerah tidaklah sama, tergantung pada
berbagai macam faktor keadaan. Besar kecilnya tingkat kematian ini dapat
merupakan petunjuk atau indikator bagi tingkat kesehatan dan tingkat kehidupan
penduduk di suatu wilayah.

Konsep-konsep lain yang terkait dengan pengertian mortalitas adalah:


1. Neo-natal death adalah kematian yang terjadi pada bayi yang belum berumur
satu bulan.

26
2. Lahir mati (still birth) atau yang sering disebut kematian janin (fetal death)
adalah kematian sebelum dikeluarkannya secara lengkap bayi dari ibunya
pada saat dilahurkan tanpa melihat lamanya dalam kandungan.
3. Post neo-natal adalah kematian anak yang berumur antara satu bulan sampai
dengan kurang dari satu tahun.
4. Infant death (kematian bayi) adalah kematian anak sebelum mencapai umur
satu tahun.

H. Pengukuran Mortalitas
a. Tingkat kematian kasar (Crute Death rate/CDR)
Tingkat kematian kasar didefinisikan sebagai banyaknya orang yang
meninggal pada suatu tahun dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun tersebut.
Secara konvensional kita menyatakan tingkat itu untuk tiap 1.000 orang.
Sehingga dapat juga dikatakan bahwa tingkat kematian kasar adalah sebagai
jumlah kematian pada suatu daerah pada tahun tertentu tiap 1.000 penduduk
pada pertengahan tahun. CDR dapat dituliskan dengan rumus:

CDR = Jumlah Kematian pada tahun tertentu X 1.000


Jumlah penduduk pada pertengahan tahun.
Atau:
CDR = D x k (Sumber : Mantra, 2015)
Pm

b. Tingkat Kematian Umur Khusus (Age Specific Death Rate)


Tingkat kematian kasar pengukuran sangat kasar sekali, karena resiko
penduduk pergolongan umur tidak sama. Tingkat kematian pergolongan
penduduk dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: umur, jenis kelamin,
pekerjaan, dan lain-lain.

27
ASDR = Jumlah kematian penduduk umur i- X 1000
Jumlah penduduk pertengahan tahun kelompok umur i-
ASDR = Di Xk (Sumber : Mantra, 2015)

Pi

c. Tingkat Kematian Bayi ( Infant Mortality Rate/ IMR )


Bayi umur 0 – 1 tahun, mempunyai pola kematian tertentu. Angka
kematian bayi tidaklah tersebar merata pada masa tahun pertama dari
kehidupannya. Angka kematian yang tinggi terlihat pada bulan-bulan pertama dari
kehidupan. Misalnya angka kematian di bawah umur 28 hari lebih tinggi dari
angka kematian pada umur 5 bulan, begitu juga untuk bulan-bulan selanjutnya.
Infant mortality rate adalah angka yang menunjukkan banyaknya
kematian bayi yang berumur kurang dari 1 tahun per 1000 kelahiran pada suatu
waktu tertentu, yang biasa ditulis dengan rumus:

IMR = Jumlah kematian bayi (umur kurang 1 tahun) X 1000


Jumlah kelahiran hidup pada tahun tertentu
∑ 𝐷0−1
IMR = ∑𝐵
𝑥𝑘 (Sumber : Mantra, 2015)

Infant Mortality Rate mempuyai hubungan yang erat dengan tingkat


kesehatan masyarakat di suatu daerah. Pada umumnya ada korelasi yang negatif
antara IMR dengan tingkat kesehatan masyarakat suatu daerah. Jadi makin tinggi
tingkat kesehatan masyarakat suatu daerah, maka akan makin rendah angka IMR-
nya. Atau dengan kata lain jika angka kematian bayi (IMR) tinggi di suatu daerah,
maka rendahlah tingkat kesehatan masyarakat di suatu daerah tersebut. Sering
dikatakan bahwa tinggi rendahnya angka IMR di suatu daerah dapat dipakai
sebagai barometer tingkat kesehatan daerah itu.

d. Angka Kematian Balita


Banyaknya kematian anak berumur 0-5 tahun selama satu tahun tertentu per 1.000
anak umur yang sama pada pertengahan tahun.

28
D0 – 4 tahun
AKBa (0- 5 th) = _________ x k (Sumber : BPS.go.id)
P0 - 4 tahun
D0-4thn = jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun pada satu tahun tertentu

P = jumlah penduduk berusia 0-4 tahun pada pertengahan tahun

k = konstanta (1000)

e. Angka Kematian Anak

Banyaknya kematian anak berumur 1-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1.000
anak umur yang sama pada pertengahan tahun.

D1 – 4 tahun
AKA (1- 4 th) = __________ x k (Sumber : BPS.go.id)
P 1-4 tahun

D1- 4 thn = jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun pada satu tahun tertentu

P = jumlah penduduk berusia 1-4 tahun pada pertengahan tahun tertentu

k = konstanta (1000)

e. Angka Kematian Ibu/AKI (Maternal Mortality)

Kematian ibu menurut WHO adalah kematian yang berkaitan dengan


kehamilan dan persalinan oleh sebab apapun, tetapi bukan kecelakaan atau
kelalaian, dan terjadi selama kehamilan sampai dengan 42 hari setelah persalinan
(masa nifas) serta tidak tergantung umur atau letak kehamilan.
Ada 2 ukuran:

1) Maternal mortality rate

2) Maternal mortality ratio

1) Maternal Mortality Rate

MMR = Jumlah kematian ibu pada tahun tertentu x 100.000 (Sumber : WHO)
Jumlah perempuan umur 15-49 tahun tertentu

29
Jumlah perempuan umur 15-49 tahun disebut juga “person years lived exposed to
risk” yaitu jumlah orang yang mempunyai risiko mengalami kematian karena
kehamilan/persalinan (sesuai definisi kematian ibu)

2 ) Maternal Mortality Ratio

Jumlah kematian ibu pada tahun t x 100.000 (Sumber : WHO)

Jumlah kelahiran hidup pada tahun t

I. Faktor yang mempengaruhi Mortalitas


Faktor yang mempengaruhi kematian ada dua faktor, yaitu faktor dari dalam
individu atau faktor dari luar individu. International Classification of
Diseases (ICD) versi 10 tahun 2016 mengklasifikasi penyakit penyebab kematian
penduduk. Daftar sebab kematian dalam Klasifikasi Penyakit Internasional (ICD)
sangat terperinci dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan sebab-
sebab ini ke dalam 22 kelompok. Adapun klasifikasi penyakit penyebab kematian
tersebut adalah :
1. Penyakit infeksi dan parasit tertentu
2. Neoplasma
3. Penyakit darah dan organ pembentuk darah dan gangguan tertentu yang
melibatkan mekanisme kekebalan tubuh
4. Endokrin, nutrisi dan penyakit metabolik
5. Gangguan mental dan perilaku
6. Penyakit pada sistem saraf
7. Penyakit mata dan adneksa
8. Penyakit pada telinga dan proses mastoid
9. Penyakit pada sistem peredaran darah
10. Penyakit pada sistem pernapasan
11. Penyakit pada sistem pencernaan
12. Penyakit pada kulit dan jaringan subkutan

30
13. Penyakit pada sistem muskuloskeletal dan jaringan ikat
14. Penyakit sistem genitourinari
15. Kehamilan, persalinan dan masa nifas
16. Kondisi tertentu yang berasal dari periode perinatal
17. Malformasi kongenital, deformasi dan kelainan kromosom
18. Gejala, tanda dan temuan klinis dan laboratorium yang abnormal, tidak
diklasifikasikan di tempat lain
19. Cedera, keracunan dan beberapa konsekuensi lain dari penyebab
eksternal
20. Penyebab eksternal morbiditas dan mortalitas
21. Faktor yang mempengaruhi status kesehatan dan kontak dengan layanan
kesehatan
22. Kode untuk tujuan khusus misal penyakit baru atau ketahanan terhadap
obat
Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia, disusul
oleh penyakit stroke. Adapun sepuluh penyebab kematian di dunia terlihat pada

Gambar 1. Sepuluh Penyebab Kematian di Dunia (Sumber : WHO)

31
gambar 1, yaitu penyakit jantung, stroke, infeksi pernafasan, paru kronis, kanker
paru, diabet mellitus, alzheimer dan penyakit dimensia, penyakit diare, TBC serta
penyebab kematian yang disebabkan oleh kecelakaan.

J. Kelangsungan Hidup Anak Mosley dan Chen


Mosley dan Chen (1984) membagi variabel-variabel yang berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup anak menjadi dua, yaitu; (1) Variabel yang dianggap
eksogenous atau sosial ekonomi (seperti budaya, sosial, ekonomi, masyarakat, dan
faktor regional) dan; (2) Variabel endogenous atau faktor biomedical (seperti pola
pemberian ASI, kebersihan, sanitasi dan nutrisi).

Determinan Sosial-
Ekonomi

Faktor Pencemaran Kekurangan Kecelakaan


ibu Lingkungan Gizi

Sehat Sakit

Pengendalain Gangguan Kematian


Penyakit Pertumbuhan
Individual ibu

Gambar 2. Kelangsungan Hidup Anak oleh Mosley dan Chen

Penelitian sosial maupun penelitian medis, memberikan kontribusi yang


besar bagi pemahaman mengenai penyebab kematian anak di negara sedang
berkembang. Kunci dari model kelangsungan hidup anak terletak pada identifikasi
sekumpulan variabel yang menyebabkan peningkatan resiko kematian pada anak.

32
Semua determinan sosial dan ekonomi harus melalui variabel antara untuk
dapat mempengaruhi kelangsungan hidup anak. Variabel antara ini
dikelompokkan ke dalam lima kategori :
1. Faktor ibu
1) Umur,
2) Paritas dan
3) Jarak kelahiran.
2. Pencemaran Lingkungan
1) Udara yang merupakan jalur penyebarluasan penyakit pernafasan dan banyak
penyakit
2) Makanan, air, dan jari yang merupakan jalur utama penyebarluasan diare dan
penyakit usus lainnya ;
3) Kulit, tanah dan benda mati yang merupakan jalur infeksi kulit
4) Serangga pembawa penyakit
3. Kekurangan gizi
1) Kalori,
2) Protein, dan
3) Gizi mikro (vitamin dan mineral)
4. Luka kecelakaan
1) Kecelakaan
2) Luka yang disengaja
5. Pengendalian Penyakit Perorangan
1) Tindakan preventif perorangan
2) Perawatan dokter

K. Determinan Kematian Ibu


Ada dua Klasifikasi Kematian Ibu yaitu :
1. Penyebab langsung yaitu kematian ibu yang disebabkan oleh komplikasi
obstetri pada masa hamil, bersalin dan nifas, atau yang disebabkan oleh

33
suatu tindakan yang dilakukan pada masa hamil, bersalin dan nifas, atau
berbagai hal akibat tindakan tersebut.
2. Penyebab tidak langsung yaitu kematian ibu yang disebabkan oleh penyakit
yang bukan komplikasi obstetri, yang berkembang atau bertambah berat
akibat kehamilan atau persalinan.
Mc.Carthy dan Maine (1992) dalam kerangka konsepnya mengemukakan
peran determinan kematian ibu sebagai keadaan atau hal yang melatarbelakangi
dan menjadi penyebab langsung serta tidak langsung dari kematian ibu.
Determinan kematian ibu itu dikelompokkan dalam : Determinan Proksi atau
dekat (proximate determinant), determinan antara (intermediate determinants) dan
determinan kontekstual (contekstual determinants).
1. Determinan Kontekstual/jauh (determinan sosial, ekonomi dan budaya), yaitu

a. Status perempuan dalam keluarga dan masyarakat


Faktor-faktor yang menentukan status perempuan antara lain tingkat
pendidikan (Kecenderungan perempuan yang berpendidikan lebih tinggi
lebih memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya), pekerjaan (ibu
yang bekerja di sektor formal memiliki akses yang lebih baik terhadap
berbagai informasi kesehatan), keberdayaan perempuan (woman
empowerment) yang memungkinkan perempuan lebih aktif dalam
menentukan sikap dan lebih mandiri dalam memutuskan hal terbaik bagi
dirinya, termasuk kesehatannya atau kehamilannya.

b. Status keluarga dalam masyarakat


Jika variabel yang tersebut di atas lebih menekankan pada diri
perempuan sebagai individu, maka variabel berikut ini merupakan
variabel dari keluarga perempuan tersebut. Variabel tersebut antara lain
penghasilan keluarga, kekayaan keluarga, tingkat pendidikan dan status
pekerjaan anggota keluarga, juga dapat berpengaruh terhadap risiko
mengalami kematian ibu.
c. Status Masyarakat

34
Variabel ini meliputi antara lain tingkat kesejahteraan, ketersediaan
sumber daya (misalnya jumlah tenaga kesehatan dan fasilitas pelayanan
kesehatan yang tersedia), serta ketersediaan dan kemudahan transportasi.
Status masyarakat umumnya terkait pula pada tingkat kemakmuran suatu
negara serta besarnya perhatian pemerintah terhadap masalah kesehatan.
2. Determinan Antara, meliputi
a. Status Kesehatan
Faktor-faktor status kesehatan ibu antara lain status gizi, penyakit infeksi
atau parasit, penyakit menahun seperti TBC, penyakit jantung, ginjal dan
riwayat komplikasi obstretri.
b. Status Reproduksi
Faktor-faktor status reproduksi antara lain usia ibu hamil ( usia dibawah
20 tahun dan di atas 35 tahun merupakan usia berisiko untuk hamil dan
melahirkan), jumlah kelahiran (semakin banyak jumlah kelahiran yang
dialami oleh seorang ibu semakin tinggi risikonya untuk mengalami
komplikasi), jarak antara kehamilan, status perkawinan (perempuan
dengan status tidak menikah cenderung kurang memperhatikan kesehatan
diri dan janinnya selama kehamilan dengan tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan, yang akan menyebabkan tidak terdeteksinya
kelainan yang dapat menyebabkan komplikasi)
c. Akses Terhadap Pelayanan Reproduksi
Akses pelayanan, ada dua aspek utama, yaitu ketersediaan dan
keterjangkauan. Ketersediaan adalah tersedianya fasilitas pelayanan
kesehatan dengan jumlah dan kualitas yang memadai. Keterjangkauan
pelayanan kesehatan meliputi jarak, waktu, dan biaya.
d. Perilaku sehat
Berkaitan dengan perilaku penggunaan alat-alat kontrasepsi ( ibu ber KB
akan lebih jarang melahirkan dibandingkan dengan ibu yang tidak
berKB), pemeriksaan kehamilan (ibu yang melakukan pemeriksaan
kehamilan secara teratur akan terdeteksi masalah kesehatan dan
komplikasinya), penolong persalinan (ibu yang ditolong oleh dukun

35
berisiko lebih besar untuk mengalami kematian dibandingkan dengan ibu
yang melahirkan oleh tenaga kesehatan), perilaku menggugurkan
kandungan (ibu yang berusaha menggugurkan kandungannya berisiko
lebih besar untuk mengalami komplikasi)
e. Faktor-faktor lain yang tidak diketahui atau tidak terduga
Ada keadaan yang mungkin terjadi secara tiba-tiba dan tak terduga yang
dapat menyebabkan terjadinya komplikasi selam hamil atau melahirkan.
Beberapa keadaan tersebut terjadi pada saat melahirkan, misalnya
kontraksi uterus yang tidak adekuat, ketuban pecah dini dan persalinan
yang terlambat melebihi 9 bulan.

3. Determinan Proksi, yaitu


a. Kejadian Kehamilan
Perempuan yang hamil mempunyai risiko untuk mengalami komplikasi,
sedangkan perempuan yang tidak hamil tidak mempunyai risiko tersebut.
Program keluarga berencana dapat secara tidak langsung mengurangi
risiko kematian ibu. Efek KB terhadap penurunan AKI berkaitan dengan
TFR. Bila TFR tinggi maka penurunan kematian ibu akan sangat
dipengaruhi oleh keikutsertaan KB. Sebaliknya jika TFR cukup rendah,
maka pelayanan KB tidak lagi berpengaruh terhadap penurunan AKI.
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa angka total kesuburan
(Total Fertility Rate/TFR) ternyata tidak selalu memberikan dampak
yang berarti pada penurunan AKI karena kematian ibu berkaitan pula
dengan faktor-faktor lain, misal kualitas pelayanan kesehatan
b. Komplikasi Kehamilan dan Persalinan
Komplikasi obstetri ini merupakan penyebab langsung kematian ibu,
yaitu perdarahan, infeksi, eklampsia, partus lama, abortus dan rupture
uteri. Intervensi yang ditujukan untuk mengatasi komplikasi obstetri
tersebut merupakan intervensi jangka pendek; yang hasilnya akan dapat
gera terlihat dalam bentuk penurunan AKI.

36
Determinan Konstektual Determinan Antara Determinan Proksi
(Konstextual Determinant) (Intermediate Determinant) (Proximate Determinant)

Status Perempuan dalam Status Kesehatan


keluarga dan masyarakat Gizi, Infeksi, Penyakit Kronik,
Pendidikan, Pekerjaan, Riwayat Komplikasi
Penghasilan,
Pemberdayaan Wanita Kehamilan
Status Reproduksi
Status Keluarga dalam
Umur, Paritas, Status
Masyarakat
Perkawinan
Penghasilan,
Kepemilikan, Komplikasi
Pendidikan, dan Perdarahan,
Akses ke Pelyanan Kesehatan
Pekerjaan Anggota Rumah Lokasi Pelayanan Kesehatan Infeksi,
Tangga Eklamsia,
(KB, Pelayanan Antenatal,
Partus Macet,
Pelayanan Obstetri), Jangkauan
Pelayanan, Kualitas Pelayanan, Ruptura
Uterus
Status Masyarakat Akses Informasi tentang
Kesejahteraan, Pelayanan Kesehatan.
Sumber Daya (nakes, yankes,
transportasi,
Tingkat Kemakmuran Kematian/
Perilaku Sehat
Kecacatan
Penggunaan KB, Pemeriksaan
Antenatal, Penolong Persalinan

Faktor Tak Terduga

Gambar 3. Determinan Kematian Ibu (McCarthy and Maine, 1992)

Maine dan kawan-kawan mengidentifikasi “rantai penyebab” kematian ibu


dan menghubungkannya dengan strategi intervensi yang dikelompokkan dalam 3
kategori yaitu :
a. Mencegah/memperkecil kemungkinan perempuan untuk menjadi hamil.
Pada saat perempuan tidak berada dalam kehamilan, ia tidak mempunyai
risiko kematian ibu. Penurunan angka kesuburan perempuan merupakan
cara yang efektif untuk mencegah kemungkinan menjadi hamil sehingga
menghilangkan risiko kematian akibat kehamilan/persalinan. Keikutsertaan
dalam ber-KB mencegah kematian ibu.
b. Mencegah/Memperkecil kemungkinan perempuan hamil mengalami
komplikasi dalam kehamilan/persalinan.
Banyak analisis menunjukkan bahwa kejadian komplikasi obstetri tidak
dapat di cegah atau diperkirakan sebelumnya, kecuali misalnya induksi

37
abortus yang tidak aman. Dan telah diketahui bahwa kelompok perempuan
tertentu mempunyai risiko yang lebih besar terhadap kematian dari pada
kelompok perempuan lainnya. Analisis juga menunjukkan risiko kematian
ibu terbesar pada kelompok umur di bawah 20 tahun dan di atas 30 tahun.
c. Mencegah/memperkecil kematian perempuan yang mengalami
komplikasi dalam kehamilan/persalinan.
Walaupun kebanyakan komplikasi obstetri tidak dapat dicegah dan
diperkirakan sebelumnya, tidak berarti bahwa komplikasi tersebut tidak
dapat ditangani. Setiap ibu hamil mempunyai risiko untuk mengalami
komplikasi obstetri, maka ibu hamil perlu mempunyai akses terhadap
pelayanan kegawat-daruratan obstetri. Dengan penanganan yang baik,
hampir semua kematian ibu dapat dicegah.

GEO INFO

2010-2035, Angka Kelahiran Turun Sedangkan Angka Kematian Naik


https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2018/03/20/2010-2035-angka-kelahiran-turun-sedangkan-angka-
kematian-naik

Berdasarkan proyeksi penduduk Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)


2010-2035, jumlah penduduk Indonesia 2010 mencapai 238,52 juta. Adapun jumlah
angka kelahiran mencapai 5 juta jiwa sementara angka kematian 1,52 juta jiwa. Sehingga
jumlah penduduk Indonesia pada 2011 bertambah sekitar 3,4 juta jiwa menjadi 242 juta
jiwa.Masih menurut proyeksi tersebut, angka kelahiran terus menunjukkan penurunan
hingga menjadi 4,29 juta jiwa pada 2035, seperti yang terlihat pada grafik di bawah ini.
Sebaliknya, angka kematian mengalami tren kenaikan hingga mencapai 2,68 jiwa pada
2035. Dengan demikian dependency ratio (rasio ketergantungan) penduduk juga turun
menjadi 47,7% pada 2035 dari 50,5% pada 2010.Kesadaran masyarakat terhadap program
Keluarga Berencana (KB), yakni dengan menunda usia pernikahan, mengatur jarak
kelahiran anak, serta membatasi jumlah anak membuat angka kelahiran bayi cenderung
menurun dari tahun ke tahun. Sementara angka kematian justru terlihat meningkat seiring
makin banyaknya penduduk lanjut usia yang tutup usia. Jumlah populasi Indonesia pada
17 tahun yang akan datang diproyeksikan berjumlah 305,7 juta jiwa.(Baca Databoks:
Berapa Jumlah Penduduk Jakarta?)

38
L. Permasalahan Kependudukan
Permasalahan kependudukan di Indonesia adalah masalah kuantitas dan
kualitas penduduk. Adapun masalah-masalah kependudukan tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Jumlah penduduk besar


2. Pertumbuhan penduduk cepat.
3. Persebaran penduduk tidak merata.
4. Kualitas penduduk rendah.
5. Komposisi penduduk sebagian besar berusia produktif.

L.1. Jumlah penduduk besar


Penduduk dalam suatu negara merupakan faktor terpenting dalam
pelaksanaan pembangunan karena menjadi subyek dan obyek pembangunan.
Penduduk merupakan pusat seluruh kebijakan dan program pembangunan yang
dilakukan. Pembangunan dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan
kesejahteraan penduduk baik kualitas fisik maupun non fisik. Dinamika atau
perubahan jumlah penduduk sangat mempengaruhi dinamika pembangunan

Manfaat dari jumlah penduduk yang besar adalah :

1. Dapat mempertahankan keutuhan Negara dari ancaman yang berasal dari


Negara lain
2. Sebagai sumber daya manusia dalam penyediaan tenaga kerja untuk
mengolah sumber daya alam

Ada permasalahan untuk negara Indonesia yang berpenduduk besar yaitu nomor 4
di dunia yaitu:
1. Pemenuhan kebutuhan hidup masih belum dapat terpenuhi oleh
Pemerintah, karena kemampuan pemerintah masih terbatas. Pemerintah
seharusnya dapat menjamin terpenuhi kebutuhan hidup penduduk yang
besar. Sebagai akibatnya masih ada penduduk yang kekurangan gizi
makanan, timbulnya permukiman kumuh, kerusakan lingkungan,

39
kerawanan pangan, kelangkaan sumber daya, kemiskinan, serta konflik
sosial.
2. Penyediaan lapangan kerja, sarana, dan prasarana kesehatan, pendidikan
serta fasilitas sosial lainnya masih banyak yang kurang, karena dana yang
terbatas. Pemerintah seharusnya dapat dapat menyediakan itu semua.
Maka peran serta sektor swasta perlu digalakkan untuk mengatasi masalah
ini, seperti pembangunan pabrik/industri, sekolah swasta, rumah sakit
swasta dan lain-lain.
Menurut proyeksi penduduk, diperkirakan jumlah penduduk Indonesia
akan terus naik. Penduduk Indonesia sampai 2050 adalah 309 – 330 juta, masih
menjadi negara ke 6 dengan penduduk terbesar dunia, seperti yang terlihat pada
gambar 1 di bawah ini.

Tahun
Tahun 2050
2025 309 - 330 1,69
270 juta juta M
(BPS 2008) 1,31
M
433
Jt
Tahun
2010 423
237 Jt
312
juta
Jt
309
Jt

Gambar 1. Proyeksi Penduduk Indonesia Tahun 2050 (Sumber : UN, INED)

Menurut Sensus Penduduk tahun jumlah penduduk yang besar, yaitu


lansia sebesar 18 juta (7,59%), penduduk angkatan kerja: 151 juta (63.54%), dan
balita dan usia sekolah : 68,6 juta (28.87%). Isu dari jumlah penduduk tersebut di
atas adalah beban tiga kali lipat (Triple Burden) maka beban pada usia lansia,

40
pemerintah harus menyediakan Jaminan sosial dan Pelayanan kesehatan. Untuk
penduduk angkatan kerja, pemerintah harus berusaha meningkatkan pendidikan
dan keterampilan dan Penyediaan lapangan kerja serta program Taskin.
Sedangkan untuk usia muda, pemerintah memperhatikan tingkat pendidikan dan
Kesehatan mereka.

L.2. Pertumbuhan penduduk yang cepat


Pertumbuhan penduduk Indonesia secara nasional masih relatif cepat,
walaupun ada kecenderungan menurun. Antara tahun 1961 – 1971 pertumbuhan
penduduk sebesar 2,1 % pertahun, tahun 1971 – 1980 sebesar 2,32% pertahun,
tahun 1980 – 1990 sebesar 1,98% pertahun, periode 1990 – 2000 sebesar 1,6%
pertahun, periode 2000 - 2010 sebesar 1,49%
Penurunan pertumbuhan penduduk ini cukup menggembirakan, hal ini didukung
oleh pelaksanaan program keluarga berencana di seluruh tanah air.
Keluarga berencana merupakan suatu usaha untuk membatasi jumlah anak dalam
keluarga, demi kesejahteraan keluarga. Program ini setiap keluarga dianjurkan
mempunyai dua anak saja atau merupakan keluarga kecil. Terbentuknya keluarga
kecil diharapkan semua kebutuhan hidup anggota keluarga dapat terpenuhi
sehingga terbentuklah keluarga sejahtera.
Dari uraian tersebut jelaslah bahwa Program Keluarga Berencana mempunyai dua
tujuan pokok yaitu:
a. Menurunkan angka kelahiran agar pertambahan penduduk tidak melebihi
kemampuan peningkatan produksi.
b. Meningkatkan kesehatan ibu dan anak untuk mencapai keluarga sejahtera.

41
Gambar 2. Fertilitas (nulisdanmimpi.wordpress.com)
Adapun dampak Laju Pertumbuhan penduduk Terhadap Lingkungan Hidup antara
lain :
1. Makin berkurangnya lahan produktif dan alih fungsi lahan, seperti sawah/
perkebunan menjadi pemukiman dan kawasan industri.
2. Makin berkurangnya luas hutan konservasi akibat tuntutan pembukaan
areal perkebunan rakyat/swasta

L.3. Persebaran Penduduk Tidak Merata


Persebaran penduduk di Indonesia tidak merata baik persebaran antar
pulau, propinsi, kabupaten maupun antara perkotaan dan pedesaan. Pulau Jawa
dan Madura yang luasnya hanya ±7% dari seluruh wilayah daratan Indonesia,
dihuni 60-70 % penduduk Indonesia.
Perhatikan tabel 1 berikut ini!

Tabel 1. Persebaran Penduduk Indonesia Menurut Pulau (Tahun 1961-2010)


Penduduk (x1.000.000)
Luas
Wil.
No. Pulau 1961 1971 1980 1990 2010

(%)
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %

1. Jawa – 6,9 63,0 65,0 76,1 63,8 91,3 61,9 107,6 60,0 136,6 57,5
Madura

2. Sumatera 24,7 15,7 16,2 20,8 17,5 28,0 19,0 36,5 20,3 50,6 21,3

42
Penduduk (x1.000.000)
Luas
Wil.
No. Pulau 1961 1971 1980 1990 2010

(%)
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %

3. Kalimantan 28,1 4,1 4,2 5,2 4,4 6,7 4,5 9,1 5,1 13,8 5,8

4. Sulawesi 9,9 7,1 7,3 8,5 7,1 10,4 7,1 12,5 7,0 17,3 7,3

5. Pulau-pulau 30,4 7,1 7,3 8,6 7,2 11,1 7,5 13,7 7,6 19,2 8,1
lain
JUMLAH 100,0 97,0 100,0 119,2 100,0 147,5 100,0 179,4 100,0 237,6 100,0

Sumber : https://www.bps.go.id/statictable/2009/02/20/1267/penduduk-indonesia-menurut-
provinsi-1971-1980-1990-1995-2000-dan-2010.html

Perkembangan kepadatan penduduk di Pulau Jawa dan Madura tergolong tinggi


yaitu tahun 1980 sebesar 690 jiwa tiap-tiap kilometer persegi (km2), tahun 1990
menjadi 814 jiwa dan tahun 2010 menjadi 1.055 jiwa per kilo meter persegi
(km2). Jika kondisi ini dibiarkan diperkirakan angka tersebut akan cenderung
meningkat di waktu yang akan datang.
Tabel 2. Kepadatan Penduduk Indonesia Menurut Pulau Tahun 1961-2010
Kepadatan Penduduk Per Kilometer Persegi
No. Pulau
1961 1971 1980 1990 2000 2010

1. Jawa-Madura 476 576 690 814 952 1.055

2. Sumatera 33 44 59 77 90 139

3. Kalimantan 8 10 12 17 21 34

4. Sulawesi 38 45 55 66 78 92

5. Pulau-pulau 12 15 19 23 27 33
lain

Indonesia 51 62 77 93 107 124

Sumber : https://www.bps.go.id/statictable/2014/09/05/1366/luas-daerah-dan-jumlah-pulau-
menurut-provinsi-2002-2016.html

43
Luas lahan pertanian di Jawa semakin sempit, akibat dari tidak meratanya
jumlah penduduk. Lahan bagi petani sebagian dijadikan permukiman dan industri.
Tetapi sebaliknya banyak lahan di luar Jawa yang belum dimanfaatkan secara
optimal karena kurangnya sumber daya manusia. Sebagian besar tanah di luar
Jawa dibiarkan begitu saja tanpa ada kegiatan pertanian. Keadaan demikian
tentunya sangat tidak menguntungkan dalam melaksanakan pembangunan
wilayah dan bagi peningkatan pertahanan keamanan negara.
Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya tingkat migrasi ke pulau Jawa, antara
lain karena pulau Jawa:

1. Sebagai pusat pemerintahan.


2. Banyak tersedia pendidikan berbagai jenjang dan jenis
3. Sebagai pusat kegiatan ekonomi dan industri
4. Mempunyai sarana komunikasi yang baik dan lancer
5. Merupakan daerah yang kaya dengan tanah vulkanis

Gambar 3. Tersedianya lapangan kerja di pulau Jawa merupakan daya tarik bagi
penduduk di luar pulau Jawa. (infonawacita.com)

Persebaran penduduk antara kota dan desa juga tidak merata.


Perpindahan penduduk dari desa ke kota di Indonesia terus mengalami
peningkatan dari waktu ke waktu. Urbanisasi yang terus terjadi menyebabkan
terjadinya pemusatan penduduk di kota yang luas wilayahnya terbatas. Pemusatan

44
penduduk di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Medan dan kota-kota besar
lainnya antara lain dapat menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan hidup
seperti:
1. Pencemaran udara yang berasal dari industry dan asap kendaraan
2. Pencemaran air di sungai-sungai karena pembuangan sampah oleh
masyarakat dan industri
3. Banyak terjadi permukiman liar
4. Permasalahan sosial seperti pencurian, perampokan, pelacuran dan lain
sebagainya.
Pemusatan penduduk mempunyai dampak yang cukup besar, maka perlu
ada upaya untuk meratakan penyebaran penduduk di tiap-tiap daerah. Upaya-
upaya meratakan penyebaran penduduk antara lain adalah :
1. Pada daerah yang jarang penduduk dan daerah pedesaan diciptakan
lapangan pekerjaan misal didirikan daerah perindustrian.
2. Pemerataan pembangunan di semua daerah.
Persebaran penduduk tidak merata terjadi juga di Irian Jaya dan
Kalimantan. Luas wilayah Irian Jaya 21,99% dari luas Indonesia, tetapi jumlah
penduduknya hanya 0,92% dari seluruh penduduk Indonesia. Pulau Kalimantan
luasnya 28,11% dari luas Indonesia, tetapi jumlah penduduknya hanya 5% dari
jumlah penduduk Indonesia. Salah satu upaya mengatasi persebaran penduduk
yang tidak merata dilaksanakan program transmigrasi.

Tabel 3. Kepadatan Penduduk Per Kilometer Persegi Menurut Propinsi


Tahun 1971, 1980, 1990, 2000, 2010, dan 2017
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
Provinsi
1971 1980 1990 2000 2010 2017
ACEH 36 47 62 68 78 90
SUMATERA UTARA 93 118 145 160 179 195
SUMATERA BARAT 56 68 80 101 116 127
RIAU 17 23 35 45 64 77
JAMBI 22 32 45 48 62 70
SUMATERA SELATAN 33 45 61 68 82 90
BENGKULU 24 36 56 73 86 97

45
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
Provinsi
1971 1980 1990 2000 2010 2017
LAMPUNG 83 139 181 194 220 239
KEP. BANGKA BELITUNG - - - 55 75 87
KEP. RIAU - - - 127 206 254
DKI JAKARTA 7.762 11.023 12.495 12592 14518 15.624
JAWA BARAT 467 593 765 1010 1222 1.358
JAWA TENGAH 640 742 834 952 989 1.044
DI YOGYAKARTA 785 868 919 996 1107 1.200
JAWA TIMUR 532 609 678 727 786 822
BANTEN - - - 838 1106 1.288
BALI 381 444 500 545 676 735
NUSA TENGGARA BARAT 109 135 167 216 243 267
NUSA TENGGARA TIMUR 48 57 68 78 97 109
KALIMANTAN BARAT 14 17 22 27 30 34
KALIMANTAN TENGAH 5 6 9 12 14 17
KALIMANTAN SELATAN 45 55 69 77 94 106
KALIMANTAN TIMUR 4 6 9 12 17 21
KALIMANTAN UTARA - - - - - -
SULAWESI UTARA 90 111 130 144 164 178
SULAWESI TENGAH 13 18 25 35 43 48
SULAWESI SELATAN 71 83 96 153 173 186
SULAWESI TENGGARA 26 34 49 48 59 68
GORONTALO - - - 74 93 104
SULAWESI BARAT - - - 53 69 79
MALUKU 15 19 25 25 33 37
MALUKU UTARA - - - 25 33 38
PAPUA BARAT - - - 5 8 9
PAPUA 2 3 4 5 9 10
INDONESIA 62 77 93 107 124 137.05
Sumber : https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/842 dan

Tujuan pelaksanaan transmigrasi yaitu:


1. Pemerataan persebaran penduduk.
2. Pemerataan pembangunan di seluruh Indonesia.
3. Pemanfaatan sumber daya alam yang merata.
4. Peningkatan taraf hidup masyarakat.
5. Menyediakan lapangan kerja bagi transmigran
6. Meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa.

46
7. Memperkuat pertahanan dan kemananan wilayah Indonesia.
8. Teratasi kemiskinan pada daerah awal transmigrasi
Persebaran yang tidak merata berpengaruh terhadap lingkungan hidup.
Daerah-daerah yang padat penduduknya terjadi eksploitasi sumber alam secara
berlebihan sehingga terganggulah keseimbangan alam. Sebagai contoh adalah
hutan yang terus menyusut karena ditebang untuk dijadikan lahan pertanian
maupun pemukiman. Dampak buruk dari berkurangnya luas hutan antara lain
terjadi banjir karena berkurangnya daerah peresapan air hujan, kekeringan, serta
tanah menjadi tandus karena erosi.

Gambar 4. Lokasi Transmigrasi di Kalimantan Barat (sinarharapan.net)

L.4. Kualitas Penduduk Rendah


Kualitas penduduk atau mutu sumber daya manusia yaitu tingkat
kemampuan penduduk dalam mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam
yang tersedia untuk meningkatkan kesejahteraannya. Mutu sumber daya manusia
pada suatu negara dapat dilihat dari tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan
tingkat kesehatannya. Bagaimana dengan kualitas penduduk kita ?

47
L.4.1 Tingkat Pendapatan Penduduk

Tingkat pendapatan suatu negara biasanya diukur dari besarnya pendapatan per
kapita. Pendapatan per kapita yaitu pendapatan yang diperoleh rata-rata tiap
penduduk selama satu tahun. Pendapatan itu dihitung dari pendapatan nasional
secara keseluruhan dibagi dengan jumlah penduduk.
Rumus untuk menghitungnya:
PCI = GNP
P
Keterangan : PCI = Perkapita Income (Pendapatan per kapita)
GNP = Gross National Product (Pendapatan Nasioanl Kotor
P = Jumlah Penduduk
Pendapatan perkapita dipakai sebagai indikator ekonomi yang mengukur tingkat
kemakmuran penduduk suatu negara. Pendapatan per kapita dihitung secara
berkala, biasanya 1 tahun. Manfaat dari perhitungan pendapatan per kapita antara
lain sebagai berikut :
a. Sebagai data perbandingan tingkat kesejahteraan suatu Negara dengan Negara lain.
b. Sebagai perbandingan tingkat standar hidup suatu Negara dengan Negara lainnya.
d. Sebagai data untuk mengambil kebijakan di bidang ekonomi.

Tinggi rendahnya pendapatan per kapita penduduk tergantung kepada jumlah


penduduk. Beberapa kemungkinan yang terjadi berkaitan dengan pendapatan per
kapita yaitu:
1. Jika GNP dari jumlah penduduk tetap naik maka pendapatan per kapita akan
turun.
2. Jika GNP tetap, maka pendapatan perkapita akan berkurang.
3. Jika GNP bertambah, maka pendapatan per kapita akan berubah sesuai
dengan perubahan jumlah penduduk.
Keberhasilan pembangunan berimplikasi pada kenaikan pendapatan
perkapita penduduk Indonesia. Tahun 1981 pendapatan perkapita sebesar 530
dollar AS, tahun 1990 sebesar 540 dollar AS, tahun 1996 sebesar 1.041 dollar AS,
tahun 1999 1.110 dollar AS, dan tahun 2016 menjadi 11.220 dollar AS.

48
Walaupun mengalami kenaikan ternyata pendapatan perkapita penduduk
Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain.
Perhatikan tabel 4 berikut ini!
Tabel 4. Pendapatan Perkapita beberapa Negara Tahun 2016
Negara Pendapatan Per Kapita (dollar AS)

Amerika Serikat 58.030

Australia 45.970

Canada 43.420

China 15.500

Indonesia 11.220

Inggris 42.100

Jepang 42.870

Korea Selatan 35.790

Malaysia 26.900

Mexico 17.740

Papua Nugini 2.700

Philipina 9.400

Singapura 85.050

Swiss 63.660

Sumber : https://www.prb.org/international/indicator/gross-national-income/table

Pendapatan perkapita yang masih rendah akan berakibat penduduk tidak


akan mampu memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya, sehingga mencapai
manusia yang sejahtera sangat sulit. Pendapatan per kapita rendah juga berakibat
kemampuan membeli (daya beli) masyarakat rendah, sehingga hasil-hasil industri
harus disesuaikan jenis dan harganya. Hasil industri terlalu mahal akan
mengakibatkan tidak akan terbeli oleh masyarakat. Industri akan sulit berkembang

49
dan mutu hasil industri sulit ditingkatkan.
Penduduk yang mempunyai pendapatan perkapita rendah juga akan
mengakibatkan kemampuan menabung menjadi rendah. Kemampuan menabung
yang rendah, maka pembentukan modal menjadi lambat, sehingga jalannya
pembangunan menjadi tidak lancar. Pinjaman modal dari negara lain perlu dicari
untuk membiayai pembangunan.
Masih rendahnya pendapatan perkapita penduduk Indonesia, antara lain
disebabkan oleh :
1. Pendapatan/penghasilan negara masih rendah, walaupun Indonesia kaya
sumber daya alam tetapi belum mampu diolah semua untuk peningkatan
kesejahteraan penduduk.
2. Jumlah penduduk yang besar dan pertambahan penduduk yang cukup
tinggi setiap tahunnya.
3. Tingkat teknologi penduduk masih rendah sehingga belum mampu
mengolah semua sumber daya alam yang tersedia.
Upaya pemerintah untuk menaikkan pendapatan perkapita, antara lain :
1. Meningkatkan pengolahan dan pengelolaan sumber daya alam yang ada.
2. Meningkatkan kemampuan bidang teknologi agar mampu mengolah
sendiri sumber daya alam yang dimiliki bangsa Indonesia.
3. Memperkecil pertambahan penduduk diantaranya dengan penggalakan
program KB dan peningkatan pendidikan.
4. Memperbanyak hasil produksi baik produksi pertanian, pertambangan,
perindustrian, perdagangan maupun fasilitas jasa (pelayanan)
5. Memperluas lapangan kerja agar jumlah pengangguran tiap tahun selalu
berkurang.

L.4.2 Tingkat Pendidikan Penduduk


Tingkat pendidikan berkaitan erat dengan kemampuan untuk menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi. Bidang pendidikan merupakan kunci utama
kemajuan sebab melalui jalur pendidikan dapat mempercepat proses alih
teknologi dari negara maju dan juga mendorong penemuan teknologi baru.

50
Tingkat pendidikan penduduk yang tinggi memungkinkan penduduk dapat
mengolah sumber daya alam dengan baik sehingga kesejahteraan penduduk
dapat segera diwujudkan.
Menurut Sensus Penduduk tahun 2010 ditunjukkan bahwa tingkat pendidikan
penduduk Indonesia sebagian besar masih rendah. Terlihat pada tabel 5 di bawah
ini bahwa penduduk Indonesia yang berpendidikan SD ke bawah sebesar 58,9 %,
hanya 6,2 % yang yang melanjutkan ke perguruan tinggi.

Tabel 5. Penduduk Indonesia Berumur 5 Tahun Ke Atas dan Pendidikan Tertinggi


Yang Ditamatkan Tahun 2010
Tingkat Pendidikan Tertinggi yang Jumlah Pesentase (%)
Ditamatkan

Tidak/Belum Pernah Sekolah 19.861.216 9,2

Tidak/Belum Tamat SD 41.451.526 19,2

SD/MI/Sederajat 65.661.309 30,5

SLTP/MI/Sederajat 36.304.112 16,9

SLTA/MA/Sederajat 36.375.358 16,9

SM Kejuruan 4.075.004 1,9

DI/DII 1.587.363 0,7

DIII 2.478.409 1,2

DIV/Universitas 665.3047 3,1

S2/S3 512.004 0,2

Tidak terjawab 3.276 0,005

Jumlah 214.962.624 100

Sumber : Sensus Penduduk 2010

51
Salah satu upaya meningkatkan tingkat pendidikan adalah pemerintah
mewajibkan kepada penduduknya untuk wajib belajar 12 tahun.

Gambar 5. Meningkatkan Kualitas Pendidikan (sman2amfoangtimur.sch.id)

L.5. Komposisi penduduk sebagian besar berusia produktif


Penduduk yang berusia 15-64 adalah golongan produktif. Kebutuhan penduduk
usia produktif yang harus disediakan oleh pemerintah yaitu sarana pendidikan,
kesehatan, serta lapangan pekerjaan. Kebutuhan sarana pendidikan, kesehatan,
serta lapangan pekerjaan yang disediakan pemerintah sering tidak seimbang
dengan jumlah penduduk. Pemerintah mewajibkan wajib belajar 12 tahun, serta
terus menggalakkan partisipasi pihak swasta agar bersedia membangun sekolah
yang dapat meningkatkan kualitas kemampuan dan ketrampilan usia produktif.
Pemerintah juga harus mempermudah usia produktif untuk mendapatkan dana
untuk modal usaha. Penduduk yang berusia 15-64 akan menjadi bencana apabila
kualitas penduduk berusia produktif ini tidak disiapkan dengan baik.
Jumlah penduduk yang besar dalam suatu negara dengan kualitas yang
rendah, merupakan beban atau tanggungan bagi pemerintah. Setiap negara selalu
mengupayakan peningkatan kualitas penduduknya. Salah satu cara meningkatkan
kualitas sumber daya manusia adalah meningkatkan kemampuan dan
keterampilan kerja yang akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup.

52
M. Bonus Demografi
M.1. Pengertian Bonus Demografi
Menurut Wongboonsin dalam Fasli Jalal, yang dimaksud dengan bonus
demografi adalah keuntungan ekonomis disebabkan menurunnya Rasio
Ketergantungan sebagai hasil penurunan fertilitas jangka panjang (Wongboonsin,
dkk. 2003). Bonus Demografi merupakan salah satu perubahan dinamika
demografi yang terjadi karena adanya perubahan struktur penduduk menurut
umur.
Parameter yang digunakan dalam menilai fenomena Bonus Demografi
dinilai dengan menggunakan Dependency Ratio atau Rasio Ketergantungan, yaitu
merupakan rasio yang menggambarkan perbandingan antara jumlah penduduk
usia nonproduktif (kurang dari 15 tahun dan diatas 64 tahun) dan penduduk usia
produktif (15 – 64 tahun). Angka Rasio Ketergantungan ini menunjukkan beban
tanggungan penduduk usia produktif terhadap penduduk usia non produktif. Pada
saat angka rasio ketergantungan rendah, kondisi ini memperlihatkan bahwa
penduduk usia produktif hanya menanggung sedikit penduduk usia nonproduktif.
Angka rasio ketergantungan yang rendah akan berimplikasi pada
perekonomian negara yang dapat dijadikan sebagai sebuah kesempatan untuk
meningkatkan produktifitas sebuah negara. Kondisi ini dapat menjadi sumber
pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan sumber daya manusia yang produktif
yang akan mampu menghasilkan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi dan meningkatkan tabungan mereka yang pada akhirnya dapat
dimobilisasi menjadi investasi (Maryati, 2015).
Jadi teori Bonus Demografi pada dasarnya merupakan sebuah teori yang
menghubungkan antara dinamika kependudukan dengan ekonomi. Semakin
sedikit jumlah usia nonproduktif yang harus ditanggung oleh penduduk usia
produktif akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Idealnya
pertumbuhan ekonomi secara maksimalakan terjadi pada saat Rasio
Ketergantungan berada di bawah angka 50.Kondisi ini juga disebut sebagai the
window of opportunity (jendela kesempatan) (KOMINFO, 2015).
Bonus demografi dalam istilah bahasa Inggris, lebih sering disebut

53
demographic deviden, yang menurut Population Reference Bureau (PRB)
didefinisikan sebagai percepatan pertumbuhan ekonomi yang disebabkan karena
penurunan angka kematian dan kesuburan suatu negara (usia produktif lebih
mendominasi) yang selanjutnya mengubah struktur usia penduduk. Bonus
demografi dapat dikatakan “bonus” jika usia produktif di satu Negara benar-benar
produktif sehingga akselerasi pertumbuhan ekonomi Negara tersebut dapat terjadi.
Bonus demografi yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya
proporsi penduduk produktif (rentang usia 15-64 tahun) dalam evolusi
kependudukan yang dialaminya. Tahun 2020-2035, Indonesia diperkirakan akan
memiliki dependency ratio sebesar 0,4-0,5 yang berarti setiap 100 orang
penduduk usia produktif hanya menanggung 40-50 orang penduduk usia non
produktif.
Indonesia akan mengalami bonus demografi ini dikarenakan proses transisi
demografi yang berkembang sejak beberapa tahun yang lalu yang dipercepat
dengan keberhasilan program KB menurunkan tingkat fertilitas. Penurunan
kelahiran dalam jangka panjang, akan menurunkan proporsi penduduk muda
sehingga investasi untuk pemenuhan kebutuhannya berkurang dan sumber daya
dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi, peningkatan
kualitas kesejahteraan, kesehatan serta suksesnya program-program pembangunan
lainnya. Bagi Indonesia bonus demografi 2020-2035 merupakan kesempatan
emas sebagai modal dasar bagi peningkatan produktivitas ekonomi dan
pengembangan pasar domestic.

M.2. Prasyarat Terjadi Bonus Demografi


Prasyarat terjadinya bonus demografi antara lain adalah :
1. Proses transisi demografi karena penurunan fertilitas dan mortalitas dalam
jangka panjang;
2. Terjadi perubahan struktur umur penduduk:
a. penurunan fertilitas akan menurunkan proporsi anak-anak
b. penurunan kematian bayi akan meningkatkan jumlah bayi yang terus

54
hidup dan mencapai usia kerja
3. Rasio ketergantungan menurun karena penurunan proporsi penduduk muda
dan peningkatan proporsi penduduk usia kerja.

M.3. Peluang Bonus Demografi


Peluang bonus demografi antara lain adalah :
1. Peningkatan usia produktif disertai meningkatnya pendapatan kelompok usia
produktif. Pada tahun 2003-2010 terjadi kenaikan pengeluaran per kapita kelas
menengah Indonesia sebesar 18,8% (Susenas , 2010).
2. Pertumbuhan usia produktif yang menghasilkan kelas menengah dengan
pendapatan yang meningkat, memberikan kontribusi terhadap peningkatan
Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini dikarenakan golongan masyarakat kelas
menengah membutuhkan ketersediaan konsumsi yang besar.
3. Meningkatnya daya saing bangsa
4. Tumbuhkembangnya karya kreatif dan inovatif oleh pemuda sebagai
kontribusi pembangunan negara
5. Pertumbuhan ekonomi jauh lebih baik, sehingga Indonesia berpeluang menjadi
negara maju

M.4. Tantangan Bonus Demografi


1. Jika tidak mampu memanfaatkan peluang, Indonesia akan mengalami jebakan
kelas menengah, yaitu stagnansi bahkan kemunduran dari kelas menengah
menjadi kelas bawah karena menurunnya kualitas SDM
2. Banyaknya penduduk dengan tingkat pendidikan rendah
3. Pengangguran besar-besaran
4. Produktivitas nasional menurun
5. Penduduk usia muda tergerus oleh “budaya asing”
Pemerintah menetapkan 4 syarat bonus demografi :
1. Penduduk harus terserap dalam pasar kerja
2. Penduduk harus berkualitas
3. Meningkatnya tabungan di tingkat keluarga

55
4. Meningkatnya perempuan yang masuk pasar kerja

Jika prasyarat di atas tidak dapat terpenuhi yang akan terjadi adalah
kebalikan dari bonus demografi (Demographic Dividend) yaitu beban demografi
(Demographic Burden). Jika banyaknya jumlah penduduk produktif yang tidak
dapat terserap oleh pasar kerja akan menjadi beban ekonomi sebuah Negara. Pada
kondisi ini tingkat pengangguran akan tinggi, sehingga penduduk usia kerja yang
tidak memiliki pekerjaan akan menjadi beban bagi penduduk yang bekerja.
Selanjutnya Maryati (2015) memaparkan, jika dilihat dari ratio
dependency, tampak bahwa tingkat ketergantungan penduduk Indonesia
memperlihatkan trend yang menurun, dimana pada tahun 1970an nilai
dependency ratio Indonesia berkisar antara 85-90 per 100 danpada tahun 2000
menurun hingga ke level 54- 55 per 100. Hasil sensus penduduk tahun 2010 juga
memperlihatkan proporsi penduduk usia produktif yang besar dimana mencapai
66 persendari total penduduk Indonesia. Sedangkan jumlah penduduk usia muda
(15-24 tahun) hanya 26,8 persen atau 64 juta jiwa. Besarnya jumlah penduduk
usia produktif tersebut menyebabkan semakin kecilnyanilai angka ketergantungan
menjadi 51.Hal ini berarti 100 penduduk usia produktif menanggung 51 orang
penduduk takproduktif. Menurut United Nations transisi demografi yang terjadi
pada beberapa dekade terakhir di Indonesia akan membuka peluang bagi
Indonesia untuk menikmati bonus demografi (demographic devident) pada
periode tahun 2020-2030.

Gambar 8 .
Transisi Demografi dan Rasio Beban Ketergantungan Indonesia


(Sumber: Adioetomo, 2005)

56
Rekomendasi untuk pemanfaatan bonus demografi difokuskan pada peningkatan
kualitas penduduk antara lain :
1. Menurunkan angka kelahiran, sehingga penduduk usia kerja meningkat.
2. Investasi pendidikan dengan keterampilan dan kompetensi serta etos yang
tinggi untuk penyerapan tenaga kerja.
3. Kecukupan pangan dan gizi serta kesehatan reproduksi agar pekerja sehat
dan produktif.
4. Peningkatan peluang kerja bagi perempuan.
5. Kebijakan ekonomi yang kondusif untuk penciptaan lapangan kerja dan
kredit mikro.
6. Good governance yang kondusif untuk investasi penciptaan lapangan
kerja.

57
GEO INFO

Bonus Demografi di 2020 Jadi Kekuatan Indonesia Genjot Pembangunan

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Bonus Demografi di 2020
Jadi Kekuatan Indonesia Genjot
Pembangunan, https://www.tribunnews.com/nasional/2019/08/22/bonus-demografi-
di-2020-jadi-kekuatan-indonesia-genjot-pembangunan.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Choirul Arifin

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mulai tahun 2020, Indonesia akan masuk
fase bonus demografi ditandai dengan jumlah penduduk usia produktif di rentang 15-
64 tahun yang lebih besar dibandingkan dengan penduduk usia non produktif.
Dosen Jurusan Politik dan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
UGM, AAGN Ari Dwipayana, mengatakan bonus ini merupakan kekuatan Indonesia
menjalankan berbagai program pembangunan.
Namun di sisi lain bonus demografi akan menjadi bencana jika Indonesia gagal
membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul.
"Pembangunan SDM ini sangat penting sebab ke depan Indonesia tidak bisa lagi
mengandalkan diri pada komoditas," ujarnya, kepada wartawan, Kamis (22/8/2019).
Menurut dia, pengembangan kualitas SDM harus menjadi komitmen bersama segenap
bangsa yang diwujudkan dalam prioritas dan fokus utama kerja pemerintah.
Untuk itu, kata dia, pembangunan manusia harus dilakukan mulai dari dalam
kandungan sampai dengan lansia. Untuk melakukan pembangunan manusia, kuncinya
adalah pendidikan. Sebab lompatan kemajuan bangsa bisa dilakukan melalui
pendidikan.
"Indonesia harus keluar dari kutukan sumber daya alam sebab era komoditas sudah
berakhir. Indonesia harus mampu menggeser arah pembangunan ke pembangunan
manusia, mendorong inovasi, dan penguasaan teknologi," tuturnya.
Dia menilai, sektor pendidikan Indonesia menghadapi tantangan. Pendidikan
Indonesia dihadapkan pada tantangan menyediakan bentuk pendidikan yang tidak
hanya tanggap menyiapkan peserta didik kompeten, tetapi memiliki karakter kuat
berakar jati diri bangsa.
"Apalagi kita berhadapan dengan dunia yang berubah dengan begitu cepat dengan
datangnya revolusi industri 4.0," tambahnya.

58
RANGKUMAN

Fertilitas adalah kemampuan seorang wanita atau sekelompok wanita


untuk memberikan keturunan yang diukur dengan bayi lahir hidup (hasil nyata).
Ada dua macam pengukuran fertilitas yaitu pengukuran fertilitas tahunan dan
dan pengukuran fertilitas kumulatif. Menurut Mantra (2015) faktor-faktor yang
mempengaruhi tinggi rendahnya fertilitas dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor
demografi dan faktor non demografi. Menurut Davis dan Blake dalam Mantra
(2015) faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya yang mempengaruhi fertilitas
akan melalui “variabel antara”. John Bongaarts (1978) mensederhanakan variabel
Davis dan Blake, ada empat variabel antara yang terpenting yang mempengaruhi
tinggi rendahnya fertilitas. Menurut Freedman (1975) mengemukakan bahwa
fertilitas dipengaruhi oleh variable antara dan variabel antara itu sendiri
dipengaruhi oleh norma besarnya keluarga (family norm) dan norma variabel
antara itu sendiri. Menurut Freedman mengemukakan bahwa fertilitas dipengaruhi
oleh variable antara dan variabel antara itu sendiri dipengaruhi oleh norma
besarnya keluarga (family norm) dan norma variabel antara itu sendiri. Menurut
Becker (1960), menyatakan anak dari sisi ekonomi pada dasarnya dapat dianggap
sebagai barang konsumsi tahan lama (a consumption good, consumer’s durable)
yang mempunyai manfaat (utility) untuk memenuhi kebutuhan orang tuanya.
Menurut PBB dan WHO, kematian adalah hilangnya semua tanda-tanda
kehidupan secara permanen yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
Pengukuran mortalitas antara lain pengukuran Tingkat Kematian Kasar (CDR),
Tingkat Kematian Umur Khusus (ASDR), Tingkat Kematian Bayi (IMR), Angka
Kematian Anak, Angka Kematian Balita, dan Angka Kematian Ibu. Faktor yang
mempengaruhi kematian ada dua faktor, yaitu faktor dari dalam individu atau
faktor dari luar individu, dan WHO mengklasifikasi penyebab kematian ke dalam
daftar Klasifikasi Penyakit Internasional (ICD) dengan sangat terperinci. Mosley
dan Chen (1984) membagi variabel-variabel yang berpengaruh terhadap
kelangsungan hidup anak menjadi dua, yaitu; (1) Variabel yang dianggap
eksogenous atau sosial ekonomi (seperti budaya, sosial, ekonomi, masyarakat, dan

59
faktor regional) dan; (2) Variabel endogenous atau faktor biomedical (seperti pola
pemberian ASI, kebersihan, sanitasi dan nutrisi). Mc.Carthy dan Maine (1992)
dalam kerangka konsepnya mengemukakan peran determinan kematian ibu
sebagai keadaan atau hal yang melatarbelakangi dan menjadi penyebab langsung
serta tidak langsung dari kematian ibu. Determinan kematian ibu itu
dikelompokkan dalam : Determinan Proksi atau dekat (proximate determinant),
determinan antara (intermediate determinants) dan determinan kontekstual
(contekstual determinants)

Permasalahan kependudukan di Indonesia adalah masalah kuantitas dan


kualitas penduduk. Adapun masalah-masalah kependudukan antara lain jumlah
penduduk yang besar, pertumbuhan penduduk yang cepat, persebaran penduduk
tidak merata, kualitas penduduk yang rendah, komposisi penduduk sebagian besar
berusia muda.

Bonus demografi dalam istilah bahasa Inggris, lebih sering disebut


demographic deviden, yang menurut Population Reference Bureau (PRB)
didefinisikan sebagai percepatan pertumbuhan ekonomi yang disebabkan karena
penurunan angka kematian dan kesuburan suatu negara (usia produktif lebih
mendominasi) yang selanjutnya mengubah struktur usia penduduk

TES FORMATIF
1. Istilah yang tepat untuk menggambarkan kemampuan seorang wanita untuk
mendapatkan kehamilan disebut :
A. Fecunditas
B. Fecundabilitas
C. Fertilitas
D. Reproduksi
E. Birth Rate

60
2. ASFR wanita pada umumnya :
A. Tertinggi pada umur 15–24 dan kemudian turun
B. Tertinggi pada umur 20-29 dan rendah pada 15-19 dan di atas 30 tahun
C. Tertinggi pada umur 25-34 dan terendah pada umur 15-24 dan di atas 35
tahun
D. Relatif konstan selama usia reproduksi
E. Tertinggi pada umur 30-34 dan terendah pada umur 15-24
3. Potensi fisik seorang wanita untuk mempunyai keturunan disebut :
A. Fekunditas
B. Fecundabilitas
C. Fertilitas
D. Reproduksi
E. Sterilitas
4. Menurut John Bongaart, angka fertilitas :
A. berbanding lurus dengan pemakaian kontrasepsi
B. berbanding terbalik dengan proporsi wanita kawin
C. berbanding terbalik dengan rata-rata lama menyusui
D. berbanding lurus dengan kejadian aborsi
E. semua jawaban salah
5. Konsep utility pada teori ekonomi fertilitas melihat anak sebagai :
A. barang konsumsi
B. barang produksi
C. jaminan hari tua
D. barang pinjaman
E. jaminan asuransi
6. Pernyataan berikut ini mengenai kematian bayi, kecuali :
A. Angka Kematian bayi merupakan salah satu indikator derajat kesehatan
bayi dan tingkat sosial ekonomi masyarakat.
B. Merupakan masalah yang utama yang dihadapi pemerintah Indonesia
C. Angka ini dapat diturunkan hanya dengan tindakan medis / kesehatan saja

61
D. Angka Kematian Bayi dapat mencerminkan rata-rata usia harapan hidup
penduduk sejak lahir
E. Di Indonesia angka ini bervariasi menurut propinsi, tempat tinggal, sosial
ekonomi penduduk..
7. . Indikator pembangunan yang digunakan untuk mengukur tingkat pemerataan
hasil pembangunan adalah:
A. PDB/kapita/tahun
B. Indeks pembangunan manusia
C. Indeks gini
D. Tingkat harapan hidup
E. Laju pertumbuhan penduduk
8. Bonus demografi adalah :
A. Semakin tinggi angka Dependency Ratio
B. semakin besar proporsi usia produktif
C. semakin rendah produktivitas ekonomi
D. semakin tinggi usia muda
E. semakin besar penduduk lansia
9. Yang dimaksud dengan angka kematian kasar atau CDR adalah :
A. Jumlah kematian setiap 1.000 penduduk
B. Jumlah kematian bayi pada tahun tertentu
C. Jumlah kematian pada kelompok umur tertentu setiap 1.000 penduduk
D. Jumlah kematian wanita setiap 1000 penduduk
E. Jumlah kematian penduduk yang berumur kurang dari 5 tahun
10. Indikator pembangunan yang digunakan untuk mengukur tingkat pemerataan
hasil pembangunan adalah:
a. PDB/kapita/tahun
b. Indeks pembangunan manusia
c. Indeks gini
d. Tingkat harapan hidup
e. Laju pertumbuhan penduduk

62
DAFTAR PUSTAKA

Adioetomo, & Moertiningsih, S, 2005, Bonus Demografi. Menjelaskan


Hubungan Antara Pertumbuhan Penduduk Dengan Pertumbuhan Ekonomi.
Pidato Disampaikan pada Upacara Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap
Dalam Bidang Ekonomi Kependudukan pada Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia, Jakarta.

Barclay, George W, 1958, Tecnique of Population Analysis. New York, John


Wiley Sons.

Bongaarts, John, 1978, “A Framework for analysing the proximate determinants


of fertility” Population and Development Review, Vol.4. no. 1 (March), pp.
27 – 45

Carthy Mc, James, Deborah Maine, 1992, “A Framework for Analyzing the
Determinants of Maternal Mortality” Studies in Family Planning Vol. 23, No.
1 (Jan. – Feb.), pp. 23-33

Donald.J Bogue, 1969: Principles of Demography. John Wiley and Sons. Inc,
New York

Freedman, Ronald, 1975, The Sociology of Human Ferlity, New York, Irvington

Jalal, Fasli, 2014, Optimalisasi Pemanfaatan Bonus Demografi.Jakarta: BKKBN


KOMINFO, 2015, Siapa Mau Bonus, Peluang Demografi Indonesia, Jakarta:
KOMINFO.

Lembaga Demografi, 1980, Buku Pegangan Bidang Kependudukan, Jakarta,


Lembaga Demografi FE-UI.

Lucas, David, Peter McDonald, Elspeth Young, and Christable Young, 1982,
Pengantar Kependudukan. Penerjemah Nin Bakde Sumanto, Riningsih Saladi.
Yogyakarta, Gadjah Mada Press, dan PPSK-UGM

Mantra, Ida Bagus, 2015, Demografi Umum, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Maryati, S, 2015, Dinamika Pengangguran Terdidik: Tantangan Menuju Bonus


Demografi di Indonesia. Journal of Economic and Economic Education , 3
(2), 124 - 136.

Mosley, W. Henry, and Lincoln c. Chen, 1983, An Analytical Framework for the
Study of ChildSurvival in Developing Countries, dalam W. Henry and Chen,
Lincoln, eds. Child Survival Strategiesfor Researc. London. Cambridge
University Press

63
Pollard AH, Yusuf Farhat, Pollard GN, 1981, Teknik Demografi.Terjemahan
Rozy Munir, dkk, Bina Aksara, Bandung

Rusli, S., Toersilaningsih, R., Meirida, D., Kurniawan, U. K., & Setiawan, K.
D,2015, Potensi dan Implikasi Bonus Demografi di Provinsi Banten Tahun
2015-2035, Jakarta: Direktorat Analisis Dampak Kependudukan BKKBN.

Shyrock, Hs and Js Siegel, 1976. The Methods and Materials of Demography.


London. Academic Press, Inc

Thomson Waren,S, and David. Lewis, 1958: Population Problem. New York.
Mc.Graw-Hill Book Company.

www.bps.go.id/statictable/2009/02/20/1267/penduduk-indonesia-menurut-
provinsi-1971-1980-1990-1995-2000-dan-2010.html

www.bps.go.id/statictable/2014/09/05/1366/luas-daerah-dan-jumlah-
pulaumenurut-provinsi-2002-2016.html

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF


1. A
2. B
3. C
4. C
5. D
6. C
7. A
8. A
9. A
10. A

64
65
Kode : DAR2/Profesional/207/6/2019

Pendalaman Materi : Geografi

Modul 6 :

SUMBER DAYA ALAM

DAN SUMBER DAYA MANUSIA

Kegiatan Belajar 4 :

Migrasi

Penulis : Dra. Ita Mardiani Zain, M.Kes

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


Republik Indonesia
2019

i
DAFTAR ISI

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN ................................................................... 2
URAIAN MATERI : MIGRASI .......................................................................... 2
A. Pengertian Migrasi ..................................................................................... 2
B. Transisi Mobilitas....................................................................................... 3
C. Jenis-jenis Migrasi ...................................................................................... 5
D. Pengukuran Migrasi ................................................................................ 10
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Migrasi ......................................... 12
F. Urbanisasi .................................................................................................. 19
RANGKUMAN ................................................................................................... 20
TUGAS ................................................................................................................. 20
TES FORMATIF ................................................................................................ 21
TES SUMATIF .................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 29
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF ............................................................. 29

ii
MODUL 6.
SUMBER DAYA ALAM DAN SUMBER DAYA MANUSIA
KEGIATAN BELAJAR 4 : MIGRASI

PENDAHULUAN

Migrasi merupakan bagian dari mobilitas penduduk. Mobilitas penduduk adalah


perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain. Dalam kegiatan belajar
ini memuat pengertian migrasi, transisi mobilitas, jenis-jenis migrasi,
pengukuran migrasi, faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi, dan urbanisasi.
Bagian akhir terdapat tes formatif yang harus dikerjakan. Skor yang diperoleh
dalam mengerjakan soal formatif menggambarkan penguasaan materi pada
Kegiatan Belajar 4. Migrasi.

PETUNJUK BELAJAR
1. Bacalah materi dalam kegiatan belajar (KB-4) ini sebaik-baiknya dengan
cermat
2. Jika diperlukan saudara boleh mencari informasi tambahan sesuai dengan
materi dalam KB-4 ini
3. Setelah membaca kerjakan latihan soal pada bagian akhir KB-4 ini. Saudara
harus mendapatkan skor minimal 70. (minimal 7 soal harus dijawab dengan
benar)
4. Jika Saudara mendapatkan skor kurang dari 70 maka saudara dinyatakan
belum tuntas.
5. Jika belum tuntas dalam belajar kegiatan ini, jangan beralih ke tes sumatif.

CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mampu menerapkan teori dan aplikasi materi bidang studi geografi mencakup:
(1) Hakekat dan literasi informasi geografi; (2) Dinamika planet bumi sebagai

1
ruang kehidupan; (3) Indonesia: Sumberdaya dan kebencanaan (4) Karakteristik
wilayah dan pewilayahan (regionalisasi) berdasarkan prinsip dan pendekatan
geografi; (5) Pengelolaan sumberdaya secara efektif dan efisien untuk
mendukung pembangunan berkelanjutan serta mencari solusi masalah
lingkungan dan kebencanaan; (6) Pemanfaatan Teknologi Informasi Geospasial
(Pemetaan, Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi) untuk
pembangunan; dan (7) termasuk advance materials yang dapat menjelaskan
aspek “apa” (konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” proses serta
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari

SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN


3.3 Mampu menganalisis Indonesia : Sumber daya dan kebencanaan

URAIAN MATERI : MIGRASI


A. Pengertian Migrasi

Menurut Mantra (2015); mobilitas penduduk dapat dibagi menjadi 2


bentuk yaitu mobilitas permanen atau migrasi dan mobilitas non permanen atau
mobilitas sirkuler. Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah lain
dengan maksud untuk menetap di daerah tujuan. Sedangkan migrasi sirkuler
ialah gerak penduduk dari suatu tempat ke tempat lain tanpa ada maksud untuk
menetap. Migrasi sirkuler inipun bermacam macam jenisnya ada yang ulang
alik, periodik, musiman, dan jangka panjang. Migrasi sirkuler dapat terjadi
antara desa desa, desa kota dan kota kota.

Migrasi menurut United Nation adalah sebagai berikut : Migration is a


form geographycal mobility or spatial mobility between one geographycal unit
and another; generally involving a change af residence from the place of origin
to the place destination. ( Migrasi adalah bentuk mobilitas geografis atau
mobilitas spasial antara satu unit geografi dan lainnya; umumnya melibatkan
perubahan tempat tinggal dari tempat asal ke tempat tujuan)
Menurut Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
mendefinisikan sebagai berikut : migrasi adalah perpindahan penduduk dengan

2
tujuan menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas politik atau
negara ataupun batas administratif atau batas bagian dalam suatu negara.
Ada dua dimensi penting yang perlu diperhatikan, yaitu dimensi waktu
dan dimensi daerah. Hingga kini belum ada kesepakatan diantara para ahli dalam
menentukan batas waktu dan daerah. Sebagai contoh dalam Sensus Penduduk
(SP), BPS menggunakan batas waktu yang digunakan enam bulan atau lebih,
sedangkan batas daerah adalah batas propinsi. Jika seseorang sudah pindah
(mungkin tidak menetap) selama kurang dari 3 bulan, maka mereka disebut
kelompok migrasi sirkuler.

B. Transisi Mobilitas

Zeinlinsky (1971) membuat hipotesa transisi mobilitas. Tren transisi


mobilitas ini sejajar dengan tren transisi demografi. Terdapat perubahan pokok
dalam bentuk maupun intensitas mobilitas keruangan pada berbagai tahap
transisi. Ada lima tahap transisi demografi (Mantra, 1993) :

a. Masyarakat tradisional, dimana tingkat fertilitas dan tingkat mortalitas


sama-sama tinggi, sehingga pertumbuhan penduduk rendah;
b. Permulaan Transisi Demografi, dimana tingkat fertilitas tetap bahkan
cenderung naik, dan tingkat mortalitas sudah mulai turun. Hal ini
mengakibatkan tingkat pertumbuhan penduduk meningkat;
c. Akhir Transisi Demografi, dimana tingkat fertilitas dan tingkat mortalitas
menurun dan tingkat pertumbuhan penduduk mulai menurun;
d. Masyarakat modern, dimana tingkat fertilitas dan tingkat mortalitas sama-
sama rendah, sehingga tingkat pertumbuhan penduduk rendah;
e. Masyarakat super modern pada masa yang akan datang, dimana tingkat
fertilitas sudah benar-benar dapat dikontrol, dan tingkat mortalitas rendah
dan stabil.

Negara-negara berkembang sedang mengalami akhir fase II menuju fase


III transisi demografi. Pada fase ini terjadi perembesan/penetrasi modernisasi,
pada masyarakat perkotaan dan masyarakat perdesaan, semuanya
mempengaruhi migrasi. Pertumbuhan penduduk perdesaan yang cepat akan

3
merubah sistem kepemilikan tanah pertanian dan produksi. Mereka mulai
mengeksploitasi tanah pertanian secara intensif yang disebut involusi di bidang
pertanian.

Bagi yang tidak mempunyai tanah pertanian, yang tadinya petani gurem,
maka mereka terdesak keluar dari daerah perdesaan karena mereka berkurang
kesempatan pekerjaan mereka di perdesaan, dengan adanya involusi. Mereka
akan menuju ke kota atau daerah yang jarang penduduknya. Fase ini merupakan
fase pertumbuhan daerah urban.

Pertumbuhan daerah urban semakin cepat meluas dengan adanya pusat-


pusat industri dan pusat-pusat perdagangan baru. Tetapi pusat-pusat ini masih
belum dapat menampung seluruh migran yang masuk, baik dalam menampung
kesempatan kerja maupun perumahan. Maka banyak bermunculan sektor
informal, karena pada umumnya para migran berpendidikan rendah dan tidak
mempunyai modal, dan banyak terjadi daerah yang kumuh.

Zelinsky (1971) berpendapat sulit untuk mengetahui apa yang akan


terjadi jika masyarakat meninggalkan fase II, dari transisi demografi. Tekanan
penduduk semakin meningkat, karena terbatasnya sumber daya alam yang
tersedia. Sistem demografi yang rawan, dengan ciri demografi dan migrasi yang
tidak dapat ditentukan.

Bagi daerah yang berkembang, pusat-pusat kota berfungsi sebagai pusat


proses modernisasi. Dicirikan dengan mobilitas yang tinggi dan pengaturan
kelahiran dan kontrol terhadap kematian. Arus migrasi dan sirkulasi semakin
kompleks, tingkat internal semakin mengecil, tetapi mobilitas sirkuler semakin
meningkat. Mobilitas sirkuler tidak semua bermotifkan ekonomi.

Proses modernisasi yang melanda Negara yang sedang berkembang akan


mengakibatkan komposisi penduduk pada masyarakat semakin heterogen,
sehingga proses migrasi pada individu akan berubah dan akan menunjukkan tren
yang semakin meningkat.

4
C. Jenis-jenis Migrasi

Di dalam membicarakan perpindahan penduduk akan selalu terkait


dengan tempat/wilayah, waktu maupun yang keluar dan yang masuk. Dalam
lingkup tempat mulai dari lingkup administrasi terkecil; Rt/Rw, desa, hingga
perpindahan antar negara. Juga dari sisi waktu, mulai dari satu hari hingga waktu
yang cukup lama.
Mantra menjelaskan ada beberapa bentuk perpindahan tempat (mobilitas)
yaitu :
1. Perubahan tempat yang bersifat rutin, misalnya orang yang pulang balik kerja
(recurrent movement).
2. Perubahan tempat yang tidak bersifat sementara, seperti perpindahan tempat
tinggal bagi para pekerja musiman.
3. Perubahan tempat tinggal dengan tujuan menetap dan tidak kembali ke
tempat semula (non recurrent movement).
Orang yang melakukan migrasi disebut migran. Migran ditinjau dari segi
waktu pencatatan atau sensus ternyata tempat lahir dan tempat tinggal sekarang
(di waktu diadakan pencatatan) serta tempat tinggal sebelumnya di propinsi yang
sama, maka dia bukan seorang migran atau disebut stayer. Berdasarkan tempat
tinggal tersebut, maka migran dapat pula dibagi menjadi beberapa bentuk yaitu :
a. Jika seseorang di waktu diadakan pencatatan ternyata propinsi tempat
lahir dan propinsi tempat tinggal sebelumnya sama sedangkantempt
tinggal sekarang tidak sama, maka dia disebut : Migran Satu Tahap (one
state migrant/primary migration).
b. Jika ternyata propinsi tempat lahir berbeda dengan propinsi tempat
tinggal sebelumnya dan propinsi tempat tinggal sekarang, disebut Migran
beberapa tahap (several stage migrant / secondary migration).
c. Jika seseorang tempat lahir sama dengan propinsi tempat tinggal
sekarang, tetapi tidak sama dengan tempat tinggal sebelumnya, disebut
Migran kembali (return migrant / returnal migration)

5
Contoh :
Jika seseorang yang tempat lahirnya di Salatiga
a. Pada tahun 1990 bertempat tinggal di Salatiga
b. Pada tahun 2000 bertempat tinggal di Yogyakarta
c. Pada tahun 2010 bertempat tinggal di Surabaya
d. Pada tahun 2018 bertempat tinggal di Salatiga
Maka dia disebut :
1. Stayer atau bukan migran.
2. One stage migrant atau primary migration atau Migran satu tahap.
3. Several stage migrant atau secondary migration atau Migran beberapa
tahap.
4. Return migrant atau returnal migration atau Migran kembali
Migrasi ditinjau dari segi politik dan administrative ada tiga yaitu :
1. Emigrasi atau Migrasi Extern atau International Migration yaitu
perpindahan penduduk yang melampaui batas Negara, misalnya dari
Indonesia ke Singapura.
2. Migrasi Intern atau Internal Migration yaitu perpindahan penduduk yang
melampaui batas administrasi daerah tetapi masih termasuk dalam satu
Negara.
3. Migrasi local atau Local Migration yaitu perpindahan penduduk. Tetapi
masih dalam satu daerah administrasi yang sama
Pengelompokan lain dalam migrasi ini mnyebutkan bahwa migrasi Internal dan
migrasi Internasional disebut : Long distance movement, sedangkan yang
migrasi lokal disebut short distance movement.
Ditinjau dari dari pertimbangan individu ada dua yaitu :
a. Migrasi sukarela (voluntary migration), yaitu mereka pindah
karena kehendak sendiri, seperti migrasi spontan.
b. Migrasi diharuskan (Forced migration), seperti migrasi karena terkena
bencana alam atau terkena proyek nasional atau bendungan, jalan dan lain-
lain.
Orang yang pindah ini disebut refugees atau displaced persons dan jika migrasi

6
itu besar-besaran disebut Exodus Migration.
Ada beberapa jenis migrasi yang perlu diketahui, yaitu :
1. Migrasi masuk (In Migration) yaitu masuknya penduduk ke suatu daerah
tujuan (area of destination).
2. Migrasi keluar (Out Migration) yaitu perpindahan penduduk keluar dari suatu
daerah asal (area origin).
3. Migrasi Netto (Net Migration) merupakan selisih antara jumlah migrasi
masuk dan migrasi keluar . Jika migrasi yang masuk lebih besar daripada
migrasi yang keluar disebut netto positif, sedangkan jika migrasi yang keluar
lebih besar daripada migrasi yang masuk disebut netto negatif.
4. Migrasi bruto (Gross Migration) adalah jumlah migrasi masuk dan migrasi
keluar.
5. Migrasi total (Total Migration) adalah seluruh kejadian migrasi, mencakup
migrasi semasa hidup (life time migration) dan migrasi pulang (return
migration)
Migran Total adalah semua orang yang pernah pindah
6. Migrasi internasional (international migration) adalah perpindahan penduduk
dari suatu negara ke negara lain. Migrasi yang merupakan masuknya
penduduk ke suatu Negara disebut Imigrasi (Imigration), sedangkan jika
migrasi itu merupakan keluarnya penduduk dari suatu Negara disebut
Emigrasi (Emigration).
7. Migrasi semasa hidup (Life Time Migration) adalah migrasi berdasarkan
tempat kelahiran, adalah mereka yang pada waktu pencacahan sensus
bertempat tinggal di daerah yang berbeda dengan daerah tempat lahirnya. 

8. Migrasi parsial (Partial Migration) adalah jumlah migran ke suatu daerah
tujuan dari satu daerah asal atau dari daerah asal ke satu daerah tujuan.
9. Arus migrasi (migration stream) adalah jumlah atau banyaknya perpindahan
yang terjadi dari daerah asal ke daerah tujuan dalam jangka waktu tertentu.
10. Urbanisasi (urbanization) adalah bertambahnya proposisi penduduk yang
berdiam di daerah kota yang disebabkan oleh proses perpindahan penduduk
ke kota dan atau akibat dari perluasan kota.

7
11. Transmigrasi (transmigration), istilah ini mempunyai arti yang sama dengan
resettlement atau settlement. Transmigrasi adalah pemindahan dan
perpindahan penduduk dari suatu daerah untuk menetap ke daerah lain yang
ditetapkan di dalam wilayah Republik Indonesia guna kepentingan
pembangunan Negara atau karena alasan-alasan yang dipandang perlu oleh
pemerintah berdasarkan ketentuan yang diatur dalam undang-undang.
12. Migrasi Nonpermanen Sikuler (Tidak Tetap)
Mobilitas penduduk sirkuler adalah gerak penduduk dari satu wilayah menuju
wilayah lain tanpa menetap didaerah tujuan. Berdasarkan intensitas
waktunya, sirkulasi dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu sebagai
berikut

a. Sirkulasi harian adalah perpindahan dari suatu daerah ke daerah lain


yang dilakukan pada pagi hari dan kembali pada sore hari atau
malam harinya. Pelaku sirkulasi ini disebut dengan penglaju atau
komuter.
b. Sirkulasi mingguan adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah
ke darah lain pada awal pekan dan akan kembali pada akhir pekan.
c. Sirkulasi bulanan adalah perpindahan penduduk dari suatu daerah ke
daerah lain yang dilakukan sebulan sekali. Sirkulasi bulanan
terjadijika jarak tempuh antar daerah. Relatif jauh sehingga dianggap
tidak efektif (baik dari segi waktu maupun biaya) untuk melakukan
sirkulasi harian atau mingguan.

8
GEO INFO

Transmigrasi, Berhasil Sejahterakan Pendatang dan Penduduk Lokal


Oleh: Tempo.com
Kamis, 1 Agustus 2019 17:24 WIB
INFO BISNIS — Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla mengatakan program transmigrasi bukan hanya untuk
memberikan kesejahteraan kepada transmigran, namun juga untuk meningkatkan kesejahteraan bagi penduduk
lokal. Menurutnya, keseimbangan kesejahteraan antara transmigran dan penduduk lokal adalah kunci
keberhasilan program transmigrasi.
“Sekarang program transmigrasi ialah untuk memberikan kesejahteraan kepada yang datang (transmigran) dan
menambah kesejahteraan kepada yang didatangi (penduduk lokal), baru terjadi keseimbangan. Jika tidak, maka
transmigrasi menjadi tidak maksimal,” ujarnya saat membuka Rapat Koordinasi Nasional Transmigrasi di
Jakarta, Kamis 1 Agustus 2019.
Ia mengingatkan agar program transmigrasi dapat mencampurkan kemampuan dan keterampilan antara
pendatang dan penduduk lokal. Dengan begitu, produktivitas daerah yang menjadi tujuan transmigrasi akan
mengalami peningkatan. “Orang Jawa, Bali, biasanya lebih terampil dan rajin di bidang pertanian daripada
yang didatangi. Semoga percampuran kemampuan dapat terjadi,” ucapnya.
Ia mengatakan program transmigrasi merupakan program yang sejak lama menjadi bagian dari upaya
memajukan negeri. Menurutnya, perkembangan paradigma transmigrasi yang awalnya dipahami sebagai upaya
mengurangi kepadatan penduduk di Pulau Jawa pun berubah sesuai zaman. “Maka upaya sekarang ialah
bagaimana menyejahterakan transmigran dan di mana tempat transmigrasi itu,” katanya.
Sementera itu, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo
mengatakan bahwa lokasi transmigrasi mencakup Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, NTT, NTB, Maluku,
hingga wilayah perbatasan seperti Papua.
Tak hanya kementerian/lembaga, menurut Eko, kalangan swasta juga terlibat dalam pengembangan kawasan
transmigrasi saat ini. Di Kawasan Transmigrasi Melolo, Sumba Timur, NTT misalnya, pihak swasta telah
berkomitmen investasi senilai Rp 4,7 Triliun. “Sekarang sudah sudah terbangun perkebunan tebu dilengkapi
embung senilai lebih dari Rp 1,7 triliun,” ujarnya.
Pada Rapat Koordinasi Nasional Transmigrasi tersebut, Wakil Presiden Jusuf Kalla secara simbolis
menyerahkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 50 tahun 2018 tentang Koordinasi dan Integrasi
Penyelenggaraan Transmigrasi kepada Menteri Pertanian Amran Sulaiman, Menteri PUPR Basuki
Hadimuljono, dan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Eko Putro Sandjojo.
Dalam kesempatan itu, Eko Putro Sandjojo juga mengatakan bahwa program transmigrasi Indonesia telah
menjadi rujukan kebijakan perpindahan penduduk dan pertanahan di negara lain seperti Malaysia. Bahkan,
transmigrasi juga menjadi fokus kajian penelitian berbagai negara seperti Jepang, Perancis, dan Amerika
Serikat.
"Hingga kini transmigrasi menjadi fokus kajian peneliti dalam dan luar negeri, seperti dari Jepang, Perancis,
Amerika Serikat, yang datang mengkaji dokumen kebijakan, peta kawasan, serta mewawanca rai transmigran,"
ujarnya.
Ia mengungkapkan, program transmigrasi selama ini telah berhasil membentuk dua provinsi baru, 104
kabupaten baru, 335 kecamatan dan 1.336 desa definitif baru. Menurutnya, transmigrasi tak hanya berhasil
meningkatkan ekonomi para transmigran dan penduduk lokal, namun juga berhasil memajukan wilayah tujuan
transmigrasi.
"Saat ini capaian transmigrasi di 619 kawasan transmigrasi dan 48 kawasan program revitalisasi telah
mengelola 4,2 juta transmigran, termasuk 1,7 tenaga kerja yang tinggal di kawasan seluas 4,4 juta hektare,"
ujarnya.
Ia melanjutkan, lahan produktif di kawasan transmigrasi tersebut mencakup 1.001.070 hektare sawah, 310.332
hektare lahan jagung, 1.144.080 hektare perkebunan sawit, dan 429.030 hektare perkebunan karet. "Pendapatan
penduduk di kawasan transmigrasi ini mencapai Rp 17 triliun per tahun," ucap dia.
Menurutnya, sepanjang pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, target Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 telah terpenuhi karena dibantu oleh banyak
kementerian. Capaian tersebut adalah dengan terbangunnya 140 kawasan transmigrasi sebagai sumber produksi
pangan nasional, dan terbentuknya 20 Kawasan Perkotaan Baru. (*)

9
D. Pengukuran Migrasi

1. Angka Mobilitas

Angka Mobilitas adalah rasio dari banyaknya penduduk yang pindah secara
local (mover) dalam suatu jangka waktu tertentu dengan jumlah penduduk

m= M . k
P

m = angka mobilitas

M = Jumlah Mover

P = Penduduk

k = 1.000

Dalam kenyatan sulit untuk mengetahui jumlah penduduk yang pindah secara
local ini.

a. Tingkat Migrasi Keluar Secara Kasar (The Crude Out Migration Rate) atau
disebut Angka Migrasi Keluar, yaitu angka yang menunjukkan banyaknya
migran yang keluar per 1.000 orang penduduk daerah asal dalam waktu satu
tahun

Mo = O x 1.000
P

Mo = Angka migrasi keluar

O = Jumlah migrasi Keluar

P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun

k = 1.000

10
b. Tingkat Migrasi Masuk Secara Kasar (The Crude Imigration Rate) atau
disebut Angka Migrasi Masuk, yaitu angka yang menunjukkan banyaknya
migran yang masuk per 1.000 orang penduduk daerah tujuan dalam waktu
satu tahun

Mi = I x 1000
P

Mi = Angka migrasi masuk

O = Jumlah migrasi masuk

P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun

k = 1.000

c. Tingkat Migrasi Netto (The Net Migration Rate) atau disebut Angka migrasi
Netto adalah selisih banyaknya migran yang masuk dan keluar ke dan dari
suatu daerah per 1.000 penduduk dalam satu tahun.

Mn = I-O x 1.000
P

Mn = Angka migrasi netto

I = Jumlah migrasi masuk

O = Jumlah migrasi keluar

P = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun

k = 1.000

11
4. Tingkat Migrasi Bruto (The Gross Migration Rate) atau disebut Angka
Migrasi Bruto, yaitu angka yang menunjukkan banyaknya kejadian
perpindahan yaitu jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar dibagi jumlah
penduduk tempat asal dan jumlah penduduk tempat tujuan.

Mg = I+O x 1000
P

Mg = Angka migrasi bruto

I = Jumlah migrasi masuk

O = Jumlah migrasi keluar

P = Jumlah penduduk tempat tujuan + Jumlah penduduk di tempat asal


k = 1.000

E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Migrasi

Menurut Everett S. Lee (Mantra, 2015), volume migrasi di suatu wilayah


berkembang sesuai dengan tingkat keragaman daerah di wilayah tersebut. Di
daerah asal dan di daerah tujuan, menurut Lee, terdapat faktor-faktor yang
disebut sebagai :
1. Faktor positif (+), yaitu faktor yang memberikan nilai keuntungan jika
bertempat tinggal di tempat tersebut, misal terdapat sekolah, adanya
kesempatan kerja, iklim yang kondusif
2. Faktor negatif (-), yaitu faktor yang memberikan nilai negatif atau merugikan
bila tinggal di tempat tersebut sehingga seseorang merasa ingin pindah ke
tempat lain.
3. Faktor netral (0), yaitu yang tidak berpengaruh terhadap keinginan seorang
individu untuk tetap tinggal di tempat asal atau pindah ke tempat lain.

12
+-+-o+-+-o +-+-o+-+-o
+-+-o+-+-o +-+-o+-+-o
+-+-o+-+-o +-+-o+-+-o

Rintangan antara

Daerah Asal Daerah


+ - + - oTujuan

Gambar 1. Faktor-faktor Determinan Mobilitas Penduduk menurut Everett S.


Lee (Sumber : Mantra, 2015)

Selain ketiga faktor di atas terdapat faktor rintangan antara. Rintangan


antara adalah hal-hal yang cukup berpengaruh terhadap besar kecilnya arus
migrasi penduduk. Rintangan Antara dapat berupa tingginya ongkos pindah,
topografi antara daerah asal dengan daerah tujuan misal berbukit, sarana
transportasi, Undang-undang Imigrasi yang ketat, resiko rusaknya barang
berharga atau barang kesayangan jika dipindahkan.
Faktor yang tidak kalah penting yang mempengaruhi mobilitas penduduk
adalah faktor individu, karena faktor individu pula yang dapat menilai positif
atau negatifnya suatu daerah dan memutuskan untuk pindah atau bertahan di
tempat asal. Dengan kata lain bagi setiap orang tidak akan sama dalam
memberikan penilaian terhadap rintangan atau penghalang antara lain ada yang
biasa, dan ada yang tidak memberatkan, tetapi ada juga yang sangat
memberatkan. Hal ini tergantung pada individu masing-masing.
Everett S. Lee (Mantra, 2015) arus migrasi dipengaruhi oleh 4 faktor,
yaitu :
A. Faktor individu.
B. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal, seperti : keadaan lingkungan
daerah asal, kepemilikan lahan yang terbatas, , sempitnya lapangan
pekerjaan di desa, terbatasnya jenis pekerjaan di desa.

13
C. Faktor di daerah tujuan, seperti : tingkat upah yang tinggi, luasnya
lapangan pekerjaan yang beraneka ragam.
D. Rintangan antara daerah asal dengan daerah tujuan, seperti : sarana
transportasi, topografi desa ke kota dan jarak desa kota.
Menurut Lee dalam (Ida Bagoes Mantra, 2015) menjelaskan tentang teori
migrasi yaitu sebagai berikut :
1. Migrasi dan jarak, banyak migran pada jarak yg dekat, migran jarak jauh
umumnya lebih banyak ke pusat perdagangan dan industri.
2. Migrasi bertahap, adanya arus migrasi yang terarah, adanya migrasi dari
desa ke kota kecil dan ke kota besar arus migrasi terarah ke pusat-pusat
industri ada perdagangan penting yang dapat menyerap para migrant.
Penduduk daerah pedesaan yang langsung berbatasan dengan kota yang
bertumbuh cepat itu berbondong-bondong pindah ke sana. Turunnya jumlah
penduduk di desa sebagai akibat dari migrasi itu akan diganti oleh migran
dari daerah-daerah terpencil. Hal ini akan terus berlangsung hingga daya
tarik salah satu dari kota-kota yang bertumbuh cepat itu tahap demi tahap
terasa pengaruhnya di pelosok-pelosok yang sangat terpencil.
3. Arus dan arus balik, setiap arus migrasi utama menimbulkan arus balik
penggantiannya.
4. Perbedaan antara desa dan kota mengenai kecendrungan melakukan migrasi.
Penduduk kota kurang berminat bermigrasi, ke daerah-daerah pedesaan di
suatu Negara.
5. Wanita melakukan migrasi pada jarak yang dekat dibanding pria.

6. Teknologi dan migrasi, teknologi menyebabkan arus migrasi meningkat.

7. Motif ekonomi merupakan dorongan utama orang melakukan migrasi

Teori Migrasi Todaro memiliki empat pemikiran dasar sebagai berikut :

1. Migrasi desa-kota dirangsang, terutama sekali oleh berbagai pertimbangan


ekonomi yang rasional dan yang langsung berkaitan dengan keuntungan atau
manfaat dan biaya-biaya relatif migrasi itu sendiri.

14
2. Keputusan untuk bermigrasi tergantung pada selisih antara tingkat
pendapatan yang diharapkan di kota dan tingkat pendapatan aktual di
pedesaan (pendapatan yang diharapkan adalah sejumlah pendapatan yang
secara rasional bisa diharapkan akan tercapai di masa mendatang). Besar
kecilnya selisih pendapatan itu sendiri ditentukan oleh dua variabel pokok,
yaitu selisih upah aktual di kota dan di desa, serta besar atau kecilnya
kemungkinan mendapatkan pekerjaan di perkotaan yang menawarkan tingkat
pendapatan sesuai dengan yang diharapkan.

3. Kemungkinan mendapatkan pekerjaan di perkotaan berkaitan langsung


dengan tingkat lapangan pekerjaan di perkotaan, sehingga berbanding terbalik
dengan tingkat pengangguran di perkotaan.

4. Laju migrasi desa-kota bisa saja terus berlangsung meskipun telah melebihi
laju pertumbuhan kesempatan kerja. Kenyatan ini memiliki landasan yang
rasional; karena adanya perbedaan ekspetasi pendapatan yang sangat lebar,
yakni para migran pergi ke kota untuk meraih tingkat upah yang lebih tinggi
yang nyata (memang tersedia). Dengan demikian, lonjakan pengangguran di
perkotaan merupakan akibat yang tidak terhindarkan dari adanya
ketidakseimbangan kesempatan ekonomi yang sangat parah antara daerah
perkotaan dan daerah pedesaan, dan ketimpangan-ketimpangan seperti itu
amat mudah ditemui di kebanyakan Negara-negara Dunia Ketiga.

Ada 2 pengelompokan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang


melakukan migrasi, yaitu faktor pendorong (push factors) dan faktor penarik
(pull factors)
Faktor pendorong (di tempat asal) antara lain:
1. Sumber daya alam yg semakin berkurang
2. Menyempitnya lapangan pekerjaan karena masuknya teknologi
Banyaknya orang desa pindah ke kota karena makin berkurangnya lapangan
pekerjaan. Hal ini selain akibat sistem warisan juga banyaknya lahan
pertanian digunakan untuk permukiman atau indutri.
3. Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik, agama, suku dan lain-
lain.

15
Contohnya banyak orang berpindah ke daerah lain karena tidak cocok
dengan perkembangan politik baru di daerah itu. Banyak rakyat Kamboja
yang meninggalkan negaranya karena tidak setuju dengan faham dan politik
Pemerintahan Kamboja.
4. Tidak cocok lagi dengan budaya/kepercayaan di tempat asal
5. Alasan pekerjaan atau perkawinan yg menyebabkan tidak bisa
mengembangkan karir pribadi.
6. Bencana alam atau adanya wabah penyakit
Daerah yang terancam letusan gunung api, perlu dipindah demi
kelangsunngan hidupnya, demikian pula bagi orang yang selalu terancam
banjir kronis.
Faktor-faktor penarik yang terdapat di daerah tujuan
a. Adanya rasa superior di tempat yang baru atau kesempatan memasuki
lapangan pekerjaan
Terbukanya kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan di kota yang
non agraris, jenis pekerjaan jauh lebih banyak daripada di desa seperti
menjadi pegawai, ABRI, pedagang, bidang jasa, wiraswasta dan lain-lain
b. Kesempatan mendapatkan pendapatan lebih baik (alasan ekonomi)
c. Kesempatan mendapatkan pendidikan
Di daerah tujuan misalnya kota tersedia jauh lebih besar fasilitas
pendidikan meliputi jenis maupun jumlahnya daripada di pedesaan, baik
milik pemerintah maupun swasta.
d. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan (iklim,
perumahan, sekolah, fasilitas lain dan lain-lain)
Suasana hidup lebih baik, seperti di kota lebih tertata daripada di
pedesaan, meliputi lokasi perumahan, sanitasi, banyaknya hiburan, dan
lain-lain
e. Tarikan dari orang yg diharapkan sebagai tempat berlindung
f. Tersedianya berbagai fasilitas kesehatan. Di kota tersedia dokter umum,
dokter spesialis, rumah sakit, poliklinik dalam jumlah yang cukup
g. Tersedianya fasilitas Transportasi dan Komunikasi.

16
Dengan banyaknya jenis transportasi umum, seperti bis kota, angkutan
antar daerah, mikrolet, taksi, dan ditambah lagi banyaknya jaringan
seluler yang memudahkan seseorang untuk cepat dan mudah
berkomunikasi.
h. Adanya aktifitas di kota besar sebagai daya tarik bagi orang-orang dari
desa atau kota kecil
Pada umumnya faktor-faktor yang menjadikan orang bermigrasi adalah adanya
keinginan untuk memperbaiki nasib dan ekonomi.
Ravenstein dalam Mantra (2015) mengemukakan beberapa perilaku
migrasi penduduk, yang dikenal dengan Hukum Ravenstein yaitu :
1. Tempat terdekat cenderung dipilih migran sebagai daerah tujuan.
2. Sulitnya memperoleh pekerjaan di daerah asal merupakan faktor yang
paling dominan yang mempengaruhi seseorang untuk bermigrasi. Dan
faktor kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan dan pendapatan yang
lebih baik di daerah tujuan. Daerah tujuan harus memiliki nilai kefaedahan
daerah atau wilayah (place utility) lebih tinggi dibandingkan dengan daerah
asal.
3. Berita-berita dari keluarga atau saudara, dan teman yang telah bermigrasi ke
daerah lain merupakan informasi yang sangat penting bagi orang-orang
yang ingin bermigrasi.
4. Informasi negatif dari daerah tujuan akan mengurangi niat penduduk untuk
bermigrasi.
5. Pengaruh kota semakin tinggi terhadap seseorang, tingkat mobilitasnya
semakin tinggi.
6. Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi frekuensi
mobilitasnya.
7. Arah dan arus migrasi penduduk menuju ke arah asal datangnya informasi.
Jadi para migran cenderung memilih daerah tempat teman atau atau sanak
saudara yang bertempat tinggal di daerah tujuan.

17
8. Pola migrasi bagi seseorang maupun sekelompok orang sulit untuk
diperkirakan, karena banyak dipengaruhi oleh kejadian yang mendadak
seperti bencana alam, peperangan, epidemi penyakit.
9. Penduduk yang masih muda dan belum menikah lebih banyak melakukan
mobilitas dibandingan mereka yang berstatus kawin.
10. Penduduk yang berpendidikan lebih rendah biasanya lebih sedikit
melaksanakan mobilitas daripada penduduk yang berpendidikan tinggi.

Menurut Mantra (2015), ada beberapa perilaku mobilitas ataupun sikap para
migran terhadap masyarakat kota, yaitu :
1. Pelaku mobilitas pada mulanya memilih daerah tujuan sesuai dengan teman
atau keluarga/sanak saudara yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
2. Saat penyesuaian diri, para migran yang terdahulu membantu mereka
menyediakan tempat menginap, makan, mencari pekerjaan, kekurangan
uang, dan lain-lain
3. Kepuasan terhadap kehidupan di masyarakat baru tergantung pada
hubungan social para pelaku mobilitas dengan masyarakat tersebut.
4. Kepuasan terhadap kehidupan di perkotaan tergantung pada kemampuan
seseorang untuk mendapatkan pekerjaan dan adanya kesempatan bagi anak
mereka untuk berkembang.
5. Setelah proses penyesuaian diri dengan kehidupan perkotaan, para mobilitas
akan pindah ke tempat tinggal dan memilih daerah tempat tinggal, ini
dipengaruhi oleh daerah tempat bekerja.
6. Fungsi kepuasan mereka dengan kehidupan perkotaan adalah keinginan
untuk kembali ke daerah asal. Mereka tidak enggan bertempat tinggal pada
tempat yang kondisinya serba kurang misal kumuh, asal dapat memperoleh
kesmpatan ekonomi yang tinggi.
7. Para migran cepat belajar untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi di
perkotaan.
8. Perilaku migran adalah perilaku antara orang kota dan orang desa.

18
9. Seorang migran adalah bi local population, walaupun telah bertempat
tinggal di daerah tujuan, tetapi daerah asal mereka sebagai home pertama
dan daerah tujuan sebagai home kedua.

F. Urbanisasi

Menurut Encyclopedia of Population yang disunting oleh Paul Demeny


dan Geoffrey McNicoll (2003)

Urbanization is the process by which an increasing proportion of the


population lives in urban areas. The level of urbanization is the
proportion of population living in urban areas. Urbanization must be
distinguished from urbanism, a term referring to the style of life usually
found in large urban centers.

Dari perspektif kependudukan, sebagaimana dikemukakan oleh pakar


kependudukan, adalah sebuah proses peningkatan proporsi penduduk yang
hidup di perkotaan. Dengan demikian yang dimaksud sebagai tingkat urbanisasi
adalah proporsi penduduk, dari keseluruhan jumlah penduduk di sebuah negara,
yang tinggal di perkotaan. Sementara itu yang dimaksud dengan urbanisme
(urbanism) adalah gaya-hidup (the style of life) yang biasanya ditemukan dalam
di kota-kota besar.

Dalam perspektif kependudukan, proses urbanisasi dipengaruhi oleh tiga aspek


yaitu :

1. Pertumbuhan alamiah, di daerah perkotaan itu sendiri,


2. Pertambahan net-migrasi, antara migrasi masuk dan keluar;
3. Reklasifikasi dari daerah-daerah “per-urban” di sekitar kota yang dianggap
tidak lagi sebagai daerah perdesaan, dan secara administratif diputuskan
untuk menjadi bagian dari wilayah perkotaan

19
RANGKUMAN
Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah lain dengan maksud
untuk menetap di daerah tujuan. Sedangkan migrasi sirkuler ialah gerak
penduduk dari suatu tempat ke tempat lain tanpa ada maksud untuk menetap.
Hipotesa transisi mobilitas bahwa tren transisi mobilitas ini sejajar
dengan tren transisi demografi. Pengukuran Mobilitas penduduk antara lain
angka mobilitas, angka migrasi masuk dan keluar, angka migrasi netto dan
bruto. Di dalam membicarakan perpindahan penduduk akan selalu terkait
dengan tempat/wilayah, waktu maupun yang keluar dan yang masuk. Orang
yang melakukan migrasi pada umumnya bermotifkan ekonomi. Ada 2
pengelompokan faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi,
yaitu faktor pendorong (push factors) dan faktor penarik (pull factors)
Urbanisasi adalah sebuah proses peningkatan proporsi penduduk yang
hidup di perkotaan. Salah satu yang mengakibatkan proporsi penduduk di
perkotaan adalah migrasi dari desa ke kota.

TUGAS

Critical thinking / communication Anda sudah mengetahui arti dari


urbanisasi
Peserta menyampaikan sebuah peta
hasil analisis dari data penduduk Coba saudara mencari data jumlah
kecamatan yang berasal dari sumber penduduk perkotaan dan perdesaan
pada Sensus Penduduk tahun
terpercaya
1980, 1990, 2000, dan 2010.
Aktivitas Literasi
Bagaimana urbanisasi di kota anda?
Membaca dan menganalisis data Sudahkah terjadi di kota anda?
penduduk untuk dituangkan dalam Mengapa ?
peta dasar
Bagaimana perubahan teknologi
Pemantapan karakter transportasi mempengaruhi sejarah
kota tempat Anda tinggal ?
Jujur, bertanggung jawab dalam
menyelesaikan tugas dan berani
mengemukakan pendapat

20
TES FORMATIF
1. Life Time Migran adalah…kecuali..
A. Penduduk yang lahir di luar propinsi Jawa dimana mereka dicacah.
B. Penduduk pada saat pencacahan sensus bertempat tinggal di daerah yang
berbeda dengan daerah tempat lahirnya.
C. Penduduk pada sensus sebelumnya termasuk di propinsi dimana mereka
dicacah.
D. Penduduk yang berasal dari pindahan propinsi lain.
E. Penduduk yang lahir di luar propinsi dimana mereka dicacah.
2. Jika teori Ravenstein benar, maka …
1. Orang desa lebih banyak pindah dari orang kota.
2. Orang yang berpendidikan rendh lebih banyak pindah.
3. Perpindahan selalu terjadi bertahap.
4. Kota besar selalu menjadi perpindahan penduduk.
A. 1, 2, dan 3 benar
B. 1 dan 3 benar
C. 2 dan 4 benar
D. hanya 4 yang benar
E. semua benar
3. Konsep transmigrasi berbeda dengan resettlement di Negara lain (misal
USA), yakni dalam hal :
A. Tujuan pemerataan penduduk.
B. Memberikan kehidupan yang lebih baik.
C. Pengembangan daerah terpencil.
D. Persatuan dan kesatuan bangsa.
E. Pengolahan sumber daya alam.

21
4. Dampak migrasi dirasakan daerah asal maupun di daerah tujuan. Berikut
ini dampak negatif yang dapat muncul, kecuali :
A. Pengurasan otak di daerah asal.
B. Upah pekerja turun di daerah tujuan
C. Kelangkaan kerja di daerah asal.
D. Pengurasan sumber daya alam di daerah tujuan
E. Timbulnya permukiman kumuh.
5. Migran menurut batasan dalam sensus penduduk adalah :
1. Penduduk yang pindah tempat tinggal lebih dari 6 bulan
2. Penduduk yang pindah pulau untuk tujuan menetap
3. Penduduk yang pindah propinsi untuk tujuan menetap
4. Penduduk yang pindah lebih dari 6 bulan untuk tujuan menetap
A. 1, 2, dan 3 benar
B. 1 dan 3 benar
C. 2 dan 4 benar
D. hanya 4 yang benar
E. semua benar
6. Berikut merupakan daya dorong orang melakukan migrasi :
1. Sumber daya alam yg semakin berkurang
2. Kesempatan mendapatkan pendidikan
3. Menyempitnya lapangan pekerjaan karena masuknya teknologi
4. Kesempatan mendapatkan pendapatan lebih baik (alasan ekonomi)
A. 1, 2, dan 3 benar
B. 1 dan 3 benar
C. 2 dan 4 benar
D. hanya 4 yang benar
E. semua benar

22
7. Urbanisasi terjadi karena :
1. perpindahan desa ke kota
2. pertumbuhan alami
3. pemekaran kota
4. agama
A. 1, 2, dan 3 benar
B. 1 dan 3 benar
C. 2 dan 4 benar
D. hanya 4 yang benar
E. semua benar
8. Kadang-kadang terjadi perpindahan penduduk dari satu wilayah ke wilayah
lain. Salah satu perpindahan itu disebut migrasi. Perpindahan penduduk
disebut migrasi apabila…
A. di tempat baru ia menetap relatif cukup lama
B. perpindahan itu dimaksud untuk mencari mata pencaharian
C. di tempat baru ia memiliki tempat tinggal
D. perpindahan itu terjadi antar wilayah Negara
E. perpindahan itu disertai anggota keluarga
9. Ukuran migrasi yang dapat dilihat secara langsung dari hasil sensus adalah
A. in migration
B. out migration
C. life time migration
D. comutting
E. recurrent movement
10. Konsep bilocal population menunjukkan ….
A. keengganan penduduk untuk melepas KTP lama.
B. Keterkaitan penduduk dengan teman yang mengajaknya.
C. Keterikatan penduduk dengan tempat kerja.
D. Keterikatan penduduk dengan tempat kelahiran.
E. Keterkaitan penduduk dengan penduduk sesuku.

23
TES SUMATIF
1. Kebijakan sebuah negara dapat mempengaruhi akses masyarakat kepada
bahan pangan, seperti yang pernah terjadi di Negara….
A. India
B. Australia
C. Amerika Serikat
D. Singapura
E. Banglades
2. Produksi tanaman pertanian dapat dipengaruhi oleh perubahan …..
A. Kontur tanah
B. Curah hujan
C. Jenis tanaman yang ditanam
D. Iklim
E. Struktur tanah
3. PBB menyatakan bahwa penyebab kelaparan dan malagizi bukan
disebabkan oleh kelangkaan bahan pangan tetapi karena ketidakmampuan
mengakses……
A. transportasi
B. fasilitas kesehatan
C. bahan pangan
D. ketersediaan lahan pertanian
E. keamanan bahan pangan
4. Bencana alam dan kekeringan mampu menyebabkan …..
A. kegagalan panen
B. tanah longsor
C. banjir
D. kegagalan industry
E. kesulitan pangan

24
5. Contoh negara yang tidak memiliki sumber daya alam untuk memproduksi
bahan pangan tetapi Negara tersebut mampu mencapai ketahanan pangan.
A. Jepang dan Singapura
B. Korea Selatan dan Jepang
C. Singapura dan Australia
D. Kanada dan Amerika Serikat
E. Afrika Selatan dan Amerika Latin
6. Di Indonesia tanah gambut banyak ditemukan di ....
A. Jawa
B. Kalimantan
C. NTB
D. Sulawesi
E. Sumatera
7. Warna tanah yang banyak mengandung bahan organik adalah ....
A. Hitam
B. Merah
C. Kuning
D. Putih
E. coklat
8. Berdasarkan letak astronomisnya, Indonesia memiliki potensi sumber energi
yang sangat potensial, yaitu berupa …
A. Panas bumi
B. Matahari
C. Batubara
D. Minyak bumi
E. Air tanah

25
9. Daerah berikut yang memiliki potensi barang tambang emas adalah ….
A. Kalimantan Selatan
B. Banten Selatan
C. Sulawesi Tengah
D. Natuna
E. Sumatera Selatan
10. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan tingkat
kesuburan lahan dapat dilakukan dengan cara...
A. Terrasering
B. Tumpangsari
C. Ektensifikasi penggunaan lahan
D. Intensifikasi pemanfaatan lahan
E. Difersifikasi tanaman
11. Diketahui jumlah penduduk suatu wilayah pada tahun 2010 berjumlah 203
juta jiwa. Setelah 36,7 tahun ternyata jumlah penduduk di negara tersebut
akan menjadi 2 kali lipat. Maka angka pertumbuhan penduduk suatu
wilayah tersebut sebesar :
A. 1,61 %
B. 1,71 %
C. 1,73 %
D. 1,91 %
E. 1,81 %
12. Diketahui jumlah penduduk suatu wilayah pada tahun 2010 berjumlah 203
juta jiwa dengan pertumbuhan penduduk 1,49 % per tahun. Berapa tahun
waktu yang diperlukan jumlah penduduk di negara tersebut akan menjadi 2
kali lipat …:
A. 46,8 tahun
B. 48,6 tahun
C. 47,0 tahun
D. 47,9 tahun
E. 47,3 tahun

26
13. Manakah diantara negara-negara berikut ini yang memiliki pertumbuhan
populasi paling pesat dalam sejarah dunia ?
A. Jepang
B. Jerman
C. Italia
D. Spanyol
E. Belanda
14. Wilayah dunia dengah harapan hidup rata-rata terendah adalah…
A. Asia
B. Afrika
C. Amerika Selatan
D. Eropa
E. Amerika Latin
15. Berdasarkan diagram di bawah ini, apakah korelasi antara pendapatan
(kekayaan) dan harapan hidup (kesehatan) ?

A. Tidak ada hubungan diantara dua variabel


B. Saat pendapatan meningkat, kesehatan menurun
C. Saat pendapatan meningkat, harapan hidup semakin tinggi
D. Harapan hidup rendah mengarah pada pendapatan yang lebih tinggi
E. Kesehatan meningkat, harapan hidup menurun

27
16. Perbedaan antara Imigrasi dan Emigrasi adalah…
A. Migration difference
B. Net migration
C. Gross migration
D. Total migration
E. Perbedaan Migrasi
17. Sebuah pergerakan yang terjadi secara signifikan dari orang-orang antara
asal dan tujuan disebut…
A. Migration flow
B. Migration channel
C. Migration movement
D. Migration stream
E. Migration Netto
18. Faktor yang mendorong alasan orang bermigrasi dari suatu area adalah…
A. kurangnya kesempatan pendidikan di daerah setempat
B. fasilitas kesehatan yang lebih baik di kota lain
C. kesempatan kerja lebih baik di kota lain
D. tanahnya lebih subur daripada daerah setempat
E. kurangnya kehidupan yang berlebihan
19. Daerah dengan iklim … cenderung memiliki penduduk yang jarang
A. Menguntungkan
B. Ekstrim
C. Dingin
D. Hangat
E. Tropis

28
20. Transmigrasi adalah perpindahan penduduk dari daerah padat ke daerah
jarang. Salah satu jenis transmigrasi adalah Transmigrasi Bedol Desa.
Beberapa tahun lalu, penduduk desa Jatigede Sumedang mengalami
Transmigrasi Bedol Desa. Fenomena tersebut terjadi dikarenakan faktor ...
A. Pembangunan jalan tol Cipali
B. Bencana Banjir Badang
C. Pembangunan Bandara Kertajati
D. Pembangunan Waduk Raksasa
E. Bencana Tanah Longsor

DAFTAR PUSTAKA

Barclay, George W, 1958, Tecnique of Population Analysis. New York, John


Wiley Sons.

Mantra, Ida Bagus, 2015, Demografi Umum, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.


Sunarto, Hs, 1985, Penduduk Indonesia dalam Dinamika Migrasi 1971-1980.


Dua Dimensi,Yogyakarta.


LD FE UI, 1981, Dasar-Dasar Demografi, FE UI, Jakarta.


Lucas David, Peter Mc Donald, Elsepth Young, Christable Young, 1982,


Pengantar Kependudukan, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Shyrock, Hs and Js Siegel, 1976. The Methods and Materials of Demography.


London. Academic Press, Inc

Zelinsky, W, 1971,The Hipothesis of the Mobility Transition, Geographical


Review, No. 2

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

1. C
2. E
3. D

29
4. B
5. E
6. B
7. A
8. A
9. C
10. D

KUNCI JAWABAN TES SUMATIF


1. A
2. B
3. C
4. A
5. A
6. B
7. A
8. B
9. B
10. A
11. D
12. C
13. A
14. B
15. C
16. B
17. D
18. A
19. B
20. D

30
31

Anda mungkin juga menyukai