Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN KONSERVASI


LINGKUNGAN YANG BERKORELASI DENGAN BIOMONITORING

Elmanna Kasifya M
190107013
TPPL 1B

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNIK PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK NEGERI CILACAP
CILALAP
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Konservasi Lingkungan yang Berkorelasi dengan Biomonitoring tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan
dosen pengajar Biomonitoring. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
bagi pembaca dan penulis.
Saya menyampaikan terima kasih kepada ibu Ayu Pramita, S.T., M.M., M.Eng. selaku
dosen Biomonitoring yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
dari pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah
yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang telah
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Cilacap, 14 Mei 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR ..........................................................................................................2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................4
1.3 Tujuan .............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sumber Daya Alam ........................................................................................5
2.2 Penggolongan Sumber Daya Alam ..................................................................................5
2.3 Dasar Pengelolaan Sumber Daya Alam ...........................................................................6
2.4 Pengertian Konservasi Lingkungan .................................................................................7
2.5 Konservasi Lingkungan Yang Berkorelasi Dengan Biomonitoring ................................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................................12
3.2 Saran ...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumber daya alam adalah semua kekayaan alam baik berupa benda mati maupun benda
hidup yang berada di bumi dan dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Sumber daya alam merupakan unsur yang sangat penting bagi kehidupan karena
tanpa sumber daya alam mustahil untuk manusia dapat hidup. Misalnya untuk makan maka
kita mengambil makanan tersebut dari alam, untuk membangun rumah kita menggunakan
kayu, kayu tersebut diambil dari alam dan masih banyak yang lainnya semua kegiatan di bumi
ini tidak terlepas dari sumber daya alam.
Dalam memanfaatkan sumber daya alam cara yang dipergunakan harus dipilih yang dapat
memelihara dan mengembangkan sumber daya alam. Manusia perlu berdasar pada prinsip
ekoefisiensi dalam memanfaatkan sumber daya alam. Artinya tidak merusak ekosistem,
pengambilan secara efisien dalam memikirkan keberlangsungan hidup dari makhluk hidup itu
sendiri.
Di Indonesia ini terdapat berbagai macam sumber daya alam yang melimpah, namun kita
sepertinya tidak memanfaatkan sumber daya alam tersebut dengan baik dan bijaksana.
Mengingat begitu pentingnya manfaat sumber daya alam tersebut maka kita seharusnya
melakkan konservasi atau melestarikan sumber daya alam tersebut untuk keberlangsungan
hidup kita. Pada makalah ini akan dijelaskan mengenai pengelolaan sumber daya alam dan
konservasi lingkungan yang berkorelasi dengan biomonitoring.
1.2 Rumusan Masalah
• Apa yang dimaksud dengan sumber daya alam?
• Bagaimana penggolongan sumber daya alam?
• Bagaimana dasar pengelolaan sumber daya alam?
• Apa yang dimaksud dengan konservasi lingkungan?
• Bagaimana konservasi lingkungan yang berkorelasi dengan biomonitoring?

1.3 Tujuan
• Untuk mengetahui pengertian sumber daya alam
• Untuk mengetahui penggolongan sumber daya alam
• Untuk mengetahui dasar pengelolaan sumber daya alam
• Untuk mengetahui pengertian konservasi lingkungan
• Untuk mengetahui konservasi lingkungan yang berkorelasi dengan biomonitoring

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sumber Daya Alam


Sumber daya alam adalah sesuatu yang ada di sekitar alam lingkungan hidup kita yang
dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar dapat hidup
lebih sejahtera. Sumber daya alam ialah segala sesuatu yang berada di bawah maupun di atas bumi
termasuk tanah itu sendiri.

2.2 Penggolongan Sumber Daya Alam


a) Penggolongan sumber daya alam menurut pemanfaatannya
Berdasarkan pemanfaatannya sumber daya alam digolongkan menjadi :
1. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (nonrenewable source), yaitu sumber
daya alam yang apabila dipergunakan secara terus-menerus akan habis dan musnah serta
tidak dapat dihasilkan sendiri oleh manusia.
Contoh: mineral logam, mineral bukan logam dan mineral penghasil energi.
2. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui (renewable source), yaitu sumber daya alam
yang apabila dipergunakan secara terus-menerus dalam jangka waktu tertentu akan
kembali seperti semula dan dapat digunakan kembali.
Contoh: tanah, air, tumbuhan, dan hewan
3. Sumber daya alam yang tidak dapat diganti (nonreplaced source), yaitu sumber daya alam
yang dipakai sekali habis.
Contoh: minyak bumi
4. Sumber daya alam lestari, yaitu sumber daya alam yang selalu ada dan berkelanjutan.
Contoh: angina, air laut, hujan, sungai, dan ombak

b) Penggolongan sumber daya alam berdasarkan asal proses pembentukannya


Berdasarkan asal proses pembentukkannya sumber daya alam digolongkan menjadi:
1. Sumber daya fisik, yaitu sumber daya alam yang terbentuk karena adanya proses fisik dan
kekuatan alam
Contoh: tanah, udara, barang-barang tambang
2. Sumber daya biotik, yaitu sumber daya alam yang terbentuk karena adanya proses
kehidupan seperti tumbuh dan berkembang biak.
Contoh: tumbuhan dan hewan
3. Sumber daya alam lingkungan adalah perpaduan antara sumber daya fisik dan sumber daya
biotikyang membentuk suatu lingkungan.
5
Contoh: lingkungan lembah, pantai, gunung berapi, dan pamorama lainnya

c) Penggolongan sumber daya alam berdasarkan nilai kegunaannya


Berdasarkan nilai kegunaanya sumber daya alam digolongkan menjadi:
1. Sumber daya alam ekonomis tinggi, yaitu sumber daya alam yang cara mendapatkannya
memerlukan biaya besar.
Contoh: mineral logam mulia seperti emas dan perak
2. Sumber daya alam ekonomis rendah, yaitu sumber daya alam yang cara mendapatkannya
memerlukan biaya murah.
Contoh: pasir, batu, dan gamping
3. Sumber daya alam nonekonomis, yaitu sumber daya alam yang cara mendapatkannya tanpa
mengeluarkan biaya atau tanpa pengorbanan dan tersedia dalam jumblah yang tidak
terbatas.
Contoh: sinar matahari, udara, temperature, dan angin.

2.3 Dasar Pengelolaan Sumber Daya Alam


Dalam suatu dasar pengelolaan sumber daya alam terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah sebagai berikut:
1. Prinsip-prinsip ekologi
2. Inventarisasi sumber daya alam secara kontinu (terus-menerus)
3. Perkiraan (estimasi) terhadap kebutuhan pada masa yang akan datang
4. Inventarisasi sumber daya alam : sama hal ini memerlukan atau mengkehendaki adanya
suatu evaluasi secara kontinu status sumber daya alam serta kebutuhan jangka pendek atau
panjang.
5. Perencanaan pengembangan yang meliputi:
• Program dasar untuk alokasi dan penggunaan sumber daya alam
• Memelihar keseimbangan ekologi
• Mengembangkan perumahan, industry dan pertanian untuk kebutuhan sekarang
dan masa yang akan datang.
6. Jadwal pengembangan

a) Cara pengelolaan sumber daya alam


Pemanfaatan sumber daya alam harus diikuti oleh pemeliharaan dan pelestarian. alam
mempunyai sifat yang beraneka ragam namun serasi dan seimbang. Oleh karena itu,
perlindungan dan pengawetan alam harus terus menerus dilakukan untuk mempertahankan
keserasian dan keseimbangan itu. Oleh karena itu, agar pemanfaatanya dapat
berkesinambungan, maka tindakan eksploitasi sumber daya alam harus disertai dengan
tindakan perlindungan. Pemeliharaan dan pengembangan lingkungan hidup harus
dilakukan dengan cara rasional antara lain sebagai berikut:

6
1. Memanfaatkan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dengan hati-hati dan efisien,
misalnya air, tanah, dan udara
2. Menggunakan bahan pengganti, misalnya metalurgi (campuran)
3. Mengembangkan metode menambang dan memproses efisien serta pendaurulang
(recycling)
4. Melaksanakan etika lingkungan berdasarkan falsafah hidup secara damai dengan alam.

b) Cara memelihara dan melestarikan sumber daya alam


Seiring berjalannya waktu jumlah penduduk semakin bertambah. Jumlah penduduk
yang semakin banyak mengakibatkan kebutuhan hidup manusia bertambah besar dan
penggunaan sumber daya alam juga semakin meningkat. Jika tidak dikendalikan
penggunannya maka sumber daya alam akan habis. Oleh karena itu, perlu ada tindakan
pelestariaan sumber daya alam, adapun usaha-usaha untuk melestarikan sumber daya alam
sebagai berikut:
1. Penanaman kembali hutan-hutan gundul
2. Menjaga keseimbangan lingkungan
3. Membatasi pengambilan sumber daya alam yang berlebihan
4. Memanfaatkan energi terbarukan

2.4 Pemgertian Konservasi Lingkungan


Ditinjau dari bahasa konservasi berasal dari kata conservation dengan pokok kata to
conserve yang artinya menjaga agar bermanfaat, tidak punah/lenyap atau merugikan. Sedangkan
sumber dalam alam merupakan salah satu unsur dari lingkungan hidup yang terdiri dari sumber
daya alam hayati dan sumber daya alam non hayati, serta seluruh gejala keunikan alam semua ini
merupakan unsur pembentuk lingkungan hidup yang kehadirannya tidak dapat dipisahkan satu
dengan yang lain.
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2009 konservasi sumber daya alam adalah pengelolaan
sumber daya alam adalah pegelolaan sumber daya alam untuk menjamin pemanfaatannya secara
bijaksana serta kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas nilai serta keanekaragamannya.
Berdasarakan UU No. 5 Tahun 1990 terdapat 3 hal utama yang ada dalam konservasi yaitu:
1. Perlindungan proses-proses ekologis yang penting atau pokok dalam sistem-sistem
penyangga kehidupan.
2. Pengawetan keanekaragaman hayati dan plasma nutfah
3. Pemanfaatan sumber daya alam hayati secara lestari beserta ekosistemnya.
Dari uraian diatas maka konservasi sumber daya alam dapat diartikan sebagai pengelolaan
sumber daya alam yang dapat menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin

7
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas
keanekaragamannya.

Pengertian konservasi sumber daya alam dapat mengandung tiga aspek, yaitu :
1. Perlindungan sistem penyangga kehidupan
Sistem penyangga kehidupan merupakan satu proses alami dari berbagai unsur hayati dan
non hayati yang menjamin kelangsungan kehidupan makhluk. Perlindungan sistem penyangga
kehidupan ditujukan bagi terpeliharanya proses ekologis yang menunjang kelangsungan
kehidupan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut pemerintah menetapkan:


a. Wilayah tertentu sebagai wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan.
b. Pola dasar pembinaan wilayah perlindungan sistem penyangga kehidupan.
c. Pengaturan cara pemanfaatan wilayah pelindungan sistem penyangga kehidupan.

2. Pengawetan dan pemeliharaan keanekaragaman, jenis baik flora dan fauna beserta
ekosistemnya.
Tujuan pengawetan jenis tumbuhan dan satwa untuk:
a. Menghindarkan jenis tumbuhan dan satwa dari bahaya kepunahan.
b. Menjaga kemurnian genetik dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa.
c. Memelihara keseimbangan dan kemantapan ekosistem yang ada.
d. Agar dapat dimanfaatkan bagi kesejahteraan manusia secara berkelanjutan.

Upaya yang dilakukan untuk pengawetan jenis tumbuhan dan satwa melalui:
a. Penetapan dan penggolongan yang dilindungi dan tidak dilindungi.
b. Pengelolaan jenis tumbuhan dan satwa serta habitatnya.
c. Pemeliharaan dan pengembangbiakan.

3. Pemanfaatan secara lestari bagi terjaminnya sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui
kegiatan:
a. Pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam.
b. Pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar.

2.5 Konservasi Lingkungan Yang Berkorelasi Dengan Biomonitoring


a. Pengenalan Dan Pengembangan Bioindikator Untuk Kualitas Air
Kualitas lingkungan hidup yang semakin menurun dewasa ini mengancam kelangsungan
perikehidupan manusia dan makluk hidup lainnya sehingga perlu dilakukan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh dan konsisten oleh semua pemangku

8
kepentingan. Sebagai upaya menjaga kelestarian ekosistem air maka perlu mempertimbangkan
tingkat konservasi spesies bioindikator dan pengembangan pengelolaan ekosistem air
berkelanjutan dari sumber daya alam.
Konservasi lingkungan yang berkorelasi dengan biomonitoring dapat dilakukan dengan
pengenalan dan pengembangan bioindikator untuk kualitas lingkungan. Sebagai contoh
pengelolaan bioindikator kualitas air sungai. Biomonitoring adalah monitoring kualitas air secara
biologi yang dilakukan dengan melihat keberadaan kelompok organisme petunjuk (indikator) yang
hidup di dalam air.
Biomonitoring merupakan kajian pemantauan kualitas lingkungan menggunakan
organisme. Monitoring secara biologis terhadap toksikan di alam sangat dinamis terhadap waktu
dan tempat. Sistem biologi tersebut dapat mengintegrasikan hampir semua aspek variabel
lingkungan dengan organisme dalam skala waktu yang besar dengan pengukuran yang lebih
mudah. Biomonitoring dapat digunakan untuk guna menduga dampak yang lebih luas dari
pencemaran udara, air, dan tanah terhadap organisme sebagai landangan dalam pengembangan
pengelolaannya. Namun, faktor sosial, ekonomi, dan politik juga diperlukan guna mendukung
keberhasilan pengelolaannya dan konservasi lingkungan.
kualitas air permukaan dengan parameter kimia-fisika belum efektif dalam memberikan
perlindungan dan pengendalian kerusakan ekosistem bada air. Sehingga pada umumnya parameter
tersebut hanya menggambarkan kondiei kualitas air pada saat pengambilan sampel dan tidak
mencerminkan kualitas air secara real. Oleh karena itu diperlukan indikator yang ada dilokasi air
tercemar.
1. Makrozoobentos sebagai bioindikator penilaian kualitas air permukaan
penggunaan makrozoobentos sebagai bioindikator memiliki beberapa keuntungan, yaitu mampu
meefkleksikan kondisi lokal suatu ekosistem sungai, mempunyai siklus hidup yang panjang (lebih
dari 1 tahun), mudah disampling, tingkat sensitivitasnya yang beragam terhadap polutan, dan
keberadaannya yang relative melimpah. Penggunaan bioindikator sebagai pendeteksi pencemaran
air sungai juga dibarengi oleh uji analisis ualitas iar dengan metode Family Biotic Index (FBI),
Lynclon Quality Index (LQI) serta Shannon Wiener untuk mengonfirmasi pencemaran lingkungan
secara analitis.
2. Permodelan Pertumbuhan Makrozoobentos
Permodelan pertumbuhan makrozobentos dilakukan dengan tujuan sebagai model yang
memprediksi pengaruh lingkungan terhadap dinamika populasi makrozoobentos. Penggunaan
bioindikator serta pemodelan pertumbuhannya dapat menunjukkan kondisi ekologis perairan
secara lokal, spesifik, dan dapat menggambarkan integrasi efek perubahan lingkungan jangka
pendek. Penggunaan makrozoobentos di Indonesia memiliki banyak potensi untuk dikembangkan
dan memberikan kemudahan dalam pemantauan di lapangan.

9
b. Pengenalan Dan Pengembangan Bioremediasi Untuk Kualitas Air
Bioremediasi merupakan penggunaan mikroorganisme yang telah dipilih untuk
ditumbuhkan pada polutan tertentu sebagai upaya untuk menurunkan kadar polutan tersebut. Pada
saat proses bioremediasi berlangsung, enzim-enzim yang diproduksi oleh mikroorganisme
memodifikasi struktur polutan beracun menjadi tidak kompleks sehingga menjadi metabolit yang
tidak beracun dan berbahaya.
Sehubungan dengan bioremediasi, Pemerintah Indonesia telah mempunyai payung hukum
yang mengatur standar baku kegiatan Bioremediasi dalam mengatasi permasalahan lingkungan
akibat kegiatan pertambangan dan perminyakan serta bentuk pencemaran lainnya (logam berat dan
pestisida) melalui Kementerian Lingkungan Hidup, Kep Men LH No.128 tahun 2003, tentang
tatacara dan persyaratan teknis dan pengelolaan limbah minyak bumi dan tanah terkontaminasi
oleh minyak bumi secara biologis (Bioremediasi) yang juga mencantumkan bahwa bioremediasi
dilakukan dengan menggunakan mikroba lokal.
Pada dasarnya, pengolahan secara biologi dalam pengendalian pencemaran air, termasuk
upaya bioremediasi, dengan memanfaatkan bakteri bukan hal baru namun telah memainkan peran
sentral dalam pengolahan limbah konvensional sejak tahun 1900-an (Mara, Duncan and Horan,
2003). Saat ini, bioremediasi telah berkembang pada pengolahan air limbah yang mengandung
senyawa-senyawa kimia yang sulit untuk didegradasi dan biasanya dihubungkan dengan kegiatan
industri, antara lain logam-logam berat, petroleum hidrokarbon, dan senyawa-senyawa organik
terhalogenasi seperti pestisida dan herbisida (Tortora, 2010), maupun nutrisi dalam air seperti
nitrogen dan fosfat pada perairan tergenang (Great Lakes Bio Systems. Inc. Co Orb-3.com/).
Pengembangan IPTEK dalam bioremediasi untuk detoksifikasi atau menurunkan polutan
dalam pengendalian pencemaran air telah menjadikan metoda ini menjadi lebih menguntungkan
dibandingkan dengan metoda yang menggunakan bahan kimia. Bahkan, saat ini, flokulan umum
yang berbahan baku Alum untuk menurunkan bahan pencemar air sungai telah bisa digantikan
dengan bioflokulan yang mikroorganismanya diisolasi dari proses lumpur aktif dan diketahui dapat
menurunkan turbiditi sebesar 84-94%. Selain itu, kehandalan mikroba termasuk diantaranya
bakteri, jamur, dan protozoa dalam pengolahan air limbah dan peranannya dalam menjaga
keseimbangan ekologis perairan sudah banyak dielaborasi.
1. Prinsip Dasar
Pengolahan air tercemar secara biologi pada prinsipnya adalah meniru proses alami self
purification di sungai dalam mendegradasi polutan melalui peranan mikroorganisma.
Peranan mikroorganisma pada proses self purification ini pada prinsipnya ada dua
yaitu: pertumbuhan mikroorganisma menempel dan tersuspen
1) Pertumbuhan mikroorganisma menempel Mikroorganisme ini keberadaannya
menempel pada suatu permukaan misalnya pada batuan ataupun tanaman air.
Selanjutnya diaplikasikan pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPA) misalnya
dengan sistem trickling filter. Selama pengolahan aerobik air limbah domestik,

10
genus bakteri yang sering ditemukan berupa Gram-negatif berbentuk batang
heterotrofik organisme, termasuk Zooglea, Pseudomonas, Chromobacter,
Achromobacter, Alcaligenes dan Flavobacterium. Filamentous bakteri seperti
genera Beggiatoa, Thiotrix dan Sphaerotilus juga ditemukan dalam biofilm,
sebagaimana organisme seperti Nitrosomonas dan nitrifikasi Nitrobacter.
2) Pertumbuhan mikroorganisma yang tersuspesi Mikroorganisme ini keberadaannya
dalam bentuk suspensi di dalam air yang tercemar. Selanjutnya diaplikasikan pada
IPAL dengan sistem lumpur aktif konvensional menggunakan bak aerasi maupun
sistem SBR (Sequence Batch Reactor). Berbeda dengan mikroorganisma yang
menempel, sistem pertumbuhan mikroorganisma yang tersuspensi terdiri dari
agregat mikroorganisma yang pada umumnya tumbuh sebagai flocs dalam kontak
dengan air limbah pada waktu pengolahan.
2. Teknik Isolasi Bakteri
Isolasi bakteri yang baik dan benar dapat menentukan bakteri yang cocok dalam proses
remediasi air limbah yang diinginkan. Oleh karena itu prinsip pemilihan bakteri hasil
isolasi dapat memberikan kinerja penurunan kadar polutan yang optimal Karena secara
alami jumlah bakteri yang diinginkan terdapat dalam jumlah sedikit, malah lebih
banyak bakteri yang tidak diinginkan, maka diperlukan proses isolasi untuk
memperbanyak bakteri yang dimaksud. Tujuan mengisolasi bakteri adalah untuk
mendapatkan bakteri yang diinginkan dengan cara mengambil sampel mikroba dari
lingkungan yang ingin diteliti. Dari sampel tersebut kemudian dikultur/dibiakkan
dengan menggunakan media universal atau media selektif, tergantung tujuan yang
ingin dicapai ( Tortora, 2010).
3. Aplikasi bioremediasi
1) Isolasi bakteri dan Penurunan Kadar Pencemar Saat ini penelitian dan aplikasi
bioremediasi untuk air tercemar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bakteri
indigenous dan cakteri “commercial product.
2) Identifikasi bakteri Identifikasi dapat dilakukan dengan beberapa cara termasuk :
Pengamatan morfologi sel, pewarnaan gram, dan uji biokimia. Beberapa contoh
morfologi sel bakteri yang berasal dari peternakan sapi di Kabupaten Bandung
3) Perbanyakan bakteri Setelah didapatkan isolat yang diinginkan, uji degradasi, dan
identifikasi bakteri, selanjutnya adalah membuat perbanyakan bakteri untuk uji
skala lapangan. Perbanyakan bakteri atau pengembangan inokulum ini merupakan
proses untuk memproduksi inokulum. Perbanyakan bakteri indigenous dilakukan
melalui tahapan: pembuatan kultur stok, pemeliharaan kultur, perbanyakan kultur
tahap I, perbanyakan kultur tahap II, dan pembuatan kultur produksi.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
• Sumber daya alam adalah sesuatu yang ada di sekitar alam lingkungan hidup kita
yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup
manusia agar dapat hidup lebih sejahtera. Sumber daya alam ialah segala sesuatu
yang berada di bawah maupun di atas bumi termasuk tanah itu sendiri.
• Penggolongan sumber daya alam dapat digolongkan berdasarkan pemanfaatannya,
asal proses pembentukannya, dan nilai kegunaannya
• Dalam suatu dasar pengelolaan sumber daya alam terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan adalah prinsip-prinsip ekologi, Inventarisasi sumber daya alam secara
kontinu (terus-menerus), Perkiraan (estimasi) terhadap kebutuhan pada masa yang
akan datang, perencanaan pengembangan dan jadwal pengembangan
• konservasi sumber daya alam dapat diartikan sebagai pengelolaan sumber daya
alam yang dapat menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan menjamin
kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan
kualitas keanekaragamannya.
• Konservasi lingkungan yang berkorelasi dengan biomonitoring dapat dilakukan
dengan pengenalan dan pengembangan bioindikator untuk kualitas air dan
pengenalan dan pengembangan bioremediasi untuk kualitas air. Biomonitoring
adalah monitoring kualitas air secara biologi yang dilakukan dengan melihat
keberadaan kelompok organisme petunjuk (indikator) yang hidup di dalam air.

3.2 SARAN
Pengelolaan sumber daya alam harus didukung dengan konservasi sumber daya
alam agar keseimbangan dan keserasian di alam tetap terjaga. Konservasi sumber daya dalam
harus tetap memegang peranan penting dimasa sekarang dan yang akan datang. menjaga
kelestarian sumber daya alam perlu mempertimbangkan tingkat konservasi spesies bioindikator
dan pengembangan pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan.

12
DAFTAR PUSTAKA
Husamah, H. and Rahardjanto, A., 2019. BIOINDIKATOR (Teori dan Aplikasi dalam
Biomonitoring). Diakses pada 14 Mei 2020
Pongtuluran, Y., 2015. Manajemen sumber daya alam dan lingkungan. Penerbit Andi. Diakses
pada 14 Mei 2020
Pramita, A., 2018. Biomonitoring Lingkungan. Penerbit Samudra Biru.
Priadie, B., 2012. Teknik bioremediasi sebagai alternatif dalam upaya pengendalian pencemaran
air. Jurnal ilmu lingkungan, 10(1), pp.38-48. Diakses pada 16 Mei 2020
Prisilya., 2018. KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM. Dikutip dari
https://www.academia.edu/38739729/Makalah_Konservasi_Sumber_Daya_Alam. Diakses pada
13 Mei 2020
Puri, S.D.P., 2019. TINJAUAN TENTANG LARANGAN MEMPERDAGANGKAN SATWA LIAR
YANG DILINDUNGI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG
KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA (Studi Balai Besar
Konservasi Sumber Daya Alam Riau) (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau). Diakses pada 14 Mei 2020
Raha, S. PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DENGAN BAIK DAN BIJAKSANA.
Dikutip dari
https://www.academia.edu/6194329/MAKALAH_PENGELOLAAN_SUMBER_DAYA_ALA
M_DENGAN_BAIK_DAN_BIJAKSANA. Diakses pada 13 Mei 2020
Suparmoko, M., 2014. Ekonomi sumber daya alam dan lingkungan. Diakses pada 13 Mei 2020
Zulkifli, H. and Setiawan, D., 2011. Struktur komunitas makrozoobentos di perairan sungai musi
kawasan Pulokerto sebagai instrumen biomonitoring. Jurnal Natur Indonesia Wacana Sains
Indonesia, 14(1), pp.95-99. Diakses pada 14 Mei 2020
Dikutip dari https://www.itb.ac.id/news/read/57273/home/pengembangan-bioindikator-untuk-
pengelolaan-kualitas-air-sungai. Diakses pada 13 Mei 2020

13

Anda mungkin juga menyukai