Anda di halaman 1dari 13

Makalah Praktikum Silvikultur Medan, Maret 2021

PEMILIHAN JENIS PADA HUTAN LINDUNG BUNG HATTA

Dosen Penanggungjawab :
Afifuddin Dalimunthe, SP., MP.

Disusun Oleh :
Sri Lestari 191201049
Rizkia Amalia Adinda 191201057
Decwan Lencana Malau 191201107
Ika Darwati Nainggolan 191201116
Muhammad Firza Akbar 191201125
M.Fabian Manalu 191201206

Kelompok 7
HUT 4C

PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan makalah praktikum silvikultur yang berjudul “Pemilihan Jenis Hutan
Lindung Pada Hutan Lindung Bung Hatta” ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah praktikum silvikultur ini disusun untuk memenuhi syarat masuk
praktikum silvikultur, Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas
Sumatera Utara.
Dalam penyelesaian makalah ini, penulis mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terimakasih yang besar
kepadaAfifuddin Dalimunthe, SP., MP. selaku dosen pembimbing mata kuliah
silvikultur, yang telah mengajarkan materi praktikum dengan baik begitu juga
dengan asisten praktikum silvikultur yang telah membantu penulis dalam
melaksanakan praktikum yang hasilnya kemudian dituangkan dalam makalah ini.
Penulis sadar,penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, baik
dari segi teknik maupun materi. Oleh sebab itu, penulis sangat mengaharapkan
kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan makalah praktikum
silvikultur ini. Akhir kata, semoga laporan praktikum pemanenan hasil hutan ini
bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................3
1.3 Tujuan...........................................................................................3
BAB II ISI
2.1 Pengertian Hutan Lindung............................................................4
2.2 Kondisi Ekologi yang Ada di hutan lindung Bung Hatta.............5
2.3 Keadaan flora dan fauna Hutan Lindung Bung Hatta..................5
2.4 Pengelolaan pada Hutan Lindung Bung Hatta.............................7
2.5 Studi kasus yang pernah terkait dengan masalah konflik
Sebelumnya.………..…………………………………………... 8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, e
kologi dan sosial yang tinggi. Kondisi hutan, dilihat dari penutupan lahan/vegetasi
mengalami perubahan yang cepat dan dinamis, sesuai perkembangan pembangun
an dan perjalanan waktu. Banyak faktor yang menggakibatkan perubahan tersebut
antara lain pertambahan penduduk, dan pembangunan diluar sektor kehutanan yan
g sangat pesat memberikan pengaruh besar terhadap meningkatnya kebutuhan aka
n lahan dan produk produk dari hutan serta ketidakjelasan institusi pengelola kaw
asan hutan tersebut. Hutan mempunyai fungsi produksi mempunyai nilai ekonomi,
seperti kayu, rotan, gaharu dan sebagainya. Hutan mempunyai fungsi ekologi kar
ena hutan sangat penting untuk keberlangsungan makhluk hidup manusia, hewan
dan tumbuhan. Fungsi ekologi tersebut diantaranya adalah menyerap karbondioksi
da sekaligus menghasilkan oksigen bagi kehidupan, sumber air, pencegah erosi da
n banjir, habitatn hewan, sumber keanekaragaman hayati, dan sebagainya (Nisa et
al., 2019).
Menurut Undang-undang No. 41 tahun 1999 tentang kehutanan, pengertian
hutan lindung adalah “Kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah
banjir, mengendalikan erosi mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan
tanah.” Hutan lindung adalah hutan yang dilindungi keberadaannya karena
bermanfaat dalam menjaga ekosistem. Penetapan kawasan hutan menjadi hutan
lindung didasari oleh fungsi hutan sebagai penyedia cadangan air bersih, penahan
erosi, habitat flora dan fauna, serta fungsi lainnya.Wilayah hutan lindung dapat
berada di dalam wilayah hutan produksi, hutan rakyat, hutan adat dan daerah yang
berbatas dengan pemukiman masyarakat. Hutan ini dapat dikelola oleh
pemerintah pusat, pemerintah daerah atau komunitas yang peduli terhadap
kelestarian hutan. Contohnya adalah hutan larangan atau hutan tutupan yang
biasanya dikelola oleh masyarakat adat.
Taman Hutan Raya Bung Hatta dimanfaatkan sebagai pelestarian plasma
nutfah, perlindungan sumber daya alam, pendidikan dan penelitian, pembinaan
cinta alam serta tempat rekreasi. Kawasan ini memiliki arboretum yang digunakan
sebagai koleksi jenis-jenis flora dari berbagai altitude berkisar antara 300 - 1000
m di atas permukaan laut. Jenis tumbuhan langka di kawasan ini yaitu Rafflesia
gaduttensis dan anggrek alam. Sedangkan untuk jenis hewan terdapat tapir, jenis-
jenis kera, siamang, rusa dan berbagai jenis burung (Departemen Kehutanan,
2002). Kawasan ini memiliki topografi bergelombang berupa bukit, tebing dan
lembah yang cukup curam dengan suhu 13°C - 26°C. Kawasan Taman Hutan
Raya Bung Hatta ini terletak antara 100°17’ BT sampai dengan 100°42’BT dan
0°32’ LS sampai 1°5’ LS yang membentang dari Barat ke Utara (Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan Kota Padang, 2013).
Pengelolaan sumber daya alam khususnya sumber daya hutan merupakan
upaya pengelolaan sumber daya alam yang terkandung pada kawasan hutan. Hal
tersebut dilakukan melalui pembagian kawasan hutan berdasarkan fungsi lindung,
konservasi dan produksi dengan memperhitungkan kelangsungan persediaannya
dan lingkungan sekitar sesuai pasal 6 Undang-Undang No.41 tahun 1999 (tentang
Kehutanan). Tujuannya untuk mengupayakan kelestarian sumber daya hutan dan
keseim bangan ekosistem, sehingga dapat mendukung upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakat dan eksistensi lingkungan.
Secara khusus untuk fungsi lindung, pemerintah telah mengupayakan Undang-
Undang 32 Tahun 2009 (tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup) yang mengamanatkan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan hidup yang meliputi peren canaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliha-raan, pengawasan, dan penegakan hukum. Jauh sebelum itu pemerintah
telah mengupayakan kebijakan terkait linkungan hidup melalui Keputusan
Persesen Republik Indonesi/Kepres 32 tahun 1990 (tentang Pengelolaan Kawasan
Lindung) yang mengamanatkan bahwa upaya pengelolaan kawasan lindung
mencakup kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya
(kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, kawasan resapan air).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah Silvikultur yang berjudul “Pemilihan
Jenis Pada Hutan Lindung Bung Hatta” adalah sebagai berikut:
1. Apa itu Hutan Lindung Bung Hatta ?
2. Bagaimana aspek ekologis dan jasa lingkungan yang ada di Hutan Lindung
Bung Hatta ?
3. Bagaimana keadaan flora dan fauna Hutan Lindung Bung Hatta ?
4. Bagaimana pengelolaan pada Hutan Lindung Bung Hatta ?
5. Apa studi kasus yang pernah terkait dengan masalah konflik sebelumnya ?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah Praktikum Silvikultur yang berjudul
“Pemilihan jenis Pada Hutan Lindung Bung Hatta adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa itu Hutan Lindung Bung Hatta
2. Untuk mengetahui kondisi ekologi Hutan Lindung Bung Hatta
3. Untuk mengetahui flora fauna di Hutan Lindung Bung Hatta
4. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan Hutan Lindung Bung Hatta
5. Untuk mengetahui konflik yang pernah terjadi sebelumnya
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Hutan Lindung


Berdasarkan peraturan perundangan yang ada, diantaranya Undang-Undan
g No. 41/1999 pasal 1, hutan lindung didefinisikan sebagai kawasan hutan yang m
empunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk
mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air lau
t dan memelihara kesuburan tanah. PP 44/2004 tentang Perencanaan Kehutanan d
an Keppres No. 32/1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, menyebutkan en
am kriteria hutan lindung yaitu kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan
40 persen atau lebih, mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2000 meter at
au lebih, kawasan dengan faktor kelas lereng, jenis tanah dan intensitas hujan setel
ah masing-masing dikalikan dengan angka penimbang mempunyai jumlah nilai sk
or 175 atau lebih, kawasan hutan yang mempunyai tanah sangat peka terhadap ero
si dengan lereng lapangan lebih dari 15 persen, kawasan yang merupakan daerah r
esapan air, dan kawasan hutan yang merupakan daerah perlindungan pantai. Dari
kriteria tersebut dapat dimengerti mengapa hutan ini diperuntukan terutama untuk
fungsi perlindungan ekosistem, bukan untuk produksi kayu atau perolehan pendap
atan dalam jumlah besar dalam waktu yang singkat.
Hutan lindung Indonesia mempunyai fungsi penting dalam menjaga ekosis
tem dan biodiversiti dunia. Sebagai negara dengan luas hutan terbesar ketiga setel
ah Brasil dan Zaire, fungsi hutan Indonesia dalam melindungi ekosistem lokal, na
sional, regional dan global sudah diakui secara luas. Dari fungsi biodiversiti, Indo
nesia dikenal sebagai pemilik 17 % spesies dunia, walaupun luas wilayahnya hany
a 1.3 % dari luas wilayah dunia. Diperkirakan Indonesia memiliki 11 % species tu
mbuhan berbunga yang sudah diketahui, 12 % binatang menyusui, 15 % amfibi da
n reptilia, 17 % jenis burung dan sekitar 37 % jenis-jenis ikan yang ada di dunia
(KLH dan UNESCO, 1992). Kemewahan tersebut suatu ketika akan punah dan hil
ang, jika pengelolaan hutan lindung tidak dilakukan secara bijaksana dan berkelan
jutan, dan didukung oleh kebijakan serta peraturan perundangan yang jelas.
2.2 Kondisi Ekologi Dan Jasa Lingkungan Yang Ada Di Hutan Lindung
Bung Hatta
Taman Hutan Raya Bung Hatta terletak di 23 km pada jalur padang-solok.
Taman Hutan Raya Bung Hatta sebelumnya merupakan kebun rayasetya mulya
yang diresmikan oleh presiden Indonesia Dr. Moh. Hatta pada tahun 1995. Taman
hutan raya bung hatta merupakan kawasan alami dengan ekosistem hutan darat
dengan keragaman hayti yang cukup tinggi. Pemandangan alam yang indah,
bentang alam yang merupakan kesatuan lembah, bukit dan dataran derah
perkotaan. Menuurut pengelolaan taman hutan raya bung hatta, luas kawasan
hutan raya bung hatta 240 ha, dari lubuk paraku sampai panorama I kirikanan,
dari panorama I kirikanan sampai batas kota padang solok. Pada kawasan taman
raya bung hatta ada beberapa ekologis dari jenis tumbuhan seperti jambu biji
merah, sawit, surian sangkai, mangga, marantiah, tembesi, rambutan, salak,
barneo, sirsak, pinang, jambu bol, lansano, mahoni, jati, bambu cina, sungkai.
Lingkungan hidup merupakan bagian yang mutlak dari kehidupan manusia
salah satunya komponen lingkungan hidup adalah sumberdaya alam hayati,
berupa flora dan fauna sebagai modal besar pembangunan nasional dan
mempunyai peran penting bagi keberlangsungan kehidupan di muka bumi.
Kekayaan alam tersebut harus dilindungi, dipelihara dan dimanfaatkan dan mutu
kehidupan. Pengelolaa dan Pemanfaatannya mesti dilakukan secara selaras dan
seimbang.
Pemanfaatan jasa lingkungan wisata alam pada hutan lindung bung hatta
menjadi destinasi yang berbasis alam. Selain hutannya masih asri dan hijau, juga
kawasan di ladang padi, kecamatan lubuk kilangan ini berada di ketinggian
sehingga berhawa sejuk. Pemandangan dari atas menyajikan keindahan kota
padang dari atas menyajikan keindahan kota padang berikut hamparan
lautnya.kawasan tahura bung hatta merupakan daerah serapan yang mejadi
sumber air terbesar di kota padang. Namun, lokasi ini bisa dikembangkan menjadi
tempat wisata alam yang sangat bagus dan tidak merusak lingkungannya.
2.3 Keadaan Flora Dan Fauna Hutan Lindung Bung Hatta
Taman Hutan Raya Bung Hatta merupakan sebuah hutan hujan yang
tentunya mempunyai beragam jenis tanaman atau tumbuhan dan juga satwanya.
Ada Rafflesia Arnoldi, yang merupakan bunga terbesar di dunia, dan macam
pohon buah seperti durian dan srikaya, di Taman Hutan Raya Bung Hatta. Satwa
yang berada di Taman Hutan Raya Bung Hatta meliputi tapir, kambing hutan,
harimau Sumatera, dan masih banyak satwa lain yang dilindungi.
Daya tarik utama dari taman ini adalah bunga raksasa (Rafflesia arnoldii)
bunga terbesar di dunia. Dinamai Rafflesia arnoldii sesuai dengan nama Wakil
Gubernur Pemerintahan Inggris, Sir Thomas Stamford Raffles yang pernah
tinggal di Bengkulu dalam waktu yang lama, dan ahli botani Joseph Arnold yang
pertama kali menemukan bunga di lereng pegunungan Bukit Barisan.
Bunga ini adalah suatu keajaiban yang langka. memerlukan waktu hingga 10
bulan untuk berkembang dan hanya mekar selama sekitar 15 hari. Ketika mekar
secara penuh, memiliki diameter satu meter. Tanaman ini tidak memiliki akar dan
batang, tetapi terdiri atas benang seperti tumbuhan pada tanaman merambat.
Bunga-bunga ini biasanya mekar antara bulan Juli dan September. Bunga ini
terkenal bukan hanya ukuran besarnya, tapi karena baunya yang busuk.
Di Taman Raya Bung Hatta ini juga terdapat habitat baik flora maupun fauna
yang beraneka ragam, berikut ini penjelasan mengnai hal tersebut:
Flora: Kuini (Mangifera indica), Ambacang (Mangifera foetida), Durian Belanda
(Annona muricata), Buah Nona (Annona reticula) Kenanga (Canangium
frusticosum), Pisang – pisangan (Polyalthia oblonga), Xylopia Malayana,
Alemanda (Alamanda cathartica), Jeletung (Dyera costulta), Oleander (Nerium
oleander), Kamboja (Plumeieria acuminata), Voacangan Foetida, Timah – timah
( Ilex cymosa), Birah (Alocasia macrrohiza), Bunga bangkai (Amorphophalus
campanulatus), Kaladi Hias (Caladium bicolor), Juluak Antu (ArthrRphyllum
diversifolium), Durian (Durio zibethinus), Mandirawan (Hopea mengarawan),
Keruing (Dipterocarpus Bauddi), Kayu Minyak (Shorea sumatrana), Buah Seri
(Muntingia Calabura), Kemiri (Aleurites moluccana), Antidesma Montanum,
Aporusa Benthamiana, Bischofia Javanica, Clauxylon Polot, Euphorbia
pulcherrima, Glochidion Obscurum, Mallotus Paniculatus, Kayu Manis
(Cinnamomum burmannii), Waru (Hibiscus tilliaceus) dan sebagainya.
Fauna: Kambing Hutan (Nemorthaidus Sumatrensis) Kijang (Muntiacus Muntjak),
Rusa (Cervus Eguinus), Tapir (Tapirus Indicus), Harimau Sumatera (Panthera
Tigris Sumatrensis), Simpai (Presbytis Melalophus), Beruk (Macacca
Nemestrina), Kera Ekor Panjang (Mecacca Fascicularis), Siamang (Hylobates
Syndactylus), enggang (Bucceros).
2.4 Pengelolaan Hutan Lindung Bung Hatta
Pertama, Pengelolaan Taman Hutan Raya Bung Hatta dari segi pariwisata
dilakukan oleh 2 Badan, yaitu Dinas Kehutanan dan Dinas Pariwisata, sesuai
dengan bidang masing-masing. Pengelolaan sebagai pariwisata sebenarnya belum
maksimal, karena masih banyak kekurangan yang terdapat di Taman Hutan Raya
Bung Hatta, diantaranya sarana prasarana, kebersihan dan keamanan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Pitana dan Diarta (2009: 65) sistem pariwisata merupakan
sebuah sistem terbuka dan pariwisata pun tidak terjadi didalam ruang hampa.
Sistem pariwisata ini juga berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas, seperti
ekonomi, sosial budaya, teknologi, politik, hukum, lingkungan fisik, dan
sebagainya, dan sisstem pariwisata mempunyai konsekuensi atau dampak
terhadap lingkungan dimana sistem pariwisata tersebut berada. Dimana sebuah
tempat yang dikunjungi oleh begitu banyak wisatawan akan menjadi terkenal dan
cenderung mengalami perubahan cukup besar dalam bidang ekonomi, sosial, dan
lingkungan fisisk. Hal ini bisa berdampak positif maupun negatif bagi daerah
tersebut Kedua, pengelolaan Taman Hutan Raya Bung Hatta dari segi pendidikan
umumnya adalah sebagai media tempat penelitian bagi mahasiswa dan pelajar.
Disamping itu, Taman Hutan Raya Bung Hatta juga melakukan pengelolaan
terhadap pengunjung yang akan melakukan penelitian secara berkelompok dan
dalam jangka waktu yang pendek. Biasanya penelitian tersebut dilakukan dengan
batasan yang jelas yaitu tidak mengganggu Taman Hutan Raya Bung Hatta.
Ketiga, pengelolaan dari segi Kegiatan Penunjang Budidaya di Taman
Hutan Raya Bung Hatta dilakukan sesuai dengan kaedah yang berlaku. Kegiatan
Penunjang Budidaya dilakukan untuk melestarikan, memelihara dan merawat
tumbuhan yang ada di Taman Hutan Raya Bung Hatta, disamping itu juga
dilakukan pembibitan tanaman dan penanaman pohon. Kegiatan tersebut
dilakukan 1 sampai 2 kali dalam 1 tahun dan didukung oleh pemerintah Kota
Padang Hal ini sesuai dengan pendapat Indriyanto (2010) konsep dasar budidaya
pohon adalah bahwa pemilihan perlakuan silvikultur yang tepat, baik pada hutan
alam maupun pada hutan tanaman, bergantung pada tingkat Kontrol interaksi
genitip lingkungan terhadap perkembangan fisiologis tegakan. Kontrol struktur
tegakan berarti Kontrol pertumbuhan pohon dan tumbuhtumbuhan lain dalam
tegakan hutan yang diinginkan maupun yang tidak diinginkan. Mengingat bahwa
pertumbuhan setiap tumbuhan dikendalikan oleh interaksi genotip lingkungan,
maka seorang kehutanan harus menyadari bahwa semua perlakuan, termasuk
pemungutan hasil hutan, penjarangan tegakan hutan, persiapan lokasi tanam, dan
pemupukan itu berpengaruh langsung terhadap interaksi tersebut.
2.5 Konflik yang Pernah Ada di Taman Hutan Raya Bung Hatta
Sudah banyak kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk mengelola taman
hutan raya di Indonesia, kebijakan khusus untuk pengelolaan taman hutan besar D
r. Muhammad Hatta itu juga beraneka ragam, namun seringkali gagal dalam pelak
sanaan, ditemukan berbagai kesulitan dan hambatan bahkan penolakan kebijakan
yang mengakibatkan tidak berjalannya program-program pengelolaan untuk pemb
angunan yang besar taman hutan. Masalah utama dalam pengelolaan hutan di Indo
nesia, menurut Ujud Tajahuddin (Herman Hidayat, 2015) adalah kebijakan pembe
rian kewenangan yang menetapkan bahwa hutan adalah milik Menyatakan, agar k
ebijakan pengelolaan hutan yang dibuat oleh pemerintah cenderung top-down dan
membayar lebih murah memperhatikan keterlibatan pemangku kepentingan lainny
a.
Banyak faktor yang menyebabkan kebijakan tidak efektif seperti tidak adanya
dukungan dari pihak lain, tidak adanya nilai publik, tersebut kesulitan pelaksana d
alam menerjemahkan isi kebijakan, kurangnya sumber daya kebijakan, struktur bir
okrasi, dan komunikasi yang tidak efektif antar pelaku kebijakan. Itu semua tergan
tung pada model kebijakan, yaitu abstraksi sederhana yang dapat menggambarkan
pola suatu kebijakan yang sedang diproses dan akhirnya menjadi keputusan politi
k pemerintah. Berdasarkan permasalahan tersebut maka penelitian ini bertujuan u
ntuk menentukan dan mendeskripsikan model kebijakan yang menjadi dasar peng
elolaan Taman Hutan Raya Hatta dengan kondisi yang buruk.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Hutan lindung merupakan kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok seb
agai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, menc
egah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut dan memelihara k
esuburan tanah.
2. Taman hutan raya bung hatta merupakan kawasan alami dengan ekosistem
hutan darat dengan keragaman hayati yang cukup tinggi. Pemandangan alam
yang indah, bentang alam yang merupakan kesatuan lembah, bukit dan
dataran derah perkotaan
3. Taman Hutan Raya Bung Hatta merupakan sebuah hutan hujan yang tentunya
mempunyai beragam jenis tanaman atau tumbuhan dan juga satwanya. Ada
Rafflesia Arnoldi, yang merupakan bunga terbesar di dunia, dan macam
pohon buah seperti durian dan srikaya, di Taman Hutan Raya Bung Hatta.
4. Taman Hutan Raya Bung Hatta merupakan sebuah hutan hujan yang tentunya
mempunyai beragam jenis tanaman atau tumbuhan dan juga satwanya, Flora
seperti Kuini (Mangifera indica), Ambacang (Mangifera foetida), Durian Bel
anda (Annona muricata) dan Fauna seperti Kambing Hutan (Nemorthaidus S
umatrensis) Kijang (Muntiacus Muntjak), Rusa (Cervus Eguinus), Tapir (Tap
irus Indicus) dapat ditemukan
5. Masalah utama dalam pengelolaan hutan di Indonesiaadalah kebijakan pembe
rian kewenangan yang menetapkan bahwa hutan adalah milik Menyatakan, ag
ar kebijakan pengelolaan hutan yang dibuat oleh pemerintah cenderung top-d
own dan membayar lebih murah memperhatikan keterlibatan pemangku kepe
ntingan lainnya.
2

DAFTAR PUSTAKA

Anton. 2014. Fungsi kawasan dan strategi Pengelolaan Hutan Lindung Wosi Rend
ani Kabupaten Monokwari. Jurnal Agrifor, (13)2.
Ayu, Fela. 2011. Etbotani Tumbuhan Pangan Sekitar Hutan Masyarakat Suku Day
ak. Bogor: Departmen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata. Fa
kultas Kehutanan. IPB.
Fasandra F, Yuliana Y, Hijriyantomi S. 2014. Pengelolaan Objek Wisata Taman
Hutan Raya Bung Hatta Kota Padang. E-Journal Home Economic and Tou
rism 7(3): 1-17.
Ginoga K, Mega L, dan Deden D. 2005. Kajian Kebijakan Pengelolaan Hutan Lin
dung. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi. 2(2): 203-231.
Mubarak A, Karjuni M, dan Aldri F. 2019. Urban Forest Management Policy Mod
el (Case Study at Great Forest Park Dr. Muhammad Hatta, Padang City). 1
25(1): 71-78.
Setyawan O dan Krisnawati. 2014. Pemilihan Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu Pote
nsial Dalam Rangka Rehabilitasi Hutan Lindung (Studi Kasus Kawasan H
utan Lindung KPHL Rinjani Barat, Nusa Tenggara Barat). Jurnal Ilmu Ke
hutanan. 8(2): 89-99

Anda mungkin juga menyukai