Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah ini. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Hukum Lingkungan. Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis. Ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR………………………………………………………………i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….....ii
BAB I.PENDAHULUAN…………………………………………………………..
1.1 LATAR BELAKANMASALAH……………………………………………
1.2 PERUMUSANMASALAH……………………………………………………
1.3 TUJUAN………………………………………………………………………
BAB II.
PEMBAHASAN………………………………………………………………..
2.1 PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PERUSAKKAN HUTAN BAKAU
ATAU MANGROVE DI NTT ………………….……………………………….
2.2PENERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KERUSAKAN HUTAN
BAKAU ATAU MANGROVE DI NTT
………………………………………………………
BAB III.
PENUTUP………………………………………………………………………
A. KESIMPULAN……………………………………………………………………
….
B. SARAN……………………………………………………………………………
….
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk mengembalikan fungsi hutan mangrove sebagai pelindung kawasan pesisir maka
diperlukan perencanaan program rehabilitasi berkelanjutan mangrove yang menyeluruh
dan melibatkan seluruh elemen penting kawasan konservasi yaitu masyarakat, pengelola
kawasan dan pemerintah daerah. Upaya rehabilitasi berkelanjutan hutan mangrove di
Lifuleo dapat dilaksanakan dalam beberapa program utama yaitu program rehabilitasi,
program pengawasan dan monitoring, program eduwisata, dan program pemberdayaan
masyarakat. Program rehabilitasi disusun dengan mempertimbangkan faktor utama
kerusakan hutan mangrove di Desa Lifuleo yaitu karena sedimentasi pasir di bibir pantai.
Rehabilitasi kawasan diawali dengan membuat kembali jalur air laut agar air dapat masuk
kembali ke kawasan. Jalur air dibuat dengan bantuan alat berat. Langkah selanjutnya
adalah pembuatan gorong-gorong dari wilayah mangrove ke wilayah laut lepas pantai.
Fungsi gorong-gorong adalah untuk mengalirkan air laut ke kawasan hutan mangrove.
Untuk langkah jangka panjang rehabilitasi dapat dilakukan dengan membuat bangunan
penangkal sedimentasi. Bangunan ini dapat berupa bangunan Groin atau Jetty.
Kedepannya bangunan ini tidak hanya sebagai penangkal sedimentasi namun juga bisa
dikembangkan sebagai salah satu lokasi wisata pantai dan mangrove. Untuk memudahkan
program rehabilitasi dalam mendapatkan bibit mangrove maka perlu dikembangkan lahan
pembibitan mangrove disekitar Desa Lifuleo.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hutan juga dapat di kategorikan sebagai ekosistem yang menjadi tempat hidup
dan berinteraksi bagi hewan maupun tumbu-tumbuhan. Hutan terbagi menjadi tiga
bagian yakni bagian atas, bagian permukaan tanah dan bagian di bawah tanah. Di
bagian atas hutan terdapat kanopi alami yakni dedaunan pohon yang tumbuh lembat.
Di permukaan tanah hutan terdapat guguran daun- daun kering serta ditumbuhi
semak- semak dan rerumhutan. Sedangkan di bagian bawah tanah hutan terdapat
unsur hara, akar tanaman, sumber mata air dan juga dihuni mikro organisme.
Salah satu potensi hutan mangrove adalah sebagai pencegah abrasi pantai.
Dengan adanya hutan mangrove maka pengikisan areal pantai pada saat musim
penghujan dapat di minimalisir selain itu mangrove juga dapat menjadi ekosistem
bagi kepiting dan berbagai jenis ikan lainnya. Namun dalam perkembangan
pembangunan, banyak kali hutan mangrove di alih fungsikan dan juga di hancurkan
karena kepentingan pembangunan oleh orang perorangan maupun perusahan.
Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang bahwa
ekosistem mangrove termasuk Kawasan Lindung Lainnya, yaitu kawasan pesisir
berhutan bakau berupa kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan
bakau bakau (mangrove) yang berfungsi memberi perlindungan kepada perikehidupan
pantai dan lautan. Perlindungan hutan di jelaskan melalui Undang-Undang Nomor 41
Tahun 1999 Tentang Kehutanan dan dibagi berdasarkan fungsi kawasan yaitu
kawasan hutan lindung, hutan produksi dan hutan konservasi. Perlindungan hutan
termasuk di dalamnya adalah perlindungan ekosistem hutan mangrove. Ekosistem
hutan mangrove yang sangat khas, unik dan kompleks kemudian menyediakan
sumberdaya alam yang melimpah sekaligus permasalahan yang kompleks melibatkan
berbagai sektor.
B. SARAN
Oleh karena itu kedepan diperlukan keseriusan dari pemerintah setempat dan
pengelola kawasan untuk melestarikan kembali hutan mangrove yang telah rusak agar
dapat memberikan manfaat bagi lingkungan dan masyarakat disekitar kawasan
mangrove
DAFTAR PUSTAKA
https://fhukum.unpatti.ac.id/jurnal/balobe/article/download/652/400
http://menlhk.co.id/simppuh/public/uploads/files/P.35%20(8).pdf
http://repository.umsu.ac.id/handle/123456789/1889?mode=full
https://kkp.go.id/djprl/bkkpnkupang/artikel/11439-upaya-rehabilitasi-
berkelanjutan-kawasan-hutan-mangrove-di-desa-lifuleo-kupang
https://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmfh/article/view/9309