Disusun Oleh :
Kelompok 3
Sulastri / 19543031
Kelas : 3B
Tingkat/Semester : 4/7
GARUT 2022
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji serta syukur kepada Alloh subhanahu wata’ala yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Indra Dodo
Saputra, M.Pd., selaku dosen pengampu Mata Kuliah Biologi Kelautan yang telah
memberikan tugas ini.
bisa memenuhi tugas serta bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.
Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari kata sempurna,
maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari
semua pihak.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar......................................................................................i
Daftar Isi................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan..................................................................................23
Daftar Pustaka.......................................................................................25
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
masyarakatnya berusaha untuk memelihara dan melindungi. Lahan
mangrove terluas terdapat di Irian Jaya dengan luasan sekitar 1.350.600ha
(38%), Kalimantan 978.200 ha (28%) dan Sumatera 673.300 ha (19%)
(Wetland International, 1999).
2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
a. Apa pengertian ekosistem hutan mangrove ?
b. Bagaimana ciri-ciri ekosistem hutan mangrove ?
c. Bagaimana zonasi ekosistem hutan mangrove ?
d. Apa saja komponen biotik ekosistem hutan mangrove ?
e. Apa saja faktor lingkungan di ekosistem hutan mangrove ?
f. Bagaimana vegetasi ekosistem hutan mangrove ?
g. Apa fungsi ekosistem hutan mangrove ?
3
BAB II
PPEMBAHASAN
4
waktu air laut pasang dan bebas dari genangan pada saat air laut surut, yang
komunitas tumbuhannya toleran terhadap garam.
5
tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat; daerahnya
terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat; airnya
berkadar garam (bersalinitas) payau (2-22 %).
1. Pasang surut yang secara tidak langsung mengontrol dalamnya muka air
(water table) dan salinitas air dan tanah. Secara langsung arus pasang
surut dapat menyebabkan kerusakan terhadap anakan
2. Tipe tanah yang secara tidak langsung menentukan tingkat aerasi tanah,
tingginya muka ir dan drainase
3. Kadar garam tanah dan air yang berkaitan dengan toleransi spesies
terhadap kadar garam serta pasokan dan aliran air tawar
6
4. Cahaya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan anakan dari species
intoleran seperti Rhizophora, Avicennia dan Sonneratia.
5. Pasokan dan aliran air tawar
- Mangrove Pantai: tipe ini air laut dominan dipengaruhi air sungai.
Struktur horizontal formasi ini dari arah laut ke arah darat adalah
mulai dari tumbuhan pionir (Avicennia sp), diikuti oleh komunitas
campuran Soneratia alba, Rhizophora apiculata, selanjutnya
komunitas murni Rhizophora sp dan akhirnya komunitas campuran
Rhizophora-Bruguera. Bila genangan berlanjut, akan ditemui
komunitas murni Nypa fructicans di belakang komunitas campuran
yang terakhir
- Mangrove Muara pengaruh oleh air laut sama dengan pengaruh air
sungai. Mangrove muara dicirikan oleh mintakat tipis Rhizophora spp.
Di tepian alur, diikuti komunitas campuran Rhizophora – Bruguiera
dan diakhiri komunitas murni N. Fructicans.
- Mangrove sungai: pengaruh oleh air sungai lebih dominan daripada
air laut, dan berkembang pada tepian sungai yang relatif jauh dari
muara. Jenis-jenis mangrove banyak berasosiasi dengan komunitas
daratan.
Terletak paling luar jauh atau terdekat dengan laut, keadaan tanah
berlumpur agak lembek (dangkal), dengan substrat agak berpasir, sedikit
bahan organik dan kadar garam agak inggi. Zona mi biasanya didominasi
7
oleh jenis api-api (Avicennia spp) dan prepai (Sonneraria spp), dan
biasanya berasosiasi dengan jenis bakau (Rhizophora spp).
Terletak di belakang zona bakau, agak jauh dari laut dekat dengan
daratan. Keadaan berlumpur agak keras, agak jauh dari garis pantai. Pada
umumnya ditumbuhi jenis tanjang (Bruguiera spp) dan di beberapa tempat
berasosiasi dengan jenis lain.
Terletak paling jauh dari laut atau paling dekat ke arah darat. Zona
ini mengandung air dengan salinitas sangat rendah dibandingkan zona
lainnya, tanahnya keras, kurang dipengaruhi pasang surut dan kebanyakan
berada di tepi-tepi sungai dekat laut. Pada umumnya ditumbuhi jenis nipah
(Nypa fruticans) dan beberapa spesies palem lainnya.
8
Gambar 1. Pola Zonasi Hutan Mangrove dari Tepi Laut menuju ke Arah
Daratan (Bengen, 2004)
1. Produsen
Yaitu organism yang bisa membuat makanannya sendiri (autotropik)
karena memiliki butir-butir klorofil sehingga mapu melakukan proses
fotosintesis. Secara sepintas dapat dilihat bahwa ekosistem mangrove
dipenuhi oleh tumbuhan pepohonan berhijau daun, diantaranya yaitu:
Aegiceras corniculatum, Avicennia alba, Avicennia officinalis,
Bruguiera cyndrica, Bruguiera hainessii, Ceriops decandra, Ceriops
tagal, Excoecaria agallocha, Lumnittzera littorea, Lumnitzera
racemosa, Nypa fruticans, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa,
Schyphypora hydrophyllacea, Sonneratia alba, Sonneratia ovate,
Xylocarpus granatum, dan Xylocarpus moluccensis. Di dalam kawasan
ekosistem mangrove yang selalu tergenang air kemungkinan dapat
ditemukan fitoplankton atau plankton nabati. Plankton adalah
mikroorganisme atau larva yang melayang dalam air, tidak dapat
9
bergerak sendiri, atau daya geraknya lemah sehingga mudah
terpengaruh oleh gelombang atau arus air. Beberapa fitoplankton laut
diantaranya adalah : Asterionella, Amphiphora, Bacillaria,
Coscinodiscus, Dytilum, Eucampia, Guinardia, Hemiaulus,
Licmophora, Mastogloia, Nitzschia, Planktoniella, Pleurosigma,
Rhizosolenia, Skeletonema, Surirella, Thalassionema, Thalassiosira,
(Diatom), Amphisolenia, Ceratium, Ceratocorys, Dinophysis,
Gonyauulax, Gymnodinium, Noctiluca, Ornithocerus, Peridinium,
Prorocentrum, dan Pyrocycistis (Dianoflagellata).
2. Konsumen
Yaitu organism yag tidak dapat membuat makanannya sendiri
(heterotropik) sehingga harus mengambil makannya dari organisme
produsen. Di dalam ekosistem mangrove, organisme konsumen terdiri
atas:
a. Zooplankton atau plankton hewani, misalnya: Tintinnopsis,
Dyctiota, Rhabdonella, Globigerina, Aulosphaera, (protozoa),
Calanus, Centropages, Oithona, Euchaeta, Evadne, Pyrocypris,
Lucifer (crustacean), Clione, Carinaria, Janathina (moluska),
dan beberapa larva ikan yang masih bersifat planktonik
(iktioplankton).
b. Bentos yaitu organism yang hidup di dasar ekosistem mangrove.
Bentos dapat dibedakan atas epifauna (hidup di atas permukaan
dasar) dan infauna (hidup membenamkan diri di dalam dasar).
c. Neuston yaitu organism yang hidup pada daerah permukaan air.
d. Perifiton yaitu organisme yang hidup pada batang, daun, atau
tumbuhan yang terdapat di dalam ekosistem mangrove.
e. Nekton yaitu organisme yang dapat berenang masuk ke dalam
dan kelur dari kawasan ekosistem mangrove.
10
kurang begitu jelas (Kartawinata dkk, 1979). Penyebaran fauna
penghuni hutan mangrove memperlihatkan dua cara, yaitu penyebaran
secara vertikal dan secara horisontal. Penyebaran secara vertikal
umumnya dilakukan oleh jenis fauna yang hidupnya menempel atau
melekat pada akar, cabang maupun batang pohon mangrove, misalnya
jenis Liftorina scabra, Nerita albicilla, Menetaria annulus dan
Melongena galeodes (Budiman dan Darnaedi, 1984: Soemodihardjo,
1977).
Sedangkan penyebaran secara horizontal biasanya ditemukan pada
jenis fauna yang hidup pada substrat, baik itu yang tergolong infauna,
yaitu fauna yang hidup dalam lubang atau dalam substrat, maupun yang
tergolong epifauna, yaitu fauna yang hidup bebas di atas substrat.
Distribusi fauna secara horisontal pada areal hutan mangrove yang
sangat luas, biasanya memperlihatkan pola permintakatan jenis fauna
yang dominan dan sejajar dengan garis pantai. Permintakatan yang
terjadi di daerah ini sangat erat kaitannya dengan perubahan sifat
ekologi yang sangat ekstrim yang terjadi dari laut ke darat. Kartawinata
dan Soemodihardjo (1977) menyatakan bahwa permintakatan fauna
hanya terlihat pada hutan mangrove sangat luas, tetapi tidak terlihat
pada hutan mangrove yang ketebalannya sangat rendah.
a. Fisiografi pantai
11
Fisiografi pantai dapat mempengaruhi komposisi, distribusi spesies
dan lebar hutan mangrove. Pada pantai yang landai, komposisi ekosistem
mangrove lebih beragam jika dibandingkan dengan pantai yang terjal. Hal
ini disebabkan karena pantai landai menyediakan ruang yang lebih luas
untuk tumbuhnya mangrove sehingga distribusi spesies menjadi semakin
luas dan lebar. Pada pantai yang terjal komposisi, distribusi dan lebar
hutan mangrove lebih kecil karena kontur yang terjal menyulitkan pohon
mangrove untuk tumbuh.
b. Pasang
1) Lama pasang
Lama terjadinya pasang di kawasan mangrove dapat mempengaruhi
perubahan salinitas air dimana salinitas akan meningkat pada saat
pasang dan sebaliknya akan menurun pada saat air laut surut.
Perubahan salinitas yang terjadi sebagai akibat lama terjadinya
pasang merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi distribusi
spesies secara horizontal. Perpindahan massa air antara air tawar
dengan air laut mempengaruhi distribusi vertikal organisme.
2) Durasi pasang :
a) Struktur dan kesuburan mangrove di suatu kawasan yang
memiliki jenis pasang diurnal, semi iurnal, dan campuran akan
berbeda.
b) Komposisi spesies dan distribusi areal yang digenangi berbeda
menurut durasi pasang atau frekuensi penggenangan. Misalnya :
penggenangan sepanjang waktu maka jenis yang dominan
adalah Rhizophora mucronata dan jenis Bruguiera serta
Xylocarpus kadang-kadang ada.
3) Rentang pasang (tinggi pasang)
12
a) Akar tunjang yang dimiliki Rhizophora mucronata menjadi lebih
tinggi pada lokasi yang memiliki pasang yang tinggi dan
sebaliknya
b) Pneumatophora Sonneratia sp menjadi lebih kuat dan panjang
pada lokasi yang memiliki pasang yang tinggi.
d. Iklim
Mempengaruhi perkembangan tumbuhan dan perubahan faktor fisik
(substrat dan air). Pengaruh iklim terhadap pertumbuhan mangrove
melalui cahaya, curah hujan, suhu, dan angin. Penjelasan mengenai
faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
13
1. Cahaya
- Cahaya berpengaruh terhadap proses fotosintesis, respirasi,
fisiologi, dan struktur fisik mangrove
- Intensitas, kualitas, lama (mangrove adalah tumbuhan long day
plants yang membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi sehingga
sesuai untuk hidup di daerah tropis) pencahayaan mempengaruhi
pertumbuhan mangrove
- Laju pertumbuhan tahunan mangrove yang berada di bawah
naungan sinar matahari lebih kecil dan sedangkan laju kematian
adalah sebaliknya
- Cahaya berpengaruh terhadap perbungaan dan germinasi dimana
tumbuhan yang berada di luar ke lompok (gerombol) akan
menghasilkan lebih banyak bunga karena mendapat sinar matahari
lebih banyak daripada tumbuhan yang berada di dalam gerombol.
2. Curah hujan
- Jumlah, lama, dan distribusi hujan mempengaruhi
perkembangan tumbuhan mangrove
- Curah hujan yang terjadi mempengaruhi kondisi udara, suhu air,
salinitas air dan tanah
- Curah hujan optimum pada suatu lokasi yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan mangrove adalah yang berada pada
kisaran 1500-3000 mm/tahun
3. Suhu
- Suhu berperan penting dalam proses fisiologis (fotosintesis dan
respirasi)
- Produksi daun baru Avicennia marina terjadi pada suhu 18-20º
C dan jika suhu lebih tinggi maka produksi menjadi berkurang
- Rhizophora stylosa, Ceriops, Excocaria, Lumnitzera tumbuh
optimal pada suhu 26-28º C
- Bruguiera tumbuh optimal pada suhu 27º C, dan Xylocarpus
tumbuh optimal pada suhu 21-26º C
14
e. Salinitas
- Salinitas optimum yang dibutuhkan mangrove untuk tumbuh
berkisar antara 10-30 ppt
- Salinitas secara langsung dapat mempengaruhi laju
pertumbuhan dan zonasi mangrove, hal ini terkait dengan
frekuensi penggenangan
- Salinitas air akan meningkat jika pada siang hari cuaca panas
dan dalam keadaan pasang
- Salinitas air tanah lebih rendah dari salinitas air
f. Oksigen Terlarut
- Oksigen terlarut berperan penting dalam dekomposisi serasah
karena bakteri dan fungsi yang bertindak sebagai dekomposer
membutuhkan oksigen untuk kehidupannya.
- Oksigen terlarut juga penting dalam proses respirasi dan
fotosintesis
- Oksigen terlarut berada dalam kondisi tertinggi pada siang hari
dan kondisi terendah pada malam hari
g. Substrat
1. Karakteristik substrat merupakan faktor pembatas terhadap
pertumbuhan mangrove
2. Rhizophora mucronata dapat tumbuh baik pada substrat yang
dalam tebal dan berlumpur
3. Avicennia marina dan Bruguiera hidup pada tanah lumpur berpasir
4. Tekstur dan konsentrasi ion mempunyai susunan jenis dan
kerapatantegakan Misalnya jika komposisi substrat lebih banyak
liat (clay) dan debu (silt) maka tegakan menjadi lebih rapat
5. Konsentrasi kation Na > Mg > Ca atau K akan membentuk
konfigurasi hutan Avicennia/Sonn ratia/Rhizophora/Bruguiera
6. Mg > Ca > Na atau K yang ada adalah Nipah
7. Ca > Mg, Na atau K yang ada adalah Melauleuca
15
h. Hara
Unsur hara yang terdapat di ekosistem mangrove terdiri dari hara
inorganik dan organik.
1. Inorganik : P, K, Ca, Mg, Na
2. Organik : Allochtonous dan Autochtonous (fitoplankton, bakteri,
alga)
batasan hutan mangrove sebagai hutan yang tumbuh pada tanah alluvial di
daerah pantai dan sekitar muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air
laut serta ciri dari hutan ini terdiri dari tegakan pohon Avicennia,
atas pohon, epipit, liana, alga, bakteri dan fungi. Telah diketahui lebih dari
20 famili flora mangrove dunia yang terdiri dari 30 genus dan lebih kurang
pohon, 5 jenis terna, 9 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis epifit dan 2 jenis
parasit.
16
Tomlinson (1986) membagi flora mangrove menjadi tiga kelompok,
yakni:
17
membentuk tegakan, sedangkan mangrove ikutan adalah tumbuhan yang
tidak pernah tumbuh di komunitas mangrove sejati dan biasanya tumbuh
bergabung dengan tumbuhan daratan. Pengenalan sederhana untuk dapat
mengenal jenis-jenis mangrove sejati untuk tujuan rehabilitasi difokuskan
pada jenis-jenis yang membentuk tegakan murni.
- Sebagai penjaga garis pantai juga tebing sungai agar terhindar dari
- Sebagai sumber kayu untuk bahan bakar juga bahan bangunan bagi
manusia.
18
- Sebagai tempat untuk mencari makanan, tempat memijah, tempat
lain-lain.
perbatasan antara kawasan darat dan laut. Erosi pantai akan terus
besar. Hutan mangrove menjadi salah satu sarana yang sangat penting
Tanah bisa masuk ke dalam air laut secara terus menerus, karena
disekitar laut. Tanah akan menjadi lapisan yang lebih padat dengan
c. Habitat Perikanan
19
spesies seperti udang, ikan dan kepiting banyak berkembang biak di
ternak. Selain itu pohon mangrove juga mengandung tanin dan bahan
alami lainnya.
alam dan manusia. Salah satu cara untuk mencegah atau mengurangi
20
pemanasan dari perairan laut. Selain itu mangrove juga berperan untuk
laut yang tidak akan habis. Sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan
semua jenis logam berbahaya dan membuat kualitas air menjadi lebih
objek wisata. Dengan cara ini maka hutan mangrove akan menjadi
21
akan memberikan dampak ekonomi yang sangat baik untuk
kebutuhan gas atau bahan bakar bagi sebuah negara. Selain itu, bagi
Perubahan iklim dan cuaca bisa terjadi karena berbagai macam faktor,
22
antara laut, pantai dan darat. Selain itu, manfaat hutan mangrove juga
untuk melestarikan hutan mangrove menjadi salah satu hal yang paling
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan :
a. Pengertian ekosistem hutan mangrove
Ekosistem mangrove adalah suatu lingkungan yang mempunyai ciri
khusus karena lantai hutannya secara teratur digenangi oleh air yang
dipengaruhi oleh salinitas serta fluktuasi ketinggian permukaan air karena
adanya pasang surut air laut
b. Ciri-ciri ekosistem hutan mangrove
Ciri utama hutan atau ekosistem mangrove yang tidak dimiliki ekosistem
lainnya antara lain: abrasi tanah yang jarang terjadi, salinitas tanah yang
tinggi, tidak banyak tumbuhan yang bisa bertumbuh, mengalami daur
penggenangan akibat pasang surut air laut dan adanya tumbuhan spesial
yang tumbuh dengan kemampuan evolusi dan adaptasi tinggi.
c. Zonasi ekosistem hutan mangrove
Dari arah laut ke arah daratan biasanya dapat dibedakan menjadi 4 zonasi
yaitu Zona Api-api – Prepat (Avicennia – Sonneratia), Zona Bakau
(Rhizophora), Zona Tanjang (Bruguiera), dan Zona Nipah (Nypa
fruticans)
d. Komponen biotik ekosistem hutan mangrove
Terdiri atas produsen diantaranya yaitu: Aegiceras corniculatum,
Avicennia alba, Avicennia officinalis, Bruguiera cyndrica, Bruguiera
hainessii dan konsumen yaitu Zooplankton atau plankton hewani, bentos,
neuston,.perifiton dan nekton
e. Faktor lingkungan di ekosistem hutan mangrove
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi hutan mangrove adalah kondisi
sedimentasi, erosi laut dan sungai, penggenangan pasang surut dan kondisi
garam tanah serta kondisi akibat eksploitasi.
f. Vegetasi ekosistem hutan mangrove
24
Pada ekosistem mangrove dikenal jenis-jenis tumbuhan yang dinamakan
dengan mangrove sejati utama (mayor), mangrove sejati tambahan
(minor), dan mangrove ikutan
g. Fungsi ekosistem hutan mangrove
Ekosistem hutan mangrove memiliki fungsi fisik, fungsi ekonomi dan
fungsi biologis sehingga banyak manfaatnya.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
27