Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

EKOSISTEM HUTAN MANGROVE


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Biologi Kelautan

yang Diampu Oleh Bapak Indra Dodo Saputra, M.Pd.,

Disusun Oleh :

Kelompok 3

Astrid Susilawati / 19543014

Sulastri / 19543031

Neri Rustini S / 19544001

Kelas : 3B

Tingkat/Semester : 4/7

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS ILMU TERAPAN DAN SAINS

INSTITUT PENDIDIKAN INDONESIA

GARUT 2022
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puji serta syukur kepada Alloh subhanahu wata’ala yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ini. Kami mengucapkan banyak terimakasih kepada Bapak Indra Dodo
Saputra, M.Pd., selaku dosen pengampu Mata Kuliah Biologi Kelautan yang telah
memberikan tugas ini.

Kami sudah berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikan Makalah

mengenai “EKOSISTEM HUTAN MANGROVE” ini, sehingga kami berharap

bisa memenuhi tugas serta bermanfaat bagi semua orang yang membacanya.

Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini jauh dari kata sempurna,

maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari

semua pihak.

Garut, Desember 2022

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................i

Daftar Isi................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah .....................................................................3

1.3 Tujuan ........................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekosistem Hutan Mangrove......................................4

2.2 Ciri-Ciri Ekosistem Hutan Mangrove ........................................5

2.3 Zonasi Ekosistem Hutan Mangrove............................................6

2.4 Komponen Biotik Ekosistem Hutan Mangrove..........................9

2.5 Faktor Lingkungan di Ekosistem Hutan Mangrove....................11

2.6 Vegetasi Ekosistem Hutan Mangrove.........................................16

2.7 Fungsi Ekosistem Hutan Mangrove............................................17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..................................................................................23

Daftar Pustaka.......................................................................................25

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan mangrove merupakan salah satu bentuk ekosistem hutan


yang unik dan khas. Terdapat di daerah pasang surut di wilayah pesisir,
pantai, dan atau pulau-pulau kecil, serta merupakan potensi sumberdaya
alam yang sangat potensial. Hutan mangrove memiliki nilai ekonomis dan
ekologis yang tinggi, tetapi sangat rentan terhadap kerusakan apabila
kurang bijaksana dalam mempertahankan, melestarian dan
pengelolaannya. Hutan mangrove sangat menunjang perekonomian
masyarakat pantai, karena merupakan sumber mata pencaharian
masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan. Secara ekologis hutan
mangrove di samping sebagai habitat biota laut, juga merupakan tempat
pemijahan bagi ikan yang hidup di laut bebas. Keragaman jenis mangrove
dan keunikannya juga memiliki potensi sebagai wahana hutan wisata dan
atau penyangga perlindungan wilayah pesisir dan pantai, dari berbagai
ancaman sedimentasi, abrasi, pencegahan intrusi air laut, serta sebagai
sumber pakan habitat biota laut.

Hutan mangrove, dalam skala ekologis merupakan ekosistem yang


sangat penting, terutama karena daya dukungnya bagi stabilitas ekosistem
kawasan pesisir. Kestabilan ekosistem mangrove akan mempunyai
pengaruh yang sangat luas terhadap kelestarian wilayah pesisir. Mangrove
sebagai ekosistem hutan, memiliki sifat dan ciri yang sangat khas, tumbuh
pada pantai berlumpur dan muara sungai.

Luas hutan mangrove di Indonesia yang diperkirakan sekitar 3,5


juta hektar merupakan lahan mangrove terluas di dunia (18-23%), melebihi
Brazil (1,3 juta ha), Nigeria (1,1 juta ha), dan Australia (0,97 juta ha)
(Spalding dkk, 1997). Umumnya mangrove dapat ditemukan di seluruh
kepulauan Indonesia. Mangrove tumbuh dan berkembang dengan baik
pada pantai yang memiliki sungai yang besar dan terlindung, yang

1
masyarakatnya berusaha untuk memelihara dan melindungi. Lahan
mangrove terluas terdapat di Irian Jaya dengan luasan sekitar 1.350.600ha
(38%), Kalimantan 978.200 ha (28%) dan Sumatera 673.300 ha (19%)
(Wetland International, 1999).

Dalam hal struktur, mangrove di Indonesia lebih bervariasi bila


dibandingkan dengan mangrove di daerah lainnya. Mangrove di Indonesia
dapat ditemukan mulai dari tegakan Avicennia marina dengan ketinggian
1-2 meter pada pantai yang tergenang air laut, hingga tegakan campuran
Bruguiera-Rhizophora-Ceriops dengan ketinggian lebih dari 30 meter
(misalnya, di Sulawesi Selatan). Di daerah pantai yang terbuka, dapat
ditemukan Sonneratia alba dan Avicennia alba, sedangkan di sepanjang
sungai yang memiliki kadar salinitas lebih rendah ditemukan Nypa
fruticans dan Sonneratia caseolaris. Tercatat 202 jenis tumbuhan
mangrove, meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, dan
beberapa jenis perdu dapat hidup dan berkembang di Indonesia..

Berdasar campur tangan manusia, hutan mangrove dapat dibedakan


menjadi dua kategori, yakni hutan mangrove yang tumbuh secara alami,
dan hutan mangrove yang ditanam, baik dalam kaitannya dengan kegiatan
reboisasi maupun penghijauan. Seiring dengan penguasaan teknik
penanaman mangrove secara baik, daya tumbuh penanaman mangrove
tercatat sudah mencapai rata-rata 90%.

Berdasarkan statusnya, kawasan hutan mangrove Indonesia


dibedakan menjadi hutan produksi, taman nasional, suaka margasatwa,
cagar alam, dan hutan lindung. Pengelolaannya menjadi tanggungjawab
dan wewenang Departemen Kehutanan. Sedangkan yang non kawasan,
dimana mangrove berada ataupun ditanam masyarakat di lahan-lahan milik
masyarakat dan dikenal sebagai hutan rakyat, wewenang dan
tanggungjawab berada ditangan pemerintah daerah. Dalam rangka
pengelolaan mangrove, semua pihak diharapkan tetap memperhatikan
peraturan perundangan yang berlaku, baik di bidang kehutanan, perikanan,
maupun lingkungan hidup.

2
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
a. Apa pengertian ekosistem hutan mangrove ?
b. Bagaimana ciri-ciri ekosistem hutan mangrove ?
c. Bagaimana zonasi ekosistem hutan mangrove ?
d. Apa saja komponen biotik ekosistem hutan mangrove ?
e. Apa saja faktor lingkungan di ekosistem hutan mangrove ?
f. Bagaimana vegetasi ekosistem hutan mangrove ?
g. Apa fungsi ekosistem hutan mangrove ?

1.3 Tujuan Makalah


Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui:
a. Pengertian ekosistem hutan mangrove
b. Ciri-ciri ekosistem hutan mangrove
c. Zonasi ekosistem hutan mangrove
d. Komponen biotik ekosistem hutan mangrove
e. Faktor lingkungan di ekosistem hutan mangrove
f. Vegetasi ekosistem hutan mangrove
g. Fungsi ekosistem hutan mangrove

3
BAB II
PPEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekosistem Hutan Mangrove

Kata ‘mangrove’ merupakan kombinasi antara bahasa Portugis


mangue dan bahasa Inggris grove. Dalam bahasa Inggris, kata mangrove
digunakan untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan
pasang surut dan untuk individu-individu spesies tumbuhan yang menyusun
komunitas tersebut. Sedang dalam bahasa Portugis kata ‘mangrove’
digunakan untuk menyatakan individu spesies tumbuhan, sedangkan kata
‘mangal’ digunakan untuk menyatakan komunitas tumbuhan tersebut.
Sedangkan menurut FAO, kata mangrove sebaiknya digunakan untuk
individu jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan yang hidup di daerah
pasang surut.
Menurut Tomlinson (1986) kata mangrove berarti tanaman tropis
dan komunitasnya yang tumbuh pada daerah intertidal. Daerah intertidal
adalah wilayah dibawah pengaruh pasang surut sepanjang garis pantai,
seperti laguna, estuarin, pantai dan river banks. Mangrove merupakan
ekosistem yang spesifik karena pada umumnya hanya dijumpai pada pantai
yang berombak relatif kecil atau bahkan terlindung dari ombak, di
sepanjang delta dan estuarin yang dipengaruhi oleh masukan air dan lumpur
dari daratan.
Ekosistem mangrove adalah suatu lingkungan yang mempunyai
ciri khusus karena lantai hutannya secara teratur digenangi oleh air yang
dipengaruhi oleh salinitas serta fluktuasi ketinggian permukaan air karena
adanya pasang surut air laut (Duke, 1992). Hutan mangrove dikenal juga
dengan istilah tidal forestcoastal woodland, vloedbos dan hutan payau
(Kusmana dkk., 2005) yang terletak di perbatasan antara darat dan laut,
tepatnya di daerah pantai dan di sekitar muara sungai yang dipengaruhi oleh
pasang surut air laut (Sumaharni, 1994). Menurut Kusmana dkk., (2005)
hutan mangrove adalah suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut
(terutama di pantai yang terlindung, laguna, muara sungai) yang tergenang

4
waktu air laut pasang dan bebas dari genangan pada saat air laut surut, yang
komunitas tumbuhannya toleran terhadap garam.

2.2 Ciri-Ciri Ekosistem Hutan Mangrove

Beberapa karakteristik atau ciri- ciri yang dimiliki oleh hutan


mangrove ini antara lain adalah sebagai berikut:

- Didominasi oleh tumbuhan mangrove atau tumbuhan bakau, yakni


tumbuhan yang mempunyai akar mencuat ke permukaan,
- Tumbuh di kawasan perairan payau, yakni perairan yang terdiri atas
campuran air tawar dan air asin,
- Sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut,
- Keberadaannya terutama di daerah yang mengalami pelumpuran dan
juga terjadi akumulasi bahan organik,
- Seringkali termasuk jenis hutan homogen karena tumbuhan yang hidup
relatif berasal dari genus yang sama.

Ciri utama hutan atau ekosistem mangrove yang tidak dimiliki


ekosistem lainnya antara lain: abrasi tanah yang jarang terjadi, salinitas
tanah yang tinggi, tidak banyak tumbuhan yang bisa bertumbuh, mengalami
daur penggenangan akibat pasang surut air laut dan adanya tumbuhan
spesial yang tumbuh dengan kemampuan evolusi dan adaptasi tinggi.

Adapun ciri-ciri dari hutan mangrove, terlepas dari habitatnya yang


unik, adalah memiliki jenis pohon yang relatif sedikit; memiliki akar yang
unik misalnya seperti jangkar melengkung dan menjulang pada bakau
Rhizophora spp., serta akar yang mencuat vertikal seperti pensil pada pidada
Sonneratia spp. dan pada api-api Avicennia spp.; memiliki biji (propagul)
yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di pohonnya, khususnya pada
Rhizophora; memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon. Sedangkan
tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan memiliki
ciri-ciri khusus, diantaranya adalah : tanahnya tergenang air laut secara
berkala, baik setiap hari atau hanya tergenang pada saat pasang; tempat

5
tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat; daerahnya
terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang kuat; airnya
berkadar garam (bersalinitas) payau (2-22 %).

Ekosistem hutan mangrove bersifat kompleks dan dinamis, namun


labil. Dikatakan kompleks karena ekosistemnya di samping dipenuhi oleh
vegetasi mangrove, juga merupakan habitat berbagai satwa dan biota
perairan. Jenis tanah yang berada di bawahnya termasuk tanah
perkembangan muda (saline young soil) yang mempunyai kandungan liat
yang tinggi dengan nilai kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation yang
tinggi. Kandungan bahan organik, total nitrogen, dan ammonium termasuk
kategori sedang pada bagian yang dekat laut dan tinggi pada bagian arah
daratan (Kusmana, 2002).

2.3 Zonasi Ekosistem Hutan Mangrove

Menurut Bengen (2001) flora mangrove umumnya tumbuh


membentuk zonasi mulai dari pinggir pantai sampai pedalaman daratan.
Zonasi di hutan mangrove mencerminkan tanggapan ekofisiologis
tumbuhan mangrove terhadap gradasi lingkungan. Zonasi yang terbentuk
bisa berupa zonasi yang sederhana (satu zonasi, zonasi campuran) dan
zonasi yang kompleks (beberapa zonasi) tergantung pada kondisi
lingkungan mangrove yang bersangkutan. Beberapa faktor lingkungan
yang penting dalam mengontrol zonasi adalah:

1. Pasang surut yang secara tidak langsung mengontrol dalamnya muka air
(water table) dan salinitas air dan tanah. Secara langsung arus pasang
surut dapat menyebabkan kerusakan terhadap anakan
2. Tipe tanah yang secara tidak langsung menentukan tingkat aerasi tanah,
tingginya muka ir dan drainase
3. Kadar garam tanah dan air yang berkaitan dengan toleransi spesies
terhadap kadar garam serta pasokan dan aliran air tawar

6
4. Cahaya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan anakan dari species
intoleran seperti Rhizophora, Avicennia dan Sonneratia.
5. Pasokan dan aliran air tawar

Menurut struktur ekosistem, secara garis besar dikenal tiga tipe


formasi mangrove, yaitu:

- Mangrove Pantai: tipe ini air laut dominan dipengaruhi air sungai.
Struktur horizontal formasi ini dari arah laut ke arah darat adalah
mulai dari tumbuhan pionir (Avicennia sp), diikuti oleh komunitas
campuran Soneratia alba, Rhizophora apiculata, selanjutnya
komunitas murni Rhizophora sp dan akhirnya komunitas campuran
Rhizophora-Bruguera. Bila genangan berlanjut, akan ditemui
komunitas murni Nypa fructicans di belakang komunitas campuran
yang terakhir
- Mangrove Muara pengaruh oleh air laut sama dengan pengaruh air
sungai. Mangrove muara dicirikan oleh mintakat tipis Rhizophora spp.
Di tepian alur, diikuti komunitas campuran Rhizophora – Bruguiera
dan diakhiri komunitas murni N. Fructicans.
- Mangrove sungai: pengaruh oleh air sungai lebih dominan daripada
air laut, dan berkembang pada tepian sungai yang relatif jauh dari
muara. Jenis-jenis mangrove banyak berasosiasi dengan komunitas
daratan.

Berdasarkan Bengen (2001), jenis-jenis pohon penyusun hutan


mangrove, umumnya mangrove di Indonesia jika dirunut dari arah laut ke
arah daratan biasanya dapat dibedakan menjadi 4 zonasi yaitu sebagai
berikut:

1. Zona Api-api – Prepat (Avicennia – Sonneratia)

Terletak paling luar jauh atau terdekat dengan laut, keadaan tanah
berlumpur agak lembek (dangkal), dengan substrat agak berpasir, sedikit
bahan organik dan kadar garam agak inggi. Zona mi biasanya didominasi

7
oleh jenis api-api (Avicennia spp) dan prepai (Sonneraria spp), dan
biasanya berasosiasi dengan jenis bakau (Rhizophora spp).

2. Zona Bakau (Rhizophora)

Biasanya terletak di belakang api-api dan prepat, keadaan tanah


berlumpur lembek (dalam). Pada umumnya didominasi bakau (Rhizophora
sp) dan di beberapa tempat dijumpai berasosiasi dengan jenis lain seperti
tanjang (Bruguiera sp)

3. Zona Tanjang (Bruguiera)

Terletak di belakang zona bakau, agak jauh dari laut dekat dengan
daratan. Keadaan berlumpur agak keras, agak jauh dari garis pantai. Pada
umumnya ditumbuhi jenis tanjang (Bruguiera spp) dan di beberapa tempat
berasosiasi dengan jenis lain.

4. Zona Nipah (Nypa fruticans)

Terletak paling jauh dari laut atau paling dekat ke arah darat. Zona
ini mengandung air dengan salinitas sangat rendah dibandingkan zona
lainnya, tanahnya keras, kurang dipengaruhi pasang surut dan kebanyakan
berada di tepi-tepi sungai dekat laut. Pada umumnya ditumbuhi jenis nipah
(Nypa fruticans) dan beberapa spesies palem lainnya.

8
Gambar 1. Pola Zonasi Hutan Mangrove dari Tepi Laut menuju ke Arah
Daratan (Bengen, 2004)

2.4 Komponen Biotik Penyusun Ekosistem Hutan Mangrove

Komponen-komponen penyusun ekosistem mangrove terdiri dari 2


komponen yaitu komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen
biotik terdiri dari:

1. Produsen
Yaitu organism yang bisa membuat makanannya sendiri (autotropik)
karena memiliki butir-butir klorofil sehingga mapu melakukan proses
fotosintesis. Secara sepintas dapat dilihat bahwa ekosistem mangrove
dipenuhi oleh tumbuhan pepohonan berhijau daun, diantaranya yaitu:
Aegiceras corniculatum, Avicennia alba, Avicennia officinalis,
Bruguiera cyndrica, Bruguiera hainessii, Ceriops decandra, Ceriops
tagal, Excoecaria agallocha, Lumnittzera littorea, Lumnitzera
racemosa, Nypa fruticans, Rhizophora mucronata, Rhizophora stylosa,
Schyphypora hydrophyllacea, Sonneratia alba, Sonneratia ovate,
Xylocarpus granatum, dan Xylocarpus moluccensis. Di dalam kawasan
ekosistem mangrove yang selalu tergenang air kemungkinan dapat
ditemukan fitoplankton atau plankton nabati. Plankton adalah
mikroorganisme atau larva yang melayang dalam air, tidak dapat

9
bergerak sendiri, atau daya geraknya lemah sehingga mudah
terpengaruh oleh gelombang atau arus air. Beberapa fitoplankton laut
diantaranya adalah : Asterionella, Amphiphora, Bacillaria,
Coscinodiscus, Dytilum, Eucampia, Guinardia, Hemiaulus,
Licmophora, Mastogloia, Nitzschia, Planktoniella, Pleurosigma,
Rhizosolenia, Skeletonema, Surirella, Thalassionema, Thalassiosira,
(Diatom), Amphisolenia, Ceratium, Ceratocorys, Dinophysis,
Gonyauulax, Gymnodinium, Noctiluca, Ornithocerus, Peridinium,
Prorocentrum, dan Pyrocycistis (Dianoflagellata).

2. Konsumen
Yaitu organism yag tidak dapat membuat makanannya sendiri
(heterotropik) sehingga harus mengambil makannya dari organisme
produsen. Di dalam ekosistem mangrove, organisme konsumen terdiri
atas:
a. Zooplankton atau plankton hewani, misalnya: Tintinnopsis,
Dyctiota, Rhabdonella, Globigerina, Aulosphaera, (protozoa),
Calanus, Centropages, Oithona, Euchaeta, Evadne, Pyrocypris,
Lucifer (crustacean), Clione, Carinaria, Janathina (moluska),
dan beberapa larva ikan yang masih bersifat planktonik
(iktioplankton).
b. Bentos yaitu organism yang hidup di dasar ekosistem mangrove.
Bentos dapat dibedakan atas epifauna (hidup di atas permukaan
dasar) dan infauna (hidup membenamkan diri di dalam dasar).
c. Neuston yaitu organism yang hidup pada daerah permukaan air.
d. Perifiton yaitu organisme yang hidup pada batang, daun, atau
tumbuhan yang terdapat di dalam ekosistem mangrove.
e. Nekton yaitu organisme yang dapat berenang masuk ke dalam
dan kelur dari kawasan ekosistem mangrove.

Terkait dengan sifat fauna yang pada umumnya sangat dinamis,


maka batasan zonasi yang terjadi pada fauna penghuni mangrove

10
kurang begitu jelas (Kartawinata dkk, 1979). Penyebaran fauna
penghuni hutan mangrove memperlihatkan dua cara, yaitu penyebaran
secara vertikal dan secara horisontal. Penyebaran secara vertikal
umumnya dilakukan oleh jenis fauna yang hidupnya menempel atau
melekat pada akar, cabang maupun batang pohon mangrove, misalnya
jenis Liftorina scabra, Nerita albicilla, Menetaria annulus dan
Melongena galeodes (Budiman dan Darnaedi, 1984: Soemodihardjo,
1977).
Sedangkan penyebaran secara horizontal biasanya ditemukan pada
jenis fauna yang hidup pada substrat, baik itu yang tergolong infauna,
yaitu fauna yang hidup dalam lubang atau dalam substrat, maupun yang
tergolong epifauna, yaitu fauna yang hidup bebas di atas substrat.
Distribusi fauna secara horisontal pada areal hutan mangrove yang
sangat luas, biasanya memperlihatkan pola permintakatan jenis fauna
yang dominan dan sejajar dengan garis pantai. Permintakatan yang
terjadi di daerah ini sangat erat kaitannya dengan perubahan sifat
ekologi yang sangat ekstrim yang terjadi dari laut ke darat. Kartawinata
dan Soemodihardjo (1977) menyatakan bahwa permintakatan fauna
hanya terlihat pada hutan mangrove sangat luas, tetapi tidak terlihat
pada hutan mangrove yang ketebalannya sangat rendah.

2.5 Faktor Lingkungan Abiotik di Ekosistem Hutan Mangrove

Menurut Departemen Kehutanan (1992), kondisi ekologis yang


mengatur dan memelihara kelestarian ekosistem mangrove sangat
tergantung pada kondisi berimbangnya jumlah ketersedian air tawar dan
air masin yang cukup. Menurut Parcival and Womersley (1975) dalam
Kusmana (1995) lebih lanjut menyatakan bahwa kondisi lingkungan yang
mempengaruhi hutan mangrove adalah kondisi sedimentasi, erosi laut dan
sungai, penggenangan pasang surut dan kondisi garam tanah serta kondisi
akibat eksploitasi.

a. Fisiografi pantai

11
Fisiografi pantai dapat mempengaruhi komposisi, distribusi spesies
dan lebar hutan mangrove. Pada pantai yang landai, komposisi ekosistem
mangrove lebih beragam jika dibandingkan dengan pantai yang terjal. Hal
ini disebabkan karena pantai landai menyediakan ruang yang lebih luas
untuk tumbuhnya mangrove sehingga distribusi spesies menjadi semakin
luas dan lebar. Pada pantai yang terjal komposisi, distribusi dan lebar
hutan mangrove lebih kecil karena kontur yang terjal menyulitkan pohon
mangrove untuk tumbuh.

b. Pasang

Pasang yang terjadi di kawasan mangrove sangat menentukan


zonasi tumbuhan dan komunitas hewan yang berasosiasi dengan ekosistem
mangrove. Secara rinci pengaruh pasang terhadap pertumbuhan mangrove
dijelaskan sebagai berikut:

1) Lama pasang
Lama terjadinya pasang di kawasan mangrove dapat mempengaruhi
perubahan salinitas air dimana salinitas akan meningkat pada saat
pasang dan sebaliknya akan menurun pada saat air laut surut.
Perubahan salinitas yang terjadi sebagai akibat lama terjadinya
pasang merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi distribusi
spesies secara horizontal. Perpindahan massa air antara air tawar
dengan air laut mempengaruhi distribusi vertikal organisme.
2) Durasi pasang :
a) Struktur dan kesuburan mangrove di suatu kawasan yang
memiliki jenis pasang diurnal, semi iurnal, dan campuran akan
berbeda.
b) Komposisi spesies dan distribusi areal yang digenangi berbeda
menurut durasi pasang atau frekuensi penggenangan. Misalnya :
penggenangan sepanjang waktu maka jenis yang dominan
adalah Rhizophora mucronata dan jenis Bruguiera serta
Xylocarpus kadang-kadang ada.
3) Rentang pasang (tinggi pasang)

12
a) Akar tunjang yang dimiliki Rhizophora mucronata menjadi lebih
tinggi pada lokasi yang memiliki pasang yang tinggi dan
sebaliknya
b) Pneumatophora Sonneratia sp menjadi lebih kuat dan panjang
pada lokasi yang memiliki pasang yang tinggi.

c. Gelombang dan Arus


1. Gelombang dan arus dapat merubah struktur dan fungsi ekosistem
mangrove. Pada lokasi-lokasi yang memiliki gelombang dan arus
yang cukup besar biasanya hutan mangrove mengalami abrasi
sehingga terjadi pengurangan luasan hutan.
2. Gelombang dan arus juga berpengaruh langsung terhadap distribusi
spesies misalnya buah atau semai Rhizophora terbawa gelombang
dan arus sampai menemukan substrat yang sesuai untuk menancap
dan akhirnya tumbuh.
3. Gelombang dan arus berpengaruh tidak langsung terhadap
sedimentasi pantai dan pembentukan padatan-padatan pasir di
muara sungai. Terjadinya sedimentasi dan padatan-padatan pasir ini
merupakan substrat yang baik untuk menunjang pertumbuhan
mangrove.
4. Gelombang dan arus mempengaruhi daya tahan organisme akuatik
melalui transportasi nutrien-nutrien penting dari mangrove ke laut.
Nutrien-nutrien yang berasal dari hasil dekomposisi serasah
maupun yang berasal dari run off daratan dan terjebak dihutan
mangrove akan terbawa oleh arus dan gelombang ke laut pada saat
surut.

d. Iklim
Mempengaruhi perkembangan tumbuhan dan perubahan faktor fisik
(substrat dan air). Pengaruh iklim terhadap pertumbuhan mangrove
melalui cahaya, curah hujan, suhu, dan angin. Penjelasan mengenai
faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:

13
1. Cahaya
- Cahaya berpengaruh terhadap proses fotosintesis, respirasi,
fisiologi, dan struktur fisik mangrove
- Intensitas, kualitas, lama (mangrove adalah tumbuhan long day
plants yang membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi sehingga
sesuai untuk hidup di daerah tropis) pencahayaan mempengaruhi
pertumbuhan mangrove
- Laju pertumbuhan tahunan mangrove yang berada di bawah
naungan sinar matahari lebih kecil dan sedangkan laju kematian
adalah sebaliknya
- Cahaya berpengaruh terhadap perbungaan dan germinasi dimana
tumbuhan yang berada di luar ke lompok (gerombol) akan
menghasilkan lebih banyak bunga karena mendapat sinar matahari
lebih banyak daripada tumbuhan yang berada di dalam gerombol.
2. Curah hujan
- Jumlah, lama, dan distribusi hujan mempengaruhi
perkembangan tumbuhan mangrove
- Curah hujan yang terjadi mempengaruhi kondisi udara, suhu air,
salinitas air dan tanah
- Curah hujan optimum pada suatu lokasi yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan mangrove adalah yang berada pada
kisaran 1500-3000 mm/tahun
3. Suhu
- Suhu berperan penting dalam proses fisiologis (fotosintesis dan
respirasi)
- Produksi daun baru Avicennia marina terjadi pada suhu 18-20º
C dan jika suhu lebih tinggi maka produksi menjadi berkurang
- Rhizophora stylosa, Ceriops, Excocaria, Lumnitzera tumbuh
optimal pada suhu 26-28º C
- Bruguiera tumbuh optimal pada suhu 27º C, dan Xylocarpus
tumbuh optimal pada suhu 21-26º C

14
e. Salinitas
- Salinitas optimum yang dibutuhkan mangrove untuk tumbuh
berkisar antara 10-30 ppt
- Salinitas secara langsung dapat mempengaruhi laju
pertumbuhan dan zonasi mangrove, hal ini terkait dengan
frekuensi penggenangan
- Salinitas air akan meningkat jika pada siang hari cuaca panas
dan dalam keadaan pasang
- Salinitas air tanah lebih rendah dari salinitas air

f. Oksigen Terlarut
- Oksigen terlarut berperan penting dalam dekomposisi serasah
karena bakteri dan fungsi yang bertindak sebagai dekomposer
membutuhkan oksigen untuk kehidupannya.
- Oksigen terlarut juga penting dalam proses respirasi dan
fotosintesis
- Oksigen terlarut berada dalam kondisi tertinggi pada siang hari
dan kondisi terendah pada malam hari

g. Substrat
1. Karakteristik substrat merupakan faktor pembatas terhadap
pertumbuhan mangrove
2. Rhizophora mucronata dapat tumbuh baik pada substrat yang
dalam tebal dan berlumpur
3. Avicennia marina dan Bruguiera hidup pada tanah lumpur berpasir
4. Tekstur dan konsentrasi ion mempunyai susunan jenis dan
kerapatantegakan Misalnya jika komposisi substrat lebih banyak
liat (clay) dan debu (silt) maka tegakan menjadi lebih rapat
5. Konsentrasi kation Na > Mg > Ca atau K akan membentuk
konfigurasi hutan Avicennia/Sonn ratia/Rhizophora/Bruguiera
6. Mg > Ca > Na atau K yang ada adalah Nipah
7. Ca > Mg, Na atau K yang ada adalah Melauleuca

15
h. Hara
Unsur hara yang terdapat di ekosistem mangrove terdiri dari hara
inorganik dan organik.
1. Inorganik : P, K, Ca, Mg, Na
2. Organik : Allochtonous dan Autochtonous (fitoplankton, bakteri,
alga)

Macnae dan Kalk (1962) dalam Sukardjo (1981) menyatakan


bahwa tinggi pohon-pohon mangrove dipengaruhi oleh faktor-faktor
salinitas air, drainase air dan pasang surut. Biasanya pada daerah dengan
air tanah mendekati permukaan dan mempunyai aerasi baik, kondisi dan
tinggi vegetasinya seragam. Kemudian vegetasi mangrove akan menjadi
pendek jika mendekati zona dengan kondisi permukaan air jauh dari
permukaan.

2.6 Vegetasi Ekosistem Hutan Mangrove

Soerianegara (1987) dalam Noor et al., (1999) memberikan

batasan hutan mangrove sebagai hutan yang tumbuh pada tanah alluvial di

daerah pantai dan sekitar muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air

laut serta ciri dari hutan ini terdiri dari tegakan pohon Avicennia,

Sonneratia, Aegiceras, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera,

Excoecaria, Xylocarpus, Scyphyphora dan Nypa. Flora mangrove terdiri

atas pohon, epipit, liana, alga, bakteri dan fungi. Telah diketahui lebih dari

20 famili flora mangrove dunia yang terdiri dari 30 genus dan lebih kurang

80 spesies. Berdasarkan jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan di hutan

mangrove Indonesia memiliki sekitar 89 jenis, yang terdiri atas 35 jenis

pohon, 5 jenis terna, 9 jenis perdu, 9 jenis liana, 29 jenis epifit dan 2 jenis

parasit.

16
Tomlinson (1986) membagi flora mangrove menjadi tiga kelompok,

yakni:

1. Flora mangrove mayor (flora mangrove sebenarnya), yakni flora yang


menunjukkan kesetiaan terhadap habitat mangrove, berkemampuan
membentuk tegakan murni dan secara dominan mencirikan struktur
komunitas, secara morfologi mempunyai bentuk-bentuk adaptif khusus
(bentuk akar dan viviparitas) terhadap lingkungan mangrove, dan
mempunyai mekanisme fisiologis dalam mengontrol garam. Contohnya
adalah Avicennia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Kandelia,
Sonneratia, Lumnitzera, Laguncularia dan Nypa.

Gambar 2. Bentuk akar napas


2. Flora mangrove minor, yakni flora mangrove yang tidak mampu
membentuk tegakan murni, sehingga secara morfologis tidak berperan
dominan dalam struktur komunitas, contoh : Excoecaria, Xylocarpus,
Heritiera, Aegiceras. Aegialitis, Acrostichum, Camptostemon,
Scyphiphora, Pemphis, Osbornia dan Pelliciera.
3. Asosiasi mangrove, contohnya adalah Cerbera, Acanthus, Derris,
Hibiscus, Calamus, dan lain-lain.

Pada ekosistem mangrove dikenal jenis-jenis tumbuhan yang


dinamakan dengan mangrove sejati utama (mayor), mangrove sejati
tambahan (minor), dan mangrove ikutan. Mangrove sejati utama (mayor)
adalah tumbuhan yang tumbuh pada wilayah pasang surut dan membentuk
tegakan murni. Mangrove jenis ini jarang bergabung dengan tanaman
darat. Mangrove sejati minor (tambahan) adalah bukan komponen penting
dari mangrove dan biasanya ditemukan di daerah tepi dan jarang

17
membentuk tegakan, sedangkan mangrove ikutan adalah tumbuhan yang
tidak pernah tumbuh di komunitas mangrove sejati dan biasanya tumbuh
bergabung dengan tumbuhan daratan. Pengenalan sederhana untuk dapat
mengenal jenis-jenis mangrove sejati untuk tujuan rehabilitasi difokuskan
pada jenis-jenis yang membentuk tegakan murni.

2.7 Fungsi Ekosistem Hutan Mangrove

Keberadaan ekosistem mangrove ini sangat penting sebab ia

memiliki beberapa fungsi yang nyata terhadap organisme lainnya.

a. Fungsi Fisik Hutan Mangrove

- Sebagai penjaga garis pantai juga tebing sungai agar terhindar dari

erosi atau abrasi.

- Memacu percepatan perluasan lahan.

- Mengendalikan intrusi dari air laut.

- Berperan sebagai pelindung daerah belakang hutan mangrove dari

pengaruh buruk hempasan gelombang juga angin yang kencang.

- Sebagai kawasan penyangga dari rembesan air lautan.

- Sebagai pusat pengolahan limbah organik

b. Fungsi Ekonomis Hutan Mangrove

- Sebagai sumber kayu untuk bahan bakar juga bahan bangunan bagi

manusia.

- Sebagai penghasil beberapa unsur penting seperti obat-obatan,

minuman, makanan, tannin juga madu.

- Sebagai lahan untuk produksi pangan.

c. Fungsi Biologis Hutan Mangrove

18
- Sebagai tempat untuk mencari makanan, tempat memijah, tempat

untuk berkembang-biak berbagai organisme seperti ikan, udang dan

lain-lain.

- Sebagai salah satu sumber plasma nutfah

Menurut Ana (2015) Berikut ini adalah beberapa manfaat hutan

mangrove secara umum, yaitu

a. Mencegah Erosi Pantai

Hutan mangrove menjadi salah satu tempat yang bisa menjaga

perbatasan antara kawasan darat dan laut. Erosi pantai akan terus

menggerus permukaan bumi sehingga mengancam lingkungan

manusia. Bahkan kondisi serius bisa menjadi bencana alam yang

besar. Hutan mangrove menjadi salah satu sarana yang sangat penting

untuk menyelamatkan garis pantai dari perairan laut.

b. Menjadi Katalis Tanah dari Air Laut

Tanah bisa masuk ke dalam air laut secara terus menerus, karena

bagian tanah tersebut bersentuhan secara langsung dengan air laut.

Untuk mencegah hal ini maka manfaat hutan mangrove secara

ekologis menjadi sumber yang sangat jelas untuk melindungi tanah

disekitar laut. Tanah akan menjadi lapisan yang lebih padat dengan

adanya pohon mangrove, sehingga hal ini akan menyelamatkan tanah

agar tidak terus tergerus oleh air laut.

c. Habitat Perikanan

Kawasan hutan mangrove adalah salah satu tempat yang paling

nyaman untuk beberapa jenis mahluk hidup dan organisme. Beberapa

19
spesies seperti udang, ikan dan kepiting banyak berkembang biak di

kawasan hutan mangrove. Sementara manusia membutuhkan beberapa

mahluk hidup tersebut sebagai sumber nutrisi dan bahan makanan

yang penting untuk kesehatan.

d. Memberikan Dampak Ekonomi yang Luas

Pohon mangrove yang banyak ditanam pada hutan mangrove bisa

dipanen seperti jenis tumbuhan lain. Manfaat hutang mangrove bagi

manusia berguna untuk diolah menjadi berbagai benda hiasan atau

kerajinan. Upaya ini sangat penting untuk meningkatkan ekonomi

masyarakat dan meningkatkan standar ekonomi pada daerah tersebut.

e. Sumber Pakan Ternak

Pohon mangrove juga bisa dijadikan sebagai alternatif pengganti

makanan ternak. Pohon mangrove yang telah dihancurkan dan digiling

menjadi bubuk pakan ternak yang mengandung nutrisi sangat baik

untuk pertumbuhan ternak seperti sapi, kambing atau unggas. Nutrisi

seperti mineral, protein dan kalori akan meningkatkan perkembangan

ternak. Selain itu pohon mangrove juga mengandung tanin dan bahan

alami lainnya.

f. Mencegah Pemanasan Global

Pemanasan global memang menjadi ancaman yang sangat serius untuk

alam dan manusia. Salah satu cara untuk mencegah atau mengurangi

dampak pemanasan global adalah dengan mengembangkan kawasan

hutan mangrove. Tanaman mangrove menjadi salah satu penopang

20
pemanasan dari perairan laut. Selain itu mangrove juga berperan untuk

mengatasi masalah banjir pada kawasan pesisir.

g. Sumber Pendapatan Bagi Nelayan Pantai

Masyarakat yang tinggal di kawasan pantai biasanya banyak bekerja

sebagai nelayan. Mereka mencari ikan dan berbagai sumber daya

untuk menopang ekonomi keluarga. Manfaat kawasan hutan

mangrove menjadi tempat yang paling sesuai untuk pembibitan ikan,

udang dan berbagai potensi habitat laut lainnya. Kawasan hutan

mangrove telah membantu menjaga ketersediaan sumber daya ikan di

laut yang tidak akan habis. Sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan

oleh nelayan sebagai sumber mata pencahariannya.

h. Menjaga Kualitas Air dan Udara

Kawasan hutan mangrove juga membantu manusia dalam

mendapatkan air bersih dan udara yang segar. Kawasan hutan

mangrove memiliki fungsi untuk menyerap semua kotoran yang

berasal dari sampah manusia maupun kapal yang berlayar di laut.

Manfaat hutan mangrove bagi kehidupan adalah akan menyerap

semua jenis logam berbahaya dan membuat kualitas air menjadi lebih

bersih. Selain itu mangrove juga membantu alam dalam mendapatkan

kualitas udara yang lebih baik dan bersih.

i. Pengembangan Kawasan Pariwisata

Kawasan hutan mangrove bisa dikembangkan menjadi salah satu

objek wisata. Dengan cara ini maka hutan mangrove akan menjadi

tujuan wisata dari berbagai daerah maupun mancanegara. Pariwisata

21
akan memberikan dampak ekonomi yang sangat baik untuk

masyarakat di sekitarnya dan negara secara khusus.

j. Menyediakan Sumber Kayu Bakar

Hutan mangrove sangat bermanfaat untuk penduduk yang tinggal di

kawasan sekitar hutan mangrove. Pohon dan kayu mangrove yang

sudah kering dan membusuk bisa dimanfaatkan sebagai kayu bakar.

Dengan cara ini maka secara tidak langsung sudah mengurangi

kebutuhan gas atau bahan bakar bagi sebuah negara. Selain itu, bagi

masyarakat di sekitar hutan mangrove juga bisa memakai kayu

mangrove untuk bahan bangunan atau kontruksi rumah.

k. Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Hutan mangrove menjadi salah satu tempat untuk mengembangkan

berbagai jenis ilmu pengetahuan dalam bidang kelautan, perikanan dan

kimia. Banyak peneliti yang membutuhkan hutan mangrove dan

dijadikan berbagai sumber penelitian. Hutan mangrove akan

meningkatkan berbagai jenis penemuan yang bisa disebarkan ke seluruh

dunia. Bahkan banyak peneliti asing yang di negaranya tidak memiliki

hutan mangrove dan harus datang ke Indonesia. Harapan untuk

menemukan manfaat yang lebih besar dari hutan Mangrove bisa

dilakukan dengan metode ini.

l. Menjaga Iklim dan Cuaca

Perubahan iklim dan cuaca bisa terjadi karena berbagai macam faktor,

salah satunya adalah kerusakan sistem dalam alam. Hutan mangrove

menjadi sumber yang sangat jelas untuk menjaga ekosistem perairan

22
antara laut, pantai dan darat. Selain itu, manfaat hutan mangrove juga

akan membantu manusia dalam mendapatkan iklim dan cuaca yang

paling nyaman untuk mencegah bencana alam.

Melestarikan hutan mangrove adalah salah satu tindakan yang sangat

tepat untuk menjaga kelestarian lingkungan. Karena itulah kampanye

untuk melestarikan hutan mangrove menjadi salah satu hal yang paling

banyak diberitakan. Termasuk di Indonesia yang memiliki jumlah hutan

mangrove yang luas.

23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil kesimpulan :
a. Pengertian ekosistem hutan mangrove
Ekosistem mangrove adalah suatu lingkungan yang mempunyai ciri
khusus karena lantai hutannya secara teratur digenangi oleh air yang
dipengaruhi oleh salinitas serta fluktuasi ketinggian permukaan air karena
adanya pasang surut air laut
b. Ciri-ciri ekosistem hutan mangrove
Ciri utama hutan atau ekosistem mangrove yang tidak dimiliki ekosistem
lainnya antara lain: abrasi tanah yang jarang terjadi, salinitas tanah yang
tinggi, tidak banyak tumbuhan yang bisa bertumbuh, mengalami daur
penggenangan akibat pasang surut air laut dan adanya tumbuhan spesial
yang tumbuh dengan kemampuan evolusi dan adaptasi tinggi.
c. Zonasi ekosistem hutan mangrove
Dari arah laut ke arah daratan biasanya dapat dibedakan menjadi 4 zonasi
yaitu Zona Api-api – Prepat (Avicennia – Sonneratia), Zona Bakau
(Rhizophora), Zona Tanjang (Bruguiera), dan Zona Nipah (Nypa
fruticans)
d. Komponen biotik ekosistem hutan mangrove
Terdiri atas produsen diantaranya yaitu: Aegiceras corniculatum,
Avicennia alba, Avicennia officinalis, Bruguiera cyndrica, Bruguiera
hainessii dan konsumen yaitu Zooplankton atau plankton hewani, bentos,
neuston,.perifiton dan nekton
e. Faktor lingkungan di ekosistem hutan mangrove
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi hutan mangrove adalah kondisi
sedimentasi, erosi laut dan sungai, penggenangan pasang surut dan kondisi
garam tanah serta kondisi akibat eksploitasi.
f. Vegetasi ekosistem hutan mangrove

24
Pada ekosistem mangrove dikenal jenis-jenis tumbuhan yang dinamakan
dengan mangrove sejati utama (mayor), mangrove sejati tambahan
(minor), dan mangrove ikutan
g. Fungsi ekosistem hutan mangrove
Ekosistem hutan mangrove memiliki fungsi fisik, fungsi ekonomi dan
fungsi biologis sehingga banyak manfaatnya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Basri, Muhammad, dkk. (2015). Ekosistem Mangrove. Universitas Hasanuddin.

Karminasih, Emi. (2007). Pemanfaatan Ekosistem bagi Minimasi Dampak


Bencana di Wilayang Pesisir. Pemikiran Konseptual.

Siswanduri, Tita. (2018). Mangrove dan Ekosistem Mangrove. Universitas Islam


Lamongan
Suhana. (2018). Mangrove dan Manfaatnya. Kementrian Kelautan dan Perikanan

26
27

Anda mungkin juga menyukai