Anda di halaman 1dari 13

IDENTIFIKASI KERUSAKAN AREA HUTAN

MANGROVE AKIBAT AKTIVITAS PENDUDUK DI


DAERAH AIRTIBA KABUPATEN KAIMANA

Disusun Oleh : Hafshah Qonita


Kelas: X-4

MADRASAH ALIYAH NEGERI 7 JAKARTA


Jalan Binawarga No. 99 RT 8/RW 7 Srengseng Sawang, Kec.Jagakaras, Kota
Jakarta Selatan, Kode Pos 12640
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas


limpahan Rahmat-Nya sehingga tugas Karya Tulis Ilmiah Geografi ini
dapat kami selesaikan tepat waktu. Shalawat serta salam kami sampaikan
kepada Baginda Nabi kita Muhammad SAW beserta sahabat dan
keluarganya yang telah mengajarkan Islam hingga sampai kepada kita.
Kami juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
membantu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini :

1. Bapak Drs. Nuroto, M.Si sebagai Kepala Madrasah MAN 7


Jakarta.
2. Bapak Adam Setiawan sebagai Guru pembimbing mata
pelajaran Geografi
3. Keluarga besar MAN 7 Jakarta Selatan, khususnya teman-
teman seperjuangan kami di kelas X-4 atas semua dukungan,
semangat, serta kerjasamanya.

Kami menyadari bahwa masih banyak keterbatasan dalam


penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, untuk itu kami terbuka terhadap saran
dan kritik dalam rangka penyempurnaannya. Sebagai penutup kami
berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bisa memberikan informasi yang
bermanfaat, khususnya bagi kami yang menyusun Karya Tulis Ilmiah, serta
bagi para pembaca pada umumnya.

Jakarta, 18 Februari 2023

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2


DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
1.3 Tujuan ................................................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 6
2.1 Tinjauan Pustaka .............................................................................................. 6
2.1.1 Pengertian Hutan Mangrove.................................................................... 6
2.1.2 Ciri Ciri Hutan Mangrove ....................................................................... 6
2.1.3 Manfaat Hutan Mangrove........................................................................ 7
2.1.4 Pengelolaan Hutan Mangrove.................................................................. 7
2.1.5 Aktifitas Sosial Masyarakat ..................................................................... 7
2.2 Alur Pikir Penelitian ......................................................................................... 8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................................... 9
3.1 Objek Penelitian Secara Menyeluruh ............................................................. 9
3.2 Teknik Pengumpulan Data .............................................................................. 9
BAB IV PENUTUP ......................................................................................................... 12
4.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 12
4.1 Saran ................................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sebagai negara kepulauan terdiri atas lebih dari 17.508 buah pulau
besar dan kecil dengan panjang garis pantai sekitar 81.791 km. Organisme-
organisme ini tersebar ke seluruh sub-sistem yang ada di ekosistem perairan pesisir
laut tropis, di antaranya adalah estuaria, hutan mangrove, padang lamun, dan
terumbu karang. Sebagian daerah tersebut ditumbuhi hutan mangrove dengan luas
yang beragam berkisar antara 2,5 – 4,5 juta hektar. Luas mangrove Indonesia terus
mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Ini menunjukkan indikasi positif dalam
upaya konservasi ekosistem mangrove di Indonesia. Berdasarkan Peta Mangrove
Nasional oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2021, total
luas mangrove Indonesia saat ini seluas 3.364.076 Ha, yang terdiri dari 2.661.281
hektare dalam kawasan serta 702.799 hektare di luar kawasan.

Jika dibandingkan total kawasan mangrove pada 2013-2019 yang seluas


3.311.207 hektare, maka jumlah itu memperlihatkan penambahan signifikan luas
jumlah kawasan sebanyak 52.835 Ha. Namun, jika luasnya mangrove dibandingkan
lagi dengan total hutan di Indonesia, luasnya hanya kurang lebih 2 persen.

Walau begitu, adanya hutan mangrove tetap berperan penting. Mangrove


menjadi salah satu solusi untuk mengatasi berbagai jenis masalah lingkungan
terutama untuk mengatasi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh rusaknya
habitat untuk hewan. Kerusakan ini tidak hanya berdampak untuk hewan tapi juga
untuk manusia. Persis yang dikatakan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(LHK) Siti Nurbaya, meskipun Indonesia hanya memiliki luas hutan mangrove
kurang lebih 2 persen dari total hutan, namun akan mampu menyimpan karbon
sebesar 10 persen dari semua emisi yang ada.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi dan meningkatnya kegiatan


pembangunan di pesisir bagi berbagai peruntukkan menyebabkan terjadinya
tekanan ekologis terhadap ekosistem pesisir khususnya ekosistem mangrove.
Meningkatnya tekanan ini akan berdampak terhadap kerusakan hutan mangrove

4
baik secara langsung (kegiatan penebangan dan konversi lahan) maupun secara
tidak langsung (pencemaran atau limbah berbagai kegiatan pembangunan
pelabuhan).

Permasalahan utama tentang pengaruh atau tekanan terhadap habitat


mangrove bersumber dari keinginan masyarakat untuk pembukaan tambak-tambak
untuk budidaya perairan. Selain itu juga meningkatnya permintaan terhadap
produksi kayu yang menyebabkan eksploitasi berlebihan terhadap vegetasi hutan
mangrove. Dalam situasi seperti ini, habitat dasar dan fungsi dari hutan mangrove
menjadi hilang.

Salah satu wilayah yang mempunyai ekosistem mangrove terbesar di Papua


barat yaitu kabupaten kaimana. Kabupaten Kaimana memiliki luas untuk ekosistem
mangrove sebesar 76.000 hektar. Satu hektar mangrove mampu untuk menyerap
antara 600-1800 ton karbon atau jika digunakan rataan maka 1.200 ton karbon dapat
dipertahankan dalam 1 hektar bentang hutan mangrove.

1.2 Rumusan Masalah

1) Bagaimana kondisi Hutan Mangrove di Kaimana saat ini?


2) Apa penyebab terjadinya kerusakan pada Hutan tersebut?
3) Bagaimana cara mencegah terjadinya kerusakan Hutan Mangrove?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui kerusakan ekosistem hutan mangrove di Daerah Airtiba,


Kaimana Papua Barat
2. Untuk mengetahui Faktor – faktor apa yang mengakibatkan kerusakan
ekosistem hutan mangrove mangrove di Daerah Airtiba, Kaimana Papua
Barat

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Pengertian Hutan Mangrove
Hutan mangrove adalah jenis hutan yang terdiri atas formasi dari tumbuhan
yang spesifik, dan umumnya dijumpai tumbuh dan berkembang pada kawasan
pesisir yang terlindung di daerah tropika dan subtropika. Kata mangrove sendiri
berasal dari perpaduan antara bahasa Portugis yaitu mangue, dan bahasa Inggris
yaitu grove.

Dalam bahasa Portugis, kata mangrove dipergunakan untuk individu jenis


tumbuhan, dan kata mangal dipergunakan untuk komunitas hutan yang terdiri atas
individu-individu jenis mangrove. Sedangkan dalam bahasa Inggris, kata mangrove
dipergunakan baik untuk komunitas pohon-pohonan atau rumput-rumputan yang
tumbuh di kawasan pesisir maupun untuk individu jenis tumbuhan lainnya yang
tumbuh yang berasosiasi dengannya.

Secara umum, Saenger menjelaskan pengertian hutan mangrove adalah


sebagai suatu formasi hutan yang dipengaruhi oleh adanya pasang-surut air laut,
dengan keadaan tanah yang anaerobik. Pengertian lainnya dikemukakan oleh
Soerianegara yang memberi definisi hutan mangrove sebagai hutan yang terutama
tumbuh pada lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai dan eksistensinya
selalu dipengaruhi oleh air pasang-surut. Hutan mangrove terdiri dari beragam jenis
tumbuhan dari genus Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops,
Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Scyphyphora dan Nypa.

2.1.2 Ciri Ciri Hutan Mangrove


1) Sebagian besar hanya terdiri dari satu jenis pohon, yakni pohon bakau,
2) Mempunyai akar pohon yang tidak beraturan (pneumatofora),
3) Memiliki biji yang bersifat vivipar ataupun dapat berkecambah di
pohonnya, Memiliki lentisel di bagian kulit pohon, Jenis pohon lain yang
berada di dalam hutan sangat sedikit, Mempunyai tanah yang berlumpur
atau berlempung.

6
4) Lahan hutan ini selalu digenangi oleh air, Adanya air payau yang
mempunyai salinitas antara 2 – 22 ppm (1 ppm sama seperti 0,05%),
5) Mendapatkan cukup pasokan air tawar yang berasal dari darat.

2.1.3 Manfaat Hutan Mangrove


1. Menumbuhkan pulau dan menstabilkan pantai
2. Menjernihkan air.
3. Berperan dalam rantai makanan
4. Melindungi dan memberikan nutrisi.
5. Bermanfaat bagi manusia.
6. Tempat tambat kapal
7. Sebagai obat 8. Pengawet
8. Pakan dan makanan
9. Bahan bakar dan bangunan

2.1.4 Pengelolaan Hutan Mangrove


Melakukan penanaman ulang (Reboisasi), Restorasi kawasan Mangrove,
Memperluas kawasan mangrove, Mengedukasi masyarakat soal mangrove, dan
Memperbaiki lingkungan hutan. Tidak merusak lingkungan mangrove dengan
membuang sampah sembarangan.

2.1.5 Aktifitas Sosial Masyarakat


Umumnya, masyarakat di daerah Airtiba berprofesi sebagai nelayan,
petani dan buruh, namun ada juga yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS)
maupun pedagang. Untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari, penduduk
Airtiba memanfaatkan hasil laut yangberada disekitar hutan mangrove.
Pemanfaatan hasil laut di kawasan ini sering dilakukan oleh masyarakat yang
berprofesi sebagai nelayan, petani dan buruh. Biota laut yang dapat dijadikan
sumber pangan yaitu jenis ikan, kepiting, udang dan beberapa jenis kerang-
kerangan. Hasil tangkapan berupa biota- biota laut di sekitar kawasan ini lebih dari
cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka. Selain untuk memenuhi
pangan, hasil tangkapan yang diperoleh jika dirasa lebih, biasanya penduduk
menjualnya di pasar yang berada di dekat kawasan hutan mangrove Airtiba.
Adanya ketergantungan kehidupan masyarakat pantai terhadap hutan
mangrove, dikarenakan hutan mangrove dapat menyediakan kayu bangunan,

7
kayu bakar, tempat mencari ikan, kepiting, udang maupun tempat usaha
pertambakan sebagai sumber nafkah mereka. Terkait dengan kondisi tersebut,
kegiatanmasyarakat pantai pada akhirnya akan memanfaatkan hutan mangrove
secara tidak ramah lingkungan, dan dampaknya hutan mangrove akan
terdegradasi dan rusak, bahkan sumber daya alam tersebut akan punah.
Sebenarnya, masyarakat pantai sudah mengetahui tentang peran dan manfaat
hutan mangrove terhadap lingkungannya, tetapi mereka tidak ada pilihan lain
karena untuk mempertahankan kehidupan merekabersama keluarganya harus
memanfaatkan hutan tersebut (Pramudji 2000).

2.2 Alur Pikir Penelitian

Hutan Mangrove

Masyarakat Alam

Negatif Positif Negatif Positif

8
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian Secara Menyeluruh


Penelitian ini dilakukan pada kawasan hutan mangrove Airtiba, Kelurahan
Krooy Kabupaten Kaimana yang berlangsung selama kurang lebih 2 bulan, yaitu
dari bulan Juni sampai dengan bulan Agustus tahun 2019. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survei kawasan
mangrove Airtiba dan interpretasi citra satelite.

Variabel Pengamatan yang diamati dalam penelitian ini ada dua yaitu berupa
aktivitas penduduk di sekitar kawasan mangrove yang berinteraksi langsung dengan
hutan mangrove Airtiba dan pemerintah sebagai pengambil kebijakan
pengembangan wilayah serta luas kawasan mangrove yang mengalami kerusakan
akibat aktivitas antropogenik.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer dan sekunder.
Pengumpulan data primer dilakukan melalui wawancara semi struktural dengan alat
bantu kuisioner (daftar pertanyaan) dengan penentuan responden sebanyak 15%
dari total jumlah kepala keluarga sebesar 144 kepala keluarga, yang bermukim di
sekitar kawasan hutan mangrove guna memperoleh informasi terkait aktivitas
penduduk di sekitar areal hutan mangrove Airtiba.

Selain itu, observasi lapangan secara langsung dengan melihat kegiatan


penduduk terhadap pemanfaatan ekosistem di hutan mangrove. Untuk mengetahui
intensitas kerusakan, pengambilan data berupa titik dan luas areal kerusakan
dilakukan pada areal pengamatan secara keseluruhan yang terindikasi telah rusak.
Sementara data sekunder berupa laporan dan program kerja akan diperoleh dari
Dinas dan Instansi pemerintah daerah terkait terhadap kawasan hutan mangrove
Airtiba.

Semua data pengamatan berupa kuisioner yang diperoleh kemudian di input


dalam bentuk tabel tematik (tabulating) dengan menggunakan program Microsoft
Excel dan dilakukan kuantifikasi data guna melihat frekuensi interaksi penduduk

9
disekitar dengan hutan mangrove Airtiba. Sedangkan data tracking dengan
menggunakan alat GPS di lapangan terhadap kerusakan hutan mangrove kemudian
dibuat dalam bentuk lay out peta dengan menggunakan software Arcgis.

Kerusakan mangrove yang diamati sepanjang jalur pengamatan dinyatakan


dalam presentasi yang dihitung dengan membandingkan besar areal yang ditumbuhi
mangrove dan areal yang tidak ditumbuhi tumbuhan, serta daerah yang bertambah
dan berkurang luasnya. Pendekatan umum yang digunakan berdasarkan formula
Arsyad (1999) dalam Rumakat (2013) adalah sebagai berikut:

IK(%) =

Data yang diperoleh dianalisis secaradeskriptif dan disajikan dalam bentuk


tabel dan gambar atau peta.

Ketergantungan masyarakat terhadap kawasan hutan mangrove Airtiba


mengakibatkan eksploitasi yang berlebihan, diantaranya eksploitasi untuk
keperluan kayu bakar, sebagai bahan obat maupun yang diperuntukan sebagai
pertambakan dan perluasan permukiman yang pada akhirnya mempunyai
dampak negatif terhadap sumber daya alam tersebut.

Tabel 1. Jenis dan Intensitas kerusakan areal hutan mangrove Airtiba


Luas
No. Jenis kerusakan (ha) (%)
IK
1. Pemanfaatan kayu bakar dan obat 2,7 1,14
2. Perluasan permukiman 3,1 1,31
3. Aksesibilitas jalan 0,9 0,37
4. Tambak 13,4 5,69
5. Tempat pengeringan ikan 0,2 0,07
6. Pembuangan sampah 0,04 0,02
Luas areal mangrove 236,13 8,60

Sumber data primer, 2019

Tabel 1 menunjukkan intensitas kerusakan yang berbeda–beda untuk setiap


jenis kerusakan yang disebabkan oleh manusia, total intensitas kerusakan
mangrove terbesar yaitu konversi lahan untuk pertambakan sebesar 5,69%
sedangkan intensitas kerusakan terkecil ialah jenis kerusakan yang disebabkan
oleh aktivitas pembuangan sampah yaitu 0,02% atau 0,04 ha dari kerusakan yang

10
ada di kawasan hutan mangrove Airtiba. Jenis dan intensitas kerusakan areal
hutan mangrove dapat dilihat pada gambar grafik 1.

Gambar 1. Jenis dan intensitas kerusakan areal hutan mangrove Airtiba

Gambar 2. Persentase luas kerusakan hutan mangrove Airtiba

Data hasil analisis penelitian diketahui tutupan lahan hutan mangrove Airtiba
tersisa 91,4% dengan kerapatan pohon berkisar antara 1000–1600 pohon per
hektar (RPIJM Kabupaten Kaimana, 2010). Berdasarkan data ini, ditentukan
kriteria baku kerusakan hutan mangrove(tabel 2) sehingga dapat dikatakan hutan
mangrove Airtiba termasuk dalam kriteria baik dengan kerapatan yang padat.

11
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hutan Mangrove yang berada di Airtiba, Kaimana Papua Barat termasuk salah
satu hutan mangrove terbesar di Indonesia. Mangrove sangat bermanfaat bagi
manusia dan alam. Manusia memanfaatkan Mangrove tersebut untuk kebutuhan
sehari hari, akan tetapi jika terus bergantung pada Mangrove dan tidak merawat nya
kembali maka Mangrove akan mengalami kerusakan. Sehingga aktifitas warga juga
dapat tergangu. Kerusakan Hutan Mangrove Di Airtiba, Kaimana Papua Barat
sebesar 8,60% pada tahun 2010, dan terus mengalami kerusakan per tahunnya.

4.1 Saran

Ada beberapa cara untuk tetap memanfaatkan mangrove tanpa


merusak mangrove tersebut yaotu

1. Melakukan Pembibitan Tanaman Mangrove


2. Penanaman Kembali Hutan Mangrove
3. Memperbaiki Lingkungan Sekitar Hutan
4. Melakukan Budidaya Kepiting Bakau
5. Memberikan Edukasi Pentingnya Hutan Mangrove Kepada Masyarakat

12
DAFTAR PUSTAKA

Luas Ekosistem Mangrove di Kaimana Terancam Berkurang - PAPUAKITA.com

(PDF) IDENTIFIKASI KERUSAKAN AREAL HUTAN MANGROVE AKIBAT AKTIVITAS


PENDUDUK DI DAERAH AIRTIBA KABUPATEN KAIMANA (researchgate.net)

https://lindungihutan.com/blog/hutan-mangrove/

https://katadata.co.id/sitinuraeni/berita/6172a66ec77ea/fungsi-dan-manfaat-hutan-
mangrove-bagi-lingkungan

https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/ciri-ciri-hutan-magrove

https://www.kompasiana.com/sariwahyuni/6083daafd541df47bd458

13

Anda mungkin juga menyukai