Anda di halaman 1dari 14

Makalah

Sebaran Habitat Mangrove Di Dunia

Dosen Pengampu :
Aditya Hikmat Nugraha, S.I.K, M.Si
Disusun Oleh :
Rifka Aslika Br Damanik ( 190254242067 )
Dilla Sahilla (190254242030 )

Prodi Manajemen Sumberdaya Perikanan


Fakultas Ilmu Kelautan Dan Perikanan
Universitas Maritim Raja Ali Haji
2021
KATA PENGANTAR
Penyusun mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan
rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa diselesaikan tepat
waktu.
Makalah ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi tugas Ilmu Tumbuhan Air dan
Makroalgae. Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak Aditya Hikmat Nugraha,
M.Si. selaku dosen pengampu mata kuliah Ilmu Tumbuhan Air dan Makroalgae yang telah
memberi bimbingan sehingga penyusun dapat membuat makalah ini dengan baik, tidak lupa
pula penyusun mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang turut berkonstribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Penyusun berharap semoga makalah ini bisa menambah wawasan pembaca. Namun terlepas
dari itu, penyusun memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
penyusun sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya.

Tanjungpinang, 25 Juni 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ i


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan .......................................................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Mangrove ................................................................................................................. 3
2.2 Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove...................................................................................... 3
2.3 Ekosistem Mangrove .................................................................................................................. 5
2.4 Sebaran Mangrove di Dunia ...................................................................................................... 7
BAB III................................................................................................................................................... 9
PENUTUP .............................................................................................................................................. 9
3.1 Kesimpulan .................................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumberdaya pesisir dan laut merupakan suatu potensi yang cukup menjanjikan dalam
mendukung tingkat perekonomian masyarakat terutama bagi nelayan. Konsekuensi logis dari
sumberdaya pesisir dan laut sebagai sumberdaya milik bersama dan terbuka untuk umum,
menyebutkan pemanfaatan sumberdaya alam pesisir dan laut dewasa ini semakin meningkat di
hampir semua wilayah (Stanis, 2005).
Mangrove merupakan salah satu tumbuhan yang dapat hidup di wilayah pesisir, yang
mempunyai peran baik fisik, kimia, biologi yang sangat menunjang kebutuhan hidup manusia
dan sebagai penyangga keseimbangan ekosistem di wilayah pesisir. Tumbuhan mangrove
memiliki kemampuan khusus untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ekstrim,
seperti kondisi tanah yang tergenang, kadar garam yang tinggi serta kondisi tanah yang kurang
stabil. Dengan kondisi lingkungan seperti itu, beberapa jenis mangrove mengembangkan
mekanisme yang memungkinkan secara aktif mengeluarkan garam dari jaringan, sementara
yang lainnya mengembangkan sistem akar napas untuk membantu memperoleh oksigen bagi
sistem perakarannya. Dalam hal lain, beberapa jenis mangrove berkembang dengan buah yang
sudah berkecambah sewaktu masih di pohon induknya (vivipar), seperti Kandelia, Bruguiera,
Ceriops dan Rhizophora. Mangrove membentuk hutan yang juga berfungsi sebagai mata rantai
utama dalam jaringan makanan di ekosistem mangrove. Hutan mangrove merupakan salah satu
ekosistem pesisir yang unik dan rawan. Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan
ekonomis. Fungsi ekologis hutan mangrove antara lain sebagai pelindung garis pantai,
mencegah intrusi air laut, habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground),
tempat asuhan dan pembesaran (nursery ground), dan tempat pemijahan (spawning ground)
bagi aneka biota perairan, sedangkan fungsi ekonominya antara lain: penghasil keperluan
rumah tangga, penghasil keperluan industri, dan penghasil bibit.
Diketahui jumlah mangrove yang terdapat di Indonesia yaitu 202 jenis tumbuhan mangrove,
meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit
dan 1 jenis paku, dari 202 jenis tersebut, 43 jenis (diantaranya 33 jenis pohon dan beberapa
jenis perdu) ditemukan sebagai mangrove sejati (true mangrove), sementara jenis lain
ditemukan disekitar mangrove dan dikenal sebagai jenis mangrove ikutan (asociate asociate)
(Noor, dkk, 1999). Saenger, dkk, (1983) dalam Noor, dkk (1999) melaporkan bahwa di seluruh
dunia tercatat sebanyak 60 jenis tumbuhan mangrove sejati. Mangrove tersebar di sekitar
wilayah khatulistiwa dengan iklim tropis dan sebagian iklim subtropis. Luas hutan mangrove
di Indonesia sekitar 2,5 juta hingga 4,5 juta hektar dan merupakan hutan mangrove terluas di
dunia. Negara lain yang juga memiliki hutan mangrove yang luas, yaitu Brazil (1,3 juta hektar),
Nigeria (1,1 juta hektar) dan Australia (0,97 hektar). Dengan perbandingan tersebut, hutan
mangrove di Indonesia memiliki bagian 25% dari total luas hutan mangrove di dunia.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Mangrove?
2. Apa saja fungsi Mangrove ?
3. Bagaimana Ekosistem Mangrove ?
4. Bagaimana sebaran Magrove di Dunia ?
5. Bagaimana Zonasi Persebaran Mangrove ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu Mangrove ?
2. Untuk mengetahui apa saja fungsi Mangrove ?
3. Untuk mengetahui bagaimana Ekosistem Hutan Mangrove ?
4. Untuk mengetahui bagaimana sebaran Mangrove di Dunia ?
5. Untuk mengetahui Zonasi Persebaran Mangrove

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mangrove
Menurut beberapa ahli mendefiniskan "mangrove" secara berbeda-beda. Namun pada dasarnya
merujuk pada hal yang sama. Pada tahun 1983, Saenger, dkk. mendefinisikan mangrove
sebagai formasi tumbuhan daerah litoral yang khas di pantai daerah tropis dan sub tropis yang
terlindung. Sedangkan menurut Soerianegara (1987) mendefinisikan hutan mangrove sebagai
hutan yang terutama tumbuh pada tanah lumpur aluvial di daerah pantai dan muara sungai yang
dipengaruhi pasang surut air laut, dan terdiri atas jenis-jenis pohon Avicennia, Sonneratia,
Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Lumnitzera, Excoecaria, Xylocarpus, Aegiceras,
Scyphyphora dan Nypa.
Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di sepanjang pantai atau muara sungai dan
dipengaruhi oleh gerakan pasang surut perpaduan antara air sungai dan air laut, yang tergenang
pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitasnya bertoleransi terhadap
garam. Sungai mengalirkan air tawar untuk mangrove, dan pada saat pasang pohon mangrove
dikelilingi oleh air garam atau air payau (Waryono, 2000). Hutan mangrove merupakan
komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang
mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Hutan mangrove
banyak ditemui di pantai, teluk yang dangkal, estuaria, delta, dan daerah pantai yang terlindung
(Gunarto, 2004). Asal-usul istilah “mangrove” tidak diketahui secara pasti. Ada yang
menyebutkan bahwa istilah mangrove berasal dari bahasa Malay yaitu mangimangi atau
mangin, kemudian ada pula yang menyebutkan bahwa istilah tersebut merupakan kombinasi
dari bahasa Portugis dan Inggris mangue dan grove, sehingga bila dirangkaikan menjadi
mangrove. Mangrove adalah jenis tanaman dikotil yang hidup di habitat air payau. Habitat
mangrove seringkali ditemukan di tempat pertemuan antara muara sungai dan air laut. Lokasi
ini yang kemudian menjadi pelindung daratan dari gelombang air laut yang besar.
Ekosistem mangrove sebagai salah satu ekosistem utama di wilayah pesisir yang sangat
produktif, namun sangat rentan terhadap perubahan – perubahan atau pengaruh eksternal.
Sebagai ekosistem yang rentan, maka pengelolaan ekosistem mengrove harus memperhatikan
keterpaduan secara ekologis, ekonomis dan sosial-budaya masyarakat agar pengelolaan secara
optimal dan lestari tercapai. Selain itu, wilayah pesisir merupakan suatu wilayah yang unik
secara geologis, ekologis, dan merupakan domain biologis yang sangat penting dari berbagi
kehidupan di darat dan di perairan, termasuk manusia. Sebagai negara kepulauan, sekitar 65 %
penduduk bermukim di wilayah pesisir dan tingkat ketergantungannya terhadap sumberdaya
pesisir dan jasa lingkungan sangat tinggi. Sehingga tekanan dari proses kegiatan manusia yang
tidak terkendali merupakan ancaman bagi sumberdaya alam di wilayah tersebut
2.2 Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove
Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove dari berbagai sudut pandang baik itu manfaat ekologi,
manfaat ekonomi, manfaat fisik, manfaat biologi dan manfaat kimia maupun manfaat sosial
sangat dirasakan dalam kehidupan masyarakat pesisir. Penelitian-penelitian telah banyak
dilakukan dan membuktikan bahwa hutan mangrove memegang peranan penting bagi
kehidupan di pesisir. Adapun manfaat dan fungsi tersebut dapat dirangkum sebagai berikut :

3
➢ Habitat satwa langka
Hutan mangrove sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih dari 100 jenis burung hidup
disini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan mangrove merupakan tempat
mendaratnya ribuan burung pantai ringan migran, termasuk jenis burung langka Blekok Asia
(Limnodrumus semipalmatus)
➢ Pelindung terhadap bencana alam
Vegetasi hutan mangrove dapat melindungi bangunan, tanaman pertanian atau vegetasi alami
dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam melalui proses filtrasi.
➢ Pengendapan lumpur
Sifat fisik tanaman pada hutan mangrove membantu proses pengendapan lumpur. Pengendapan
lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan unsur hara air, karena bahan-bahan
tersebut seringkali terikat pada partikel lumpur. Dengan hutan mangrove, kualitas air laut
terjaga dari endapan lumpur erosi.
➢ Penambah unsur hara
Sifat fisik hutan mangrove cenderung memperlambat aliran air dan terjadi pengendapan.
Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang berasal dari berbagai sumber,
termasuk pencucian dari areal pertanian.
➢ Penambat racun
Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat pada permukaan
lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah air. Beberapa spesies tertentu
dalam hutan mangrove bahkan membantu proses penambatan racun secara aktif.
➢ Sumber alam dalam kawasan (In-Situ) dan luar Kawasan (Ex-Situ)
Hasil alam in-situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan atau mineral yang dapat
dimanfaatkan secara langsung di dalam kawasan. Sedangkan sumber alam ex-situ meliputi
produk-produk alamiah di hutan mangrove dan terangkut/berpindah ke tempat lain yang
kemudian digunakan oleh masyarakat di daerah tersebut, menjadi sumber makanan bagi
organisme lain atau menyediakan fungsi lain seperti menambah luas pantai karena pemindahan
pasir dan lumpur.
➢ Transportasi
Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara yang paling efisien
dan paling sesuai dengan lingkungan.
➢ Sumber plasma nutfah
Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi perbaikan jenis-jenis
satwa komersial maupun untukmemelihara populasi kehidupan liar itu sendiri.
➢ Rekreasi dan pariwisata
Hutan bakau memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya maupun dari kehidupan yang ada
di dalamnya. Hutan mangrove yang telah dikembangkan menjadi obyek wisata alam antara

4
lain di Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan. Hutan mangrove memberikan obyek wisata yang
berbeda dengan obyek wisata alam lainnya. Karakteristik hutannya yang berada di peralihan
antara darat dan laut memiliki keunikan dalam beberapa hal. Para wisatawan juga memperoleh
pelajaran tentang lingkungan langsung dari alam. Kegiatan wisata ini di samping memberikan
pendapatan langsung bagi pengelola melalui penjualan tiket masuk dan parkir, juga mampu
menumbuhkan perekonomian masyarakat di sekitarnya dengan menyediakan lapangan kerja
dan kesempatan berusaha, seperti membuka warung makan, menyewakan perahu, dan menjadi
pemandu wisata.
➢ Sarana pendidikan dan penelitian
Hutan mangrove dimanfaatkan dalam upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
membutuhkan laboratorium lapang yang baik untuk kegiatan penelitian dan pendidikan.
➢ Memelihara proses-proses dan sistem alami
Hutan mangrove sangat tinggi peranannya dalam mendukung berlangsungnya proses-proses
ekologi, geomorfologi, atau geologi di dalamnya.
➢ Penyerapan karbon
Proses fotosentesis mengubah karbon anorganik (C02) menjadi karbon organik dalam bentuk
bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini membusuk dan melepaskan karbon
kembali ke atmosfer sebagai (C02). Akan tetapi hutan bakau justru mengandung sejumlah
besar bahan organik yang tidak membusuk. Karena itu, hutan mangrove lebih berfungsi sebagai
penyerap karbon dibandingkan dengan sumber karbon.
➢ Memelihara iklim mikro
Evapotranspirasi hutan mangrove mampu menjaga kelembaban dan curah hujan kawasan
tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga.
➢ Mencegah berkembangnya tanah sulfat masam
Keberadaan hutan mangrove dapat mencegah teroksidasinya lapisan pirit dan menghalangi
berkembangnya kondisi alam.
2.3 Ekosistem Mangrove
Ekosistem mangrove hanya dapat ditemui di daerah tropik dan subtropik. Mangrove, yang
merupakan khas daerah tropis, hidupnya hanya mampu berkembang baik di temperatur 190 C
sampai 400 C dengan toleransi fluktuasi tidak lebih dari 100 C. Berbagai jenis mangrove
tumbuh di bibir pantai dan menjorok ke zona berair laut. Pola hidup mangrove ini merupakan
suatu fenomena yang khas, dikarenakan tidak ada tanaman selain mangrove yang mampu
bertahan hidup di zona peralihan darat dan laut layaknya pola hidup mangrove (Irwanto, 2006).
Mangrove biasanya berada di daerah muara sungai atau estuaria, yang merupakan daerah
tujuan akhir dari partikel-partikel organik ataupun endapan lumpur yang terbawa dari daerah
hulu akibat adanya erosi. Oleh karena itu, wilayah di sekitar tumbuhnya ekosistem mangrove
merupakan wilayah yang subur (Gunarto, 2004). Ekosistem mangrove memiliki produktifitas
cukup tinggi sehingga mampu menyediakan makanan berlimpah bagi berbagai jenis hewan
laut (feeding ground). Selain itu, ekosistem mangrove juga dimanfaatkan sebagai tempat
berlindung berbagai jenis binatang misalnya juvenile dan larva ikan (shellfish) dari predator,

5
tempat memijah berbagai jenis ikan dan udang (spawning ground), sebagai pelindung pantai,
mempercepat pembentukan lahan baru, penghasil kayu bangunan, kayu bakar, kayu arang, dan
tannin (Soedjarwo, 1979).
Ekosistem mangrove tumbuh di sepanjang garis pantai atau di pinggiran sungai sangat
dipengaruhi oleh pasang surut perpaduan antara air sungai dan air laut. Ekosistem mangrove
di wilayah pantai dapat berkembang jika didukung oleh tiga syarat utama yaitu air payau,
alirannya tenang, dan terdapat endapan lumpur yang relatif datar. Pasang surut gelombang laut
dan jangkauan air pasang di kawasan pantai dapat mempengaruhi lebar hutan mangrove. Pada
dasarnya, kawasan pantai merupakan wilayah peralihan antara daratan dan perairan laut. Garis
pantai dicirikan oleh suatu garis batas pertemuan antara daratan dengan perairan laut. Oleh
karena itu, posisi garis pantai bersifat tidak tetap dan dapat berpindah sesuai dengan pasang
surut air laut dan abrasi serta pengendapan lumpur (walking land atau walking vegetation)
(Waryono, 2000).
Secara garis besarnya, ekosistem mangrove dapat berkembang dengan baik pada lingkungan
dengan ciri-ciri ekologi sebagai berikut (Waryono, 2000) :
➢ Lahannya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun hanya saat pasang
purnama
➢ Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat (sungai, mata air atau air tanah)
yang berfungsi untuk menurunkan salinitas, menambah pasokan unsur hara dan lumpur
➢ Jenis tanahnya berlumpur, berlempung, atau berpasir, dimana bahannya berasal dari
lumpur, pasir, atau pecahan karang
➢ Arus laut tidak terlalu deras, tempatnya terlindung dari angin kencang dan gempuran
ombak yang kuat
➢ Suhu udara dengan fluktuasi musiman tidak lebih dari 100 C
➢ Air payau dengan salinitas 2-22 ppt (part per trilyun) atau asin dengan salinitas
mencapai 38 ppt
➢ Topografi pantai yang datar/landai.
Selain terlepas dari habitatnya yang unik, terdapat ciri-ciri penampakan terpenting dari
mangrove. Ciri-ciri tersebut adalah (Yayasan Mangrove, 1993 dalam Susanti, 2008) :
➢ Memiliki jenis-jenis yang relatif sedikit
➢ Memiliki akar yang tidak beraturan, misalnya seperti jangkar melengkung pada
bakau Rhizopora sp., serta akar yang mencuat vertikal seperti pada pidada
Sonneratia sp., dan pada api-api Avicennia sp.
➢ Memiliki biji (propagul) yang bersifat vivipar atau dapat berkecambah di
pohonnya, khususnya pada Rhizopora sp.
➢ Memiliki banyak lentisel pada bagian kulit pohon
Tanaman mangrove juga memliki pola adaptasi terhadap lingkungan berupa sistem perakaran
yang menunjang untuk bertahan hidup di daerah zona pasang surut. Pola perakaran tersebut
bisa dilihat pada Gambar 3 sebagai berikut :

6
2.4 Sebaran Mangrove di Dunia
Hutan mangrove merupakan suatu tipe hutan yang tumbuh di daerah pasang surut terutama di
daerah relindung, laguna, muara sungai yang tergenang pada saat susut yang komunitas
tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Hutan mangrove tersebar luas di bagian wilayah
yang memiliki iklim cukup panas di dunia. Hutan ini banyak di temui di daerah khatulistiwa
atau ekuator, yaitu daerah yang memiliki iklim tropis dan sedikit di daerah yang memiliki iklim
sub tropis.
Sementara itu di Indonesia merupakan negara yang memiliki persebaran hutan mangrove
terluas di dunia, yaitu 2.5 juta hingga 4.5 juta hektar. Luas yang dimiliki Indonesia melebihi
persebaran hutan mangrove yang ada di Brazil yakni 1.3 juta hektar, Nigeria 1.1 juta hektar,
dan Australia yakni 0.97 juta hektar. Dengan panjang garis pantai sebesar 95,181 km2,
Indonesia mempunyai luas mangrove sebesar 3.489.140,68 Ha ( Tahun 2015 ). Jumlah ini
setara dengan 23% ekosistem hutan mangrove dunia yaitu dari total luas 16.530.000 Ha.

Persebaran Hutan Mngrove di Dunia


Brazil
17%

Nigeria
14%
Indonesia
57%
Australia
12%

Brazil Nigeria Australia Indonesia

Gambar 1 Grafik Persebaran Hutan Mangrove di Dunia, Sumber : Penulis.


Menurut Direktur Bina Pengelolaan Kawasan Ekosistem Esensial, Antung Deddy Radiansyah
pada komunikasi publik di Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta. Beliau menyatakan bahwa
Hutan Mangrove di Indonesia seluas 1.671.140,75 Ha dalam kondisi baik, sedangkan sisanya
seluas 1.817.999.93 Ha dalam kondisi rusak.

7
Kondisi Mangrove Indonesia

Baik
Rusak

Baik Rusak

Gambar 2 Kondisi Mangrove Indonesia, Sumber : Penulis.

2.5 Zonasi Persebaran Mangrove


Tumbuhnya habitat mangrove umumnya membentuk suatu zonasi mulai dari pinggir pantai
hingga pedalaman daratan. Dari arah laut hingga daratan terdapat pergantian jenis mangrove
yang secara dominan menguasai masingmasing habitat zonasinya. Namun, mangrove yang
kondisinya buruk karena adanya gangguan, akan menunjukkan ketidakteraturan dalam
pembagian jenis pohon dan zonasinya (Irwanto, 2006). Zonasi di hutan mangrove
mencerminkan tanggapan ekofisiologis tumbuhan mangrove terhadap gradasi lingkungan.
Zonasi ini umumnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Beberapa faktor lingkungan yang
penting dalam penentuan zonasi habitat mangrove antara lain :
➢ Pasang surut yang secara tidak langsung mengontrol dalamnya permukaan dan
salinitas air.
➢ Tipe tanah yang secara tidak langsung menentukan tingkat aerasi tanah,
tingginya muka air dan drainase.
➢ Pasokan aliran air tawar, kadar garam tanah dan air yang berkaitan dengan
toleransi spesies terhadap kadar garam.
➢ Cahaya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan anakan dari spesies intoleran
seperti Rhizophora sp., Avicennia sp., dan Sonneratia sp.
➢ Morfologi tanaman dan cara penyebaran bibit hingga persaingan antar spesies
Mangrove.
Kondisi tanah mempunyai kontribusi besar dalam mempengaruhi bentuk zonasi habitat
mangrove. Misalnya untuk mangrove jenis api-api (Avicennia sp.), bogem atau pedada
(Sonneratia sp.) dapat tumbuh baik di zona berpasir, sedangkan mangrove jenis tancang
(Bruguiera sp.) tumbuh baik di zona tanah lempung dengan sedikit bahan organik.
Formasi hutan mangrove yang terbentuk di kawasan mangrove biasanya didahului oleh jenis
pohon pedada (Sonneratia sp.) dan api-api (Avicennia sp.) yang memagari daratan dari kondisi
laut dan angin. Pohon jenis ini memiliki akar pasak sehingga mampu hidup di tempat yang
biasa terendam air saat kondisi laut pasang. Pada daerah berikutnya yang lebih mengarah ke
daratan banyak ditumbuhi oleh jenis bakau (Rhizophora sp.). Daerah ini tidak selalu terendam
air, namun hanya kadang-kadang saja terendam air. Kemudian daerah berikutnya yang makin

8
menjauhi laut, ditumbuhi oleh pohon tancang (Bruguiera sp.). Daerah ini sangat jarang
terendam air sehingga kondisi tanahnya agak keras. Kemudian di sepanjang sungai di bagian
muara biasanya dijumpai pohon nipah (Nypa fruticans) (Feller dan Sitnik, 1996). Menurut
Arief (2003), zonasi penyebaran mangrove alami dimulai dari pantai hingga darat yaitu,
Avicennia spp, Sonneratia spp, Rhizophora stylosa, Rhizophora mucronata, Rhizophora
apiculata, Bruguiera spp, Nypha spp.

Gambar 3 Zonasi Persebaran Mangrove (Arief, 2003)

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat di simpulkan bahwa, Mangrove merupakan salah satu
tumbuhan yang dapat hidup di wilayah pesisir, yang mempunyai peran baik fisik, kimia,
biologi yang sangat menunjang kebutuhan hidup manusia dan sebagai penyangga
keseimbangan ekosistem di wilayah pesisir. Tumbuhan mangrove memiliki kemampuan
khusus untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ekstrim, seperti kondisi tanah yang
tergenang, kadar garam yang tinggi serta kondisi tanah yang kurang stabil. Dengan kondisi
lingkungan seperti itu, beberapa jenis mangrove mengembangkan mekanisme yang
memungkinkan secara aktif mengeluarkan garam dari jaringan, sementara yang lainnya
mengembangkan sistem akar napas untuk membantu memperoleh oksigen bagi sistem
perakarannya.
Mangrove tersebar di sekitar wilayah khatulistiwa dengan iklim tropis dan sebagian iklim
subtropis. Luas hutan mangrove di Indonesia sekitar 2,5 juta hingga 4,5 juta hektar dan
merupakan hutan mangrove terluas di dunia. Negara lain yang juga memiliki hutan mangrove
yang luas, yaitu Brazil (1,3 juta hektar), Nigeria (1,1 juta hektar) dan Australia (0,97 hektar).
Dengan perbandingan tersebut, hutan mangrove di Indonesia memiliki bagian 25% dari total
luas hutan mangrove di dunia.
Manfaat dan Fungsi Hutan Mangrove dari berbagai sudut pandang baik itu manfaat ekologi,
manfaat ekonomi, manfaat fisik, manfaat biologi dan manfaat kimia maupun manfaat sosial
sangat dirasakan dalam kehidupan masyarakat pesisir.
Ekosistem mangrove hanya dapat ditemui di daerah tropik dan subtropik. Mangrove, yang
merupakan khas daerah tropis, hidupnya hanya mampu berkembang baik di temperatur 190 C
sampai 400 C dengan toleransi fluktuasi tidak lebih dari 100 C. Berbagai jenis mangrove
tumbuh di bibir pantai dan menjorok ke zona berair laut. Pola hidup mangrove ini merupakan

9
suatu fenomena yang khas, dikarenakan tidak ada tanaman selain mangrove yang mampu
bertahan hidup di zona peralihan darat dan laut layaknya pola hidup mangrove (Irwanto, 2006).

10
DAFTAR PUSTAKA
Prasetya, Ardi N. Struktur Komunitas di Daerah Wonorejo Pantai Timur Surabaya
Himawan. (2019). Sistem Informasi Fakultas Teknik.
Karimah. (2017). Peran Ekosistem Hutan Mangrove Sebagai Habitat Untuk Organisme Laut.
Jurnal Biologi Tropis, Vol. 17 (2).

11

Anda mungkin juga menyukai