Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH SANITASI KEBUN BINATANG

DOSEN PENGAMPU:

Rapotan Hasibuan, SKM, M.KES

DISUSUN OLEH:

Mayang Dwi Octavia 0801202262

Viona Afiqah 0801203305

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. yang telah
memberi kesempatan, taufik dan hidayah, serta inayahnya sehingga tugas makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya

Tak lupa pula kami mengucapkan banyak terimah kasih kepada dosen kami yang
telah memberikan petunjuk dalam terselesaikannya tugas makalah ini. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan kami telah berusaha semaksimal
mungkin dalam menyusun tugas makalah yang sangat sederhana ini.

Oleh sebab itu, Kami sangat mengharapkan kritik, saran dan nasehat yang baik demi
perbaikan tugas makalah ini kedepannya. Semoga makalah ni dapat berguna dan bemanfaat
untuk kita semua. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.

Medan, 6 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................

DAFTAR ISI............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................

A. LATAR BELAKANG...................................................................................................
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................
C. TUJUAN.........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................

A. Pemberian Makanan Dan Minuman.............................................................................


B. Pemberian Lingkungan Yang Cocok Dan Nyaman......................................................
C. Pemberian Perawatan Kesehatan Satwa.......................................................................
D. Pemberian Kesempatan Untuk Berprilaku/Menunjukkan Sifat-Sifat Khas Alami
(Most Normal Behavior)...............................................................................................
E. Pemberian Perlindungan Dari Rasa Takut Dan Stres....................................................

BAB III PENUTUP..................................................................................................................

A. KESIMPULAN..............................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Ada pepatah yang mengatakan “Men Sana In Corpore Sano”, yang artinya dalam
tubuh yang sehat, akan terdapat jiwa yang sehat. Akan tetapi masih banyak juga orang yang
sakit dan biasanya karena pola hidup mereka sendiri yang kurang baik dan kebiasaan yang
kurang baik sehingga dapat melemahkan dan merusak tubuh termasuk juga binatang.
Petunjuk praktek untuk pelaksanaan dan menjalankan Kebun Binatang ini disusun untuk
pimpinan management kebun binatang dan staff untuk merawat semua satwa yang berada
dikebun binatang. Petunjuk ini disusun untuk memberikan pengetahuan kepada operator
kebun binatang dalam menata jalannya usaha kebun binatang untuk memberikan
kesejahteraan kepada semua satwa dan hewan, yang menjadi pusat perhatian pengunjung.
Karena kebanyakan operator atau pemimpin kebun binatang yang tidak memepunyai
background bidang biology, zoology atau lingkungan, sehingga tidak mengerti apa yang
dimaksudkan dengan konsep animal welfare (kesejahteraan hewan) dan cara merawat satwa
dikebun binatang sesungguhnya. Pengelolaan atau operator kebun binatang harus mengerti
cara-cara transportasi hewan, pencegahaan kebakaran dan kebersihan makanan satwa/hewan
dan hal lain yang berkaitan dengan tata kerja kebun binatang yang baik.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana cara pemberian makan dan minum yang baik pada satwa kebun
binatang?
2. Bagaimana pemberian lingkungan yang cocok dan nyaman pada satwa kebun
binatang?
3. Bagaimana pemberian kesehatan pada satwa kebun binatang?
4. Bagaimana pemberian kesempatan untuk berprilaku atau menunjukan sifat-sifat khas
alami bagi satwa kebun binatang?
5. Bagaimana pemberian perlindungan dari rasa takut dan stress pada hewan?

C. TUJUAN

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah


2. Untuk menambah wawasan bagi pembaca maupun pendengar
BAB II

PEMBAHASAN

A. PEMBERIAN MAKANAN DAN MINUMAN

Makanan dan air adalah keperluan dasar. Cara pemeberian makanan dan seringnya
(frequency) pemberian makanan dan nutrisi dan kadar gizi perlu diperhatikan. Makanan dan
frekuensinya harus diberikan sedemikian rupa untuk menyamai dan disesuaikan dengan
kebiasaan dan prilaku alami satwa tersebut, begitu pula dengan keperluan gizi dan nutrisi,
yang berbeda tergantung dari musim, jenis satwa. Pemberian makanan harus makanan alami,
sesuai dengan makanan satwa dihutan. Informasi jenis makanan ini bisa dipelajari dan
didapat dari ahli2 satwa. Satwa tidak boleh diberikan makanan manusia yang tidak normal
untuk mereka, seperti makanan berminyak gorengan, garam, gula, minuman yang
mengandung bahan kimia, makanan yang diolah.

Pengunjung harus dilarang untuk tidak sembarangan memeberikan makananjenis


tersebut, apabila pengunjung ingin memeberi makanan, pihak kebun binatang bisa
menyediakan atau menjual makanan satwa yang alami seperti aneka sayur2an, ubi, jagung
mentah, daun segar, buah2an atau kacang2 yang tidak digoreng atau diproses. Pemberian
makan oleh pengunjung harus dikontrol oleh keeper atau staff, agar mengatur jumlah dan
jadwal makannya. Pengunjung tidak boleh memberikan makanan semuanya dalam
bungkusan plastik kepada satwa, karena sangat berbahaya apabila termakan. Keeper harus
mencegah. Air minum yang diberikan harus higienis bersih dan disediakan setiap hari.
Wadah air harus dicuci rutin untuk mencegah kuman penyakit.

Jumlah takaran dan jumlah makanan dan minuman harus cukup dan sesuai dengan
keperluan satwa.Berdasarkan besar dan ukuran satwa, gizi2 yang diperlukan (satwa hamil
perlu nutrisi dan gizi), kwalitet makanan dan kesehatan satwa. Wadah tempat makanan harus
dicuci setiap hari sebelum dan sesudah dipakai. Makanan kering dan air minum harus
disimpan dandipersiapkan dengan cara yang hygienis. Terutama makanan tidak boleh lembab
basah (sehingga jamuran) atau terkena kontaminasi oleh serangga, kecoak,burung, tikus atau
hama lainnya. Makanan basah atau minuman seperti susu segar, harus disimpan dilemari
dingin (kulkas) supaya tidak basi atau rusak. Satwa tidak boleh diberikan makanan yang
sudah rusak dan basi. Pekerja dan animal keeper harus mengikuti intruksi ketat untuk
kebersihan diri masing masing, dan harus mengikuti praktek hygiene (kebersihan) dalam
memepersiapkan makanan satwa, untuk menghindari cross contamination (penjangkitan atau
penyebaran kuman) dari alat alat yang digunakan dan tempat memepersiapkan makanan
tersebut. Wadah tempat makanan dan minuman untuk satwa tidak boleh dipergunakan untuk
lainnya. Harus dicuci bersih secara rutin.

Keeper harus memeberi pertimbangan dan pemikiran hal prilaku alami satwa sewaktu
memeberikan makanan dan minuman. Ukuran dan model wadah tempat makanan dan
minuman harus disesuaikan dengan kebutuhan satwa, supaya mudah dijangkau dan
dikonsumsi. Cara pemberian makanan dan minuman harus memikirkan keselamatan pekerja
dan animal keeper. Wadah makanan dan minuman harus ditaruh diposisi tertentu agar
menghidari kontaminasi, supaya makanan dan minuman tidak gampang dikotori oleh satwa
itu sendiri, atau oleh tikus, burung liar atau hama lain. Pekerja harus mengecek dua kali
sehari, makanan dan minuman yang dikonsumsi satwa, menghindari pengunjung yang
memberikan makanan yang tidak cocok. Mencatat bila ada satwa yang tidak nafsu makan
atau minum dan melaporkan kepada dokter hewan. Makanan yang tidak termakan harus
diambil dan dibersihkan,supaya kandang tetap hygienis bersih. Sampah menarik kecoak dan
tikus, tikus membawa kuman, kuman pembawa penyakit. Gizi dan nutrisi harus berdasarkan
jumlsh ysng cocok ysng diberikan dokter hewan. Semua jenis dan jadwal pemberian
makanan dan minuman harus tercatat lengkap dibuku,dan dimasuk kan dalam daftar makanan
dan minuman yang bisa diperiksa sewaktu waktu oleh dokter hewan.

B. PEMBERIAN LINGKUNGAN YANG COCOK DAN NYAMAN

Lingkungan tempat hidup satwa harus disesuaikan dengan kebutuhan seetiap satwa.
Tempat hidup mereka harus termasuk tempat berteduh dari basahnya hujan, daari panas
matahari, dingin dan tempat bernaung yang cocok. Misalnya, untuk satwa yang kebiasaannya
mengagali lubang ditanah, harus diberi fasilitas untuk membuat lubang. Satwa yang bersifat
memanjat,harus diberikan fasilitas memanjat tiga dimensi (keatas, kesamping dan kebawah).
Satwa harus diberikan kesempatan menggerakan otot badan mereka. Suatu balance harus
didapatkan untuk memeberikan fasilitas tersebut dengan memperhatikan soal hygigene
(kebersihan) dan kebutuhan byologi satwa. Suhu, ventilasi hawa, sinar alami dan suara
didalam kandang harus disesuaikan dengan kenyamanan dan kebaikan satwa masing2.
terutama harus diperhatikan satwa2 yang hamil dan baru mempunyai anak, mereka
memerlukan ruangan tersendiri yang tenang. Satwa yang baru datang dikebun binatang harus
diberikan kesempatan untuk menyesuaikan diri kelingkungan baru. Penyesuaian itu harus
dilaksanakan bertahap untuk tidak membuat satwa stress. Keeper dan staff harus mempunyai
pengertian terhadap satwa yang stress dan memperlakukan dengan sabar dan tidak membuat
satwa bertambah takut dan stress. Tank atau kolam air untuk satwa harus ada pergantian
hawa, dan kebersihan harus dijaga rutin.

Kwalitet air harus diperiksa terutama untuk satwa air yang tinggal dikolam. Air
genangan kotor menjadi pembiakan kuman dan wabah penyakit. Semua satwa yang hidup
dialam terbuka harus diberikan shelter (tempat berteduh) yang nyaman untuk kebaikan satwa.
Memepunyai ruang untuk berlindung atau bersembunyi, apalagi satwa yang nervous (takut)
harus diberikan shelter apabila ingin berlindung dari perhatian ramai para pengujung.
Kandang satwa harus dibuat sedemikian rupa agar satwa bisa bertingkah laku dan
menunjukan prilaku alami, baik untuk lari kabur ketakutan,bersembunyi, memeanjat,
berenang, dsb. Kandang dan pagar harus dirawat dengan rutin dan dalam kondisi yang baik,
sehingga tidak melukai satwa dan animal keeper. Setiap kerusakan bangunan yang
mebahayakan satwa, pekerja dan para pengunjung, harus diperbaiki dan merupakan tanggung
jawab kebun binatang. Setiap kerusakan harus dilaporkan oleh pekerja dan dicatat dibuku
daftar, dan pemimpin bisa memeriksa perbaikan yang belum dilakukan. Apabila ada
kerusakan kandang akan memebuat celaka satwa, dan tidak bisa segera diperbaiki, satwa
harus dipindahkan kekandang yang lebih aman, sampai kerusakan itu diperbaiki. Tumbuhan2
liar yang beracun yang tumbuh didalam kandang yang bisa mencelakakan satwa bila
termakan harus disingkirkan segera.

Kolam atau tempat satwa berkubang harus mempunyai tempat berinjak untuk keluar
dan masuk kolam dengan mudah. Setiap bahan bangunan baik cat, produk lain atau makanan,
harus tidak mengandung kimia atau racun untuk satwa. Keselamatan dan kesehatan satwa
harus diperhatikan. Kebun binatang harus memepunyai fasilitas back-up (penyanggah) dan
kesiagaan stok makanan untuk mencegah atau antisipasi keadaan darurat. Persediaan
simpanan air minum yang cukup, persediaan stok simpanan untuk makanan satwa yang
cukup, staff darurat, dokter hewan, obat2an darurat dll. Persediaan ini harus senantiasa
diperiksa dan diperbaharui. Persediaan dasar harud ada untuk perawatan dan maintenance
kebun binatang apabila ada kondisi darurat, untuk menjamin agar satwa tidak menjadi korban
sewaktu ada keadaan darurat. Alat2 kerja dan perlengkapan harus disimpan setelah dipakai
agar tidak melukai satwa.
Sampah harus dibersihkan rutin setiap hari untuk mencegah bahaya termakan dan
penyakit. Standar hygienis harus ditentukan oleh pemimpin dan diterapkan, baik kebersihan
diri para staff dan ruang kerja untuk merawat satwa perlu dijaga. Perhatian utama harus
diberikan oleh pimpinan dan management kebun binatang, cara2 metode pembersihaan alat2,
kandang, makanan dan minuman, untuk mengurangi bahaya terjangkitnya penyakit. Untuk
satwa air aquatic, perlu dijaga kwalitet air kolamnya. Perlengkapan2 dan bahan pembersih
yang cocok harus disediakan senantiasa oleh pimpinan, begitu pula dengan persediaan air
bersih dan alat2 kerja lainnya. Nasihat2 tehnis dari dokter harus selalu didapatkan dan diikuti
tentang pembersihan rutin, sanitasi kebun binatang, kebersihan kandang dan area lainya.
Penting sekali memperhatikan apabila ada penyakit yang menjalar (infectious diseases),
mengetahui satwa yang sakit. Mencegah penjalaran penyakit itu kesatwa lain atau kemanusia,
dengan memindahkan satwa sakit keruangan terpisah untuk diobati dan menjaga kebersihan
total dilingkungan kebun binatang. Sanitasi got (drainage) untuk semua saluran air tertutup
dan terbuka, harus efesien dan lancar, tidak ada genangan air yang menjadi sarang kuman dan
penyakit.

C. PEMBERIAN PERAWATAN KESEHATAN SATWA

Luka tempat tinggal satwa harus dirancang sedemikian rupa untuk mengurangi
bahaya luka terhadap satwa. Kandang harus mempunyai ruangan yang dirancang supaya
satwa bisa memisahkan diri apabila ada perkelahian oleh satwa. Enclosure akomodasi satwa
harus dirancang untuk mencegah supaya tidak ada ancaman dari satwa lain. Perlu dijaga agar
satwa yang ditaruh dalam satu enclosure atau akomodasi, tidak tidak saling melukai dan
berkelahi. Satwa harus diperkenalkan bertahap untuk bersosialisasi. Penyakit: pengobatan
dari dokter hewan yang ahli dan pencegahan penyakit harus diberikan dengan seksama.
Setiap upaya harus diberikan untuk memberikan makanan yang cocok, longkungan dan
akomodasi yang bersih, untuk mencegah berjangkitnya kuman berkembang biak menjadi
wabah penyakit yang bisa menukar kesatwa lain atau menular kemanusia.

Pengecekan dan observasi kesehatan rutin: kondisi, kesehatan dan prilaku semua
satwa harus diperiksa paling sedikit dua kali sehari oleh staff yang bertanggung jawab atau
wakilnya. Setiap satwa sakit harus dijadikan suatu kasus yang harus diselidiki sebabnya,
apakah karena stress, luka atau sebab lainnya. Perlu sekali satwa sakit diberikan pengobatan
oleh dokter hewan. Daftar harian mencatat oleh setiap animal keeper yang bertanggung
jawab, tentang perubahaan makanan, kesehatan satwa, atau prilaku dan aktivitas lain, agar
pengobatan mempunyai data penting ini. Peralatan dan fasilitas klinik dan dokter hewan:
peralatan klinik dan kedokteran untuk pengecekan kesehatan dan pengobatan satwa harus
lengkap dengan unut sterilisasi untuk menjaga hygienis yang baik, cadangan obat2an yang
selalu tersedia. Kebersihan kandang (enclosure) akomodasi untuk menjaga kesehatan: Ukuran
dan rancangan kandang harus disesuaikan dengan keperluan satwa. Menghidari
menempatkan satwa sembarangan sehingga terjadi dominasi atau perkelahian. Tidak menaruh
satwa dikandang sempit sehingga tidak mempunyai ruangan untuk bergerak atau menunjuk
prilaku normal (memanjat, terbang, dsb), atau menaruh beberapa satwa disatu kandang
sehingga menjadi wabah penyakit. Membersihkan kandang dan saluran air didalamnya
dengan rutin. Pohon yang tumbuh didalam kandang harus diperiksa agar tidak rubuh atau
mencelakai satwa dan keeper, pohon dan tumbuh2an dalam kandang tidak boleh beracun.
Jarak antara pengunjung dan satwa harus cukup jauh agar menghindari bahaya atau
penjalaran penyakit menular.

Perawatan kesehatan satwa: pimpinan harus mempunyai program yang


comprehensive untuk perawatan yang dijaga dan dikontrol oleh seorang dokter hewan yang
ahli dan berpengalaman dengan perawatan satwa liar ataau mempunyai keahlian zoology.
Tidak semua dokter hewan berpengalaman dan mempunyai keahlian dalam terhadap semua
satwa2 yang ada dikebun binatang. Setiap satwa membutuhkan perlakuan dan perawatan
yang berlainan. Dokter hewan yang ditunuk harus mempunyai kode etik berdedikasi dan
minat dalam untuk memberikan perawatan baik terhadap satwa. Dokter hewan yang ditunjuk
harus bertanggung jawab untuk memberikan inpeksi kesehatan rutin.

Memberi intruksi jelas kepada keeper dan staff untuk cara perawatan dan pengobatan
satwa. Memberi vaccines, obat anti cacing, dan obat2an lain untuk pencegahan penyakit yang
sesuai. Mengambil sample darah dan kotoran satwa untuk diperiksa dilabolatorium.
Menyimpan data2 kesehatan satwa, persiapan untuk mengobati satwa yang sakit, memberi
diagnosis yang cepat dan tepat Mengecek cara perawatan satwa sehari-harinya, gizi, nutrisi,
kebersihan dll Tingkat perawatan satwa harus disesuaikan dengan kebutuhan animal welfare
satwa. Dan data informasi harus tertulis dan disimpan untuk kebun binatang, bisa dilihat
sewaktu-waktu oleh yang berkepentingan. Misalnya; ibat2an pencegahan penyakit yang
diberikan, operasi, dan metode pengobatan lainnya. Penemuan hasil pathology dan hasil post
morten apabila ada kematian satwa untuk mengetahui sebab2 dan penyakit. Pimpinan dan
direktur kebun binatang harus menjaga kesiagaan dokter hewan untuk memberikan pengobata
apabila ada keperluan darurat. Apabila ada satwa yang sakit berat dan menderita sudah tidak
bisa disembuhkan lagi dan dalam keadaan sakit, maka dokter hewan harus bisa memberikan
euthasia, tanpa membuat sakit dan agar satwa tidak menderita kesakitan yang
berkepanjangan. Satwa yang mati harus diselidiki sebab kematiannya, apabila ada penyakit
menular mengambil tindakan pencegahan penularan. Laporan dan data labolatorium harus
disimpan. Isolasi dan karantina: Sampah dari klinik dari pemeriksaan kesehatan dan
pengobatan satwa harus dibuang sesuai dengan peraturan pemerintah daerah. Sampah yang
mengandung kuman harus dimusnahkan atau dibakar ditempat khusus, diluar kebun binatang.
Kesehatan orang orang yang bekerja dikebun binatang dan animal keeper juga harus
diperhatikan agar tidak terjadi penularan penyakit manusia kesatwa dan sebaliknya.

Primata dan satwa lain mudah ketularan penyakit hepatitis dan tbc dari manusia. Oleh
karena itu tanggung jawab dari pemimpin kebun binatang harus mutlak untuk menyediakan
alat perlengkapan dan bahan2 pembersih yang cocok, menjaga agar kebersihan dilaksanakan
oleh semua pihak. Pekerja dan animal keeper harus dicek kesehatannya setiap tahun, untuk
mencegah tertular penyakit dari satwa dan sebaliknya.

D. PEMBERIAN KESEMPATAN UNTUK BERPRILAKU ATAU


MENUNJUKAN SIFAT-SIFAT KHAS ALAMI (MOST NORMAL BEHAVIOR)

Setiap satwa harus diberikan kesempatan untuk mengexpresi atau menunjuk sifat
prilaku alami yang sangat normal untuk mereka. Dalam konsep ini semua satwa harus
memiliki fasilitas ”enrichment” dan ”husbandry” (pemeliharaan) yang baik. Perkawinan dan
pembiakan hanya boleh dilakukan apabila fasilitas mengijinkan dan mencukupi, dan adanya
pengawasan dan perawatan dari dokter hewan, untuk mencegah kecelakaan atau kematian
induk atau bayi satwa. Pimpinan dan pengelola kebun binatang harus mendapat pengetahuan
biology, zoology, dan informasi tehnis lengkap yang mutahir dari LIPI (Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia) atau universitas kedokter hewanan, tentang cara pemeliharaan dan
perawatan (husbandry), terutama jenis2 satwa yang jarang dan susah ditemui. Penanganan
yang salah atau kekurang informasi tehnis akan mengakibatkan satwa menjadi sakit, bahkan
mati. Akomodasi untuk satwa harus dirancang berdasarkan kehidupan satwa dihutan alami,
dan harus bisa memenuhi keperluan physiology (badan) dan phychological (mental) satwa
yang dipelihara.

Akomodasi kandang harus dilengkapi dengan keperluan satwa, dengan tempat alas
tidur (jerami kering bersih, daun2an bersih yang diganti rutin), batang2 pohon besar yang
bercabang untuk memanjat dan berayun, lahan atau tanah tempat mereka membuaat lubang,
kotak buatan untuk membuat sarang, kolam mereka. Fasilitas kandang harus memenuhi
kebutuhan satwa dari masa mereka kecil atau sampai mereka tumbuh besar dan dewasa.
Kelompok social satwa harus diperhatikan agar cocok. Satwa yang biasa hidup berkelompok
harus diberikan untuk hidup bersama, tidak hidup menyendiri, untuk menghidari stress.
Pembentukan kelompok ini harus diawasi dan dijaga pada musim tertentu, untuk menghidaru
perkelahian. Satwa tidak boleh dibiarkan semaunya atau kawin dengan saudara sendiri. Staff
dan animal keeper harus tahu, kapan dan cara memisahkansatwa betina dan jantan pada
waktu musim berkembang biak, apabila mereka masih ada pertalian darah. Perkawinan antara
satwa yang masih bersaudara sangat buruk untuk kesehatan. Keeper harus belajar
memberikan program enrichment yang cocok untuk satwa, program ini bertujuan
memberikan aktivitas kepada satwa yang hidup dikurung dikebun bunatang. Satwa yang tidak
mempunyai kegiatan dan menjadi bosan, akan menjadi stress. Satwa yang stress akhirnya
tidak suka makan atau gampang sakit. Maka disuatu zoo yang baik, keeper dengan giat
memberikan aneka ragam program enrichment setiap harinya.

Program enrichment harus dicatat dan dimasukan daftar, untuk membuat jadwal.
Bahan dan materi enrichment harus alami, tidak boleh tajam atau melukai satwa. Biasanya
enrichment terdiri dari pelbagai bentuk. Misalnya enrichment aktifitas pencarian makan,
makanan disebar dan disembunyikan, sehingga satwa harus ”bekerja” mencari makanan, baik
mengorek dari lubang2 makanan atau pun dari kantung2 yang digantung didalam kandang.
Karena didalam habitatnya, satwa semua mempunyai aktifitas mencari makanan. Enrichment
mainan, bisa diberikan baik berupa tempat2 memanjat, ranting2 dan daun2 segar untuk
membuat sarang atau alas tidur. Bola2 rotan yang tidak membahayakan, bola karet yang
besar untuk bermain. Ayunan enrichment macam ini untuk memberikan hiburan dan
permainan kepada satwa.

E. PEMBERIAN PERLINDUNGAN DARI RASA TAKUT DAN STRESS

Hal2 yang harus dicek adalah: susunan kelompok satwa, jumlah persentasi antara
jantan dan betina, jumlah satwa perkandang, besarnya ruangan akomodasi, peralatan hidup
baik di alam terbuka dan kandang tertutup. Satwa harus mendapat kebebasan hidup dialam
terbuka dan tidak tinggal terkurung lama. Susunan dan rancangan akomodasi harus
memberikan fasilitas untuk berorilaku normal sebanyak mungkin, dan memberikan tempat
atau ruangan untuk berlindung, apabila satwa ingin menyendiri atau berlindung dari satwa
lain dan pengunjung. Satwa yang tidak bisa hidup rukun dalam satu kandang harus segera
dipisahkan, setiap perkelahian dan aniaya membuat satwa stress. Perlu sekali keeper
mengecek dengan rutin, mencatat setiap perkelahian tersebut untuk mengambil tindakan,
demi keamanan satwa dan keeper. Satwa2 hanya boleh dipegang oleh staff yang
berpengalaman. Penanganan ini harus sehati-hati mungkin untuk melindungi satwa dari
kecemasan, ketakutan dan stress. Satwa yang takut gampang stress, bahkan bisa menggigit
dan menyerang. Misal beberapa satwa yang nervous, perlu ditutupi matanya dengan kain
lembut supaya tenang, pada waktu dipindahkan. Setiap satwa harus dilindungi dari
pengunjung2 yang iseng atau menyakiti satwa. Keeper harus bertindak cepat untuk mencegah
pengunjung yang membuat satwa stress. Satwa tidak boleh diprovokasi atau ditantang
sewaktu ditonton. Satwa yang gugup dan nervous harus punya tempat untuk berlindung agar
tidak stress. Induk2 dan bayinya harus diberikan akomodasi yang tenang dan luas, dengan
shelter (tempat bersembunyi), karena gangguan dari pengunjung yang terlalu banyak, akan
memebuat stress. Satwa2 tidak boleh dibiarkan hidup menyendiri kelamaan apabila tidak
sakit, karena akan susah hidup berkelompok dan stress. Mereka bisa dikumpulkan sesuai
dengan musim tertentu. Merokok didepan satwa harus dilarang, terlebi-lebih memberi rokok
kepada orangutan.

Transportasi dan pemindahan satwa liar hidup Satwa hanya bisa diberikan atau
ditransfer kepada pihak yang mampu bertanggung jawab penuh untuk memberikan fasilitas
dan keahlian yang menjamin kesejahteraan satwa. Harus ada ijin sah dan pengetahuan dalam
mengenai perawatan satwa tersebut. Fasilitas untuk memindahkan satwa, menaikan,
memesukan kedalam box transit, transportasi satwa dari dalam kebun binatang atau keluar
dari kebun binatang ketujuan didalam dan diluar kebun binatang harus tersedia. Harus
mematuhi peraturan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species) dan
BKSDA.

Transpor harus mematuhi peraturan IATA dan MAFF, memperhatikan agar satwa
tidak stress dan terluka, mengerti prilaku dan sifat satwa alami untuk menengani lebih baik.
Konversi, Pendidikan dan Riset Dimana terdapatnya satwa, taman marga satwa (zoo) harus
aktif ikut dalam management prigram species. Program ini harus memberi kontribusi
pengertian dan pendidikan jauh mengenai konservasi satwa dialam habitat liar. Zoo harus
mendemonstrasikan peranan dalam konservasi yang bisa diukur, baik dari segi edukasi dan
riset. Area yang diperiksa adalah: Kebijakan strategy konservasi dan pendidikan, bagaimana
ini dikaitkan dengan strategy kebun binatang dunia Suatu kebun binatang harus mempunyai
strategy pendidikan yang tertulis dan aktif ikut dalam program, pendidikan dan mengajar
masyarakat untuk melindungisatwa dialam habitatnya, memperlakukan satwa dengan sayang,
memberi informasi yang tepat dan akurat mengenai nama ilmiah satwa, dan sifat2 prilaku
satwa, makanan alami serta sifat biology satwa. Perlu sekali dalam informasi ini ditulis jelas
status konservasi satwa ini. Ancaman apa yang ada terhadap populasi satwa dialam, misalnya
karena hilangnya hutan dan sebagainya. Kebun binatang harus memperlihatkan upaya riset
yang bisa dilaksanakan dengan membangun jembatan untuk bekerja sama dengan pihak
pendidikan tinggi, seperti universitas kedokteran hewan, demi kesejahteraan dan
perlindungan satwa. Tentu riset, baik berupa pengumpulan data, pengamatan satwa atau
lainnya harus memenuhi peraturan yang berada, etikal. Metode2 riset harus disetujui terlebih
dulu, mengutamakan keselamatan dan kesejahteraan satwa.

Hasil riset ini harus diterbitkan untuk keperluan masyarakat dan bisa diperiksa apabila
perlu. Daftar Stock Satwa (Stock Records) Daftar data stock harus disimpan dan selalu
diperbaharui, harus dicatat oleh staff atau keeper untuk mengenal kelompok satwa, jumlah,
kelamin, dsb. Satwa harus gampang dikenal oleh staff. Daftar ini harus disimpan dengan
baik2 dann ada dupllikat/copy supaya terjaga, boleh dicatat dikartu atau dicomputer, tetapi
bisa dilihat oleh semua staff. Nama latin biology satwa harus tepat dan jelas, usia satwa
tanggal lahir,asalnya dan sumber satwa tsb didatangkan, orang tua (induk dan ayah),
saudara2nya, tanggal masuk kebun binatang, tanggal meninggalkan kebun binatang dan
apabila ditransfer, nama jelas kemana satwa tersebut dipindahkan. Tanda2 penganal khas
satwa, berat badan,kesehatan umumnya, sifat dan prilaku khas, tanggal mati, sebab2 kematian
beserta laporan dokter hewan, tanggal lolos, sebab2nya, jenis makanan, jadwal makan dan
takarannya, sejarah satwa, tanggal dilahirkan, data anak2 yang dilahirkan dan kelaminya, dsb.
Kebun binatang harus memeriksa dan membuat sensus satwa setiap tanggal 1 january tiap
tahun. Staff dan latihan / training Jumlah staff dan pengalaman masing2 dan training/ latihan
harus mencukupi untuk menjamin standar ini dilaksanakan dengan penuh senantiasa. Rota
kerja harus dibuat dan dirancang agar mempunyai cadangan staff cukup untuk menghadapi
hari libur, staff sakit, atau absent.

Daftar pekerjaan dan tugas harus dicatat teratur, dan staff yang bekerja dengan satwa
harus dicatat dan diberikan petunjuk intruksi jelas tentang tanggung jawab dan daftar tugas
masingmasing. Seorang staff yang terampil harus ditunjuk sebagai penanggung jawab harian.
Semua staff dan keeper harus mampu menunjukan keahlian dalam melaksanakan tugas dan
intruksi, dan harus diberikan kesempatan untuk mendapat training (latihan) yang resmi untuk
mencapai kwalifikasi, menambah keprofesionalan, dan untuk menjalankan tugas dengan baik.
Training dan update harus selalu diberikan dengan rutin, mengenai pengetahuan
tehnis dan caracara baru dalam merawat dan menagani satwa. Pimpinan dan direktur kebun
binatang harus mengecek bahwa staff tidak mepunyai sejarah atau latar belakang yang pernah
menganiaya atau menyakiti satwa dan hewan.

Fasilitas untuk Publik Pengunjung Kotak darurat Kotak darurat harus senantias
diperiksa isinya komplit dan senantiasa tersedia. Staff bertugas harus berlatih memberikan
bantuan darurat, apabila diperlukan selamat ada pengunjung masuk. Latihan (Training) untuk
satwa: Tiga faktor mengapa satwa harus dilatih dikebun binatang Untuk membantu process
penangkapan, yang sesuai dengan perawatan rutin harian. Misalnya untuk memeindahkan
satwa supaya kandang bisa dibersihkan. Menambah kesejahteraan satwa, misalnya dengan
melatih satwa agar mudah diajak untuk pemeriksaan kesehatan tanpa berontak, bahkan tanpa
obat anestetik. Agar satwa bisa berpartisipasi bila ditunjjukan oleh pengunjung sebagai suatu
pendidikan
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Higiene dan sanitasi mempunyai hubungan yang erat dan tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lain. Higiene dan sanitasi merupakan usaha kesehatan masyarakat
yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit pada manusia. Usaha kesehatan
masyarakat yang mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan manusia,
upaya mencegah timbulnya penyakit karena pengaruh lingkungan kesehatan tersebut, serta
membuat kondisi lingkungan yang sedemikian rupa sehingga terjamin pemeliharaan
kesehatan lingkungan disebut higiene (Depkes RI, 2009). Sanitasi makanan adalah salah satu
usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk
membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu kesehatan
mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama proses pengolahan, penyiapan,
pengangkutan, penyajian, sampai pada saat makanan dan minuman tersebut siap untuk
dikonsumsikan kepada pasien.(Direktorat Hygiene dan Sanitasi, Dinjen Pencegahan dan
Pemberantasan Penyakit Menular).
DAFTAR ISI

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21139/4/Chapter%20II.pdf
http://www.isaw.or.id/standar-dasar-praktek-kebun-binatang/

Anda mungkin juga menyukai