L 111 10 256
1
HALAMAN PENGESAHAN
Pangkep
Kelompok : I (satu)
Tanggal Pengesahan,
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat
Dalam kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan terima kasih yang
memberikan bimbingan dan petunjuk dalam penyelesaian laporan ini. Tidak lupa
pula kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya laporan ini dari
pembuatan sampai tahap perampungan, serta tidak lupa pula penulis memohon
maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan penulis selama mengikuti praktik ini.
terbatasnya waktu yang tersedia dan literatur yang sulit didapatkan serta
laporan ini maka harapan dari penulis agar pembaca memberikan saran dan
Penulis
3
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL.....................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN...........................................................................ii
KATA PENGANTAR.....................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................vi
I. PENDAHULUAN
A.Latar Belakang..........................................................................................1
B.TujuandanKegunaanPraktik......................................................................2
C. Ruang Lingkup.........................................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.PengertianRehabilitasi mangrove..............................................................4
B. Fungsidanperananrehabilitasi mangrove..................................................4
C. PemilihanLokasidanpemilihanjenis mangrove..........................................5
D. Cara memilihbibit yang baik.....................................................................9
E. Pembibitan/penyemaian..........................................................................10
F. Penanaman.............................................................................................11
G. Pemeliharaan..........................................................................................13
III. METODE PRAKTIK
A. Waktu dan Tempat...............................................................................…15
B. Alat dan Bahan........................................................................................15
C. Prosedur Kerja.........................................................................................15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil.........................................................................................................17
B. Pembahasan...........................................................................................19
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan..................................................................................................21
B. Saran..................................................................................................….21
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………22
LAMPIRAN......................................................................................................23
4
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
termasuk tepi laut, muara sungai, laguna dan tepi sungai. Beberapa ahli
tumbuhan daerah litoral yang khas di pantai daerah tropis dan sub-tropis yang
didominasi oleh beberapa jenis pohon yang mampu tumbuh dan berkembang
ditemui di pantai, teluk yang dangkal, estuaria, delta dan daerah pantai yang
tertinggi di dunia dengan jumlah total kurang lebih 89 spesies yang terdiri dari 35
Pada wilayah pesisir yang terbuka, jenis pohon yang dominan dan
keras, sedangkan Pidada pada tanah yang berlumpur lembut.Pada daerah yang
6
Ekosistem hutan mangrove merupakan komunitas tumbuhan pesisir yang
memiliki manfaat sangat besar, antara lain sebagai daerah pemijahan jenis ikan
tertentu, daerah asuhan ikan-ikan ekonomis, penyedia nutrien dan zat hara serta
fungsi fisik seperti menjaga daerah pesisir dari abrasi. Secara umum,
lahan pertanian dan tambak karena selama ini hutan mangrove selalu dianggap
lahan yang tidak penting. Selain itu, hutan mangrove selalu pada posisi yang
sangat minim, padahal hutan mangrove apabila dikelola secara lestari dan
2010).
7
B. Tujuan dan Kegunaan
adalah:
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
ekosistem yang telah hilang, atau substitusi dari alternatif yang berkualitas atau
berkarakteristik lebih baik dengan yang saat ini ada dengan pandangan bahwa
mangrove yang mengalami degradasi, kepada kondisi yang dianggap baik dan
tumbuh disepanjang pesisir pantai atau muara sungai adalah suatu ekosistem
yang memiliki peranan penting dari sisi ekologi, biologi dan ekonomi (MENHUT,
2004).
dari abrasi dan intrusi gelombang laut, melindungi daratan dari gelombang angin
bahan organic, sebagai tempat pemijah (nursery ground) beberapa jenis udang
dan ikan.Tempat berlindung dan mencari makan ikan, udang, berbagai jenis
burung dan satwa lain, sebagai habitat alam berbagai biota darat dan laut,
9
mangrove mempunyai fungsi sebagai penghasil kayu baker, bahan baku arang,
furniture dan kayu bangunan, sebagai bahan baku kertas, tekstil, obat-obatan
dan kosmetik, sebagai zat pewarna, sebagai penghasil bibit ikan, udang dan
hutan produksi dan kawasan budidaya. Mangrove dapat juga ditanam di daerah
pantai dengan lebar sebesar 120 kali rata-rata perbedaan air pasang tertinggi
dan rendah yang diukur dari garis air surut terendah ke arah pantai. Bila
mangrove akan ditanam di tepian sungai, maka bisa ditanam di areal yang
memiliki lebar 50 m ke arah kiri dan kanan tepian sungai, yang masih
terpengaruh air laut. Mangrove dapat juga ditanam di tanggul, pelataran dan
Lahan yang digunakan untuk meananm mangrove harus bersih dari rumput
dapat dibuat dengan menggunakan tali rafia dengan dibuat simpul-simpul, jarak
simpul satu dengan yang lainnya adalah satu meter. Pada setiap simpul
tempat bibit akan ditanam, (2) tanda adanya tanaman baru, (3) menyeragamkan
jarak dan (4) membuat bibit mangrove tegak dan tidak mudah rebah bila sedang
terjadi air pasang. Untuk mempermudah pekerjaan, baik pada saat persiapan
lahan, penanaman maupun perawatan pada lahan dibuat jalan atau jembatan
seperti :
10
1. Rhizophora sp.
memiliki diameter hingga 70 cm dengan kulit kayu berwarna gelap hingga hitam
dan terdapat celah horizontal. Akar tunjang dan akar udara yang tumbuh dari
2. Ceripos sp.
11
3. Avicennia sp.
yang rumit. Akar nafas biasanya tipis, berbentuk jari (atau seperti asparagus)
yang ditutupi oleh lentisel. Kulit kayu luar berwarna keabu-abuan atau gelap
kadangkadang memiliki permukaan yang halus. Pada bagian batang yang tua,
4. Bruguiera sp.
Berupa semak atau pohon kecil yang selalu hijau, tinggi (meskipun jarang)
dapat mencapai 20 m. Kulit kayu burik, berwarna abu-abu hingga coklat tua,
bercelah dan agak membengkak di bagian pangkal pohon. Akar lutut dapat
mencapai 30 cm tingginya.
12
Gambar 4. Mangrove dari jenis Bruguiera sp..
5. Xylocarpus sp.
seringkali berlubang, khususnya pada pohon yang lebih tua. Kulit kayu berwarna
13
6. Aegiceras sp.
Semak atau pohon kecil yang selalu hijau dan tumbuh lurus dengan
bagian luar abu-abu hingga coklat kemerahan, bercelah, serta memiliki sejumlah
lentisel.
14
1. Propagul mangrove, bagi sebagian masyarakat pesisir, dianggap memiliki
daya adaptasi terhadap lingkungan barunya yang lebih besar jika dibandingkan
dengan bibit mangrove. Hal ini dikarenakan, propagul tidak melalui fase
propagul kalah jauh dengan bibit mangrove. Propagul yang “hanya berupa”
kecambah saja tanpa akar, batang dan daun, rentan sekali roboh begitu tersapu
tipe daerah terlindung dengan kondisi gelombang yang minimal. Propagul juga
monitoring dan evaluasi proyek yang biasanya dilakukan selama tiga bulan,
dengan propagul. Tentunya, hal ini disebabkan dirinya yang telah memiliki
15
disemaikan), sebelum kemudian dipindahkan ke lingkungan barunya, yaitu lokasi
memang telah memiliki struktur tubuh yang lengkap, yaitu daun, batang dan
akar, diduga memiliki daya tangkal terhadap gelombang yang lebih baik jika
3. Berkaitan dengan poin kedua maka bibit mangrove memang lebih disukai dan
dipilih oleh para pelaksana program dan proyek mangrove di Indonesia. Bibit
4.Selain itu, bibit mangrove juga disukai karena apabila para pelaksana proyek
E. Pembibitn/penyemaian
didesa. Jenis bibit yang akan di jadikan bibit adalah yang dominan berada di
sekitar areal rehabilitasi. Pertimbangan yang lain adalah dengan melihat struktur
jenis bibit yang mempunyai toleransi yang cukup tinggi terhadap tekanan
penanaman.
16
Upaya pembibitan dilakukan dengan memasukkan bibit kedalam polibag
dan setelah di isi didalam polibag diletakkan di dalam areal pembibitan. Untuk
menghindari terhadap gangguan babi hutan yang sering mencari makan dan
penanaman. Ini dilakukan agar bibit dapat berkecambah dulu untuk kemudian di
F. Penanaman.
sangat hati-hati. Bibit yang telah tumbuh di areal pembibitan dibawa ke areal
Untuk menghindari tumbangnya bibit karena tekanan arus pasang dan atau
pengaruh ombak/gelombang, tiap bibit mangrove diikat pada ajir yang dipatok
didekat mangrove. Ajir ini sengaja diletakkan di samping setiap bibit yang
ditanam mengingat tiap bibit yang akan ditanam belum terlalu kuat untuk
menopang dirinya dan atau untuk tetap berdiri karena belum mempunyai akar
yang kuat.
17
Pada daerah yang mempunyai potensi gelombang yang cukup tinggi,
1. Pola penanaman bibit mangrove dilakukan dengan jarak satu meter antara
bibit yang satu dengan yang lainnya. Penanaman bibit dilakukan serempak
dalam upaya rehabilitasi bagi pelajar jika pelibatan langsung kepada mereka. Ini
akan membekas dalam pikiran dan hati mereka untuk mengetahui pola
sendiri pada kawasan yang lain sebagai bagian dari upaya kokurikuler mereka.
2. Pada beberapa daerah yang sangat ekstrim dengan pola pasang surut yang
pada polibag bambu dan atau pot yang didisain khusus. Bentuk polibag dapay
dilakukan dengan panajaman pada bagian bawah yang juga berfungsi sebagai
pasak untuk tiap bibit. Modifikasi juga dapat dipadu dengan pengikatan pada ajir
3. Yang perlu mendapat perhatian adalah bukan seberapa banyak bibit yang kita
dapat tanam tapi seberapa banyak bibit yang bisa bertahan hidup dengan kondisi
G. Pemeliharaan
18
dipercayakan untuk menyulam tiap bibit mangrove yang kebetulan rusak atau
hidup tiap bibit dan anakan mangrove, sebaiknya dilakukan pengontrolan setiap
3-4 hari sekali sampai pada saat bibit mangrove yang ditanam berusia 3 – 5
sebulan.
kondisi fisik dan ekologis lingkungan serta kadang adanya hama dan gangguan
telah berusia diatas 8 – 12 bulan, namun jika dilakukan pengontrolan yang rutin
19
BAB III
Sulawesi Selatan.
Ekosistem Pesisir dan Laut adalah alat tulis menulis yang berfungsi untuk
darat dan air untuk menuju lokasi berupa kapal dan mobil.
C. Prosedur Kerja
20
4. Mengangkut propagul Rhizophora spp yang telah siap ditanam
1 m.
21
BAB IV
yang telah dilakukan belum ada hasil secara langsung yang bisa
yang baik.
Sonneratia sp. Namun jenis yang terbanyak yang terdapat dilokasi DPM
Rhizophora spp. Menurut Wighman (1989), jarak tanam yang baik adalah
22
tersebut akan tumbuh berdekatan (terutama akarnya) sehingga bisa
meredam ombak.
sama.
B. Pembahasan
jarak satu meter dari bibit satu ke bibit yang lain dan membentuk persegi
panjang.
23
Saat menuju kelokasi penanaman, praktikan mengalami kesulitan
disebabkan oleh adanya tiram dalam susbtrat berlumpur. Hal ini tentu
kaki praktikan.
jarak antar bibit mangrove yang ditanam, maka kami hanya memperikaran
saja jarak 1mx1m (tentu saja dibantu dengan para pekerja yang ada di
agar kelak bibit mangrove Rhizophora sp. yang tumbuh, akarnya dapat
ketahui bahwa jenis akar mangrove Rhizophora sp. adalah akar tunjang.
Menurut Wighman (1989), jarak tanam yang baik adalah 1mx1m yang
ombak.
terhadap bibit mangrove yang unggul agar kelak bisa tumbuh dengan baik
24
pula. Menurut (Monk, dkk, 2000) untuk jenis Rhizopora spp. buah yang
mangrove yang berusia diatas 10 tahun atau memungut buah yang telah
jatuh. Buah yang baik, dicirikan oleh hampir lepasnya hipokotil dari
dan Sonneratia sp. Namun jenis yang terbanyak yang terdapat dilokasi
DPM adalah jenis Rhizophora spp. Hal ini dikarenakan substrat sedimen
Jenis Rhizophora spp. memiliki akar tunjang. Hal ini jelas berguna dalam
Di sekitar lokas DPM tidak terlihat satu pun APO atau Alat Peredam
25
terdegradasi yang disebabkan oleh kegiatan manusia atau antropogenik
26
BAB V
ditemukan di lokasi praktik ada tiga jenis, yaitu Rhizophora sp., Avicennia
B. Saran
ada hal-hal yang tidak diketahui oleh praktikan bias bertanya pada
asisten.
27
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010 [online] http://poltekipb.wordpress.com/2009/09/13,
(Diakses pada hari Sabtu, tanggal 28 November 2012, Pukul 22.00
WITA)
http://balurannationalpark.web.id/wp-content/uploads/2011/04/2010-
monitoringmangrove.pdf (Diakses pada hari sabtu, 24 November
2012, Pukul 22.10)
http://kesemat.blogspot.com/2008/03/tahapan-rehabilitasi-mangrove.html
(Diakses pada hari sabtu, 28 November 2012, Pukul 22.15)
http://mahasiswamudaindonesia.blogspot.com/2011/03/rehabilitasi-hutan-
mangrove.html (Diakses pada hari sabtu, 24 November 2012, Pukul
22.21)
http://www.mangrovesforthefuture.org/assets/Repository/Documents/KeS
EMaTBook-June2012.pdf (Diakses pada hari sabtu, 24 November
2012, Pukul 22.11)
http://www.wetlands.org/LinkClick.aspx?fileticket=44agCUP6g6M
%3D&tabid=56 (Diakses pada hari sabtu, 28 November 2012, Pukul
22.06)
MENHUT 2004 [online]http://www.dephutgo.id/INFORMASI/skep/skmenhu
t/424_04. Htm , (Diakses pada hari rabu 3 november 2010 Pukul
16.11 WITA)
MENHUT 2004 [online]http://www.dephutgo.id/INFORMASI/skep/skmenhu
t/424_04. Htm , (Diakses pada hari rabu 3 november 2010 Pukul
16.11 WITA)
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara (Marine Nusantara). Djambatan.
Jakarta, Indonesia.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22094/4/Chapter%20II.pdf
(Diakses pada hari sabtu 8 Desember 2012)
Saenger, P., E. J. Hegerl & J. D. S. Davie. 1983. Global Status of
Mangroves Ecosystems. IUCN Commission on Ecology Papers No. 3.
BAB III
28
Tekolabua, Kecamatan Pangkajene, Kabupaten Pangkep, Provinsi
Sulawesi Selatan.
Ekosistem Pesisir dan Laut adalah alat tulis menulis yang berfungsi untuk
darat dan air untuk menuju lokasi berupa kapal dan mobil.
F. Prosedur Kerja
29
menancapkan propagul mangrove kedalam substrat dengan jarak ±
1 m.
30
BAB IV
yang telah dilakukan belum ada hasil secara langsung yang bisa
yang baik.
Sonneratia sp. Namun jenis yang terbanyak yang terdapat dilokasi DPM
Rhizophora spp. Menurut Wighman (1989), jarak tanam yang baik adalah
31
tersebut akan tumbuh berdekatan (terutama akarnya) sehingga bisa
meredam ombak.
sama.
D. Pembahasan
jarak satu meter dari bibit satu ke bibit yang lain dan membentuk persegi
panjang.
32
Saat menuju kelokasi penanaman, praktikan mengalami kesulitan
disebabkan oleh adanya tiram dalam susbtrat berlumpur. Hal ini tentu
kaki praktikan.
jarak antar bibit mangrove yang ditanam, maka kami hanya memperikaran
saja jarak 1mx1m (tentu saja dibantu dengan para pekerja yang ada di
agar kelak bibit mangrove Rhizophora sp. yang tumbuh, akarnya dapat
ketahui bahwa jenis akar mangrove Rhizophora sp. adalah akar tunjang.
Menurut Wighman (1989), jarak tanam yang baik adalah 1mx1m yang
ombak.
terhadap bibit mangrove yang unggul agar kelak bisa tumbuh dengan baik
33
pula. Menurut (Monk, dkk, 2000) untuk jenis Rhizopora spp. buah yang
mangrove yang berusia diatas 10 tahun atau memungut buah yang telah
jatuh. Buah yang baik, dicirikan oleh hampir lepasnya hipokotil dari
dan Sonneratia sp. Namun jenis yang terbanyak yang terdapat dilokasi
DPM adalah jenis Rhizophora spp. Hal ini dikarenakan substrat sedimen
Jenis Rhizophora spp. memiliki akar tunjang. Hal ini jelas berguna dalam
Di sekitar lokas DPM tidak terlihat satu pun APO atau Alat Peredam
34
terdegradasi yang disebabkan oleh kegiatan manusia atau antropogenik
35
BAB V
ditemukan di lokasi praktik ada tiga jenis, yaitu Rhizophora sp., Avicennia
D. Saran
ada hal-hal yang tidak diketahui oleh praktikan bias bertanya pada
asisten.
36
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010 [online] http://poltekipb.wordpress.com/2009/09/13,
(Diakses pada hari Sabtu, tanggal 28 November 2012, Pukul 22.00
WITA)
http://balurannationalpark.web.id/wp-content/uploads/2011/04/2010-
monitoringmangrove.pdf (Diakses pada hari sabtu, 24 November
2012, Pukul 22.10)
http://kesemat.blogspot.com/2008/03/tahapan-rehabilitasi-mangrove.html
(Diakses pada hari sabtu, 28 November 2012, Pukul 22.15)
http://mahasiswamudaindonesia.blogspot.com/2011/03/rehabilitasi-hutan-
mangrove.html (Diakses pada hari sabtu, 24 November 2012, Pukul
22.21)
http://www.mangrovesforthefuture.org/assets/Repository/Documents/KeS
EMaTBook-June2012.pdf (Diakses pada hari sabtu, 24 November
2012, Pukul 22.11)
http://www.wetlands.org/LinkClick.aspx?fileticket=44agCUP6g6M
%3D&tabid=56 (Diakses pada hari sabtu, 28 November 2012, Pukul
22.06)
MENHUT 2004 [online]http://www.dephutgo.id/INFORMASI/skep/skmenhu
t/424_04. Htm , (Diakses pada hari rabu 3 november 2010 Pukul
16.11 WITA)
MENHUT 2004 [online]http://www.dephutgo.id/INFORMASI/skep/skmenhu
t/424_04. Htm , (Diakses pada hari rabu 3 november 2010 Pukul
16.11 WITA)
Nontji, A. 1987. Laut Nusantara (Marine Nusantara). Djambatan.
Jakarta, Indonesia.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22094/4/Chapter%20II.pdf
(Diakses pada hari sabtu 8 Desember 2012)
Saenger, P., E. J. Hegerl & J. D. S. Davie. 1983. Global Status of
Mangroves Ecosystems. IUCN Commission on Ecology Papers No. 3.
37