Anda di halaman 1dari 12

i

MAKALAH REKAYASA LINGKUNGAN LAUT

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN PESISIR DAN LAUT

OLEH :

Lailani Sabrina
2104113939
Rekayasa Lingkungan Laut

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Zulkifli, S.Pi, M.Si

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
telah diberikan. Makalah ini merupakan tugas dari mata kuliah Rekayasa Lingkungan
Laut yang berjudul “Daya Dukung Lingkungan Pesisir dan Laut”
Tak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah
Rekayasa Lingkungan Laut. Serta penulis juga berterima kasih kepada pembaca yang
sudah meluangkan waktunya untuk membaca makalah yang penulis susun ini.
Terlepas dari itu semua penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karenanya penulis sangat terbuka dan
menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki
kesalahan yang ada di makalah ini.

Pekanbaru, 21 Oktober 2023

Lailani Sabrina
iii

DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii iiiiiii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................. 2

BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Daya Dukung kawasan .................................................................... 3


2.2 Analisis Daya Dukung Pesisir dan Laut.......................................... 4
2.3 Faktor Daya Dukung Berkurang ..................................................... 5
2.4 Status Ekologi ................................................................................. 6
2.5 Arahan Zonasi Pesisir Terkait Daya Dukung Lingkungan ............. 6

BAB III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan .................................................................................... 8


3.2 Saran ............................................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara kepulauan dan negara maritim terbesar yang ada di
kawasan Asia Tenggara dengan rekam sejarah yang panjang. Sehingga Indonesia
memiliki keanekaragaman hayati laut yang tinggi maka sangat potensial sekali
wilayah perairan pesisir dan laut Indonesia untuk dapat dikelola dan dikembangkan
lebih jauh lagi. Berdasarkan wilayah pesisir Indonesia saat ini dan di masa depan
akan menjadi pusat pertumbuhan baru dan tumpuan harapan bagi pembangunan
berkelanjutan. Potensi sumber daya hayati laut di wilayah pesisir dan laut Indonesia
senantiasa dapat memberikan manfaat yang optimal bagi pembangunan ekonomi dan
sosial budaya masyarakat.
Pengaturan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam di wilayah pesisir dan
laut dengan memperhatikan lingkungan. Wilayah pesisir dan laut menjadi prioritas
pengembangan, khususnya yang mencakup aspek keterpaduan dan kewenangan
kelembagaannya, sehingga diharapkan sumberdaya yang terdapat di kawasan ini
dapat menjadi produk unggulan dalam pembangunan bangsa Indonesia di abad
mendatang (Agenda: 1997).
Sumber daya alam laut dan pesisir saat ini menjadi potensi yang sangat
menjanjikan untuk menunjang perekonomian masyarakat, khususnya nelayan.
Konsekuensi logis dari sumber daya kelautan dan pesisir yang dimiliki bersama
(common property) dan dibuka untuk umum (free access) adalah saat ini pemanfaatan
sumber daya alam kelautan dan pesisir semakin meningkat sangat besar di sebagian
besar wilayah. (Churchill, 1999).
Eksploitasi sumberdaya alam laut dan pesisir dewasa ini telah menjadi suatu
bidang kegiatan ekonomi yang dikendalikan oleh pasar terutama jenis-jenis yang
bernilai ekonomis tinggi, sehingga mendorong eksploitasi sumberdaya alam laut dan
pesisir dalam skala dan intensitas yang cukup besar. Sebagai akibatnya
pemanfaatannya cenderung melebihi daya dukung sumberdaya (over eksploitation)
2

dan bersifat destruktif. Kondisi ini semakin diperparah oleh peningkatan jumlah
armada penangkapan, penggunaan alat dan teknik serta teknologi penangkapan yang
tidak ramah lingkungan. Disamping itu berbagai aktivitas manusia baik di wilayah
pesisir dan laut serta kegiatan di daratan (upland) yang juga dapat menimbulkan
dampak pencemaran lingkungan. Kondisi ini menimbulkan tekanan lingkungan
bahkan cenderung merusak sumberdaya alam pesisir dan laut yang cenderung
meningkat intensitasnya dari waktu kewaktu, sehingga pada akhirnya menimbulkan
menurunnya daya dukung sumberdaya dan dalam jangka panjang akan
mengakibatkan suatu tragedi bersama (open tragedy) (Arifin, 2004).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa itu daya dukung kawasan ?


2. Bagaimana analisis daya dukung pesisir dan laut ?
3. Apa saja faktor berkurang daya dukung ?
4. Bagaimana status ekologi ?
5. Bagaimana arahan zonasi pesisi terkait daya dukung lingkungan ?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui, memahami dan membahas terkait poin-poin yang tertera pada
rumusan masalah.
3

II. PEMBAHASAN

2.1 Daya Dukung Kawasan

Daya dukung merupakan konsep dasar yang dikembangkan untuk kegiatan


pengelolaan suatu sumberdaya alam dan lingkungan yang lestari, melalui ukuran
kemampuannya. Konsep daya dukung ini dikembangkan terutama untuk
mencegah kerusakan atau degradasi dari suatu sumberdaya alam dan lingkungan
sehingga kelestarian, keberadaan, dan fungsinya dapat tetap terwujud dan pada
saat yang bersamaan, masyarakat atau pengguna sumberdaya tersebut akan tetap
berada dalam kondisi sejahtera dan atau tidak dirugikan (Intergenerational
Welfare). Perhitungan Daya Dukung Kawasan dimaksudkan agar tidak
terjadi pemanfaatan yang berlebihan. Hal ini merupakan usaha pecegahan
perusakan ekosistem sejak dini.
Analisis Daya Dukung Kawasan menurut Yulianda (2007) dalam bentuk rumus :

Keterangan :
DDK = Daya Dukung Kawasan (orang per meter)
K = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area (orang per m2)
Lp = Luas area atas panjang area yang dapat dimanfaatkan (m2)
Lt = Unit area untuk kategori tertentu (m2)
Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu
hari (jam)
Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan
tertentu(jam).
Daya dukung (carrying capacity) dapat berupa kemampuan kawasan untuk
menerima sejumlah wisatawan dengan intensitas penggunaan maksimum terhadap
sumberdaya alam yang berlangsung secara terus menerus tanpa merusak lingkungan.
Daya dukung alam perlu diketahui secara fisik, lingkungan, dan social. Daya dukung
4

kawasan sangat menentukan keberlanjutan suatu kegiatan di wilayah pesisir. Daya


dukung setiap kawasan berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya dan
terkait dengan jenis kegiatan yang akan dikembangkan. Karena itu, daya dukung
ekosistem terumbu karang perlu diperhatikan dalam pengembangan suatu kawasan
wisata snorkling dan penyelaman. Demikian pula daya dukung pantai berpasir untuk
kegiatan rekreasi pantai atau pemancingan.

2.2 Analisis Daya Dukung Pesisir dan Laut

Pemanfaatan pesisir yang serbaneka (multiple use) memiliki peran yang sangat
signifikan dalam pengelolaan wilayah pesisir. Sebagai daerah peralihan ekosistem
darat dan laut, wilayah pesisir tersusun atas ekosistem yang bersifat alami dan buatan.
Ekosistem alami antara lain terumbu karang, mangrove, padang lamun, estuaria, dan
pantai mampu memberikan layanan, baik untuk biota yang berasosiasi di dalamnya
maupun manfaat ekonomi kepada para pemanfaat (users) khususnya masyarakat
pesisir.
Analisis daya dukung kawasan pesisir bertujuan untuk mengetahui
kemampuan lahan dan kesesuaian lahan di wilayah pesisir untuk menampung
kegiatan manusia tanpa menimbulkan dampak signifikan terhadap perubahan
ekologinya. Penilaian daya dukung berdasarkan jenis kegiatan dari penggunaan
lahan yang ada di kawasan pesisir. Kriteria daya dukung pesisir ini
mencakup wilayah darat dan laut, sehingga untuk kriteria laut menggunakan
deliniasi sesuai dengan pedoman RZWP3K yaitu 4 mil ke arah laut.
Perkembangan ilmu dan teknologi menyebabkan eksploitasi terhadap
sumberdaya alam di pantai semakin intensif, sehingga daya dukung pantai semakin
berkurang. Pada beberapa kawasan pesisir yang telah dimanfaatkan muncul indikasi
bahwa daya dukung atau kapasitas keberlanjutan (potensi lestari) dari ekosistem
pesisir dan lautan telah terlampaui, seperti terjadinya pencemaran, penangkapan
berlebih (overfishing), penurunan kondisi fisik habitat, serta abrasi dan sedimentasi di
5

pesisir utamanya pesisir dengan jumlah penduduk yang padat dan memiliki tingkat
pembangunan yang tinggi (Dahuri et al. 2003).

2.3 Faktor Daya Dukung Berkurang

Banyak daerah di Indonesia yang permanfaatan serbaneka (multiple use) karena


menimbulkan masalah dalam pengelolaannya. Penggunaan lahan untuk permukiman
terus meningkat pada periode yang sama. Kondisi yang sama juga terjadi terhadap
peruntukan tambak/empang yang meningkat dalam kurun waktu yang sama.
Diperkirakan perubahan tata guna lahan ini terus terjadi seiring dengan pertambahan
waktu. Berdasarkan pola penggunaan lahan tahun 1990 sampai tahun 2000, telah
terjadi konversi lahan mangrove menjadi lahan tambak dan hanya menyisakan
sebesar 2% dari total luas lahan mangrove (Jamil,2007)
Faktor antropogenik dominan yang berkontribusi terhadap semakin menurunnya
luas ekosistem mangrove di wilayah pesisir adalah konversi untuk tambak. Disinyalir
ada beberapa masalah utama terjadinya penurunan kualitas wilayah. Konversi
mangrove dan abrasi yang terjadi dapat berpengaruh pada semua aspek baik ekologi,
ekonomi dan sosial yang ada di pesisir. Fungsi mangrove sebagai daerah penyangga,
daerah asuhan (nursery ground) dan penahan abrasi akan hilang dan dapat
mengakibatkan kerugian seperti berkurangnya pendapatan masyarakat yang
bergantung pada hasil perikanan mangrove serta hilangnya daratan akibat abrasi
menyebabkan kerugian ekonomi dari lahan yang seharusnya dapat dimanfaatkan.
Apabila mangrove sudah berkurang daya dukungnya maka yang dapat dilakukan
adalah merehabilitasi atau mengoptimalkan penggunaan lahan yang ada.
Fakta terjadinya perubahan lahan di wilayah pesisir tidak mengikuti pemanfaatan
secara berkelanjutan. Prinsip-prinsip pemanfaatan berkelanjutan ruang wilayah
pesisir untuk berbagai kegiatan seharusnya dilakukan dengan pertimbangan antara
kepentingan sosialekonomi dan ekologi. Pertimbangan ini diterapkan agar kawasan
yang diperuntukan bagi kawasan lindung atau budidaya sesuai dengan kondisi
biofisik wilayah tersebut dan ekosistemnya tetap terjamin kelestariannya (Yonvitner
6

et al., 2010). Pertumbuhan wisata (pengunjung dan infrastruktur) tidak selalu


berhubungan positif terhadap industri wisata, bahkan melebihi ambang batas
daya dukung lingkungan berakibat kerusakan sosial dan ekonomi (Jurado et
al.2012).
Banyak pendekatan yang digunakan untuk menjamin keberlanjutan pemanfaatan
ruang pesisir , diantaranya adalah penggunaan pendekatan terpadu . Secara ilmiah,
pendekatan terpadu ini dapat digambarkan dengan memperhatikan aspek daya
dukung badan air sehingga dapat mendukung perikanan sebagai indikator ekonomi
dan ekologi. Pengukuran atau perhitungan daya dukung pantai diperlukan untuk
mengetahui daya dukung pantai yang optimal sehingga terdapat kondisi
keseimbangan atau homeostatis sumber daya alam dan ekosistem di wilayah pantai .

2.4 Status Ekologi

Status ekologi mencerminkan apakah tingkat pemanfaatan perairan


melebihi dari kemampuan suatu perairan untuk mendukung kegiatan tersebut
dan atau sebaliknya. Apabila tingkat pemanfaatan ruang perairan melebihi
kemampuan ketersediaan lahan, maka status ekologi mengalami overshoot. Apabila
tingkat pemanfaatan perairan lebih kecil daripada kemampuan ketersediaan
lahan, maka status ekologi tersebut surplus.Status ekologi dinyatakan sebagai
perbedaan antara Biocapacity dan ecological footprint.

2.5 Arahan Zonasi Pesisir Terkait Daya Dukung Lingkungan

Konsep arahan zonasi dilakukan dengan membagi wilayah studi ke dalam


tiga zona utama, yaitu :
1.Zona preservasi, yaitu kawasan yang memiliki nilai ekologis tinggi.
2.Zona konservasi, yaitu kawasan yang dapat dikembangkan namun secara terkontrol.
3.Zona pengembangan intensif, termasuk di dalamnya mengembangkan kegiatan
budidaya secara intensif.
7

Arahan zonasi wilayah pesisir ini dibuat berdasarkan analisis-analisis


sebelumnya, yaitu analisis daya dukung pesisir.
1.Zona Preservasi
Zona preservasi ini memiliki nilai ekologis yang tinggi sehingga manusia
tidak bisa campur tangan dalam penatagunaan lahan di zona ini. Zona ini
merupakan zona lindung yang memiliki sifat alami yang harus dilindungi.
Arahan penatagunaan lahan pada zona ini adalah:
a.Sempadan pantai
b.Kawasan Taman Nasional
c.Hutan lindung
d.Mangrove dan Konservasi Terumbu Karang
2.Zona Konservasi
Zona konservasi ini merupakan kawasan yang masih ada pengembangan
pemanfaatan lahan namun dilakukan secara terkontrol. Kawasan ini masih
berhubungan dengan kegiatan pesisir. Penatagunaan lahan yang bisa diarahkan
pada zona ini yaitu:
a.Perikanan tangkap.
b.Budidaya perikanan (tambak, keramba jaring apung, pembenihan, budidaya
rumput laut, budidaya tiram mutiara)
c.Konservasi perairan (berdasarkan kearifan lokal (awig-awig) kawasan pesisir
Desa Pemuteran)
d.Pelabuhan dan alur pelayaran.
3.Zona Pengembangan Intensif
Zona pengembangan intensif ini merupakan kawasan bebas sehingga bisa
mengembangkan kegiatan budidaya secara intensif. Pemanfaatan lahan yang
bisa diarahkan pada zona ini adalah sebagai zona pengembangan intensif daratan,
yaitu pemanfaatan lahan yang tidak berhubungan dengan kegiatan pesisir. Zona
ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan pertanian, perkebunan,
ladang, permukiman non nelayan, pertambangan, dan industri.
8

III. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Daya dukung (carrying capacity) adalah konsep penting dalam ilmu lingkungan
dan pengelolaan sumber daya alam. Ini mengacu pada kapasitas lingkungan atau
suatu wilayah untuk menopang populasi manusia atau organisme tertentu tanpa
merusak ekosistem atau sumber daya alam yang ada.
Daya dukung wilayah pesisir dan laut adalah konsep kunci dalam pengelolaan
wilayah-wilayah ini. Daya dukung wilayah pesisir dan laut adalah instrumen penting
dalam upaya untuk menjaga keberlanjutan lingkungan dan ekonomi di wilayah pesisir
dan laut, serta untuk memastikan bahwa wilayah tersebut dapat dinikmati oleh
generasi mendatang dan pelestarian keanekaragaman hayati global.

3.2 Saran

Berdasarkan tugas makalah yang telah disusun, penulis mengharapkan adanya


kritik dan saran untuk perbaikan makalah kedepannya.
9

DAFTAR PUSTAKA

Agenda 21 Indonesia, Publikasi Awal, Strategi Nasional Untuk Pembangunan


Berkelanjutan, Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, Juli, 1997.

Arifin, T., & Waluyo, W.. 2018. Analisis Daya Dukung Ekologi Untuk
Pengembangan Budidaya Rumput Laut Di Bagian Utara Teluk
Bone. Tataloka, 20(1), 12-22.

Basri, H. 2021. Pengelolaan, pengawasan kawasan pesisir dan laut di


Indonesia. REUSAM: Jurnal Ilmu Hukum, 8(2), 1-27.

Churchill V. Lowe, The Law of the Sea, Juris Publishing, third edition, 1999

Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut, Aset Pembangunan Berkelanjutan


Indonesia. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jamil, N. 2007. Analisis opsi pola penggunaan lahan di wilayah pesisir
Kecamatan Muara Gembong Kabupaten Bekasi. Disertasi. Institut Pertanian
Bogor. 149 p.

Jurado EN, Tejada MT, García FA, González JC, Macías RC, Peña JD,
Gutiérrez FF, Fernández GG, Gallego ML, García GM, Gutiérrez OM,
Concha FN, de la Rúa FL, Sinoga JR, Becerra FS. 2012. Carrying Capacity
Assessment for Tourist Destinations. Methodology for The Creation of
Synthetic Indicators Applied in A Coastal Area. Tourism Management.33(6):
1337 - 1346.

Subagiyo, A., Kurniawan, N. T., & Yudono, A. 2018. Perencanaan Ruang Kawasan
Pesisir Berdasarkan Daya Dukung Dan Kearifan Lokal. Jurnal Koridor, 9(2),
193-205.

Oktaviani, S., & Imran, Z. 2019. Daya Dukung Optimum Berbasis Pola Tata Guna
Lahan Pesisir di Muara Gembong Kabupaten Bekasi. Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis, 11(1), 75-87.

Yonvitner, S.B. Susilo, G. Rakasiwi, dan A.A. Taurusman. 2010. Daya dukung
pulau-pulau kecil dengan pendekatan ecological footprint: kasus di Pulau Wetar.
PKSPL IPB. Bogor.

Yulianda F. 2007. Ekowisata Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir


Berbasis Konservasi. Bogor. MSP - FPIK IPB.

Anda mungkin juga menyukai