Oleh :
CICI APRIANI
1904110569
ILMU KELAUTAN
Dosen Pengampu :
ILMU KELAUTAN
UNIVESSITAS RIAU
PEKANBARU
RIAU
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Swt., penulis ucapkan puji syukur sehingga dapat menyelesaikan
makalah Botani Laut mengenai “Strategi Perencanaan dan Rekayasa Lingkungan untuk
Mewujudkan Ekosistem Mangrove Berkelanjutan”. Salawat serta salam diucapkan kepada Nabi
Muhammad saw, yang telah menjauhkan agama Islam dari jalan kegelapan. Makalah yang
Mangrove Berkelanjutan” disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Rekayasa Lingkungan
jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Rekayasa Lingkungan atas bimbingan
yang diberikan dalam pembuatan tugas makalah ini. Penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca khususnya dalam memahamami tentang rekayasa pada mangrove.
Makalah ini memiliki berbagai kesalahan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran
Cici Apriani
i
DAFTAR ISI
Isi
KATA PENGANTAR........................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN
I.3. Tujuan............................................................................. 2
II. PEMBAHASAN
II.1.........................................................................................Faktor yang
Ekosistem Mangrove....................................................... 4
II.4.........................................................................................Strategi Rekayasa
Lingkungan...................................................................... 8
III. KESIMPULAN
III.1........................................................................................Kesimpulan
10
ii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
pendapatan dan kesenjangan sosial cenderung terjadi lebih besar di wilayah berada di
Kabuaten Penajam Paser Utara. Pemilihan lokasi ini dilatar belakangi oleh potensi perikanan
dan kelautan Indonesia Tengah & Timur yang besar. Terlebih sektor perikanan merupakan
potensi kelautan terbesar di Indonesia timur yang meliputi Selat Makassar, Laut Arafura,
effect bagi ekonomi daerah. Pada skala mikro, perencanaan kawasan NSTP akan membawa
dampak lingkungan untuk kawasan sekitarnya. Perubahan lahan & pola ruang, perubahan
aktivitas, perubahan lingkungan, hingga perubahan sosial dikhawatirkan akan terjadi dan
berdampak buruk jika tidak diimbangi oleh strategi pembangunan yang baik. Akibatnya,
perubahan ekosistem yang terjadi dapat berdampak pada penurunan ketahanan suatu wilayah.
Lebih jauh, hal ini tidak semata-mata hanya dikarenakan faktor lingkungan, tapi juga
terpengaruh manajemen institusional yang pada akhirnya juga akan berdampak pada tataran
sosial-ekonomi.
Buluminung. Kawasan ini memiliki tutupan lahan berupa kawasan mangrove primer yang
1
terletak di Sungai Riko. Untuk mengantisipasi dampak perubahan lingkungan, diperlukanlah
sebuah kajian khusus yang dapat memberikan rekomendasi ilmiah bagi kelangsungan
1.2 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Sebagai daerah peralihan antara lautdan daratan, hutan mangrove mempunyaig radien
sifat lingkungan yang sangat ekstrim.Pasang- surut air laut menyebab kanterjadinya
perubahan beberapa faktor lingkungan yang besar, terutama suhu dansalinitas. Oleh karena
itu, hanya beberapa jenis tumbuhan yang memiliki daya toleransi yang tinggi terhadap
lingkungan yang ekstrim tersebut saja yang mampubertahan hidup dan berkembang
jenis, namun disisi lain kepadatan populasi masing-masing jenis umumnya tinggi.
permintakatan yang terjadi padahutan mangrove tersebut sangat berkaitan erat dengan
beberapa faktor, antara lain adalah tipe tanah, keterbukaan areal mangrove dari hempasan
Kartawinata & Waluyo, 1977). Pengaruh tipe tanah atau substrat tersebut, sangat jelas 4
terlihat pada jenis Rhizophora, misalnyapada tanah lumpur yang dalam dan lembek akan
menyukai pada pantai yang memiliki tanah pasir atau pecahan terumbu karang, dan biasanya
3
berasosiasi dengan jenis Sonnerafia alba. Sedangkan untuk jenis Rhizophora apiculata hidup
Selain tipe tanah, kondisi kadargaram atau salinitas pada substrat jugamempunyai
mangrove mampu bertahanhidup pada salinitas tinggi, namun jenis Avicennia merupakan
jenis yang mampu hidup bertoleransi terhadap kisaran salinitas yang sangat besar. Macnae
(1968)menyebutkan bahwa Avicennia marina mampu tumbuh pada salinitas sangat rendah
sampai 90 sedangkan Sonneratia sp. umumnya hidup pada salinitas yang tinggi, kecuali
Sonnerafia casiolaris (sekitar 10). Jenis Bruguiera sp. biasanya tumbuh pada salinitas
Disamping faktor-faktor tersebut di atas, pasang-surut air laut juga mempunyai pengaruh
terhadap jenis tumbuhan mangrove yang tumbuh pada suatu daerah. Watson dalam
korelasiantara tingginya genangan air pasang dan ama genangan, dengan jenis tumbuhan
mangrove.
Ekosistem mangrove merupakan ekosistem peralihan antara darat dan laut yang dikenal
memiliki peran dan fungsi sangat besar. Secara ekologis mangrove memiliki fungsi yang
sangat penting dalam memainkan peranan sebagai mata rantai makanan di suatu perairan,
yang dapat menumpang kehidupan berbagai jenis ikan,udang dan moluska. Perlu diketahui
bahwa hutan mangrove tidak hanya melengkapi pangan bagi biota aquatik saja, akan tetapi
juga dapat me keseimbangan siklus biologi di suatu perairan. Kekhasan tipe perakaran
4
beberapa jenis tumbuhan mangrove seperti Rhizophorasp., Avicennia sp. dan Sonneratia sp.
dankondisi lantai hutan, kubangan serta alur-alur yang saling berhubungan merupakan
Kondisi seperti ini juga sangat penting dalam menyediakan tempat untuk
bertelur,pemijahan dan pembesarkan serta tempat mencari makan berbagai macam ikan
danudang kecil, karena suplai makanan nyatersedia dan terlindung dari ikan pemangsa.
Ekosistem mangrove juga berperan sebagai habitat bagi jenis-jenis ikan, kepiting dan kerang-
Dilihat dari aspek fisik, hutan mangrove mempunyai peranan sebagai pelindung kawasan
pesisir dari hempasan angin, arus dan ombak dari laut, serta berperan juga sebagai benteng
dari pengaruh ciptakan suasana iklim yangkondusif bagi kehidupan biota aquatik, serta
memiliki kontribusi terhadap banjir dari daratan. Tipe perakaran beberapa jenis tumbuhan
Disamping itu, perakaran jenis tumbuhan mangrove juga mampu berperan sebagai
perangkap sedimen dan sekaligus mengendapkan sedimen, yang berarti pula dapat
Terciptanya keutuhan dan kelestarian ketiga ekosistem dari bahaya kerusakan tersebut, dapat
menciptakan suatu ekosistem yang sangat luas dankomplek serta dapat memelihara
5
2.3 Organisme Laut Penghuni Hutan Mangrove
masih dirasakan sangatkurang, dan kalaupun ada orientasinya bukan pada aspek ekologinya,
Sebagaimana fenomena yang terjadi pada hutan mangrove yakni dicirikan dengan adanya
zonasi atau permintakatan oleh jenis tumbuhan yang dominan, maka fauna penghuni hutan
mangrove pun juga memperlihatkan adanya permintakatan.Terkait dengan sifat fauna yang
pada umumnya sangat dinamis, maka batas anzonasi yang terjadi pada fauna penghuni
mangrove kurang begitu jelas (Kartawinata dkk. 1979). Penyebaran fauna penghuni hutan
mangrove memperlihatkan dua cara, yaitu penyebaran secara vertical dan secara
horisontal.Penyebaran secara vertikal umumnya dilakukan oleh jenis fauna yang hidupnya
menempel atau melekat pada, akar, cabang maupun batang pohon mangrove, 7 misalnya
jenis Liftorina scabra, Nerita albicilla,Menetaria annulus dan Melongena galeodes (Budiman
Sedangkan penyebaran secara horizontal biasanya ditemukan pada jenis fauna yang hidup
pada substrat, baik itu yang tergolong infauna,yaitu fauna yang hidup dalam lubang atau
dalam substrat, maupun yang tergolong epifauna, yaitu fauna yang hidup bebas diatas
substrat. Distribusi fauna secara horisontal pada areal hutan mangrove yang sangat luas,
garis pantai. Permintakatan yang terjadi di daerah ini sangat erat kaitannya dengan perubahan
sifat ekologi yang sangat ekstrim yang terjadi dari laut kedarat. Kartawinata &
6
mangrove sangatiuas, tetapi tidak terlihat pada hutan mangrove yang ketebalannya sangat
rendah.
Secara ekologis, jenis moluska penghuni mangrove memiliki peranan yangbesar dalam
memecah atau menghancurkan serasahman- grove untuk dimakan, namun disisilain sangat
akan lebihcepat. Disamping membantu dalam proses dekomposisi, beberapa fauna kepiting
juga membantu dalam penyebaran seedling dengancara menarik propagul kedalam lubang
tempat persembunyiannya ataupun pada tempat yang berair. Aktifitas kepiting ini 8
dampaknya sangat baik dalam kaitannya dengan distribusidan kontribusi pertumbuhan dari
seedling mangrove dari jenis Rhizophora sp, Bruguiera sp. dan Ceriops sp., terutama pada
didominasi oleh Gastropoda, yaitu sekitar 61 jenis, sedangkandari kelas Bivalvia hanya
sekitar 9 jenis saja. Dari fauna Gastropoda penghuni mangrove yang memiliki penyebaran
yang sangat luas adalah Littorina scabra,Terebralia palustris, T. sulcata dan Cerithium
patalum. Sedangkan jenis yang memiliki daya adaptasi yang tinggiterhadap lingkungan yang
aenigmatica(Budiman & Darnaedi, 1984). Selanjutnya disebutkan pula bahwa dari sebanyak
untuk dikonsumsi masyarakat sekitar mangrove, antara lainadalah jenis Terebralia palustris
7
dan Telescopium telescopium. Sedangkan kelas Bivalvia yang dikonsumsi masyarakat adalah
jenis Polymesoda coaxans,Anadara antiquata dan Ostrea cucullata Kelas Crustacea yang
ditemukan pada ekosistem hutan mangrove adalah sebanyak 54 jenis, dan umumnya
didominasi oleh jenis kepiting (Brachyura) yang dapat dikategorikan sebagai golongan
infauna sedangkan beberapa jenis udang (Macrura) yang ditemukan pada ekosistem
mangrove sebagian besar hanya sebagai penghuni sementara. Dari beberapa penelitian yang
Jenis Thalassina anomala merupakan jenis udang lumpur sebagai penghuni setia hutan
mangrove, karena udang ini hidup dengancara membuat lubang dan mencari makanhanya
umumnya didominasi Ucadusumeri. Jenis lain yang muncul padasubstrat tersebut adalah Uca
mempunyai nilai ekonomis dan dikonsumsi masyarakat adalah Scylla serrata, S.olivacea,
kawasan NSTP, diperlukan beberapa strategi rekayasa lingkungan yang bertujuan untuk
kawasan mangrove yang didasarkan pada studi kerusakan mangrove di Asia Tenggara, yaitu
8
Keberadaan infrastruktur dasar berupa perkerasan jalan sebagai penunjang
aksesibilitas di kawasan NSTP PPU selain dapat berakibat positif juga dapat berakibat
negatif. Pada perspektif lain, penyelamatan lingkungan pada era global hendaknya
mengadopsi konsep green infrastructure yang tidak hanya memberikan dampak positif
terhadap lingkungan, tapi juga nilai tambah bagi lingkungan sosial. Dengan demikian,
terdapat peluang perbaikan terhadap konsptual desain kawasan NSTP yang didasarkan
dalam desain ditinjau dari perspektif lingkungan yaitu keberlanjutan mangrove di tengah
area perencanaan. Hal ini dikarenakan adanya perubahan tutupan lahan menjadi area
perkerasan jalan yang menghalangi pergerakan air dan mengakibatkan penurunan nutrisi
Sehingga, ada bagian konseputual desain tersebut yang bertentangan dengan filosofi
desain.
era perubahan iklim, harus diwujudkan dalam proses pembangunan yang tidak merusak
adanya faktor alam maupun manusia, maka strategi atau konsep dapat diterapkan yaitu
green infrastruture yang bersifat adaptif sekaligus melindungi, serta pengaturan sosial
mangrove membutuhkan air dan nutrisi yang cukup. Namun, pada kasus-kasus reklamasi,
ekosistem mangrove menjadi terganggu karena tidak adanya air yang memadai, adanya
9
pencemaran, hingga intervensi habitat langsung oleh manusia. Keberadaan desain jalan
raya yang menimbun tanaman mangrove dan menghalangi pergerakan air dapat
III
KESIMPULAN
3.1. Kesimpulan
Dengan karakteristik ekosistem mangrove yang masih alami, diperlukan rekayasa desain
kawasan yang lebih ramah lingkungan. Pendekatan sirkulasi air menjadi fokus utama, di mana
masih diperlukannya sistem kanal untuk menjangkau kawasan mangrove di tengah area yang
terkonversi. Untuk menjaga kelestarian ekosistem, luasan area terbangun diarahkan tidak
melebihi 30% dari total kawasan. Dengan demikian aktivitas didalamnya tidak merubah wajah
ekosistem sekitarnya.
10
11
DAFTAR PUSTAKA
Bappenas. (2013). Analisis Kesenjangan Antar Wilayah Indonesia. Kementerian PPN; Jakarta
Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. (2014). Pusat Penelitian Ilmu
Adger, W. N. (2000). Social and ecological resilience: are they related?. Progress in human
Hoiling, C. S., Schindler, D. W., Walker, B. W., & Roughgarden, J. (1997). Biodiversity in the
issues, 44.
Chen, L., Wang, W., Zhang, Y., & Lin, G. (2009). Recent progresses in mangrove conservation,
restoration and research in China. Journal of Plant Ecology, 2(2), 45- 54.
12