Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

BIOEKOLOGI PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL


METODE SAMPLING DAN ANALISIS MANGROVE PADA EKOSISTEM PESISIR

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 4 :

1. HAMDANI (G1A018026)

2. TITIN SYAHADATILLAH (G1A018072)

3. VISVANIA PRASAVITA S (G1A018074)

4. WIWIN HULFATUZZAINI (G1A018076)


5. YAYAT MAULIDAN (G1A018078)

6. ZULFA NUR ASRIYANI (G1A018080)

7. DIAN ISLAMIATI (G1A018084)

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan tetap praktikum lapangan Bioekologi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil ini disusun
sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Semester dan kelengkapan tugas pada mata kuliah
Bioekologi Pesisir dan Pulau Kecil.

Mataram, 10 Juni 2021

Disetujui,

Co. Assistant Kelompok I Co. Assistant Kelompok II

Bagus Hakimi Eta Erdin, S.Si


G1A017016

Co. Assistant Kelompok III Co. Assistant Kelompok IV

Kartini Ambarwati Elva Juni Kurnianingsih


G1A017070 G1A017024

Mengetahui,

Dosen Pengampu I Dosen Pengampu II

Dr. Dining Aidil Candri, M.Si Hilman Ahyadi, S.Si., M.Si.


NIP. 19751029 200312 2 001 NIP. 19791231 200501 1 003

i
KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………... iii


KATA PENGANTAR…………………………………………………….. ib
DAFTAR ISI………………………………………………………………. iv
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1
1.1 Latar Belakang………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………... 2
1.3 Tujuan Penelitian…………………………………………...…………. 2
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………….. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………….. 4
BAB III METODE PRAKTIKUM………………………………………..
3.1 Pelaksanaan Praktikum………………………………………............... 7
3.2 Alat dan Bahan Praktikum…..………………………………………… 7
3.3 Prosedur Kerja…...…………………………………………………….. 7
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………….
4.1 Hasil Pengamatan………………………………………………………
4.2 Analisis Data…………………………………………………………...
4.3 Pembahasan…………………………………………………………….
BAB V PENUTUP………………………………………………………...
5.1 Kesimpulan…………………………………………………………….
5.2 Saran……………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………... 1
LAMPIRAN………………………………………………………………..

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut KKP (2019), ekosistem hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di daerah
pasang surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang tergenang
pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut dimana komunitas tumbuhannya
bertoleransi terhadap salinitas. Ekosistem mangrove memiliki karakteristik umum bertanah
lumpur, didominasi oleh tumbuhan mangrove, dipengaruhi oleh salinitas dan pasang surut air
laut, terlindung dari gelombang besar dan tidak terpengaruhi iklim. Kelompok flora mangrove
terbagi menjadi flora mangrove sejati (mayor), flora mangrove penunjang (minor) dan flora
mangrove asosiasi.
Flora mangrove sejati (mayor) merupakan kelompok mangrove yang tumbuhnya
tergenang air laut, karena mempunyai kemampuan fisiologis dalam mengontrol garam,
mampu membentuk tegakan murni dan berada di garis terdepan habitat mangrove. Contoh
mangrove sejati adalah Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Kandelia, Avicennia, Sonneratia dan
Nypa. Flora mangrove penunjang (minor) merupakan kelompok mangrove yang tidak mampu
membentuk tegakan murni, sehingga tidak berperan dominan dalam struktur komunitas
mangrove. Contoh mangrove penunjang adalah Excoecaria, Xylocarpus, Heriteria. Flora
mangrove asosiasi merupakan kelompok mangrove yang hidup berasosiasi dengan mangrove
sejati, yaitu dapat tumbuh tergenang maupun tidak tergenang air laut, contohnya Acanthus,
Cerbera, Ipomoea, Hibiscus, Derris, Calamus, Pes-caprae dan lain-lain.
Indonesia memiliki keanekaragaman spesies mangrove yang sangat tinggi dan tercatat
memiliki 40 dari 50 spesies mangrove sejati (mayor) (Rahardi dan Rizal, 2016). Spesies
mangrove tersebut memiliki karakteristik masing-masing. Mangrove mayor, yakni
Rhizophora memiliki karakter yang mudah terlihat pada akarnya yaitu akar tunjang dan
struktur daun pada pohon yang tegak keatas. Sonneratia memiliki karakteristik akar napas
dan daun yang berbentuk agak bulat. Akar Bruguiera merupakan akar lutut dengan kelopak
bunga berwarna merah. Adanya keragaman yang tinggi beserta karakteristik khusus pada
masing-masing spesies mangrove, penting untuk diketahui bagaimana keanekaragaman dan
kelimpahan spesies mangrove dalam suatu ekosistem. Maka dilakukanlah praktikum ini
1
mengenai keanekaragaman dan kelimpahan mangrove pada suatu ekosistem mangrove di
Tanjung Kelor.

1.2 Tujuan Praktikum


Mengetahui nilai kelimpahan/kerapatan mangrove yang ada di kawasan Tanjung Kelor,
Sekotong, Lombok Barat.

1.3 Manfaat Praktikum


Dapat mengetahui nilai kerapatan mangrove yang ada di kawasan Tanjung Kelor,
Sekotong, Lombok Barat.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ekosistem mangrove diketahui berperan penting dalam lingkungan pesisir, biologi, dan
kesehatan lingkungan. Mangrove merupakan ekosistem pesisir yang memberikan
produktivitas bioligatik tertinggi.Ekosistem mangrove memiliki fungsi ekologis dalam
menyerap karbon, remediasi polutan, pencegahan abrasi, intrusi, dan pencegahan badai,selain
juga mampu berfungsi sebagai habitat pertumbuhan dan perkembangan fauna akuatik.
Mangrove merupakan habitat berbagai jenis mikroorganisme yang toleran terhadap kondisi
lingkungan yang ekstrim ,mangrove juga memberikan peran penting untuk melestarikan
keanekaragaman hayati. Ekosistem mangrove memberikan jasa perlindungan bagi ikan-ikan
kecil, jentik dan cangkang ikan dari serangan predator , hal ini menyebabkan hutan mangrove
berperan penting dalam ekosistem pesisir meliputi aspek ekologi, sosial, dan ekonomi
(Poedjirahajoe1 dan Jeriels, 2019).
Vegetasi mangrove secara khas akan memperlihatkan adanya pola zonasi. Pola zonasi
berkaitan erat dengan tipe tanah (lumpur, pasir atau gambut), keterbukaan terhadap hempasan
gelombang, salinitas serta pengaruh pasang surut. Hutan mangrove dibagi menjadi lima
bagian berdasarkan frekuensi air pasang, yaitu: zonasi yang terdekat dengan laut, akan
didominasi oleh Avicennia Spp dan Sonneratia Spp yang tumbuh pada substrat lunak dengan
kandungan organik yang tinggi. Zonasi ini sedikit lebih tinggi dan biasanya didominasi oleh
B. cylindrica; ke arah daratan lagi, zonasi yang didominasi oleh R. mucronata dan R.
apiculata. Jenis R. mucronata lebih banyak dijumpai pada kondisi yang agak basah dan
lumpur yang agak dalam. Pohon lain yang juga terdapat pada hutan ini mencakup B.
parviflora, X. granatum dan hutan mangrove di belakang didominasi oleh B. gymnorrhiza
(Lewerissa, dkk., 2018).
Hutan mangrove memiliki fungsi ekologis yang sangat penting sebagai penyimpan
karbon. Hutan mangrove menyimpan karbon empat kali lebih cepat dari hutan tropis lainnya.
Ekosistem mangrove berperan dalam mitigasi perubahan iklim akibat pemanasan global
karena mampu mereduksi CO2 melalui mekanisme “sekuestrasi”, yaitu penyerapan karbon
dari atmosfer dan penyimpanannya dalam beberapa kompartemen seperti tumbuhan, serasah
dan materi organik tanah. Karbon yang diserap tumbuhan selama fotosintesis, bersama-sama
3
dengan nutrien yang diambil dari tanah, menghasilkan bahan baku untuk pertumbuhan
(Imiliana dkk., 2013).
Serasah vegetasi mangrove yang telah terurai melalui proses dekomposisi, sebagian akan
diserap oleh mangrove itu sendiri dan sebagian lainnya menjadi tambahan masukan bahan
organik bagi ekosistem mangrove di sekitarnya. Manfaat akumulasi bahan organik hasil
dekomposisi serasah hutan mangrove antara lain memperkaya hara pada ekosistemmangrove,
sebagai daerah asuhan dan pembesaran (nursery ground), daerah pemijahan(spawning
ground), dan perlindungan bagi aneka biota perairan. Selain itu,akumulasi bahan organik juga
mampu mereduksi potensi subsidensi permukaan lahan hutanmangrove. Bahan organik yang
tersedia di kawasan tersebut berasal dari bagian-bagianpohon, terutama yang berupa
daun.Akumulasi bahan organik ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor produksi dan fakto
dekomposisi. Secara umum produksi bahan organik ditentukan oleh jenis dan kerapatan
tegakan hutan mangrove, dimana semakin rapat tegakan produksi bahan organik
jugameningkat, sedangkan dekomposisi juga ditentukan oleh jenis bahan organik maupun oleh
faktor dekomposernya (Andrianto dkk., 2015).
Faktor lingkungan berupa unsur hara seperti serasah daun turut berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan ekosistem mangrove.Kondisi lingkungan perairan aliran
sungai dan serasah daun yang membawa unsur hara menyebabkan terjadi kompetisi yang tidak
seimbang. Komunitas mangrove didalamnya memiliki kompleksitas tinggi karena tingginya
interaksi spesies yang terjadi sehingga mempunyai kendali yang lebih besar dalam
mengurangi gangguan-gangguan serta meningkatkan kestabilan dan kemantapan.
Keanekaragaman juga dapat digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas yaitu
kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan
terhadap komponen-komponennya (Buwono, 2017).

4
BAB III

METODE PRAKTIKUM

3.1 Pelaksanaan Praktikum


a. Waktu praktikum

Sabtu - Minggu, 29 - 30 Mei 2021

b. Tempat praktikum

Kawasan Tanjung Kelor, Sekotong, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

3.2 Alat dan Bahan Praktikum


a. Alat praktikum
1. Alat tulis
2. Buku identifikasi
3. Kamera
4. Papan clipboard
5. Sepatu bot atau sepatu karet
b. Bahan praktikum
1. Ekosistem mangrove
3.3 Prosedur Kerja

Hutan Mangrove

Pohon Pancang Anak pohon Semai

Kerapatan

mangrove 5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan

A. Data Kelas Mangrove


a. Pohon
Jumlah Ind/Kelompok Jumlah Rata-
No NamaJenis rata
I II III IV (Ind)

1 Rhizophora Stylosa - - 3 - 3 0.75

2 Rhizophora mucronata - 3 - 9 12 3

3 Rhizophora apiculata - - - 1 1 0.25

4 Avicennia alba - 1 - 2 3 0.75

5 Bruguiera gymnorrhiza - - 1 - 1 0.25

6 Sonneratia alba 5 - 2 - 7 1.75

7 Sonneartia ovata 2 - - - 2 0.5

Jumlah 7 4 6 12 29 7.25

b. Pancang

JumlahInd/Kelompok Jumlah Rata-


No NamaJenis rata
I II III IV (Ind)

1 Rhizophora Stylosa 2 10 6 2 20 1.25

2 Rhizophora mucronata - 5 - 5 10 0.625

3 Rhizophora apiculata 2 5 - 2 9 0.562

4 Avicennia alba - 5 - 14 19 1.187

5 Bruguiera gymnorrhiza - - 5 - 5 0.312

6 Sonneratia alba 15 - 4 - 19 1.187

7 Sonneartia ovata - - 2 - 2 0.125

6
Jumlah 19 25 17 23 84 5.25

c. Anak Pohon
JumlahInd/Kelompok Jumlah Rata-
No NamaJenis rata
I II III IV (Ind)

1. Rhizophora Stylosa 6 11 1 - 18 1.125

2. Rhizophora mucronata - 7 - 10 17 1.062

3. Rhizophora apiculata 6 8 - 2 16 1

4. Avicennia alba - 10 - 10 20 1.25

5. Bruguiera gymnorrhiza - - - - - -

6. Sonneratia alba 17 1 7 - 25 1.562

7. Sonneartia ovata - - 1 - 1 0.062

Jumlah 29 37 9 22 97 6.06

d. Semai

JumlahInd/Kelompok Jumlah Rata-


No NamaJenis rata
I II III IV (Ind)

8. Rhizophora Stylosa - 8 3 - 11 0.687

9. Rhizophora mucronata - 9 - 9 18 1.125

10. Rhizophora apiculata 1 6 - 10 17 1.062

11. Avicennia alba - 20 - 1 21 1.312

12. Bruguiera gymnorrhiza - - - - - -

13. Sonneratia alba 12 - - - 12 0.75

14. Sonneartia ovata - - 4 - 4 0.25

Jumlah 13 43 7 20 83 5.18

7
B. Foto dan Keterangan Spesies Mangrove

1. Rhizophora apiculata

8
a c
b.

9
Keterangan :
a. Rhizopora apiculata (akar, batang, daun)
b. Daun
c. Buah

2. Rhizophora mucronata

10
a bc

11
Keterangan :
a. Rhizopora mucronata (akar, batang, daun)
b. Daun dan Bunga
c. Buah

3. Rhizophora stylosa

Keterangan :
a. Rhizopora stylosa
(akar, batang, daun)
b. Batang dan Akar

4. Sonneratia alba

a b

Keterangan :
a. Sonneratia alba (akar, batang, daun)
b. Daun

a b

5. Sonneratia ovata

Keterangan :
a. Sonneratia
ovata (akar,
batang, daun)
b. Daun

12

ac
6. Avicenia alba

Keterangan :
a. Avicenia alba
(akar, batang,
daun)
b. Daun

7. aBruguiera b
gymnorhiza

Keterangan :
a. Bruguiera
gymnorhiza (akar,
batang, daun)
b. Daun dan Bunga
c. Buah

4.2 Analisis Data


a b c
Kelimpahan / Kerapatan
Mangrove

Keterangan:
K = Kerapatan mangrove jenis-i (ind/m2)
ni = Jumlah tegakan mangrove jenis-i (ind)
Ai = luas area sampling (m2)
Skala kondisi padang lamun berdasarkan kerapatan (Amrandan Ambo Rappe, 2009)
Skala Kerapatan (ind/m2) Kondisi
5 ≥ 625 Sangat rapat
13
4 425 – 624 Rapat
3 225 – 424 Agak rapat
2 25 – 224 Jarang
1 < 25 Sangat jarang

a. Kerapatan Pohon

= 0.018
ind/m2

b. Kerapatan Anak pohon

= 0.24
ind/m2

c. Kerapatan Pancang

= 0.05
2
ind/m

d. Kerapatan Semai

= 5.18
ind/m2

14
H. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil praktikum yang di lakukan dapat di simpulkan bahwa kelimpahan dan
kerapatan ekosistem magrove pada daerah Tanjung Kelor Lombok Barat yakni Kerapan Pohon yakni
sebanyak 0.018 ind/m2, Kerapatan Anak pohon yakni sebanyak 0.24 ind/m2, Kerapatan Pancang yakni
sebanyak se0.05 ind/m2 dan terakhir Kerapatan Semai yakni sebanyak 5.18 ind/m2.

15
DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, F., Bintoro, A., dan Budi, S.Y., 2015, Produksi dan laju dekomposisi serasah
mangrove (Rhizopoea so.) Di Desa Durian dan Desa Batu Menyan Kecamatan Padang
Cermin Kabupaten Pesawaran, Jurnal Sylva lestari, vol.3,(1):9-20.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut. 2019. Zonasi Hutan Mangrove


(https://kkp.go.id/djprl/artikel/14410-zonasi-ekosistem-hutan-mangrove). Diakses pada 8
Juni 2021.

Ilimiana, A., Muryono, M., dan Purnobasuki, H., 2013, Estimasi Stok Karbon Pada Tegakan
Pohon Rhizopoea stylosa di Pantai Camplong, Sampang-Madura. Vol.1 (5).

Lewerissa, Y. A., Sangaji, M dan Latumahina, M. B. 2018. Pengelolaan Mangrove Berdasarkan


Tipe Substrat Di Perairan Negeri Ihamahu Pulau Saparua. Jurnal Triton. 14 (1) : 1-9.

Poedjirahajoe,Erny,and Jeriela,M.2019.The Physiochemical Condition of Mangrove Ecosystems in The


Coastal District of Sulamo, Kupang, East Nusa Tenggara, Indonesia.Jurnal Manajemen Hutan
Tropika.25(3):173-184.

Rahardi, W. dan Rizal M. S. 2016. Keanekaragaman Hayati dan Jasa Ekosistem Mangroe di
Indonesia. Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), 499-510.

16

Anda mungkin juga menyukai