DISUSUN OLEH
KELOMPOK 4 :
1. HAMDANI (G1A018026)
Laporan tetap praktikum lapangan Bioekologi Pesisir dan Pulau-pulau Kecil ini disusun
sebagai syarat untuk mengikuti Ujian Akhir Semester dan kelengkapan tugas pada mata kuliah
Bioekologi Pesisir dan Pulau Kecil.
Disetujui,
Mengetahui,
i
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem mangrove diketahui berperan penting dalam lingkungan pesisir, biologi, dan
kesehatan lingkungan. Mangrove merupakan ekosistem pesisir yang memberikan
produktivitas bioligatik tertinggi.Ekosistem mangrove memiliki fungsi ekologis dalam
menyerap karbon, remediasi polutan, pencegahan abrasi, intrusi, dan pencegahan badai,selain
juga mampu berfungsi sebagai habitat pertumbuhan dan perkembangan fauna akuatik.
Mangrove merupakan habitat berbagai jenis mikroorganisme yang toleran terhadap kondisi
lingkungan yang ekstrim ,mangrove juga memberikan peran penting untuk melestarikan
keanekaragaman hayati. Ekosistem mangrove memberikan jasa perlindungan bagi ikan-ikan
kecil, jentik dan cangkang ikan dari serangan predator , hal ini menyebabkan hutan mangrove
berperan penting dalam ekosistem pesisir meliputi aspek ekologi, sosial, dan ekonomi
(Poedjirahajoe1 dan Jeriels, 2019).
Vegetasi mangrove secara khas akan memperlihatkan adanya pola zonasi. Pola zonasi
berkaitan erat dengan tipe tanah (lumpur, pasir atau gambut), keterbukaan terhadap hempasan
gelombang, salinitas serta pengaruh pasang surut. Hutan mangrove dibagi menjadi lima
bagian berdasarkan frekuensi air pasang, yaitu: zonasi yang terdekat dengan laut, akan
didominasi oleh Avicennia Spp dan Sonneratia Spp yang tumbuh pada substrat lunak dengan
kandungan organik yang tinggi. Zonasi ini sedikit lebih tinggi dan biasanya didominasi oleh
B. cylindrica; ke arah daratan lagi, zonasi yang didominasi oleh R. mucronata dan R.
apiculata. Jenis R. mucronata lebih banyak dijumpai pada kondisi yang agak basah dan
lumpur yang agak dalam. Pohon lain yang juga terdapat pada hutan ini mencakup B.
parviflora, X. granatum dan hutan mangrove di belakang didominasi oleh B. gymnorrhiza
(Lewerissa, dkk., 2018).
Hutan mangrove memiliki fungsi ekologis yang sangat penting sebagai penyimpan
karbon. Hutan mangrove menyimpan karbon empat kali lebih cepat dari hutan tropis lainnya.
Ekosistem mangrove berperan dalam mitigasi perubahan iklim akibat pemanasan global
karena mampu mereduksi CO2 melalui mekanisme “sekuestrasi”, yaitu penyerapan karbon
dari atmosfer dan penyimpanannya dalam beberapa kompartemen seperti tumbuhan, serasah
dan materi organik tanah. Karbon yang diserap tumbuhan selama fotosintesis, bersama-sama
3
dengan nutrien yang diambil dari tanah, menghasilkan bahan baku untuk pertumbuhan
(Imiliana dkk., 2013).
Serasah vegetasi mangrove yang telah terurai melalui proses dekomposisi, sebagian akan
diserap oleh mangrove itu sendiri dan sebagian lainnya menjadi tambahan masukan bahan
organik bagi ekosistem mangrove di sekitarnya. Manfaat akumulasi bahan organik hasil
dekomposisi serasah hutan mangrove antara lain memperkaya hara pada ekosistemmangrove,
sebagai daerah asuhan dan pembesaran (nursery ground), daerah pemijahan(spawning
ground), dan perlindungan bagi aneka biota perairan. Selain itu,akumulasi bahan organik juga
mampu mereduksi potensi subsidensi permukaan lahan hutanmangrove. Bahan organik yang
tersedia di kawasan tersebut berasal dari bagian-bagianpohon, terutama yang berupa
daun.Akumulasi bahan organik ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor produksi dan fakto
dekomposisi. Secara umum produksi bahan organik ditentukan oleh jenis dan kerapatan
tegakan hutan mangrove, dimana semakin rapat tegakan produksi bahan organik
jugameningkat, sedangkan dekomposisi juga ditentukan oleh jenis bahan organik maupun oleh
faktor dekomposernya (Andrianto dkk., 2015).
Faktor lingkungan berupa unsur hara seperti serasah daun turut berpengaruh pada
pertumbuhan dan perkembangan ekosistem mangrove.Kondisi lingkungan perairan aliran
sungai dan serasah daun yang membawa unsur hara menyebabkan terjadi kompetisi yang tidak
seimbang. Komunitas mangrove didalamnya memiliki kompleksitas tinggi karena tingginya
interaksi spesies yang terjadi sehingga mempunyai kendali yang lebih besar dalam
mengurangi gangguan-gangguan serta meningkatkan kestabilan dan kemantapan.
Keanekaragaman juga dapat digunakan untuk mengukur stabilitas komunitas yaitu
kemampuan suatu komunitas untuk menjaga dirinya tetap stabil meskipun ada gangguan
terhadap komponen-komponennya (Buwono, 2017).
4
BAB III
METODE PRAKTIKUM
b. Tempat praktikum
Hutan Mangrove
Kerapatan
mangrove 5
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
2 Rhizophora mucronata - 3 - 9 12 3
Jumlah 7 4 6 12 29 7.25
b. Pancang
6
Jumlah 19 25 17 23 84 5.25
c. Anak Pohon
JumlahInd/Kelompok Jumlah Rata-
No NamaJenis rata
I II III IV (Ind)
3. Rhizophora apiculata 6 8 - 2 16 1
5. Bruguiera gymnorrhiza - - - - - -
Jumlah 29 37 9 22 97 6.06
d. Semai
Jumlah 13 43 7 20 83 5.18
7
B. Foto dan Keterangan Spesies Mangrove
1. Rhizophora apiculata
8
a c
b.
9
Keterangan :
a. Rhizopora apiculata (akar, batang, daun)
b. Daun
c. Buah
2. Rhizophora mucronata
10
a bc
11
Keterangan :
a. Rhizopora mucronata (akar, batang, daun)
b. Daun dan Bunga
c. Buah
3. Rhizophora stylosa
Keterangan :
a. Rhizopora stylosa
(akar, batang, daun)
b. Batang dan Akar
4. Sonneratia alba
a b
Keterangan :
a. Sonneratia alba (akar, batang, daun)
b. Daun
a b
5. Sonneratia ovata
Keterangan :
a. Sonneratia
ovata (akar,
batang, daun)
b. Daun
12
ac
6. Avicenia alba
Keterangan :
a. Avicenia alba
(akar, batang,
daun)
b. Daun
7. aBruguiera b
gymnorhiza
Keterangan :
a. Bruguiera
gymnorhiza (akar,
batang, daun)
b. Daun dan Bunga
c. Buah
Keterangan:
K = Kerapatan mangrove jenis-i (ind/m2)
ni = Jumlah tegakan mangrove jenis-i (ind)
Ai = luas area sampling (m2)
Skala kondisi padang lamun berdasarkan kerapatan (Amrandan Ambo Rappe, 2009)
Skala Kerapatan (ind/m2) Kondisi
5 ≥ 625 Sangat rapat
13
4 425 – 624 Rapat
3 225 – 424 Agak rapat
2 25 – 224 Jarang
1 < 25 Sangat jarang
a. Kerapatan Pohon
= 0.018
ind/m2
= 0.24
ind/m2
c. Kerapatan Pancang
= 0.05
2
ind/m
d. Kerapatan Semai
= 5.18
ind/m2
14
H. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum yang di lakukan dapat di simpulkan bahwa kelimpahan dan
kerapatan ekosistem magrove pada daerah Tanjung Kelor Lombok Barat yakni Kerapan Pohon yakni
sebanyak 0.018 ind/m2, Kerapatan Anak pohon yakni sebanyak 0.24 ind/m2, Kerapatan Pancang yakni
sebanyak se0.05 ind/m2 dan terakhir Kerapatan Semai yakni sebanyak 5.18 ind/m2.
15
DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, F., Bintoro, A., dan Budi, S.Y., 2015, Produksi dan laju dekomposisi serasah
mangrove (Rhizopoea so.) Di Desa Durian dan Desa Batu Menyan Kecamatan Padang
Cermin Kabupaten Pesawaran, Jurnal Sylva lestari, vol.3,(1):9-20.
Ilimiana, A., Muryono, M., dan Purnobasuki, H., 2013, Estimasi Stok Karbon Pada Tegakan
Pohon Rhizopoea stylosa di Pantai Camplong, Sampang-Madura. Vol.1 (5).
Rahardi, W. dan Rizal M. S. 2016. Keanekaragaman Hayati dan Jasa Ekosistem Mangroe di
Indonesia. Prosiding Symbion (Symposium on Biology Education), 499-510.
16