Anda di halaman 1dari 15

1

MAKALAH
FISIOLOGI PENYU

Disusun Oleh :

NAMA : SUGILATRA FADLY


NIM : STK 414006
PRODI : BDP

MATA KULIAH : FISIOLOGI

SEKOLAH TINGGI ILMU KELAUTAN


STITEK BALIK DIWA MAKASSAR
TAHUN AKADEMIKA
2014 / 2015
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyu adalah kura-kura laut. Penyu ditemukan di semua samudra di


dunia. Menurut data para ilmuwan, penyu sudah ada sejak akhir zaman Jura
(145 - 208 juta tahun yang lalu) atau seusia dengan dinosaurus. Pada masa
itu Archelon, yang berukuran panjang badan enam meter, dan Cimochelys
telah berenang di laut purba seperti penyu masa kini. Binatang purba ini,
dipercaya menjadi penjaga keseimbangan ekosistem laut. Di mana
ditemukan penyu, di situ dapat ditemui kekayaan alam laut yang melimpah.
Penyu dapat ditemukan di semua samudera di dunia. Penyu adalah binatang
carnivora (pemakan daging), di habitat aslinya (laut) penyu suka makan ubur-
ubur dan ikan kecil, Beberapa penyu makan rumput laut.

Tak bisa dipungkiri bahwa penyu adalah makhluk yang menarik.


Namun mereka sering gagal untuk mencapai tingkat pengakuan bahwa
mereka benar-benar hewan yang menakjubkan. Anda akan belajar banyak
saat Anda membaca fakta-fakta berikut ini.

Penyu Belimbing merupakan satu-satunya spesies yang tidak memiliki


tulang punggung yang melekat pada bagian dalam cangkangnya. Mereka
juga merupakan jenis penyu terbesar di dunia.
Bayi penyu muncul dari dalam telur dan langsung berebut masuk ke
dalam air. Mereka tidak pernah dapat berinteraksi dengan induk mereka. Ini
adalah naluri mereka sendiri yang mendorong mereka untuk langsung
menuju ke air. Penyu jantan adalah spesies yang paling tidak akan pernah
meninggalkan air setelah mereka masuk ke air saat usia remaja.
3

Terkadang sering sulit untuk membedakan antara penyu laut jantan


dan betina karena mereka memiliki ukuran tubuh yang sama. Bagaimana
Anda bisa mengidentifikasi mereka adalah bahwa penyu jantan memiliki ekor
panjang di mana organ reproduksi mereka berada.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

a. Klasifikasi Ilmiah
Klasifikasi secara ilmiah penyu hijau adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Sub Kingdom : Metazoa
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata
Class : Reptilia
Sub Class : Anapsida
Ordo : Testudinata
Sub Ordo : Cryptodira
Family : Cheloniidae
Spesies : Chelonia mydas
Nama lokal : Penyu hijau

B. MORFOLOGI

Secara morfologi, penyu mempunyai keunikan-keunikan tersendiri

dibandingkan hewan-hewan lainnya. Tubuh penyu terbungkus oleh


5

tempurung atau karapas keras yang berbentuk pipih serta dilapisi oleh zat

tanduk. karapas tersebut mempunyai fungsi sebagai pelindung alami dari

predator. Penutup pada bagian dada dan perut disebut dengan plastron. Ciri

khas penyu secara morfologis terletak pada terdapatnya sisik infra marginal

(sisik yang menghubungkan antara karapas, plastron dan terdapat alat gerak

berupa flipper. Flipper pada bagian depan berfungsi sebagai alat dayung dan

flipper pada bagian belakang befungsi sebagai alat kemudi. Pada penyu-

penyu yang ada di Indonesia mempunyai ciri-ciri khusus yang dapat

dilihat dari warna tubuh, bentuk karapas, serta jumlah dan posisi sisik pada

badan dan kepala penyu. Penyu mempunyai alat pecernaan luar yang keras,

untuk mempermudah menghancurkan, memotong dan mengunyah makanan.

- Leher yang berlipat

Penyu sisik laut dapat menarik leher mereka ke dalam tempurungnya

(the Cryptodira, yang dapat menarik leher mereka dan melipatnya dibawah

spine-nya; dan Pleurodira, yang dapat melipat leher mereka ke samping)

- Kepala

Penyu sisik memiliki kelenjar dekat matanya yang menghasilkan air

mata bergaram yang berfungsi untuk membuang garam berlebih dari

tubuhnya yang diambil dari air yang mereka minum.


6

penyu sisik memiliki keistimewaan berupa kemampuan penglihatan

malam hari yang hebat yang disebabkan oleh sejumlah besar sel batang

pada retina mereka. penyu memiliki penglihatan warna dengan kekayaan

subtipe cone dengan sensitivitas antara hampir Ultraviolet (UV A) hingga

Merah.

Penyu sisik memiliki sebuah mulut lebar yang kokoh. Penyu sisik

menggunakan rahangnya untuk memotong dan mengunyah makanan.

Sebagai pengganti gigi, rahang atas dan bawah pada penyu sisik dilapisi oleh

deretan tulang yang keras. Penyu sisik menggunakan lidahnya untuk

membantu mengunyah makanan, tapi mereka tidak dapat, tidak seperti

kebanyakan reptil, menjulurkan lidahnya untuk menangkap makanan.

- Tempurung

Tempurung penyu sisik bagian atas disebut carapace. Tempurung

bagian bawah yang membalutnya disebut plastron. Carapace dan plastron

tersambung pada sisi-sisi penyu sisik oleh strukur tulang yang disebut

bridges. Lapisan bagian dalam pada penyu sisik terbuat dari sekitar 60 tulang

yang meliputi porsi tulang belakang dan rusuk, yang berarti bahwa penyu

sisik tidak dapat merangkak keluar dari tempurungnya. Pada penyu sisik,

lapisan luar tempurung dilapisi oleh sisik-sisik keras yang disebut scute yang

merupakan bagian dari kulit luarnya, atau epidermis. Scute terbuat dari

protein berserat yang disebut keratin yang juga membentuk sisik pada reptil

lainnya. Scute ini tumbuh melebihi lapisan-lapisan antara tulang-tulang


7

tempurung dan menambah kekuatan tempurung. penyu sisik tidak memiliki

scute yang keras.

- Kulit dan pergantian kulit

Seperti yang telah dijelaskan di atas, lapisan luar tempurung adalah

bagian dari kulit, masing-masing scute (atau piring) pada tempurung

merupakan sebuah sisik yang termodifikasi. Tempurung tersebut terdiri dari

kulit dengan sisik-sisik yang lebih kecil, sama seperti kulit reptil lainnya.

Penyu sisik tidak berganti kulit dalam satu kali proses, seperti yang dilakukan

oleh ular, tapi secara berlanjut, dalam potongan-potongan yang kecil

(terkadang terlihat seperti potongan plastik tipis).

- Anggota badan

Penyu sisik dan memiliki kaki berbentuk dayung (flipper) sebagai

pengganti kaki. Penyu terbang dalam air, menggunakan gerakan naik-turun

pada kaki dayung depan untuk menciptakan gaya dorong; kaki belakang

tidak digunakan untuk berenang tapi mungkin digunakan untuk penyeimbang.

Penyu jantan biasanya tidak pernah meninggalkan lautan, sedangkan betina

harus naik ke daratan untuk menetaskan telur.

Mereka bergerak sangat lamban, menyeret badan mereka dengan

kaki dayungnya. Kaki dayung belakang mereka digunakan untuk menggali

lubang telur dan mengisinya kembali dengan pasir ketika telur-telurnya sudah

ditetaskan.
8

BAB III
PEMBAHASAN

A. Evolusi Penyu
9

Penyu laut merupakan hewan reptilia yang langka. Penyu laut saat ini
telah menjadi hewan yang sangat dilindungi karena jumlahnya di muka bumi
ini yang hampir punah. Kehidupan penyu lautpun sampai saat ini masih
menjadi sebuah misteri. Seiring dengan perkembangan peradaban manusia,
perlahan-lahan kehidupan penyu laut pun mulai diketahui. Para ilmuwan dan
peneliti meyakini bahwa penyu laut merupakan hewan purba yang telah ada
sejak zaman dinosaurus. Hal ini diperkuat dengan ditemukannya fosil-fosil
hewan purba yang menyerupai bentuk penyu di beberapa negara.
Penyu diperkirakan telah hidup sejak zaman Triassic (250 210 tahun
yang lalu). Zaman Triassic ini merupakan zaman dimana Dinosaurus dan
reptilia laut mulai muncul dan reptilia yang menyerupai mamalia pemakan
daging yang disebut Cynodont mulai berkembang. Mamalia pertama pun
mulai muncul pada zaman ini. Benua Pangea bergerak ke Utara dan gurun.
mulai terbentuk. Lembaran es di bagian selatan mencair dan celah-celah
mulai terbentuk di Pange.
Penyu yang diperkirakan hidup pada zaman Triasic merupakan jenis
hewan darat seperti kura-kura. Penyu yang ada pada zaman itu diduga
merupakan nenek moyang penyu laut, dimana penyu tersebut merupakan
transisi antar penyu primitive dan penyu perenang.
Dari hasil penemuan sebuah fosil hewan purba yang menyerupai penyu,
diduga penyu mulai menjalani kehidupan hampir sepenuhnya di air sejak 180
160 juta tahun yang lalu. Dimana, pada saat itu diperkirakan telah
memasuki zaman Jurassic yaitu zaman setelah zaman Triassic. Penyu mulai
menghabiskan hidupnya hampir sepenuhnya di laut diperkirakan karena pada
zaman Jurassic ini banyak Dinosaurus tumbuh dalam ukuran yang luar biasa
dan Dinosaurus sepenuhnya mengusai muka bumi. Selain itu, diduga juga
karena pakan di darat mulai sulit di dapat dan pada saat itu dan bentuk
Pangea sudah terpecah sehingga pada saat zaman itu sudah terdapat
danau-danau dan lautan purba yang luas.
10

Seiring dengan berjalannya waktu, perubahan dari zaman ke zaman


menyebabkan penyu menjadi hewan laut yang seperti kita kenal sekarang.
Jenis-jenis penyu perlahan-lahan mulai berkurang jumlahnya. Hal ini diduga
diakibatkan karena perubahan kondisi alam yang terkadang tidak mendukung
kehidupan penyu dan perburuan predator air yang semakin ganas, sehingga
penyu yang berukuran besar sering dijadikan mangsa. Beberapa penyu
diduga mengalami evolusi dan menghasilkan penyu laut yang ada seperti
sekarang ini.
Penyu laut seperti hewan purba lainnya diduga mengalami seleksi alam
secara perlahan. Pada jaman dahulu diperkirakan ada banyak jenis penyu
laut yang hidup. Tapi, karena adanya banyak perubahan yang terjadi di muka
bumi ini, keberadaan penyu lautpun secara perlahan mulai berkurang dan
mengalami kepunahan akibat dari seleksi alam. Beberapa jenis penyu laut
yang masih hidup sampai saat ini diperkirakan merupakan jenis penyu laut
yang telah mengalami evolusi dan mampu bertahan hidup melewati seleksi
alam.

B. Perenangan (swim) dan daya apung (buoyancy )

Penyu Belimbing memiliki kemampuan selam yang unik. Mereka


dengan rutin menyelam hingga kedalaman ratusan meter dan diketahui
hingga mencapai 1250 meter. Penyu Belimbing diduga menempuh
kedalaman untuk menghindari predator, mencari mangsa dan menghindari
panas di kawasan tropis. Namun, kemampuan mereka dalam mengatur daya
apung / buoyancy (baca: 'boyansi') masih dipertanyakan.

Sabrina Fossette dari Swansea University menjelaskan bahwa tidak


ada orang mengetahui sebelumnya bagaimana penyu menyelam: Apakah
mereka berenang/mengayuh langsung ke kedalaman, ataukah mereka
menurunkan daya apung mereka dan turun layaknya batu?. Penasaran akan
11

cara penyu Belimbing turun ke kedalaman, Rory Wilson dan kolaborator riset,
Molly Lutcavage, mencoba menempatkan data logger (alat perekam kondisi
lingkungan) pada penyu Belimbing betina saat mereka merapat untuk
bertelur di St Croix, kepulauan US Virgin. Mereka menemkan bahwa penyu
Belimbing megatur daya apung dengan menyesuaikan jumlah udara yang
mereka ambil sesaat sebelum turun ke bawah.

Penemuan mereka diterbitkan di Journal of Experimental Biology, 12


November 2010 lalu. " Sangat mengagumkan ketika anda melihat penyu
Belimbing keluar dari air, bagaikan dinosaurus," ujar Fossette, sesaat pulang
dari mengumpulkan data di Samudera Hindia. Fossette, Andy Myers, Nikolai
Lebssch dan Steve Gardner menempelkan akselerometer pada lima betina
saat mereka lepaskan telur. 8-12 hari kemudian untuk penyu-penyu kembali
kepantai lagi untuk melepaskan telur lagi dan kembali ke laut dan saat itulah
akselerometer di ambil kembali. Mereka menemukan bahwa hanya dua data
dari lima rekaman akselerometer yang bisa diolah. Dari alat perekam data
yang berfungsi didapatkan catatan 81 selaman dan setelah dianalisa tim,
kedalaman tercatat mulai 64 meter hingga 462 meter.

Kembali di Universitas Swansea, tim riset menganalisa data


temperatur dan tekanan air laut serta akselerasi saat renang yang dicatat
oleh logger. Fossette menjelaskan bahwa saat di kedalaman penyu
Belimbing juga berenang dan untuk pertamakalinya aktifitas lokomotor penyu
saat selam dalam bisa tercatat.

Dari data akselerasi, gerakan penyu Belimbing saat menyelam ke


kedalaman menukik dengan sudut rata-rata 41 derajat. Dalam awalan
renang-nya, kayuhan lengan sirip penyu bisa membawa penyu melaju
selama 3 detik. Namun ketika mereka turun semakin dalam lagi, tenaga
kayuhan mereka berkurang hingga tidak berenang sama sekali sesaat daya
12

apung mereka negatif dalam kedalaman maksimum yang mereka capai. Tim
riset menemukan bahwa penyelam terdalam memiliki daya apung yang juga
lebih lama juga dan cenderung memulai meluncur (gliding) ketika memasuki
kawasan paling dalam. Tim riset menduga bawha penyu mengatur daya
apung mereka sebelum turun menyelam dengan mengeatur jumlah udara
yang mereka ambil di permukaan. Fossette juga mengatakan bahwa dari
80% dari selaman penyu penetas ke dasar, merekacenderung meluncur
ketimbang berenang, yang diduga untuk menyimpan energi yang juga
penting untuk produksi telur.

Tim riset saat ini tertarik untuk melihat pola selam Penyu Belimbing di
kawasan ruaya mereka di laut Atlantik Utara. Fossette menerangkan juga
bahwa telur penetas kehilangan berat badan, sedang kan penyu peruaya
cenderung menambah berat badan dari makan; dan dua hal ini
mempengaruhi daya apung dan prilaku selam masing-masing penyu. Namun,
untuk penyu peruaya, penempelan logger (tagging) pada penyu seberat 400
kilogram dilakukan langsung di laut lepas, tidak bisa di pantai sebagaimana
pada penyu penetas, dan itu satu tantangan teknis terbesar dalam penelitian
mereka.

C. FISIOLOGI DAN REPRODUKSI

Penyu dalam perkembangbiakannya termasuk binatang ovipar,


pembuahan telur berlangsung dalam tubuh induk. Janin yang terkandung di
dalam telur yang dikeluarkan induk penyu sepenuhnya berkembang di luar
tubuh. Habitat penyu di dasar laut sesuai dengan kemampuannya berjalan
jauh. Umumnya penyu mencari makan di daerah dingin dan bertelur di
daerah hangat (Nuitja, 1992). Pada saat kawin penyu jantan berada di atas
penyu betina dengan cara mencengkeram bahu penyu betina dan dibantu
13

oleh kuku kepas depan. Penyu yang mempunyai bekas cengkeraman di


bahunya dipastikan mempunyai telur.

Setelah masa perkawinan penyu jantan kembali di laut sedang penyu


betina menuju pantai untuk bertelur. Penyu betina menggali pasir di pantai
dengan sepasang tungkai belakangnya untuk membuat lubang sarang telur.
Telur disimpan dalam lubang dan ditutup dengan rapi hingga menetas
dengan sendirinya. Setelah menyimpan telurnya, penyu betina kembali ke
laut. Kurang lebih 7 minggu masa inkubasi telur kemudian menetas dan
menjadi tukik (anak penyu). Tukik-tukik ini menuju habitatnya di laut
mengikuti alunan ombak hingga menjadi penyu dewasa. Penyu dewasa ini
(penyu betina) akan menuju pantai lagi setelah berpijah dengan penyu
jantan, begitu seterusnya. Dari ratusan butir telur yang dikeluarkan oleh
seekor penyu betina, paling banyak hanya belasan tukik (bayi penyu) yang
berhasil sampai ke laut kembali dan tumbuh dewasa. Itu pun tidak
memperhitungkan faktor perburuan oleh manusia dan pemangsa alaminya
seperti kepiting, burung dan tikus di pantai, serta ikan-ikan besar begitu tukik
tersebut menyentuh perairan dalam.

Tukik mempunyai kemampuan terhadap sinar dan reaksi Bumi untuk


keluar. Sebelum keluar, tukik berada 3-7 hari di dalam sarang dgn
mengkonsumsi kuning telur yangg tersisa. Tukik keluar dengan menggaruk-
garuk langit-langit sarang hingga ambles dan keluar dgn saling menindih.
Setelah di pantai, tukik menuju laut dengan bantuan hempasan gelombang.
Selanjutnya tukik berkembang jadi penyu muda hingga penyu dewasa.

Musim kawin dimulai sekitar musim semi atau musim panas, tergantung
pada jenis sub-populasi, dan berlangsung sampai November. Setelah kawin,
betina merangkak ke pantai, dan membuat lubang sarang dengan
menggunakan sirip nya. Salah satu fakta penyu sisik adalah waktu yang lama
14

bersarang. Rata-rata, itu berlangsung selama 6 bulan, di mana perempuan


meletakkan 1-6 kopling. Untuk reptil ini, jumlah telur dalam satu sarang
sekitar 122-140.

D. HABITAT DAN DISTRIBUSI

Habitatnya penyu sisik di Laut tropik dekat terumbu karang. Spesies ini

memiliki distribusi di seluruh dunia, di sepanjang garis pantai Atlantik dan

Indo-Pasifik. Sepanjang sejarah penelitian, mereka dikenal sebagai reptil

yang gemar menghuni pantai terbuka yang berbatu dan penuh terumbu

karang. Namun sebuah penelitian terbaru telah mengungkapkan populasi

penyu tersebut ditemukan hidup di hutan bakau di perairan muara, di wilayah

Pasifik timur.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15

Penyu adalah kura-kura laut. Penyu ditemukan di semua samudra di

dunia. Menurut data para ilmuwan, penyu sudah ada sejak akhir zaman Jura

(145 - 208 juta tahun yang lalu) atau seusia dengan dinosaurus. Pada masa

itu Archelon, yang berukuran panjang badan enam meter, dan Cimochelys

telah berenang di laut purba seperti penyu masa kini.

Habitatnya penyu sisik di Laut tropik dekat terumbu karang.

Spesies ini memiliki distribusi di seluruh dunia, di sepanjang garis pantai

Atlantik dan Indo-Pasifik. Sepanjang sejarah penelitian, mereka dikenal

sebagai reptil yang gemar menghuni pantai terbuka yang berbatu dan penuh

terumbu karang. Namun sebuah penelitian terbaru telah mengungkapkan

populasi penyu tersebut ditemukan hidup di hutan bakau di perairan muara,

di wilayah Pasifik timur.

Anda mungkin juga menyukai