Anda di halaman 1dari 16

EKOLOGI PERAIRAN (KPK 14228)

“Ekosistem Mangrove”

Dosen Pengampu :
Dr. Suwondo, M.Si
Dra. Yuslim Fauziah, M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok 1 (5B)
Desi Nofriyanni 1805124378
Kenny Indah Lestari 1805110998
Kukuh Dinda Setiarani 1805110875
Nurulia Ainun Nisa 1705111037
Rita Febrina 1805110794
Winda 1805111030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Dengan
pertolongan-Nya kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga tetap tercurah kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Ekologi Perairan
dengan judul “Ekosistem Mangrove”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, agar
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Dan apabila
terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada Dosen Ekologi Perairan yang telah membimbing kami dalam menulis
makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Pekanbaru, 20 Februari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................1
PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
BAB II...........................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................3
2.1 Pengertian Ekosistem Mangrove.........................................................................3
2.2 Karakteristik Ekosistem Mangrove......................................................................3
2.3 Pembagian Zonasi Ekosistem Mangrove.............................................................5
2.4 Sumber Daya Ekosistem Mangrove.....................................................................8
2.5 Habitat dan Distribusi Ekosistem Mangrove.......................................................8
2.6 Jenis – Jenis Tanaman Mangrove......................................................................10
2.7 Fungsi dan Manfaat Ekosistem Mangrove........................................................11
2.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Ekosistem Mangrove..............13
BAB III........................................................................................................................15
PENUTUP...................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan........................................................................................................15
3.2 Saran..................................................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik
tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan
juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan
hidup yang saling memengaruhi. Ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit
biosistem yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme dan lingkungan fisik
sehingga aliran energi menuju kepada suatu struktur biotik tertentu dan terjadi suatu
siklus materi antara organisme dan anorganisme. Matahari sebagai sumber dari semua
energi yang ada.
Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan
lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan
fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup.
Pengertian ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: “organisme, khususnya
mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem
kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk kehidupan”. Hal ini mengarah pada
kenyataan bahwa kandungan kimia atmosfer dan bumi sangat terkendali dan sangat
berbeda dengan planet lain dalam tata surya.
Hutan bakau atau disebut juga hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di atas
rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh pasang-surut
air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana terjadi pelumpuran dan
akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang terlindung dari gempuran ombak,
maupun di sekitar muara sungai di mana air melambat dan mengendapkan lumpur yang
dibawanya dari hulu.
Ekosistem hutan bakau bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran yang
mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta mengalami
daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis tumbuhan yang
bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini kebanyakan bersifat khas hutan
bakau karena telah melewati proses adaptasi dan evolusi.

1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian ekosistem mangrove
1.2.2 Apa saja karakteristik ekosistem mangrove ?
1.2.3 Bagaimana pembagian zonasi ekosistem mangrove ?
1.2.4 Apa saja sumber daya ekosistem mangrove ?
1.2.5 Bagaimana habitat dan distribusi ekosistem mangrove ?
1.2.6 Apa saja jenis-jenis tanaman mangrove ?
1.2.7 Apa fungsi dan manfaat ekosistem mangrove ?
1.2.8 Apa saja faktor yang memengaruhi kerusakan mangrove ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian ekosistem mangrove
1.3.2 Untuk mengetahui karakteristik ekosistem mangrove
1.3.3 Untuk mengetahui pembagian zonasi ekosistem mangrove
1.3.4 Untuk mengetahui sumber daya ekosistem mangrove
1.3.5 Untuk mengetahui habitat dan distribusi ekosistem mangrove
1.3.6 Untuk mengetahui jenis-jenis tanaman mangrove
1.3.7 Untuk mengetahui fungsi dan manfaat ekosistem mangrove
1.3.8 Untuk mengetahui faktor yang memengaruhi kerusakan mangrove

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekosistem Mangrove


Kata mangrove merupakan kombinasi antara kata mangue (bahasa Portugis) yang
berarti tumbuhan dan grove (bahasa Inggris) yang berarti belukar atau hutan kecil (Arief,
2003). Menurut Steenis (1978) dalam Rahmawaty (2006) mangrove adalah vegetasi hutan
yang tumbuh diantara garis pasang surut. Sementara menurut Nybakken (1992) dalam
Rochana (2010) bahwa hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk
menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa
spesies pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk
tumbuh pada perairan asin.
Ezwardi (2009) menyatakan bahwa hutan mangrove disebut sebagai hutan payau atau
bakau. Hutan mangrove ini dianggap sebagai salah satu ekosistem yang khas, menempati
habitat pada garis pantai daerah tropis.
Hutan bakau merupakan ekosistem peralihan antara darat dan laut ataupun dengan
perairan sekitar muara sungai. Oleh karena itu ekosistem ini dipengaruhi oleh pasang surut air
laut. Mangrove diartikan sebagai kelompok tumbuhan yang terdiri dari berbagai jenis dari
suku yang berbeda, tetapi mempunyai persamaan kemampuan penyesuaian diri yang sama
terhadap habitat yang dipengaruhi oleh pasang surut. Di Indonesia mangrove sering
diidentikan dengan salah satu jenis vegetasinya yaitu bakau, sehingga orang lebih mengenal
ekosistem ini dengan ekosistem/hutan bakau. Walaupun dipengaruhi oleh pasang surut air
laut, vegetasi mangrove bukan merupakan vegetasi yang membutuhkan kadar garam tinggi,
namun vegetasi mangrove merupakan vegetasi yang tahan terhadap kadar garam tinggi

2.2 Karakteristik Ekosistem Mangrove.


Berikut ini merupakan karakteristik dari hutan mangrove atau hutan bakau:
1. Sebagian besar hanya terdiri dari satu jenis pohon, yakni pohon bakau.
Salah satu ciri khas dan yang melahirkan istilah hutan mangrove atau hutan bakau ini adalah
karena sebagian besar terdiri atas pohon bakau atau pohon mangrove. Saking banyaknya
pohon bakau atau mangrove inilah maka hutan ini dinamakan dengan hutan mangrove.
2. Mempunyai akar pohon yang tidak beraturan (pneumatofora)
Ciri khas lainnya yang dimiliki oleh hutan mangrove adalah adanya akar- akar tanaman
mangrove atau bakau yang mencuat ke atas. Maka dari itu ketika kita memasuki wilayah
hutan mangrove ini kita akan melihat banyak sekali akar- akar pohon yang mencuat ke
permukaan air yang menggenangi hutan tersebut.
3. Memiliki biji yang bersifat vivipar ataupun dapat berkecambah di pohonnya.
Salah satu ciri khas selanjutnya yang dimiliki oleh hutan mangrove adalah memiliki biji yang
bersifat vivipar. Biji yang demikian ini akan dapat memunculkan kecambah di pohon
mangrove iu sendiri.
4. Memiliki lentisel di bagian kulit pohon

3
Ciri khas yang dimiliki oleh hutan mangrove lainya adalah hutan tersebut memiliki lentisel
yang ada di bagian kulit pohon magrove atau bakau.
5. Jenis pohon lain yang berada di dalam hutan sangat sedikit
Hutan mangrove merupakan hutan yang banyak ditumbuhi oleh pohon- pohon mangrove.
Selain pohon mangrove itu sendiri, hutan ini sangat memiliki sedikit sekali jenis tanaman
lainnya. Jika kita pergi kesana, sepanjang mata memandang mungkin kita hanya bisa melihat
pohon mangrove dalam jumlah yang banyak. Dan selain pohon mangrove ini kita akan sangat
jarang menemukan spesies pohon lainnya di hutan tersebut.
6. Mempunyai tanah yang berlumpur atau berlempung.
Dilihat sevara fisik, ciri khas yang menandakan hutan mangrove adalah dikelilini oleh tanah
yang berlumpur. Hal ini mungkin disebabkan karena tananhya selalu basah akibat adanya air
yang menggenagi daerarah hutan tersebut. Akibatnya akan banyak menimbulkan tanah
berlumpur, tanah berlempung, ataupun tanah berpasir. Namun yang perlu diingit
bahwasannya tanah ini merupakan tanah yang sangat lembab karena tergenangi oleh air.
7. Lahan hutan ini selalu digenangi oleh air
Hutan bakau mempunyai salah satu fungsi dalam menghalau ombak yang datang dari lautan.
Itulah sebabnya mengapa hutan mangrove ini berada dipesisir pantai. Selain di pesisir pantai,
hutan in juga biasanya terdapat di daerah rawa- rawa ataupun daerah yang memiliki banyak
air payau. Hutan bakau atau mangrove memang mempunyai ciri khas yakni hidup di tanah
perairan. Itulah sebabnya lahan hutan ini selalu berbentuk genangan air. Air yang
menggenangi hutan inipun terkadang berbeda- beda. Ada air laut maupun  air payau (yakni
campuran antara air laut dan air tawar).
8. Adanya air payau yang mempunyai salinitas antara 2 – 22 ppm (1 ppm sama
seperti 0,05%)
Salah satu yang dimiliki oleh hutan mangrove atau hutan bakau adalah adanya air payau yang
mempunyai salinitas antara 2 hingga 22 ppm. Sainitas sendiri merupakan tingkat keasinan
atau kadar garam yang larut di dalam air. Selain kadar di air, salinitas juga dapat dikatakan
sebagai kandungan atau kadar garam yang ada di dalam tanah. Air payau memang tergolong
air yang memiliki tingkat salinitas lebih besar dari 0,05%.
9. Mendapatkan cukup pasokan air tawar yang berasal dari darat
Hutan mangrove atau hutan bakau ini merupakan salah satu hutan yang tidak hanya memiliki
banyak persediaan air laut. Meskipun letaknya yang berada di pesisir pantai, namun hutan
bakau tidak akan kehabisan persediaan air tawar dari daratan. air tawar yang berasal dari
darat ini mempunyai fungsi untuk menurunkan salinitas dan juga menambah pasokan unsur
hara dan juga pasokan lumpur di lahan hutan tersebut. Karena adanya air tawar yang bertemu
dengan air laut, maka hutan mangrove atau hutan bakau ini mempunyai banyak juga
persediaan air payau.

2.3 Pembagian Zonasi Ekosistem Mangrove


Secara sederhana, mangrove umumnya tumbuh dalam 4 zona, yaitu pada daerah terbuka,
daerah tengah, daerah yang memiliki sungai berair payau sampai hampir tawar, serta daerah
ke arah daratan yang memiliki air tawar.
 a) Mangrove terbuka

4
Mangrove berada pada bagian yang berhadapan dengan laut.  Samingan (1980) menemukan
bahwa di Karang Agung, Sumatera Selatan, di zona ini didominasi oleh Sonneratia alba yang
tumbuh pada areal yang betul-betul dipengaruhi oleh air laut. Van Steenis (1958) melaporkan
bahwa S. alba dan A. alba merupakan jenis-jenis ko-dominan pada areal pantai yang sangat
tergenang ini. Komiyama, dkk (1988) menemukan bahwa di Halmahera, Maluku, di zona ini
didominasi oleh S. alba. Komposisi floristik dari komunitas di zona terbuka sangat
bergantung pada substratnya. S. alba cenderung untuk mendominasi daerah berpasir,
sementara Avicennia marina dan Rhizophora mucronata cenderung untuk mendominasi
daerah yang lebih berlumpur (Van Steenis, 1958).  Meskipun demikian, Sonneratia akan
berasosiasi dengan Avicennia jika tanah lumpurnya kaya akan bahan organik (Kantor
Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1993).
 b) Mangrove tengah
Mangrove di zona ini terletak dibelakang mangrove zona terbuka.  Di zona ini biasanya
didominasi oleh jenis Rhizophora.  Namun, Samingan (1980) menemukan di Karang Agung
didominasi oleh Bruguiera cylindrica.  Jenis-jenis penting lainnya yang ditemukan di Karang
Agung adalah B. eriopetala, B. gymnorrhiza, Excoecaria agallocha, R. mucronata,
Xylocarpus granatum dan X. moluccensis.
 c) Mangrove payau
Mangrove berada disepanjang sungai berair payau hingga hampir tawar.  Di zona ini biasanya
didominasi oleh komunitas Nypa atau Sonneratia.  Di Karang Agung, komunitas N. fruticans
terdapat pada jalur yang sempit di sepanjang sebagian besar sungai.  Di jalur-jalur tersebut
sering sekali ditemukan tegakan N.fruticans yang bersambung dengan vegetasi yang terdiri
dari Cerbera sp, Gluta renghas, Stenochlaena palustris dan Xylocarpus granatum.  Ke arah
pantai, campuran komunitas Sonneratia - Nypa lebih sering ditemukan.  Di sebagian besar
daerah lainnya, seperti di Pulau Kaget dan Pulau Kembang di mulut Sungai Barito di
Kalimantan Selatan atau di mulut Sungai Singkil di Aceh, Sonneratia caseolaris lebih
dominan terutama di bagian estuari yang berair hampir tawar (Giesen & van Balen, 1991).
 d) Mangrove daratan
Mangrove berada di zona perairan payau  atau hampir tawar di belakang jalur hijau mangrove
yang sebenarnya.  Jenis-jenis yang umum ditemukan pada zona ini termasuk Ficus
microcarpus (F. retusa), Intsia bijuga, N. fruticans, Lumnitzera racemosa, Pandanus sp. dan
Xylocarpus moluccensis (Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup, 1993). Zona ini
memiliki kekayaan jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan zona lainnya.
Pembagian Zonasi Menurut Para Ahli
A. Menurut Bengen (1999)
1. Daerah paling dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir, sering ditumbuhi
Avicennia sp. Biasanya berasosiasi dengan Sonneratia yang bisa tumbuh pada lumpur
dalam yang kaya bahan organik.
2. Lebih ke arah darat, umumnya didominasi Rhizopora. Selain itu juga dijumpai
Bruguiera dan Xylocarpus.
3. Zonasi yang didominasi oleh Bruguiera.
4. Zona transisi antara mangrove dengan hutan dataran rendah yang biasanya ditumbuhi
oleh Nypa fruticans dan pandan laut (Pandanus sp.) 
B. Menurut Noor et al. (2006)

5
1. Areal yang selalu digenangi air walaupun saat pasang terendah (Avicennia dan
Sonneratia)
2. Areal yang digenangi oleh pasang sedang. Dominasi Rhizopora.
3. Areal yang digenangi hanya pada saat pasang tinggi, areal ini lebih ke daratan.
Umumnya didominasi oleh Bruguiera dan Xylocarpus.
4. Areal yang digenangi hanya pada saat pasang tertinggi (hanya beberapa hari dalam
sebulan). Didominasi B. sexangula dan L. littorea.
C. Berdasarkan Perbedaan Penggenangan dan Salinitas
1. Zona Garis Pantai
 Berhadapan langsung dengan laut.
 Lebar zona ini sekitar 10-75 meter dari garis pantai
 Biasanya ditemukan jenis Rhizophora stylosa, R. mucronata, Avicennia
marina dan Sonneratia alba
2. Zona tengah
 Kawasan yang terletak di belakang zona garis pantai dan memiliki lumpur liat
 Biasanya ditemukan jenis Rhizophora apiculata, Avicennia officinalis,
Bruguiera cylindrica, B. gymnorrhiza, B. parviflora, B.sexangula, Ceriops
tagal, Aegiceras corniculatum, Sonneratia caseolaris dan Lumnitzera littorea.
3. Zonasi Belakang
 Kawasan yang berbatasan dengan hutan darat.
 Jenis tumbuhan yang biasanya muncul antara lain Achantus ebracteatus, A.
ilicifolius, Acrostichum aureum, A. speciosum. Jenis mangrove yang tumbuh
adalah Heritiera littolaris, Xylocarpus granatum, Excoecaria agalocha, Nypa
fruticans, Derris trifolia, Osbornea octodonta dan beberapa jenis tumbuhan
yang biasa berasosiasi dengan mangrove antara lain Baringtonia asiatica,
Cerbera manghas, Hibiscus tiliaceus, Ipomea pes-caprae, Melastoma
candidum, Pandanus tectorius, Pongamia pinnata, Scaevola taccada dan
Thespesia populnea
D. Berdasarkan Vegetasi Dominan
1. Zona Avicennia
 Terletak paling luar & berhadapan langsung dengan laut
 Memiliki substrat lumpur lembek dan kadar salinitas tinggi
 Zona pioneer karena jenis tumbuhan yang ada memilliki perakaran yang kuat
untuk menahan pukulan gelombang, serta mampu membantu dalam proses
penimbunan sedimen.
2. Zona Rhizophora
 Terletak di belakang zona Avicennia
 Substratnya masih berupa lumpur lunak, namun kadar salinitasnya agak
rendah
 Mangrove pada zona ini masih tergenang pada saat air pasang.
3. Zona Bruguiera
 Terletak di balakang zona Rhizophora dan memiliki substrat tanah berlumpur
keras.

6
Zona ini hanya terendam pada saat air pasang tertinggi atau 2 kali dalam
sebulan.
4. Zona Nypa
 Terletak di daerah paling belakang
 Berbatasan dengan daratan

2.4 Sumber Daya Ekosistem Mangrove


1. Satu atau lebih spesies tumbuhan yg hidupnya terbatas di Mangrove
2. Spesies tumbuhan yang hidup di Mangrove dan juga dpt hidup di non mangrove
3. Biota yg berasosiasi dengan Mangrove (biota darat dan laut, lumut kerak, jamur,
ganggang, bakteri dll ).
4. Proses-proses alamiah yang berperan dlm mempertahankan ekosistem baik yg berada
di daerah bervegetasi maupun yg di luar.
5. Daratan terbuka/hamparan lumpur yg berada antara batas hutan sebenarnya dengan
laut.

2.5 Habitat dan Distribusi Ekosistem Mangrove


Kondisi fisik
Vegetasi mangrove secara khas memperlihatkan adanya pola zonasi. Beberapa ahli
(seperti Chapman, 1977 & Bunt & Williams, 1981) menyatakan bahwa hal tersebut berkaitan
erat dengan tipe tanah (lumpur, pasir atau gambut), keterbukaan (terhadap hempasan
gelombang), salinitas serta pengaruh pasang surut.
Sebagian besar jenis-jenis mangrove tumbuh dengan baik pada tanah berlumpur,
terutama di daerah dimana endapan lumpur terakumulasi (Chapman, 1977). Di Indonesia,
substrat berlumpur ini sangat baik untuk tegakan Rhizophora mucronata and Avicennia
marina (Kint, 1934). Jenis-jenis lain seperti Rhizopora stylosa tumbuh dengan baik pada
substrat berpasir, bahkan pada pulau karang yang memiliki substrat berupa pecahan karang,
kerang dan bagian-bagian dari Halimeda (Ding Hou, 1958). Kint (1934) melaporkan bahwa
di Indonesia, R. stylosa dan Sonneratia alba tumbuh pada pantai yang berpasir, atau bahkan
pada pantai berbatu.
Kondisi salinitas sangat mempengaruhi komposisi mangrove. Berbagai jenis
mangrove mengatasi kadar salinitas dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa diantaranya
secara selektif mampu menghindari penyerapan garam dari media tumbuhnya, sementara
beberapa jenis yang lainnya mampu mengeluarkan garam dari kelenjar khusus pada daunnya.
Avicennia merupakan marga yang memiliki kemampuan toleransi terhadap kisaran
salinitas yang luas dibandingkan dengan marga lainnya. A. marina mampu tumbuh dengan
baik pada salinitas yang mendekati tawar sampai dengan 90 o/oo (MacNae, 1966;1968). Pada
salinitas ekstrim, pohon tumbuh kerdil dan kemampuan menghasilkan buah hilang. Jenis-
jenis Sonneratia umumnya ditemui hidup di daerah dengan salinitas tanah mendekati salinitas
air laut, kecuali S. caseolaris yang tumbuh pada salinitas kurang dari 10 o/oo. Beberapa jenis
lain juga dapat tumbuh pada salinitas tinggi seperti Aegiceras corniculatum pada salinitas 20
– 40 o/oo, Rhizopora mucronata dan R. Stylosa pada salinitas 55 o/oo, Ceriops tagal pada
salinitas 60 o/oo dan pada kondisi ekstrim ini tumbuh kerdil, bahkan Lumnitzera racemosa
dapat tumbuh sampai salinitas 90 o/oo (Chapman, 1976a). Jenis-jenis Bruguiera umumnya

7
tumbuh pada daerah dengan salinitas di bawah 25 o /oo. MacNae (1968) menyebutkan bahwa
kadar salinitas optimum untuk B. parviflora adalah 20 o/oo, sementara B. gymnorrhiza adalah
10 – 25 o/oo.
Zona vegetasi mangrove nampaknya berkaitan erat dengan pasang surut.. Di
Indonesia, areal yang selalu digenangi walaupun pada saat pasang rendah umumnya
didominasi oleh Avicennia alba atau Sonneratia alba. Areal yang digenangi oleh pasang
sedang didominasi oleh jenis-jenis Rhizophora. Adapun areal yang digenangi hanya pada saat
pasang tinggi, yang mana areal ini lebih ke daratan, umumnya didominasi oleh jenisjenis
Bruguiera dan Xylocarpus granatum, sedangkan areal yang digenangi hanya pada saat
pasang tertinggi (hanya beberapa hari dalam sebulan) umumnya didominasi oleh Bruguiera
sexangula dan Lumnitzera littorea.
Distribusi Mangrove
Penyebaran hutan mangrove di dunia secara umum terdapat di antara 35o LU di Asia
dan 35o LS di Afrika, Australia dan New Zealand. Di Asia Tenggara diantaranya terdapat di
Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina dan Indonesia, yakni pada daerah-daerah yang
mempunyai curah hujan yang tinggi (bukan musiman) (Supriharyono, 2002). Di Indonesia
sendiri hutan mangrove tumbuh hampir di seluruh propinsi dengan luasan yang berbeda,
terluas terdapat di Irian Jaya yakni 2.943.000 ha (Direktorat Bina Program Kehutanan, 1980;
Darsidi, 1984).
Noor et al. (1999) menyatakan bahwa luas hutan mangrove di seluruh dunia adalah
18,1 juta ha, 4,5 juta ha diantaranya berada di Indonesia. Disebutkan pula bahwa khusus
untuk di Indonesiadata luasan ini berbeda-beda dari satu sumber ke sumber lainnya.
Perbedaan data tersebut bahkan cukup mencolok antara 2,49 juta ha hingga 4,54 juta ha.

Gambar Peta Lokasi Penyebaran Mangrove Indonesia


Sumber : Noor, dkk (2006)

2.6 Jenis – Jenis Tanaman Mangrove


Secara floristik, jenis-jenis mangrove dapat dibagi ke dalam dua kelompok :
1. Kelompok Utama (Major Elements)
a. Hanya hidup dilingkungan mangrove
b. Berperan penting dalam struktur komunitasnmangrove dan mampu membentuk
tegakan murni
c. Memiliki morfologi spesifik sebagai adaptasi terhadap lingkungan
d. Secara fisiologis memiliki mekanisme untuk mengeluarkan garam dari tubuhnya

8
e. Relatif terisolasi secara taksonomi dari komunitas daratan,minimal pada level marga
(genus)
f. Contohnya Rizophora sp., Ceriops sp., Avicennia sp., Brigueira sp., Lumnitzera,
Nypa fruticans dan Sonneratia sp
2. Kelompok Tambahan (Minor Elements)
a. Jenis-jenis kelompok ini tidak dominan di dalam komunitas mangrove sehingga
kehadirannya tidak mencolok.
b. Kelompok ini banyak tumbuh di tepi atau batas luar habitat mengrove serta
Jjarang membentuk tegakan atau komunitas murni.
c. Contohnya : Acrostichum, Aegiceras, Excoecaria, Heritiera, Osbornia, Pemphis,
Scyphiphora, dan Xylocarpus
Sejauh ini di Indonesia tercatat setidaknya 202 jenis tumbuhan mangrove, meliputi 89
jenis pohon, 5 jenis palma, 19 jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis efipit, dan 1 jenis
paku. Dari 202 jenis tersebut, 43 jenis ditemukan sebagai mangrove sejati, sementara jenis
lain ditemukan disekitar mangrove dan dikenal sebagai mangrove ikutan (Noor dkk, 2006).
Yang termasuk mangrove sejati menurut Noor dkk (2006), meliputi : Acanthaceae;
Pteridaceae, Plumbaginaceae, Myrsinaceae, Laranthaceae, Avicenniaceae, Rhizophorzceae,
Bombacaceae, Euphorbiaceae, Asclepiadaceae, Sterculiaceae, Combretaceae, Arecaceae,
Nyrtaceae, Lythraceae, Rubiaceae, Sonneriatiaceae, Meliaceae. Sedangkan untuk mangrove
tiruan meliputi : Lecythidaceae, Guttiferae, Apocynaceae, Verbenaceae, Leguminosae,
Malvaceae, Convolvulaceae, Melastomataceae.
Dari sekian banyak jenis mangrove di Indonesia, jenis yang palng banyak di temukan
adalah Avicennia sp.,  Rhizophora sp., Bruguiera sp. dan Sonneratia sp. Jenis – jenis
mangrove ini merupakan kelompok mangrove yang menangkap, menahan endapan dan
menstabilkan atanah habitatnya (Irwanto, 2006).

2.7 Fungsi dan Manfaat Ekosistem Mangrove


. Fungsi
1) Fungsi Ekologi
Model ekosistem mangrove menurut Lugo & Snedaker (1974), yang
melukiskan komponen struktural dan fungsional penting dalam ekosistem mangrove
serta sumber utama energi luar dan tekanan-tekanan yang mempengaruhi sistem.
Model ini terdiri atas :
a) Dua kompartemen (bagian di atas tanah dan dalam tanah)
b) Dua sumber energi luar (matahari dan aliran permukaan dari hulu yang mencakup
juga curah hujan)
c) Lima proses mangrove (produktivitas primer, pernafasan di atas tanah, pernafasan
dalam lumpur, pendauran hara mineral, dan ekspor bahan organik ke estuaria atau ke
ekosistem lain yang sinambung)
d) Faktor-faktor tekanan yang potensial (kanalisasi, drainase, sedimentasi, angin topan,
herbisida, dan penambahan panas

2) Fungsi biologis mangrove adalah sebagai habitat benih ikan, udang, dan kepiting
untuk hidup dan mencari makan, sebagai sumber keanekaragaman biota akuatik dan

9
nonakuatik seperti burung, ular, kera, kelelawar, dan tanaman anggrek, serta sumber
plasma nutfah.

3) Fungsi ekonomis mangrove yaitu sebagai sumber bahan bakar (kayu, arang), bahan
bangunan (balok, papan), serta bahan tekstil, makanan, dan obat-obatan
Ruitenbeek (1992) dan Bann (1998) dalam Jati (2018) menyatakan bahwa
manfaat yang dapat dihasilkan dari ekosistem mangrove dibagi kedalam 4 domain
yaitu: (i) fungsi produksi yang berkelanjutan, (ii) fungsi pengatur lingkungan, (iii)
fungsi konversi, dan (iv) fungsi informasi. Klasifikasi manfaat dan fungsi ekosistem
mangrove ini, dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
Fungsi Produksi Berkelanjutan Fungsi Pembawa Dan Pengatur
Kayu bakar Pengendali erosi (pantai dan pinggir sungai)
Arang Penyerap dan penndaur ulang limbah
manusia dan polutan lainnya
Udang Tempat migrasi habitat
Tannin Tempat pemijahan dan pembibitan
Nipa Suplai unsur hara
Obat-obatan Regenerasi nutrient
Perburuan tradisional, penangkapan Melindungi dan memelihara terumbu karang
ikan dan pengumpulan produk
Sumberdaya genetic Tempat tinggal bagi masyarakat lokal
Tempat rekreasi

Fungsi Konversi Fungsi Informasi


Industri dan penggunaan lahan Informasi religius dan spiritual
Tambak Inspirasi artistik dan budaya
Usaha tani padi Informasi pendidikan, sejarah dan
pengembangan ilmu - pengetahuan
Perkebunan
Tempat rekreasi
Sumber : Ruitenbeek (1992) dan Bann (1998) dalam Jati (2018)
Manfaat dalam bidang perikanan
Lahan yg baik untuk usaha tambak ikan adalah lahan yg terletak di antara batas batas
surut terendah dan sedikit di bawah batas pasang tertinggi tahunan, sedangkan dasar tambak
sekitar 0,4 m dari batas bawah tertinggi pasang rata-rata tertinggi.
Manfaat lainnya
 Sebagai penyerap energi yg ditimbulkan badai, pelindung dan stabilisator
 garis pantai, tempat asimilasi bahan buangan, sebagai tempat utama
 perputaran nitrogen dan sulfur
 Sebagai pengikat lumpur dalam pembentukan lahan
 Sebagai habitat alami beberapa satwa liar dan merupakan daerah asuhan
 beberapa binatang akuatik
 sebagai lahan yg digunakan untuk berbagai kegiatan manusia

10
2.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kerusakan Ekosistem Mangrove
Faktor penyebab kerusakan ekosistem mangrove dapat disebabkan oleh faktor alami (biotik)
dan manusia (abiotik).
Faktor alami (biotik) :
1. Abrasi, Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus
laut yang bersifat merusak. gelombang besar yang terjadi mengakibatkan mangrove
menjadi tumbang dan anakan mangrove yang berukuran kecil akan tercabut.
2. Pencemaran air, kawasan mangrove yang telah mengalami pencemaran air, yaitu telah
tercamar limbah padat hasil pembuangan sampah rumah tangga serta pencemaran
minyak yang disebabkan oleh kebocoran perahu nelayan menyebabkan hutan
kawasan mangrove tersebut mengalami kerusakan
3. Stress lingkungan, kadar salinitas juga merupakan faktor yang dapat menyebabkan
kerusakan hutan mangrove
Faktor manusia (abiotik) :
1. Kerusakan yang disebabkan oleh manusia yaitu adanya kegiatan penebangan liar yang
digunakan sebagai kayu bangunan, dayung, dan kayu bakar, pembuatan tambak dan
aktivitas pelabuhan.
2. Peralihan kawasan mangrove, peralihan kawasan mangrove oleh masyarakat dapat
menyebabkan kerusakan ekosistem mangrove, contohnya peralihan kawasan
mangrove menjadi tambak atau menjadi kawasan perumahan

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu
varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang
khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh pada perairan asin.
Sebagian besar jenis-jenis mangrove tumbuh dengan baik pada tanah berlumpur, terutama di
daerah dimana endapan lumpur terakumulasi. Penyebaran hutan mangrove di dunia secara
umum terdapat di antara 35o LU di Asia dan 35o LS di Afrika, Australia dan New Zealand.
Di Asia Tenggara diantaranya terdapat di Thailand, Malaysia, Singapura, Filipina dan
Indonesia, yakni pada daerah-daerah yang mempunyai curah hujan yang tinggi (bukan
musiman). Di Indonesia sendiri hutan mangrove tumbuh hampir di seluruh propinsi dengan
luasan yang berbeda, terluas terdapat di Irian Jaya yakni 2.943.000 ha. Sejauh ini di Indonesia
tercatat setidaknya 202 jenis tumbuhan mangrove, meliputi 89 jenis pohon, 5 jenis palma, 19
jenis pemanjat, 44 jenis herba tanah, 44 jenis efipit, dan 1 jenis paku.

3.2 Saran
Hutan mangrove yang ditemukan di Indonesia sangat banyak jenisnya, hutan
mangrove juga memiliki manfaat baik untuk alam maupun untuk manusia. Maka itu perlu
adanya perlindungan bagi ekosistem mangrove agar tetap terjaga kelestariannya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah,T. 2017. Makalah Ekosistem Mangrove. Program Studi Budidaya Perairan Fakultas
Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Khairun Ternate.
Atmoko, Tri dan Kade Sidiyasa. 2007. Hutan Mangrove dan Pernannya dalam Melindungi
Ekosistem Pantai (Mangrove Forest and its Role in Protection of Coastal
Ecosystem). Prosiding Seminar Pemanfaatan HHBK dan Konservasi
Biodiversitas menuju Hutan Lestari.
https://www.researchgate.net/publication/321155487
Hargeulis.2018.Makalah Hutan Mangrove. Diakses 20 Februari 2021
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/ciri-ciri-hutan-magrove
Jati, Irawan Waluyo. 2018. Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove Di Dusun Baros, Desa
Tirtohargo, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul. Thesis. Universitas
Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/66177/
Nur, Yus., dkk (2006). Buku Pengenalan Mangrove Di Indonesia. WIP. Bogor

12
Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 2006. Panduan Pengenalan Mangrove
di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor
Susilawati, N. G. K., Toknok, B., & Korja, I. N. (2018). Faktor Penyebab Kerusakan Hutan
Mangrove di Desa Buranga Kecamatan Ampibabo Kabupaten Parigi
Moutong. ForestSains, 15(2), 91-99

13

Anda mungkin juga menyukai