Anda di halaman 1dari 21

SERAPAN KARBON OLEH MANGROVE

SEMINAR I
(Dalam Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan)

Oleh :
Fajar Vafry
NIM. 18051101001

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2021
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :

Nama : Fajar Vafry

NIM : 18051101001

Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Pergu Seminar : Serapan Karbon Oleh Mangrove

Tanggal ujian :

Lulus ujian seminar dan laporan seminar tersebut telah diperiksa, diperbaiki

dan disetujui oleh dosen pembimbing.

Menyetujui
Pembimbing

Ir. Fransine B. Manginsela, M.Si.


NIP: 195905241984032002

Mengetahui
Koordinator Program Studi

Dr. Ir. Jety K. Rangan, M.Si.


NIP: 196201171988032001

ii
RINGKASAN

Fajar Vafry NIM 18051101001. Serapan Karbon Oleh Mangrove. Dibimbing oleh:
Dr. Ir. Fransine B. Manginsela, M.Si.

Meningkatnya kandungan karbon dioksida (CO2) di udara menyebabkan


kenaikan suhu bumi yang terjadi karena efek rumah kaca dan terakumulasi menjadi
pemanasan global. Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah karbon
dioksida dan gas metana yang dihasilkan dari aktivitas manusia seperti pembakaran
sampah, kendaraan bermotor dan mesin industri yang mengakibatkan
terjasiakumulasi besar gas karbon terakumulasi (Rahman et al., 2016).
Hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang tumbuh di sepanjang
garis pantai tropis maupun subtropis yang memiliki manfaat bagi lingkungan dan
manusia. Pentingnya peranan mangrove dalam pencegahan pemanasan global,
menjadikan isyarat agar melakukan konservasi terhadap ekosistem mangrove. Hutan
mangrove merupakan penyerap karbon (sink) terbesar dan berperan penting dalam
siklus karbon global. Hutan mangrove mampu menyimpan karbon 4 kali lebih banyak
dibandingkan dengan hutan lainnya (Manafe et al., 2016).
Mangrove merupakan salah satu parameter dalam penyerapan karbon, karena
perannya dalam memanfaatkan CO2 untuk fotosintesis dan menyimpannya dalam
biomassa. Jumlah biomassa diduga diperoleh dari pengukuran diameter, tinggi pohon
dan wood density (Suryono et al., 2018). Tidak hanya itu hutan mangrove juga
menyediakan ekosistem yang penting, dan memainkan peran penting dalam siklus
karbon (Agung et al., 2015).

iii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan

karunia-Nya, sehingga makalah ini dengan judul “ Serapan Karbon Oleh Mangrove”

dapat terselesaikan. Penyusunan makalah ini adalah salah satu bagian dari proses

belajar untuk memenuhi persyaratan akademik yang harus dilakukan pada Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi.

Ada arahan dan bimbingan saat penyusunan makalah ini dari yang diterima

dari Dr. Ir. Fransine B. Manginsela, M.Si selaku dosen pembimbing, atas semua

perhatian disampaikan terima kasih.

Disadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu

semua kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk kelengkapan

makalah ini.

Saran Padang, Maret 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................ii
RINGKASAN..............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iv
DAFTAR ISI.................................................................................................................v
DAFTAR TABEL.........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................vii
1. PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................1
2. PEMBAHASAN.......................................................................................................2
2.1 Batasan Bakau atau Mangrove....................................................................2
2.2 Ciri – Ciri Bakau atau Mangrove................................................................3
2.3 Distribusi Bakau atau Mangrove di Indonesia............................................4
2.4 Peranan Mangrove dalam Mengatasi Perubahan Iklim..............................7
3. PENUTUP...............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12

v
DAFTAR TABEL

Tabel Teks Halaman


1. Beberapa contoh ekosistem mangrove dengan luasan yang relatif besar di wilayah
teluk, delta, pantai dengan kemiringan landai, dan laguna............................................6
2. Luasan Mangrove Menurut Wilayah Provinsi di Indonesia (Bakosurtanal, 2009
dalam Hartini dkk., 2010)..............................................................................................7

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Teks Halaman


1. Gambar Ekosistem Mangrove...................................................................................3
2. Persebaran Mangrove di Indonesia............................................................................7

vii
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanasan global yang berujung pada perubahan iklim merupakan hal yang

perlu diperhatikan. Terjadinya fenomena alam ekstrim berujung pada bencana

ternyata banyak bisa di analisis pemicu dan pemacu peristiwa alam yang merugikan.

Kajian tentang terjadinya efek rumah kaca bisa menjelaskan bagaimana proses

akumulasi karbon dioksida (CO2)hasil aktivitas manusia yang menjadi perangkap

radiasi matahari sehingga terjadi peningkatan suhu. Aktivitas manusia yang

menghasilkan peningkatan karbon dioksida tertinggi pada aktivitas transportasi.

Biang keladi pemanasan global berujung pada perubahan iklim adalah karbon

dioksida. Berbagai upaya mulai dilakukan untuk mengendalikan produksi karbon

dioksida atau karbon. Upaya alami adalah mengendalikan CO 2 adalah terserap proses

dalam fotosintesa yang mampu menghasilkan oksigen (O 2) yang sangat diperlukan

manusia untuk bernapas.

Tumbuhan melakukan proses fotosintesa dalam hidupnya. Khusus untuk biota

perairan maka mangrove atau bakau adalah organisme yang melakukan fotosintesa.

Pembahasan tentang serapan karbon oleh mangrove menjadi penting untuk diketahui

dan dipahami.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana

kemampuan mangrove dalam menyerap karbon serta bagaimana pengaruhnya

terhadap perubahan iklim.

1
2. PEMBAHASAN

2.1 Batasan Bakau atau Mangrove

Mangrove adalah tumbuhan yang biasa ditemukan pada daerah estuaria dan

pantai yang landai dengan substrat berlumpur serta dipengaruhi oleh pasang surut air

laut. Mangrove merupakan ekosistem peralihan antara darat dan laut serta dikenal

mempunyai berbagai peran yang sangat penting, baik secara ekologis maupun

ekonomis (Prihadi et al., 2018; Suniada & Aden, 2019).

Di lain sisi, ekosistem mangrove juga merupakan salah satu ekosistem pesisir

yang menerima tekanan antropogenik yang besar. Alih fungsi lahan mangrove untuk

kepentingan lainnya menunjukkan tren yang makin besar dari tahun ke tahun (Kepel

et al., 2018). Akumulasi tekanan secara ekologis dikombinasikan dengan tekanan

akibat kebutuhan ekonomis memerlukan adanya titik temu antara kelestarian dengan

azas pemanfaatan demi keberlanjutan ekosistem mangrove di suatu kawasan.

Mangrove memiliki keunikan dan peranan penting sebagai tumbuhan utama di

daerah pesisir tropis (Ulqodry et al., 2014). Arti penting mangrove ini akan lebih

berarti, jika potensinya sebagai penyimpan karbon juga diketahui. Konsentrasi gas

rumah kaca, terutama karbon di atmosfer dari waktu ke waktu terus meningkat yang

memicu pemanasan global. Kemampuan daun mangrove untuk memproduksi O2 dan

mengkonsumsi CO2 dengan baik merupakan mekanisme fundamental yang

mendukung kondisi oksigen dan karbondioksida ekosistem dari tingkat individu

menuju skala global (Ulqodry et al., 2016).

2
Dalam upaya menjaga kelestarian mangrove, maka sejak dini perlu diketahui

potensi serapan karbon (carbon sink) yang dimiliki oleh mangrove, baik mangrove

alami maupu dari hasil restorasi. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat

dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan kebijakan dalam

pengelolaan kawasan mangrove.

Gambar 1. Gambar Ekosistem Mangrove


2.2 Ciri – Ciri Bakau atau Mangrove

Ciri-ciri penting dari penampakan hutan mangrove terlepas dari habitatnya

yang unik adalah :

1. Memiliki pohon yang relative sedikit

2. Memiliki akar yang tidak beraturan (pneumatofora) misalnya seperti

jangkar melengkung dan menjulang pada pada Rhizopora sp, serta akar

yang mencuat vertikal seperti pensil pada pidad Sonneratia sp dan pada

api-api Avicennia sp.

3
3. Memiliki biji (propagul) yang bersifat vivivar atau berkecambah di pohon

khususnya Rhizopora

4. Memilki banyak lentisel pada bagian kulit pohon.

Sedangkan tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan

memiliki ciri-ciri khusus, diantaranya adalah :

a. Tanahmya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya

tergenang saat pasang pertama

b. Tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat

c. Daerah yang terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang

kuat, airnya berkadar garam (bersalinitas).

Beberapa faktor yang menjadi penyebab berkurangnya ekosistem mangrove

antara lain:

1. Konversi hutan mangrove menjadi bentuk lahan pengguanaan lain, seperti

pemukiman, pertanian, tambak, industri, pertambangan, dll.

2. Kegiatan eksploitasi hutan yang tidak terkendali oleh perusahaan serta

penebangan liar dan bentuk pengurangan hutan lainnya.

3. Polusi diperairan estuary, pantai dan lokasi-lokasi lainnya dimana

mangrove hidup.

4. Terjadinya pembelokan aliran sungai maupun proses sedimentasi dan

abrasi yang tidak terkendali.

2.3 Distribusi Bakau atau Mangrove di Indonesia

Telah diutarakan sebelumnya bahwa Indonesia merupakan tempat yang ideal

bagi pertumbuhan mangrove karena faktor iklim, geologi dan oseanografi. Oleh

4
karena itu, sepanjang tersedia habitat yang cocok bagi tumbuhan mangrove di daerah

intertidal maka tumbuhan ini akan tumbuh dan membentuk sebuah ekosistem. Luasan

mangrove di suatu tempat ditentukan oleh besaran luasan habitat tumbuh yang

tersedia. Di pesisir pantai Indonesia tumbuhan ini ditemukan tumbuh membentuk

hutan pantai yang luas di wilayah-wilayah pantai dengan formasi berupa teluk

(contoh, Teluk Tomini di Pulau Sulawesi), delta-delta di muara sungai besar (contoh,

Delta Mahakam di wilayah pantai Timur Pulau Kalimantan), pantai-pantai yang

landai (contoh, pesisir pantai Timur Pulau Sumatera), dan laguna (contoh, Laguna

Segara Anakan di Cilacap). Di wilayah pesisir pantai lainnya baik di daratan pulau

besar maupun gugusan pulau-pulau kecil, tumbuhan ini dapat ditemukan secara

sporadis dalam komunitas-komunitas yang relatif Sebagai gambaran umum,

informasi tentang luasan ekosistem mangrove yang relatif besar di wilayah perairan

Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.

5
Tabel 1. Beberapa contoh ekosistem mangrove dengan luasan yang relatif besar di
wilayah teluk, delta, pantai dengan kemiringan landai, dan laguna.

No
Nama Lokasi Luas (ha) Sumber

1 Teluk Bintuni 250 Laksono (2000)

Teluk Tomini, Provinsi


16.105,40 (Tahun
2 Sulawesi Utara, Gorontalo dan Damanik dan Djamaluddin (2002)
2010)
Sulawesi Tengah

Delta Mahakam, Kab. Kutai


29.600 (Tahun
3 Kartanegara, Provinnsi Bappeda Kutai Kartanegara (2010)
2009)
Kalimantan Timur

77.500 (Terluas Pusat Konservasi Alam Direktorat Jenderal


Taman Nasional Sembilan,
Di wilayah Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
4 Kab. Musi Banyuasin, Provinsi
Indonesia Bagian Departemen Kehutanan Republik Indonesia
Sumatera Selatan
Barat) (2006)

Laguna Cilacap, Kab. Cilacap, 14.502,55 (Tahun


5 Pangestu dkk. (2012)
Provinsi Jawa Tengah 2005)

*) termasuk konsesi HPH PT Bintuni Utama Murni Wood Industries seluas 137.000 ha

Pada tahun 2010 dilaporkan bahwa luasan kawasan mangrove di Indonesia

mencakup sekitar 60% (atau 3,06 juta ha) dari total luasan 5,1 juta ha mangrove di

wilayah Asia Tenggara. Luasan ini mendekati hasil estimasi yang dilakukan oleh

Pusat Survey Sumber Daya Alam Laut (PSSDAL), Bakosurtanal sebesar 3, 244 juta

ha berdasarkan data citra tahun 2006 – 2009. Adapun data luasan mangrove menurut

provinsi adalah seperti pada Tabel 2 dan peta sebaran mangrove di Indonesia dapat

dilihat pada Gambar 2.

6
Gambar 2. Persebaran Mangrove di Indonesia
Tabel 2. Luasan Mangrove Menurut Wilayah Provinsi di Indonesia (Bakosurtanal,
2009 dalam Hartini dkk., 2010).

NO Provinsi Luas Mangrove (ha)


1 Nanggroe Aceh Darussalam 22.950,321
2 Sumatera Utara 50.369,793
3 Bengkulu 2.321,870
4 Jambi 12.528,323
5 Riau 206.292,642
6 Kepulauan Riau 54.681,915
7 Sumatera Barat 3.002,689
8 Bangka Belitung 64.567,396
9 Sumatera Selatan 149.707,431
10 Lampung 10.533,676
11 DKI Jakarta 500,675
12 Banten 2.936,188
13 Jawa Barat 7.932,953
14 Jawa Tengah 4.857,939
15 Jawa Timur 18.253,871
16 DI Yogyakarta 18.253,871
17 Bali 0
18 Nusa Tenggara Barat 11.921,179
19 Nusa Tenggara Timur 20.678,450
20 Kalimantan Barat 149.344,189
21 Kalimantan Tengah 68.132,451
22 Kalimantan Selatan 56.552,064
23 Kalimantan Timur 364.254,989
24 Sulawesi Utara 7.348,676
25 Gorontalo 12.315,465
26 Sulawesi Tengah 67.320,130
27 Sulawesi Selatan 12.821.497
28 Sulawesi Tenggara 44.030,338

7
*Lanjuta
n
NO Provinsi Luas (ha)
29 Sulawesi Barat 3.182,201
30 Maluku Utara 39.659,729
31 Maluku 139.090,920
32 Papua dan Papua Barat 1.634.003,454
Total 3.244.018,460

Dapat dilihat dari data pada Tabel 2 bahwa kawasan mangrove terluas di

Indonesia berada di Provinsi Papua dan Papua Barat dengan luasan mencapai 50,4%

dari total luasan mangrove di Indonesia. Luasan mangrove terbesar kedua sebesar

19,7% berada di pesisir Pulau Kalimantan, dan ketiga sebesar 17,8% berada di pesisir

Pulau Sumatera.

2.4 Peranan Mangrove dalam Mengatasi Perubahan Iklim

Indonesia telah banyak mengalami masalah lingkungan. Perubahan iklim

merupakan salah satu masalah lingkungan yang sedang berkembang saat ini. Hal ini

dikarenakan adanya pemanasan global yang diakibatkan oleh meningkatnya emisi gas

rumah kaca. Salah satu emisi gas rumah kaca yang paling berpengaruh terhadap

pemanasan global adalah karbondioksida (CO2). Peningkatan karbon dioksida di

atmosfer berasal dari aktivitas manusia, seperti pembakaran fosil berupa bahan bakar

minyak dan batu bara, aktivitas industri dan gas buang knalpot dari kendaraan

bermotor. Selain itu, rusaknya hutan akibat pembajaran hutan dan penebangan pohon

makin memperparah keadaan karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2

yang tersimpan dalam tumbuhan ke atmosfir.

Menyadari adanya permasalahan tersebut, dunia internasional berupaya

menstabilkan konsentrasi gas penyebab rumah kaca melalui sebuah konvensi PBB

8
tentang perubahan iklim United Nations for Climate Change Convention (UNFCCC).

Konvensi tersebut melahirkan rekomendasi untuk mendukung Negara-negara

berkembang untuk mengurangi emisi dan deforestasi dan degradasi atau yang dikenal

dengan program Reduced Emissions from Deforestation and Degradation (REDD).

REDD adalah sebuah mekanisme untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengan

cara memberikan kompensasi kepada pihak-pihak yang melakukan pencegahan

deforestasi dan degradasi hutan. Terkait dengan masalah perubahan iklim, salah satu

upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi karbon dioksida di atmosfer yaitu

melalui penyerapan oleh berbagai vegetasi hutan. Salah satu vegetasi hutan yang

mampu menyerap karbon dioksida adalah tumbuhan mangrove. Hutan mangrove

berperan dalam mitigasi perubahan iklim akibat pemanasan global karena mampu

mengurangi karbondioksida melalui mekanisme sekuestrasi yaitu penyerapan karbon

dari atmosfir dan penyimpanan dalam beberapa kompartemen seperti tumbuhan,

serasah dan bahan organik tanah. Melalui proses fotosintesis karbondioksida dari

atmosfir akan diserap oleh tumbuhan mangrove dan akan diubah menjadi karbon

organik yang didistribusikan keseluruh bagian tumbuhan dan disimpan dalam

biomassa. Pada dasarnya, hamper 50% biomassa pohon adalah karbon yang

tersimpan.

Tumbuhan mangrove menyerap sebagian karbon dalam bentuk CO2 yang

dimafaatkan untuk proses fotosintesis, sedangkan sebagian lainnya tetap berada di

atmosfer. Menurut ilmiliyana dkk (2012) selama decade terakhir ini, emisi CO2 dari

1.400 juta ton per tahun menjadi 2.900 juta ton per tahun. Dengan meningkatnya CO2

yang ada di atmosfir ini maka akan memicu terjadinya perubahan iklim secara global.

9
Hutan mangrove berpotensi menyerap karbon lebih banyak dibandingkan

dengan tumbuhan lainnya karena mangrove dikategorikan sebagai hutan lahan basah.

Dengan kemampuan mangrove dalam menyimpan karbon, maka peningkatan emisi

karbon di alam dapat dikurangi. Hal ini didukung dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh peneliti dari US Forest Service Pasifik Barat Daya dan Stasiun

Penelitian Utara, Universitas Helsinki dan Pusat Penelitian Kehutanban Internasional

meneliti kandungan karbon dari 25 hutan mangrove disepanjang kawasan Indo-

Pasifik, menemukan bahwa hutan mangrove per hektar menyimpan karbon 4 kali

lebih banyak daripada hutan tropis lainnya yang ada di dunia.

Mengingat pentingnya hutan mangrove sebagaimana hutan alami lainnya

sebagai penyimpan karbon, maka perlu dilakukan upaya peningkatan pengelolaan

hutan yang sesuasi dengan fungsi hutan sebagai penyerap dan penyimpan karbon.

Carbon Sink berhubungan erat dengan biomassa tegakan, dalam hal ini jumlah

biomassa pohon dalam satu kawasan diperoleh dari pengukuran diameter batang

pohon dan kerapatan setiap jenis pohon. Menurut Bismark et al., (2008), manfaat

langsung dari pengelolaan hutan mangrove berupaya hasil kayu secara optimal hanya

4,1% sedangkan fungsi optimal dalam penyerapan karbon mencapai 77,9%, sehingga

hutan mangrove berpotensi besar dalam menyerap dan menyimpan karbon guna

pengurangan kadar CO2 di atmosfir.

10
3. PENUTUP

Hutan mangrove mampu menyerap dan menyimpan karbon sekitar lebih dari 4

sampai 112 gigaton C/tahun. Peranan hutan mangrove ini tentunya dapat mengurangi

jumlah karbon di atmosfer sehingga dapat mengurangi dampak iklim global, seperti

meningkatnya suhu bumi secara drastis dan mencairnya es di kutub yang

menyebabkan kenaikan muka air laut. Sayangnya, belum adanya kesadaran

masyarakat akan fungsi hutan mangrove yang sangat besar ini. Menurut penelitian

dari Center for International Forestry Research (CIFOR), luas hutan mangrove di

Indonesia 15 – 20 tahun yang lalu mencapai 8 juta hektar dan saat ini diperkirakan

tinggal 2,5 juta hektar.

Masyarakat cenderung mengalihfungsikan hutan mangrove untuk kepentingan

sendiri. Dalam implementasi kesepakatan yang dicetuskan dalam Protokol Kyoto

tahun 1997 mengenai penurunan gas rumah kaca (GRK) dilakukan melalui berbagai

cara, antara lain implementasi bersama, perdagangan emisi (carbon emission)

dan Clean Development Mechanism (mekanisme pembangunan bersih) yang telah

disepakati oleh 161 negara, kecuali Amerika Serikat dan Australia. Perdagangan

karbon adalah mekanisme berbasis pasar untuk membantu pembatasan emisi karbon

di atmosfer yang dilakukan dengan cara negara-negara industri dan penghasil polutan

terbesar diberi kesempatan untuk melakukan kompensasi dengan cara membayar

negara-negara berkembang untuk mencadangkan hutan yang mereka miliki sehingga

terjadi sequestration atau penyimpanan sejumlah besar karbon.

11
Hutan mangrove yang sangat luas di Indonesia menjadi salah satu solusi dengan

kemampuan menyimpan karbon yang cukup banyak, sehingga memiliki peluang

besar untuk menambah pemasukan dalam kompensasi perdagangan karbon. Tetapi

dalam perkembangannya, Indonesia menduduki peringkat keenam sebagai negara

penghasil emisi karbon terbesar di dunia dan pada kasus lain, banyak terjadi

kerusakan hutan mangrove. Peluang ini justru menjadi masalah besar yang perlu

ditangani apabila kompensasi perdagangan karbon akan diterapkan. Perdagangan

karbon ini menjadi sugesti bagi masyarakat Indonesia untuk menjaga dan

melestarikan hutan mangrove yang ada di Indonesia ini. Namun ada tidaknya

kompensasi perdagangan karbon ini menjadi kewajiban kita untuk tetap menjaga

kelestarian hutan mangrove di negara ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

BADERAN, Dewi Wahyuni K. Serapan Karbon Hutan Mangrove Gorontalo.


Deepublish, 2017.
Ulqodry, T. Z., Suganda, A., Agussalim, A., Aryawati, R., & Absori, A. 2020.
Estimasi Serapan Karbon Mangrove Melalui Proses Fotosintesis di Taman
Nasional Berbak-Sembilang. Jurnal Kelautan Nasional, 15(2), 77-84.
Djamaluddin, Rignolda. 2018. Mangrove (Biologi, Ekologi, Rehabilitasi dan
Konservasi). Manado:Unsrat Perss.
Rifandi, R. A. 2020. Estimasi Stok Karbon Dan Serapan Karbon Pada Tegakan
Pohon Mangrove Di Hutan Mangrove Trimulyo, Genuk, Semarang. Envoist
Journal, 1(2), 11-18.
Hidayah, W., Hamidy, R., & Warningsih, T. 2020. NILAI EKONOMI SERAPAN
CO2 EKOSISTEM MANGROVE DI DESA KELAPA PATI KABUPATEN
BENGKALIS. Jurnal Ilmu Lingkungan, 14(1), 87-94.
Nedhisa, P. I., & Tjahjaningrum, I. T. 2020. Estimasi Biomassa, Stok Karbon dan
Sekuestrasi Karbon Mangrove pada Rhizophora mucronata di Wonorejo
Surabaya dengan Persamaan Allometrik. Jurnal Sains dan Seni ITS, 8(2),
E61-E65.
Susilowati, M. W., Purnomo, P. W., & Solichin, A. ESTIMASI SERAPAN CO2
BERDASARKAN SIMPANAN KARBON PADA HUTAN MANGROVE
DESA TAMBAKBULUSAN DEMAK JAWA TENGAH. Jurnal Pasir
Laut, 4(2), 86-94.
Kareninsekar, C., & Insafitri, I. 2020. STOK KARBON PADA JENIS MANGROVE
YANG BERBEDA (Rhizophora stylosa, Avicennia marina dan Bruguierra
gymnorrhiza) DI PERAIRAN TUBAN. Juvenil: Jurnal Ilmiah Kelautan dan
Perikanan, 1(2), 220-226.
Nofiyanti, Kartika. 2017. GAGASAN HUTAN MANGROVE DALAM
MENANGANI EMISI KARBON. https://mangrovemagz.com/. (diakses
tanggal 27 Maret 2021 Pukul 12:20)
Ibrahim, A., & Muhsoni, F. F. 2020. ESTIMASI STOK KARBON PADA
EKOSISTEM HUTAN MANGROVE DI DESA LEMBUNG PASESER,
KECAMATAN SEPULUH, KABUPATEN BANGKALAN. Juvenil: Jurnal
Ilmiah Kelautan dan Perikanan, 1(4), 498-507.

13
Febriyanti, I. 2017. Analisis Penyimpanan Karbon Dalam Daun, Serasah Dan
Sedimen Mangrove Avicennia Marina Di Kawasan Ekowisata Mangrove
Wonorejo Kecamatan Rungkut, Surabaya, Jawa Timur (Doctoral dissertation,
Universitas Brawijaya).
Husain, I., Utina, R., & Nusantary, E. 2018. Pengembangan Buku Ajar Ekologi
Dengan Memanfaatkan Hasil Analisis Potensi Ekosistem Mangrove Sebagai
Penyerap Karbon. Jurnal Pascasarjana, 3(1), 62-69.
Syafruddin, Y. S., Mahdi, M., & Yuerlita, Y. 2019. Pendugaan Cadangan Karbon
Biru Pada Tingkat Pohon Di Desa Pulau Cawan Dan Desa Bekawan
Kecamatan Mandah Provinsi Riau. Jurnal Spasial: Penelitian, Terapan Ilmu
Geografi, dan Pendidikan Geografi, 5(2), 54-62.
Kristanti, L. M. 2019. Analisis Simpanan CO2 Pada Akar, Daun dan Sedimen Sekitar
Mangrove Avicennia marina Di Kawasan Mangrove Desa Tambaan,
Kecamatan Panggungrejo, Pasuruan, Jawa Timur (Doctoral dissertation,
Universitas Brawijaya).

14

Anda mungkin juga menyukai