SEMINAR I
(Dalam Bidang Manajemen Sumberdaya Perairan)
Oleh :
Fajar Vafry
NIM. 18051101001
NIM : 18051101001
Tanggal ujian :
Lulus ujian seminar dan laporan seminar tersebut telah diperiksa, diperbaiki
Menyetujui
Pembimbing
Mengetahui
Koordinator Program Studi
ii
RINGKASAN
Fajar Vafry NIM 18051101001. Serapan Karbon Oleh Mangrove. Dibimbing oleh:
Dr. Ir. Fransine B. Manginsela, M.Si.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunia-Nya, sehingga makalah ini dengan judul “ Serapan Karbon Oleh Mangrove”
dapat terselesaikan. Penyusunan makalah ini adalah salah satu bagian dari proses
belajar untuk memenuhi persyaratan akademik yang harus dilakukan pada Fakultas
Ada arahan dan bimbingan saat penyusunan makalah ini dari yang diterima
dari Dr. Ir. Fransine B. Manginsela, M.Si selaku dosen pembimbing, atas semua
Disadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu
semua kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk kelengkapan
makalah ini.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................................ii
RINGKASAN..............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR..................................................................................................iv
DAFTAR ISI.................................................................................................................v
DAFTAR TABEL.........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..................................................................................................vii
1. PENDAHULUAN....................................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan..........................................................................................................1
2. PEMBAHASAN.......................................................................................................2
2.1 Batasan Bakau atau Mangrove....................................................................2
2.2 Ciri – Ciri Bakau atau Mangrove................................................................3
2.3 Distribusi Bakau atau Mangrove di Indonesia............................................4
2.4 Peranan Mangrove dalam Mengatasi Perubahan Iklim..............................7
3. PENUTUP...............................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
1. PENDAHULUAN
Pemanasan global yang berujung pada perubahan iklim merupakan hal yang
ternyata banyak bisa di analisis pemicu dan pemacu peristiwa alam yang merugikan.
Kajian tentang terjadinya efek rumah kaca bisa menjelaskan bagaimana proses
Biang keladi pemanasan global berujung pada perubahan iklim adalah karbon
dioksida atau karbon. Upaya alami adalah mengendalikan CO 2 adalah terserap proses
perairan maka mangrove atau bakau adalah organisme yang melakukan fotosintesa.
Pembahasan tentang serapan karbon oleh mangrove menjadi penting untuk diketahui
dan dipahami.
1.2 Tujuan
1
2. PEMBAHASAN
Mangrove adalah tumbuhan yang biasa ditemukan pada daerah estuaria dan
pantai yang landai dengan substrat berlumpur serta dipengaruhi oleh pasang surut air
laut. Mangrove merupakan ekosistem peralihan antara darat dan laut serta dikenal
mempunyai berbagai peran yang sangat penting, baik secara ekologis maupun
Di lain sisi, ekosistem mangrove juga merupakan salah satu ekosistem pesisir
yang menerima tekanan antropogenik yang besar. Alih fungsi lahan mangrove untuk
kepentingan lainnya menunjukkan tren yang makin besar dari tahun ke tahun (Kepel
akibat kebutuhan ekonomis memerlukan adanya titik temu antara kelestarian dengan
daerah pesisir tropis (Ulqodry et al., 2014). Arti penting mangrove ini akan lebih
berarti, jika potensinya sebagai penyimpan karbon juga diketahui. Konsentrasi gas
rumah kaca, terutama karbon di atmosfer dari waktu ke waktu terus meningkat yang
2
Dalam upaya menjaga kelestarian mangrove, maka sejak dini perlu diketahui
potensi serapan karbon (carbon sink) yang dimiliki oleh mangrove, baik mangrove
alami maupu dari hasil restorasi. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat
jangkar melengkung dan menjulang pada pada Rhizopora sp, serta akar
yang mencuat vertikal seperti pensil pada pidad Sonneratia sp dan pada
3
3. Memiliki biji (propagul) yang bersifat vivivar atau berkecambah di pohon
khususnya Rhizopora
Sedangkan tempat hidup hutan mangrove merupakan habitat yang unik dan
a. Tanahmya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari atau hanya
b. Tempat tersebut menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat
c. Daerah yang terlindung dari gelombang besar dan arus pasang surut yang
antara lain:
mangrove hidup.
bagi pertumbuhan mangrove karena faktor iklim, geologi dan oseanografi. Oleh
4
karena itu, sepanjang tersedia habitat yang cocok bagi tumbuhan mangrove di daerah
intertidal maka tumbuhan ini akan tumbuh dan membentuk sebuah ekosistem. Luasan
mangrove di suatu tempat ditentukan oleh besaran luasan habitat tumbuh yang
hutan pantai yang luas di wilayah-wilayah pantai dengan formasi berupa teluk
(contoh, Teluk Tomini di Pulau Sulawesi), delta-delta di muara sungai besar (contoh,
landai (contoh, pesisir pantai Timur Pulau Sumatera), dan laguna (contoh, Laguna
Segara Anakan di Cilacap). Di wilayah pesisir pantai lainnya baik di daratan pulau
besar maupun gugusan pulau-pulau kecil, tumbuhan ini dapat ditemukan secara
informasi tentang luasan ekosistem mangrove yang relatif besar di wilayah perairan
5
Tabel 1. Beberapa contoh ekosistem mangrove dengan luasan yang relatif besar di
wilayah teluk, delta, pantai dengan kemiringan landai, dan laguna.
No
Nama Lokasi Luas (ha) Sumber
*) termasuk konsesi HPH PT Bintuni Utama Murni Wood Industries seluas 137.000 ha
mencakup sekitar 60% (atau 3,06 juta ha) dari total luasan 5,1 juta ha mangrove di
wilayah Asia Tenggara. Luasan ini mendekati hasil estimasi yang dilakukan oleh
Pusat Survey Sumber Daya Alam Laut (PSSDAL), Bakosurtanal sebesar 3, 244 juta
ha berdasarkan data citra tahun 2006 – 2009. Adapun data luasan mangrove menurut
provinsi adalah seperti pada Tabel 2 dan peta sebaran mangrove di Indonesia dapat
6
Gambar 2. Persebaran Mangrove di Indonesia
Tabel 2. Luasan Mangrove Menurut Wilayah Provinsi di Indonesia (Bakosurtanal,
2009 dalam Hartini dkk., 2010).
7
*Lanjuta
n
NO Provinsi Luas (ha)
29 Sulawesi Barat 3.182,201
30 Maluku Utara 39.659,729
31 Maluku 139.090,920
32 Papua dan Papua Barat 1.634.003,454
Total 3.244.018,460
Dapat dilihat dari data pada Tabel 2 bahwa kawasan mangrove terluas di
Indonesia berada di Provinsi Papua dan Papua Barat dengan luasan mencapai 50,4%
dari total luasan mangrove di Indonesia. Luasan mangrove terbesar kedua sebesar
19,7% berada di pesisir Pulau Kalimantan, dan ketiga sebesar 17,8% berada di pesisir
Pulau Sumatera.
merupakan salah satu masalah lingkungan yang sedang berkembang saat ini. Hal ini
dikarenakan adanya pemanasan global yang diakibatkan oleh meningkatnya emisi gas
rumah kaca. Salah satu emisi gas rumah kaca yang paling berpengaruh terhadap
atmosfer berasal dari aktivitas manusia, seperti pembakaran fosil berupa bahan bakar
minyak dan batu bara, aktivitas industri dan gas buang knalpot dari kendaraan
bermotor. Selain itu, rusaknya hutan akibat pembajaran hutan dan penebangan pohon
makin memperparah keadaan karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2
menstabilkan konsentrasi gas penyebab rumah kaca melalui sebuah konvensi PBB
8
tentang perubahan iklim United Nations for Climate Change Convention (UNFCCC).
berkembang untuk mengurangi emisi dan deforestasi dan degradasi atau yang dikenal
REDD adalah sebuah mekanisme untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengan
deforestasi dan degradasi hutan. Terkait dengan masalah perubahan iklim, salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi karbon dioksida di atmosfer yaitu
melalui penyerapan oleh berbagai vegetasi hutan. Salah satu vegetasi hutan yang
berperan dalam mitigasi perubahan iklim akibat pemanasan global karena mampu
serasah dan bahan organik tanah. Melalui proses fotosintesis karbondioksida dari
atmosfir akan diserap oleh tumbuhan mangrove dan akan diubah menjadi karbon
biomassa. Pada dasarnya, hamper 50% biomassa pohon adalah karbon yang
tersimpan.
atmosfer. Menurut ilmiliyana dkk (2012) selama decade terakhir ini, emisi CO2 dari
1.400 juta ton per tahun menjadi 2.900 juta ton per tahun. Dengan meningkatnya CO2
yang ada di atmosfir ini maka akan memicu terjadinya perubahan iklim secara global.
9
Hutan mangrove berpotensi menyerap karbon lebih banyak dibandingkan
dengan tumbuhan lainnya karena mangrove dikategorikan sebagai hutan lahan basah.
karbon di alam dapat dikurangi. Hal ini didukung dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh peneliti dari US Forest Service Pasifik Barat Daya dan Stasiun
Pasifik, menemukan bahwa hutan mangrove per hektar menyimpan karbon 4 kali
hutan yang sesuasi dengan fungsi hutan sebagai penyerap dan penyimpan karbon.
Carbon Sink berhubungan erat dengan biomassa tegakan, dalam hal ini jumlah
biomassa pohon dalam satu kawasan diperoleh dari pengukuran diameter batang
pohon dan kerapatan setiap jenis pohon. Menurut Bismark et al., (2008), manfaat
langsung dari pengelolaan hutan mangrove berupaya hasil kayu secara optimal hanya
4,1% sedangkan fungsi optimal dalam penyerapan karbon mencapai 77,9%, sehingga
hutan mangrove berpotensi besar dalam menyerap dan menyimpan karbon guna
10
3. PENUTUP
Hutan mangrove mampu menyerap dan menyimpan karbon sekitar lebih dari 4
sampai 112 gigaton C/tahun. Peranan hutan mangrove ini tentunya dapat mengurangi
jumlah karbon di atmosfer sehingga dapat mengurangi dampak iklim global, seperti
masyarakat akan fungsi hutan mangrove yang sangat besar ini. Menurut penelitian
Indonesia 15 – 20 tahun yang lalu mencapai 8 juta hektar dan saat ini diperkirakan
tahun 1997 mengenai penurunan gas rumah kaca (GRK) dilakukan melalui berbagai
disepakati oleh 161 negara, kecuali Amerika Serikat dan Australia. Perdagangan
karbon adalah mekanisme berbasis pasar untuk membantu pembatasan emisi karbon
di atmosfer yang dilakukan dengan cara negara-negara industri dan penghasil polutan
11
Hutan mangrove yang sangat luas di Indonesia menjadi salah satu solusi dengan
penghasil emisi karbon terbesar di dunia dan pada kasus lain, banyak terjadi
kerusakan hutan mangrove. Peluang ini justru menjadi masalah besar yang perlu
karbon ini menjadi sugesti bagi masyarakat Indonesia untuk menjaga dan
melestarikan hutan mangrove yang ada di Indonesia ini. Namun ada tidaknya
kompensasi perdagangan karbon ini menjadi kewajiban kita untuk tetap menjaga
12
DAFTAR PUSTAKA
13
Febriyanti, I. 2017. Analisis Penyimpanan Karbon Dalam Daun, Serasah Dan
Sedimen Mangrove Avicennia Marina Di Kawasan Ekowisata Mangrove
Wonorejo Kecamatan Rungkut, Surabaya, Jawa Timur (Doctoral dissertation,
Universitas Brawijaya).
Husain, I., Utina, R., & Nusantary, E. 2018. Pengembangan Buku Ajar Ekologi
Dengan Memanfaatkan Hasil Analisis Potensi Ekosistem Mangrove Sebagai
Penyerap Karbon. Jurnal Pascasarjana, 3(1), 62-69.
Syafruddin, Y. S., Mahdi, M., & Yuerlita, Y. 2019. Pendugaan Cadangan Karbon
Biru Pada Tingkat Pohon Di Desa Pulau Cawan Dan Desa Bekawan
Kecamatan Mandah Provinsi Riau. Jurnal Spasial: Penelitian, Terapan Ilmu
Geografi, dan Pendidikan Geografi, 5(2), 54-62.
Kristanti, L. M. 2019. Analisis Simpanan CO2 Pada Akar, Daun dan Sedimen Sekitar
Mangrove Avicennia marina Di Kawasan Mangrove Desa Tambaan,
Kecamatan Panggungrejo, Pasuruan, Jawa Timur (Doctoral dissertation,
Universitas Brawijaya).
14