Anda di halaman 1dari 27

PROPOSAL PENELITIAN

Akurasi Pendugaan Biomassa, Carbon, dan CO2 eq Menggunakan Tiga Alat


Ukur Pada Family Dipterocarpaceae Tingkat Pohon Di Kawasan Arboretum
Sylva Indonesia Pc. UNTAN

Disusun Oleh :

Dr. Ir. Gusti Hardiansyah, M.Sc, QAM


NIDN : 0030116703

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS TANJUNGPURA
2017
HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul peneltian : Akurasi Pendugaan Biomassa, Carbon, dan CO2 eq


Menggunakan Tiga Alat Ukur pada Family
Dipterocarpaceae Tingkat Pohon Di Kawasan
Arboretum Sylva Indonesia Pc. UNTAN
2. Bidang penelitian : Kehutanan
3. Peneliti
a. Nama lengkap : Dr. Ir. H. Gusti Hardiansyah, M.Sc, QAM
b. NIP : 196711301993031005
c. NIDN : 0030116703
d. Pangkat/Golongan : Pembina tingkat I / IVb
e. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
f. Fakultas / Jurusan : Kehutanan
g. Jumlah peneliti : 1 (satu) orang
h. Lokasi kegiatan : Laboratorium dan lapangan

4. Lama penelitian : 4 bulan


5. Jumlah Dana : Rp. 10.000.000,00
6. Sumber Dana : PNBP (DIPA) Fakultas Kehutanan UNTAN

Pontianak, 15 September 2017


Mengetahui,
Dekan Fahutan UNTAN Peneliti,

Dr. Ir. Gusti Hardiansyah, M.Sc, QAM Dr. Ir. Gusti Hardiansyah, M.Sc, QAM
NIP. 196711301993031005 NIP. 196711301993031005

Menyetujui,
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Tanjungpura

Prof. Dr. Eng. Muhammad Ismail Yusuf, M.T


NIP. 196503181991031011

i
Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan inayah-Nya sehingga kami
dapat menyusun Laporan penelitian yang berjudul Akurasi Pendugaan Biomassa,
Carbon, dan CO2 eq Menggunakan Tiga Alat Ukur pada Family Dipterocarpaceae
Tingkat Pohon Di Kawasan Arboretum Sylva Indonesia Pc. UNTAN. Kegiatan ini
merupakan bentuk tridharma perguruan tinggi yang diwujudkan dalam bentuk
penelitian. Adapun penelitian ini bertujuan untuk memberikan manfaat ilmu
pengetahuan, khususnya pengetahuan dan teknologi dalam bidang kehutanan.

Penelitian ini didanai oleh DIPA Fakultas 2017. Oleh karena itu, kami tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada pihak Universitas Tanjungpura dan Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat yang telah memberikan bantuan dan
dukungan sehingga diharapakan kegiatan penelitian ini akan dapat dilaksanakan dan
berjalan dengan lancar. Semoga hasil penelitian ini nanti dapat membawa berkah kepada
kita semua, Amin YRA.

Pontianak, April 2017

Penyusun

ii
Daftar Isi

Lembar Pengesahan ............................................................................... i


Kata Pengantar ............................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 3
1.3 Tujuan ............................................................................... 3
1.4 Manfaat ............................................................................... 3
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Untan Biomassa Karbon
Meter (UBKM) Mekanis
............................................................................... 4
dan Digital
2.2 Biomassa ............................................................................... 4
2.3 Karbon ............................................................................... 5
2.4 Pengukuran Biomassa dan ............................................................................... 5
Karbon
2.5 Dipterocarpaceae ............................................................................... 6
2.6 Kerangka Konsep ............................................................................... 7
BAB III. METODE ............................................................................... 8
PENELITIAN
BAB IV. ANGGARAN DAN
JADWAL
4.1 Anggaran Biaya ............................................................................... 13
4.2 Jadwal Penelitian ............................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 14

iii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia sebagai pemilik hutan tropis terluas ketiga di dunia setelah Brazil dan
Zaire perlu upaya untuk mencegah deforestasi dan degradasi hutan. Indonesia sendiri
telah berkomitmen pada dunia siap menurunkan emisi gas 26% itu dengan upaya
sendiri. Apabila ada dukungan dari negara maju, penurunan bisa meningkat menjadi
41% pada tahun 2020. Provinsi Kalimantan Barat dengan potensi kawasan hutan
14.732.098 hektar memiliki peluang besar untuk berkontribusi dan siap untuk
menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (Hardiansyah, et al. 2013). Hutan memiliki fungsi
ekologis yang sangat berperan dalam menjaga keseimbangan ekosistem, salah satu
diantaranya adalah fungsi hutan dalam menjaga iklim. Hal ini terkait dengan
kemampuan tegakan hutan untuk menyerap karbondioksida (CO2) dan melepaskan
oksigen (O2) dalam proses fotosintesis. Semakin banyak CO2 yang diserap oleh
tumbuhan dan disimpan dalam bentuk biomassa karbon maka pengaruh buruk efek
rumah kaca dapat dikendalikan (Samsoedin dkk, 2009).
Menurut Sedjo dan Salomon (1988) dalam Rahayu et al. (2006), untuk
mengurangi dampak perubahan iklim, upaya yang dapat dilakukan saat ini ialah
meningkatkan penyerapan karbon dan atau menurunkan emisi karbon (Lasco, 2004
dalam Rahayu et al. (2006). Penurunan emisi karbon dapat dilakukan dengan: (a)
mempertahankan cadangan karbon yang telah ada dengan mengelola hutan lindung,
mengendalikan deforestasi, menerapkan praktek silvikultur yang baik, mencegah
degradasi lahan gambut dan memperbaiki pengelolaan cadangan bahan organik tanah,
(b) meningkatkan cadangan karbon melalui penanaman tanaman berkayu dan (c)
mengganti bahan bakar fosil dengan bahan bakar yang dapat diperbarui secara langsung
maupun tidak langsung (angin, biomassa, aliran air), radiasi matahari, atau aktivitas
panas bumi (Lasco, 2004 dalam Rahayu et al. (2006).
Dalam mekanisme REDD+, pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi
hutan, dan peran konservasi, pengelolaan hutan lestari dan peningkatan stok karbon

1
hutan (Reducing Emissions from Deforastation and forest Degradation plus and the role
of conservation, sustainable forest management and enhancement of forest carbon
stocks), model-model alometrik yang sesuai dengan kondisi lokasi yang spesifik di
Indonesia sangat diperlukan untuk menduga perubahan dalam biomassa dan stok karbon
hutan yang dihasilkan dari aktivitas penurunan emisi gas rumah kaca (Krisnawati, dkk.
2012). Dalam pelaksanaan kegiatan estimasi karbon dikenal dua metode yaitu
destruktive dan non destruktive. Masing-masing metode ini memiliki kekurangan dan
kelebihan. Namun untuk pengukuran biomassa aspek waktu dan biaya sangat
berpengaruh hubungannya dengan ketersediaan data yang sesuai dan validitasnya dapat
dipertanggung jawabkan.
Untan Biomassa Karbon Meter (UBKM) merupakan salah satu alat yang
dikembangkan untuk mengakomodasi kebutuhan pengukuran biomassa karbon dengan
metode non destructive. Pengembangan Untan Biomassa Karbon diawali dengan Untan
Biomassa Karbon Meter (UBKM) manual, namun kebutuhan pengukuran biomassa dan
berkembangnya dunia digital, maka Untan Biomassa Karbon Meter (UBKM) di
kembangkan dari model manual ke model digital. Untuk pengaplikasian dan pengujian
Untan Biomassa Karbon Meter (UBKM) model digital diperlukan data pembanding
yaitu secara manual dengan data pengukuran secara digital dengan menggunakan alat
Untan Biomassa Karbon Meter (UBKM). Alat UBKM pohon menjadi elemen penting
dalam implementasi program Reducing Emision Deforestation and Degradation plus
(REDD +). Alat ini sangat membantu untuk measurement, reporting and verification
(MRV) karbon pohon yang tumbuh di alam atau yang ditanam oleh komunitas adat,
petani kayu, maupun perusahaan HPH/HTI dan perkebunan.
Berdasarkan pernyataan diatas maka perlu dilakukan pengujicobaan dan
perbandingan nilai eror pengukuran biomassa pada alat ukur manual terhadap
pengukuran biomassa secara digital, pengaplikasian kegiatan ini akan dilakukan di
Arboretum Sylva Indonesia Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura, objek
pengukuran adalah tegakan dari familly Dipterocarpaceae, pada tingkat pohon.

2
1.2. Masalah Penelitian
Adapun masalah dari penelitian yang akan dilakukan yaitu, belum ada angka
selisih atau perbandingan eror hasil pengukuran biomassa manual terhadap alat ukur
Untan Biomassa Karbon Meter (UBKM) digital.

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui selisih/eror pengukuran biomassa menggunakan alat Untan Biomassa
Karbon Meter (UBKM) Manual terhadap pengukuran biomassa Untan Biomassa
Karbon Meter (UBKM) Digital.
2. Mengetahui selisih/eror pengukuran biomassa menggunakan phiben terhadap
pengukuran biomassa alat Untan Biomassa Karbon Meter (UBKM) Digital.

1.4. Manfaat Penelitian


Manfaat dari penelitian ini agar dapat memberikan informasi selisih atau eror
antara hasil pengukuran biomassa kedua alat ukur manual terhadap pengukuran
biomassa Untan Biomassa Karbon Meter (UBKM) digital. Sehingga menjadi
pertimbangan dalam pengembangan alat ukur Untan Biomassa Karbon Meter (UBKM)
digital.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Untan Biomassa Karbon Meter (UBKM) Mekanis dan Digital


Untan Biomassa Karbon Meter (UBKM) dibuat menjadi dua versi, yaitu alat ukur
yang dikendalikan secara mekanis dan juga digital. cakupan daerah ketergunaan alat dapat
meliputi daerah hutan yang terkadang tidak memiliki pasokan listrik untuk pengecasan
baterai sehingga menjadi pertimbangan mengapa alat ukur yang bersifat mekanis penting
dibuat (Hardiansyah dan Ridwan, 2012).
Dasar pembuatan Untan biomassa Karbon Meter (UBKM) Mekanis yaitu dengan
merancang alometrik pendugaan biomassa karbon total (akar, batang, cabang, ranting daun)
Btotal = 0,3991 total D2,277, interpolasi data menggunakan metode Levenberg- Marquardt

Btotal=0,3991 D2,277, konsep dasar mekanis gerak melingkar sederhana f (x) = 0,64 axb.
total

Sedangkan Untan Biomassa Karbon Meter (UBKM) Digital merupakan alat berbasis sensor
jarak dan mikrokontroller untuk mengukur kandungan biomassa pada sebuah pohon.
Sistem ini dibuat sebagai alat ukur alternatif yang bersifat non destruktif pada estimasi
kandungan biomassa dan cadangan karbon di suatu lahan untuk mendukung upaya
perdagangan karbon REDD+.
2.2. Biomassa
Menurut Lugo dan Snedaker (1974) diacu dalam Handoko (2007), biomassa
disusun oleh senyawa karbohidrat yang terdiri dari unsur karbon dioksida (CO 2), hidrogen
dan oksigen. Biomassa tegakan dipengaruhi oleh umur tegakan, komposisi dan struktur
tegakan. Biomassa berasal dari kata bio yang artinya hidup dan massa yang berarti berat.
Brown (1997) mendefinisikan biomassa sebagai jumlah total bahan organik hidup yang
dinyatakan dengan satuan ton massa kering per satuan luas. Biomassa terbagi menjadi dua
komponen yaitu biomassa di atas permukaan tanah (above ground biomass) dan biomassa
di bawah permukaan tanah (below ground biomass). Biomassa diatas permukaan tanah
terdiri atas tumbuhan hidup (batang, cabang, daun, tumbuhan menjalar, tumbuhan epifit,
tumbuhan bawah) dan tumbuhan mati (nekromassa). Sedangkan biomassa di bawah

4
permukaan tanah meliputi akar tumbuhan hidup maupun mati. Selain itu terdapat pula
organisme dan bahan organik tanah yang dapat menyimpan karbon dalam tanah.
Komponen biomassa di atas permukaan tanah merupakan bagian terbesar dari total jumlah
biomassa yang mampu menyimpan cadangan karbon (Adinugroho, et al., 2006).
2.3. Karbon
Karbon adalah bahan penyusun semua senyawa organik, merupakan unsur kimia
yang mempunyai unsur C. Perubahan iklim global yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan
karena terganggunya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfir. Keseimbangan
tersebut dipengaruhi antara lain oleh peningkatan gas-gas asam arang atau karbondioksida
(CO2), metana (CH4) dan nitrogen oksida (N2O) yang lebih di kenal dengan efek rumah
kaca (GRK). Saat ini konsentrasi GRK sudah mencapai tingkat yang sangat membahayakan
iklim bumi dan keseimbangan ekosistem (Hairiah dan Rahayu, 2007). Tumbuhan
memerlukan sinar matahari dan gas asam arang (CO 2) yang diserap dari udara serta air dan
hara yang diserap dari dalam tanah untuk kelangsungan hidupnya. Melalui proses
fotosintesis CO2 di udara diserap oleh tanaman dan diubah menjadi karbohidrat, kemudian
disebarkan keseluruh bagian tanaman dan akhirnya ditimbun dalam tubuh tanaman berupan
daun, batang, ranting, bunga dan buah.
Proses penimbunan C dalam tubuh tanaman hidup dinamakan proses sekuestrasi
(C-sekuestration). Dengan demikian mengukur jumlah C yang disimpan dalam tubuh
tanaman hidup (biomassa) pada suatu lahan dapat menggambarkan banyaknya CO 2 di
atmosfer yang diserap oleh tanaman. Sedangkan pengukuran C yang masih tersimpan
dalam bagian tumbuhan yang telah mati (nekromassa) secara tidak langsung
menggambarkan CO2 yang tidak dilepaskan ke udara lewat pembakaran (Hairiah dan
Rahayu 2007).
2.4. Pengukuran Biomassa dan Karbon
Menurut Brown (1997), pendugaan biomassa dari pohon dapat menggunakan dua
pendekatan yaitu (1) berdasarkan pendugaan volume kulit sampai batang bebas cabang
yang kemudian diubah menjadi kerapatan biomassa (ton/ha); (2) berdasarkan pendekatan
menggunakan persamaan regresi biomassa atau lebih dikenal dengan persamaan alometrik.

5
Metode ini menggunakan biomassa sebagai fungsi dari diameter pohon dengan persamaan
sebagai berikut:
Biomassa di atas tanah (Y) = aDb
Dimana: Y = Biomassa pohon (kg)
D = Diameter pohon setinggi dada (130 cm), a dan b adalah konstanta.
Sedangkan untuk menghitung nilai karbon diperoleh dengan cara mengalikan masing-
masing perhitungan biomassa dengan faktor konversi 0,5. Faktor 0,5 mempunyai makna
bahwa biomassa hutan mengandung 50 persen karbon (Brown 1997). Adapun parameter
dan metode pengukuran biomassa dan nekromas yang biasa digunakan disajikan pada Tabel
1.
Tabel 1. Parameter-Parameter Biomassa Dan Nekromas Di Atas Permukaan Tanah Dan Metode
Pengukurannya
Parameter Metode
Tumbuhan bawah Destruktif
Serasah kasar dan halus Destruktif
Arang dan abu Destruktif
Tumbuhan berkayu Destruktif
Pohon-pohon hidup Non-Destruktif, persamaan Alometrik
Pohon mati, masih berdiri Non-Destruktif, persamaan Alometrik
Pohon mati, sudah roboh Non-Destruktif, rumus silinder
Tunggak pohon Non-Destruktif, rumus silinder
Sumber: Hairiah et al. (1999) diacu dalam Tresnawan dan Rosalina (2002)

2.5. Dipterocarpaceae
Dipterocarpaceae merupakan kelompok kayu perdagangan utama (Shorea,
Anisoptera, Dipterocarpus dan Dryobalanops). Batangnya silinder, dan banyak yang
mencapai ukuran sangat besar, 30 meter atau lebih (tinggi bebas cabang). Hopea, Vatica
dan Cotylelobium yang secara umum berupa pohon-pohon kecil. Semua jenis
Dipterocarpaceae mengeluarkan damar atau oleo-resin. Menurut Ashton (1982), familly
Dipterocarpaceae memiliki tiga sub familly, yaitu Dipterocarpadeae, Pakaraimoideae, dan
Monotoideae. Diantara ketiga sub familly tersebut, Dipterocarpadeae merupakan sub family
yang terpenting karena memiliki jumlah jenis yang banyak dan bernilai komersil. Sub
familly Dipterocarpaceae ini memiliki 13 genus dan 470 jenis. Family Dipterocarpaceae
yang terdapat di Indonesia adalah Anisoptera (Mersawa), Cotylelobium, Dipterocarpus

6
(Keruing), Dryobalps (Kapur), Hopea (Giam), Parashorea, Shorea (Meranti), Vatica
(Resak) dan Upuna (Al Rasyid dkk.,1991). Pada tanah berkapur ditemukan Hopea aptera,
Shorea guiso dan S. harilandii. Pada hutan krangas ditemukan antara lain : Cotylobium
burckii, Dryobalanops fusca, Hopea karanganensis, Shorea coriacea, Shorea ratusa,
Vatica coriacea, dan Dipterocarpus bornensis. Pada tanah berpasir, antara lain :
Dryobalanops aromatica, Shorea falcifera, Hopea beccariana, dan Upuna borneensis.
Pada tanah bergambut, antara lain Dryobalanops rappa, Anisoptera marginata, Shorea
albida dan Dipterocarpus coriaceus (Ashton, 1982).

2.6. Kerangka Konsep


Etimasi karbon dilaksanakan dengan menggunakan dua metode yaitu metode
destruktif dan non destruktif. Untan Biomassa Karbon Meter (UBKM) merupakan salah
satu alat yang dibuat dan dikembangkan untuk mengakomodasi kebutuhan pengukuran
biomassa karbon dengan metode non destructive. Pengembangan Untan Biomassa Karbon
diawali dengan Untan Biomassa Karbon Meter (UBKM) manual, namun tuntutan
kebutuhan pengukuran biomassa dan berkembangnya dunia digital, maka Untan Biomassa
Karbon Meter (UBKM) dikembangkan dari model manual ke model digital sebegai upaya
untuk mempermudah dalam proses pengukuran atau pengambilan data.
Sehubungan dengan belum adanya angka selisih atau tingkat eror hasil pengukuran
biomassa manual terhadap alat ukur Untan Biomassa Karbon Meter (UBKM) digital maka
perlu dilakukan penguji cobaan untuk mendapatkan informasi selisih atau eror antara hasil
pengukuran biomassa kedua alat ukur manual terhadap pengukuran Untan Biomassa
Karbon Meter (UBKM) digital yang diaplikasikan pada tegakan family Dipterocarpaceae,
tingkat pohon. Sehingga penelitian ini diharapkan bisa menjadi pertimbangan dalam
pengembangan alat ukur Untan Biomassa Karbon Meter (UBKM) digital kedepannya.

7
III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan di kawasan Arboretum Sylva Indonesia Fakultas
Kehutanan Universitas Tanjungpura. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 2 bulan
yang dimulai dari persiapan, pengambilan data, sampai pengolahan data.
3.2. Alat Dan Bahan
3.2.1. Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam kegiatan pengukuran perbandingan jumlah
biomassa pada alat digital dan manual antara lain adalah :
1. Untan Biomassa Karbon Meter (UBKM) Digital untuk pengukuran menggunakan
alat Digital
2. Untan Biomassa Karbon Meter (UBKM) Manual Untuk pengukuran
menggunakan alat Manual
3. Phiben/Pita Ukur untuk pengukuran secara manual
4. Plat label pohon untuk pengkodean jenis yang telah di ukur
5. Tali Rapia atau Nilon untuk penanda tempat pengukuran pada pohon
6. Tally Sheet
7. Alat tulis (Spidol, Pensil, Ball Point)
8. Kamera
9. Buku Determinasi (Flora Malesiana Vol.9, Dictionary Off Botany. Jill Bayley)

3.2.2. Objek Penelitian


Objek dari penelitian ini adalah semua jenis tegakan Familly Dipterocarpaceae
tingkat pohon atau diameter 20 cm keatas yang di temui dalam kawasan Arboretum.

3.3. Pengumpulan Data


3.3.1. Data Primer
Data yang langsung diambil atau diperoleh dari lokasi penelitian yang meliputi
data tegakan Familly Dipterocarpaceae tingkat pohon, meliputi jenis, jumlah individu,
dan ukuran diameter.
3.3.2. Data Sekunder
Data ini dikumpulkan dari berbagai sumber meliputi data tentang keadaan umum
lokasi penelitian, iklim, serta data penunjang lainnya.

3.4. Rancangan Percobaan

8
Pengumpulan data ini menggunakan metode Eksplorasi (jelajah), dengan teknik
pengambilan data secara Purposive Sampling. Dalam pelaksanaan pengukuran biomassa
akan menggunakan tiga alat berbeda dan pada setiap alat akan diterapkan teknik
pengukuran yang berbeda. Dalam ilmu fisika dikenal dua teknik pengukuran yaitu
teknik pengukuran tunggal dimana dalam teknik ini pengukuran pada objek dilakukan
dengan satu kali pengukuran. Teknik pengukuran yang kedua ialah teknik pengukuran
berulang dimana untuk mendapatkan nilai harus dilakukan beberapa kali pengukuran.
Adapun alat yang digunakan yaitu :

3.4.1. Alat UBKM Digital


Untuk pengkuran menggunakan alat UBKM digital dilakukan dengan teknik
pengukuran berulang yaitu dengan 5 kali pengulangan pada satu objek penelitian yang
sama, titik yang diukur mengacu pada standar pengukuran tegakan DBH ( Diameter at
Breast Hight) atau diameter setinggi dada 1,3 Meter dari atas permukaan tanah.

3.4.2. Alat UBKM Mekanis


Untuk pengukuran menggunakan alat UBKM mekanis dilakukan dengan teknik
pengukuran tunggal yaitu objek yang diukur hanya sekali pengukuran. Titik yang diukur
sama dengan titik pada saat pengukuran UBKM digital.

3.4.3. Phiben/Pita Ukur


Untuk pengukuran yang ketiga menggunakan Phiben/Pita Ukur, dengan teknik
pengukuran tunggal. Adapun titik ukur pada objek masih tetap sama dengan alat ukur 1
dan alat ukur 2, hal ini bertujuan agar tidak ada selisih dari total diameter yang di ukur.
Data dari ketiga alat ukur yang berbeda tersebut akan di catat pada Tally Sheet
yang berbeda, masing-masing alat ukur memiliki Tally Sheet. Adapun tally sheet nya
yaitu:

Table 2. Tally Sheet Alat Ukur Digital


No Nama Nama Total Biomasa Kode Lokasi
Ilmiah Lokal Pohon Pohon
1 2 3 4 5
1
2

9
3

Table 3. Tally Sheet Alat Ukur mekanis 1


No Nama Ilmiah Nama Lokal Biomassa Kode Pohon Lokasi
Pohon
1
2
3

Table 4. Tally Sheet Alat Ukur Manual 2


No Nama Nama Lokal Diameter Kode Pohon Lokasi
Ilmiah Pohon
1
2
3

3.5. Analisis Data


Setelah semua data pengukuran didapatkan maka masing-masing data diolah
menjadi data biomassa, untuk memudahkan dalam perhitungan error alat maka masing
masing alat ukur disimbolkan dengan :
M 1 = nilai biomassa menggunakan UBKM manual
M 2 = nilai biomassa menggunakan phiben
M 3 = nilai biomassa menggunakan UBKM digital
Pada alat UBKM digital dan UBKM manual hasil pengukuran lapangan
langsung berupa biomassa, karena UBKM digital dilakukan teknik pengukuran berulang
maka hasil dari pengukuran di rata-rata kan, adapun rumus rata-rata pengukuran UBKM
digital yaitu :

Dimana : M 3 = Nilai rata-rata


X1_5 = Nilai pengukuran lapangan
N = Nilai pengulangan
Untuk pengukuran menggunakan phiben hanya didapat data diameter sehingga
harus diolah menjadi data biomassa. Adapun rumus perhitungannya ialah :

Btotal = 0,3991 total D2,277

10
Setelah nilai biomassa pada pengukuran yang menggunakan phiben di dapat,
maka akan dilanjutkan dengan menghitung nilai error pengukuran UBKM manual dan
pengukuran menggunakan phiben terhadap UBKM digital.
Perbandingan ini meliputi hasil biomassa dari alat UBKM digital dengan UBKM
manual (PA1), dan alat UBKM digital dengan pengukuran menggunakan phiben (PA2),
selisih hasil pengukuran alat disajikan dalam persentase. Adapun rumus yang digunakan
yaitu :

Dimana : PA 1 = Nilai error UBKM digital terhadap UBKM manual


M1 = Nilai biomassa menggunakan UBKM manual
M2 = Nilai biomassa menggunakan phiben
M3 = Nilai biomassa menggunakan UBKM digital

11
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Arboretum Sylva Indonesia PC. UNTAN merupakan miniatur hutan Kalimantan Barat
yang ditumbuhi/ditanami dengan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan diantaranya jenis-
jenis meranti (Shorea spp.) dan memiliki total luasan 3,2 hektare sebagai kawasan
konservasi ex-situ, ruang terbuka hijau (RTH), sarana pendidikan/pengembangan ilmu
dan rekreasi alam.
5.1.1. Pengukuran Biomassa Karbon pada Pohon Meranti (Shorea spp.)
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kawasan Arboretum
Sylva Indonesia PC. UNTAN didapatkan 39 jumlah individu pohon Meranti (Shorea
spp.) diameter 20 cm up dan telah dilakukan pengukuran biomassa perpohon dengan
menggunakan Phiband, UBKM Mekanis dan UBKM Digital.
Adapun hasil pengukuran disajikan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 5. Jenis Pohon Meranti (Shorea spp.) dan Hasil Pengukuran Biomassa Menggunakan
Phiband/Pita ukur
No Nama Lokal Nama Ilmiah Diamete Berat Phiband
. r (cm) Jenis
Biomassa Karbon
(gr/cm3
(kg/pohon (kg/pohon
)
) )
1 2 3 4 5 6 7
1 Balangeran Shorea 20,48 0,86 332,18 156,12
balangeran
2 Balangeran Shorea 44,11 0,86 1906,13 895,88
balangeran
3 Balangeran Shorea 29,62 0,86 769,67 361,75
balangeran
4 Tengkawang Layar Shorea 23,25 0,51 262,98 123,60
beccariana
5 Tengkawang Layar Shorea 21,66 0,51 223,75 105,16
beccariana
6 Tengkawang Layar Shorea 25,16 0,51 314,80 147,96

12
beccariana
7 Meranti Putih Shorea 26,43 0,66 455,89 214,27
bracteolata
8 Meranti Putih Shorea 21,27 0,66 278,06 130,69
bracteolata
9 Tengkawang Shorea 26,11 0,40 268,77 126,32
gyberstiana
10 Tengkawang Ayer Shorea 21,18 0,88 366,96 172,47
havilandii

1 2 3 4 5 6 7
11 Meranti Kuning Shorea 23,47 0,54 284,57 133,75
hopeifolia
12 Meranti Tembaga Shorea 33,98 0,52 636,37 299,09
leprosula
13 Meranti Tembaga Shorea 25,38 0,52 327,49 153,92
leprosula
14 Meranti Tembaga Shorea 46,50 0,52 1299,59 610,81
leprosula
15 Meranti Tembaga Shorea 51,91 0,52 1670,04 784,92
leprosula
16 Meranti Tembaga Shorea 42,68 0,52 1069,04 502,45
leprosula
17 Meranti Tembaga Shorea 24,39 0,52 299,20 140,63
leprosula
18 Meranti Tembaga Shorea 20,38 0,52 198,72 93,40
leprosula
19 Meranti Tembaga Shorea 20,45 0,52 200,14 94,07
leprosula
20 Tengkawang Tungkul Shorea 49,36 0,40 1145,56 538,41
Putih macrophylla
21 Tengkawang Tungkul Shorea 60,19 0,40 1799,44 845,73
Putih macrophylla
22 Tengkawang Tungkul Shorea 57,32 0,40 1610,23 756,81
Putih macrophylla

13
23 Tengkawang Tungkul Shorea 63,12 0,40 2005,11 942,40
Putih macrophylla
24 Meranti Kelungkung Shorea ovalis 28,09 0,51 404,55 190,14
25 Meranti Kelungkung Shorea ovalis 26,53 0,51 355,18 166,94
26 Meranti Kelungkung Shorea ovalis 24,20 0,51 288,24 135,47
27 Mengkabang Shorea 23,47 0,55 289,84 136,23
palembanica
28 Mengkabang Shorea 39,17 0,55 930,36 437,27
palembanica
29 Terendak Shorea seminis 20,89 0,90 363,84 171,00
30 Terendak Shorea seminis 21,46 0,90 386,97 181,87
31 Terendak Shorea seminis 20,83 0,90 361,31 169,82
32 Terendak Shorea seminis 21,97 0,90 408,20 191,85
33 Terendak Shorea seminis 23,15 0,90 459,76 216,09
34 Terendak Shorea seminis 21,31 0,90 380,46 178,82
35 Terendak Shorea seminis 21,02 0,90 368,91 173,39
36 Terendak Shorea seminis 22,61 0,90 435,64 204,75
37 Terendak Shorea seminis 21,02 0,90 368,91 173,39
38 Terendak Shorea seminis 23,63 0,90 481,64 226,37
39 Meranti Putih Shorea 24,87 0,66 396,90 186,54
bracteolata
Total Biomasa Karbon (kg/pohon) 24.405,42 11.470,55
Sumber : Analisis Data 2017

Tabel 6. Jenis Pohon Meranti (Shorea spp.) dan Hasil Pengukuran Biomassa Karbon
Menggunakan Alat UBKM Mekanis dan Digital
No Nama Lokal Nama Mekanis Digital
. Ilmiah
Biomassa Karbon Biomassa Karbon
(kg/pohon (kg/pohon (kg/pohon (kg/pohon
) ) ) )
1 2 3 4 5 6 7
1 Balangeran Shorea 324,50 152,52 409,90 192,65
balangeran

14
2 Balangeran Shorea 1850,50 869,74 1958,83 920,65
balangeran
3 Balangeran Shorea 686,00 322,42 826,53 388,47
balangeran
4 Tengkawang Layar Shorea 250,50 117,74 296,17 139,20
beccariana
5 Tengkawang Layar Shorea 200,50 94,24 282,31 132,68
beccariana
6 Tengkawang Layar Shorea 301,50 141,71 347,30 163,23
beccariana
7 Meranti Putih Shorea 439,00 206,33 498,81 234,44
bracteolata
8 Meranti Putih Shorea 250,00 117,50 327,23 153,80
bracteolata
9 Tengkawang Shorea 293,50 137,95 297,53 139,84
gyberstiana
10 Tengkawang Ayer Shorea 322,50 151,58 417,36 196,16
havilandii
11 Meranti Kuning Shorea 258,50 121,50 317,33 149,14
hopeifolia
12 Meranti Tembaga Shorea 579,00 272,13 620,60 291,68
leprosula
13 Meranti Tembaga Shorea 301,50 141,71 346,17 162,70
leprosula
14 Meranti Tembaga Shorea 1281,50 602,31 1294,44 608,39
leprosula
15 Meranti Tembaga Shorea 1543,50 725,45 1648,68 774,88
leprosula
16 Meranti Tembaga Shorea 1046,00 491,62 1044,81 491,06
leprosula
17 Meranti Tembaga Shorea 304,00 142,88 307,48 144,52
leprosula
18 Meranti Tembaga Shorea 210,50 98,94 212,29 99,77
leprosula
19 Meranti Tembaga Shorea 209,50 98,47 190,27 89,43
leprosula

15
20 Tengkawang Shorea 1117,50 525,23 1130,02 531,11
Tungkul Putih macrophylla
21 Tengkawang Shorea 1852,50 870,68 1797,97 845,04
Tungkul Putih macrophylla
22 Tengkawang Shorea 1588,00 746,36 1616,08 759,56
Tungkul Putih macrophylla
1 2 3 4 5 6 7
23 Tengkawang Shorea 1990,50 935,54 2083,70 979,34
Tungkul Putih macrophylla
24 Meranti Kelungkung Shorea 429,50 201,87 427,03 200,71
ovalis
25 Meranti Kelungkung Shorea 365,00 171,55 338,07 158,89
ovalis
26 Meranti Kelungkung Shorea 309,50 145,47 293,47 137,93
ovalis
27 Mengkabang Shorea 252,00 118,44 296,32 139,27
palembanica
28 Mengkabang Shorea 838,50 394,10 941,67 442,59
palembanica
29 Terendak Shorea 369,50 173,67 377,32 177,34
seminis
30 Terendak Shorea 369,00 173,43 394,93 185,62
seminis
31 Terendak Shorea 369,50 173,67 356,91 167,75
seminis
32 Terendak Shorea 369,50 173,67 399,80 187,91
seminis
33 Terendak Shorea 445,50 209,39 465,80 218,93
seminis
34 Terendak Shorea 365,50 171,79 399,05 187,55
seminis
35 Terendak Shorea 361,50 169,91 358,17 168,34
seminis
36 Terendak Shorea 459,00 215,73 426,21 200,32
seminis
37 Terendak Shorea 365,50 171,79 403,74 189,76

16
seminis
38 Terendak Shorea 450,00 211,50 503,07 236,44
seminis
39 Meranti Putih Shorea 345,00 162,15 417,44 196,20
bracteolata
Total Biomasa Karbon (kg/pohon) 23.665,00 11.122,55 25.070,81 11.783,28
Sumber : Analisis Data 2017

Berdasarkan Tabel 5. dan Tabel 6. terdapat 11 jenis meranti (Shorea spp.) dan 39
jumlah individu dengan total biomassa (kg/pohon) pengukuran menggunakan Phiband
yang dikombinasikan dengan persamaan Allometrik (Hardiansyah, 2011) adalah
24.405,42 (kg/pohon), UBKM Mekanis 23.665,00 (kg/pohon) dan UBKM Digital
25.070,81 (kg/pohon). Setelah diperoleh data jumlah individu pohon Meranti dan
perhitungan total biomassa dengan menggunakan ketiga alat yang berbeda. Peneliti
menghitung karbon perpohon dan jumlah total karbon (kg/pohon) dengan menggunakan
rumus, Karbon Kayu = % Karbon X Biomassa. Perhitungan karbon ini mengacu pada
SNI 7724 : 2011 disebutkan besaran persentase karbon dalam kayu, serasah dan kayu
mati sebesar 47%.
Adapun hasil perhitungan disajikan pada tabel sebagai berikut :
Tabel 7. Total Pengukuran Biomassa Karbon Menggunakan Alat Ukur Phiband, UBKM Mekanis
dan UBKM Digital
Alat Ukur Total Biomassa Total Karbon
(kg/pohon)
(kg/pohon)

I. Phiband/Pita 24.405,42 11.470,55


ukur

II. UBKM Mekanis 23.665,00 11.122,55

III. UBKM Digital 25.070,81 11.783,28

17
Sumber : Analisis Data 2017

Hasil pengukuran total biomassa karbon dapat dilihat bahwa masing-masing dari
ketiga alat ukur tersebut menyajikan angka total biomassa karbon yang berbeda yakni
pengukuran menggunakan Phiband diperoleh biomassa 24.405,42 (kg/pohon) dan
karbon 11.470,55 (kg/pohon), UBKM Mekanis diperoleh biomassa 23,665,00
(kg/pohon) dan karbon 11.122,55 (kg/pohon) serta UBKM Digital diperoleh biomassa
25.070,81 (kg/pohon) dan karbon 11.783,28 (kg/pohon).

Perbandingan Nilai Selisih Pengukuran Alat


Perbandingan ini meliputi hasil pengukuran menggunakan alat Phiband, UBKM
Mekanis dan UBKM Digital yang disajikan dalam bentuk persentase. Adapun
perbandingan ketiga alat dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 7. Persentase selisih pengukuran alat ukur Phiband, UBKM Mekanis dan UBKM Digital
No. Selisih Phiband Selisih Phiband dengan Selisih Mekanis
dengan Mekanis Digital dengan Digital
Biomasa Karbon Biomassa Karbon Biomassa Karbon
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
Rerata 3,08 4,65 8,51
Sumber : Analisis Data 2017

Tabel 8. Rerata Persentase Selisih ketiga Alat dalam Pengukuran Biomassa Karbon
Alat Ukur Selisih Pengukuran Selisih Pengukuran
Biomassa (%) Karbon (%)
I. Phiband dengan UBKM 3,08 3,08
Mekanis

II. Phiband dengan UBKM Digital 4,65 4,65

III. UBKM Mekanis dengan 8,51 8,51


UBKM Digital

Sumber : Analisis Data 2017

18
Berdasarkan Tabel 7. dan Tabel 8. Selisih pengukuran biomassa karbon yang
dirata-ratakan dalam bentuk persentase yakni antara Phiband dengan UBKM Mekanis
3,08%, Phiband dengan UBKM Digital 4,65% dan UBKM Mekanis dengan UBKM
Digital 8,51%.

Analisa regresi menggunakan SPSS versi 21 menunjukkan nilai non signifikan antar
perlakukan jenis penggunaan alat. Hal ini berarti bahwa selisih antara pengukuran baik
perbadingan alat ukur mekanis dengan manual, alat ukur digital dengan manual, maupun
mekanik dengan digital secara statistik tidak menunjukkan hasil yang signifikan.

19
Penggunaan alat yang berbeda tidak menimbulkan masalah dalam perhitungan karbon
pohon dengan syarat persamaan allometrik yang diinput dalam alat tersebut sama.
Kejadian up or under estimation disebabkan oleh faktor pengguna yang meliputi kondisi
alat, penguasaan penggunaan alat, tingkat kelelahan, dan kondisi medan dimana lokasi
pengukuran berada. Pada alat digital karbon pohon memiliki sensitivitas sensor yang
tinggi. Sehingga pergeseran posisi pengukuran sedikit saja dapat merubah data yang
diukur. Sedangkan pada alat ukur karbon pohon mekanis dengan ukuran yang relatif
lebih besar dapat memungkinkan terjadinya kelelahan pada pengguna. Menurut Indriana
(2010) kelelelahan otot yang ditimbulkan dari pekerjaan dengan frekuensi dan intensitas
yang tinggi dapat mempengaruhi ketelitian kerja.
Berkaitan dengan kualitas kontrol mutu (qulaity control/ QC) pengukuran karbon hutan
Pearson dan Brown (2007) berpendapat bahwa pengukuran lapangan yang handal
merupakan langkah penting. Mereka yang bertanggung jawab atas pengukuran karbon
harus dilatih sepenuhnya dalam semua aspek pengumpulan data lapangan dan analisis
data. Adalah bijaksana untuk menyiapkan Standard Operating Procedure (SOP) untuk
setiap langkah pengukuran karbon di lapangan. SOP ini harus merinci semua tahapan
pengukuran lapangan sehingga pengukuran dapat diulang. Dokumen harus diproduksi
dan diajukan dengan dokumen proyek yang memverifikasi bahwa semua langkah QA
telah diambil. Kru lapangan harus mendapat pelatihan ekstensif dan sepenuhnya
mengetahui semua prosedur dan pentingnya mengumpulkan data yang akurat. Program
audit untuk pengukuran lapangan dan pengambilan sampel harus dilakukan. Program
audit yang khas terdiri dari tiga jenis cek. Selama pemeriksaan panas, auditor
mengamati anggota awak lapangan selama pengumpulan data di plot lapangan (ini
terutama untuk tujuan pelatihan). Pemeriksaan dingin terjadi saat awak lapangan tidak
hadir untuk audit. Cek buta menunjukkan pengukuran yang lengkap dari sebuah plot
oleh auditor. Pemeriksaan panas memungkinkan koreksi kesalahan dalam teknik.
Pengukuran varians dapat dihitung melalui blind check. Jika pekerjaan lapangan selesai,
sekitar 10 persen dari plot harus diperiksa secara independen. Data lapangan yang
dikumpulkan pada tahap ini dapat dibandingkan dengan data asli, dan kesalahan harus

20
dikoreksi dan dicatat. Kesalahan dapat dinyatakan sebagai persentase dari semua plot
yang telah diperiksa ulang untuk memberikan estimasi kesalahan pengukuran.
Penyempurnaan alat dari versi mekanis ke versi digital memberikan manfaat positif
dalam segi kepraktisan dan efisiensi. Pengambilan data karbon pohon lebih cepat
dibandingkan dengan versi mekanis. Kelemahan dari alat digital adalah pada manejen
daya baterai, jika pengukuran dilakukan pada kawasan hutan yang luas maka pekerjaan
kemungkinan akan terhambat pada saat kehabisan daya dan harus mencari sumber listrik
untuk melakukan proses pengisian daya. Berikutnya dari segi biaya produksi alat digital
lebih tinggi dibanding dengan alat mekanisnya. alat ukur digital dipasaran di jual pada
kisaran harga USD 1.000 atau sekitar Rp. 13.000.000 juta rupiah. Kedepannya perlu
dipertimbangkan untuk menyempurnakan alat ukur digital dengan memberi alternatif
penggunaan baterai kering seperti yang diterapkan pada alat-survey lapangan lainnya
contoh GPS.
Penggunaan alat ukur karbon menjadi hal yang penting mengingat dinamika yang terjadi
pada kondisi tegakan alam yang meliputi pertambahan umur pohon atau rusaknya pohon
tersebut. kegiatan monitoring yang secara berkala perlu dilakukan dan dengan
menggunakan alat dan metode yang terstandar. Penggunaan alat maupun metode yang
tidak konsisten akan menghasilkan bias dari hasil pengukuran. Institusi yang berwenang
seperti Kementrian LHK, dinas Kehutanan maupun pihak swasta yang bergerak dalam
IUPHHK-HA seharusnya memiliki alat pengukur karbon di invertarisnya.
.

DAFTAR PUSTAKA

Adinugroho dan Sidiyasa. 2006. Pendugaan Karbon Dalam Rangka Pemanfaatan Fungsi
Hutan Sebagai Penyerap Karbon. Balai Penelitian Kehutanan Samboja.
Manuskrip.
Ashton, P.S., 1982. Dipterocarpaceae. In: Van Steenis, C.G.G.J (ed.) Flora Malesiana
(9): 237-552.

21
Al Rasyid, H,. dkk. 1991. Vademecum Dipterocarpaceae. Badan penelitian dan
Pengembangan Kehutanan. Dephut.
Brown, S. 1997. Estimasi Biomass and Biomass Change of Tropical Forest. A Primer.
FAO. Forestry Paper. USA.
Hairiah, K., et al. (2001). Methodsfor sampling carbon stocks above and below ground.
World agroforestry centre, ICRAFSA. Bogor
Hairiah, K., Ekadinata, A., Sari, R.R., Rahayu, S. 2011. Pengukuran Cadangan Karbon
dari Tingkat Lahan ke Bentang lahan. Edisi 2. World Agroforestry Centre, ICRAF
Southeast Asia dan Universitas Brawijaya. Bogor dan Malang. Indonesia.
Hairiah K, Sitompul SM, Van Noordwijk M, Palm C. 2001. Method for sampling carbon
stocks above and below ground, ASB lecture note 4B.ICRAF. Bogor.
http:/www.worldagroforesty.org [30 Juni 2010].
Hairiah, K., Rahayu, S. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam
Penggunaan Lahan. World Agroforestry Center ICRAF, SEA Regional Office
University of Brawijaya,Indonesia.
Handoko P. 2007. Pendugaan simpanan karbon di atas permukaa lahan pada tegakan
akasia (Acacia mangium) di BKPH Parung Panjang KPH Bogor Perum Perhutani
Unit III Jawa Barat dan Banten. [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut
Pertanian Bogor.
Hardiansyah G., Ridwan M., 2012. REDD: Peluang HPH Menurunkan Emisi Global.
Untan Press. Kalimantan Barat.
Hardiansyah G., Yani A., Fahrizal, Erianto, Yuslinda, Jeno M., Ngo Y.L., Manuputy B.,
Arifin, Hendarto, Rifwan, Darmawel, Yenny, Sari E.S., Rosaji J., Haryono Z.,
Iskandar, Idham, Ilyas, Zailani, Sholatiana, Irvanto A.F., 2013. Strategi dan
Rencana Aksi Provinsi (SRAP) REDD+ Kalimantan Barat. Dokumen Provinsi
Kalimantan Barat.
Heriyanto MN, Wibowo A, Garsetiasih R. 2010. Potensi karbon pada hutan tanaman
tusam, mahoni, dan jati dijawa barat dan banten. Jurnal penelitian hutan tanaman.
Vol 7. No. 3 : 147-154.
Hutabarat FBC. 2011. Pendugaan Cadangan Karbon Tegakan Eukaliptus Pada Umur
dan Jenis Berbeda Studi di Areal Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari
Lestari Sektor Aek Nauli [skripsi]. Medan : Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara.
Ketterings, Q.M., Coe, R., van Noordwijk, m., Ambagau, Y., Palm, C.A. 2001.
Reducing Uncertainty In The Use of Allometric Biomass Equations for Predicting
Aboveground Tree Biomass In Mixed Secondary Forests. Forest Ecology and
Management 146.199-209.

22
Kusuma GA. 2009. Pendugaan potensi karbon diatas permukaan tanah pada tegakan
hutan hujan tropis bekas tebangan (LOA) 1983 (Studi Kasus IUPHHK PT. Suka
Jaya Makmur). [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Rahayu S, Lusiana B, dan Noordwijk VN. 2006. Pendugaan cadangan karbon diatas
permukaan tanah pada berbagai sistem penggunaan lahan di kabupaten nunukan,
kalimantan timur. Bogor : ICRAF.
Samsoedin, I., I.W.S Dharmawan, A. Siregar. 2009. Potensi Biomassa Karbon Hutan
Alam dan Hutan Bekas Tebangan Setelah 30 Tahun di Hutan Penelitian Malinau,
Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam.Vol. IV No. 1.
Hal 47-56.
Sembiring I. 2010. Pendugaan karbon tersimpan pada tegakan pinus (pinus merkussii)
dan Eukaliptus (eucalyptus sp) di taman hutan raya bukit barisan kabupaten karo
[skripsi]. Medan : fakultas pertanian universitas sumatera utara.
Siahaan FA. 2009. Pendugaan simpanan karbon diatas permukaan lahan pada tegakan
eukaliptus (Eucalyptus sp) di sektor habinsaran PT. Toba Pulp Lestari, Tbk.
Sumatera Utara [skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Suhendang E. 2002. Pengantar Ilmu Kehutanan.Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Sutaryo D. 2009. Perhitungan Biomassa. Bogor : Wetlands International Indonesia
Programme.
Tresnawan H, Upik Rosalina. 2002. Pendugaan biomassa di ekosistem hutan primer dan
hutan bekas tebangan (Studi Kasus Hutan Dusun Aro, Jambi). Jurnal Manajemen
Hutan Tropika Vol. VIII No.1 : 15:29.
Indriana T. 2010. Pengaruh Kelelahan Otot Terhadap Ketelitian Kerja. Stomatognatic
(J.K.G. Unej) Vol. 7 No. 3 hal : 49-52

Pearson T.R.H And Brown S.L. 2007. Measurement Guidelines for the Sequestration of
Forest Carbon. USDA FOREST SERVICE

23

Anda mungkin juga menyukai