OLEH :
Riski
NIM : 1806111438
1. GUSDINA MARDIANTI
2. KHAREN HAPUK SIANTURI
3. SEPTERIN AMANDA BR. SIMBOLON
JURUSAN KEHUTANAN
PEKANBARU
2019
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya hanturkan kehadirat Tuhan yang maha esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan penyusunan laporan
ini. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Paktikum struktur sifat kayu. Dalam
penyusunan makalah ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu. Makalah ini disusun berdasarkan sumber-sumber yang
ada, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan akan kami terima dengan
senang hati. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.
Pekanbaru, Mai,2019
Penulis
3
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN ................................................................................................................. 5
4.1.3 Hasil pengukuran Kadar Air Kayu, Pengukuran Berat Jenis dan Kerapatan Jenis, dan
pengukuran Kembang Susut Kayu ...................................................................................... 24
Pembahasan......................................................................................................................... 28
4
V. PENUTUP.......................................................................................................................... 31
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
I. PENDAHULUAN
Selain keuntungan kayu seperti yang telah disebutkan di atas kayu juga
mempunyai kekuatan yang tinggi (tekan sejajar atau tegak lurus serat) dan berat yang
rendah dibandingkan dengan konstruksi yang lainnya, mempunyai daya tahan yang
tinggi terhadap pengaruh kimia (chemical attack), dan bersifat isolator. Namun
demikian, kayu juga memiliki kekurangan antara lain sifat kurang homogen dengan
adanya cacat kayu, mata kayu, beberapa sifat kurang awet, dapat memuai dan menyusut
dengan perubahan kelembapan meski tetap elastis dan yang terutama adalah kayu
mudah terbakar. Tidak semua jenis kayu dapat dijadikan bahan konstruksi. Penilaian
terhadap kayu dibedakan atas kelas kuat dan kelas awetnya. Sifat utama yang dimiliki
yaitu kayu merupakan kekayaan alam yang tidak akan pernah habis, mudah dalam
pemrosesan serta memiliki sifat-sifat spesifik yang tidak dimiliki oleh bahan lain.
Perlu diketahui bahwa Indonesia memiliki sumber potensi hutan yang tidak
sedikit, sekitar 4000 jenis kayu. Dari jumlah tersebut hanya sebagian kecil saja yang
telah diketahui sifat serta kegunaanya dan jumlah ini pun masih juga belum memenuhi
sasaran tujuan pemakaian. Sebagian besar masyarakat masih cenderung menggunakan
jenis kayu tertentu. Misalnya di pulau Jawa, orang lebih menyukai kayu Jati daripada
kayu lainnya. Demikian pula orang-orang di Kalimantan lebih menyukai memakai
kayu Ulin dan seterusnya. Akibatnya, jenis kayu lainnya yang justru memiliki potensi
lebih besar tidak mendapat tempat dihati masyarakat pemakai kayu. Hal ini perlu
dipecahkan, agar semua jenis kayu yang telah diketahui sifat-sifatnya dapat
dimanfaatkan secara menyeluruh dan terpadu.
Hutan dan kayu merupakan rahmat pemberian Tuhan yang perlu dimanfaatkan
sepenuhnya untuk kesejahteraan manusia di muka bumi. Hanya masalahnya sekarang
bagaimana manusianya itu sendiri. Itulah sebabnya dengan mengenal lebih banyak
mengenai seluk-beluk kayu, kayu akan dapat dikelola secara mantap dan terarah, agar
dapat berperan sesuai dengan fungsinya, bagi bangsa dan negara Indonesia khusunya.
kualitas atau gambaran dari kayu itu sendiri secara keseluruhan. Oleh karena itu sifat
kayu sangat ditentukan dan bergantung pada struktur anatominya. Dengan kata lain,
sifat kayu itu melekat (inherent) di dalam struktur sel-sel penyusun kayu.Berdasarkan
cara pengamatannya Sarajar (1982); Bowyer et al. (2003) membedakan struktur
anatomi kayu atas:
a) struktur makroskopis (macrostructure) yaitu struktur yang dapat diamati dengan
mata telanjang atau dengan kaca pembesar (10-15X),
b) struktur mikroskopis (microstructure) yaitu struktur kayu yang baru dapat diamati
dengan jelas menggunakan mikroskop cahaya (100-500X)
c) struktur submikroskopis (ultra-structure), yaitu struktur kayu yang diamati dengan
mikroskop elektron (1000-10.000X).
Berdasarkan hubungannya dengan kekuatan kayu, sifat kayu dapat dibedakan atas
sifat kasar, yaitu sifat yang tidak ada hubungannya secara langsung dengan kekuatan
kayu, dan sifat struktural (yang tak lain adalah struktur kayu itu sendiri) yang secara
langsung akan menentukan kekuatan dan sifat-sifat kayu lainnya. Sifat kasar bersifat
subjektif, sedangkan sifat struktural bersifat objektif. Sifat kasar harus diamati pada
ketiga bidang pengamatan, yaitu lintang (tegak lurus sumbu batang), tangensial
(memotong tegak lurus salah satu jari-jari kayu dan sejajar sumbu batang) dan radial
(sejajar dengan jari-jari kayu dan sejajar pula dengan sumbu batang).(Sarajar,1982).
Beberapa sifat kasar yang utama adalah warna, bau dan rasa, tekstur, arah serat,
corak, kesan raba dan kilap kayu. Warna kayu disebabkan oleh adanya pigmen tertentu,
sedangkan bau dan rasa kayu terkait dengan kandungan zat-zat ekstraktif yang mudah
menguap. Untuk beberapa jenis, keduanya bernilai tinggi untuk kegiatan identifikasi.
Tekstur kayu menyatakan halus-kasarnya permukaan kayu, yang ditentukan oleh
besar-kecilnya diameter sel-sel penyusun kayu (sel pembuluh untuk hardwood, sel
trakeida untuk konifer). Arah serat berhubungan dengan orientasi longitudinal sel-sel
dominan penyusun kayu terhadap sumbu batang. (Tsoumis, 1991)
Corak kayu ditentukan oleh keberadaan lingkaran tumbuh dan jaringan parenkim
marjinal, susunan pori, ripple mark pada sel jari-jari, perbedaan warna antara kayu
9
gubal dan teras, serta perbedaan kayu awal dan kayu akhir. Kayu-kayu dengan
lingkaran tumbuh yang jelas, atau berpori tata lingkar, atau memiliki perbedaan warna
yang tegas antara bagian gubal dan terasnya, atau kayu-kayu dengan struktur kayu
awal-kayu akhir yang nyata berpotensi untuk menghasilkan corak yang unik dan khas.
Kesan raba juga terkait dengan zat ekstraktif kayu. Kayu yang berlilin seperti jati
menghasilkan kesan raba yang licin dan tidak lengket (Sarajar 1982), sedangkan kayu
yang berminyak menghasilkan kesan basah dan lengket (sticky). Kayu dengan nilai
berat jenis (BJ) tinggi memberikan kesan “dingin”, sedangkan kayu dengan BJ rendah
“hangat”. Kilap kayu merupakan kesan yang menunjukkan kemampuan permukaan
kayu untuk memantulkan cahaya. Secara umum, ada kayu yang berkilap dan ada juga
yang “buram”. Sebagaimana kesan raba, kilap kayu juga dipengaruhi oleh zat ekstraktif.
Umumnya kilap kayu di bidang radial lebih menarik dibandingkan di bidang tangensial.
(Bowyer et al. 2003)
Air bebas adalah air yang terdapat di dalam rongga-rongga sel yang paling
mudah dan terlebih dahulu keluar.
Air terikat adalah air yang berada dalam dinding-dinding sel kayu,sangat sulit
untuk dilepas.
Semua rongga pori dan dinding sel kayu penuh kandungan air. Kadar air dapat
memcapai 200%
Setelah pohon ditebang, zat air dapat masuk dengan bebas lagi. Dinding sel
kayu tetap penuh kandungan air, sedangkan rongga sel sebagian berkurang
kandungan airnya. Besar kandungan kandungan air masih di atas 35%-70%.
Air bebas pada rongga pori-pori kayu telah keluar semuanya. Kandungan air
dalam dinding sel tetap. Kadar air kayunya 25%-30%.
11
4. Kering udara atau titik keseimbangan kadar air kayu (equilibrium moisture
content)
Pada saat ini, kayu menyesuaikan diri dengan udara sekitarnya, sehingga
kandungan air dalam dinding sel yang berlebihan mulai terevaporasi keluar.
Bentuk dimensi kayu mulai berubah (menyusut). Kadar air kayu antara 12%-
20%..
5. Kering tanur
Rongga pori dan dinding sel tidak mengandung air lagi. Berat kayu tidak dapat
turun lebih lanjut. Kadar air kayu 0%.
sebaliknya makin ringan suatu jenis kayu maka makin berkurang pula
kekuatannya.(Jaket,2011)
Faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis kayu yaitu umur pohon, tempat
tumbuh, posisi kayu dalam batang dan kecepatan tumbuh. Berat jenis suatu kayu
tergantung dari jumlah zat kayu yang penting sehubung dengan penggunaannya. Berat
jenis suatu kayu bergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun didalamnya, rongga-
rongga sel atau jumlah pori-pori, kadar air yang dikandung dan zat ekstraktif
didalamnya. Berat suatu jenis kayu ditunjukkan dengan besarnya berat jenis kayu yang
bersangkutan, dan di pakai sebagai patokan berat kayu. Berat jenis kayu adalah
perbandingan berat kayu terhadap volume air yang sama dengan volume kayu tersebut
dengan menggunakan berat kayu kering sebagai dasar.(Manuhua,2009)
Berat jenis kayu adalah sifat fisika kayu yang paling penting. Kebanyakan sifat
mekanika kayu sangat berhubungan dengan berat jenis dan kerapatan yang sering
digunakan secara campur aduk. Berat jenis merupakan perbandingan berat jenis bahan
dengan berat jenis air. Perhitungan berat jenis banyak di sederhanakan dalam sistem
metrik karena 1 cm3 air beratnya tepat 1g. Jadi berat jenis dapat dihitung secara
langsung dengan membagi berat jenis dalam gram dengan volume dalam sentimeter
kubik. Dengan angka, maka kerapatan (R) dan berat jenis (B) adalah sama. Namun,
berat jenis tidak mempunyai satuan karena berat jenis adalah nilai relatif.(Jaket,2011)
yang ada hubungannya dengan itu. Orang dapat memahami mengapa suatu balok yang
berisi 50% volume rongga akan bertahan terhadap pemampatan jauh lebih besar
daripada suatu balok dari spesies yang berbeda dengan 75% rongga.(Haygreen dan
Bowyer,1996)
Kerapatan suatu benda yang homogen adalah massa atau berat persatuan volume,
sehingga kerapatan selalu dinyatakan dengan satuan gram/cm3 atau kg/m3. Massa atau
berat dan volume pada perhitungan kerapatan kayu dapat menggunakan berbagai
macam kondisi kayu (kondisi segar/basah, kering udara, kadar air tentu dan kering
tanur). Air memiliki kerapatan 1g/cm3 atau 1000 kg/m3 pada suhu standar tersebut.
Karenanya kayu dengan berat jenis 0,50 mempunyai kering 0,50 gram/cm3 atau 500
kg/m3. Dalam sistem inggris, air memiliki kerapatan 62,4 pon/kk3.(Budianto,2000)
Selain pengaruh kadar air, penyusutan kayu juga di pengaruhi oleh berat jenis
kayu.Berat jenis memberikan hubungan yang linier terhadap penyusutan kayu, semakin
14
tinggi berat jenis suatu kayu maka penyusutan kayu akan semakin
tinggi.(Tsoumis,1991)
Jika kayu kehilangan air di bawah TJS yaitu kehilangan air terikat, kayu menyusut.
Sebaliknya,jika air mamasuki struktur dinding sel, kayu mengembang. Penyusutan dan
pengembangan adalah suatu proses yang benar-benar terbalikkan dalam potongan-
potongan kecil kayu bebas tegangan. Namun di dalam produk-produk panil kayu,
seperti papan serat dan papan partikel, proses tersebut sering tidak terbalikkan secara
sempurna. Hal ini sebagian hasil dari pemampatan yang dialami serat-serat atau
partikel-partikel kayu selama pembuatannya. Dalam potongan-potongan besar kayu
yang utuh, pengembangan dan penyusutan mungkin tidak terbalikkan secara sempurna
sebagai akibat gaya-gaya pengeringan internal. Penyusutan dinding sel dan karenanya
seluruh kayu, terjadi saat molekul-molekul air terikat melepaskan diri dari antara
molekul-molekul selulosa berantai panjang dan molekul-molekul hemiselulosa.
Molekul-molekul rantai ini kemudian dapat bergerak saling mendekat. banyaknya
penyusutan yang terjadi umumnya sebanding dengan jumlah air yang keluar dinding
sel (Budianto, 2000).
Kembang susut kayu mempunyai arah tertentu karena adanya perbedaan struktur
pori-pori kayu atau trakeida pada kayu berdaun jarum. Pada umumnya, terdapat 3 arah
penyusutan utama pada kayu, yaitu tangensial, radial, dan longitudinal (aksial).
III. METODOLOGI
Timbangan
Alat tulis
Oven
kalifer
Bahan yang digunakan
6 jenis kayu yang diamati dengan ukuran 5 X 5 X 5 cm
Nama Kena
No Pori-pori Jari-jari Parenkim Warna Tekstur Bau Raba
Kayu
Tangensial
1 Simpur Kelompok Diagonal coklat Keras -
Panjang Kasar
Tangensial Agak
2 Pulai Kelompok Diagonal Kuning -
panjang Lunak Kasar
21
Agak Kasar
5
Kelapa Kelompok Kelompok Baur Coklat Keras -
Agak Agak
9
Akasia Kelompok Diagonal Baur kecoklatan Keras - Kasar
Nama
No Pori-pori jari-jari Parenkim Warna Tekstur Bau
kayu
Agak Agak
12 Nyantoh kelompok Diagonal Tangensial Cokelat -
Keras Kasar
Agak Agak
13
Kempas Kelompok Lurus Tangensial Panjang Merah Keras - Kasar
Agak
14
Laban Berkelompok Diagonal Tangensial panjang kuning Keras - Halus
Agak
16
Menjalin Soliter Diagonal Tangensial Panjang kuning keras - Kasar
Perbedaan tekstur pada berbagai jenis kayu disebabkan oleh adanya variasi
tekstur sel dan ukuran sel penyusun masing-masing kayu yang berbeda. Kayu yang
memiliki pori besar kemungknan memiliki tekstur yang kasar sedangkan kayu yang
berpori kecil memiliki tekstur yang halus dan agak lembut Tekstur sering digunakan
secara umum menyatakan semua sel kayu yang terpisahkan dalam proses pempuatan
pulp. Namun dalam konteks morfologi kayu istilah tekstur adalah xylem kayu teras
panjang meruncing dan biasa berdinding tebal
jari-jari, tangensial adalah pori-pori yang sejajar dengan jari-jarinya dan diagonal
adalah pori-porinya membentuk sudut miring jari-jari. Pada konsep ini, juga
dikenal dengan soliter, pasangan dan gabungan. Soliter yang berarti pori-pori
yang hanya berdiri sendiri dan pasangan adalah pori-porinya berpasangan
sedangkan gabungan adalah jenis pori-porinya lebih dari 2 atau 3.
Pori berdasarkan isinya terbagi menjadi 2 yaitu: TIlosis dan Deposit. Kedua pori ini
mempunyai ciri khas masing-masing. Tilosis adalah jenis pori-pori yang apabila
dibiarkan dibawah sinar matahari isinya akan terlihat berkilau-kilau. Dan kilaunya
itulah disebut dengan tilosis,contohnya yaitu Nyatoh. sedangkan deposit adalah
jenis pori-pori yang isinya berwarna coklat ,kuning dll. Contohnya yaitu kelapa
Kesan raba adalah kesan yang kita peroleh saat kita meraba permukaan suatu
kayu tertentu. Ada kayu yang bila diraba terasa kasar, licin dan sebagainya. Kesan raba
yang berbeda-beda tersebut untuk setiap jenis kayu tergantung dari tekstur kayu, besar
kecilnya air dan dikandung serta kadar zat ekstraktif yang terdapat pada kayu
4.1.3 Hasil pengukuran Kadar Air Kayu, Pengukuran Berat Jenis dan Kerapatan
Jenis, dan pengukuran Kembang Susut Kayu
Tangensial(cm longitu-
Jenis Radial(cm)
No ) dinal (cm) Massa (gr)
kayu
R1 R2 R3 T1 T2 T3 L1 L2 L3
25
4 Kolek 5.5 5.5 5.4 5.4 5.4 5.5 4.7 4.8 4.8 47.32 gr
1 2 3 3 5 2 1 2 4
Tangensial(cm Longitudinal(cm
Jenis Radial(cm)
No ) ) Massa (gr)
Kayu
R1 R2 R3 T1 T2 T3 L1 L2 L3
1 Keruing 5.5 4.9 5.0 5.0 5.0 5.1 4.7 4.7 4.77 107.14 gr
1 15 1 7 7 1 1 3
3 Meranti 4.7 4.7 4.6 4.6 4.7 4.6 6.6 6.6 6.62 61.97 gr
1 1 6 4 5 7 7 9
4 Kolek 5.5 5.5 5.4 5.5 5.5 5,6 5.7 5.6 4,15 50.1 gr
3 3 4 1 2 1 1 9 5.56
5 Rengas 5.0 5.1 5.7 5.0 5.0 5.0 4,2 4.2 4,15 101.3 gr
3 4 2 4 5 0 0
6 Kulim 4.7 4.7 4.8 4.6 4.6 4.6 4,7 4,7 4,76 129.7 gr
3 5 7
Tabel 4.1.6. Kadar Air, Berat Jenis , Volume dan Kerapatan dan kembang Susut
Pembahasan
setelah melakukan praktikum penimbangan berat dan pengukuran bidang
dimensi kayu pada 7 jenis kayu yang berbeda. Berat kayu merupakan hal yang
menggambarkan mengenai seberapa kuat kayu tersebut. Biasanya kayu yang tergolong
keras meiliki berat yang tinggi. Seperti halnya kayu kulim, kayu kulim memiliki sifat
kekerasan yang keras dan termasuk kayu yang memiliki bobot berat cukup
dibandingkan dengan kayu resak Namun, pada saat praktikum pengukuran berat yang
29
dilakukan, hasil yang didapat yaitu jenis kayu Keruing yang memiliki bobot berat yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kayu kulim. Pada praktikum ini kayu Kruing yang
berukuran 5x5x5 memiliki berat 120 gr, dan untuk kayu Kulim memiliki berat 118 gr.
Penimbangan berat kayu kulim dibandingkan kayu Keruing lebih ringan kayu kulim,
hal ini dapat terjadi dikarenakan ada faktor yang mempengaruhi penimbangan berat
kayu tersebut, faktor itu diantaranya pada kayu Keruing, kayunya sempurna sedangkan
pada kayu kulim terdapat retakan kecil pada sudut salah satu sisinya, kesalahan ini
terjadi mungkin disebabkan kesalahan itu.
Pada saat proses perendaman, maka dipastikan berat pada jenis jenis kayu akan
bertambah. Dikarenakan pada kayu memiliki sifat higroskopis yaitu sifat dapat
menyerap atau melepaskan air. Sifat ini akan berhubungan dengan sifat kayu yang
mengembang dan menyusut. Kayu yang setelah direndam pasti akan mengembang dan
menyebabkan perubahan pada dimensi kayu. Hampir semua kayu dapat menyerap air,
yang memungkinkan air yang masuk itu menambah beratnya. Hal diatas sesuai dengan
yang terjadi pada at melakukan praktikum pengukuran. Semua jenis kayu dijadikan
sampel dengan ukuran 5x5x5 itu terjadi atau mengalami perubahan dimensi, hal itu
dikarenakan kayu tersebut mngembang , rata rata dari 7 jenis kayu itu memiliki bobot
yang berat setelah direndam, kemampuan yang menonjolkan sifat higroskopisnya yaitu
pada kayu meranti dari berat awal sebelum direndam 40 gr hingga mencapai bobot
berat 250 gr setelah direndam. Namun, berbeda dengan kayu kruing, sebelum dan
sesudah direndam memiliki berat yang sama yaitu 98 gr. Pada saat setelah perendaman
dimensi pada kayu Kulim tersebut mengalami perubahan.
Setelah proses pengovenan, pasti akan terjadi penyusutan pada semua dimensi
kayu. Pada penyusutan ini bidang dimensi longitudinal memiliki perensate susut yang
sangat kecil berkisar anatar 0,1-0,2%. Namun, pada saat pengovenan yang dilakukan
30
hampir pada semua kayu menurunkan bobot beratnya setelah dioven, namun pada kayu
kulim bobot berat setelah dioven berkurang namun pada penyusutan ada terdapat
dimensi yang mengembang, namun untuk bobot beratnya berkurang. Hal diatas
memungkinkan terjadi dikarenakan pada proses pengovenan diakibatkan ada retakan
dimensi atau pengaturan suhu yang tidak konstan pengembangan pada kayu dapat
terjadi disebabkan akibat jaringan ultrastruktur pada kayu mengalami penambahan
dimensi. Karena hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa :
“ penambahan air atau zat cair lain pada zat dinding sel akan menyebabkan jaringan
mokrofibril mengembang, keadaan ini akan berlangsung sampai titik jenuh serat
tercapai. Jadi kayu yang masih mengembang pada saat selesai pengovenan, bisa saja
dikarenakan karena waktu pengovenan yang tidak sebanding dengan waktu yang
dilakukan pada saat perendaman.
Pengukuran ini dilakkan bertujuan untuk mengetahui kadar air, berat jenis dan
kerapatan pada masing-masing sampel kayu. Pengukuran berat dan volume pada
bagian ini dipengaruhi oleh faktor-faktor sebelumnya. Sesuai dengan pembahasan
ataupun literatur yang telah dijabarkan sebelumnya.
Berat jenis merupakan petunjuk untuk menentukan sifat sifat kayu. Makin berat kayu
itu, kekuatan kayunya makin besar dan sebaliknya. Higroskopis yaitu kemampuan sifat
dapat menyerap atau melepaskan air, dengan masuknya air kedalam kayu akan
menyebabkan kayu mengembang. Untuk mengetahui kondisi kadar air kayu
digunakan :
B akhir
31
Berdasarkan tabel hasil, berat jenis kayu yang paling tinggi ditempati oleh kayu
Keruing, dan yang keduanya yaitu Rengas. Sedangkan untuk kadar air Rengas yang
lebih banyak mengandung kadar air dibandingkan kayu lain. Dikarenakan pada saat
proses perendaman, kayu Rengas paling banyak menyerap air. Untuk pengukuran %
susut, dari hasil tabel kayu Rengas juga memiliki % susut yang tinggi diantara kayu
lainnya, dan untuk kerapatan, kayu Keruing memiliki kerapatan yang lebih tinggi
dibandingkan kayu lainnya. Hal ini terjadi mungkin dikarenakan pada kayu Keruing
memiliki sifat yang keras atau salah satu kayu yang termasuk keras, sehingga
menghasilkan nilai kerapatan yang tinggi ( dikarenakan beratnya juga ).
Penyusutanyang terjadi tidak terlalu besar dikarenakan air yang berada didalam
kayu tidak keluar karena hanya dianginkan. Namun jika kita juga menjemurnya
dibawah sinar matahari maka kemungkinan penyusutan lebih besar terjadi.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.1.1 Sifat anatomi kayu
Dalam praktikum ini, praktikan mengetahui secara detail struktur yang
dimiliki oleh kayu, struktur kayu ada yang keras, lunak dan berbeda-
32
5.2 Saran
1. pratikumnya lebih tepat waktu jika pas melihat pori’’ di beri waktu lama supayah
paham 2.sebaiknya menggunakan alat yang lebih baik supaya dalam pratikum lebih
membantu dan lebih akurat biar lebih mengerti
4. semoga pada praktikum terakhir ini kami dapat mengambil pembelajaran yg telah
diberikan oleh asisten pembimbing praktikum
DAFTAR PUSTAKA
Haygreen JG, Bowyer JL. 2003. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar,
Terjemahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Jaker, D. 2011. Berat Jenis Kayu. Indonesia Forest Seed Project. Bandung.
Lowery, D P., dan Schmidt, W. C. 1967. Effect of thinning on the specific gravity of
western larch crop trees. USDA For. Serv.int.for. Range Exp. Stn Res. Note INT-7-.
Manuhua, E. 2009. Kadar Air Dan Berat Jenis Pada Posisi Aksial Dan Radial Kayu
Mahoni( Swietenia mahagoni) (Arthocarpus communis, J.R dan G.Frest). Jurnal
Agroforestry 2(1). Universitas Pattimura. Maluku
Pandit dan Ramdan, H. 2005. Anatomi Kayu : Pengantar Sifat Kayu sebagai Bahan
Baku. Tarsito. Bandung.
LAMPIRAN GAMBAR
35
Mahang
Sendok –sendok
36
Meranti merah
Kempas
37
Kempas
Simpur
38
Bintangur
Bulah kosong
39
Meranti kuning
Nyatoh
40
Menjalin
Kelapa
41
Pulai
Keruing
42
LAMPIRAN PERHITUNGAN
43
1. Kayu Keruing
KA =
=78,8 %
2. kayu Resak
KA =
= 24,3 %
3. kayu meranti
KA =
=20 %
4. kayu kolek
KA =
=16,8 %
44
5. kayu Rengas
= 39 %
6. kayu Kulim
=6%
7. Kayu balam
=6,78 %
1.kayu resak
VOLUME = 5 x 5 x 5
=125 cm
Kerapatan =
=1,35
Berat Jenis =
45
=1,35%
2.kayu meranti
V= 5 x 5 x 5
=125 cm3
Kerapatan kayu =
=0,36
Berat jenis =
= 0,42
3.kayu rengas
V= 5 x 5 x 5
= 125 cm3
Kerapatan kayu =
46
=0,01
Berat jenis =
=0,01
4.kayu kulim
V= 5 x 5 x 5
=125 cm3
Kerapatan =
=1,02 gr/cm3
Berat jenis =
=1,02
V= 5 x 5 x 5
= 125 cm3
47
Kerapatan kayu =
=0, 786
Berat jenis =
=0,786
6. keruing
V= 5 x 5 x 5
= 125 cm3
Kerapatan kayu =
=0,35
Berat jenis =
=0,35
1. kayu Keruing
48
Kembang
Kembang =
= 5,9 %
Susut
Susut =
=7 %
2. kayu Resak
Kembang
Kembang =
=4,3%
Susut
Susut =
= x 100%
=3,5%
3. kayu Meranti
Kembang
Kembang = 100%
= x 100%
=45 %
Susut
50
Susut =
=3,4 %
Kayu Kolek
Kembang
Kembang = 100%
= x 100%
=5,9 %
Susut
D awal =5,53x5,43x4,71=138,87
Susut =
=5%
51
LAMPIRAN DOKUMENTAS
52
Pengukuran Sampel Menggunakan Kalifer Jenis Sampel Kayu Yang Akan Diuji
54