Anda di halaman 1dari 54

1

LAPORAN AKHIR PRATIKUM

STRUKTUR SIFAT KAYU

OLEH :

Riski

NIM : 1806111438

Asisten Pembimbing Pratikum :

1. GUSDINA MARDIANTI
2. KHAREN HAPUK SIANTURI
3. SEPTERIN AMANDA BR. SIMBOLON

JURUSAN KEHUTANAN

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2019
2

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya hanturkan kehadirat Tuhan yang maha esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya kami bisa menyelesaikan penyusunan laporan
ini. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Paktikum struktur sifat kayu. Dalam
penyusunan makalah ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu. Makalah ini disusun berdasarkan sumber-sumber yang
ada, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan akan kami terima dengan
senang hati. Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Pekanbaru, Mai,2019

Penulis
3

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN ................................................................................................................. 5

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 5

1.2 Tujuan ............................................................................................................................. 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................................... 7

2.1 Sifat Anatomi Kayu ........................................................................................................ 7

2.2 Pengukuran Kadar Air Kayu ........................................................................................... 9

2.3 Berat Jenis dan Kerapatan Kayu ................................................................................... 11

2.3.1 Berat Jenis .................................................................................................................. 11

2.3.2 Kerapatan Kayu ......................................................................................................... 12

2.4 Kembang Susut Kayu ................................................................................................... 13

III. METODOLOGI ................................................................................................................ 15

3.1 Waktu Dan Tempat ....................................................................................................... 15

3.2 Alat Dan Bahan ............................................................................................................. 16

3.3 Prosedur Kerja .............................................................................................................. 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................................ 20

4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................................... 20

4.1.2 Sifat Anatomi Kayu ................................................................................................... 23

4.1.3 Hasil pengukuran Kadar Air Kayu, Pengukuran Berat Jenis dan Kerapatan Jenis, dan
pengukuran Kembang Susut Kayu ...................................................................................... 24

Pembahasan......................................................................................................................... 28
4

V. PENUTUP.......................................................................................................................... 31

5.1. Kesimpulan .................................................................................................................. 31

5.2 Saran ............................................................................................................................ 33

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 33

DAFTAR TABEL

Tabel sifat anatomi kayu...........................................................................................21

Tabel kadar air...........................................................................................................25

Tabel berat jenis dan kerapatan................................................................................26


Tabel kembang susut kayu........................................................................................27

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR SIFAT ANATOMI KAYU................................................................................35


GAMBAR KADAR AIR ...................................................................................................38
GAMBAR BERAT JENIS DAN KERAPATAN................................................................39
GAMBAR KEMBANG SUSUT
KAYU..................................................................................................................................40
5

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kayu merupakan salah satu material konstruksi yang paling banyak terdapat di
alam dan pertama kali digunakan dalam sejarah umat manusia. Kayu sampai saat ini
masih banyak digunakan sebagai bahan konstruksi bangunan untuk rumah tinggal,
gedung, jembatan, bantalan kereta api, dan lain-lain. Kayu dipilih sebagai bahan
konstruksi selain karena alasan mudah di dapat, harganya relatif murah dan memiliki
nilai estetika yang tinggi.

Selain keuntungan kayu seperti yang telah disebutkan di atas kayu juga
mempunyai kekuatan yang tinggi (tekan sejajar atau tegak lurus serat) dan berat yang
rendah dibandingkan dengan konstruksi yang lainnya, mempunyai daya tahan yang
tinggi terhadap pengaruh kimia (chemical attack), dan bersifat isolator. Namun
demikian, kayu juga memiliki kekurangan antara lain sifat kurang homogen dengan
adanya cacat kayu, mata kayu, beberapa sifat kurang awet, dapat memuai dan menyusut
dengan perubahan kelembapan meski tetap elastis dan yang terutama adalah kayu
mudah terbakar. Tidak semua jenis kayu dapat dijadikan bahan konstruksi. Penilaian
terhadap kayu dibedakan atas kelas kuat dan kelas awetnya. Sifat utama yang dimiliki
yaitu kayu merupakan kekayaan alam yang tidak akan pernah habis, mudah dalam
pemrosesan serta memiliki sifat-sifat spesifik yang tidak dimiliki oleh bahan lain.

Setiap kayu mempunyai ciri tersendiri baik sifat kimia, fisik/mekaniknya.


Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan kayu diantaranya adalah ; faktor biologis
(mikroorganisme yang menyerang kayu), kadar air, berat jenis kayu. Faktor-faktor
tersebut pada dasarnya dapat dimanipulasi sehingga upaya pencegahan gangguan
kekuatan kayu dapat dipertahankan, misalnya upaya pengawetan dengan zat kimia,
pengeringan dan manipulasi percepatan tumbuh.
6

Perlu diketahui bahwa Indonesia memiliki sumber potensi hutan yang tidak
sedikit, sekitar 4000 jenis kayu. Dari jumlah tersebut hanya sebagian kecil saja yang
telah diketahui sifat serta kegunaanya dan jumlah ini pun masih juga belum memenuhi
sasaran tujuan pemakaian. Sebagian besar masyarakat masih cenderung menggunakan
jenis kayu tertentu. Misalnya di pulau Jawa, orang lebih menyukai kayu Jati daripada
kayu lainnya. Demikian pula orang-orang di Kalimantan lebih menyukai memakai
kayu Ulin dan seterusnya. Akibatnya, jenis kayu lainnya yang justru memiliki potensi
lebih besar tidak mendapat tempat dihati masyarakat pemakai kayu. Hal ini perlu
dipecahkan, agar semua jenis kayu yang telah diketahui sifat-sifatnya dapat
dimanfaatkan secara menyeluruh dan terpadu.

Hutan dan kayu merupakan rahmat pemberian Tuhan yang perlu dimanfaatkan
sepenuhnya untuk kesejahteraan manusia di muka bumi. Hanya masalahnya sekarang
bagaimana manusianya itu sendiri. Itulah sebabnya dengan mengenal lebih banyak
mengenai seluk-beluk kayu, kayu akan dapat dikelola secara mantap dan terarah, agar
dapat berperan sesuai dengan fungsinya, bagi bangsa dan negara Indonesia khusunya.

1.2 Tujuan praktikum


1. Mengenal struktur kayu

2. Mengetahui sifat-sifat anatomi kayu

3. Memahami apa saja bagian kayu itu

4. Menghitung kadar air dalam setiap sampel kayu

5. Mengetahui kadar air pada masing-masing jenis kayu

6. Menghitung berat jenis dan kerapatan kayu

7. Mengetahui berat jenis dan kerapatan pada kayu


7

8. Menentukan kelas kuat masing-masing kayu

9. Menghitung kembang susut kayu

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sifat Anatomi Kayu


Struktur anatomi kayu meliputi bentuk, ukuran, sifat, fungsi, proporsi dan
susunan dari sel-sel penyusun kayu, sedangkan sifat kayu tak lain adalah ukuran
8

kualitas atau gambaran dari kayu itu sendiri secara keseluruhan. Oleh karena itu sifat
kayu sangat ditentukan dan bergantung pada struktur anatominya. Dengan kata lain,
sifat kayu itu melekat (inherent) di dalam struktur sel-sel penyusun kayu.Berdasarkan
cara pengamatannya Sarajar (1982); Bowyer et al. (2003) membedakan struktur
anatomi kayu atas:
a) struktur makroskopis (macrostructure) yaitu struktur yang dapat diamati dengan
mata telanjang atau dengan kaca pembesar (10-15X),
b) struktur mikroskopis (microstructure) yaitu struktur kayu yang baru dapat diamati
dengan jelas menggunakan mikroskop cahaya (100-500X)
c) struktur submikroskopis (ultra-structure), yaitu struktur kayu yang diamati dengan
mikroskop elektron (1000-10.000X).
Berdasarkan hubungannya dengan kekuatan kayu, sifat kayu dapat dibedakan atas
sifat kasar, yaitu sifat yang tidak ada hubungannya secara langsung dengan kekuatan
kayu, dan sifat struktural (yang tak lain adalah struktur kayu itu sendiri) yang secara
langsung akan menentukan kekuatan dan sifat-sifat kayu lainnya. Sifat kasar bersifat
subjektif, sedangkan sifat struktural bersifat objektif. Sifat kasar harus diamati pada
ketiga bidang pengamatan, yaitu lintang (tegak lurus sumbu batang), tangensial
(memotong tegak lurus salah satu jari-jari kayu dan sejajar sumbu batang) dan radial
(sejajar dengan jari-jari kayu dan sejajar pula dengan sumbu batang).(Sarajar,1982).
Beberapa sifat kasar yang utama adalah warna, bau dan rasa, tekstur, arah serat,
corak, kesan raba dan kilap kayu. Warna kayu disebabkan oleh adanya pigmen tertentu,
sedangkan bau dan rasa kayu terkait dengan kandungan zat-zat ekstraktif yang mudah
menguap. Untuk beberapa jenis, keduanya bernilai tinggi untuk kegiatan identifikasi.
Tekstur kayu menyatakan halus-kasarnya permukaan kayu, yang ditentukan oleh
besar-kecilnya diameter sel-sel penyusun kayu (sel pembuluh untuk hardwood, sel
trakeida untuk konifer). Arah serat berhubungan dengan orientasi longitudinal sel-sel
dominan penyusun kayu terhadap sumbu batang. (Tsoumis, 1991)
Corak kayu ditentukan oleh keberadaan lingkaran tumbuh dan jaringan parenkim
marjinal, susunan pori, ripple mark pada sel jari-jari, perbedaan warna antara kayu
9

gubal dan teras, serta perbedaan kayu awal dan kayu akhir. Kayu-kayu dengan
lingkaran tumbuh yang jelas, atau berpori tata lingkar, atau memiliki perbedaan warna
yang tegas antara bagian gubal dan terasnya, atau kayu-kayu dengan struktur kayu
awal-kayu akhir yang nyata berpotensi untuk menghasilkan corak yang unik dan khas.
Kesan raba juga terkait dengan zat ekstraktif kayu. Kayu yang berlilin seperti jati
menghasilkan kesan raba yang licin dan tidak lengket (Sarajar 1982), sedangkan kayu
yang berminyak menghasilkan kesan basah dan lengket (sticky). Kayu dengan nilai
berat jenis (BJ) tinggi memberikan kesan “dingin”, sedangkan kayu dengan BJ rendah
“hangat”. Kilap kayu merupakan kesan yang menunjukkan kemampuan permukaan
kayu untuk memantulkan cahaya. Secara umum, ada kayu yang berkilap dan ada juga
yang “buram”. Sebagaimana kesan raba, kilap kayu juga dipengaruhi oleh zat ekstraktif.
Umumnya kilap kayu di bidang radial lebih menarik dibandingkan di bidang tangensial.
(Bowyer et al. 2003)

2.2 Pengukuran Kadar Air Kayu


Kadar air menunjukkan banyaknya air yang terdapat pada kayu, dinyatakan
dalam persen terhadap berat kering tanurnya. Kayu perlu dikeringkan sebelum
dikerjakan, sampai mencapai kadar air yang sesuai dengan tempat dimana kayu akan
digunakan. Kadar air kayu adalah banyaknya air yang terkandung dalam kayu yang
dinyatakan dalam persen terhadap berat kering ovennya. Kadar air kering udara adalah
kondisi kayu dalam keadaan kering udara, yang mana pada kondisi ini kayu tidak
menyerap atau melepaskan air. Dengan demikian bila digunakan untuk komponen
bangunan dapat dikatakan kayu tersebut tidak mengalami pengembangan maupun
penyusutan. Kalaupun terjadi sangat kecil, sehingga tidak merusak elemen bangunan
secara keseluruhan. Oleh karena itu, kayu bangunan sebelum digunakan harus ketahui
terlebih dahulu kadar airnya.(Budianto,1996)
10

Kadar air yang terdapat di dalam kayu terdiri dari : (Budianto,1996)

 Air bebas adalah air yang terdapat di dalam rongga-rongga sel yang paling
mudah dan terlebih dahulu keluar.

 Air terikat adalah air yang berada dalam dinding-dinding sel kayu,sangat sulit
untuk dilepas.

Kadar air dapat dihitung dengan rumus :

Berat Awal-Berat Akhir/Berat Akhir x 100%

Pengabsorsian kandungan air dalam kayu (proses evaporasi) merupakan proses


fisik dan kimiawi yang sangat rumit. Seperti yang telah disebutkan di muka, pelepasan
air bebas akan mempengaruhi perubahan dimensi kayu. Pelepasan air terikat akan
mempengaruhi sel pori (selulosa) kayu secara kimiawi.

Berikut ini tahapan proses evaporasi pada kayu.

1. Kayu Basah (Green Wood)

Semua rongga pori dan dinding sel kayu penuh kandungan air. Kadar air dapat
memcapai 200%

2. Kayu Setelah Penebangan

Setelah pohon ditebang, zat air dapat masuk dengan bebas lagi. Dinding sel
kayu tetap penuh kandungan air, sedangkan rongga sel sebagian berkurang
kandungan airnya. Besar kandungan kandungan air masih di atas 35%-70%.

3. Titik jenuh serat (fibre saturation point)

Air bebas pada rongga pori-pori kayu telah keluar semuanya. Kandungan air
dalam dinding sel tetap. Kadar air kayunya 25%-30%.
11

4. Kering udara atau titik keseimbangan kadar air kayu (equilibrium moisture
content)

Pada saat ini, kayu menyesuaikan diri dengan udara sekitarnya, sehingga
kandungan air dalam dinding sel yang berlebihan mulai terevaporasi keluar.
Bentuk dimensi kayu mulai berubah (menyusut). Kadar air kayu antara 12%-
20%..

5. Kering tanur

Rongga pori dan dinding sel tidak mengandung air lagi. Berat kayu tidak dapat
turun lebih lanjut. Kadar air kayu 0%.

2.3 Berat Jenis dan Kerapatan Kayu


Perincian dari fisik kayu yaitu mengenai kerapatan dan berat jenis digunakan
untuk menerangkan massa suatu bahan persatuan volume. Ciri-ciri ini umumnya
digunakan dalam hubungannya dengan semua tipe bahan. Kerapatan didefinisikan
sebagai massa persatuan volume. Hal ini biasanya dinyatakan dalam per pon per kaki
kubik atau kilogram per meter kubik. Berat jenis merupakan perbandingan berat jenis
bahan dan berat jenis air.(Setyamidjaja,1995)

2.3.1 Berat Jenis


Berat jenis kayu merupakan perbandingan massa kayu dengan volume kayu
tertentu dengan volume air. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar
antara 0,2-1,28 kg/dm. Berat jenis kayu merupakan suatu petunjuk dalam menentukan
kekuatan kayu tersebut. Makin besar kayu itu, umumnya makin kuat kayunya dan
12

sebaliknya makin ringan suatu jenis kayu maka makin berkurang pula
kekuatannya.(Jaket,2011)

Faktor-faktor yang mempengaruhi berat jenis kayu yaitu umur pohon, tempat
tumbuh, posisi kayu dalam batang dan kecepatan tumbuh. Berat jenis suatu kayu
tergantung dari jumlah zat kayu yang penting sehubung dengan penggunaannya. Berat
jenis suatu kayu bergantung dari jumlah zat kayu yang tersusun didalamnya, rongga-
rongga sel atau jumlah pori-pori, kadar air yang dikandung dan zat ekstraktif
didalamnya. Berat suatu jenis kayu ditunjukkan dengan besarnya berat jenis kayu yang
bersangkutan, dan di pakai sebagai patokan berat kayu. Berat jenis kayu adalah
perbandingan berat kayu terhadap volume air yang sama dengan volume kayu tersebut
dengan menggunakan berat kayu kering sebagai dasar.(Manuhua,2009)

Berat jenis kayu adalah sifat fisika kayu yang paling penting. Kebanyakan sifat
mekanika kayu sangat berhubungan dengan berat jenis dan kerapatan yang sering
digunakan secara campur aduk. Berat jenis merupakan perbandingan berat jenis bahan
dengan berat jenis air. Perhitungan berat jenis banyak di sederhanakan dalam sistem
metrik karena 1 cm3 air beratnya tepat 1g. Jadi berat jenis dapat dihitung secara
langsung dengan membagi berat jenis dalam gram dengan volume dalam sentimeter
kubik. Dengan angka, maka kerapatan (R) dan berat jenis (B) adalah sama. Namun,
berat jenis tidak mempunyai satuan karena berat jenis adalah nilai relatif.(Jaket,2011)

2.3.2 Kerapatan Kayu


Kerapatan adalah perbandingan antara massa atau berat benda terhadap
volumenya. Kerapatan kayu berhubungan langsung dengan porositasnya, yaitu
proporsi volume rongga kosong. Sekeping kayu segar dari cemara dengan kerapatan
23,4 pon bahan kayu kering/kaki kubik berisi kira-kira 25% bahan dinding sel dan 75%
rongga (terutama rongga sel) menurut volumenya. Sebaliknya, white oak dengan
kerapatan 46,8 pon kering/kaki kubik mempunyai volume rongga kira-kira 50%.
Apabila membicarakan kayu, sangat membantu untuk membayangkan volume rongga
13

yang ada hubungannya dengan itu. Orang dapat memahami mengapa suatu balok yang
berisi 50% volume rongga akan bertahan terhadap pemampatan jauh lebih besar
daripada suatu balok dari spesies yang berbeda dengan 75% rongga.(Haygreen dan
Bowyer,1996)

Kerapatan suatu benda yang homogen adalah massa atau berat persatuan volume,
sehingga kerapatan selalu dinyatakan dengan satuan gram/cm3 atau kg/m3. Massa atau
berat dan volume pada perhitungan kerapatan kayu dapat menggunakan berbagai
macam kondisi kayu (kondisi segar/basah, kering udara, kadar air tentu dan kering
tanur). Air memiliki kerapatan 1g/cm3 atau 1000 kg/m3 pada suhu standar tersebut.
Karenanya kayu dengan berat jenis 0,50 mempunyai kering 0,50 gram/cm3 atau 500
kg/m3. Dalam sistem inggris, air memiliki kerapatan 62,4 pon/kk3.(Budianto,2000)

2.4 Kembang Susut Kayu


Penyusutan kayu adalah perubahan dimensi atau perubahan volume yang
terjadi karena adanya perubahan kadar air dibawah titik jenuh serat. Haygreen dan
Bowyer (2003) menyatakan bahwa penyusutan terjadi pada saat molekul-molekul air
terikat melepaskan diri antar molekul-molekul selulosa berantai panjang dan molekul-
molekul hemiselulosa dan kemudian molekul-molekul berantai ini akan bergerak
saling mendekat. Besarnya penyusutan yang terjadi pada umumnya sebanding dengan
jumlah air yang keluar dari dinding sel. Besarnya kembang susut tidak sama pada
berbagai arah orientasi, penyusutan terbesar ada pada arah tangensial, kemudian radial,
dan susut paling kecil terjadi pada arah longitudinal. Variasi susut yang terjadi pada
jenis yang sama dibawah kondisi yang sama terutama disebabkan oleh tiga faktor yaitu
ukuran dan bentuk potongan sampel, kerapatan, serta laju pengeringan.

Selain pengaruh kadar air, penyusutan kayu juga di pengaruhi oleh berat jenis
kayu.Berat jenis memberikan hubungan yang linier terhadap penyusutan kayu, semakin
14

tinggi berat jenis suatu kayu maka penyusutan kayu akan semakin
tinggi.(Tsoumis,1991)

Jika kayu kehilangan air di bawah TJS yaitu kehilangan air terikat, kayu menyusut.
Sebaliknya,jika air mamasuki struktur dinding sel, kayu mengembang. Penyusutan dan
pengembangan adalah suatu proses yang benar-benar terbalikkan dalam potongan-
potongan kecil kayu bebas tegangan. Namun di dalam produk-produk panil kayu,
seperti papan serat dan papan partikel, proses tersebut sering tidak terbalikkan secara
sempurna. Hal ini sebagian hasil dari pemampatan yang dialami serat-serat atau
partikel-partikel kayu selama pembuatannya. Dalam potongan-potongan besar kayu
yang utuh, pengembangan dan penyusutan mungkin tidak terbalikkan secara sempurna
sebagai akibat gaya-gaya pengeringan internal. Penyusutan dinding sel dan karenanya
seluruh kayu, terjadi saat molekul-molekul air terikat melepaskan diri dari antara
molekul-molekul selulosa berantai panjang dan molekul-molekul hemiselulosa.
Molekul-molekul rantai ini kemudian dapat bergerak saling mendekat. banyaknya
penyusutan yang terjadi umumnya sebanding dengan jumlah air yang keluar dinding
sel (Budianto, 2000).

Kembang susut kayu mempunyai arah tertentu karena adanya perbedaan struktur
pori-pori kayu atau trakeida pada kayu berdaun jarum. Pada umumnya, terdapat 3 arah
penyusutan utama pada kayu, yaitu tangensial, radial, dan longitudinal (aksial).

 tangensial merupakan arah penyusutan searah dengan arah lingkaran


tahun. Besar penyusutan pada arah ini adalah 4,3%-14% atau rata-rata 10%.
 radial merupakan arah penyusutan searah dengan jari-jari kayu atau memotong
tegak lurus lingkaran tahun. penyusutan pada arah ini berkisar antara 2,1%-
8,5% atau rata-rata 5 %.
 longitudinal (aksial) merupakan arah peyusutan searah dengan panjang kayu
atau serat batang kayu. Penyusutan arah ini berkisar antara 0,1%-0,3% atau
biasa diperhitungkan 0,3%.
15

III. METODOLOGI

3.1 Waktu Dan Tempat


1.1.1 Sifat Anatomi Kayu
Praktikum anantomi kayu dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal: Senin,5 Maret 2018
Pukul: 10.00-11.49 WIB
Tempat:Ruangan E3 FAPERTA UR

1.1.2 Pengukuran Kadar Air


Praktikum Ini dilakukan pada:
16

Hari/Tanggal:Minggu, 20 Mei 2018


Pukul:10.00-Selesai
Tempat:LAB Kehutanan Faperta UR

1.1.3 Pengukuran Berat Jenis dan Kerapatan


Praktikum ini dilakukan pada:
Hari/Tanggal:Minggu,20 Mei 2018
Pukul: 10.00-Selesai
Tempat: LAB Kehutanan Faperta UR

1.1.4 Pengukuran Kembang Susut Kayu


Praktikum ini dilakukan pada:
Hari/Tanggal:Minggu,20 Mei 2018
Pukul: 10.00-Selesai
Tempat:LAB Kehutanan Faperta UR

3.2 Alat Dan Bahan


3.2.1 Sifat Anatomi kayu
Alat yang digunakan
 Modul praktikum
 Alat-alat tulis
 Buku gambar
 Lup
Bahan yang digunakan
 16 jenis kayu yang diamati

3.2.2 Pengukuran Kadar Air Kayu


Alat yang digunakan
17

 Timbangan
 Alat tulis
 Oven
 kalifer
Bahan yang digunakan
 6 jenis kayu yang diamati dengan ukuran 5 X 5 X 5 cm

3.2.3 Pengukuran Berat Jenis Dan Kerapatan Kayu


Alat yang digunakan
 Timbangan
 Alat tulis
 Kalifer
Bahan yang digunakan
 6 jenis kayu yang diamati

3.2.4 Pengukuran Kembang Susut Kayu


Alat yang digunakan
 Kalifer
 Alat tulis
 Bak rendaman
 Kipas angin
 kalifer
Bahan yang digunakan
 6 jenis kayu yang digunakan

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Sifat anatomi kayu
18

 Asisten pembimbing praktikum menjelaskan mengenai garis-garis


besar mengenai modul yang digunakan dan sifat anatomi kayu
 Siapkan kayu yang akan diamati sebanyak 16 jenis kayu
 Amati kayu menggunakan lup,mulai dari warna,kesan
raba,bau,kekerasan,jari-jari,parenkim dan pori-pori serta saluran
intersellular.
 Catat hasil pengamatan serta gambar kayunya kedalam buku
gambar yang telah disiapkan

3.3.2 Pengukuran Kadar Air Kayu


 Siapkan kayu yang akan diamati dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm
 Timbang berat awalnya
 Ukur dimensi awal kayu pada tebal,lebar dan panjang kayu
menggunakan kalifer
 Di oven selama 24 jam dengan suhu 103 ± 2 oC
 Timbang,lakukan timbangan sampat beratnya menjadi konstan
 Setelah mendapat berat konstan hitung kadar air dengan menggunakan
rumus:
KA=

 Ukur dimensi kayu setelah di oven pada tebal,lebar dan panjang


menggunakan kalifer
3.3.3 Pengukuran Berat Jenis dan Kerapatan Kayu
 Sediakan kayu yang akan diamati dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm
 Timbang berat jenis kayu
 Ukur dimensi kayu pada tebal,lebar dan panjang menggunakan kalifer
 Hitung volume dengan rumus: volume= t x l x p
 Hitung kerapatan kayu dengan rumus:
 Kerapatan =
19

 Hitung berat jenis kayu dengan rumus


 Berat jenis =

 Tentukan kelas kuat kayu berdasarkan berat jenisnya


3.3.4 Pengukuran Kembang Susut kayu
Pengukuran kembang kayu:
 Siapkan kayu yang akan diamati dengan ukuran 5 x 5 x 5 cm
 Ukur dimensi kayu dengan menggunakan kalifer
 Rendam sampel kayu kedalam bak rendaman yang berisi air selama 24
jam
 Angkat dan ukur dimensi akhir kayu tersebut
 Hitung kembang dengan rumus:
Kembang =

Pengujian Susut Kayu:


 Siapkan kayu yang akan diamati
 Ukur dimensi kayunya dengan kalifer
 Kering anginkan dengan kipas angin selama beberapa hari
 Ukur dimensi akhir kayu tersebut
 Hitung susut kayu dengan rumus:
Susut =
20

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1.1 Tabel hasil sifat anatomi kayu

Nama Kena
No Pori-pori Jari-jari Parenkim Warna Tekstur Bau Raba
Kayu

Tangensial
1 Simpur Kelompok Diagonal coklat Keras -
Panjang Kasar

Tangensial Agak
2 Pulai Kelompok Diagonal Kuning -
panjang Lunak Kasar
21

Tangensial Agak Agak


3
Mahang Tatabaur Diagonal panjang Kuning lunak - Kasar

Bula Tangensial Agak Kasar


4
Kosong Soliter Diagonal panjang Cokelat Keras -

Agak Kasar
5
Kelapa Kelompok Kelompok Baur Coklat Keras -

Apotrakea Agak Agak


6
Bintanggur Kelompok Tangensial terlihat jelas cokelat Lunak - Halus

Tangensial Agak Agak


7
Sungkai Kelompok Diagonal Panjang Kuning Keras - Kasar

Tata baur, Tangensial Agak


8
Keruing soliter Diagonal panjang Coklat Keras - Halus

Agak Agak
9
Akasia Kelompok Diagonal Baur kecoklatan Keras - Kasar

Tangensial Agak Agak


10
Terap Soliter Lurus Panjang Cokelat Lunak - Halus

Nama
No Pori-pori jari-jari Parenkim Warna Tekstur Bau
kayu

Meranti Agak Agak


11 Kelompok Diagonal Tangensial Panjang Kuning -
Kuning Lunak kasar
22

Agak Agak
12 Nyantoh kelompok Diagonal Tangensial Cokelat -
Keras Kasar

Agak Agak
13
Kempas Kelompok Lurus Tangensial Panjang Merah Keras - Kasar

Agak
14
Laban Berkelompok Diagonal Tangensial panjang kuning Keras - Halus

Meranti Agak Agak


15
Merah Kelompok Lurus Tangensial Coklat Keras - Halus

Agak
16
Menjalin Soliter Diagonal Tangensial Panjang kuning keras - Kasar

17 Sendok- Berganda Lurus Tangensial Panjang Kuning Agak - Agak


Sendok Keras Halus
18 Jabon Berganda Diagonal Patrakea, Tangensial Coklat Agak
Pendek Keras
- Halus

19 Rengas soliter Diagonal Apotrakea( Tangensial Coklat Agak Halus


Pendek Keras
Laporan

Punak Tata Baur Lurus Kuning Agak Kasar


20
Keras
23

4.1.2 Sifat Anatomi Kayu


pada praktikum sifat anatomi kayu ini, para praktikan melakukan pengamatan
terhadap 19 jenis kayu yang berbeda. Pengamatan ini dilakukan untuk melihat sifat-
sifat fisik atau anatomi kayu yang dapat dilihat menggunakan panca indra atau dengan
bantuan lup.atau fish eye. Bagian-bagian atau sifat fisik kayu yang harus diamati
berupa pori-pori, jari-jari, parenkim, warna, bau, rasa, kekerasan serta kesan raba. Dari
praktikum ini sulit juga untuk melihat pori pori dan melihat parenkim karena sangat
kecil

Perbedaan tekstur pada berbagai jenis kayu disebabkan oleh adanya variasi
tekstur sel dan ukuran sel penyusun masing-masing kayu yang berbeda. Kayu yang
memiliki pori besar kemungknan memiliki tekstur yang kasar sedangkan kayu yang
berpori kecil memiliki tekstur yang halus dan agak lembut Tekstur sering digunakan
secara umum menyatakan semua sel kayu yang terpisahkan dalam proses pempuatan
pulp. Namun dalam konteks morfologi kayu istilah tekstur adalah xylem kayu teras
panjang meruncing dan biasa berdinding tebal

Pori terbagi menjadi 2 jenis yaitu :


 Pori berdasarkan penyebarannya :yaitu ada pori tata lingkar dan pori tata baur,
pori-pori yang terbentuk pada musim tumbuh kayu akan lebih besar dan yang
tumbuh pada akhir musim tumbuh kayu akan lebih kecil, serta letaknya tersusun
sesuai ukurannya, contohnya saja pada sungkai yang memiliki pori-pori tata
lingkar. Sedangkan pada pori-pori tata baur yaitu pori-porinya terbentuk merata
baik pori yang besar maupun pori yang kecil, karena pada pori-pori tata baur
tidak mengikuti konsep tata lingkar yang hanya pori serupa saja, contohnya
adalah : meranti, pulai, dan kempas.
 Pori berdasarkan susunannya, pada konsep ini pori-pori kayu ada yang radial,
tangensial,dan diagonal. Dimana radial tersebut ialah pori-pori yang tegak lurus
24

jari-jari, tangensial adalah pori-pori yang sejajar dengan jari-jarinya dan diagonal
adalah pori-porinya membentuk sudut miring jari-jari. Pada konsep ini, juga
dikenal dengan soliter, pasangan dan gabungan. Soliter yang berarti pori-pori
yang hanya berdiri sendiri dan pasangan adalah pori-porinya berpasangan
sedangkan gabungan adalah jenis pori-porinya lebih dari 2 atau 3.
Pori berdasarkan isinya terbagi menjadi 2 yaitu: TIlosis dan Deposit. Kedua pori ini
mempunyai ciri khas masing-masing. Tilosis adalah jenis pori-pori yang apabila
dibiarkan dibawah sinar matahari isinya akan terlihat berkilau-kilau. Dan kilaunya
itulah disebut dengan tilosis,contohnya yaitu Nyatoh. sedangkan deposit adalah
jenis pori-pori yang isinya berwarna coklat ,kuning dll. Contohnya yaitu kelapa

Kesan raba adalah kesan yang kita peroleh saat kita meraba permukaan suatu
kayu tertentu. Ada kayu yang bila diraba terasa kasar, licin dan sebagainya. Kesan raba
yang berbeda-beda tersebut untuk setiap jenis kayu tergantung dari tekstur kayu, besar
kecilnya air dan dikandung serta kadar zat ekstraktif yang terdapat pada kayu

4.1.3 Hasil pengukuran Kadar Air Kayu, Pengukuran Berat Jenis dan Kerapatan
Jenis, dan pengukuran Kembang Susut Kayu

Tabel 4.1.2.Pengukuran Dimensi Kayu Sebelum Direndam

Tangensial(cm longitu-
Jenis Radial(cm)
No ) dinal (cm) Massa (gr)
kayu
R1 R2 R3 T1 T2 T3 L1 L2 L3
25

4 Kolek 5.5 5.5 5.4 5.4 5.4 5.5 4.7 4.8 4.8 47.32 gr
1 2 3 3 5 2 1 2 4

4.9 4.9 4.9 4.9 4.9 4,9 4.6 4,6 4,6


1 Keruing 43 gr
45 3 3 1 05 05 35 5 25

5,3 5,5 5,4 5.4 5.2 5.3 4.9 4.8 4.8


2 Resak 168.8 gr
2 3 2 6 16 4 8 2 3

4,6 4,6 4,6 4,6 4,6 4,6 4.9 48 6.5


3 Meranti 43.32 gr
8 8 2 2 7 1 8 2 8

4,6 4,6 4,6 4,6 4,6 4,6 3.7 3.7 3.2


5 Rengas 121.94 gr
4 5 4 3 2 5 1 1 4

4.5 4.5 4.5 4.5 4.6 4.6 4.3 4.5


6 Kulim 4.6 126.7 gr
1 2 5 8 1 3 1 2

4.6 4,6 4.6 4.6 4.6 4.6 3.8 3.7 3.3


7 Balam 38.68 gr
5 5 4 2 3 5 1 1 2

Tabel 4.1.3. Pengukuran Dimensi Kayu Setelah Direndam


26

Tangensial(cm Longitudinal(cm
Jenis Radial(cm)
No ) ) Massa (gr)
Kayu
R1 R2 R3 T1 T2 T3 L1 L2 L3

1 Keruing 5.5 4.9 5.0 5.0 5.0 5.1 4.7 4.7 4.77 107.14 gr
1 15 1 7 7 1 1 3

5.5 5.6 5.7 5.5 5.6 5.7 5.2 5.3


2 Resak 5.42 135.8 gr
5 6 4 7 1 0 3 5

3 Meranti 4.7 4.7 4.6 4.6 4.7 4.6 6.6 6.6 6.62 61.97 gr
1 1 6 4 5 7 7 9

4 Kolek 5.5 5.5 5.4 5.5 5.5 5,6 5.7 5.6 4,15 50.1 gr
3 3 4 1 2 1 1 9 5.56

5 Rengas 5.0 5.1 5.7 5.0 5.0 5.0 4,2 4.2 4,15 101.3 gr
3 4 2 4 5 0 0

6 Kulim 4.7 4.7 4.8 4.6 4.6 4.6 4,7 4,7 4,76 129.7 gr
3 5 7

7 Balam 5. 5. 5. 5. 5. 5. 5. 5. 4.8 46.38 gr


50 5 53 43 31 2 71 37 1
1 1

Tabel 4.1.4. Setelah dioven

No Jenis kayu Berat Sebelum Oven 1 (gr)


Dioven (gr)
27

1 Keruing 91.67 107.10

2 Resak 168.8 135.8

3 Meranti 44.90 37.23

4 Kolek 41.67 51.23

5 Rengas 126.84 91.19

6 Kulim 128.15 120.6

7 Balam 121.10 141.5

Tabel 4.1.5 Daftar Isian Berat dan volume (Perendaman)

N Jenis Berat Berat Volume


o Kayu Awal (gr) kering awal(cm³)
udara (gr)

1 Resak 168,8 158,6 125

2 kulim 126,7 129,20 125

3 meranti 43,32 61,97 125

4 Rengas 121,94 101,39 125

5 Damar 98,35 80,17 125


laut

6 kruing 140, 08 110,08 125


28

Tabel 4.1.6. Kadar Air, Berat Jenis , Volume dan Kerapatan dan kembang Susut

No Jenis Kadar Berat Volume Kerapat Kembang Susut %


air % jenis (cm)3 an %
Kayu
3
(g/cm3)
g/cm

1 Keruing 81.16% 1.33 1.53 1.53 5.9% 4.3 %

2 Resak 24,3% 1,35 1,35 1.35 20% 4.54 %

3 Meranti 20 % 0,42 0.36 0,36 3.6 % 31 %

4 Kolek 1.73 % 1,13 1.13 1.13 19.007% 15.13 %

5 Rengas 39 % 1,01 1.01 1,01 39% 40%

6 Kulim 6% 1,02 1.02 1,02 12 % 15%

7 Balam 6.78 % 1.20 1.20 1.20 33.28% 36.33%

Pembahasan
setelah melakukan praktikum penimbangan berat dan pengukuran bidang
dimensi kayu pada 7 jenis kayu yang berbeda. Berat kayu merupakan hal yang
menggambarkan mengenai seberapa kuat kayu tersebut. Biasanya kayu yang tergolong
keras meiliki berat yang tinggi. Seperti halnya kayu kulim, kayu kulim memiliki sifat
kekerasan yang keras dan termasuk kayu yang memiliki bobot berat cukup
dibandingkan dengan kayu resak Namun, pada saat praktikum pengukuran berat yang
29

dilakukan, hasil yang didapat yaitu jenis kayu Keruing yang memiliki bobot berat yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kayu kulim. Pada praktikum ini kayu Kruing yang
berukuran 5x5x5 memiliki berat 120 gr, dan untuk kayu Kulim memiliki berat 118 gr.
Penimbangan berat kayu kulim dibandingkan kayu Keruing lebih ringan kayu kulim,
hal ini dapat terjadi dikarenakan ada faktor yang mempengaruhi penimbangan berat
kayu tersebut, faktor itu diantaranya pada kayu Keruing, kayunya sempurna sedangkan
pada kayu kulim terdapat retakan kecil pada sudut salah satu sisinya, kesalahan ini
terjadi mungkin disebabkan kesalahan itu.

Pengukuran setelah perendaman

Pada saat proses perendaman, maka dipastikan berat pada jenis jenis kayu akan
bertambah. Dikarenakan pada kayu memiliki sifat higroskopis yaitu sifat dapat
menyerap atau melepaskan air. Sifat ini akan berhubungan dengan sifat kayu yang
mengembang dan menyusut. Kayu yang setelah direndam pasti akan mengembang dan
menyebabkan perubahan pada dimensi kayu. Hampir semua kayu dapat menyerap air,
yang memungkinkan air yang masuk itu menambah beratnya. Hal diatas sesuai dengan
yang terjadi pada at melakukan praktikum pengukuran. Semua jenis kayu dijadikan
sampel dengan ukuran 5x5x5 itu terjadi atau mengalami perubahan dimensi, hal itu
dikarenakan kayu tersebut mngembang , rata rata dari 7 jenis kayu itu memiliki bobot
yang berat setelah direndam, kemampuan yang menonjolkan sifat higroskopisnya yaitu
pada kayu meranti dari berat awal sebelum direndam 40 gr hingga mencapai bobot
berat 250 gr setelah direndam. Namun, berbeda dengan kayu kruing, sebelum dan
sesudah direndam memiliki berat yang sama yaitu 98 gr. Pada saat setelah perendaman
dimensi pada kayu Kulim tersebut mengalami perubahan.

Pengukuran setelah dioven

Setelah proses pengovenan, pasti akan terjadi penyusutan pada semua dimensi
kayu. Pada penyusutan ini bidang dimensi longitudinal memiliki perensate susut yang
sangat kecil berkisar anatar 0,1-0,2%. Namun, pada saat pengovenan yang dilakukan
30

hampir pada semua kayu menurunkan bobot beratnya setelah dioven, namun pada kayu
kulim bobot berat setelah dioven berkurang namun pada penyusutan ada terdapat
dimensi yang mengembang, namun untuk bobot beratnya berkurang. Hal diatas
memungkinkan terjadi dikarenakan pada proses pengovenan diakibatkan ada retakan
dimensi atau pengaturan suhu yang tidak konstan pengembangan pada kayu dapat
terjadi disebabkan akibat jaringan ultrastruktur pada kayu mengalami penambahan
dimensi. Karena hal ini sesuai dengan literatur yang mengatakan bahwa :
“ penambahan air atau zat cair lain pada zat dinding sel akan menyebabkan jaringan
mokrofibril mengembang, keadaan ini akan berlangsung sampai titik jenuh serat
tercapai. Jadi kayu yang masih mengembang pada saat selesai pengovenan, bisa saja
dikarenakan karena waktu pengovenan yang tidak sebanding dengan waktu yang
dilakukan pada saat perendaman.

Pengukuran berat dan volume

Pengukuran ini dilakkan bertujuan untuk mengetahui kadar air, berat jenis dan
kerapatan pada masing-masing sampel kayu. Pengukuran berat dan volume pada
bagian ini dipengaruhi oleh faktor-faktor sebelumnya. Sesuai dengan pembahasan
ataupun literatur yang telah dijabarkan sebelumnya.

Pengukuran kadar air, berat jenis, kerapatan dan susut

Berat jenis merupakan petunjuk untuk menentukan sifat sifat kayu. Makin berat kayu
itu, kekuatan kayunya makin besar dan sebaliknya. Higroskopis yaitu kemampuan sifat
dapat menyerap atau melepaskan air, dengan masuknya air kedalam kayu akan
menyebabkan kayu mengembang. Untuk mengetahui kondisi kadar air kayu
digunakan :

Ka(%) = B awal – B akhir x 100%

B akhir
31

Berdasarkan tabel hasil, berat jenis kayu yang paling tinggi ditempati oleh kayu
Keruing, dan yang keduanya yaitu Rengas. Sedangkan untuk kadar air Rengas yang
lebih banyak mengandung kadar air dibandingkan kayu lain. Dikarenakan pada saat
proses perendaman, kayu Rengas paling banyak menyerap air. Untuk pengukuran %
susut, dari hasil tabel kayu Rengas juga memiliki % susut yang tinggi diantara kayu
lainnya, dan untuk kerapatan, kayu Keruing memiliki kerapatan yang lebih tinggi
dibandingkan kayu lainnya. Hal ini terjadi mungkin dikarenakan pada kayu Keruing
memiliki sifat yang keras atau salah satu kayu yang termasuk keras, sehingga
menghasilkan nilai kerapatan yang tinggi ( dikarenakan beratnya juga ).

Penyusutan kayu adalah perubahan dimensi atau perubahan volume yang


terjadi karena adanya perubahan kadar air dibawah titik jenuh serat. Penyusutan terjadi
saat molekul-molekul air terikat melepaskan diri antar molekul selulosa berantai
panjang dan molekul hemiselulosa dan kemudian molekul ranai ini akan bergerak
saling mendekat. Besar penyusutan yang terjadi umumnya sebanding dengan jumlah
air yang keluar dari dinding sel.

Penyusutanyang terjadi tidak terlalu besar dikarenakan air yang berada didalam
kayu tidak keluar karena hanya dianginkan. Namun jika kita juga menjemurnya
dibawah sinar matahari maka kemungkinan penyusutan lebih besar terjadi.

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
5.1.1 Sifat anatomi kayu
 Dalam praktikum ini, praktikan mengetahui secara detail struktur yang
dimiliki oleh kayu, struktur kayu ada yang keras, lunak dan berbeda-
32

beda jenis pori-porinya. dengan praktikum ini, praktikan mengetahui


bahwa kayu juga mempunyai ciri khusus yang dapat dilihat apakah kayu
tersebut masuk kedalam kategori deposit atau tilosis.
 Dari praktikum ini, juga didapatkan pemahaman bahwa terdapat
berbagai jenis kayu di permukaan bumi ini, seperti sengon yang
parenkimnya termasuk parenkim baur.
 Pori-pori kayu berdasarkan susunannya adalah pori radial,tangensial
dan diagonal.pori berdasarkan penyebarannya adalah pori tata lingkar
dan pori tata baur.
5.1.2 Pengukuran kadar air kayu
Kadar air pada kayu dapat dihitung dengan rumus yang telah ditetapkan
yaitu: KA=

5.1.3 Pengukuran berat jenis dan kerapatan kayu


Untuk menghitung berat jenis dan kerapatan kayu tidaklah sulit,yang
perlu kita lakukan dahulu ialah mencari volume kayu lewat
diketahuinya dimensi penampang tangensial,radial dan
diagonalnya.setelah mendapatkan volumenya baru kita mencari
kerapatan kayu dengan massa dan volumenya.dan hitung juga berat
jenis kayu dengan rumus:
Berat jenis =

5.1.4 Pengukuran Kembang susut kayu


Untuk menghitung kembang susut pada kayu,kita bisa menggunakan
rumus yang telah diberikan atau ditetapkan yaitu:
Kembang =
33

Untuk mencari dimensi akhir dan dimensi awal adalah dengan


mengetahui tebal,lebar dan panjang nya terlebih dahulu

5.2 Saran
1. pratikumnya lebih tepat waktu jika pas melihat pori’’ di beri waktu lama supayah
paham 2.sebaiknya menggunakan alat yang lebih baik supaya dalam pratikum lebih
membantu dan lebih akurat biar lebih mengerti

3. saat melakuakn pratikum sebaiknya asisten menjelaskan langkah pratikumnya


dengan baik agar para praktikan paham dan tidak bertanya saat sudah dilapangan

4. semoga pada praktikum terakhir ini kami dapat mengambil pembelajaran yg telah
diberikan oleh asisten pembimbing praktikum

DAFTAR PUSTAKA

Dumanauw, J.F., 1999. Mengenal Kayu. Pika, Semarang.

Frick, H. 2013. Ilmu Fisika Mekanika Kayu. Penerbit Kanisius. Jakarta.


34

Haygreen JG, Bowyer JL. 2003. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu Suatu Pengantar,
Terjemahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Jaker, D. 2011. Berat Jenis Kayu. Indonesia Forest Seed Project. Bandung.

Lowery, D P., dan Schmidt, W. C. 1967. Effect of thinning on the specific gravity of
western larch crop trees. USDA For. Serv.int.for. Range Exp. Stn Res. Note INT-7-.

Manuhua, E. 2009. Kadar Air Dan Berat Jenis Pada Posisi Aksial Dan Radial Kayu
Mahoni( Swietenia mahagoni) (Arthocarpus communis, J.R dan G.Frest). Jurnal
Agroforestry 2(1). Universitas Pattimura. Maluku

Martawijaya, 1977 dalam Yudiarti, 2001. Pedoman Identifikasi Jenis Kayu di


Lapangan. Yayasan Porsea. Bogor .

Martawijaya. A, I. Kartasujana. 1977. Ciri Umum, Sifat dan Kegunaan Jenis-Jenis


Kayu Indonesia. Publikasi Khusus No. 41. LPHH, Bogor.

Pandit dan Ramdan, H. 2005. Anatomi Kayu : Pengantar Sifat Kayu sebagai Bahan
Baku. Tarsito. Bandung.

Sanusi, Djamal. 1990. Teknologi Kayu. Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin.


Makasar

LAMPIRAN GAMBAR
35

Mahang

Sendok –sendok
36

Meranti merah

Kempas
37

Kempas

Simpur
38

Bintangur

Bulah kosong
39

Meranti kuning

Nyatoh
40

Menjalin

Kelapa
41

Pulai

Keruing
42

LAMPIRAN PERHITUNGAN
43

I.Pengukuran Kadar air kayu

1. Kayu Keruing

KA =

=78,8 %

2. kayu Resak

KA =

= 24,3 %

3. kayu meranti

KA =

=20 %

4. kayu kolek

KA =

=16,8 %
44

5. kayu Rengas

= 39 %

6. kayu Kulim

=6%

7. Kayu balam

=6,78 %

II.Pengukuran berat jenis dan kerapatan kayu

1.kayu resak

VOLUME = 5 x 5 x 5

=125 cm

Kerapatan =

=1,35

Berat Jenis =
45

=1,35%

2.kayu meranti

V= 5 x 5 x 5

=125 cm3

Kerapatan kayu =

=0,36

Berat jenis =

= 0,42

3.kayu rengas

V= 5 x 5 x 5

= 125 cm3

Kerapatan kayu =
46

=0,01

Berat jenis =

=0,01

4.kayu kulim

V= 5 x 5 x 5

=125 cm3

Kerapatan =

=1,02 gr/cm3

Berat jenis =

=1,02

5. kayu damar laut

V= 5 x 5 x 5

= 125 cm3
47

Kerapatan kayu =

=0, 786

Berat jenis =

=0,786

6. keruing

V= 5 x 5 x 5

= 125 cm3

Kerapatan kayu =

=0,35

Berat jenis =

=0,35

III. Pengukuran kembang susut kayu

1. kayu Keruing
48

 Kembang

D awal = 5,01 x 5,07 x 4,71 =119,63

D akhir = 4,945 x 4,91 x 4,635 =112,53

Kembang =

= 5,9 %

 Susut

D awal =5,01 x 5,11 x 4,77 =122,11

D akhir =4,945 x 4,9 x 4,635 =112,92

Susut =

=7 %

2. kayu Resak

Kembang

D awal =5,39 x 5,70 x 4,77 = 156,06

D akhir = 5,55 x 5,61 x 5,23 = 162,83


49

Kembang =

=4,3%

 Susut

D awal = 5,42 x 5,94 x 4,98 =149,53

D akhir = 5,52 x 5,42 x 4,82 =144,20

Susut =

= x 100%

=3,5%

3. kayu Meranti

 Kembang

D awal = 4,66 x 4,64 x 6,62 = 143,14%

D akhir = 4,71 x 4,75 x 6,69 = 149,67

Kembang = 100%

= x 100%

=45 %

 Susut
50

D awal =4,68 x 4,67 x 6,54 = 142,93

D akhir = 4,62 x 4,61 x 6,48 = 138,01

Susut =

=3,4 %

Kayu Kolek

 Kembang

D awal = 5,44 x 5,51 x 5,56 =166,65

D akhir = 5,93x5,61x5,71 = 177,14

Kembang = 100%

= x 100%

=5,9 %

 Susut

D awal =5,53x5,43x4,71=138,87

D akhir = 5,52x5,52x4,04 = 147,47

Susut =

=5%
51

LAMPIRAN DOKUMENTAS
52

Penimbangan Sampel Kayu Ukuran 5x5x5 Pengukuran PxLxT dengan Alat


Kalifer

Pengukuran Diameter Menggunakan Kalifer Penimbangan Sampel Kayu


53

Pengukuran Sampel Menggunakan Kalifer Jenis Sampel Kayu Yang Akan Diuji
54

Anda mungkin juga menyukai