Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN AKHIR

Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka


Seluas 2.300 Ha

BAB III.
RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENANAMAN RHL

A. Rancangan Penyediaan Bibit


Kegiatan penyiapan bibit dilakukan dengan membuat persemaian di lokasi penanaman.
Beberapa hal terkait persemaian disajikan berikut ini.
Persemaian merupakan suatu tempat atau areal yang digunakan untuk kegiatan memproses
benih (atau bahan lain dari tanaman menjadi bibit/semai yang siap tanam di lapangan).
Oleh karena itu, persemaian yang dibangun harus dapat menjamin keberhasilan penanaman
di lapangan melalui aspek-aspek: 1). pengawasan mudah; 2). penggunaan benih lebih
hemat; dan 3). kualitas terjamin.

Berdasarkan jenis persemaian, maka persemaian secara umum dapat dibedakan menjadi:
persemaian sementara, persemaian permanen dan persemaian semi permanen (diantara
kedua jenis persemaian di atas). Secara umum, masing-masing ciri persemaian adalah
sebagai berikut:
1. Persemaian Sementara
a. Ukuran kecil
b. Dekat areal yang akan ditanami
c. Untuk beberapa periode bibit (semai) maks. 5 tahun
d. Kondisi ekologi selalu mendekati keadaan sebenarnya
e. Biaya pengangkutan bibit murah
f. Kesuburan tidak masalah (selalu berpindah)
g. Tenaga kerja sedikit (mudah pengurusan)
2. Persemaian Permanen
a. Ukuran besar
b. Lokasi menetap
c. Melayani areal tanam yang luas
d. Kesuburan dipelihara dengan pemupukan
e. Dikerjakan secara mekanis

PT. Centra Multicon Jaya |3-1


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

f. Pengawasan lebih efisien (staf tetap & terpilih)


g. Perencanaan pekerjaan lebih teratur
h. Kualitas bibit lebih baik & pertumbuhan lebih seragam

Secara prinsip, persemaian yang dibangun dalam rangka mendukung kegiatan rehabilitasi
DAS harus dapat menjaga kuantitas dan kualitas bibit yang akan digunakan pada tahap
penanaman. Dengan demikian, kegiatan persemaian yang berkaitan dengan rehabilitasi
DAS adalah: perbenihan, persemaian, pemeliharaan dan perlindungan. Untuk tujuan
mendapatkan semai berkualitas sebagaimana tersebut di atas, maka syarat lokasi
persemaian secara umum adalah:
1. Dekat lokasi penanaman
2. Terbuka (cahaya cukup/langsung)
3. Aksesibilitas tinggi (darat/sungai) – dekat jalan angkutan
4. Areal efektif (60%-70%); areal non-efektif (30%-40%)
a. Areal efektif : bedeng tabur (12%) & bedeng sapih (48%)
b. Non-efektif : sarana-prasarana (jalan inspeksi, saluran pengairan, kantor, barak kerja,
rumah jaga)
5. Dekat dengan sumber air
6. Topografi ringan (datar-landai)
7. Dekat dengan sumber tenaga kerja

A.1. Penentuan Lokasi Persemaian

Hal-hal yang dipertimbangkan dalam penentuan lokasi persemaian adalah sebagai berikut:
1. Jalan angkutan relatif mudah
2. Dekat ke lokasi penanaman
3. Kondisi lapangan datar
4. Mempunyai areal terbuka dan areal naungan
5. Ketersediaan air dan sarana penyiraman
6. Bebas banjir dan angin kencang
7. Tersedia peralatan penanganan benih
8. Kapasitas lahan mencukupi kebutuhan dan mudah dalam penanganan benih

PT. Centra Multicon Jaya |3-2


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

9. Aksesibilitas baik ke lokasi persemaian maupun ke lokasi penanaman


10. Dekat dengan sumber tenaga kerja
Adapun calon lokasi persemaian yang direncanakan untuk mendukung kegiatan RHL di
KPH Mekakau-Saka disajikan dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Calon Lokasi Persemaian Pendukung Kegiatan RHL di KPH Mekakau-Saka
No Nama Blok Desa Kecamatan Koordinat Lokasi Persemaian
1 Blok I Tanjung Agung Banding Agung UTM 48M UV 75553 ; 61112
2 Blok II Tanjung Agung Banding Agung UTM 48M 375557,395198 ; 538165
3 Blok III Sumber Makmur Banding Agung UTM 48M 375867,320695 ; 9468035,40377
4 Blok IV Sumber Makmur Banding Agung UTM 48M 375867,320695 ; 9468035,40377
5 Blok V Tanjung Besar Mekakau Ilir UTM 48M 368010,957361 ; 9472229,05042
6 Blok VI Pere'an Mekakau Ilir UTM 48M 374194,069507 ; 9480581,17762
7 Blok VII Kota Baru Mekakau Ilir UTM 48M 359333,330953 ; 9484182,84913
8 Blok VIII Galang Tinggi Mekakau Ilir UTM 48M 365283,106367 ; 9488558,37794
9 Blok IX Pematang Obar Pulau Beringin UTM 48M 356921,366381 ; 9496205,85455
10 Blok X Pematang Obar Pulau Beringin UTM 48M 356921,366381 ; 9496205,85455
11 Blok XI Tanjung Bulan Pulau Beringin UTM 48M 345438,136568 ; 9501887,97533
Sumber: Survey Lapangan, 2018.

A.2. Persiapan Areal Persemaian


Kegiatan – kegiatan yang dilakukan dalam tahapan persiapan areal persemaian meliputi:
1. Pembersihan lahan dari sisa tunggak pohon, rumput, gulma dan semak yang
mengganggu
2. Perataan tanah untuk mencapai lahan yang relatif datar dengan kemiringan 1 - 5 %
3. Tata ruang areal persemaian ke dalam bagian-bagian areal persemaian, penempatan
jalan utama, jalan cabang, bedeng tabur, bedeng sapih dan sarana lainnya seperti
area untuk gubuk kerja, gudang, tempat parkir, menara/bak air dan lain-lain
4. Mobilisasi tenaga kerja, alat dan bahan
5. Pengumpulan media untuk pengisian bedeng tabur dan polybag (semai dan sapih)
6. Pemagaran lokasi penampungan bibit dan areal lainnya
7. Pembuatan papan nama persemaian
Terbuat dari papan/tripleks tebal ukuran + 120 X 90 cm yang dipasang pada
ketinggian + 2 meter diatas tanah, papan bedeng terbuat dari papan/tripleks/seng

PT. Centra Multicon Jaya |3-3


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

dengan ukuran + 10 X 20 cm yang dipasangkan didepan setiap bedeng dan tanda-tanda


lain yang di perlukan
8. Pemasangan instalasi penyiraman dan pembuatan drainase

A.3. Lanscaping Persemaian


Landscaping persemaian adalah penata-ruangan areal persemaian yang meliputi kegiatan:
1. Penyusunan layout
Menempatkan area-area bagian dari persemaian ke dalam area bedeng, jalan utama,
jalan kontrol, area tabur benih, area penjemuran dan area pendukung lainnya seperti
pondok kerja, bak air, gudang dan lain-lain. Contoh layout persemaian disajikan dalam
Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Contoh Rancangan Persemaian di Lapangan

2. Pembersihan lahan persemaian


Penataan areal persemaian sebagai langkah awal di lakukan tahapan pembersihan
lahan dari tunggul, rumput, gulma dan semak yang mengganggu
3. Penataan ruang untuk bangunan-bangunan lainnya
Seperti pondok kerja/tempat istirahat, gudang, sarana MCK, menara dan atau bak
penampungan air serta area penjemuran benih, drainas dan lain-lain
4. Menyediakan sarana dan prasarana media semai
5. Penataan instalasi pengairan dari sumber air

PT. Centra Multicon Jaya |3-4


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

A.4. Fasilitas Bangunan Persemaian


Fasilitas bangunan yang dibangun meliputi:
1. Bedeng tabur (germination house)
Setiap bedeng tabur dirancang dengan kapasitas 50.000 – 75.000 benih dekat dengan
bedeng sapih.
Bedeng tabur membujur dari utara ke selatan dibatasi oleh bambu,papan, bata merah
atau kayu dengan ukuran lebar + 50 cm panjang + 5 - 10 m. Permukaan bedeng di
tinggikan 10 - 15 cm dari permukaan tanah untuk menghindari genangan air setelah itu
di isi tanah gembur dan pasir sebagai media tumbuh untuk jenis tertentu di pasang
naungan apabila diperlukan.
2. Bedeng sapih dan pembuatan media (substrate handling)
Bedeng sapih dirancang dengan ukuran 0,5 m X 5 meter untuk kapasitas 500 benih.
Dibuat jalur bibit untuk memudahkan pemeriksaan dan pemeliharaan bibit. Jarak antara
bedeng dan jalur sekitar + 50 - 60 cm, sedangkan jarak antara kelompok bedeng sekitar
2 meter.
3. Naungan
Untuk menghindari sinar matahari yang berlebihan dibangun naungan menggunakan
paranet intensitas 50 % - 70% atau secara alami menggunakan daun-daunan pada
seluruh bedengan, dengan ketinggian naungan adalah 2 meter di atas permukaan tanah.
4. Penampungan Air/Bak Air
Tempat penampungan air dengan kapasitas minimal 2.000 liter difungsikan untuk
kegiatan penyiraman dan keperluan air lainnya (seperti mandi, cuci dll).
5. Kantor dan gudang
Berfungsi sebagai tempat pengelola dalam melaksanakan kegiatan administrasi
persemaian dan penyimpanan bahan serta peralatan persemaian. Ukuran kantor dan
gudang persemaian disesuaikan dengan kebutuhan.
6. Holding area (pemuatan ke truk/ mobil /alat transportasi lain)
Lahan tempat mobil angkutan bibit parkir serta parkir kendaraan lainnya
7. Sistem irigasi (irrigation system)
Sistem penyiraman bibit dengan menggunakan air dari sumber alam (sungai, danau
dll) atau dari mesin pompa air dengan menggunakan selang air maupan paralon sebagai

PT. Centra Multicon Jaya |3-5


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

alat pembagi air. Sistem irigasi persemaian dibuat merata mengikuti tata letak/layout
persemaian.
8. Jalan dan drainase (road & drains)
Jalan pemeriksaan dan drainase bertujuan untuk memperlancar pemeliharaan bibit dan
pengangkutan ke lapangan, selain itu juga untuk mempermudah dalam
pengawasan/monitoring. jalan pemeriksaan dibuat dengan lebar 1 meter lengkap
dengan drainasenya.
9. Gubug Kerja
Pondok/Gubuk Kerja/Direksi Kit, direncanakan berfungsi sebagai pusat kegiatan
persemaian dan tempat berkoordinasi dengan ukuran disesuaikan dengan kebutuhan.

A.5. Pengadaan Benih dan Bibit


Pembuatan tanaman memerlukan bibit yang berkualitas, yaitu bibit yang berasal dari
sumber benih bersertifikat (Tegakan Benih Teridentifikasi /TBT, Tegakan Benih
Terseleksi/TBS, Areal Produksi Benih/APB, Kebun Benih/KB dan Kebun Pangkas/KP). Bibit
yang belum jelas asal-usulnya dilengkapi dengan surat keterangan bibit. Benih yang akan di
gunakan diprioritaskan berasal dari sumber benih yang terdaftar dan diakui, serta telah di
kembangkan di daerah lain.

Kualitas fisik benih merupakan penampilan benih secara prima bila dilihat secara fisik
(misalnya : ukuran, bernas, bersih dari campuran benih lain, biji gulma dan dari kontaminan
lainnya.) Sedangkan kualitas fisiologis benih, yaitu dimana benih menampilkan kemampuan
daya hidup atau viabilitas benih yang mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh
benih (bermula dari kemampuan daya hidup awal yang maksimum saat masak fisiologis dan
tercermin pula pada daya simpannya selama periode tertentu, serta bebas dari kontaminasi
hama dan penyakit benih).
1. Standar Mutu Bibit Tanaman
Kriteria dan standar mutu bibit mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Pengendalian
Daerah Aliran Sungai Dan Hutan Lindung Nomor P.8/PDASHL/SET/KUM.1/11/2016,
Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan. Kriteria
dan standar mutu bibit tersaji dalam Tabel 3.2.

PT. Centra Multicon Jaya |3-6


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

Tabel 3.2. Kriteria dan Standar Mutu Bibit


No Kelompok Tujuan Penggunaan Kriteria Standar
Jenis
1. Pertumbuhan normal (sehat,
1. Pertumbuhan
berbatang tunggal/berkayu)
Reboisasi/ Hutan 2. Media 2. Kompak
Rakyat
3. Tinggi minimal 30 cm (kecuali
1. Kayu- kayuan 3. Tinggi jenis pinus 15 cm dan sudah ada
ekor bajing)
Tanaman turus jalan, 1. Pertumbuhan normal (sehat,
1. Pertumbuhan
hutan kota, berbatang tunggal/berkayu)
penghijauan 2. Media 2. Kompak
lingkungan 3. Tinggi 3. Tinggi minimal 1 meter
1. Pertumbuhan normal
a. Non propagul: sehat, berbatang/
1. Pertumbuhan berkayu
b. Propagul: sehat, jumlah daun
2. Mangrove Reboisasi/ RHL
minimal 4 helai
2. Media 2. Kompak
3. Tidak dipersyaratkan kecuali non
3. Tinggi
propagul tinggi minimal 20 cm
1. Pertumbuhan normal (sehat,
1. Pertumbuhan
berbatang/berkayu)
3. Pantai RHL
2. Media 2. Kompak
3. Tinggi 3. Tinggi minimal 30 cm
1. Pertumbuhan normal (sehat,
Hutan Rakyat 1. Pertumbuhan
berbatang/berkayu)
2. Media 2. Kompak
4. MPTS Reboisasi/
Penghijauan 3. Tinggi minimal 50 cm kecuali
Lingkungan 3. Tinggi bibit okulasi 30 cm dihitung dari
tempelan/ sambungan
Sumber : SK Perdirjen BPDAS HL No. P.8, 2016

2. Proses Produksi Bibit


Pelaksanaan pembuatan bibit meliputi:
a. Perkecambahan (anak tanaman/bibit)
Perkecambahan benih dilakukan dengan cara menaburkan benih di bedeng tabur.
Benih yang ditabur sebelumnya diberikan perlakuan pendahuluan (pre-treatment)
sebagai upaya untuk memecahkan dormansi benih. Perlakuan pendahuluan diberikan
dengan memperhatikan sifat dormansi dari benih (semakin tinggi sifat dormansi benih,
maka perlakuan pendahuluan semakin keras).
b. Cara-cara memperlakukan benih antara lain :

PT. Centra Multicon Jaya |3-7


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

1) Perlakuan benih dengan air dingin


2) Perlakuan benih dengan air panas (di rendam selama 5 menit
dengan air panas kemudian di rendam air dingin selama 1-2
hari)
3) Perlakuan benih secara mekanik dimana benih di potong
dengan pisau di gesek pada lantai kasar atau di bakar.
4) Perlakuan kimia,benih direndam pakai larutan kimia
Untuk benih ukuran kecil di tabur di bedeng tabur tetapi jika benih besar dan daya
tumbuh tinggi bisa langsung di taman pada polybag.
c. Pembuatan media tumbuh
Media tabur yang digunakan adalah media pasir.
d. Pemindahan kecambah
Proses pemindahan kecambah disebut juga dengan kegiatan penyapihan/over spin.
Penyapihan adalah memindahkan kecambah yang tumbuh di bedeng tabur ke dalam
polybag. Media yang digunakan untuk pemeliharaan kecambah merupakan campuran
dari bahan-bahan tanah dengan campuran kompos.
e. Pemeliharaan dan penyimpanan
Pemeliharaan dan penyimpanan bibit di persemaian dimaksudkan untuk menjaga
pertumbuhan bibit agar tetap baik serta bibit memiliki sifat siap tanam di lapangan.
Beberapa tindak pemeliharaan yang dilakukan, yaitu : pemupukan, weeding,
pemangkasan, penyiraman serta pengaturan naungan.
f. Pengisian polybag
1) Persiapan polybag
Polybag yang di pergunakan sesuai dengan jenis bibit yang diproduksi. Yang terpenting
adalah terciptanya sistim perakaran yang baik dari bibit tersebut.
2) Pengisian polybag
Dilakukan dengan mengisikan media tumbuh yang terdiri tanah, kompos, pupuk
kandang. Media tersebut harus memiliki sifat fisik dan kimia yang baik dan bebas hama
penyakit dengan perbandingan 2:2:1 untuk menghindari kegagalan media tumbuh
sebaiknya dilakuan penyaringan atau pengayakan. Isi volume polybag di sisakan sekitar 5
mm dari bibir polybag.

PT. Centra Multicon Jaya |3-8


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

g. Penyapihan
1) Penyapihan biji
Dilakukan apabila biji tanaman mulai berkecambah dan cukup umur penyapihan di
sesuaikan dengan jenis biji yang akan di semaikan, dapat juga langsung di tabur pada
bedeng tabur yang selanjutnya dibuat larikan untuk mempermudah penataan benih,
penyapihan pada bedeng tabur atau kantong plastik perlu di siram terlebih dahulu.
2) Penyapihan kecambah
Memindahkan kecambah dari bedeng tabur ke polybag di lakukan sebelum akar cabang
berkembang rata-rata umur kecambah sekitar 5 - 10 hari setelah penaburan.
Ciri-ciri kecambah yang baik untuk di sapih adalah :
a) Akar kecambah tidak bengkok
b) Berumur tidak lebih dari 10 hari
c) Tinggi kecambah 4-5 cm
d) Diameter batang 2 mm
e) Jumlah daun 2 buah.
3) Teknik penyapihan
a) Polybag di siram
b) polybag di lubangi,
c) Memasukkan kecambah dengan akar tegak lurus
d) Setelah di sapih disiram lagi.
h. Pemeliharaan persemaian
Pemeliharaan dilakukan sejak bibit di persemaian hingga di lokasi penampungan
agar pertumbuhan biji optimal dan siap untuk di tanam, kegiatan pemeliharaan
meliputi:
1) Penyiraman
Pagi dan sore hari menggunakan sprayer.
2) Penyapihan
Proses pemindahan kecambah dari kotak-kotak penaburan ke polybag.

3) Penyulaman

PT. Centra Multicon Jaya |3-9


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

Penggantian bibit yang rusak atau mati pada umur penyapihan kurang dari 1 bulan.
4) Penyiangan
Membersihkan polybag dari rumput atau serasah yang dapat mengganggu
pertumbuhan bibit
5) Pemberantasan hama/penyakit
Menggunakan insektisida dengan jenis dan dosis serta frekuensi sesuai kebutuhan
dan dilakukan sesegera mungkin.
6) Pemupukan
Upaya merangsang pertumbuhan akar dan daun serta memperkokoh batang dengan
mempergunakan pupuk hayati. Dosis dan frekuensi sesuai dengan kebutuhan.
7) Pemotongan akar yang menembus polybag
Akar yang menembus polybag dipotong menggunakan gunting
8) Pengamanan
Dari berbagai gangguan seperti manusia atau binatang dengan cara melakukan
patroli maupun cara lainnya.

A.6. Proses Administrasi dan Pelaporan


1. Daftar Tenaga Kerja
Daftar ini memuat informasi mengenai jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam setiap
kegiatan persemaian. Daftar tersebut minimal memuat informasi mengenai jenis
kegiatan, waktu, nama dan jumlah tenaga kerja.
2. Daftar persediaan bahan dan alat persemaian
Daftar ini memuat informasi mengenai persediaan bahan dan alat yang digunakan di
persemaian. Daftar persediaan bahan dan alat yang minimal memuat informasi tentang
waktu, jenis bahan/alat, jumlah yang digunakan, tanggal pengadaan, tanggal pemakaian,
kondisi alat dan tempat penyimpanan/pemakaian. Disamping itu jenis bahan/alat yang
perlu di dokumentasikan antara lain benih, pupuk, pestisida dan alat kerja. Khusus untuk
benih perlu ditambahkan asal-usul dan tanggal pengunduhan benih.
3. Administrasi layout persemaian
a. Papan (Label) Bak tabur/penyapihan

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 10


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

Label diperlukan untuk mengetahui perkembangan penaburan atau penyapihan.


Informasi yang terdapat dalam papan tersebut meliputi jenis benih/biit, jumlah
benih yang diatur/disapih, asal benih dan tanggal penaburan/penyapihan.
b. Daftar bak-bak tabur/bedeng penyapihan
Daftar ini merupakan rekapitulasi dari papan (label) tersebut di atas. Informasi yang
dicatat mencakup nomor bak tabur/bedeng penyapihan, jenis, asal benih, tanggal
penaburan, tanggal penyapihan, jumlah benih atau bibit, persen kecambah.
Berdasarkan daftar tersebut disusun rekapitulasi bulanan yang memuat uraian
tentang jenis, jumlah bedengan, asal benih dan keterangan.
c. Daftar mutasi bibit
Daftar mutasi bibit digunakan untuk mengetahui perkembangan penambahan atau
pengurangan bibit setiap bulan. Daftar mutasi bibit memuat informasi tentang jenis
bibit, asal benih, jumlah persediaan bulan lalu, jumlah pengurangan bulan lalu,
jumlah penambahan bulan lalu, jumlah bibit yang ada dan keterangan.
Pencatatan mutasi bibit pada persemaian, meliputi pencatatan bibit keluar, bibit
masuk serta bibit yang mati atau rusak. Pelaporan disajikan bentuk laporan harian,
mingguan dan bulanan.
d. Daftar progress/kemajuan pekerjaan
Daftar kemajuan pekerjaan dibuat untuk mengetahui pencapaian target kegiatan
yang ditetapkan dalam Rencana Operasional (RO). Daftar kemajuan pekerjaan
mencakup uraian mengenai jenis kegiatan, target fisik, target keuangan dan persen
kemajuan.
e. Laporan pembibitan
Laporan pembibitan merupakan gambaran situasi dan kondisi persemaian pada
waktu tertentu. Laporan tersebut disusun berdasarkan data yang ada di tiap kegiatan
di persemaian. Kebenaran data akan menentukan mutu atau kebenaran laporan
pembibitan. Jenis laporan yang akan dilakukan pemeriksaan adalah:

1) Laporan berdasarkan waktu pelaporan

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 11


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

Laporan rutin (laporan harian, laporan mingguan, bulanan, tahunan) dan


laporan insidentil (seketika bila diperlukan)
2) Laporan berdasarkan isinya
Meliputi laporan fisik dan laporan keuangan kepada pihak pengada bibit juga
diminta mempersiapkan dokumen penunjukan sebagai penyedia bibit. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara dokumen penunjukan penyedia
bibit dengan kondisi di lapangan.

A.7. Inventarisasi, pengelompokkan dll.


1. Inventarisasi persemaian
Bibit yang telah tumbuh diinventarisasi dan diseleksi, dipisahkan kedalam kelompok
tinggi dan kesehatan.
2. Pengelompokan
Proses fisik setelah inventarisasi yaitu mengelompokan bibit menurut tinggi bibit,
kesehatan bibit dan keadaan bibit.
3. Kualitas Bibit dan Standar Hasil

Meliputi aspek-aspek sebagai berikut ;

a. Kualitas Bibit
berkenaan dengan kualitas fisik dan fisiologis bibit.
b. Kuantitas Bibit
Menghitung kesesuaian jumlah realisasi dan rencana pembuatan bibit, analisa
kesesuaian jenis membandingkan antara hasil yang tercapai dengan rencana kebutuhan
bibit.

A.8. Distribusi bibit/pengangkutan

Dalam kegiatan ini perlu memperhatikan kapasitas angkut baik oleh manusia maupun
kendaraan serta cara-cara bongkar muat bibit. pengangkutan harus memperhatikan hal-hal
dibawah ini.

1. Penyiraman

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 12


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

Bibit yang akan diangkut disiram terlebih dahulu guna menghindari layu dalam
perjalanan
2. Pengantongan
Bibit dikemas dalam kantung bibit guna mempermudah bongkar muat
3. Penutupan
Tutupi bibit selama perjalanan dengan menggunakan terpal atau lainnya
4. Pembongkaran dan penyusunan kembali
Setibanya di tujuan bibit ditata kembali pada tempat yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu dan lakukan penyiraman kembali bibit apabila dianggap perlu.
Jangan membongkar bibit malam hari atau disaat hujan.
5. Penghitungan kembali
Pada saat bongkar muat bibit dilakukan penghitungan dan penataan kembali

A.9. Kebutuhan dan komposisi jenis tanaman

Sesuai dengan hasil survey lapangan, maka jumlah kebutuhan dan komposisi jenis tanaman
untuk masing-masing blok disajikan dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3. Jumlah Kebutuhan dan Komposisi Jenis Tanaman untuk Kegiatan RHL Tahun 2019
Kebutuhan Bibit (Batang)
Jumlah Penanaman Tahun Berjalan (P+1) (P+2)
Komposisi Jenis
No Bibit / (Bibit (Bibit Total
Tanaman Sulaman
Ha (Po) Jumlah Sulaman Sulaman (Batang)
10 %
20%) 10%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9

  BLOK I              
  A. Tanaman MPTS              
1 Alpokat 80 16.000 1.600 17.600 3.200 1.600 22.400
2 Pinang 140 28.000 2.800 30.800 5.600 2.800 39.200
3 Jengkol 80 16.000 1.600 17.600 3.200 1.600 22.400
4 Petai 70 14.000 1.400 15.400 2.800 1.400 19.600
5 Durian 30 6.000 600 6.600 1.200 600 8.400
  Jumlah Blok I   80.000 8.000 88.000 16.000 8.000 112.000
  B. Tanaman Pagar              
  Kelor dan Gamal 200 paket, Jumlah penanaman / ha menyesuaikan dengan kondisi lokasi penanaman
  BLOK II              
  A. Tanaman MPTS              
1 Alpokat 80 24.000 2.400 26.400 4.800 2.400 33.600
2 Pinang 140 42.000 4.200 46.200 8.400 4.200 58.800

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 13


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

Kebutuhan Bibit (Batang)


Jumlah Penanaman Tahun Berjalan (P+1) (P+2)
Komposisi Jenis
No Bibit / (Bibit (Bibit Total
Tanaman Sulaman
Ha (Po) Jumlah Sulaman Sulaman (Batang)
10 %
20%) 10%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
3 Jengkol 80 24.000 2.400 26.400 4.800 2.400 33.600
4 Petai 70 21.000 2.100 23.100 4.200 2.100 29.400
5 Durian 30 9.000 900 9.900 1.800 900 12.600
  Jumlah Blok II   120.000 12.000 132.000 24.000 12.000 168.000
  B. Tanaman Pagar              
  Kelor dan Gamal 300 paket, Jumlah penanaman / ha menyesuaikan dengan kondisi lokasi penanaman
  BLOK III              
  A. Tanaman MPTS              
1 Alpokat 80 16.000 1.600 17.600 3.200 1.600 22.400
2 Pinang 140 28.000 2.800 30.800 5.600 2.800 39.200
3 Jengkol 80 16.000 1.600 17.600 3.200 1.600 22.400
4 Petai 70 14.000 1.400 15.400 2.800 1.400 19.600
5 Durian 30 6.000 600 6.600 1.200 600 8.400
  Jumlah Blok III   80.000 8.000 88.000 16.000 8.000 112.000
  B. Tanaman Pagar              
  Kelor dan Gamal 200 paket, Jumlah penanaman / ha menyesuaikan dengan kondisi lokasi penanaman
  BLOK IV              
  A. Tanaman MPTS              
1 Alpokat 80 12.000 1.200 13.200 2.400 1.200 16.800
2 Pinang 140 21.000 2.100 23.100 4.200 2.100 29.400
3 Jengkol 80 12.000 1.200 13.200 2.400 1.200 16.800
4 Petai 70 10.500 1.050 11.550 2.100 1.050 14.700
5 Durian 30 4.500 450 4.950 900 450 6.300
  Jumlah Blok IV   60.000 6.000 66.000 12.000 6.000 84.000
  B. Tanaman Pagar              
  Kelor dan Gamal 150 paket, Jumlah penanaman / ha menyesuaikan dengan kondisi lokasi penanaman
  BLOK V              
  A. Tanaman MPTS              
1 Alpokat 80 24.000 2.400 26.400 4.800 2.400 33.600
2 Pinang 140 42.000 4.200 46.200 8.400 4.200 58.800
3 Jengkol 80 24.000 2.400 26.400 4.800 2.400 33.600
4 Petai 70 21.000 2.100 23.100 4.200 2.100 29.400
5 Durian 30 9.000 900 9.900 1.800 900 12.600
  Jumlah Blok V   120.000 12.000 132.000 24.000 12.000 168.000
  B. Tanaman Pagar              
  Kelor dan Gamal 300 paket, Jumlah penanaman / ha menyesuaikan dengan kondisi lokasi penanaman

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 14


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

Kebutuhan Bibit (Batang)


Jumlah Penanaman Tahun Berjalan (P+1) (P+2)
Komposisi Jenis
No Bibit / (Bibit (Bibit Total
Tanaman Sulaman
Ha (Po) Jumlah Sulaman Sulaman (Batang)
10 %
20%) 10%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9

  BLOK VI              
  A. Tanaman MPTS              
1 Alpokat 80 10.000 1.000 11.000 2.000 1.000 14.000
2 Pinang 140 17.500 1.750 19.250 3.500 1.750 24.500
3 Jengkol 80 10.000 1.000 11.000 2.000 1.000 14.000
4 Petai 70 8.750 875 9.625 1.750 875 12.250
5 Durian 30 3.750 375 4.125 750 375 5.250
  Jumlah Blok VI   50.000 5.000 55.000 10.000 5.000 70.000
  B. Tanaman Pagar              
  Kelor dan Gamal 125 paket, Jumlah penanaman / ha menyesuaikan dengan kondisi lokasi penanaman
  BLOK VII              
  A. Tanaman MPTS              
1 Alpokat 80 16.000 1.600 17.600 3.200 1.600 22.400
2 Pinang 140 28.000 2.800 30.800 5.600 2.800 39.200
3 Jengkol 80 16.000 1.600 17.600 3.200 1.600 22.400
4 Petai 70 14.000 1.400 15.400 2.800 1.400 19.600
5 Durian 30 6.000 600 6.600 1.200 600 8.400
  Jumlah Blok VII   80.000 8.000 88.000 16.000 8.000 112.000
  B. Tanaman Pagar              
  Kelor dan Gamal 125 paket, Jumlah penanaman / ha menyesuaikan dengan kondisi lokasi penanaman 
  BLOK VIII              
  A. Tanaman MPTS              
1 Alpokat 80 20.000 2.000 22.000 4.000 2.000 28.000
2 Pinang 140 35.000 3.500 38.500 7.000 3.500 49.000
3 Jengkol 80 20.000 2.000 22.000 4.000 2.000 28.000
4 Petai 70 17.500 1.750 19.250 3.500 1.750 24.500
5 Durian 30 7.500 750 8.250 1.500 750 10.500
  Jumlah Blok VIII   100.000 10.000 110.000 20.000 10.000 140.000
  B. Tanaman Pagar              
  Kelor dan Gamal 125 paket, Jumlah penanaman / ha menyesuaikan dengan kondisi lokasi penanaman
  BLOK IX              
  A. Tanaman MPTS              
1 Alpokat 80 16.000 1.600 17.600 3.200 1.600 22.400
2 Pinang 140 28.000 2.800 30.800 5.600 2.800 39.200
3 Jengkol 80 16.000 1.600 17.600 3.200 1.600 22.400
4 Petai 70 14.000 1.400 15.400 2.800 1.400 19.600

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 15


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

Kebutuhan Bibit (Batang)


Jumlah Penanaman Tahun Berjalan (P+1) (P+2)
Komposisi Jenis
No Bibit / (Bibit (Bibit Total
Tanaman Sulaman
Ha (Po) Jumlah Sulaman Sulaman (Batang)
10 %
20%) 10%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
5 Durian 30 6.000 600 6.600 1.200 600 8.400
  Jumlah Blok IX   80.000 8.000 88.000 16.000 8.000 112.000
  B. Tanaman Pagar              
  Kelor dan Gamal 200 paket, Jumlah penanaman / ha menyesuaikan dengan kondisi lokasi penanaman
  BLOK X              
  A. Tanaman MPTS              
1 Alpokat 80 16.000 1.600 17.600 3.200 1.600 22.400
2 Pinang 140 28.000 2.800 30.800 5.600 2.800 39.200
3 Jengkol 80 16.000 1.600 17.600 3.200 1.600 22.400
4 Petai 70 14.000 1.400 15.400 2.800 1.400 19.600
5 Durian 30 6.000 600 6.600 1.200 600 8.400
  Jumlah Blok X   80.000 8.000 88.000 16.000 8.000 112.000
  B. Tanaman Pagar              
  Kelor dan Gamal 200 paket, Jumlah penanaman / ha menyesuaikan dengan kondisi lokasi penanaman
  BLOK XI              
  A. Tanaman MPTS              
1 Alpokat 80 14.000 1.400 15.400 2.800 1.400 19.600
2 Pinang 140 24.500 2.450 26.950 4.900 2.450 34.300
3 Jengkol 80 14.000 1.400 15.400 2.800 1.400 19.600
4 Petai 70 12.250 1.225 13.475 2.450 1.225 17.150
5 Durian 30 5.250 525 5.775 1.050 525 7.350
  Jumlah Blok XI   70.000 7.000 77.000 14.000 7.000 98.000
  B. Tanaman Pagar              
  Kelor dan Gamal 175 paket, Jumlah penanaman / ha menyesuaikan dengan kondisi lokasi penanaman
Sumber: Survey Lapangan, 2018.

B. Rancangan Penanaman
B.1. Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan berkaitan dengan penyediaan habitat tumbuh yang sesuai bagi tanaman
yang akan ditanam dengan mempertimbangkan aspek-aspek ekologi, fisik, pengelolaan dan
faktor sosial serta harus dilaksanakan secara efektif dan efisien dan tidak menimbulkan
perubahan lingkungan yang besar. Kegiatan penyiapan lahan meliputi:

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 16


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

1. Orientasi lapangan
a. Pengecekan batas blok penanaman
Kegiatan diawali dengan mencermati batas-batas blok di setiap blok yang telah
disusun pada rancangan teknis dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi
teknis kehutanan dan pengelolaan hutan dalam suatu jangka waktu tertentu.
b. Luas blok
Diatur sedemikan rupa sehingga blok memiliki luas maksimal 300 ha. Berdasarkan hasil
survey lapangan dan pengolahan data peta, maka diperoleh luas indikatif calon lokasi
penanaman seperti disajikan dalam Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Rincian Luas Indikatif Masing-Masing Blok pada Kegiatan RHL di KPH
Mekakau-Saka Tahun 2019
N
Nama Blok Desa Kecamatan Luas Blok Indikatif (ha)
o
1 I Tanjung Agung Banding Agung 200
2 II Tanjung Agung Banding Agung 300
3 III Sumber Makmur Banding Agung 200
4 IV Sumber Makmur Banding Agung 150
5 V Tanjung Besar Mekakau Ilir 300
6 VI Pere'an Mekakau Ilir 125
7 VII Kota Baru Mekakau Ilir 200
8 VIII Galang Tinggi Mekakau Ilir 250
9 IX Pematang Obar Pulau Beringin 200
Desa Pematang
10 X Pulau Beringin
Obar 200
11 XI Tanjung Bulan Pulau Beringin 175
  Jumlah Total (ha)     2.300
Sumber: Pengolahan Data, 2018.

2. Teknik pengukuran luas


Pengukuran luas menggunakan alat ukur GPS dengan teknik sebagai berikut :
a. Penyiapan alat ukur GPS
GPS yang dipergunakan jenis handheld yang memiliki sistem GIS.
b. Penyiapan surveyor lapangan
Kualifikasi surveyor yang diperlukan minimal memiliki pengalaman dalam
mempergunakan GPS dan mengolah data lapangan menjadi data peta dan data
numerik.

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 17


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

c. Pengambilan data koordinat


Pengambilan data koordinat batas blok di lapangan oleh surveyor dari titik pertama
sampai titik terakhir sehingga lokasi temu gelang.
d. Pengolahan data
Pengolahan data lapangan menggunakan komputer dengan program mapsource dan
map info atau arcgis.
e. Output
Hasil pengolahan data adalah peta blok penanaman dan luas serta koordinat batas
masing-masing blok.
3. Spesifikasi pal batas blok
Pal batas blok terbuat dari kayu ukuran diameter ± 15 cm, tinggi ± 100 cm dan bagian
yang ditanam sedalam 50 cm dan diberi tanda warna merah. Pal batas blok dipasang
sepanjang batas blok dengan jarak antar pal ± 100 m
4. Pembersihan Areal
a. Pembersihan areal sistem jalur
Pembersihan areal dilakukan pada jalur-jalur yang akan ditanami sesuai dengan garis
kontur lapangan. Pembersihan dilakukan pada jalur dengan ukuran minimal ± 1m.
b. Pembersihan areal sistem cemplongan
Pembersihan areal dilakukan dengan membersihkan calon lubang tanam dengan
diameter + 50 cm.
c. Jalan pemeriksaan
Jalan pemeriksaan untuk memudahkan pengawasan kegiatan penanaman dan
angkutan bibit dengan menggunakan jalan setapak yang sudah ada dan digunakan
sehari-hari oleh penggarap di lokasi tersebut, selain itu batas petak atau batas blok
juga dapat menjadi penanda jalan pemeriksaan.
5. Patok batas petak
a. Pengecekan batas petak penanaman
Kegiatan diawali dengan mencermati batas-batas petak di setiap petak yang telah
disusun pada rancangan teknis dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi
teknis kehutanan dan pengelolaan hutan dalam suatu jangka waktu tertentu.
b. Luas petak

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 18


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

Diatur sedemikan rupa dengan mengikuti semaksimal mungkin batas alam maupun
jalan.
c. Teknik pengukuran luas
Pengukuran luas menggunakan alat ukur GPS dengan teknik sebagai berikut:
1) Penyiapan alat ukur GPS
GPS yang dipergunakan jenis handheld yang memiliki sistem GIS.
2) Penyiapan surveyor lapangan
Kualifikasi surveyor yang diperlukan minimal memiliki pengalaman dalam
mempergunakan GPS dan mengolah data lapangan menjadi data peta dan data
numerik.
3) Pengambilan data koordinat
Pengambilan data koordinat batas petak di lapangan oleh surveyor dari titik
pertama sampai titik terakhir sehingga lokasi temu gelang.
4) Pengolahan data
Pengolahan data lapangan menggunakan komputer dengan program mapsource
dan map info atau arcgis.
5) Output
Hasil pengolahan data adalah peta batas petak penanaman dan luas serta
koordinat batas petak.
d. Spesifikasi pal batas petak
Pal batas petak terbuat dari kayu ukuran diameter ± 10 cm, dengan tinggi ± 100 cm
dan ditanam sedalam 50 cm, dipasang di titik-titik terluar petak penanaman dengan
jarak antar pal antara ± 50 m – 100 m.

6. Penentuan pola tanaman/larikan tanaman


Penentuan arah larikan ditentukan berdasarkan kondisi lahan (topografi dan garis kontur)
dan pola dan jarak tanam yang diterapkan serta dengan memperhatikan arah cahaya
matahari.
a. Spesifikasi patok larikan

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 19


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

Patok arah larikan terbuat dari bambu/kayu dengan diameter ± 5 cm dan tinggi ±130
cm. Patokarah larikan dipasang pada setiap ujung jalur tanaman
b. Pemasangan patok larikan
Penentuan arah larikan ditandai dengan pemasangan patok arah larikan untuk diikuti
pada kegiatan pemasangan ajir yang dimulai pada batas petak tanaman.
Pembersihan lahan dilaksanakan secara manual dengan membuat larikan lorong
mengikuti kontur. Jarak antara larikan menyesuaikan jarak tanam dan dalam
pembuatan larikan ini dilakukan pemotongan semak belukar dan alang-alang selebar
± 1 m.
7. Pencatatan dan pelaporan meliputi pekerjaan:
a. Nama lokasi blok dan petak kerja.
b. Jumlah jalur tanam pembuatan rehabilitasi hutan.
c. Rencana jenis dan jumlah tanaman pada masing-masing petak.
d. Jumlah hari orang kerja (HOK) yang telah digunakan, prestasi kerja dan mutu
pekerjaan.
e. Buku register diisi setiap hari kegiatan
f. Catatan monitoring dan evaluasi pekerjaan oleh penanggungjawab satuan unit kerja
penyiapan lahan.
g. Laporan kegiatan dan peta kerja penyiapan lahan harus memberikan informasi yang
lengkap.
h. Dalam monitoring dan evaluasi kegiatan, sebuah petak dinyatakan telah selesai
dilaksanakan penyiapan lahan.

B.2. Kebutuhan Bahan dan Peralatan


Pengadaan peralatan dan bahan serta sarana dan sarana pendukung dimaksudkan untuk
mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan pembuatan tanaman RHL. Optimalisasi,
efisiensi dan efektifitas pendayagunaan sarana dan prasarana tersebut dipengaruhi oleh
jumlah/kuantitas, spesifikasi dan kualitasnya, juga akan sangat tergantung pada ketepatan
spasi/kerapatan jalan dan ketepatan tata letaknya yang disesuaikan dengan spesifikasi dan
intensitas kebutuhan sepanjang periode pelaksanaan kegiatan. Pengadaan peralatan dan
bahan serta sarana dan prasarana ini perlu dirancang sedemikian rupa sehingga

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 20


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

keberadaannya benar-benar dapat mendukung kelancaran kegiatan. Beberapa yang harus


dipersiapkan adalah :
1. Jalan pemeriksaan/inspeksi
Salah satu faktor keberhasilan pelaksanaan kegiatan pembuatan tanaman ditentukan
oleh adanya jaringan jalan pemeriksaan/inspeksi. Jalan pemeriksaan/inspeksi tersebut
bertujuan untuk memperlancar transportasi dan pengangkutan bahan dari suatu tempat
ke tempat lain. Selain itu juga untuk mempermudah dalam pengawasan/monitoring pada
saat aplikasi kegiatan.
Jalan pemeriksaan sebaiknya menggunakan jalan setapak yang sudah ada dan digunakan
sehari-hari, selain itu batas blok juga dapat di gunakan sebagai jalan pemeriksaan dengan
mengadakan perbaikan jalan berupa pelebaran jalan dan perataan tanah dengan cangkul
atau pembersihan semak dengan parang.
2. Pembuatan pondok/gubug kerja
Pondok/Gubuk Kerja, direncanakan sebanyak 1 buah untuk setiap ± 50 ha, yang
berfungsi sebagai tempat penyimpanan peralatan dan bahan dalam kegiatan rehabilitasi.
Gubug kerja juga difungsikan sebagai tempat koordinasi pekerjaan secara umum juga
bisa difungsikan sebagai tempat istrirahat pelaksana RHL.
Bangunan gubug kerja dibuat sederhana yaitu : tiang dan rangka dari kayu. atap daun
rumbia/alang-alang atau lainnya, dinding dan lantai terbuat dari papan atau lainnya
dengan tahapan pekerjaan perancangan, persiapan dan pelaksanaan dan pemeliharaan.
Rancangan gubug kerja dilengkapi dengan gambar dan rencana anggaran biaya. Gubug
kerja dibuat dengan ukuran sesuai dengan kebutuhan.
Gubug kerja diletakkan pada lokasi strategis di blok sesuai pada gambar rencana lokasi
serta areal penanaman. Penempatan gubug kerja dengan mempertimbangkan akses
untuk keseluruhan areal/blok tanaman.
Gubug kerja berfungsi sebagai tempat beristirahat para pekerja dan sekaligus sebagai
tempat penyimpanan alat-alat kerja serta berfungsi sebagai tempat berkumpul disaat
diadakan penyuluhan/bimbingan teknis/pendampingan oleh penyuluh kehutanan,
ilustrasi disajikan pada Gambar berikut ini.

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 21


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

Gambar 3.2. Contoh Pondok/Gubuk Kerja

3. Papan nama kegiatan


Papan nama blok kegiatan dibuat dengan ukuran panjang + 120 cm, tebal +3 cm dan
tinggi + 90 cm dengan bahan dari kayu dengan cat dasar warna hijau dan tulisan warna
putih, dipasang menggunakan broti/kayu kaso setinggi + 200 cm dari permukaan tanah
dan ditanam sedalam + 50 cm. Papan nama kegiatan ditempatkan di depan areal blok
tanaman. Setiap blok dipasang 1 papan nama blok.
Papan peta areal tanaman dibuat dengan ukuran panjang + 120 cm dan lebar + 80 cm
dengan bahan dari besi dengan cat dasar warna hijau dan tulisan warna putih, dipasang
menggunakan broti/kayu kaso setinggi + 2000 cm dari permukaan tanah dan ditanam
sedalam + 50 cm dicat warna kuning. Penempatan papan peta dilakukan di depan petak
tanaman. Setiap 25 ha dipasang 1 papan nama petak. Ilustrasi papan kegiatan di sajikan
pada Gambar berikut ini.

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 22


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

Gambar 3.3. Contoh Papan Nama Blok dan Petak

4. Patok arah larikan/pola tanam


Patok arah larikan dipergunakan sebagai tanda dilapangan dimana nantinya akan dibuat
jalur tanam. Petak arah larikan terbuat dari kayu atau bambu yang mudah diperoleh
disekitar lokasi kegiatan dengan ukuran panjang + 130 cm. Ilustrasi disajikan pada
Gambar berikut ini.
5. Ajir
Ajir adalah penanda lubang tanaman sehingga memudahkan pelaksanaan distribusi bibit
ke titik tanam. Ajir terbuat dari kayu/bambu dengan tinggi +100 cm. Fungsi ajir lainnya
adalah tempat menggantungkan polybag bekas wadah bibit dan menyangga bibit supaya
tetap tegak. Pada saat pemeliharaan tanaman dan pemeriksaan hasil kegiatan maka ajir
berfungsi sebgai penanda bibit yang ditanam dengan tanaman yang sudah ada
sebelumnya. Jumlah ajir sama dengn jumlah bibit yang ditanam yaitu setiap batang
tanaman yang ditanam maka dipasang ajir disebelahnya.
6. Patok Batas Blok dan Patok Batas Petak
Patok batas blok/petak merupakan patok yang berfungsi sebagai pembatas antara calon
lokasi penanaman RHL dengan lahan yang berada di sekelilingnya. Keberadaan patok
batas blok sangat penting dalam menentukan kepastian lokasi kegiatan serta luas lokasi

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 23


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

kegiatan RHL. Jenis bahan, ukuran/dimensi serta warna patok batas blok tersaji dalam
Gambar berikut ini.

Gambar 3.4. Contoh Patok Arah Larikan dan Ajir

Gambar 3.5. Patok batas Blok/Petak

Daftar kebutuhan peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan RHL
secara keseluruhan disajikan dalam Tabel 3.5.

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 24


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

Tabel 3.5. Daftar Kebutuhan Peralatan dan Bahan Kegiatan RHL di KPH Mekakau-
Saka Tahun 2019
Kebutuhan

No Komponen Kegiatan Satuan Pemeliharaan Pemeliharaan


Penanaman
Tahun Pertama Tahun Kedua
(P-0)
(P+1) (P+2)
1 2 3 4 5 6
1 Pengadaan patok arah larikan Patok 115.000 - -
2 Pengadaan ajir Batang 920.000 - -
3 Pengadaan papan nama Unit 92 - -
Pengadaan bahan
4 Unit 46 - -
pondok/gubuk kerja
Pengadaan pupuk dan atau
5 Kg 59.800 59.800 46.000
media tanam (pupuk hayati)

6 Pengadaan obat-obatan  
a Fungisida Ltr 1.380 - -
b Insektisida Ltr 920 - -
7 Pengadaan peralatan kerja Paket 46 - -

B.3. Penanaman
Penanaman merupakan tahapan kegiatan menumbuhkan bibit di lapangan agar dapat
beradaptasi dengan kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Posisi penanaman dalam
kegiatan rehabilitasi DAS disajikan pada Gambar 3.6.

Gambar 3.6. Posisi Kegiatan Penanaman dalam Tahapan Kegiatan RHL


1. Pemasangan ajir

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 25


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

Ajir ditancapkan dengan jarak sesuai jarak tanam yang ditentukan misalnya + 5 m x 5 m.
Jarak antar ajir tidak mutlak harus berukuran sama, tetapi mengikuti kondisi lahan,
misalnya pada areal yang terdapat tunggak kayu maka ajir dapat di pindah pada titik di
sebelahnya sehingga mempunyai lapisan tanah yang memungkinkan untuk ditanami
bibit.
2. Piringan dan lubang tanam
Lubang tanaman dibuat dengan ukuran panjang ± 30 cm, lebar ± 30 cm dan kedalaman
± 30 cm ditempat pemasangan ajir terdahulu.
Tanah digali mengunakan cangkul/sekop/linggis sesuai spesifikasi yang ditentukan
dengan ajir sebagai as. Pada saat pembuatan lubang tanam hal yang perlu diperhatikan
adalah tanah hasil galiannya karena top soil hasil galian akan dipergunakan kembali pada
saat kegiatan penanaman sebagai media yang kaya akan unsur haranya dan ditempatkan
pada bagian bawah lubang tanam saat penanaman bibit. Dengan demikian diharapkan
bibit akan lebih mudah mendapatkan unsur hara yang dibutuhkan. Tanah bekas galian
dibalikkan di kanan dan kiri lubang tanam. Tanah bagian atas (top soil) dipisahkan dengan
tanah bagian bawah, pada saat penanaman lapisan top soil dimasukkan terlebih dahulu.
Apabila lubang tanam terdapat di lokasi yang miring maka dibuat datar dan tidak
mengikuti kemiringan lereng. Teknik pembuatan lubang tanaman disajikan dalam
Gambar 3.7.
3. Waktu pelaksanaan
Pembuatan lubang tanam dilaksanakan pada 1 – 3 minggu sebelum penanaman.
4. Teknik pembuatan piringan
Pada sekitar lubang tanam dibuat piringan. Piringan ini dibuat dengan mencangkul dan
membersihkan areal sekitar lubang tanam dari tanaman pengganggu dan rumput-
rumputan/alang-alang dengan radius ± 100 cm. Pembuatan piringan tanaman dapat
menggunakan cangkul, sekop atau linggis.
5. Distribusi bibit
Bibit yang akan didistribusikan di lapangan adalah bibit yang baik sesuai dengan standar
yang ditentukan (tumbuh normal, batang lurus, daun subur dan hijau serta tidak
terserang hama atau penyakit).

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 26


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

Gambar 3.7. Teknik Pembuatan Lubang Tanam dan Piringan

Bibit dikemas didalam keranjang atau kotak yang dibuat secara khusus untuk
pengangkutan bibit. Atau pengangkutan bibit ke lubang tanam dengan menggunakan
wadah dari karung. Didalam wadah bibit-bibit diupayakan agar tidak berhimpitan yang
dapat menyebabkan kerusakan bibit.
Pengangkutan bibit sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Bibit yang akan
diangkut sebaiknya disiram terlebih dahulu untuk menghindari penguapan atau stress
karena pengangkutan. Bibit yang belum siap untuk didistribusikan ke lubang tanam agar
dikumpulkan terlebih dahulu pada tempat yang teduh dan disiram.
6. Pola tanam
Pola tanam yang diterapkan adalah pola tanam campuran yaitu pelaksanaan penanaman
dengan mencampurkan tanaman sela dan MPTS pada satu areal penanaman yang sama.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan saat penanaman adalah:
a. Media kompak dan mudah dilepas dari polybag bibit.
b. Kondisi lubang tanaman telah di siapkan dengan baik dan tidak tergenang air
dengan pola mengikuti skema yang sudah disepakati seperti tersaji dalam

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 27


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

Gambar 3.8. Dalam pelaksanaannya pola/skema ini dapat berubah


menyesuikan kondisi lapangan.

Gambar 3.8. Pola/Skema Penanaman pada Kegiatan RHL

7. Teknik penanaman
a. Waktu penanaman disesuaikan dengan musim tanam yang tepat
b. Polybag dilepas dari media tanam dengan hati-hati sehingga tidak
merusak sistim perakaran tanaman.
c. Lubang tanaman ditimbun dengan tanah yang telah dicampur pupuk
hayati sampai lebih tinggi dari permukaan tanah
d. Bibit ditanam pada lobang tanaman yang sudah disiapkan, tanah
bekas galian lubang bagian atas dimasukan kembali ke dalam lubang
tanam
e. Bibit yang menggunakan kantong plastik/polybag, sebelum ditanam
dirobek dulu kantong plastiknya supaya akar bisa dengan cepat
beradaptasi
f. Sobekan kantong plastik diletakkan di atas ajir untuk menandakan
bahwa lubang tanaman tersebut sudah terisi dengan bibit dan bekas
kantong plastik polybag diikat longgar pada ajir
g. Bibit dan media diletakkan pada lubang tanaman dengan posisi tegak

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 28


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

h. Peletakan media dari polybag tidak boleh miring sehingga posisi akar
dan batang tegak lurus terhadap lantai dasar lubang, tidak boleh
terlalu dalam, tidak boleh terlalu tinggi atau di atas permukaan tanah.
Pada Gambar 3.9 disajikan ilustrasi penanaman yang benar dan yang
salah.

Gambar 3.9. Contoh Teknik Penanaman yang Benar dan yang Salah

B.4. Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu komponen kegiatan yang sangat penting dalam
budidaya tanaman, bahkan merupakan faktor penentu keberhasilan tumbuh
tanaman pada tanah-tanah dengan tingkat kesuburan yang rendah.
Terdapat berbagai macam pupuk yang dikenal, seperti pupuk kimia, pupuk organik,
pupuk kandang, pupuk hayati dan lain-lain. Penggunaan jenis-jenis pupuk tersebut
sangat tergantung pada kondisi fisik-kimia tanah.
1. Waktu, jenis, dosis dan prekuensi pemupukan

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 29


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

Dalam kegiatan penanaman pemberian pupuk dilakukan dua kali, yaitu sebelum penanaman
menggunakan pupuk hayati ( sebanyak ±30 gr per batang tanaman) dan ±1 bulan setelah
penanaman menggunakan pupuk hayati ( ± 35 gr per batang tanaman).
2. Teknis pemupukan
Teknik pemberian pupuk disesuaikan dengan kondisi tanah dan umur tanaman. Pupuk yang
diberikan berupa pupuk dasar, yaitu : pupuk dimasukkan ke lubang tanam dicampur
dengan topsoil pada saat penanaman. Pemupukan lainnya adalah pemberian pupuk di
sekitar bibit tanaman (pada saat bibit telah ditanam). Teknik yang akan dilakukan dengan
cara membuat lubang di sekitar tanaman dan memasukan pupuk pada lubang tersebut
dan selanjutnya setiap lubang yang telah diberi pupuk ditutup kembali dengan tanah.
B.5. Pencatatan dan pelaporan
Dilakukan pencatatan pada laporan/register penanaman sebagai berikut:
1. Nama lokasi blok dan petak kerja.
2. Jumlah jalur tanam rehabilitasi hutan.
3. Rencana dan realisasi distribusi bibit dan penanaman pada masing-masing petak.
4. Jumlah hari orang kerja (HOK) yang telah digunakan, prestasi kerja dan mutu
pekerjaan.
Jumlah HOK yang direncanakan dalam pelaksanaan kegiatan RHL KPH Mekakau-Saka Tahun
2019, seluas 2.300 ha disajikan dalam Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Jumlah Rencana HOK yang Diperlukan dalam Kegiatan RHL di KPH Mekakau-Saka
Tahun 2019
Kebutuhan

Komponen Satuan Pemeliharaa Pemeliharaa


Penanaman
n Tahun n Tahun
(P0)
Pertama (P1) Kedua (P2)
1 Persiapan Lapangan HOK 4.600 - -
2 Pembuatan Jalan Pemeriksaan HOK 8.050 -
3 Pemancangan ajir HOK 4.600 - -
Pembuatan piringan dan lubang
4 HOK 11.500 - -
tanam
5 Distribusi bibit HOK 4.600 2.300 -
6 Penanaman HOK 4.600 4.600 -
7 Pemupukan HOK 4.600 6.900 6.900

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 30


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

Kebutuhan

Komponen Satuan Pemeliharaa Pemeliharaa


Penanaman
n Tahun n Tahun
(P0)
Pertama (P1) Kedua (P2)
8 Penyulaman HOK 9.200 4.600 4.600
9 Penyiangan, Pendangiran HOK 9.200 13.800 13.800
Pembuatan gubuk kerja dan papan
10 HOK 2.484 - -
nama
Pembuatan Teknik Konservasi
11 HOK 27.600 - -
Tanah
12 Pengawasan/mandor tanam OB 230 230 230
  Jumlah HOK   91.034 32.200 25.300
Sumber: Hasil Pengolahan Data, 2018

C. Rancangan Pemeliharaan Tanaman


C.1. Pemeliharaan Tanaman Tahun Berjalan (P-0)
1. Penyiangan dan Pendangiran
a. Tujuan kegiatan
Tanaman dapat tumbuh dengan baik, memiliki ruang gerak yang cukup untuk
pertumbuhan, mendapatkan penyinaran yang baik, menghindari tanaman dari
tanaman pengganggu dan untuk menghindari terjadinya persaingan dalam
kebutuhan unsur hara tanaman.
b. Peralatan
Penyiangan ini dilakukan dengan menggunakan cangkul, parang, linggis dan
peralatan lainnya.
c. Teknik Penyiangan dan Pendangiran
Perlakuan yang diterapkan pada kegiatan penyiangan dan pendangiran adalah
sebagai berikut:
1) Pembersihan gulma dengan sistem piringan (weeding pertama) maksimal
setelah 3 bulan penanaman dan diulang 2 kali dalam setahun.
2) Teknik weeding dilakukan secara manual dengan menghindari penggunaan
bahan-bahan kimia yang dapat berbahaya bagi lingkungan. Pada Gambar
berikut disajikan teknik pembersihan gulma dengan sistem piringan dan dengan
sistem babat jalur.
2. Penyiapan dan Distribusi Bibit Penyulaman

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 31


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

a. Standar bibit
Bibit yang akan didistribusikan adalah bibit yang baik (tumbuh normal, batang lurus,
daun subur dan hijau serta tidak terserang hama atau penyakit).

Gambar 3.10. Teknik Weeding Sistem Piringan dan Line

b. Pengepakan dan pengangkutan


1) Bibit dikemas didalam keranjang atau kotak yang dibuat secara khusus untuk
pengangkutan bibit. Didalam wadah bibit-bibit diupayakan agar tidak
berhimpitan yang dapat menyebabkan kerusakan bibit.
2) Pengangkutan bibit ke lubang tanam dengan menggunakan wadah dari karung.
3) Pengangkutan bibit diupayakan dilakukan pada pagi atau sore hari, untuk
menghindari panas terik yang dapat menyebabkan kerusakan pada bibit.
4) Lakukan penyiraman sebelum bibit diangkut untuk menghindari penguapan atau
stress karena pengangkutan.
5) Bibit yang belum siap untuk didistribusikan ke lubang tanam dikumpulkan
terlebih dahulu pada tempat yang teduh dan dilakukan penyiraman.
3. Penyulaman

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 32


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

Kegiatan penyulaman ini dimaksudkan untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh
atau mati pada saat penanaman dilaksanakan dengan cara menggantikan tanaman yang
mati dengan bibit baru dari jenis dan umur yang sama.
a. Jumlah tanaman sulaman
1) Penyulaman dilakukan selama proses penanaman tahun berjalan dengan jumlah
dan jenis sebanyak 10 % dari jumlah dan jenis yang sama pada saat penanaman.
2) Penyulaman dilakukan setelah dilakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan
tanaman.
b. Waktu kegiatan
Penyulaman dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan pendangiran dilakukan.
4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk meningkatkan kandungan unsur hara yang terdapat dalam
tanah.
a. Jenis dan Dosis serta Teknis
1) Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk hayati. Pemberian pupuk dilakukan di
dalam lubang tanam yang dicampur dengan top soil dan di sekitar bibit tanaman
(pada saat bibit telah ditanam)
2) Dosis pupuk yang digunakan minimal 30 gr/batang untuk setiap kali pemupukan
3) Membuat lubang di sekitar tanaman dan memasukan pupuk pada lubang
tersebut dan selanjutnya setiap lubang yang telah diberi pupuk ditutup kembali
dengan tanah.
5. Pemberantasan hama penyakit
Kegiatan pemberantasan hama penyakit terkait dengan upaya menjaga hasil kegiatan
RHL dari berbagai gangguan baik yang disebabkan oleh gangguan dari hewan, hama dan
penyakit tanaman.
a. Perlindungan terhadap hama dan penyakit dilakukan dengan cara mengamati gejala
serangan hama dan penyakit.
b. Menyiapkan insektisida dan fungisida sebagai antisipasi terjadinya serangan hama
penyakit dan mempelajari dosis yang tepat dalam aplikasi pencegahan serangan
hama dan penyakit tanaman.

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 33


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

c. Menyiapkan peralatan semprot (hand sprayer) untuk melakukan tindakan


penyemprotan insektisida/herbisida.
d. Gangguan keamanan hutan dapat juga terjadi akibat hewan liar yang berada di
sekitar hutan. Biasanya bibit atau tanaman di lapangan menjadi makanan hewan
herbivora, sehingga pada saat terjadi banyak kematian akibat kondisi ini sebaiknya
dilakukan penggantian jenis bibit yang tidak disukai hewan tersebut.
e. Mengantisipasi dengan hati-hati adalah apabila masih terdapat binatang buas
(harimau, beruang, ular dll) berkeliaran yang dapat meresahkan pelaksana teknis di
lapangan. Hal ini dapat diantisipasi dengan berkoordinasi dengan instansi terkait,
yaitu KPH setempat dan masyarakat sekitar hutan yang biasanya memiliki tokoh-
tokoh yang memahami secara detail pergerakan hewan buas tersebut termasuk
peraturan adat yang masih berlaku di dalam kawasan hutan tersebut.
f. Mengantisipasi penggembalaan hewan ternak di dalam lokasi RHL melalui upaya
persuasif dan mengedepankan dialog 2 arah dalam upaya mencari solusi atas
permasalahan yang timbul.

C.2. Pemeliharaan Tanaman Tahun Pertama (P+1)


Pemeliharaan tanaman tahun pertama sangat penting untuk mendukung pertumbuhan
tanaman. Kegiatan dilakukan dengan memperhatikan sifat fisik tanaman,
dinamika/kompetisi antar jenis dan vegetasi sekitarnya, kegiatan ini diterapkan dengan
jangka panjang guna memperoleh tegakan hutan yang diharapkan.
Secara prinsip, pemeliharaan tanaman dimaksudkan untuk mengurangi tingkat persaingan
dari tumbuhan lain terhadap tanaman yang ditanam.
1. Persiapan pemeliharaan
a. Pengadaan bibit sulaman pemeliharaan tahun pertama
b. Distribusi bibit ke lubang tanaman
c. Penyulaman
d. Penyiangan, pendangiran, pemupukan
e. Pengawasan/mandor
f. Pengadaan ajir
g. Pengadaan pupuk hayati

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 34


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

2. Pelaksanaan pemeliharaan
a. Penyiangan dan Pendangiran
1) Penyiangan dan pendangiran ini dimaksudkan agar tanaman memiliki ruang
gerak yang cukup untuk pertumbuhan, mendapatkan penyinaran yang baik,
menghindari tanaman dari tanaman pengganggu dan untuk menghindari
terjadinya persaingan dalam kebutuhan unsur hara tanaman.
2) Penyiangan ini dilakukan dengan menggunakan cangkul, parang, linggis dan
peralatan lainnya atau secara kimia (herbisida) dan mekanis (mesin potong
rumput).
3) Sisa semak/tumbuhan hasil penyiangan ditempatkan pada posisi yang benar atau
dibenamkan kedalam tanah sehingga cepat membusuk dan aman terhadap
kebakaran.
4) Penyiangan dilakukan dengan sistem tebas total ini dilakukan 3 kali setahun atau
setiap 4 bulan dilakukan penebasan total dan pendangiran.
b. Pemupukan
1) Penggunaan jenis-jenis pupuk tersebut sangat tergantung pada kondisi fisik kimia
tanah.
2) Pemberian pupuk dilakukan sesuai kebutuhan.
3) Kegiatan dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan pendangiran serta
penyulaman selesai dilakukan.
4) Teknik pemberian pupuk disesuaikan dengan kondisi tanah dan umur tanaman.
5) Jenis pupuk yang akan digunakan disesuaikan dengan kondisi tanaman yang ada
menggunakan pupuk hayati dengan dosis ±65 gr/batang.
c. Penyulaman
1) Kegiatan penyulaman ini dimaksudkan untuk mengganti tanaman yang tidak
tumbuh atau mati pada saat penanaman dilaksanakan dengan menggunakan
jenis dan umur bibit yang sama. Untuk kegiatan penyulaman ini juga dilakukan
kegiatan-kegiatan sebagaimana yang dilakukan pada saat penanaman.
2) Kegiatan penyulaman dilakukan dengan target tanaman bisa mencapai
pertumbuhan 100%.

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 35


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

3) Untuk kegiatan penyulaman dalam pemeliharaan Tahun pertama ini telah


disediakan bibit sebesar 20 % dari total kebutuhan bibit pada saat penanaman
awal.
4) Penyulaman dilakukan setelah dilakukan evaluasi internal terhadap tingkat
keberhasilan tanaman. Dari hasil evaluasi internal tersebut akan ditentukan
kondisi tanaman yang terdiri atas sehat, merana, dan mati. Untuk tanaman
dengan kondisi tanaman merana dan mati akan dilakukan penyulaman.
5) Distrbusi bibit ke lubang tanaman dilakukan dengan menggunakan wadah dan
diangkut dari persemaian maupun dari tempat penampungan sementara.
6) Pada saat melakukan pengangkutan dihindari hal-hal yang akan menimbulkan
kerusakan terhadap bibit yang digunakan untuk penyulaman. Aspek-aspek
tersebut dari mulai penggunaan wadah, waktu pengangkutan serta teknik
membawa bibit.
d. Pemberantasan hama penyakit
Kegiatan pemberantasan hama penyakit terkait dengan upaya menjaga hasil
kegiatan RHL dari berbagai gangguan baik yang disebabkan oleh gangguan dari
hewan, hama dan penyakit tanaman.
1) Perlindungan terhadap hama dan penyakit dilakukan dengan cara mengamati
gejala serangan hama dan penyakit.
2) Menyiapkan insektisida dan fungisida sebagai antisipasi terjadinya serangan
hama penyakit dan mempelajari dosis yang tepat dalam aplikasi pencegahan
serangan hama dan penyakit tanaman.
3) Menyiapkan peralatan semprot (hand sprayer) untuk melakukan tindakan
penyemprotan insektisida/herbisida.
4) Gangguan keamanan hutan dapat juga terjadi akibat hewan liar yang berada di
sekitar hutan. Biasanya bibit atau tanaman di lapangan menjadi makanan hewan
herbivora, sehingga pada saat terjadi banyak kematian akibat kondisi ini
sebaiknya dilakukan penggantian jenis bibit yang tidak disukai hewan tersebut.
5) Mengantisipasi dengan hati-hati adalah apabila masih terdapat binatang buas
(harimau, beruang, ular dll) berkeliaran yang dapat meresahkan pelaksana teknis
di lapangan. Hal ini dapat diantisipasi dengan berkoordinasi dengan instansi

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 36


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

terkait, yaitu KPH setempat dan masyarakat sekitar hutan yang biasanya
memiliki tokoh-tokoh yang memahami secara detail pergerakan hewan buas
tersebut termasuk peraturan adat yang masih berlaku di dalam kawasan hutan
tersebut.
6) Mengantisipasi penggembalaan hewan ternak di dalam lokasi RHL melalui upaya
persuasif dan mengedepankan dialog 2 arah dalam upaya mencari solusi atas
permasalahan yang timbul.
C.3. Pemeliharaan Tahun Kedua (P+2)
Pemeliharaan tanaman tahun kedua sangat penting untuk mendukung pertumbuhan
tanaman. Kegiatan dilakukan dengan memperhatikan sifat fisik tanaman,
dinamika/kompetisi antar jenis dan vegetasi sekitarnya, kegiatan ini diterapkan dengan
jangka panjang guna memperoleh tegakan hutan yang diharapkan.
Secara prinsip, pemeliharaan tanaman dimaksudkan untuk mengurangi tingkat persaingan
dari tumbuhan lain terhadap tanaman yang ditanam.
1. Persiapan pemeliharaan
a. Pengadaan bibit sulaman pemeliharaan tahun kedua
b. Distribusi bibit ke lubang tanaman
c. Penyulaman
d. Penyiangan, pendangiran, pemupukan
e. Pengawasan/mandor
f. Pengadaan ajir
g. Pengadaan pupuk hayati
2. Pelaksanaan pemeliharaan
a. Penyiangan dan Pendangiran
1) Penyiangan dan pendangiran ini dimaksudkan agar tanaman memiliki ruang
gerak yang cukup untuk pertumbuhan, mendapatkan penyinaran yang baik,
menghindari tanaman dari tanaman pengganggu dan untuk menghindari
terjadinya persaingan dalam kebutuhan unsur hara tanaman.
2) Penyiangan ini dilakukan dengan menggunakan cangkul, parang, linggis dan
peralatan lainnya atau secara kimia (herbisida) dan mekanis (mesin potong
rumput).

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 37


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

3) Sisa semak/tumbuhan hasil penyiangan ditempatkan pada posisi yang benar atau
dibenamkan kedalam tanah sehingga cepat membusuk dan aman terhadap
kebakaran.
4) Penyiangan dilakukan dengan sistem tebas total ini dilakukan 1 kali setahun
sekaligus pendangiran.
b. Pemupukan
1) Penggunaan jenis-jenis pupuk tersebut sangat tergantung pada kondisi fisik kimia
tanah.
2) Pemberian pupuk dilakukan sesuai kebutuhan.
3) Kegiatan dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan pendangiran serta
penyulaman selesai dilakukan.
4) Teknik pemberian pupuk disesuaikan dengan kondisi tanah dan umur tanaman.
5) Jenis pupuk yang akan digunakan disesuaikan dengan kondisi tanaman yang ada
menggunakan pupuk hayati dengan dosis ±65 gr/batang.
c. Penyulaman
1) Kegiatan penyulaman ini dimaksudkan untuk mengganti tanaman yang tidak
tumbuh atau mati pada saat penanaman dilaksanakan dengan menggunakan
jenis dan umur bibit yang sama. Untuk kegiatan penyulaman ini juga dilakukan
kegiatan-kegiatan sebagaimana yang dilakukan pada saat penanaman.
2) Kegiatan penyulaman dilakukan dengan target tanaman bisa mencapai
pertumbuhan dengan jumlah dan kualitas sesuai standar.
3) Untuk kegiatan penyulaman dalam pemeliharaan Tahun Kedua ini telah
disediakan bibit sebesar 10 % dari total kebutuhan bibit pada saat penanaman
awal.
4) Penyulaman dilakukan setelah dilakukan evaluasi internal terhadap tingkat
keberhasilan tanaman. Dari hasil evaluasi internal tersebut akan ditentukan
kondisi tanaman yang terdiri atas sehat, merana, dan mati. Untuk tanaman
dengan kondisi tanaman merana dan mati akan dilakukan penyulaman.
5) Distrbusi bibit ke lubang tanaman dilakukan dengan menggunakan wadah dan
diangkut dari persemaian maupun dari tempat penampungan sementara.

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 38


LAPORAN AKHIR
Penyusunan Rancangan Penanaman RHL (T-1) Di Wilayah UPTD KPH Mekakau-Saka
Seluas 2.300 Ha

6) Pada saat melakukan pengangkutan dihindari hal-hal yang akan menimbulkan


kerusakan terhadap bibit yang digunakan untuk penyulaman. Aspek-aspek
tersebut dari mulai penggunaan wadah, waktu pengangkutan serta teknik
membawa bibit.
d. Pemberantasan hama penyakit
Kegiatan pemberantasan hama penyakit terkait dengan upaya menjaga hasil
kegiatan RHL dari berbagai gangguan baik yang disebabkan oleh gangguan dari
hewan, hama dan penyakit tanaman.
1) Perlindungan terhadap hama dan penyakit dilakukan dengan cara mengamati
gejala serangan hama dan penyakit.
2) Menyiapkan insektisida dan fungisida sebagai antisipasi terjadinya serangan
hama penyakit dan mempelajari dosis yang tepat dalam aplikasi pencegahan
serangan hama dan penyakit tanaman.
3) Menyiapkan peralatan semprot (hand sprayer) untuk melakukan tindakan
penyemprotan insektisida/herbisida.
4) Gangguan keamanan hutan dapat juga terjadi akibat hewan liar yang berada di
sekitar hutan. Biasanya bibit atau tanaman di lapangan menjadi makanan hewan
herbivora, sehingga pada saat terjadi banyak kematian akibat kondisi ini
sebaiknya dilakukan penggantian jenis bibit yang tidak disukai hewan tersebut.
5) Mengantisipasi dengan hati-hati adalah apabila masih terdapat binatang buas
(harimau, beruang, ular dll) berkeliaran yang dapat meresahkan pelaksana teknis
di lapangan. Hal ini dapat diantisipasi dengan berkoordinasi dengan instansi
terkait, yaitu KPH setempat dan masyarakat sekitar hutan yang biasanya
memiliki tokoh-tokoh yang memahami secara detail pergerakan hewan buas
tersebut termasuk peraturan adat yang masih berlaku di dalam kawasan hutan
tersebut.
6) Mengantisipasi penggembalaan hewan ternak di dalam lokasi RHL melalui upaya
persuasif dan mengedepankan dialog 2 arah dalam upaya mencari solusi atas
permasalahan yang timbul.

PT. Centra Multicon Jaya | 3 - 39

Anda mungkin juga menyukai