BAB III.
RANCANGAN PELAKSANAAN KEGIATAN PENANAMAN RHL
Berdasarkan jenis persemaian, maka persemaian secara umum dapat dibedakan menjadi:
persemaian sementara, persemaian permanen dan persemaian semi permanen (diantara
kedua jenis persemaian di atas). Secara umum, masing-masing ciri persemaian adalah
sebagai berikut:
1. Persemaian Sementara
a. Ukuran kecil
b. Dekat areal yang akan ditanami
c. Untuk beberapa periode bibit (semai) maks. 5 tahun
d. Kondisi ekologi selalu mendekati keadaan sebenarnya
e. Biaya pengangkutan bibit murah
f. Kesuburan tidak masalah (selalu berpindah)
g. Tenaga kerja sedikit (mudah pengurusan)
2. Persemaian Permanen
a. Ukuran besar
b. Lokasi menetap
c. Melayani areal tanam yang luas
d. Kesuburan dipelihara dengan pemupukan
e. Dikerjakan secara mekanis
Secara prinsip, persemaian yang dibangun dalam rangka mendukung kegiatan rehabilitasi
DAS harus dapat menjaga kuantitas dan kualitas bibit yang akan digunakan pada tahap
penanaman. Dengan demikian, kegiatan persemaian yang berkaitan dengan rehabilitasi
DAS adalah: perbenihan, persemaian, pemeliharaan dan perlindungan. Untuk tujuan
mendapatkan semai berkualitas sebagaimana tersebut di atas, maka syarat lokasi
persemaian secara umum adalah:
1. Dekat lokasi penanaman
2. Terbuka (cahaya cukup/langsung)
3. Aksesibilitas tinggi (darat/sungai) – dekat jalan angkutan
4. Areal efektif (60%-70%); areal non-efektif (30%-40%)
a. Areal efektif : bedeng tabur (12%) & bedeng sapih (48%)
b. Non-efektif : sarana-prasarana (jalan inspeksi, saluran pengairan, kantor, barak kerja,
rumah jaga)
5. Dekat dengan sumber air
6. Topografi ringan (datar-landai)
7. Dekat dengan sumber tenaga kerja
Hal-hal yang dipertimbangkan dalam penentuan lokasi persemaian adalah sebagai berikut:
1. Jalan angkutan relatif mudah
2. Dekat ke lokasi penanaman
3. Kondisi lapangan datar
4. Mempunyai areal terbuka dan areal naungan
5. Ketersediaan air dan sarana penyiraman
6. Bebas banjir dan angin kencang
7. Tersedia peralatan penanganan benih
8. Kapasitas lahan mencukupi kebutuhan dan mudah dalam penanganan benih
alat pembagi air. Sistem irigasi persemaian dibuat merata mengikuti tata letak/layout
persemaian.
8. Jalan dan drainase (road & drains)
Jalan pemeriksaan dan drainase bertujuan untuk memperlancar pemeliharaan bibit dan
pengangkutan ke lapangan, selain itu juga untuk mempermudah dalam
pengawasan/monitoring. jalan pemeriksaan dibuat dengan lebar 1 meter lengkap
dengan drainasenya.
9. Gubug Kerja
Pondok/Gubuk Kerja/Direksi Kit, direncanakan berfungsi sebagai pusat kegiatan
persemaian dan tempat berkoordinasi dengan ukuran disesuaikan dengan kebutuhan.
Kualitas fisik benih merupakan penampilan benih secara prima bila dilihat secara fisik
(misalnya : ukuran, bernas, bersih dari campuran benih lain, biji gulma dan dari kontaminan
lainnya.) Sedangkan kualitas fisiologis benih, yaitu dimana benih menampilkan kemampuan
daya hidup atau viabilitas benih yang mencakup daya kecambah dan kekuatan tumbuh
benih (bermula dari kemampuan daya hidup awal yang maksimum saat masak fisiologis dan
tercermin pula pada daya simpannya selama periode tertentu, serta bebas dari kontaminasi
hama dan penyakit benih).
1. Standar Mutu Bibit Tanaman
Kriteria dan standar mutu bibit mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal Pengendalian
Daerah Aliran Sungai Dan Hutan Lindung Nomor P.8/PDASHL/SET/KUM.1/11/2016,
Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi Hutan Dan Lahan. Kriteria
dan standar mutu bibit tersaji dalam Tabel 3.2.
g. Penyapihan
1) Penyapihan biji
Dilakukan apabila biji tanaman mulai berkecambah dan cukup umur penyapihan di
sesuaikan dengan jenis biji yang akan di semaikan, dapat juga langsung di tabur pada
bedeng tabur yang selanjutnya dibuat larikan untuk mempermudah penataan benih,
penyapihan pada bedeng tabur atau kantong plastik perlu di siram terlebih dahulu.
2) Penyapihan kecambah
Memindahkan kecambah dari bedeng tabur ke polybag di lakukan sebelum akar cabang
berkembang rata-rata umur kecambah sekitar 5 - 10 hari setelah penaburan.
Ciri-ciri kecambah yang baik untuk di sapih adalah :
a) Akar kecambah tidak bengkok
b) Berumur tidak lebih dari 10 hari
c) Tinggi kecambah 4-5 cm
d) Diameter batang 2 mm
e) Jumlah daun 2 buah.
3) Teknik penyapihan
a) Polybag di siram
b) polybag di lubangi,
c) Memasukkan kecambah dengan akar tegak lurus
d) Setelah di sapih disiram lagi.
h. Pemeliharaan persemaian
Pemeliharaan dilakukan sejak bibit di persemaian hingga di lokasi penampungan
agar pertumbuhan biji optimal dan siap untuk di tanam, kegiatan pemeliharaan
meliputi:
1) Penyiraman
Pagi dan sore hari menggunakan sprayer.
2) Penyapihan
Proses pemindahan kecambah dari kotak-kotak penaburan ke polybag.
3) Penyulaman
Penggantian bibit yang rusak atau mati pada umur penyapihan kurang dari 1 bulan.
4) Penyiangan
Membersihkan polybag dari rumput atau serasah yang dapat mengganggu
pertumbuhan bibit
5) Pemberantasan hama/penyakit
Menggunakan insektisida dengan jenis dan dosis serta frekuensi sesuai kebutuhan
dan dilakukan sesegera mungkin.
6) Pemupukan
Upaya merangsang pertumbuhan akar dan daun serta memperkokoh batang dengan
mempergunakan pupuk hayati. Dosis dan frekuensi sesuai dengan kebutuhan.
7) Pemotongan akar yang menembus polybag
Akar yang menembus polybag dipotong menggunakan gunting
8) Pengamanan
Dari berbagai gangguan seperti manusia atau binatang dengan cara melakukan
patroli maupun cara lainnya.
a. Kualitas Bibit
berkenaan dengan kualitas fisik dan fisiologis bibit.
b. Kuantitas Bibit
Menghitung kesesuaian jumlah realisasi dan rencana pembuatan bibit, analisa
kesesuaian jenis membandingkan antara hasil yang tercapai dengan rencana kebutuhan
bibit.
Dalam kegiatan ini perlu memperhatikan kapasitas angkut baik oleh manusia maupun
kendaraan serta cara-cara bongkar muat bibit. pengangkutan harus memperhatikan hal-hal
dibawah ini.
1. Penyiraman
Bibit yang akan diangkut disiram terlebih dahulu guna menghindari layu dalam
perjalanan
2. Pengantongan
Bibit dikemas dalam kantung bibit guna mempermudah bongkar muat
3. Penutupan
Tutupi bibit selama perjalanan dengan menggunakan terpal atau lainnya
4. Pembongkaran dan penyusunan kembali
Setibanya di tujuan bibit ditata kembali pada tempat yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu dan lakukan penyiraman kembali bibit apabila dianggap perlu.
Jangan membongkar bibit malam hari atau disaat hujan.
5. Penghitungan kembali
Pada saat bongkar muat bibit dilakukan penghitungan dan penataan kembali
Sesuai dengan hasil survey lapangan, maka jumlah kebutuhan dan komposisi jenis tanaman
untuk masing-masing blok disajikan dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Jumlah Kebutuhan dan Komposisi Jenis Tanaman untuk Kegiatan RHL Tahun 2019
Kebutuhan Bibit (Batang)
Jumlah Penanaman Tahun Berjalan (P+1) (P+2)
Komposisi Jenis
No Bibit / (Bibit (Bibit Total
Tanaman Sulaman
Ha (Po) Jumlah Sulaman Sulaman (Batang)
10 %
20%) 10%)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
BLOK I
A. Tanaman MPTS
1 Alpokat 80 16.000 1.600 17.600 3.200 1.600 22.400
2 Pinang 140 28.000 2.800 30.800 5.600 2.800 39.200
3 Jengkol 80 16.000 1.600 17.600 3.200 1.600 22.400
4 Petai 70 14.000 1.400 15.400 2.800 1.400 19.600
5 Durian 30 6.000 600 6.600 1.200 600 8.400
Jumlah Blok I 80.000 8.000 88.000 16.000 8.000 112.000
B. Tanaman Pagar
Kelor dan Gamal 200 paket, Jumlah penanaman / ha menyesuaikan dengan kondisi lokasi penanaman
BLOK II
A. Tanaman MPTS
1 Alpokat 80 24.000 2.400 26.400 4.800 2.400 33.600
2 Pinang 140 42.000 4.200 46.200 8.400 4.200 58.800
BLOK VI
A. Tanaman MPTS
1 Alpokat 80 10.000 1.000 11.000 2.000 1.000 14.000
2 Pinang 140 17.500 1.750 19.250 3.500 1.750 24.500
3 Jengkol 80 10.000 1.000 11.000 2.000 1.000 14.000
4 Petai 70 8.750 875 9.625 1.750 875 12.250
5 Durian 30 3.750 375 4.125 750 375 5.250
Jumlah Blok VI 50.000 5.000 55.000 10.000 5.000 70.000
B. Tanaman Pagar
Kelor dan Gamal 125 paket, Jumlah penanaman / ha menyesuaikan dengan kondisi lokasi penanaman
BLOK VII
A. Tanaman MPTS
1 Alpokat 80 16.000 1.600 17.600 3.200 1.600 22.400
2 Pinang 140 28.000 2.800 30.800 5.600 2.800 39.200
3 Jengkol 80 16.000 1.600 17.600 3.200 1.600 22.400
4 Petai 70 14.000 1.400 15.400 2.800 1.400 19.600
5 Durian 30 6.000 600 6.600 1.200 600 8.400
Jumlah Blok VII 80.000 8.000 88.000 16.000 8.000 112.000
B. Tanaman Pagar
Kelor dan Gamal 125 paket, Jumlah penanaman / ha menyesuaikan dengan kondisi lokasi penanaman
BLOK VIII
A. Tanaman MPTS
1 Alpokat 80 20.000 2.000 22.000 4.000 2.000 28.000
2 Pinang 140 35.000 3.500 38.500 7.000 3.500 49.000
3 Jengkol 80 20.000 2.000 22.000 4.000 2.000 28.000
4 Petai 70 17.500 1.750 19.250 3.500 1.750 24.500
5 Durian 30 7.500 750 8.250 1.500 750 10.500
Jumlah Blok VIII 100.000 10.000 110.000 20.000 10.000 140.000
B. Tanaman Pagar
Kelor dan Gamal 125 paket, Jumlah penanaman / ha menyesuaikan dengan kondisi lokasi penanaman
BLOK IX
A. Tanaman MPTS
1 Alpokat 80 16.000 1.600 17.600 3.200 1.600 22.400
2 Pinang 140 28.000 2.800 30.800 5.600 2.800 39.200
3 Jengkol 80 16.000 1.600 17.600 3.200 1.600 22.400
4 Petai 70 14.000 1.400 15.400 2.800 1.400 19.600
B. Rancangan Penanaman
B.1. Penyiapan Lahan
Penyiapan lahan berkaitan dengan penyediaan habitat tumbuh yang sesuai bagi tanaman
yang akan ditanam dengan mempertimbangkan aspek-aspek ekologi, fisik, pengelolaan dan
faktor sosial serta harus dilaksanakan secara efektif dan efisien dan tidak menimbulkan
perubahan lingkungan yang besar. Kegiatan penyiapan lahan meliputi:
1. Orientasi lapangan
a. Pengecekan batas blok penanaman
Kegiatan diawali dengan mencermati batas-batas blok di setiap blok yang telah
disusun pada rancangan teknis dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi
teknis kehutanan dan pengelolaan hutan dalam suatu jangka waktu tertentu.
b. Luas blok
Diatur sedemikan rupa sehingga blok memiliki luas maksimal 300 ha. Berdasarkan hasil
survey lapangan dan pengolahan data peta, maka diperoleh luas indikatif calon lokasi
penanaman seperti disajikan dalam Tabel 3.4.
Tabel 3.4. Rincian Luas Indikatif Masing-Masing Blok pada Kegiatan RHL di KPH
Mekakau-Saka Tahun 2019
N
Nama Blok Desa Kecamatan Luas Blok Indikatif (ha)
o
1 I Tanjung Agung Banding Agung 200
2 II Tanjung Agung Banding Agung 300
3 III Sumber Makmur Banding Agung 200
4 IV Sumber Makmur Banding Agung 150
5 V Tanjung Besar Mekakau Ilir 300
6 VI Pere'an Mekakau Ilir 125
7 VII Kota Baru Mekakau Ilir 200
8 VIII Galang Tinggi Mekakau Ilir 250
9 IX Pematang Obar Pulau Beringin 200
Desa Pematang
10 X Pulau Beringin
Obar 200
11 XI Tanjung Bulan Pulau Beringin 175
Jumlah Total (ha) 2.300
Sumber: Pengolahan Data, 2018.
Diatur sedemikan rupa dengan mengikuti semaksimal mungkin batas alam maupun
jalan.
c. Teknik pengukuran luas
Pengukuran luas menggunakan alat ukur GPS dengan teknik sebagai berikut:
1) Penyiapan alat ukur GPS
GPS yang dipergunakan jenis handheld yang memiliki sistem GIS.
2) Penyiapan surveyor lapangan
Kualifikasi surveyor yang diperlukan minimal memiliki pengalaman dalam
mempergunakan GPS dan mengolah data lapangan menjadi data peta dan data
numerik.
3) Pengambilan data koordinat
Pengambilan data koordinat batas petak di lapangan oleh surveyor dari titik
pertama sampai titik terakhir sehingga lokasi temu gelang.
4) Pengolahan data
Pengolahan data lapangan menggunakan komputer dengan program mapsource
dan map info atau arcgis.
5) Output
Hasil pengolahan data adalah peta batas petak penanaman dan luas serta
koordinat batas petak.
d. Spesifikasi pal batas petak
Pal batas petak terbuat dari kayu ukuran diameter ± 10 cm, dengan tinggi ± 100 cm
dan ditanam sedalam 50 cm, dipasang di titik-titik terluar petak penanaman dengan
jarak antar pal antara ± 50 m – 100 m.
Patok arah larikan terbuat dari bambu/kayu dengan diameter ± 5 cm dan tinggi ±130
cm. Patokarah larikan dipasang pada setiap ujung jalur tanaman
b. Pemasangan patok larikan
Penentuan arah larikan ditandai dengan pemasangan patok arah larikan untuk diikuti
pada kegiatan pemasangan ajir yang dimulai pada batas petak tanaman.
Pembersihan lahan dilaksanakan secara manual dengan membuat larikan lorong
mengikuti kontur. Jarak antara larikan menyesuaikan jarak tanam dan dalam
pembuatan larikan ini dilakukan pemotongan semak belukar dan alang-alang selebar
± 1 m.
7. Pencatatan dan pelaporan meliputi pekerjaan:
a. Nama lokasi blok dan petak kerja.
b. Jumlah jalur tanam pembuatan rehabilitasi hutan.
c. Rencana jenis dan jumlah tanaman pada masing-masing petak.
d. Jumlah hari orang kerja (HOK) yang telah digunakan, prestasi kerja dan mutu
pekerjaan.
e. Buku register diisi setiap hari kegiatan
f. Catatan monitoring dan evaluasi pekerjaan oleh penanggungjawab satuan unit kerja
penyiapan lahan.
g. Laporan kegiatan dan peta kerja penyiapan lahan harus memberikan informasi yang
lengkap.
h. Dalam monitoring dan evaluasi kegiatan, sebuah petak dinyatakan telah selesai
dilaksanakan penyiapan lahan.
kegiatan RHL. Jenis bahan, ukuran/dimensi serta warna patok batas blok tersaji dalam
Gambar berikut ini.
Daftar kebutuhan peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan RHL
secara keseluruhan disajikan dalam Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Daftar Kebutuhan Peralatan dan Bahan Kegiatan RHL di KPH Mekakau-
Saka Tahun 2019
Kebutuhan
6 Pengadaan obat-obatan
a Fungisida Ltr 1.380 - -
b Insektisida Ltr 920 - -
7 Pengadaan peralatan kerja Paket 46 - -
B.3. Penanaman
Penanaman merupakan tahapan kegiatan menumbuhkan bibit di lapangan agar dapat
beradaptasi dengan kondisi lingkungan tempat tumbuhnya. Posisi penanaman dalam
kegiatan rehabilitasi DAS disajikan pada Gambar 3.6.
Ajir ditancapkan dengan jarak sesuai jarak tanam yang ditentukan misalnya + 5 m x 5 m.
Jarak antar ajir tidak mutlak harus berukuran sama, tetapi mengikuti kondisi lahan,
misalnya pada areal yang terdapat tunggak kayu maka ajir dapat di pindah pada titik di
sebelahnya sehingga mempunyai lapisan tanah yang memungkinkan untuk ditanami
bibit.
2. Piringan dan lubang tanam
Lubang tanaman dibuat dengan ukuran panjang ± 30 cm, lebar ± 30 cm dan kedalaman
± 30 cm ditempat pemasangan ajir terdahulu.
Tanah digali mengunakan cangkul/sekop/linggis sesuai spesifikasi yang ditentukan
dengan ajir sebagai as. Pada saat pembuatan lubang tanam hal yang perlu diperhatikan
adalah tanah hasil galiannya karena top soil hasil galian akan dipergunakan kembali pada
saat kegiatan penanaman sebagai media yang kaya akan unsur haranya dan ditempatkan
pada bagian bawah lubang tanam saat penanaman bibit. Dengan demikian diharapkan
bibit akan lebih mudah mendapatkan unsur hara yang dibutuhkan. Tanah bekas galian
dibalikkan di kanan dan kiri lubang tanam. Tanah bagian atas (top soil) dipisahkan dengan
tanah bagian bawah, pada saat penanaman lapisan top soil dimasukkan terlebih dahulu.
Apabila lubang tanam terdapat di lokasi yang miring maka dibuat datar dan tidak
mengikuti kemiringan lereng. Teknik pembuatan lubang tanaman disajikan dalam
Gambar 3.7.
3. Waktu pelaksanaan
Pembuatan lubang tanam dilaksanakan pada 1 – 3 minggu sebelum penanaman.
4. Teknik pembuatan piringan
Pada sekitar lubang tanam dibuat piringan. Piringan ini dibuat dengan mencangkul dan
membersihkan areal sekitar lubang tanam dari tanaman pengganggu dan rumput-
rumputan/alang-alang dengan radius ± 100 cm. Pembuatan piringan tanaman dapat
menggunakan cangkul, sekop atau linggis.
5. Distribusi bibit
Bibit yang akan didistribusikan di lapangan adalah bibit yang baik sesuai dengan standar
yang ditentukan (tumbuh normal, batang lurus, daun subur dan hijau serta tidak
terserang hama atau penyakit).
Bibit dikemas didalam keranjang atau kotak yang dibuat secara khusus untuk
pengangkutan bibit. Atau pengangkutan bibit ke lubang tanam dengan menggunakan
wadah dari karung. Didalam wadah bibit-bibit diupayakan agar tidak berhimpitan yang
dapat menyebabkan kerusakan bibit.
Pengangkutan bibit sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari. Bibit yang akan
diangkut sebaiknya disiram terlebih dahulu untuk menghindari penguapan atau stress
karena pengangkutan. Bibit yang belum siap untuk didistribusikan ke lubang tanam agar
dikumpulkan terlebih dahulu pada tempat yang teduh dan disiram.
6. Pola tanam
Pola tanam yang diterapkan adalah pola tanam campuran yaitu pelaksanaan penanaman
dengan mencampurkan tanaman sela dan MPTS pada satu areal penanaman yang sama.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan saat penanaman adalah:
a. Media kompak dan mudah dilepas dari polybag bibit.
b. Kondisi lubang tanaman telah di siapkan dengan baik dan tidak tergenang air
dengan pola mengikuti skema yang sudah disepakati seperti tersaji dalam
7. Teknik penanaman
a. Waktu penanaman disesuaikan dengan musim tanam yang tepat
b. Polybag dilepas dari media tanam dengan hati-hati sehingga tidak
merusak sistim perakaran tanaman.
c. Lubang tanaman ditimbun dengan tanah yang telah dicampur pupuk
hayati sampai lebih tinggi dari permukaan tanah
d. Bibit ditanam pada lobang tanaman yang sudah disiapkan, tanah
bekas galian lubang bagian atas dimasukan kembali ke dalam lubang
tanam
e. Bibit yang menggunakan kantong plastik/polybag, sebelum ditanam
dirobek dulu kantong plastiknya supaya akar bisa dengan cepat
beradaptasi
f. Sobekan kantong plastik diletakkan di atas ajir untuk menandakan
bahwa lubang tanaman tersebut sudah terisi dengan bibit dan bekas
kantong plastik polybag diikat longgar pada ajir
g. Bibit dan media diletakkan pada lubang tanaman dengan posisi tegak
h. Peletakan media dari polybag tidak boleh miring sehingga posisi akar
dan batang tegak lurus terhadap lantai dasar lubang, tidak boleh
terlalu dalam, tidak boleh terlalu tinggi atau di atas permukaan tanah.
Pada Gambar 3.9 disajikan ilustrasi penanaman yang benar dan yang
salah.
Gambar 3.9. Contoh Teknik Penanaman yang Benar dan yang Salah
B.4. Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu komponen kegiatan yang sangat penting dalam
budidaya tanaman, bahkan merupakan faktor penentu keberhasilan tumbuh
tanaman pada tanah-tanah dengan tingkat kesuburan yang rendah.
Terdapat berbagai macam pupuk yang dikenal, seperti pupuk kimia, pupuk organik,
pupuk kandang, pupuk hayati dan lain-lain. Penggunaan jenis-jenis pupuk tersebut
sangat tergantung pada kondisi fisik-kimia tanah.
1. Waktu, jenis, dosis dan prekuensi pemupukan
Dalam kegiatan penanaman pemberian pupuk dilakukan dua kali, yaitu sebelum penanaman
menggunakan pupuk hayati ( sebanyak ±30 gr per batang tanaman) dan ±1 bulan setelah
penanaman menggunakan pupuk hayati ( ± 35 gr per batang tanaman).
2. Teknis pemupukan
Teknik pemberian pupuk disesuaikan dengan kondisi tanah dan umur tanaman. Pupuk yang
diberikan berupa pupuk dasar, yaitu : pupuk dimasukkan ke lubang tanam dicampur
dengan topsoil pada saat penanaman. Pemupukan lainnya adalah pemberian pupuk di
sekitar bibit tanaman (pada saat bibit telah ditanam). Teknik yang akan dilakukan dengan
cara membuat lubang di sekitar tanaman dan memasukan pupuk pada lubang tersebut
dan selanjutnya setiap lubang yang telah diberi pupuk ditutup kembali dengan tanah.
B.5. Pencatatan dan pelaporan
Dilakukan pencatatan pada laporan/register penanaman sebagai berikut:
1. Nama lokasi blok dan petak kerja.
2. Jumlah jalur tanam rehabilitasi hutan.
3. Rencana dan realisasi distribusi bibit dan penanaman pada masing-masing petak.
4. Jumlah hari orang kerja (HOK) yang telah digunakan, prestasi kerja dan mutu
pekerjaan.
Jumlah HOK yang direncanakan dalam pelaksanaan kegiatan RHL KPH Mekakau-Saka Tahun
2019, seluas 2.300 ha disajikan dalam Tabel 3.6.
Tabel 3.6. Jumlah Rencana HOK yang Diperlukan dalam Kegiatan RHL di KPH Mekakau-Saka
Tahun 2019
Kebutuhan
Kebutuhan
a. Standar bibit
Bibit yang akan didistribusikan adalah bibit yang baik (tumbuh normal, batang lurus,
daun subur dan hijau serta tidak terserang hama atau penyakit).
Kegiatan penyulaman ini dimaksudkan untuk mengganti tanaman yang tidak tumbuh
atau mati pada saat penanaman dilaksanakan dengan cara menggantikan tanaman yang
mati dengan bibit baru dari jenis dan umur yang sama.
a. Jumlah tanaman sulaman
1) Penyulaman dilakukan selama proses penanaman tahun berjalan dengan jumlah
dan jenis sebanyak 10 % dari jumlah dan jenis yang sama pada saat penanaman.
2) Penyulaman dilakukan setelah dilakukan evaluasi terhadap tingkat keberhasilan
tanaman.
b. Waktu kegiatan
Penyulaman dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan pendangiran dilakukan.
4. Pemupukan
Pemupukan dilakukan untuk meningkatkan kandungan unsur hara yang terdapat dalam
tanah.
a. Jenis dan Dosis serta Teknis
1) Jenis pupuk yang digunakan adalah pupuk hayati. Pemberian pupuk dilakukan di
dalam lubang tanam yang dicampur dengan top soil dan di sekitar bibit tanaman
(pada saat bibit telah ditanam)
2) Dosis pupuk yang digunakan minimal 30 gr/batang untuk setiap kali pemupukan
3) Membuat lubang di sekitar tanaman dan memasukan pupuk pada lubang
tersebut dan selanjutnya setiap lubang yang telah diberi pupuk ditutup kembali
dengan tanah.
5. Pemberantasan hama penyakit
Kegiatan pemberantasan hama penyakit terkait dengan upaya menjaga hasil kegiatan
RHL dari berbagai gangguan baik yang disebabkan oleh gangguan dari hewan, hama dan
penyakit tanaman.
a. Perlindungan terhadap hama dan penyakit dilakukan dengan cara mengamati gejala
serangan hama dan penyakit.
b. Menyiapkan insektisida dan fungisida sebagai antisipasi terjadinya serangan hama
penyakit dan mempelajari dosis yang tepat dalam aplikasi pencegahan serangan
hama dan penyakit tanaman.
2. Pelaksanaan pemeliharaan
a. Penyiangan dan Pendangiran
1) Penyiangan dan pendangiran ini dimaksudkan agar tanaman memiliki ruang
gerak yang cukup untuk pertumbuhan, mendapatkan penyinaran yang baik,
menghindari tanaman dari tanaman pengganggu dan untuk menghindari
terjadinya persaingan dalam kebutuhan unsur hara tanaman.
2) Penyiangan ini dilakukan dengan menggunakan cangkul, parang, linggis dan
peralatan lainnya atau secara kimia (herbisida) dan mekanis (mesin potong
rumput).
3) Sisa semak/tumbuhan hasil penyiangan ditempatkan pada posisi yang benar atau
dibenamkan kedalam tanah sehingga cepat membusuk dan aman terhadap
kebakaran.
4) Penyiangan dilakukan dengan sistem tebas total ini dilakukan 3 kali setahun atau
setiap 4 bulan dilakukan penebasan total dan pendangiran.
b. Pemupukan
1) Penggunaan jenis-jenis pupuk tersebut sangat tergantung pada kondisi fisik kimia
tanah.
2) Pemberian pupuk dilakukan sesuai kebutuhan.
3) Kegiatan dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan pendangiran serta
penyulaman selesai dilakukan.
4) Teknik pemberian pupuk disesuaikan dengan kondisi tanah dan umur tanaman.
5) Jenis pupuk yang akan digunakan disesuaikan dengan kondisi tanaman yang ada
menggunakan pupuk hayati dengan dosis ±65 gr/batang.
c. Penyulaman
1) Kegiatan penyulaman ini dimaksudkan untuk mengganti tanaman yang tidak
tumbuh atau mati pada saat penanaman dilaksanakan dengan menggunakan
jenis dan umur bibit yang sama. Untuk kegiatan penyulaman ini juga dilakukan
kegiatan-kegiatan sebagaimana yang dilakukan pada saat penanaman.
2) Kegiatan penyulaman dilakukan dengan target tanaman bisa mencapai
pertumbuhan 100%.
terkait, yaitu KPH setempat dan masyarakat sekitar hutan yang biasanya
memiliki tokoh-tokoh yang memahami secara detail pergerakan hewan buas
tersebut termasuk peraturan adat yang masih berlaku di dalam kawasan hutan
tersebut.
6) Mengantisipasi penggembalaan hewan ternak di dalam lokasi RHL melalui upaya
persuasif dan mengedepankan dialog 2 arah dalam upaya mencari solusi atas
permasalahan yang timbul.
C.3. Pemeliharaan Tahun Kedua (P+2)
Pemeliharaan tanaman tahun kedua sangat penting untuk mendukung pertumbuhan
tanaman. Kegiatan dilakukan dengan memperhatikan sifat fisik tanaman,
dinamika/kompetisi antar jenis dan vegetasi sekitarnya, kegiatan ini diterapkan dengan
jangka panjang guna memperoleh tegakan hutan yang diharapkan.
Secara prinsip, pemeliharaan tanaman dimaksudkan untuk mengurangi tingkat persaingan
dari tumbuhan lain terhadap tanaman yang ditanam.
1. Persiapan pemeliharaan
a. Pengadaan bibit sulaman pemeliharaan tahun kedua
b. Distribusi bibit ke lubang tanaman
c. Penyulaman
d. Penyiangan, pendangiran, pemupukan
e. Pengawasan/mandor
f. Pengadaan ajir
g. Pengadaan pupuk hayati
2. Pelaksanaan pemeliharaan
a. Penyiangan dan Pendangiran
1) Penyiangan dan pendangiran ini dimaksudkan agar tanaman memiliki ruang
gerak yang cukup untuk pertumbuhan, mendapatkan penyinaran yang baik,
menghindari tanaman dari tanaman pengganggu dan untuk menghindari
terjadinya persaingan dalam kebutuhan unsur hara tanaman.
2) Penyiangan ini dilakukan dengan menggunakan cangkul, parang, linggis dan
peralatan lainnya atau secara kimia (herbisida) dan mekanis (mesin potong
rumput).
3) Sisa semak/tumbuhan hasil penyiangan ditempatkan pada posisi yang benar atau
dibenamkan kedalam tanah sehingga cepat membusuk dan aman terhadap
kebakaran.
4) Penyiangan dilakukan dengan sistem tebas total ini dilakukan 1 kali setahun
sekaligus pendangiran.
b. Pemupukan
1) Penggunaan jenis-jenis pupuk tersebut sangat tergantung pada kondisi fisik kimia
tanah.
2) Pemberian pupuk dilakukan sesuai kebutuhan.
3) Kegiatan dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan pendangiran serta
penyulaman selesai dilakukan.
4) Teknik pemberian pupuk disesuaikan dengan kondisi tanah dan umur tanaman.
5) Jenis pupuk yang akan digunakan disesuaikan dengan kondisi tanaman yang ada
menggunakan pupuk hayati dengan dosis ±65 gr/batang.
c. Penyulaman
1) Kegiatan penyulaman ini dimaksudkan untuk mengganti tanaman yang tidak
tumbuh atau mati pada saat penanaman dilaksanakan dengan menggunakan
jenis dan umur bibit yang sama. Untuk kegiatan penyulaman ini juga dilakukan
kegiatan-kegiatan sebagaimana yang dilakukan pada saat penanaman.
2) Kegiatan penyulaman dilakukan dengan target tanaman bisa mencapai
pertumbuhan dengan jumlah dan kualitas sesuai standar.
3) Untuk kegiatan penyulaman dalam pemeliharaan Tahun Kedua ini telah
disediakan bibit sebesar 10 % dari total kebutuhan bibit pada saat penanaman
awal.
4) Penyulaman dilakukan setelah dilakukan evaluasi internal terhadap tingkat
keberhasilan tanaman. Dari hasil evaluasi internal tersebut akan ditentukan
kondisi tanaman yang terdiri atas sehat, merana, dan mati. Untuk tanaman
dengan kondisi tanaman merana dan mati akan dilakukan penyulaman.
5) Distrbusi bibit ke lubang tanaman dilakukan dengan menggunakan wadah dan
diangkut dari persemaian maupun dari tempat penampungan sementara.