Anda di halaman 1dari 78

DAFTAR SINGKATAN

AMDAL : Analisis Dampak Lingkungan LHP : Laporan Hasil Produksi


APIKS : Aliansi Pemantau Independen Kehutanan Sumatera LP&VI : Lembaga Penilai & Verifikasi Independen
BAP : Berita Acara Pemeriksaan LPPHPL : Lembaga Penilai Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
DKP : Deklarasi Kesesuaian Pemasok LVLK : Lembaga Verifikasi Legalitas Kayu
EoF : Eyes of the Forest PK-PHPL : Penilaian Kinerja-Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
HRC : Handheld Remote Capture P2LHP : Petugas Pengesah Laporan Hasil Produksi
ILS : Izin Lain yang Sah PSDH/DR : Provisi Sumber Daya Hutan-Dana Reboisasi
IPK : Izin Pemanfaatan Kayu RKT : Rencana Kerja Tahunan
IRT : Industri Rumah Tangga RKU : Rencan Kerja Usaha
IUI : Izin Usaha Industri SI-PUHH : SSistem Informasi-Penatausahaan Hasil Hutan
IUIPHHK : Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan Kayu SK : Surat Keputusan
IUPHHK-HA : Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Alam SKSHHK : Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan Kayu
IUPHHK-HD : Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Desa S-LK : Ser fikat Legalitas Kayu
IUPHHK-HKM : Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Kemasyarakatan S-PHPL : Ser fikat Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
IUPHHK-HT : Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Tanaman SVLK : Sistem Verifikasi Legalitas Kayu
IUPHHK-HTR : Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Tanaman Rakyat TDI : Tanda Da ar Industri
IUPHHK-HTHR : Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Hutan Tanaman Hasil Rehabilitasi TPT : Tempat Penampungan Terda ar
IUPHHK-RE : Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu-Restorasi Ekosistem TPK : Tempat Penimbunan Kayu
JPIK : Jaringan Pemantau Independen Kehutanan TPn : Tempat Pengumpulan Kayu
KR : Kayu Rakyat UM : Unit Manajemen
LHC : Laporan Hasil Cruising VLK : Verifikasi Legalitas Kayu
DAFTAR ISI

Pengantar ................................................................................................................... 7
Pendahuluan .............................................................................................................. 9
Tujuan ........................................................................................................................ 11
Kompetensi ................................................................................................................ 11
Sasaran Peserta .......................................................................................................... 13
Materi Pela han ......................................................................................................... 13
Kurikulum ................................................................................................................... 15

Bahan Bacaan 26
Materi Pertama: Tata Kelola Hutan ............................................................................ 28
Materi Kedua: Sertifikasi di BidangKehutanan ............................................................ 33
Materi Ketiga: Sistem Verifikasi Legalitas Kayu(SVLK) ................................................. 37
Materi Keempat: Penatausahaan Kayu di Indonesia ................................................... 41
Materi Kelima: Peran Serta Masyarakat dalam Pemantauan SVLK ............................. 52
Materi Keenam: Pemantauan SVLK ............................................................................ 58
Materi Ketujuh: Pengajuan Keluhan ............................................................................ 64
PENGANTAR
Modul ini disusun sebagai rangkaian proses panjang Modul Pela han Pemantauan SVLK disusun JPIK
oleh banyak pihak. Dimulai dari pengalaman berbagai pada tahun 2012 yang hingga saat ini telah
kelompok masyarakat sipil yang bergerak dalam bidang mengalami beberapa kali penyempurnaan, kemudian
pemantauan kehutanan sebagai landasannya. Terbitnya diperkaya dengan modul pela han yang dimiliki oleh
Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) pada 2009 Aliansi Pemantau Independen Kehutanan Sumatera
melahirkan lembaga dan jaringan yang berperan sebagai (APIKS), Auriga, dan Eyes of the Forest (EoF). Penyesuaian
pemantau independen dalam sistem ini. terhadap berbagai perkembangan yang terkait SVLK juga
Kebutuhan untuk menyebarluaskan bahan pela han dilakukan.
bagi pemantauan SVLK, baik untuk organisasi Modul ini berisi 2 bagian, yakni silabus dan kurikulum
masyarakat sipil maupun masyarakat, melahirkan ide yang merupakan seperangkat rencana dan
untuk menyusun modul pela han yang dilakukan oleh pengaturan pela han yang memuat materi, tujuan,
Jaringan Pemantau Independen Kehutanan (JPIK) pada waktu, metode, serta alat dan bahan. Bagian lainnya
tahun 2012 melalui fasilitasi Kemitraan dan Telapak. Di adalah bahan pendukung pela han yang memuat
internal JPIK, modul ini diujicobakan oleh beberapa focal materi-materi penjelasan, contoh-contoh, rujukan
point JPIK di beberapa provinsi, untuk pela han bagi lanjutan yang diperlukan.
organisasi masyarakat sipil maupun masyarakat lokal/
Modul ini memuat materi pela han yang terkait dengan
adat.
kompetensi dasar/generik. Kebutuhan terkait dengan
Perkembangan organisasi atau jaringan pemantau kompetensi pilihan yang bersifat lanjutan atau
independen termasuk kolaborasi di antara pemantau tambahan disarankan untuk di ndaklanju oleh
independen, melalui fasilitasi Mul stakeholder Forestry masing-masing pengguna, dengan merujuk pada
Program (MFP) pada tahun 2015 menyepaka lembaga yang spesialisasinya sesuai dan atau
perlunya memperkaya modul pela han pemantauan materi lanjutan yang sesuai.
SVLK dengan beberapa penyesuaian.
PENDAHULUAN
Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) adalah sebuah Yang dimaksud Pemantauan menurut PermenLHK
inisia f yang bertujuan untuk memas kan bahwa kayu P.30/2016, Pasal 21 adalah rangkaian kegiatan yang
dan produk kayu dapat diverifikasi dalam rangka dilakukan untuk memas kan pengawasan terhadap
menjamin sumber yang legal dan lestari. Pemerintah pelayanan publik di bidang kehutanan untuk akreditasi
Indonesia memberlakukan SVLK pada tahun 2009 dengan LP&VI, penilaian dan penerbitan S-PHPL, S-LK, DKP, uji
dikeluarkannya Peraturan Menteri Kehutanan No P.38/ tuntas (due diligence) dan Dokumen V-Legal/dan atau
Menhut-II/2009 yang telah mengalami revisi sebanyak pembubuhan Tanda V-Legal, berjalan sesuai dengan
tujuh kali, dan sampai saat ini diatur dalam Peraturan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 30/
Pemantauan SVLK dilaksanakan dalam rangka menjaga
MENLHK/Setjen/ PHPL.3/3/2016.
akuntabilitas dan kredibilitas SVLK, terhadap seluruh proses
Untuk memas kan akuntabilitas dan kredibilitas SVLK akreditasi, penilaian dan penerbitan ser fikat PHPL,
perlu dilakukan pemantauan terhadap implementasi verifikasi dan penerbitan ser fikat Legalitas Kayu,
SVLK, yang dilakukan oleh pemantau independen yang penerbitan dokumen V-Legal, dan penanganan keluhan.
berasal dari kelompok masyarakat sipil. Besarnya tuntutan Pemantauan SVLK dilakukan secara objek f, berintegritas,
untuk menjaga kredibilitas pelaksanaan SVLK di dan akuntabel.
Indonesia memerlukan kecakapan para pemantau
independen dalam melakukan pemantauan secara
intensif dan berkesinambungan, sehingga dapat
memberikan masukan yang konstruk f terhadap
perbaikan SVLK. Selain itu, diperlukan peningkatan
jumlah dan kapasitas pemantau independen,
mengingat jumlah pemegang izin/unit manajemen yang
seharusnya memiliki SVLK jauh l e b i h b a nya k
d i b a n d i n g ka n j u m l a h p e m a nta u independen.
PermenLHK P.30/2016, Pasal 22 ayat 4 menyatakan bahwa Dalam melakukan kegiatan pemantauan, se ap
pelaksanaan SVLK dipantau oleh pemantau independen. pemantau independen diwajibkan untuk menunjukan buk
Yang dapat menjadi pemantau independen adalah: iden tas atau afiliasi dengan lembaga jaringan pemantau
§ Masyarakat yang nggal/berada di dalam atau dalam hal pemantau independen memasuki lokasi tertentu,
sekitar areal pemegang izin, pemegang hak termasuk memelihara, melindungi, dan merahasiakan
pengelolaan atau pemilik hutan hak berlokasi/ catatan, dokumen, serta informasi hasil pemantauan dengan
beroperasi menandatangani perjanjian kerahasian. Pendanaan tugas
§ Warga Negara Indonesia (WNI) yang memiliki pemantau independen dapat bersumber dari Anggaran
kepedulian di bidang kehutanan Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran
§ Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pemerha Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau sumber lain
kehutanan berbadan hukum Indonesia yang sah dan dak mengikat. Pemerintah juga dapat
memfasilitasi upaya-upaya pendanaan untuk mendukung
Untuk menjalankan fungsinya, pemantau independen kegiatan pemantauan SVLK.
berhak untuk memperoleh data dan informasi seluruh
proses dari para pihak yang terlibat langsung dalam proses
SVLK dan instansi terkait dalam melakukan pemantauan.
Pemantau independen juga mendapatkan jaminan
keamanan termasuk mendapatkan akses memasuki lokasi
tertentu dalam kaitannya dengan tugas pemantauan.
Jaminan kemananan yang dimaksud adalah perlindungan
bagi pemantau independen dari ancaman fisik dan
verbal sebelum, saat, dan sesudah pemantauan.
TUJUAN KOMPETENSI
Modul Pela han Pemantauan untuk SVLK ini ditujukan Setelah mengiku pela han ini, peserta diharapkan akan
untuk pela h (trainer) yang dapat digunakan untuk memiliki kompetensi:
mela h peserta pela han pemantauan SVLK. Modul ini
memiliki tujuan sebagai berikut: 1. Pemahaman terhadap Sistem Verifikasi Legalitas
Kayu, yang mencakup latar belakang SVLK, tata
1. Tujuan Umum usaha kayu, anatomi SVLK
Peserta diharapkan mampu melakukan pemantauan 2. Kete ra m p i l a n d a l a m m e ny u s u n re n ca n a
terhadap pelaksanaan SVLK pemantauan, melakukan pemantauan, menyusun
2. Tujuan Khusus laporan pemantauan, serta ndak lanjutnya
dalam menyampaikan laporan keluhan
a. Peserta mampu memahami konteks ser fikasi
dalam tata kelola kehutanan
b. Peserta mampu memahami SVLK dan
pelaksanaannya
c. P e s e r t a m a m p u m e m a h a m i s i s t e m
penatausahaan hasil hutan dalam konteks
SVLK
d. Peserta mampu menjelaskan k- k kri s
standar PK-PHPL dan VLK hutan
e. Pe s e r t a m a m p u m e n y u s u n r e n c a n a ,
melakukan pemantauan, menyusun laporan
pemantauan lapangan, penyampaian input
informasi, dan laporan keluhan
SASARAN PESERTA MATERI PELATIHAN
Target peserta bagi pela han ini adalah organisasi Materi pela han yang disajikan dalam modul ini
non pemerintah, lembaga pemberitaan, dan perguruan merupakan materi pela han yang terkait dengan
nggi, serta masyarakat luas yang memiliki perha an kompetensi dasar mencakup:
dan minat terhadap pemantauan pelaksanaan SVLK
dan isu-isu kehutanan secara umum. 1. Pengantar Pelatihan: Perkenalan peserta, tujuan
Peserta diharapkan memiliki latar belakang pendidikan pela han, kontrak belajar, kebutuhan berbasis
kehutanan atau pernah mengiku pela han tentang masalah dan kompetensi
2. Tata Kelola Kehutanan: Dasar hukum tata kelola
ser fikasi kehutanan atau minimal memiliki pengalaman
kehutan di Indonesia, kondisi pengelolaan
di bidang kehutanan atau kegiatan-kegiatan terkait
kehutanan di ngkat nasional, kondisi pengelolaan
lingkungan. Peserta juga dimungkinkan berasal dari
kehutanan di ngkat lokal
masyarakat yang nggal di sekitar perusahaan
3. Ser fikasi Bidang Kehutanan: ser fikasi sukarela
kehutanan dengan catatan perlunya modifikasi atas
(voluntary), ser fikasi wajib (mandatory)
modul ini dalam pelaksanaan pela han nan nya. (lihat
4. Sistem Verifikasi Legalitas Kayu: Sejarah dan Latar
kurikulum pemantauan untuk masyarakat)
Belakang SVLK, Anatomi SVLK, Struktur dan
standar PHPL dan VLK, Prinsip, Kriteria dan
Indikator dalam PHPL dan VLK, Ti k- Kri s
Pemantauan PHPL dan VLK
5. Tata Usaha Kayu: Sistem alur pergerakan kayu dari
h u l u - h i l i r d a n d o ku m e n ya n g m e nye r ta i
p e rge ra ka n kay u d a n k k r i s p o te n s i
pelanggaran dalam pergerakan kayu
6. Peran Serta Masyarakat dalam Pemantauan
Pelaksanaan SVLK: Kerangka hukum dan kebijakan
par sipasi masyarakat dalam pemantauan
kehutanan, peran dan posisi pemantau
KURIKULUM
Pela han ini dilaksanakan dalam bentuk pela han di dalam ruangan dan pela han prak k lapang. Berbagai teknik yang
dilakukan dalam pela han ini mencakup pemaparan atau ceramah, diskusi kelompok, diskusi pleno, penugasan individual
dan kelompok, dan prak k lapang. Secara keseluruhan, modul pela han ini berlangsung selama 5 hari dengan jumlah
pelajaran sebanyak 40 jam pelajaran.
4. SVLK 6
a. Sejarah dan latar belakang SVLK
b. Anatomi SVLK
c. Struktur dan standar PHPL dan VLK
d. Prinsip, Kriteria dan lndikator dalam PHPL dan VLK
e.Titik-titik kritis pemantauan PHPL dan VLK

5. Tata Usaha Kayu 6


a. Sistem alur pergerakan kayu dari hulu-hilir dan dokumen yang menyertai
pergerakan kayu
b. Titik kritis potensi pelanggaran dalam pergerakan kayu
-
6. Peran Serta Masyarakat dalam Pemantauan Pelaksanaan SVLK 2
a. Kerangka hukum dan kebijakan partisipasi masyarakat dalam pemantauan
kehutanan
b. Peran dan posisi pemantau independen
KURIKULUM PELATIHAN PEMANTAUAN SVLK

MATERI TUJUAN UMUM POKOK BAHASAN METODE ALAT&BAHAN

1. Pengantar Pelatihan Peserta memahami • Perkenalan • Pemaparan • Matrik rencana


dan menyepakati • Tujuan Pelatihan • Diskusi pemantauan
tujuan pelatihan, • Kontrak Belajar • Studi kasus • Materi presentasi
kontrak belajar, dan • Kebutuhan Berbasis masalah • Permainan • LCD Projector
mengembangkan (situasiornop, situasi kinerja • Laptop
kapasitas dalam pemerintah, karakteristik masyarakat), • Kertas piano
pemantauan independen pengembangan kapasitas • Kertas metaplan
melalui interaksi dalam kelembagaan Pl. • Spidol
pelatihan • Kebutuhan berbasis kompetensi • Alat-alat permainan

2. Tata Ketola Kehutanan Peserta memahami • Dasar hukum pengelolaan hutan di • Pemaparan • Peraturan tentang
dasar hukum/kebijakan Indonesia • Diskusi pengelolaan hutan
a. Dasar hukum tata dan sistem tata kelola • Anatomi konflik dalam tata kelola • Studi kasus • DokumenStatistik
kelola kehutan di kehutanan di Indonesia kehutanan Kehutanan Provinsi
Indonesia (nasional, provinsi dan • lnformasi tentang kondisi dan konflik • Data sebaran
kabupaten) beserta kehutanan, Perusahaan
b. Kondisi pengelolaan anatomi konfliknya Tata • Sebaran dan lokasi-lokasi izin • lnformasi sebaran
kehutanan di tingkat Ketola Kehutanan kehutanan di tingkat lokal, konflik di tingkat
nasional • Kebijakan-kebijakan lokal terkait lokal (media cetak/
kehutanan elektronik)
c. Kondisi pengelolaan • Penjelasan tentang instansi-instansi • Peta hutan
kehutanan di tingkat di Pemda yang berurusan dengan isu lndonesia/daerah
lokal hutan • LCD Projector
• Laptop
• Kertas Plano
• Kertas Metaplan
• Alat Tulis
3. Sertifikasi bidang Peserta mampu • Konteks sertifikasi dalam tata kelola • Pemaparan •Slide presentasi atau
Kehutanan memahami sertifikasi kehutanan • Tanya jawab Film
dalam konteks tata kelola • Pengenalan pengelolaan hutan • Kuis • LCD Projector
kehutanan dan industri kehutanan dan aturan
aturannya
• Laptop
• Plano
• Pengertian le alitas dalam konteks SVLK
•Spidel
• Sertifikasi hutan dan industri kehutanan
(sukarela/voluntary dan wajib/mandatory)
• Obyek sertifikasi ((IUIPHHK, IUI lanjutan,
IUPHHK-HA dan RE, IUPHHK­HT, HKm, HD,
HTR, Pemegang hak pengelolaan, HTHR,
IPK/ILS, IPHHK)

4. Sistem Verifikasi Peserta memahami SVLK • Latar belakang SVLK • Curah pendapat • Metaplan
Legalitas Kayu sebagai upaya perbaikan • FLEGT-VPA dan hubungannya dengan SVLK
• Anatomi SVLK • Paparan/ceramah • LCD
tata kelola kehutanan di • Prinsip, kriteria dan indikator dalam PHPL • Diskusi interaktif Projector
a. Sejarah dan latar Indonesia dan VLK •Simulasi • Laptop
belakang • Prosedur penilaian/audit SVLK • Spidol warna
• Peran Penatausahaan hasil hutan dalam • Kertas piano
b. Anatomi SVLK SVLK
Titik-titik Kritis Pemantauan PHPL dan VLK
c. Struktur dan standar • Ruang lingkup SVLK dalam konteks tata kelola
PHPL dan VLK hutan di Indonesia

d. Prinsip, Kriteria dan


lndikator dalam PHPL
dan VLK

e. Titik-titik kritis
pemantauan PHPL dan
VLK
5. Tata Usaha Kayu •Peserta memahami alur •Permenhut no. 55/2006 jo. P.45/2009 •Pemaparan Materi • Materi presentasi
pergerakan kayu dari jo. 41/2014 tentang Penatausahaan •Tugas kelompok •Dokumen aturan
a. Sistem & alur hulu-hilir Hasil Hutan pada Hutan Alam •Diskusi •LCD Projector
pergerakan kayu dari •Peserta mengetahui •PerdirjenBUK: P.3/VI-BIKPHH/2014, •Simulasi •Laptop
hulu-hilir dan dokumen dokumen yang tentang Pedoman Pelaksanaan PUHH •Video pergerakan
yang menyertai menyertai dalam Kayu Dari Hutan Alam. kayu
pergerakan kayu pergerakan kayu •Permenhut no 55/2006 jo. P.45/2009 • Metaplan
tersebut jo. P.42/2014 tentang Penatausahaan •Kertas Plano
b. Titik kritis potensi •Peserta mengetahui Hasil Hutan Kayu Yang Berasal Dari •Spidol
pelanggaran dalam titik kritis yang Hutan Tanaman pada Hutan Produksi;
pergerakan kayu berpotensi pelanggaran •PerdirjenBUK:P.4/VI-BIKPHH/2014
dalam pergerakan kayu Tentang Pedoman Pelaksanaan PUHH
KayuDari Hutan Tanaman Pada Hutan
Produksi
•5truktur penatausahaan hasil
hutan dari hutan negara ke tempat
tujuan dan dokumen PUHH sebagai
instrumen lacak balak
•Titik Kritis VLK industri primer &
lanjutan
•Titik kritis dan pedagang ekspor
(termasuk penerbitan Dokumen
V-Legal)
•Deskripsi 5 simpul utama administrasi
6. Peran serta masyarakat Peserta memahami Teori dasar partisipasi. • Pemutaran film • Metaplan
dalam pemantauan tentang dasar hukum/ Landasan konstitusional dan legal pendek • LCD Projector
pelaksanaan SVLK kebijakan, pengertian, partisipasi masyarakat dalam • Curah pendapat • Laptop
ruang lingkup dan pembangunan dan pemantauan • Paparan/ceramah • Spidol warna
a. Kerangka Hukum dan kerangka kerja partisipasi kehutanan. • Diskusi interaktif • Kertas piano
Kebijakan Partisipasi masyarakat dalam Ruang lingkup peran serta masyarakat • Film Pendek
Masyarakat dalam pemantauan kehutanan, dalam sektor kehutanan. tentang partisipasi
Pemantauan Kehutanan khususnya dalam SVLK Peran dan posisi pemantau masyarakat dalam
dalamSVLK). masalah kehutanan
b. Peran dan Posisi Mekansme dan prosedur partisipasi
Pemantau lndependen masyarakat dalam pemantauan
Masyarakat Madani pelaksanaan SVLK
dalam Konteks SVLK

7. Pemantauan SVLK Peserta memiliki Rencana pemantauan • Pemaparan • Matrik rencana


pemahaman dan Resiko pemantauan • Penugasan pemantauan
a. Rencana pemantauan ketrampilan dalam Teknik Pengumpulan dan pengelolaan • Diskusi kelompok •ATK
merancang dan data • Studi dokumen • LCD Projector,
b. Teknik pengumpulan melakukan pemantauan Teknik pendokumentasian •Wawancara laptop
data terhadap pelaksanaan Format laporan pemantauan • Simulasi •Alat dokumentasi
SVLK secara baik dan pendokumentasian sederhana (pocket,
c. Teknik aman HP)
pendokumentasian • Format laporan
(audio visual) pemantauan
• Peraturan SVLK
d. Pelaporan (permenhut dan
perdirjen)
e. Risiko pemantauan Lesson learnt
pemantauan selama
ini
8. Studi kasus/praktik Peserta memiliki • Melakukan praktek pemantauan • Praktek lapangan Praktek lapang:
lapang pengalaman teknis berdasarkan materi yang telah • Simulasi peran • informasi dasar UM:
dalam melakukan diperolah dalam pemantauan profile, lokasi, jenis
pemantauan lapangan • Menyusun laporan hasil pemantauan konsesi
terhadap pelaksanaan • Dokumen perijinan:
SVLK SK, RKU, RKT, Amdal
• Dokumen terkait
peredaran kayu
Studi kasus:
• Laporan
pemantauan yang
pernah dilakukan
• Gambaran kasus
yang diketahui
masyarakat
•ATK
• Peraturan SVLK

9. Pengajuan & Peserta mampu • Mekanisme pengakuan keluhan sesuai • Pemaparan Materi • Materi Presentasi
Penyelesaian Keluhan memahami mekanisme peraturan • Diskusi kelompok • Hardcopy materi
pengajuan dan • Tata cara dan prasyarat dalam • Presentasi • Laptop
a. Pengertian umum penyelesaian keluhan pengajuan keluhan dan mekanisme kelompok • LCD Projector
tentang pengajuan atau banding dalam penyelesaiannya • Simulasi Kasus • Metaplan
keluhan dan kerangka SVLK dan • Tugas lndividu • Kertas Plano
penyelesaian keluhan menyusun laporan • Spidol warna
dalam SVLK keluhan berdasarkan
hasil pemantauan
b. Tata cara pengajuan
keluhan dan
penyelesaian keluhan
10. Rencana Tindak Peserta menyusun • Potensi sasaran/target pemantauan • Diskusi • LCD Projector
Lanjut: Penyusunan rencana pemantauan • Penyusunan rencana pemantauan • Presentasi • Laptop
rencana pemantauan berdasarkan kemampuan • Sistem komunikasi dan dukungan kelompok • Metaplan
dan sistem komunikasi melakukan pemantauan • Kertas Plano
jaringan yang telah diperoleh • Spidol
PENGANTAR PELATIHAN
Pemantauan menurut PermenLHK P.30/2016, Pasal 21 Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produksi Lestari
adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk dan Verifikasi Legalitas kayu yang saat ini diatur dalam
memas kan pengawasan terhadap pelayanan publik di PermenLHK No. 30/MENLHK/ Setjen/PHPL.3/3/2016¹.
bidang kehutanan terkait akreditasi LP&VI, penilaian dan
Selain itu adanya keberagaman minat memantau isu
penerbitan S-PHPL, S-LK, DKP, uji tuntas (due diligence)
hutan dari organisasi itu sendiri termasuk adanya
dan Dokumen V-Legal/dan atau pembubuhan Tanda
kesenjangan kapasitas dan kemampuan teknik
V-Legal, berjalan sesuai dengan ketentuan peraturan
pemantauan dan belum terbangun kepercayaan dari
perundang-undangan.
organisasi di bidang kehutanan kepada pemerintah
Pela han pemantauan bertujuan agar terciptanya dan SVLK.
pemantau independen yang mampu memahami konteks Situasi Kinerja (Aparat) Pemerintahan:
ser fikasi dalam tata kelola hutan dan pelaksanaan SVLK
Pelaksanaan pengusahaan hutan dan administrasi kayu
secara khusus. Pela han ini diharapkan mampu
masih jauh dari persyaratan yang ditetapkan pada
meningkatkan kapasitas pemantau independen dalam
peraturan, penegakan hukum yang lemah, pengawasan
memahami sistem penatausahaan kayu dan k kri s
dan pembinaan yang masih kurang, karakteris k
dalam standar Penilaian Kinerja PHPL dan VLK.
masyarakat di sekitar hutan/unit manajemen yang
Isu Utama Pemantauan SVLK, Masalah Penerapan SVLK, menyebabkan munculnya konflik masyarakat dengan unit
dan Situasi Organisasi Masyarakat Sipil Pemantau manajemen karena akses masyarakat terhadap
Kehutanan sumberdaya hutan semakin terbatas.
Saat ini organisasi masyarakat sipil yang bekerja untuk isu
kehutanan cukup banyak, namun perha an terhadap
Penilaian Kinerja Pengelolaan Hutan Produk Lestari dan
Verifikasi Legalitas Kayu (PK-PHPL dan VLK) masih
terbatas. Hal ini terjadi karena pemahaman yang minim
terhadap kebijakan terkait Standar dan Pedoman
Pen ngnya pengembangan kapasitas kelembagaan Kebutuhan Kompetensi Pemantauan SVLK
pemantau independen mencakup: 1. Kesenjangan Organisasi Pemantau
• Konsolidasi dan kapasitas jejaring pada
· Pengakuan keberadaan PI dalam SVLK organisasi pemantau masih rendah
· Pe n i n g k a t a n k a p a s i t a s ( p e n g e t a h u a n d a n • Tidak semua memiliki working standard
keterampilan) pemantauan SVLK • Tidak semua memiliki code of conduct
· Keberlanjutan sumber daya pemantauan • Sudah ada rencana kerja jejaring lembaga namun
· Posisi tawar dalam menyampaikan hasil pemantauan belum tersosialisasikan
• Perlu kapasitas yang lebih luas, dak hanya PK
¹Peraturan SVLK ini selalu berubah seiring dengan perbaikan tata kelola PHPL dan VLK
kehutanan dan persyaratan pemenuhan ketaatan dari para pihak

2. Memahami Kondisi Lapangan


· Masyarakat merupakan pihak yang pertama
yang mendapatkan dampak dari adanya kegiatan
sebuah perusahaan/unit manajeman
· Adanya konflik masyarakat dengan unit
manajemen, akses sumberdaya yang dibatasi
setelah ada unit manajemen
· Pengembangan dan meningkatkan kapasitas
masyarakat sangat pen ng peranannya dalam
implementasi SVLK di Indonesia
Materi Pertama:
Tata Kelola Hutan
Dasar Hukum Pengeloaan Hutan di Indonesia Dalam perjalanannya, terdapat upaya untuk
memperbaiki kelemahan melalui pengujian terhadap UU
Tata kelola hutan di Indonesia terkait dengan beberapa
No. 41 Tahun 1999 melalui Mahkamah Kons tusi
keberadaan hukum yang memberikan jaminan legal
(MK). Tercatat ada tujuh upaya pengujian terhadap
sebagai landasan bagi pemerintah dalam menjalankan
UU tersebut. Tiga diantaranya dikabulkan, ga ditolak
tugas dan tanggungjawabnya. Tata kelola hutan yang baik
dan satu perkara dak dapat diterima. Selain itu ada
dak dapat dihilangkan dari prinsip transparansi,
satu perkara yang telah dida arkan kepada MK, tetapi
par sipasi, akuntabilitas dan koordinasi yang berar
oleh pemohonnya ditarik kembali.
pengelolaan hutan dan lahan ditujukan dan harus
dimanfaatkan oleh publik. Tiga diantaranya yang dikabulkan adalah:
Aturan yang berhubungan dengan tatakelola hutan yang § Putusan MK Nomor 45/PUU-IX/2011 tentang
saat ini menjadi pedoman pengelolaan hutan adalah UU Pengujian Pasal 1 Angka 3 UU Nomor 41 Tahun
Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan dan UU Nomor 1999 tentang Kehutanan secara spesifik pasal yang
32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan diuji adalah pasal yang mendefinisikan bagaimana
Lingkungan Hidup. penentuan kawasan hutan.
UU Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan § Putusan MK Nomor 34/PUU-IX/2011 tentang
Undang-Undang ini merupakan penggan dari UU Nomor Pengujian Pasal 4 ayat (3) UU 41/1999 digugat
5 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Kehutanan. UU Nomor batasan terhadap kewenangan untuk menentukan
41 tahun 1999 membawa nuansa pengaturan yang kawasan hutan.
memiliki perbedaan mendasar dengan masukkan peran § Putusan MK Nomor 35/PUU-X/2012 adalah
serta masyarakat, hak masyarakat atas informasi mengenai kons tusionalitas keberadaan hutan
kehutanan dan keterlibatan dalam pengelolaan hutan adat sebagai bagian dari hutan negara. MK melalui
secara umum. putusan itu mengeluarkan hutan adat dari hutan
negara, tetapi dak menjadikan hutan adat sebagai
kategori khusus yang berbeda dengan hutan hak,
melainkan memasukkan keberadaan hutan adat
sebagai salah satu jenis dalam hutan hak.
UU Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Undang-Undang Nomor 14/2008 tentang Keterbukaan
Pengelolaan Lingkungan Hidup Informasi Publik
Undang-undang ini merupakan revisi dari UU Nomor 23 Ketentuan dalam peraturan ini secara garis besar
tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. memberikan landasan bagi publik untuk dapat
Dalam hubungannya dengan tata kelola hutan dan lahan, memperoleh informasi, dan memperkuat badan publik
undang-undang ini menyinggung perihal kebakaran untuk menyiapkan infrastruktur maupun sumber daya
hutan, dimana lewat perundangan ini memberikan manusia. Dalam hubungannya tata kelola hutan, informasi
kewenangan bagi KLHK untuk menentukan kriteria baku kehutanan dapat diperoleh dan merupakan hak
kerusakan lingkungannya. masyarakat yang diatur lewat badan publik yang
mengurusi pengelolaan hutan.
Terkait dengan hak atas informasi, peraturan ini
memberikan jaminan bagi masyarakat untuk memperoleh KLHK menindaklanju undang-undang ini dengan
informasi dalam proses penyusunan Analisis Mengenai menerbitkan Permenhut Nomor 2 tahun 2010 tentang
Dampak Lingkungan (AMDAL). Untuk dapat Sistem Informasi Kehutanan dan Permenhut Nomor 7
mengaktualisasikan hak masyar-akat tersebut, peraturan tahun 2011 tentang Pelayanan Informasi Publik dilingkup
ini juga memberikan pengaturan mengenai sistem KLHK.
informasi yang harus disusun oleh pemerintah maupun
(Sumber: UU No. 41 tahun 1999 tentang Kehutanan
pemerintah daerah untuk mendukung pengembangan
paska putusan-putusan Mahkamah Kons tusi, dan
dan pelaksanaan kebijakan. Terkait dengan par sipasi,
Potret Pelaksanaan Tata Kelola Hutan: Sebuah Studi
peraturan ini memberikan jaminan bagi masyarakat untuk
Mendalam pada Provinsi Kalimantan Tengah dan Nusa
mengajukan usul dan atau keberatan atas suatu rencana
Tenggara Barat)
kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan
kerusakan lingkungan.
Anatomi dan Informasi Tentang Kondisi Konflik Tabel Provinsi dengan konflik terbanyak (HuMa 2012)
Kehutanan
Berdasarkan data HuMa, hingga November 2012 No Provinsi Jumlah Kasus Luas Lahan (hektar)
mendokumentasikan 232 konflik sumberdaya alam dan 1 Kalimantan Tengah 67 kasus 254.671
agraria. Konflik perkebunan dan kehutanan menjadi 2 Jawa Tengah 36 kasus 9.043
konflik yang paling sering terjadi di Indonesia. Konflik di 3 Sumatera Utara 16 kasus 114,385
dua sektor ini mengalahkan konflik pertanahan atau 4 Banten 14 kasus 8,207
agraria non kawasan hutan dan kebun. Konflik 5 Jawa Barat 12 kasus 4,422
perkebunan terjadi sebanyak 119, dengan luasan area 6 Kalimanta Barat 11 kasus 551,073
konflik mencapai 413.972 hektar. Meski frekuensi konflik 7 Aceh 10 kasus 28.552
kehutanan lebih sedikit dibanding konflik perkebunan,
namun secara luasan konflik sektor ini paling besar. Dari 72 Para pihak yang terlibat konflik berdasarkan klasifikasi
kasus saja, luas area konflik kehutanan mencapai 1.2 juta HuMa, antara lain:
hektar lebih. 1. Masyarkat Adat
Menurut data Badan Pusat Sta s k (BPS) dan KLHK tahun 2. Komunitas Lokal
2007 dan 2009, terdapat 31.957 desa yang saat ini 3. Kelompok Tani
teriden fikasi berada di sekitar dan dalam kawasan hutan
yang sedang menunggu proses kejelasan statusnya. Di 4. Taman Nasional
banyak desa bahkan hampir secara keseluruhan wilayah 5. Perhutani
administra fnya berada di dalam kawasan hutan lindung 6. PT Perkebunan Nusantara
atau konservasi yang berar dapat dengan mudah (PTPN)
dianggap sebagai ndakan ilegal, bila ada masyarakat
yang memungut atau mengambil hasil hutan kayu. 7. Perusahaan
8. Perusahaan Daerah
9. Instansi Lain
Sebaran dan Lokasi-Lokasi Izin Kehutanan di Tingkat 4. Hutan Kemasyarakatan: Hutan negara yang
Lokal p e m a n fa a t a n u t a m a n y a d i t u j u k a n u n t u k
Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan memberdayakan masyarakat setempat
kawasan hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, 5. Hutan Desa: Hutan negara yang dikelola oleh desa
memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa dan
memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara belum dibebani izin/hak
op mal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan
tetap menjaga kelestariannya (PP Nomor 6 Tahun 2007 Tabel sebaran izin pengelolaan hutan alam
Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan, serta Pemanfaatan Hutan). Jenis Jumlah total
Terdapat 6 izin usaha yang diberikan untuk pengelolaan IUPHHK-HA 263
hutan, antara lain: IUPHHK-HT 290
1. IUPHHK-HA: Memanfaatkan hutan produksi untuk
IUPHHK-HTR 144
kegiatan penebangan, pengangkutan, penanaman,
pemeliharaan, pengamanan, pengolahan, dan HKM 213
pemasaran hasil hutan kayu HD 280
2. IUPHHK-HT: Memanfaatkan hasil hutan kayu dalam IUPHHK-RE 16
hutan tanaman pada hutan produksi melalui
kegiatan penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, Sumber: Buku Basis Data Geospasial Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2016

pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran


3. IUPHHK-RE: Membangun kawasan dalam hutan
alam pada hutan produksi yang memiliki ekosistem
pen ng sehingga dapat dipertahankan fungsi dan
keterwakilannya
Dalam rangka memerangi pembalakan liar dan
perdagangan kayu ilegal, Indonesia menerpakan
SVLK untuk memas kan agar semua produk kayu yang
beredar dan diperdagangkan di Indonesia memiliki
status legalitas yang meyakinkan. Konsumen di luar
negeri pun dak perlu lagi meragukan legalitas kayu yang
berasal dari Indonesia.
Dalam skema SVLK, se ap Unit Manajemen atau
izin usaha wajib menerapkan SVLK, antara lain:

1. IUPHHK-HA, IUPHHK-HT, IUPHHK-RE


2. Hutan kemasyarakatan, hutan desa, hutan
tanaman rakyat
3. Pemilik hutan hak (hutan rakyat)
4. Pemilik Izin Pemanfaatan Kayu (IPK)
5. Pemegang Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan
(IUIPHHK) dan Industri lanjutan (IUI Lanjutan)
dan Tanda Da ar Industri (TDI)
Sampai dengan Desember 2016, terdapat 501.298 Unit
Manajamen telah terser fikasi SVLK. Berikut data lengkap
pemegang ser fikat SVLK:
Tidak lulus/Tidak
Lulus Jumlah
UM IPK
(unit/Ha) (unit/Ha) /Dicabut
(unit/Ha) (unit/Ha)

83 83
PHPL (HT)
(4.653.904) (4.653.904)
118 33 1 2 35 189
PHPL (HA)
(10.515.768) (1.726.892) -14.8 -98.86 (2.745.644) 15.101.964
57 57
PHPL (KPH) - -
(2.449.254) (2.449.254)
89 89
VLK (HT) - -
(4.117.893) (4.117.893)
50 6 23 9 88
VLK (HA) -
(2.707.805) 227.825 (1.497.656) -688.216 (5.120.502)

VLK Hutan 102 1 64 167


-
Hak (53.939,01) (980,20) (3.071,66) (58.274,76)
2.298 26 58 325 9 107 47 2.87
Kebijakan Lokal Terkait Kehutanan b. Menambahkan satu ayat pada Pasal 105 menjadi
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) ayat (3), yang berbunyi:
telah memelopori kebijakan pengadaan barang produk (3) Khusus pengadaan barang pemerintah berupa
kayu yang ber S-LK melalui Surat Edaran produk kayu yang harus memenuhi ketentuan
S -553/Um/4/2015 tertanggal 8 Juni 2015 yang menegas- persyaratan dalam Sistem Verifikasi Legalitas Kayu
kan pengadaan barang produk kayu di lingkup KLHK (SVLK)
harus yang ber-SLK. Kebijakan ini juga telah dilakukan c. Mengusulkan beberapa produk kayu yang telah
oleh beberapa Pemda seper Kabupaten Klaten Provinsi diwajibkan pemenuhan SVLK untuk masuk dalam
Jawa Tengah melalui Peraturan Bupa Klaten No. 16 da ar e-catalogue pengadaan barang /jasa
tahun 2014, demikian pula dengan Kabupaten pemerintah di LKPP, yaitu: kayu lapis, furniture,
Jombang, Buleleng dan Kota Yogyakarta yang sedang papan par kel, kayu gergajian dan moulding.
menyiapkan peraturan/kebijakan serupa.
(Sumber:
h ps://www.mfp.or.id/a achments/ar cle/78/SVLK_dan_pengadaan_
Direktur Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hutan
barang_lestari.pdf
telah mengusulkan revisi Peraturan Presiden No.54 Tahun
2010 kepada LKPP sebagai berikut:
a. Dalam Bab XII Pasal 105, diusulkan perubahan pada
ayat (2), yaitu:
“Konsep pengadaan ramah lingkungan harus
diterapkan dalam Dokumen Pemilihan berupa
persyaratan-persyaratan yang memenuhi
ketentuan ramah lingkungan atau Legalitas barang,
yang mengarah pada pemanfaatan sumber daya
alam secara arif dan mendukung pelestarian fungsi
lingkungan hidup sesuai dengan karakteris k
pekerjaan.”
Materi Kedua:
Ser fikasi di Bidang Kehutanan
Ser fikasi telah menjadi hal pen ng yang secara luas Standar ini yang akan digunakan oleh lembaga ser fikasi
digunakan seiring tuntutan dalam globalisasi untuk independen untuk menilai kinerja pengelolaan hutan
menyediakan konfirmasi independen bahwa standard- dari suatu unit pengelola hutan/ unit manajemen hutan.
standard telah dipenuhi. Perha an penjual dan pembeli Dengan ser fikasi maka akan menjamin pengelolaan
yang awalnya berpaku pada persyaratan teknis dan hutan yang baik.
keamanan telah bergerak kepada isu lingkungan, sosial,
Program ser fikasi hutan umumnya membutuhkan
sehingga ser fikasi pada produk atau proses/kinerja
praktek manajemen hutan yang sesuai dengan norma
pengelolaan menjadi sesuatu yang dibutuhkan.
dan hukum yang berlaku. Dasar persyaratan atau
Nussbaum dalam bukunya The Forest Cer fica on karakteris k dari ser fikasi hutan mencakup:
Handbook terbitan Earthscan tahun 2005, mengisahkan
awal mula tujuan dibangunnya ser fikasi adalah untuk § Perlindungan keanekaragaman haya , spesies
m e nye d i a ka n m e ka n i s m e b a h wa s e p e ra n g ka t dan habitat satwa liar yang terancam punah
karakteris k yang disyaratkan seper spesifikasi teknis, § Tingkat pemanenan kayu yang berkelanjutan
keamanan, atau kualitas produk telah dicapai. § Perlindungan kualitas air
Mekanisme ini telah diterima sebagai alat yang paling § Ak vitas regenerasi hutan (seper penanaman
efisien untuk memas kan hal-hal tersebut, dan sekarang kembali dan reforestasi)
secara luas dipakai oleh industri. Pada perkembangannya, § Ser fikasi dan audit dari pihak ke ga yang
sektor kehutanan juga mengiku kecenderungan dilakukan oleh badan ser fikasi terakreditasi
ser fikasi untuk meningkatkan perha an pada § Keterlibatan pemangku kepen ngan usaha
pengrusakan hutan dan aspek lingkungan pada suatu kehutanan yang lebih dari satu
pengelolaan hutan. § Te rs e d i a nya m e ka n i s m e ko m p l a i n d a n
pengajuan gugatan
Dalam skema ser fikasi oleh pihak ke ga, suatu lembaga
penyusun standar yang independen menyusun sebuah
standar pengelolaan hutan yang baik (misalnya standar
pengelolaan hutan lestari).
Sejarah Singkat Standar ser fikasi hutan pihak ke ga lainnya disediakan
Isu ser fikasi pengelolaan hutan dak bisa dilepaskan dari oleh Forest Stewardship Council (FSC) di tahun 1993,
maraknya aksi boikot kayu tropis yang dikampanyekan berkolaborasi dengan organisasi lingkungan, perusahaan
berbagai organisasi non-pemerintah ngkat dunia di akhir produk kehutanan, dan masyarakat. Setelah FSC, banyak
dekade 1980- an. Aksi-aksi tersebut dilandasi oleh program dan sistem yang serupa muncul di dunia. Pada
kepriha nan masyarakat dunia akan nasib hutan tropis tahun 1998, The International Tropical Timber
yang terus mengalami kehancuran dan kerusakan Regulation (ITTO) telah menghasilkan Kriteria
lingkungan. Pada tahun 1987 dibentuk Organisasi Kayu dan Indikator Pengelolaan Lestari untuk Hutan Tropis
Tropis Internasional (ITTO, International Tropical Timber Alami (Criteria and Indicators for The Sustainable
Organization) untuk menyepaka perlunya pengelolaan Management of Natural Tropical Forest), setelah
hutan yang lestari, sekaligus untuk memas kan bahwa sebelas tahun berproses. Sementara di Indonesia,
pemanfaatannya (dan perdagangan kayunya) dapat terus berdasarkan adaptasi atas versi-versi awal kriteria dan
berlangsung bagi kepen ngan masyarakat dan hutan. pedoman ITTO, pada tahun 1993 Asosiasi Pengusaha
Pada saat yang kurang lebih bersamaan, mbul kesadaran Hutan Indonesia (APHI) menerbitkan rancangan
dan keinginan di kalangan industriawan dan konsumen kriteria penilaian pengelolaan hutan Indonesia.
kayu internasional untuk mengetahui asal-usul kayu yang Standar ini kurang memperoleh sambutan sehingga
digunakan, dan bahwa kayu-kayu itu berasal dari sumber akhirnya hanya digunakan secara internal. Kemudian
yang dikelola secara bertanggung jawab, baik secara sosialantara tahun 1993 hingga 1998, dirin s
maupun lingkungan. pembentukan organisasi Lembaga Ekolabel Indonesia
(LEI) dan penyusunan kriteria dan indikator Pengelolaan
Sejak saat itu muncul berbagai inisia f dan gagasan untuk
Hutan Alam Produksi Lestari (PHAPL) yang kemudian
membangun standar ser fikasi; mulanya diawali oleh
diterapkan secara sukarela bagi pengelolaan hutan di
organisasi seper Greenpeace, Rainforest Alliance yang
Indonesia.
masing-masing menyusun standar, dan kemudian atas
pemintaan konsumen yang menghubunginya,
menyelenggarakan suatu penilaian ser fikasi terhadap
yang dilansir oleh Rainforest Alliance.
Ser fikasi Kehutanan Di Indonesia, sistem ser fikasi dikembangkan untuk
Saat ini, terdapat lebih dari 50 program ser fikasi di menjamin kelestarian hutan dengan mendorong
seluruh dunia yang mencakup berbagai jenis hutan terjadinya kelestarian dan keberlanjutan dalam
dengan masa berlaku yang berbeda-beda. Beberapa pengelolaan dan perdagangannya. Sistem ini bernama
sistem ser fikasi dalam bidang kehutanan, dimana Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK) yang dikembangkan
masing-masing sistem ser fikasi mengembangkan sendiri sejak tahun 2001, melalui konsultasi banyak pihak yang
kriteria dan indikatornya, antara lain: melibatkan masyarakat sipil, perguruan nggi, pihak
§ Forest Stewardship Council (FSC) pemerintah dan pihak swasta.
§ Programme for the Endorsement of Forest
Cer fica on (PEFC)
§ The Global Forest and Trade Network (GFTN)
§ The Tropical Forest Founda on (TFF)
§ Pengelolaan Hutan Alam Produksi Lestari
(PHAPL)

SVLK berfungsi untuk memas kan produk kayu dan


produk turunannya diperoleh atau berasal dari sumber
yang asal-usulnya dan pengelolaannya memenuhi aspek
legalitas dan lestari. Kayu disebut legal bila asal-usul kayu,
izin penebangan, sistem dan prosedur penebangan,
pengangkutan, pengolahan, dan perdagangan atau
(Sumber: CIFOR) pemindahtanganannya dapat dibuk kan memenuhi
semua persyaratan legal yang berlaku.
SVLK memuat standar, kriteria, indikator, verifier, metode pengangkutan dari hutan ke tempat produksi kayu,
verifikasi, dan norma penilaian yang disepaka parapihak. proses pengolahan hingga proses pengepakan dan
SVLK memiliki prinsip-prinsip perbaikan tata kelola lebih pengapalan.
baik (governance), keterwakilan para pihak dalam pengem- Setelah melalui proses panjang dalam memerangi illegal
bangan sistem maupun pemantauan (representativeness), logging dan pemberantasan perdagangan kayu ilegal,
serta transparansi (transparent) yaitu sistem terbuka untuk serta proses pengembangan sistem dan negosiasi
diawasi oleh semua pihak. SVLK merupakan upaya soft dengan negara-negara konsumen, pada 21 April 2016
approach yaitu perbaikan tata kelola pemerintahan atas Presiden Jokowi dan Presiden Uni Eropa, Jean-Claude
maraknya penebangan dan perdagangan kayu liar. Dengan Juncker serta Presiden Dewan Eropa, Donald Tusk,
SVLK, konsumen di luar negeri pun tidak perlu lagi bersepakat untuk mengawali gerak cepat mengurangi
meragukan legalitas kayu yang berasal dari Indonesia. pembalakan liar dan mendorong perdagangan kayu
Dengan SVLK, para petani dari hutan rakyat dan yang diproduksi secara legal antara Uni Eropa dan
masyarakat adat dapat menaikkan posisi tawar dan tak Indonesia. Uni Eropa mengkonfirmasi bahwa SVLK telah
perlu risau hasil kayunya diragukan keabsahannya. memenuhi syarat-syarat pokok FLEGT VPA. Indonesia
menjadi negara pertama di dunia yang akan
SVLK memberikan insen f bagi pelaku yang menjaga
menerbitkan lisensi FLEGT bagi produk-produk kayu
kesahihan dan kelestarian hutan dengan memudahkan
ekspornya ke Uni Eropa pada tanggal 15 November
akses pasar bagi produk-produk legal yang telah
2016.
diverifikasi, dan melakukan pemblokiran atas akses pasar
bagi kayu yang dak legal. Proses pemeriksaan SVLK
melipu pemeriksaan keabsahan asal-usul kayu dari awal
hingga akhir. Hal tersebut dimulai dari pemeriksaan izin
usaha pemanfaatan, tanda-tanda iden tas pada kayu dan
dokumen yang menyertai kayu dari proses penebangan,
Materi Ke ga:
Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SVLK)
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kehutanan Penilaian atau proses ser fikasi dilakukan oleh Lembaga
memberlakukan SVLK pada tahun 2009 dengan Penilai dan Verifikasi Independen (LP&VI) yang
dikeluarkannya Permenhut No P.38/Menhut-II/2009, dan diakreditasi oleh lembaga akreditasi independen yang
saat ini diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan menggunakan standar-standar ISO. Yang dikerjakan oleh
Hidup dan Kehutanan P.30/Menlhk/Setjen/PHPL.3/2016. LP&VI pada dasarnya mencari buk -buk tentang
Secara teknis, telah dikeluarkan Peraturan Dirjen PHPL kepatuhan Unit Manajemen (UM) terhadap prinsip,
yang mengatur pedoman dan pelaksanaan dari sistem kriteria, dan indikator yang ditetapkan dalam peraturan
ini. Seiring dengan perbaikan sistem, maka peraturan terkait SVLK.
terkait SVLK ini akan selalu direvisi sesuai dengan
Pemantau independen diakui keberadaannya, bekerja
perbaikan dari sistem itu sendiri. Hingga kini (September untuk memas kan bahwa ser fikasi yang dilakukan
2017) peraturan terkait SVLK sudah mengalami revisi kredibel. Dengan target ini berar substansi yang
sebanyak tujuh kali.
menjadi acuan ser fikasi (prinsip, kriteria, dan indikator)
Memahami Konteks PK-PHPL dan SVLK harus dikuasai oleh pemantau.
Penilaian terhadap kinerja pengelolaan hutan lestari oleh Struktur, Prosedur PHPL Dan Tatalaksana Penerbitan
lembaga independen, yang diterapkan oleh pemerintah dan Pencabutan Ser fikat
dalam bentuk peraturan dapat dilihat sebagai kemajuan. A. Sertifikasi
Hal ini khususnya bila dibandingkan ke periode
sebelumnya dimana penilaian pengelolaan hutan lestari • Ser fikasi hutan adalah instrumen yang digunakan
sepenuhnya merupakan kewenangan pemerintah untuk untuk menilai apakah kinerja pengelolaan suatu
menguji cobanya. unit menajemen hutan atau unit usaha kehutanan
sudah mengarah atau mencapai kelestarian hutan
dan/atau usaha dalam jangka panjang
• Hasil Ser fikasi hutan dapat dimanfaatkan sebagai • Di dalam menjalankan tugasnya, LP&VI mempunyai
bahan untuk peningkatan kinerja pengelolaan, unit-unit kerja atau lembaga sebagai berikut:
peningkatan tata-kepemerintahan kehutanan, serta
a) Auditor yang kompeten
memperbaiki kinerja perdagangan hasil hutan
b) Pengambil Keputusan Ser fikasi
• Penilaian Pengelolaan Hutan Lestari (PPHL)
berdasarkan PermenLHK terbaru No. P.30/Menlhk/ c) Ad-hoc penyelesaian keberatan atas proses dan
Setjen/PHPL.3/2016 serta turunannya adalah hasil ser fikasi
sertifikasi wajib yang dimandatkan oleh pemerintah d) Surveilance (penilikan) ser fikasi
yang harus dilaksanakan oleh unit manajemen
e) Pengelolaan informasi
f) Manajemen mutu

B. Lembaga Penilai • Auditor yang ditugaskan untuk melakukan penilaian


kinerja PHL diharuskan memiliki kompetensi auditor
• Pemerintah memutuskan bahwa PPHL dilaksanakan PHL, dan terikat oleh suatu “code of conduct”
oleh pihak ke ga yang independen, dan memutuskan
bekerjasama dengan Komite Akreditasi Nasional (KAN)
sebagai lembaga yang mengakreditasi Lembaga Penilai C. Tahapan Pelaksanaan Penilaian
dan Verifikasi Independen (LP&VI).
Tahapan di dalam pelaksanaan penilaian Pengelolaan
• PPHL dilaksanakan oleh pihak ke ga yang independen Hutan Lestari (PPHL) pada garis besarnya adalah
-dalam hal ini LP&VI- yang kemampuannya ditunjukkan sebagai berikut :
oleh akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN).
Di dalam proses akreditasinya, KAN menggunakan
DPLS 13; yang merupakan adopsi dan adaptasi dari
Standar ISO/IEC 17021. LP&VI yang terakreditasi,
teregister dan dapat diakses dari publikasi KAN.
a) Akreditasi LP&VI oleh KAN 4. Penyiapan perlengkapan dan peralatan kerja
(matriks metode verifikasi, sumber informasi,
b) KLHK menunjuk Unit Manajemen (UM) yang wajib
melaksanakan PHPL, atau UM dapat mengajukan instrumen verifikasi (misalnya tally sheet, skema
permohonan kepada LP&VI untuk melaksanakan PHPL FGD, kuesioner, rancangan sampling, da ar
responden, rancangan triangulasi), peta-peta,
c) K L H K m e n u n j u k L P & V I te ra k re d i ta s i u nt u k kompas, GPS, alat perekam, peralatan survai
melaksanakan PHPL lainnya, berita acara
d) Jika UM mengajukan permohonan PHPL, maka UM 5. Penyiapan itinerary (perjalanan de l)
yang bersangkutan memilih dan menunjuk sendiri
LP&VI terakreditasi 6. Rancangan pembiayaan

e) Atas dasar penunjukan tersebut, LP&VI memobilisasi g) Auditor melaksanakan kegiatan lapangan, menyusun
auditor PPHL dan pengambil keputusan ser fikasi laporan penilaian, dan menyampaikan laporan ke
LP&VI
f) Auditor PPHL menyusun rencana PPHL, yang
menyangkut: h) Pe n ga m b i l Ke p u t u s a n d i L P & V I m e l a ku ka n
pencermatan terhadap Laporan Auditor dan
1. Rencana penapisan awal (dokumen) Unit menyusun rekomendasi ser fikasi (Baik atau Buruk)
Manajemen (UM)
I) LP&VI menerima laporan banding dan keberatan dari
2. Strategi/pendekatan PPHL untuk UM yang UM dan LSM (pemantau independen)
bersangkutan
3. Rencana kerja lapangan (entry briefing, j) LP&VI menyelesaikan keberatan menurut Pedoman
kegiatan penilaian lapangan, team working, yang dikemas di dalam Perdirjen PHPL
penggalian informasi lain, exit briefing) P.14/PHLP/SET/4/2016
k) LP&VI menunjuk m Ad-hoc jika diperlukan di dalam Standar Penilaian Kinerja PHPL (PK-PHPL)
proses penyelesaian keberatan
Standar Penilaian Kinerja PHPL mengacu pada Peraturan
l) Jika penyelesaian keberatan dak dapat diselesaikan Direktur Jenderal (Perdirjen) PHPL. Saat ini Perdirjen
oleh LP&VI, KAN mengambil alih proses penyelesaian yang berlaku adalah Perdirjen PHPL P.14/PHLP/
keberatan SET/4/2016. Selanjutnya disebut sebagai Perdirjen
m) Keputusan akhir ser fikasi dibuat ke ka dak ada SVLK. Standar penilaian dipilah ke dalam 4 aspek yakni
keberatan atau keberatan telah diselesaikan aspek prasyarat, aspek produksi, aspek ekologi, dan
aspek sosial.
n) Ser fikat berlaku selama 3 tahun, dengan penilikan
(surveilance) se ap tahun sekali. Surveilance Se ap aspek mempunyai sejumlah indikator dan makna
dilaksanakan oleh LP&VI strategis karena auditor melaksanakan PK-PHPL berbasis
penilaian untuk se ap indikator. Penger an yang
o) Dalam hal kejadian luar biasa (misalnya illegal logging terkandung di dalam pernyataan indikator perlu
yang besar, eskalasi konflik, kebakaran hutan yang dipahami oleh semua pihak yang berkepen ngan, yakni
berdampak nega f bagi UM, perubahan manajemen UM, auditor, pengambil keputusan ser fikasi, Ad-hoc
yang berdampak nega f bagi UM) surveilance dapat penyelesaian keberatan, pemantau independen, KAN,
dilakukan setelah LP&VI menerima laporan kejadian KLHK.
luar biasa tersebut. Pemantau independen dapat Untuk menilai indikator, diperlukan verifier yang
menyampaikan kejadian luar biasa kepada LP&VI obyek f. Satu indikator dapat dilengkapi oleh satu atau
p) Ser fikat dapat dicabut jika hasil surveilance lebih verifier. Pemantau independen dapat mencerma
merekomendasikan pencabutan ser fikat apakah verifier tersebut dapat atau dak dapat
diimplementasikan secara baik untuk kondisi UM
yang bersangkutan. Untuk mengoperasikan verifier
diperlukan metode atau teknik verifikasi.
Metode verifikasi ditetapkan oleh auditor berdasarkan Pembobotan penilaian dilakukan berdasarkan hasil
arahan Perdirjen SVLK dan karakteris k UM yang akan verifikasi untuk se ap verifier. Nilai baik atau buruk
dinilai. Pemantau independen dapat mencerma untuk se ap indikator dipedomani dari Perdirjen SVLK.
apakah auditor telah menetapkan metode atau teknik Pen ng bagi pemantau independen untuk mencerma
verifikasi yang tepat untuk UM yang bersangkutan. bagaimana suatu indikator dapat dinilai baik atau
dinilai buruk. Pengambil keputusan ser fikasi di LP&VI
Metode verifikasi dilengkapi dengan instrumen yang
mencerma kebenaran dan konfigurasi nilai-nilai
spesifik, yang dapat dipilih dari serangkaian alat, bahan,
indikator PHL dan merumuskan rekomendasi ser fikasi
dan alat bantu (misalnya tally sheet, skema FGD,
sesuai pedoman yang diatur oleh Perdirjen SVLK.
kuesioner, rancangan sampling, da ar responden,
rancangan triangulasi, peta-peta, kompas, GPS, alat
perekam, peralatan survai lainnya, berita acara).
Pemantau independen dapat mencerma apakah
auditor sudah dilengkapi dengan instrumen verifikasi
yang memadai. Verifikasi diterapkan kepada obyek
verifikasi. Obyek verifikasi dapat berupa tegakan hutan,
lingkungan biofisik, infrastruktur areal kerja,
infrastruktur manajemen, masyarakat.
Di samping obyek verifikasi langsung, auditor
diharapkan memaksimumkan penggalian terhadap
sumber informasi lain (internet, LSM lokal, instansi
terkait, dll). Pemantau independen dapat mencerma
upaya auditor menggali informasi atau menggali
informasi alterna f.
Materi Keempat:
Penatausahaan Kayu di Indonesia
Pergerakan kayu atau peredaran kayu adalah Oleh karena itu fungsi dokumen hasil hutan yang
pergerakan atau perpindahan kayu dari satu tempat digunakan berfungsi sebagai alat administrasi dan
ke tempat lainnya. buk legalitas.
Sistem penatausahaan hasil hutan adalah prosedur Peraturan Penatausahaan Hasil Hutan
pencatatan dokumentasi yang mengalir secara konsisten Landasan operasional PUHH dari masing-masing
dan atau prosedur pemeriksaan hasil hutan pada se ap komoditas dibedakan secara jelas. Pada dasarnya
segmen sejak dari hulu hingga hilir. Maksud dari mekanisme penatausahaan hasil hutan merupakan
penatausahaan hasil hutan itu sendiri adalah dalam sistem kendali dan dapat dipakai sebagai alat pelacakan
rangka monitoring dan pengendalian peredaran hasil (timber tracking). Melalui kebijakan penatausahaan
hutan melalui pencatatan dan verifikasi. yang merupakan timber tracking system diharapkan
Dalam sistem kehutanan di Indonesia, definisi hutan dapat memberikan kepas an hukum bagi konsumen
dikenal dua status hutan, yaitu hutan negara dan hutan atau masyarakat.
hak. Penger an dua status hutan tersebut adalah: Untuk hasil hutan yang berasal dari hutan negara
§ Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah berpedoman kepada PermenLHK No. 43/2015
dak dibebani hak atas tanah; Tentang Penatausahaan Hasil Hutan Kayu Yang Berasal
§ Hutan Hak adalah hutan yang berada pada tanah yang Dari Hutan Tanaman Pada Hutan Produksi dan
dibebani hak atas tanah (misalnya hak pakai, hak Perdirjen PHPL No. 18/2015 tentang Pedoman
milik, hak guna usaha, dsb.) Pelaksanaan Sistem Informasi PUHH Kayu dari Hutan
Tanaman pada Hutan Produksi; dan PermenLHK No
Terkait dua status hutan ini dikenal ada obyek 42/2015 tentang Penatausahaan Hasil Hutan Kayu
Penatausahaan Hasil Hutan (PUHH) yang merupakan yang Berasal dari Hutan Alam pada Hutan Produksi
komoditas hasil hutan sesuai dengan asal usulnya, yang dan Perdirjen PHPL No.17/2015 tentang Pedoman
dibedakan antara hasil hutan yang berasal dari hutan Pelaksanaan Sistem Informasi PUHH Kayu dari Hutan
negara dan hasil hutan dari hutan hak. Alam.
Untuk hasil hutan yang berasal dari hutan hak/ SIPUHH adalah: "serangkaian perangkat dan prosedur
lahan masyarakat berpedoman kepada PermenLHK No. elektronik yang berfungsi mempersiapkan, mengumpul-
85/2016 tentang Pengangkutan Kayu Hasil Budidaya kan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan,
yang Berasal dari Hutan Hak. Penatausahaan hasil hutan mengumumkan, mengirimkan, dan menyebarkan inform-
pada in nya mengatur administrasi tata usaha hasil asi penatausahaan hasil hutan kayu."
hutan mulai dari perencanaan produksi, proses Aplikasi SIPUHH adalah: "aplikasi untuk melakukan
produksi, pengangkutan hasil hutan dan pemeriksaan tahapan penatausahaan hasil hutan secara elektronik
hasil hutan pada se ap simpul/segmen kegiatan. yang disediakan dalam SIPUHH".
Sejak diberlakukannya Peraturan Menteri Lingkungan Sama seper peraturan sebelumnya, pelaksanaan PUHH
Hidup dan Kehutanan Nomor P.42 dan P.43 Tahun 2015 pada peraturan ini dilakukan secara self assessment
tentang Penatausahaan Hasil Hutan Kayu yang Berasal (penilaian mandiri oleh pemegang izin) tetapi diwajibkan
dari Hutan Tanaman pada Hutan Produksi mulai tanggal 1 kepada seluruh pemegang izin yang wajib PUHH dan
Januari 2016 yang mencabut Peraturan Menteri dilakukan melalui Sistem Informasi PUHH (SIPUHH) dan
Kehutanan Nomor P.42/Menhut-II/2014 tentang LHP dibuat oleh GANISPHPL tetapi verifikasi/validasinya
Penatausahaan Hasil Hutan Kayu yang Berasal dari Hutan dilakukan oleh sistem, berlaku untuk seluruh sor men
Tanaman pada Hutan Produksi maka penatausahaan hasil kayu yang prosesnya dimulai dari pelaksanaan cruising
hutan kayu yang merupakan kegiatan pencatatan dan (e-LHC) sampai dengan pelaporan (lingkup: pemegang
pelaporan perencanaan produksi, pemanenan atau izin/konsesi s.d industri primer).
penebangan, pengukuran dan pengujian, penandaan,
pengangkutan /peredaran, serta pengolahan hasil hutan
kayu yang dilaksanakan melalui Sistem Informasi
Penatausahaan Hasil Hutan (SIPUHH).
Ada 5 simpul utama administrasi peredaran hasil hutan peredaran hasil hutan kayu di tempat ini adalah
kayu, yaitu: verifikasi semua kayu bulat yang masuk di TPK.
1. Tempat Pengumpulan (TPn)
TPn merupakan tempat pengumpulan kayu-kayu hasil 4. Tempat Pengumpulan Kayu Rakyat (TPKRT)
penebangan/pemanenan di sekitar petak kerja TPKRT adalah tempat pengumpulan hasil hutan kayu
tebangan yang bersangkutan. Laporan Hasil Produksi budidaya yang berasal dari hutan hak sebelum dikirim
(LHP) wajib dibuat di TPn sesuai hasil pengukuran dan ke tujuan akhir yang lokasinya diketahui oleh Dinas
pengujian kayu. Provinsi.
2. Tempat Penimbunan Kayu (TPK Hutan) Hutan hak atau lahan masyarakat dilindungi dengan
TPK Hutan merupakan k/simpul awal keluarnya fisik buk penguasaan atau pemilikan atas tanah yang
kayu bulat dari dalam areal izin menuju lokasi-lokasi di d i a ku i o l e h Ke m e n t e r i a n A g ra r i a d a n Ta ta
luar areal izin (TPK Antara atau Industri). TPK Hutan Ruang/Badan Pertanahan Nasional (BPN). Dokumen
adalah tempat milik pemegang izin yang berfungsi hak atas tanah merupakan dokumen legalitas
menimbun kayu bulat dari beberapa TPn, yang terhadap kepemilikan lahan yang merupakan asal-
lokasinya berada dalam areal pemegang izin. Kegiatan usul dari mana kayu berasal.
administrasi di TPK Hutan antara lain pembuatan LHP,
penerbitan SKSHHK pembayaran PSDH dan DR. Pengangkutan hasil hutan kayu budidaya yang berasal
3. Tempat Penimbunan Kayu Antara (TPK Antara) dari hutan hak dilengkapi dengan Nota Angkutan.
Tempat Penimbunan Kayu Antara merupakan tempat Pengangkutan lanjutan hasil hutan kayu budidaya yang
untuk menampung kayu bulat dari 1 (satu) pemegang berasal dari hutan hak berupa kayu bulat dan atau
izin atau lebih dari 1 (satu) pemegang izin yang olahan rakyat dilengkapi Nota Angkutan Lanjutan.
merupakan grup, baik berupa logpond atau logyard,
yang lokasinya di luar areal pemegang izin dan berada
pada hutan produksi dan/atau di luar kawasan hutan.
TPK Antara merupakan lokasi sementara tempat
transit kayu bulat, yang pencatatan/administrasi .
Penggunaan Nota Angkutan atau Nota Angkutan Kelima simpul utama administrasi peredaran hasil hutan
Lanjutan sebagaimana dimaksud, hanya untuk hasil kay u te rs e b u t m e r u p a ka n o bye k p e l a ks a n a a n
hutan kayu budidaya di hutan hak dengan buk hak pemeriksaan/verifikasi peredaran hasil hutan, sehingga
atas tanah lokasi penebangan berupa ser fikat atau data administrasi peredaran hasil hutan dapat
buk penguasaan lain yang diakui Kementerian Agraria diperoleh/dimintakan kepada pemegang izin atau
dan Tata Ruang/BPN. Pengangkutan hasil hutan kayu pemilik kayu tersebut.
yang berasal dari hutan hak yang tumbuh secara alami,
Data lainnya selain data yang disebutkan di atas,
mengiku ketentuan dalam Peraturan Menteri yang
dapat digunakan sebagai instrumen pendukung seper
mengatur tentang Penatausahaan Hasil Hutan yang
misalnya RKT, Buku Ukur, LHP untuk TPK Hutan, data
Berasal dari Hutan Negara.
kontrak jual beli kayu untuk TPK Antara, data
industri untuk TPK Industri, dan data lain yang
5. Tempat Penimbunan Kayu Industri (TPK Industri)
diperlukan.
TPK Industri dalam hal ini adalah TPK milik Industri
Pengolahan Hasil Hutan Kayu (IUIPHHK) merupakan
tempat penimbunan kayu bulat di air (logpond) atau di
darat (logyard) yang berada di lokasi industri dan/atau
sekitarnya. Di lokasi ini merupakan tempat masuknya
kayu bulat baik dari areal izin (secara langsung)
maupun dari TPK Antara. Administrasi peredaran hasil
hutan kayu di lokasi ini antara lain verifikasi semua
kayu bulat yang masuk TPK dan pembuatan SKSHHK.
Pemeriksaan Data Pen ng 2.2 Pelaksanaan
1. Pemeriksaan di TPn - Cek kualifikasi dan Penetapan Petugas/Pejabat
1.1 Dokumen Pendukung: Penerbit SKSHHK
- RKT/Bagan Kerja - Cek kesesuaian stock/persediaan kayu bulat
- Buku Ukur antara fisik dengan dokumen penerimaan
- LHP yang dikeluarkan oleh Petugas/Pejabat - Cek pengenaan PSDH/DR dengan LHP dan tarif
GANIS PHPL-PKB yang berlaku
- Cek buk pelunasan PSDH/DR dengan SPP
1.2 Pelaksanaan PSDH/DR
- Cek kualifikasi dan penetapan Petugas/Pejabat - Cek kesesuaian antara SKSHHK dengan LHP
GANIS PHPL-PKB berikut pelunasan PSDH/DR
- Cek kesesuaian antara data LHC, RKT/Bagan - Cek kesesuaian antara SKSHH dengan Produksi
Kerja, Buku Ukur dengan realisasi (LHP) dan pengangkutan/penggunaan SKSHHK,
pemanenan/produksi (data LHP) Uji silang dengan dokumen kontrak jual beli
- Cek apakah ada Kayu Bulat/Kayu Bulat Kecil - C e k n o m o r s e r i b l a n ko S KS H H K s e r ta
(KB/KBK) yang belum di LHP-kan penggunaanya
- Untuk yang telah melaksanakan SI-PUHH
2. Tempat Penimbunan Kayu/TPK Hutan (Rujukan Online pemeriksaan dilakukan melalui
PermenLHK No. P.43/MenLHK-Setjen/2015) pengamatan fisik dan pemeriksaan barcode
2.1 Dokumen Pendukung dengan alat HRC
- Penerbitan SKSHHK
- Surat Penetapan Pejabat Penerbit SKSHHK 3. TPK Antara (milik IUPHHK HA/HT/HTR/Hkm)
- SPP PSDH/DR 3.1 Dokumen Pendukung
- Buk Pelunasan PSDH/DR - Dokumen SKSHHK atas kayu bulat yang masuk
- Dokumen kontrak jual beli/suplai - Surat Penetapan nomor seri SKSHHK dari Ditjen
Bina Produksi Kehutanan
- Surat Penetapan Penerbit SKSHHK 4.2 Pelaksanaan
- Surat Penetapan Lokasi TPK Antara oleh Dinas - Cek kualifikasi dan Penetapan Petugas/Pejabat
Kehutanan Kabupaten Penerbit SKSHHK
3.2 Pelaksanaan - Cek kesesuaian stok/persediaan kayu bulat
- Cek kualifikasi dan Penetapan Petugas/Pejabat antara fisik dengan penerimaan
Penerbit SKSHHK - Cek kesesuaian antara SKSHHK yang terbit di TPK
- Cek kesesuaian stok/persediaan kayu bulat Antara apakah berasal dari SKSHHK yang masuk
antara fisik dengan penerimaan (keterlacakan)
- Cek kesesuaian antara SKSHHK di TPK Antara - Cek penetapan nomor seri blanko SKSHHK dan
apakah berasal dari SKSHHK yang masuk penggunaannya
(keterlacakan) - Cek kesesuaian mutasi kayu bulat dengan
- Cek penetapan nomor seri blanko SKSHHK dan kontrak jual beli
penggunaannya - Untuk yang telah melaksanakan SI-PUHH Online
- Untuk yang telah melaksanakan SI-PUHH Online pemeriksaan dilakukan melalui pengamatan
pemeriksaan dilakukan melalui pengamatan fisik fisik dan pemeriksaan barcode dengan alat HRC
dan pemeriksaan barcode dengan alat HRC
5. Pemeriksaan kayu bulat dan kayu olahan pada
4. Pemeriksaan pada TPK Antara (milik Selain Tempat Penimbunan Kayu (TPK) dan Gudang pada
IUPHHK/IPK) Izin Usaha Industri Primer
4.1 Dokumen Pendukung 5.1 Dokumen Pendukung
- Dokumen SKSHHK atas kayu bulat yang masuk 5.1.1 Umum
yang diterbitkan oleh Petugas/Pejabat - Izin Industri Primer
- Surat Penetapan nomor seri blanko SKSHHK atas - Surat Penetapan nomor seri blanko SKSHHK atas
nama penerima (industri) nama industri tempat tujuan
- Surat Penetapan Penerbit SKSHHK - Surat Penetapan Penerbit SKSHHK
- Surat Penetapan Lokasi TPK Antara
5.1.2 Kayu bulat - Cross Check apakah penggunaan KB di industri
- Dokumen SKSHHK atas kayu bulat yang masuk berasal dari SKSHHK yang masuk ke industri
- Dokumen Kontrak jual beli bahan baku - Untuk bahan baku KB yang berasal dari IUPHHK
Catatan (lainnya) realisasi penggunaan KB (Tally yang telah melaksanakan SI-PUHH Online,
Sheet)5.1.3 Kayu Olahan pemeriksaan dilakukan melalui pengamatan fisik
- SKSHHK yang diterbitkan oleh GANISPHPL dan pemeriksaan barcode dengan alat HRC
- Dokumen kontrak jual-beli 5.2.3 Pemeriksaan Kayu Olahan
- Angka Recovery Factor (Rendemen) yang - Cek kesesuaian produksi kayu olahan terhadap
berlaku. Konfirmasikan ke Badan Litbang KLHK penggunaan bahan bakunya
5.1.3 Kayu Olahan - Cek dokumen kontrak jual-beli kayu olahan,
- SKSHHK yang diterbitkan oleh GANISPHPL realisasi pemasaran dan arsip penggunaan nota
- Dokumen kontrak jual-beli angkutan
- Angka Recovery Factor (Rendemen) yang - Cek kesesuaian stok/persediaan kayu olahan
berlaku. Konfirmasikan ke Badan Litbang KLHK antara fisik dengan realisasi produksi
- Pelajari Standar Recovery Factor (Rendemen)
5.2 Pelaksanaan yang berlaku (konfirmasikan ke Badan Litbang
5.2.1 Umum KLHK)
- Cek kualifikasi dan Penetapan GANISPHPL
- Cek keabsahan perizinan industri 6. Pemeriksaan pada Tempat Penimbunan Kayu (TPK)
pada Izin Usaha Industri Lanjutan
5.2.2 Pemeriksaan Kayu Bulat 6.1 Dokumen Pendukung
- Cek kesesuaian kayu bulat antara fisik dengan 6.1.1 Izin industri lanjutan
SKSHHK 6.1.2 Kayu Olahan
- Cek apakah semua kayu bulat yang masuk ke - Dokumen SKSHHK yang diterima
industri telah diperiksa/diinput diportal SI-PUHH. - Dokumen kontrak jual beli (bahan baku dan
Cross check dengan dokumen jual-beli produk)
- Laporan bulanan realisasi pemasaran kayu olahan 7. Pemeriksaan pada Izin Pemanfaatan Kayu (IPK)
- Arsip Penerbitan Nota 7.1 Tempat Pengumpulan Kayu/TPn
- Angka Recovery Factor (Rendemen) yang berlaku. 7.1.1 Dokumen Pendukung:
Konfirmasikan ke Badan Litbang KLHK - Izin Pemanfaatan Kayu dari pejabat yang
6.2 Pelaksanaan berwenang
6.2.1 Cek keabsahan izin industri lanjutan - Bagan Kerja
6.2.2 Kayu Olahan - Buku Ukur
- Cek kesesuaian produksi kayu olahan (barang - LHP yang dibuat oleh pejabat berwenang
jadi) terhadap penggunaan bahan bakunya
7.1.2 Pelaksanaan
(kayu olahan setengah jadi)
- Cek kualifikasi dan penetapan Petugas/Pejabat
- Cek jumlah kayu olahan (bahan baku) yang
Pembuat SKSHHK
masuk (dokumen)
- Cek kesesuaian antara data LHC, RKT/Bagan
- Pelajari dokumen kontrak jual-beli (bahan baku
Kerja, Buku Ukur dengan realisasi
dan produk)
pemanenan/produksi (data LHP)
- Cek kesesuaian stock/persediaan kayu olahan
- Cek apakah ada KB/KBK yang belum di LHP-kan
antara fisik dengan realisasi
produksi/pengolahan
7.2 Tempat Penimbunan Kayu / TPK Hutan
- Cek volume kayu olahan dari arsip Penerbitan
7.2.1 Dokumen Pendukung
Nota
- Penerbitan SKSHHK
- Pelajari Recovery Factor (Rendemen) yang
- Surat Penetapan nomor seri blanko SKSHHK
berlaku
- Surat Penetapan/Pengangkatan Pejabat
- Pelajari dokumen kontrak jual-beli/kontrak
Penerbit SKSHHK
suplai
- SPP PSDH/DR
- Buk Pelunasan PSDH/DR
- Buk Pelunasan nilai gan rugi tegakan
7.2.2 Pelaksanaan - Surat Penetapan nomor seri blanko SKSHHK dari
- Cek kualifikasi dan Penetapan Petugas/Pejabat Ditjen PHPL
Penerbit SKSHHK - Surat Penetapan Penerbit SKSHHK
- Cek kesesuaian stock/persediaan KB antara fisik - Surat Penetapan Lokasi TPK Antara
dengan LMKB
- Cek pengenaan PSDH/DR dengan LHP dan tarif 7.3.2 Pelaksanaan
yang berlaku - Cek kualifikasi dan Penetapan Petugas/Pejabat
- Cek pengenaan nilai gan rugi tegakan dengan Penerbit SKSHHK
LHP dan tarif yang berlakuSPP PSDH/DRu - Cek kesesuaian stock/persediaan kayu bulat
antara fisik kayu bulat dengan LHP
- Cek buk pelunasan PSDH/DR dengan SPP - Cek kesesuaian antara SKSHHK yang terbit di TPK
PSDH/DR Antara apakah berasal dari SKSHHK yang masuk
- Cek buk pelunasan nilai gan rugi tegakan (keterlacakan)
dengan SPP - Cek penetapan nomor seri blanko SKSHHK dan
- Cek kesesuaian antara SKSHHK dengan LHP penggunaannya
berikut pelunasan PSDH/DR 8. Pemeriksaan hasil hutan kayu yang berasal dari Hutan
- Cek kesesuaian antara Produksi (LHP) dan hak/lahan masyarakat
pengangkutan/penggunaan SKSHHK 8.1 Dokumen Pendukung
- C e k n o m o r s e r i b l a n ko S K S H H K s e r t a - Dokumen hak atas tanah (alas tel)
penggunaanya - Peta areal hutan hak dan batas-batasnya.
7.3 TPK Antara (milik IPK) - Dokumen Nota Angkutan
7.3.1 Dokumen Pendukung - Nota/ Kwitansi Penjualan
- Dokumen SKSHHK atas kayu bulat yang dibuat
Penerbit/Pejabat berwenang
8.2 Pelaksanaan (Contoh: Mekanisme dan alur peredaran kayu, beserta
- Cek legalitas dokumen hak atas tanah (ke Badan dokumen yang menyertai pengangkutan kayu)
Pertanahan Nasional)
- Cek keberadaan peta lokasi, periksa kejelasan
batas-batas areal hutan
- Cek kesesuaian dokumen hak atas tanah dengan
asal-usul kayu
- Cek kesesuaian antara Nota Angkutan dengan
asal-usul kayu
- Cek kesesuaian jenis kayu dengan Nota
Angkutan
- Konfirmasikan ke masyarakat sekitar hutan
tentang kebenaran asal-usul kayu

SKSHHK (Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan


Kayu) adalah dokumen resmi yang diterbitkan
pejabat yang berwenang yang digunakan dalam
pengangkutan, penguasaan dan pemilikan hasil
hutan, sebagai alat buk atas legalitas hasil hutan.
Nota Angkutan adalah dokumen angkutan kayu
budidaya yang berfungsi sebagai surat keterangan asal
usul untuk menyertai pengangkutan kayu hasil budidaya
yang berasal dari hutan hak, dan pengangkutan
lanjutan hasil hutan kayu hasil budidaya yang berasal
dari hutan hak di seluruh Indonesia.
Pengecekan pada RKT/IPK Hutan Alam membuat da ar penerbitan SKSHHK. Selanjutnya kayu
di bawa ke idustri primer atau ke pelabuhan atau ke
Melalui blok tebangan harus terdapat LHC (Laporan
TPK antara bersama dengan SKSHHK yang telah dibuat
Hasil Cruising) yang di buat oleh tenaga teknis di lapangan
oleh GANIS-PHPL.
berisi tentang jumlah tegakan, jumlah kayu yang di
tebang (m3) dan jenis kayu. Adanya pemeriksaan Pelaksanaan PUHH tersebut diatas dilakukan secara self
oleh Petugas Pemeriksa Laporan Hasil Penebangan assessment dan diwajibkan kepada seluruh pemegang izin
(P2LHP) untuk membuat da ar pemeriksaan kayu yang wajib PUHH dan dilakukan melaluai Sistem Informasi
bulat dan membuat berita acara pemeriksaan LHP- PUHH (SIPUHH) dan LHP dibuat oleh GANISPHPL tetapi
KB/KBK. Selanjutnya pembayaran lunas PSDH/DR dan verifikasi/validasinya dilakukan oleh sistem, berlaku untuk
kayu di bawa ke TPK dan di periksa oleh GANIS-PHPL seluruh sor men kayu yang prosesnya dimulai dari
untuk membuat da ar penerbitan SKSHHK. Selanjut- pelaksanaan cruising (e-LHC) sampai dengan pelaporan
nya kayu di bawa ke idustri primer atau ke pelabuhan (lingkup: pemegang izin/konsesi s.d industri primer).
atau ke TPK antara bersama dengan SKSHHK yang telah Pemasangan label barcode dimulai sejak pohon berdiri
dibuat oleh GANIS-PHPL. (cruising), yang proses verifikasi/validasinya dilakukan
Pelaksanaan PUHH tersebut diatas dilakukan secara self SIPUHH dengan membandingkan dokumen LHP dengan
assessment dan diwajibkan kepada seluruh pemegang Rencana Tebang dan LHC. Sementara itu perhitungan
izin yang wajib PUHH dan dilakukan melaluai Sistem kewajiban PNBP juga dilakukan oleh SIPUHH yang
Informasi PUHH (SIPUHH) dan LHP dibuat oleh mekanisme penyetorannya terintegrasi melalui Sistem
GANISPHPL tetapi verifikasi/validasinya dilakukan oleh Informasi PNBP Online (SIMPONI) yang pengecekannya
sistem, berlaku untuk seluruh sor men kayu yang melalui database LHP yang lunas PNBP dan diverifikasi
prosesnya dimulai dari pelaksanaan cruising (e-LHC) dengan data/dokumen penerbitan dan pengiriman kayu.
sampai dengan pelaporan (lingkup: pemegang izin/ Penggunaan dokumen angkutan berupa dokumen
konsesi s.d industri primer). elektronik Surat Keterangan Sah Hasil Hutan Kayu (e-
SKSHHK) yang disediakan oleh SIPUHH, dokumen tersebut
berlaku untuk kayu bulat dan olahan (gergajian, veneer
dan serpih) yang penerbitannya melalui sistem dan Sementaara itu, penatausahan hasil hutan yang berasal
didistribusikan kepada pihak terkait secara real me. dari Perum Perhutani diatur secara tersendiri oleh Direksi
Perum Perhutani, Penatausahaan hasil hutan kayu
Selanjutnya kayu yang masuk ke industri primer dapat di
tersebut dilaksanakan secara online melalui sistem
jual ke konsumen atau industri lanjutan dengan disertai
informasi yang dibangun dan dikembangkan oleh Perum
dokumen SKSHHK yang disahkan oleh GANISPHPL-PKB.
Perhutani. Sistem informasi PUHH Perhutani yang
Dan dari industri lanjutan ke konsumen hanya dengan
berkenaan dengan penerbitan LHP, pembayaran PSDH
lampiran nota. Maka dengan sistem seper ini kayu
dan penerbitan dokumen angkutan terhubung dengan
tersebut dapat di katakan legal, dimana harus sesuai kayu
aplikasi SIPUHH.
yang di angkut dengan dokumen yang ada. Apabila
terdapat ke daksesuaian antara dokumen dengan kayu
maka perlu di lakukan lacak balak terhadap dokumen dan
kayu serta ada kemungkinan terjadi penyusutan kayu di
perjalanan. Dalam melakukan verifikasi legalitas kayu,
maka harus dilakukan iden fikasi dari se ap dokumen
mutasi kayu apakah sesuai antara kayu yang di angkut
dengan dokumen angkutan yang berlaku. Dengan
terpenuhinya proses ini maka kayu yang telah terdistribusi
di konsumen adalah legal. Tetapi di sini juga korupsi
di bidang kehutanan dan illegal logging terjadi. Banyak
kasus antara dokumen-dokumen kayu tersebut dak
sesuai dengan kayu yang di bawa.
Materi Kelima:
Peran Masyarakat dalam
Pemantauan SVLK
Dasar Hukum Par sipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Dalam UU Nomor 10/2004 tentang Pembentukan
Kehutanan Peraturan Perundang-Undangan, Bab 10 pasal 53
Dalam era demokrasi sekarang ini, par sipasi publik menyebutkan bahwa "Masyarakat berhak memberikan
dalam pembuatan berbagai macam instrumen masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka
hukum yaitu UU No. 10 Tahun 2004 tentang penyiapan atau pembahasan rancangan undang-
Pembentukan Peraturan Perundang- Undangan, UU No. undang dan rancangan peraturan daerah”
23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, UU No. UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal 65
41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, UU No. 26 menjelaskan peran serta masyarakat dalam penataan
Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, UU No. 10 Tahun ruang sebagai berikut (1) Penyelenggaraan penataan
2004, UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan ruang dilakukan oleh pemerintah dengan melibatkan
Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan UU No.14 Tahun peran masyarakat. (2) Peran masyarakat dalam penataan
2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Ini berar ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan,
kons tusi telah menjamin par sipasi masyarakat antara lain melalui:
dalam menentukan kepen ngan mereka dalam
pembuatan kebijakan-kebijakan negara. a. Par sipasi dalam penyusunan rencana tata ruang
Apa Itu Partisipasi? b. Par sipasi dalam pemanfaatan ruang
Kata par sipasi berasal dari kosa kata dalam bahasa c. Par sipasi dalam pengendalian pemanfaatan ruang
Inggris par cipa on yang ar nya pengambilan bagian.
Sedangkan dalam bahasa Belanda disebut dengan Sedangkan dalam Undang-Undang Kehutanan, peran
par cipa e yang ar nya penyertaan. Dalam bahasa serta masyarakat yang lebih spesifik menyinggung soal
Indonesia kemudian diterjemahkan sebagai hak masyarakat diatur sebagaimana tertuang dalam Bab
par sipasi, yakni perihal turut berperan serta dalam 10, khususnya pasal 68 point 1 dan 2 sebagai berikut:
suatu kegiatan, termasuk keterlibatan langsung (1) Masyarakat berhak menikma kualitas lingkungan
masyarakat dalam proses-proses pembentukan dan hidup yang dihasilkan hutan
implementasi sebuah kebijakan. (2) Selain hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
masyarakat dapat:
a. Memanfaatkan hutan dan hasil hutan sesuai dengan Dengan terjaminnya keberadaan hak untuk mendapatkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku informasi, maka masyarakat akan terpacu untuk
b. M e n g e t a h u i r e n c a n a p e r u n t u ka n h u t a n , melakukan pengawasan, dan penentu kebijakan serta
pemanfaatan hasil hutan, dan informasi kehutanan pengendali kekuasaan terkendali untuk dak melakukan
c. Memberi informasi, saran, serta per mbangan penyimpangan yang dapat merugikan publik. Lebih jauh
dalam pembangunan kehutanan hak masyarakat untuk berpar sipasi adalah hak untuk
d. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan berpar sipasi dalam proses pengambilan keputusan dari
pembangunan kehutanan baik langsung maupun mulai awal sampai akhir. Pelibatan masyarakat dalam
dak langsung proses pengambilan keputusan akan menghasilkan
keputusan yang berkualitas serta efek f dalam
Peran serta masyarakat dalam efek fitas pemantauan pelaksanaannya karena merupakan respon dari aspirasi
kehutanan sangat dipengaruhi oleh ngkat dukungan dan masyarakat. Apabila hak untuk berpar sipasi terpenuhi,
peran serta masyarakat. Peran masyarakat dalam maka kebijakan pengelolaan sumber daya alam yang lahir
mendukung efek fitas pengelolaan kehutanan paling dari ins tusi pemerintah adalah kebijakan yang
dak dalam hal pengawasan mekanisme kerja ins tusi, mengutamakan kepen ngan masyarakat dan daya
menjaga kualitas kebijakan yang lahir dari suatu ins tusi dukung ekosistem sumber daya alam. Hak untuk
dan menjaga profesionalitas dan integritas aparatur mendapatkan keadilan adalah hak masyarakat untuk
pemerintah. Dalam sistem demokrasi sebenarnya peran mendapatkan keadilan berkaitan dengan kebijakan yang
serta masyarakat dalam pengelolaan kehutanan dilandasi dikeluarkan oleh pemerintah. Dalam hal ini masyarakat
pula oleh perwujudan pemenuhan hak-hak dasar diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan
masyarakat dalam tata pemerintahan. Hak-hak dasar bahkan gugatan pada kebijakan yang dianggap merugikan
masyarakat melipu hak masyarakat untuk mengakses kepen ngan masyarakat.
informasi (public right to access to informa on), hak
masyarakat untuk berpar sipasi (public right to
par sipate), dan hak masyarakat untuk mendapatkan
keadilan (public right to jus ce).
Hak Atas Informasi Warga Negara sebagai sebuah instrumen atau prasayarat mutlak
Se ap individu pada umumnya dan Warga Negara sebelum pembangunan dilaksanakan. FPIC dalam
Indonesia pada khususnya, memiliki hak yang bahasa Indonesia dapat diterjemahkan sebagai hak
dilindungi oleh peraturan perundang-undangan atas masyarakat untuk mengatakan “YA” atau “TIDAK”
informasi, yaitu sebagaimana diatur dalam Pasal 13 terhadap proses pembangunan yang akan masuk
dan Pasal 14 Undang-Undang R.I. Nomor 39 Tahun kedalam wilayah adat mereka.
1999 tentang Hak Asasi Manusia. FPIC sebagai alat untuk mencapai keadilan dak
Pasal 13 - Se ap orang berhak untuk mengembang- didapatkan oleh masyarakat adat melalui ins tusi-
kan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan ins tusi penyelesaian konflik yang biasa dikenal, seper
dan teknologi, seni, dan budaya sesuai dengan pengadilan. Karena itu perlu menemukan cara baru
martabat manusia demi kesejahteraan pribadinya, dalam menyelesaikan konflik yang ada sekaligus
bangsa, dan umat manusia. merancang pembangunan untuk masa depan minim
konflik. Dengan penekanan pada penciptaan ruang
Pasal 14 perundingan antara masyarakat adat dengan pihak lain,
FPIC dipercaya dapat menghasilkan kesepakatan-
1. Se ap orang berhak untuk berkomunikasi dan
kesepakatan yang dapat menjamin tercapainya keadilan
memperoleh informasi yang diperlukan untuk
bagi semua pihak.
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya
2. Se ap orang berhak untuk mencari, memperoleh, Dasar hukum FPIC saat ini antara lain:
memiliki, menyimpan, mengolah, dan - Pasal 18 B Ayat 1 UU 1945. Pasal ini adalah pasal
menyampaikan informasi dengan menggunakan yang memberikan pengakuan terhadap
segala jenis sarana yang tersedia masyarakat adat. Meskipun bunyi pengakuan itu
masih diletakan pada syarat-syarat tertentu.
Free Prior Informed Consent (FPIC) dalam konteks tata
kelola hutan dan pemantauan SVLK, peran serta
masyarakat dalam kehutanan khususnya untuk
masyarakat adat, berlaku FPIC, yakni
Peraturan Internasional tentang Hak Asasi Manusia Maknanya adalah adanya pengakuan terhadap hak
- FPIC diakui secara eksplisit/terbuka di peraturan masyarakat untuk mengatakan: 'YA' atau 'TIDAK' FPIC
internasional adalah singkatan dari empat buah kata, yaitu:
- CBD: 8j Konvensi keanekaragaman haya tentang 1. Free/Bebas: Keputusan yang diambil melalui proses
masyarakat adat yang saling menghorma tanpa penggunaan cara
- Deklarasi PBB tentang hak masyarakat adat (Pasal kekerasan, pemaksaan, in midasi, ancaman dan
10, 11 Ayat 2, 19, 23, 26, 28,32) sogokan
2. Prior/ Didahulukan: Perundingan dilakukan
Penger an FPIC sebelum pemerintah, investor dan perusahaan
- Hak yang dimiliki oleh masyarakat adat untuk memutuskan apa rencana mereka. Ar nya
memu tu s kan 'YA' atau 'T IDAK' terh ad ap perundingan dilakukan sebelum bulldozer datang
pembangunan yang diusulkan diatas tanah dan sebelum pengukur dan pematok tanah masuk
masyarakat adat ke wilayah adat
- Keputusan mengenai “YA” atau “TIDAK” tersebut 3. Informed/ Diinformasikan:
d i a m b i l s ete l a h te r l e b i h d a h u l u m e re ka - Orang luar harus menyediakan informasi yang
mendapatkan informasi yang jujur, lengkap, jelas mereka miliki kepada masyarakat yang sesuai
dan terbuka mengenai agenda pembangunan yang dengan kegiatan yang dilakukan di wilayah
akan masuk masyarakat, dengan cara dan bahasa yang
- Keputusan tentang “YA” atau “TIDAK” yang diambil dimenger masyarakat setempat
oleh masyarakat adat tanpa paksaan atau tekanan - Masyarakat diberi kesempatan dan waktu yang
('Free/Bebas') cukup untuk membaca, menilai dan
- Keputusan itu diambil sebelum mulainya kegiatan mendiskusikan informasi yang diberikan
('Prior/ Didahulukan') kepadanya
- Masyarakat bersama-sama secara par sipa f
memiliki waktu untuk mengumpulkan informasi
yang dibutuhkan, sehing ga masyarakat
mendapatkan dampak dari rencana yang
diajukan
4. Consent/ Persetujuan: FPIC penting bagi para pihak
- Ke p u t u s a n - ke p u t u s a n d a n ke s e p a kata n - Menyeimbangkan hubungan masyarakat dengan pihak
kesepakatan yang dicapai harus melalui proses luar karena ini berar menghorma hak masyarakat adat
terbuka dan proses yang bertahap yang atas wilayahnya dan memutuskan apa yang masyarakat
menghorma peraturan adat dan orang yang ingin lakukan di tanahnya. Ar nya pembangunan bisa
diberi mandat dan ditunjuk oleh mereka sendiri dilakukan hanya jika masyarakat adat telah menerima
- Tidak ada kesepakatan atau keputusan masyarakat rencana kerja yang menguntungkan mereka. Ar nya
didapatkan hanya dari pemimpin masyarakat pembangunan yang merugikan dan membahayakan
tanpa melalui persetujuan dari ang gota mereka dak bisa dilaksanakan di sana jika masyarakat
masyarakatnya menolak.

Makna FPIC FPIC Sebagai Sebuah Perikatan


- Maknanya adalah menghorma sistem masyarakat - Empat unsur yang termuat dalam is lah FPIC hampir
adat dalam mengambil keputusan dan memilih orang mirip dengan sarat sahnya perikatan dalam hukum
yang mewakilinya perdata (Pasal 1320 dan 1321 KUHPer). Perikatan
- Maknanya adalah jika orang luar ingin memanfaatkan hanya sah apabila:
wilayah masyarakat adat maka mereka wajib a. Adanya kata sepakat para pihak
menjelaskan apa yang mereka lakukan dan b. Cakap hukum
merundingkannya dengan masyarakat yang priha n c. Menyangkut suatu hal tertentu (objek
dan tahu bahwa masyarakat bisa setuju atau dak perjanjian)
setuju dengan rencana yang diajukan d. Menyangkut sebab yang halal
- Khusus syarat yang pertama, para pihak harus
memiliki kemauan bebas
- Kemauan bebas dianggap dak ada bila kata sepakat
itu diberikan karena adanya kekhilafan, penipuan
atau paksaan (1321 KUHPer)
Penerapan dan Par sipasi FPIC bagi Masyarakat FPIC mengandung makna bahwa masyarakat adat
Par sipasi masyarakat dapat berupa peran serta atau memiliki hak untuk berpar sipasi dan berunding atas
keterlibatan seseorang atau pun suatu kelompok hak ulayat/hutan adat yang akan dipergunakan oleh
(masyarakat secara ak f dalam berkontribusi dengan negara atau pihak lainnya, dengan demikian FPIC
sukarela pada sebuah program pembangunan tertentu, berimplikasi terjadinya proses negosiasi bebas antara
seper terlibat dalam hal perencanaan, pelaksanaan, masyarakat adat, pelaku usaha dan negara, serta
monitoring dan juga evaluasi. pihak lainnya yang memiliki rencana usaha atau
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan kehutanan kegiatan atas tanah masyarakat adat. Dengan
diatur dan dilindungi oleh Undang-undang Nomor 41 demikian masyarakat hukum adat yang memiliki
Tahun 1999 tentang Kehutanan. Dalam undang-undang kendali untuk memutuskan persetujuan atas
tersebut, masyarakat berhak menikma kualitas diterima atau dak diterimanya rencana pihak tertentu,
lingkungan hidup yang dihasilkan hutan, masyarakat pun tanpa adanya paksaan, didasari pada kebiasaan dan
dapat memanfaatkan hutan dan hasil hutan sesuai dengan adat is adat yang berlaku. FPIC memberikan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, kesempatan masyarakat adat untuk mencapai suatu
mengetahui rencana peruntukan hutan, pemanfaatan konsensus, yang ar nya masyarakat adat mendapatkan
hasil hutan, dan informasi kehutanan, memberi informasi, ruang yang menciptakan terjadinya par sipasi publik
saran, serta per mbangan dalam pembangunan dalam pengelolaan hutan.
kehutanan; dan melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan pembangunan kehutanan baik langsung
maupun dak langsung.
Prinsip FPIC merupakan salah satu inovasi terobosan
dalam hal pengakuan masyarakat adat pada ranah
par sipasi, prinsip ini telah diakui oleh dunia
internasional, khususnya oleh Declaration on the Rights
of Indigenous People (UNDRIP).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka pihak-pihak Kewajiban bagi pemerintah untuk membuat hukum
dibawah ini memiliki peran dan tanggung jawab sebagai yang memberikan pengakuan dan perlindungan
berikut: terhadap hak masyarakat dalam rangka mendekatkan
mereka pada keadilan.
· Pelaku Usaha: Par sipasi masyarakat dalam SVLK melalui
Memposisikan diri sederajat dengan masyarakat. Ini Permen LHK P.30/2016 s e b a ga i p ema nta u
berar pelaku usaha harus memahami bahwa independen merupakan salah satu pihak yang pen ng
masyarakat, terutama masyarakat adat memiliki keberadaanya, dalam menjamin kredibilitas sistem ini.
keberagaman dan/atau perbedaan dari sisi Pemantau independen adalah masyarakat madani baik
pengetahuan, bahasa, adat is adat dan sebagainya. perorangan atau lembaga yang berbadan hukum
Oleh karena itu, dalam proses FPIC, pelaku usaha Indonesia, yang menjalankan fungsi pemantauan terkait
menghorma keberagaman dan/atau perbedaan itu. dengan pelayanan publik dibidang kehutanan seper
penerbitan ser fikasi pengelolaan hutan produksi
· Pemerintah: lestari, ser fikasi legalitas kayu, Deklarasi Kesesuaian
Dalam banyak hal ke dakhadiran pemerintah dalam Pemasok, dokumen V-legal, hasil uji tuntas dan
menyelesaikan konflik yang justru menghasilkan pembubuhan tanda V-legal.
ke dakadilan bagi masyarakat, terutama masyarakat
adat. Namun kehadiran pemerintah juga dapat Pemantauan SVLK ini dilaksanakan dalam rangka
menciptakan hal yang sama. Hal itu sangat menjaga akuntabilitas dan kredibiltas SVLK, dan
tergantung pada peran apa yang dimainkan oleh dilakukan oleh pemantau independen secara objek f,
pemerintah. Keberpihakan pemerintah pada investor berintegritas dan akuntabel.
hanya akan menjatuhkan kredibilitas pemerintah di
mata masyarakat. Sementara keberpihakan kepada
masyarakat juga berakhir pada merosotnya
kepercayaan investor. Dalam situasi demikian,
pemerintah hendaknya berpihak pada keadilan.
PermenLHK P.30/2016 selanjutnya menjelaskan KLHK telah memberikan perha an terhadap kemanan
pemantau independen adalah: pemantau independen dan pendanaan. Untuk
a. Masyarakat yang nggal/berada di dalam atau keamanan pemantauan, melalui PermenLHK P.30/2016
sekitar areal pemegang izin, pemegang Hak disebutkan bahwa KLHK mengatur mekanisme
Pengelolaan atau pemilik hutan hak perlindungan dari ancaman fisik dan verbal sebelum,
berlokasi/beroperasi saat dan sesudah pemantauan. Sedangkan untuk
b. Warga Negara Indonesia (WNI) yang memiliki pendanaan tugas pemantauan dapat bersumber dari
kepedulian di bidang kehutanan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN,
c. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pemerha Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD, atau
kehutanan berbadan hukum Indonesia sumber lain yang sah dan dak mengikat.
Prinsip-Prinsip Pemantau dalam Melakukan
Hak pemantau independen adalah: Pemantauan Kehutanan
1. Memperoleh data dan informasi dari para pihak
yang terlibat langsung dalam proses SVLK dan Partisipatif, bahwa peran serta masyarakat dalam
instansi terkait dalam melakukan pemantauan pemantauan kehutanan dilakukan secara sukarela
2. Mendapatkan jaminan keamanan dalam dan par sipa f
melakukan pemantauan, dan mendapatkan Terbuka, pemantauan dilakukan secara terbuka dan
akses memasuki lokasi tertentu dalam kaitannya diketahui oleh pihak-pihak yang berkepen ngan
dengan tugas pemantauan dalam konteks SVLK antara lain UM, LPVI dan Instansi
Kewajiban pemantau independen adalah: lainnya sesuai dengan P38 (dan perubahannya
1. Menunjukkan buk iden tas atau afiliasi dengan beserta lampirannya
lembaga jaringan pemantau dalam hal pemantau
Tanggung gugat, bahwa dalam melakukan
independen memasuki lokasi tertentu
pemantauan dilakukan dengan penuh tanggung
2. Memelihara, melindungi dan merahasiakan
jawab, hasil pemantauan dapat dipertanggung
catatan, dokumen, serta informasi hasil
jawabkan
pemantauan dengan menandatangani
perjanjian kerahasiaan
Materi Keenam:
Pematauan SVLK
Pemantauan lapangan adalah serangkaian kegitan yang 1. Membentuk m pemantau independen yang solid
dilakukan oleh PI dalam upaya memantau pelaksanaan 2. Mengiden fikasi k- k kri s yang akan dipantau
kegitan ser fikasi. PI melakukan pemantauan terhadap 3. Menyiapkan alat pendukung pemantauan seper
keseluruhan tahapan dalam penilaian baik PHPL maupun kamera, GPS, dll
VLK, yaitu sejak adanya pengumuman akan dilakukanya 4. Menyiapkan lembar kerja pemantauan
penilaian atau verifikasi hingga penerbitan V-Legal. 5. Memilih metode pemantauan
Pemantauan lapangan dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu: Teknik Pengumpulan dan Pengelolaan Data
1. Pemantauan secara langsung Teknik pengumpulan data sangat dipengaruhi oleh
Pemantauan langsung merupakan serangkaian pemilihan metode pemantauan yang digunakan dan
kegiatan pengambilan buk dan fakta lapangan alat pendukung yang dipakai. Tapi apapun metode dan
terkait pelaksanaan penilaian atau verifikasi. alat yang digunakan hasil pemantauan harus ter-
2. Pemantauan dak langsung dokumentasi dengan baik yang disertai data-
· Pemantauan berdasarkan laporan/informasi data atau buk pendukung.
dari masyarakat dan berita media
Data dan informasi yang diperoleh harus diolah
· Pemantauan yang dilakukan lembaga terkait
sedemikian rupa baik melalui proses pengolahan data
(LSM atau jaringan pemantau)
secara sederhana hingga menggunakan sistem data
Pemantauan dak langsung hanya menggunakan
base yang canggih melalui seperangkat program
informasi/data yang diperoleh dari pihak lain
komputer. Tujuan pengolahan data adalah agar data dan
dalam melakukan pemantauan.
informasi yang sudah diperoleh dapat diklasifikasi sesuai
jenis data, dapat digunakan, terdokumentasi dan dapat
Data/informasi yang diperoleh dari pemantauan langsung
dipahami oleh publik.
yang disertai dengan buk yang relevan sama-sama bisa
dijadikan sebagai bahan pengajuan keluhan kepada LS
maupun KAN. Untuk mendapatkan hasil pemantauan
yang bertanggung gugat, ada beberapa hal yang harus
disiapkan oleh pemantau independen diantaranya:
Cara Mengajukan Pertanyaan - Rumuskan pertanyaan tersebut dengan bahasa sehari-
Bertanya merupakan cara berhubungan (alat komunikasi) hari, bahasa lisan yang mudah dimenger
antara pemantau dengan narasumber yang amat pen ng. - Dalam mengajukan pertanyaan, disarankan untuk
Boleh dikatakan bahwa dalam melaksanakan pemantauan dak langsung ke arah in pertanyaan melainkan perlu
ini tanpa bertanya maka data dak akan diperoleh dan adanya semacam pendahuluan yang sesuai, untuk
analisis data dak akan dapat dilakukan. Dengan mempersiapkan peserta diskusi memberikan jawaban
mengajukan pertanyaan (secara tepat) maka akan dan membahasnya
diperolah data (secara akurat) dan dapat dilakukan
analisis data (secara cermat). Contoh (1)
Untuk menanyakan pihak-pihak yang melakukan
1. Cara mengajukan pertanyaan yang tepat perusakan hutan misalnya. Jangan langsung menanyakan
Da ar pertanyaan memang merupakan sumber atau siapa saja yang melakukan perusakan hutan. Melainkan
muara pertanyaan. Yang harus disadari adalah bahwa tanyakan dulu apa saja hasil hutan yang bisa
pertanyaan yang terdapat pada da ar pertanyaan dimanfaatkan, siapa saja yang memanfaatkan hasil hutan
merupakan pertanyaan dalam bahasa tertulis. Kalau tersebut, bagaimana bentuk pemanfaatannya, apa
dalam diskusi kelompok, pertanyaan yang ada dalam manfaat yang diperoleh dan untuk siapa saja manfaat
da ar pertanyaan ditanyakan apa adanya atau bahkan tersebut, bagaimana keadaan hutan akibat pemanfaatan
dibacakan, maka suasana diskusi kaku, kurang akrab atau tersebut, dsb. Baru kemudian bertanya soal pihak yang
bahkan dak dapat dimenger oleh peserta diskusi. menyebabkan kerusakan hutan di lokasi tertentu, bentuk
Karena itu, untuk mengajukan pertanyaan para pemantau kerusakan, dll.
hendaknya melakukan langkah-langkah berikut: Contoh (2)
Untuk menanyakan berapa kali kebakaran terjadi setiap
- Pahami benar-benar makna atau ar dari pertanyaan. tahun misalnya. Kurang baik bila langsung ditanyakan
Juga perlu dipahami untuk apa pertanyaan tersebut berapa kali kebakaran terjadi di sini setiap tahun ? Akan
diajukan, kemudian hafalkan lebih baik kalau ditanyakan terlebih dahulu:: Tanaman di
ladang saat ini apa; Bagaimana kemungkinan hasilnya a. Mengapa hal itu terjadi……(kausal; sebab-akibat)
nan ; hama, penyakit dan kejadian apa saja yang b. Apa akibatnya……..(kausal; sebab-akibat)
menyebabkan terganggunya hasil panen; dst. Dengan c. Apa kaitanya dengan …….(korelasi; saling hubungan)
demikian kesimpulan dapat diambil. d. Bagaimana kalau dibanding dengan……. (komparasi;
perbandingan)
2. Mengenal jenis-jenis pertanyaan e. Bagaimana masa depannya……. (prediksi; perkiraan
Jenis jawaban atau informasi yang diberikan oleh atau ramalan kedepan)
narasumber amat tergantung dari jenis pertanyaan yang Diskusi Kelompok
diajukan oleh pemantau. Kalau jawaban yang diinginkan
menyangkut gambaran atas keadaaan yang nyata, Seringkali informasi yang kita peroleh antar narasumber
maka memerlukan jenis pertanyaan yang berbeda atas hal tertentu berbeda. Demikian juga halnya,
dengan kalau yang dikehendaki adalah jawaban yang kadangkala mengumpulkan orang dalam satu tempat
berupa: hasil pemikiran masyarakat, pendapat atau dianggap cukup baik untuk mengumpulkan informasi yang
pandangan atau analisis masyarakat. bisa langsung diverifikasi. Pemantauan SVLK sangat
mungkin akan menggunakan Diskusi Kelompok atau lebih
Kalau yang diinginkan adalah jawaban atau informasi tepat disebut Diskusi Kelompok Terfokus (DKT; berasal
jenis pertama, yakni tentang gambaran keadaan yang dari bahasa inggris Focused Group Discussion/FGD).
nyata, maka jenis pertanyaannya adalah: Dalam hubungan ini, DKT atau FGD tersebut dilaksanakan
- Apa antar pemantau dengan sekelompok peserta/masyarakat
- Berapa dengan jumlah 7-10 orang.
- Siapa
- Dimana
- Bagaimana

Kalau yang diinginkan adalah jawaban yang berupa


pemikiran atau analisis petani, maka jenis pertanyaannya
adalah:
Tahapan Pelaksanaan: 6. Demikian seterusnya sampai selesai peralatan:
1. Cari tempat yang nyaman untuk berdiskusi, hingga - Kertas plano
semua peserta mendapat tempat duduk yang enak - Spidol
2. Ciptakan suasana yang rileks, hingga semua peserta - Selo p (perekat)
m e ra s a b e b a s m e ny a m p a i k a n p e n d a p a t ,
pengalaman dan saran secara jujur Teknik Pengumpulan Data dan Ciri-cirinya
3. Ajukan pertanyaan yang telah dirancang secara
Pengumpulan data dilakukan dengan cara menganalisis
terbuka, dak hanya ditujukan pada satu orang,
data dan dokumen yang dilakukan pada saat desk
sehingga semua peserta merasa berhak dan wajib
research, kegiatan ini merupakan k awal dari kegiatan
memberikan jawaban atau informasi yang
pemantauan “APAPUN”. Kegiatan ini akan menghasilkan
diperlukan
l ata r b e l a ka n g p e n geta h u a n / p e m a h a m a n i s u ,
4. Kalau semua peserta memberikan jawaban yang
pemahaman terhadap sumber daya yang tersedia, atau
sama, coba dicek sekali lagi, apakah memang
kebutuhan sumber daya untuk pemantauan dan informasi
demikian. Kalau memang disepaka semua peserta,
yang diperlukan untuk target inves gasi.
kemudian dapat ditulis di kertas plano yang telah
disiapkan yang dapat dibaca oleh semua peserta. Beberapa sumber data yang bisa dijadikan referensi dan
Bacakan sekali lagi hasil tulisan di kertas plano untuk buk dalam kegiatan pemantauan diantaranya: [1] Laporan
mendapat kesepakatan dari peserta. Jika jawaban Media, [2] Study Akademisi, [3] Laporan NGOs, [4] Data
peserta bermacam-macam ( dak satu), beri ke s Komersial dan [5] Rilis/Publikasi Informasi Pemerintah.
e m p a t a n ke p a d a p a r a p e s e r t a u n t u k Data dan informasi tersebut bisa dicari melalui internet,
mendiskusikan dengan jalan memberi alasan atau telepon, perpustakaan dan lain-lain. Setelah mendapatkan
memberi buk atas jawabannya dan menganalisis data dan informasi tersebut, pen ng bagi
5. Setelah ada kesepakatan, baru dapat dicatat di pemantau untuk melakukan cross check dan memverifikasi
lembaran kertas plano. Baca sekali lagi hasilnya kepada pihak terkait agar:
untuk mendapat persetujuan peserta
• Mendapatkan kepas an tentang validitas data 2. Observasi
• Mendapatkan tambahan buk pendukung - Ada pedoman/outline/guidance tentang apa
• Mengkonfirmasi masalah yang mes dilihat
• Kalau benar, berpotensi mendapatkan latar - Analisis (deskripsi, klasifikasi, prediksi, korelasi,
belakang kausalitas, jus ifikasi asumsi, verifikasi,
• Kalau muncul bantahan, berpotensi mendapatkan klarifikasi)
nama-nama baru - Menumpukan pada fokus sosial

Sementara itu, tata cara untuk melakukan pengumpulan 3. Studi Dokumen


data dan informasi untuk pemantauan dan ciri-cirinya, - Ada pembanding
bisa dilakukan dengan cara: - Akses data resmi
- Analisis konten
1. Focused Group Discussion (FGD) - Membaca kri s (perlu sikap kri s dari masing-
- Ada analisis di dalam diskusi masing peserta)
- Ada fasilitator dan pencatat (minimal difasilitasi 2 - Kompilasi data dari berbagai macam dokumen
orang) - Mencatat sesuai dengan target studi
- Ada konfirmasi - Relevan dengan data yang dicari
- Ada pertanyaan kunci yang terfokus
- Ada proses triangulasi antar peserta 4. Transek
- Ada proses triangulasi antara lain dengan - Ada jalan-jalan, lihat-lihat, ngobrol-ngobrol,
menyebutkan data tertulis catatan, gambar
- Pertanyaan terbuka untuk seluruh peserta - Ada perwakilan data
- Peserta 7-10 orang - Ada peta wilayah -> scheme
- Adanya visualisasi akan sangat membantu - Ada rute jalan-jalan representa f/alterna f
- Narasumber lokal
- Problem yang ditemukan, solusi dan sisa soal,
serta harapan
5. Trend & Change Teknik Pendokumentasian
- Minimal ada ga k
Pendokumentasian adalah serangkaian kegiatan dalam
- Rentang waktu pemantauan yang dilakukan dengan tujuan
- Visualisasi (gunakan media)
mengumpulkan data, informasi dan buk -buk lapangan
terkait dengan objek pemantauan. Data, informasi dan
6. Wawancara (Interview)
buk -buk lapangan harus terdokumentasi dengan baik
- Ada analisis sehingga dapat digunakan sebagaimana mes nya.
- Ada pedoman/outline/guidance
- Catatan ada yang berupa interpretasi, ada pula Teknik pendokumentasian sangat dipengaruhi oleh jenis
ku pan langsung alat yang digunakan dalam proses pengambilan data,
- Dialogis informasi dan atau buk -buk lapangan yang dimaksud.
- Informal Aspek teknis pen ng dalam pengambilan dokumentasi
- Kesetaraan (narasumber sebagai subyek) adalah:
- Luwes
- Memanfaatkan media yang ada 1. Penempatan arah gerak objek/subjek
- Mengutamakan pengalaman, persepsi, dan 2. Penempatan komposisi objek/subjek
pemahaman narasumber
Posisi Objek/Subjek Kesan yang di mbulkan
- Narasumber ditentukan sendiri Sejajar Setara/netral
- Pertanyaan dua arah dan terbuka Tampak ke atas Besar/kokoh/punya kekuatan
- Rekaman apabila diperlukan (gambar dan suara) Tampak ke bawah Kecil/lemah
- Untuk triangulasi (narasumber dari berbagai
level) 3. Cerita dokumentasi
- Verifikasi diperlukan a. Tempus (waktu)
b. Locus (tempat)
c. General View (pandangan umum)
d. Cut a Way (pendukung cerita)
Resiko Pemantauan c. Adanya protokol keamanan dan komunikasi, dalam
hal ini diperlukan adanya Point of Contact (PoC) yang
Resiko pemantauan adalah kemungkinan-kemungkinan
mengetahui rencana pemantauan (lokasi, waktu,
buruk yang mungkin terjadi dalam rangkaian kegiatan
lama di ap lokasi, tujuan, dan resiko pemantauan)
pemantauan. Untuk mengan sipasi resiko-resiko yang
mungkin terjadi tersebut m pemantaun independen
yang akan melakukan pemantauan harus mampu Penyusunan Laporan Pemantauan
melakukan iden fikasi sejak dini sehingga dapat Setelah melakukan pemantauan lapangan hal yang harus
disiapkan jenis an sipasinya. Resiko pemantauan yang dilakukan berikutnya adalah penyusunan laporan
mungkin dihadapi dalam se ap kegiatan pemantauan p e m a n ta u a n . Ta n p a a d a nya l a p o ra n ke g i ata n
akan berbeda satu sama lain. pemantauan yang telah dilakukan dak akan bermanfaat
Resiko pemantauan antara lain dipengaruhi oleh: dan dak ada gunanya. Untuk mendapatkan hasil atau
laporan yang baik, penyusunan laporan pemantauan
a. Tipe unit manajemen yang akan dipantau
harus melibatkan seluruh m pemantau.
b. Jenis unit usaha objek pemantauan
c. Kondisi lapangan/karekteris k lokasi yang menjadi Hingga saat ini belum ada format baku penyusunan
objek pemantauan laporan pemantauan yang dimiliki oleh pemantauan
d. Kondisi sarana prasarana yang tersedia (akses jalan, independen. Hal ini memungkinkan se ap pemantau
fasilitas komunikasi, dll) dapat mengembangkan sendiri format laporan
e. Metode pemantauan yang dipilih pemantauan. Prinsip yang harus diingat dalam
f. Kesiapan internal m pemantau penyusunan laporan pemantauan adalah hasil dari
pemantauan (dalam bentuk laporan) yang mudah dibaca
Langkah meminimalisir resiko pemantauan: dan dipahami oleh pembaca dengan diiku buk -buk
a. Penentuan jumlah m dan waktu pemantauan serta temuan lapangan yang relevan.
b. Memas kan semua alat dokumentasi dak
m e n ga n d u n g re ka m a n h a s i l d o ku m e nta s i
s e b e l u m ny a d a n s e g e ra p i n d a h ka n h a s i l
dokumentasi ke media lain (flash disk, hardisk, dll)
Proses Penanganan Hasil Pemantauan
- Dalam hal LSM/Pemantau Independen atau masyarakat
madani bidang kehutanan keberatan terhadap hasil
penilaian selambat-lambatnya dalam waktu 20 (dua
puluh) hari kerja kepada LP&VI untuk mendapat
penyelesaian
- Jika LP&VI dak dapat menyelesaikan keberatan
pemantau dapat mengajukan keberatan kepada KAN
- Hasil penyelesaian keberatan yang dilakukan oleh LP&VI
atau oleh KAN berupa Correc ve Ac on Request (CAR)
disampaikan kepada pemegang izin atau pemilik hutan
hak
- Dalam hal pemegang izin atau pemilik hutan hak dak
mampu menyelesaikan Correc ve Ac on Request (CAR)
maka status Ser fikat PHPL atau Ser fikat LK oleh
LP&VI penerbit ser fikat tersebut dibekukan
sampai pemegang izin atau pemilik hutan hak mampu
memenuhi
- Dalam hal pemegang izin atau pemilik hutan hak dak
mampu menyelesaikan Correc ve Ac on Request (CAR)
maka status Ser fikat PHPL atau Ser fikat LK dibekukan
sampai berakhirnya masa berlaku Ser fikat PHPL atau
Ser fikat LK
Materi Ketujuh:
Pengajuan Keluhan
Pengajuan Keluhan: · Materi banding yang dapat di ndaklanju
- Untuk menguji hasil penilaian dan keputusan adalah yang disertai dengan bahan buk yang
ser fikasi dengan informasi yang dimiliki pihak relevan dalam proses akreditasi, penilaian
lain (pemantau independen, pemegang izin, kinerja PHPL, atau verifikasi LK, penggunaan
LPPHPL dan/atau LVLK) Tanda V-Legal, uji tuntas (due diligence) dan
- Meninjau ulang keputusan ser fikasi karena penerbitan Deklarasi Kesesuaian Pemasok (DKP)
adanya informasi/kejadian baru setelah
penerbitan ser fikasi Pihak Yang Dapat Mengajukan Keluhan
a. Pemantau Independen kepada:
Perdirjen PHPL P.14/PHPL/SET/4/2016 terkait SVLK · LPPHPL dan/atau LVLK atas proses dan/atau
mengatur keluhan dan banding yang terkait dengan keputusan penilaian/verifikasi serta kinerja
proses dan/atau hasil akreditasi, penilaian kinerja Pemegang Izin atau Pemegang Hak Pengelolaan
pengelolaan hutan produksi lestari, atau verifikasi atau Pemilik Hutan Hak atau perusahaan yang
legalitas kayu, penggunaan Tanda V-Legal, penerbitan melakukan pengangkutan produk industri
Dokumen V-Legal dan penerbitan Deklarasi Kesesuaian kehutanan antar negara atau IRT/pengrajin,
Pemasok(DKP). dan/atau penerbitan Dokumen V-Legal,
dan/atau uji tuntas (due diligence) dan dalam hal
Materi Keluhan dan Banding ser fikasi terkait bahan baku yang menggunakan
DKP
· Materi keluhan yang dapat di ndaklanju adalah
yang disertai dengan bahan buk yang relevan · KAN atas proses akreditasi, keputusan akreditasi,
dalam proses akreditasi, penilaian kinerja PHPL, atau kinerja LPPHPL dan/atau LVLK yang sudah
atau verifikasi LK, penggunaan Tanda V-Legal, memperoleh akreditasi
penerbitan Dokumen V-Legal, uji tuntas (due · Kementerian melalui Direktur Jenderal PHPL atas
diligence) dan penerbitan Deklarasi Kesesuaian proses proses penerbitan DKP atau hasil evaluasi
Pemasok (DKP) pelaksanaan SVLK untuk perbaikan sistem atau
kebijakan
b. Pemerintah dan/atau pemerintah daerah kepada Tata Cara Pengajuan Keluhan dan Banding
KAN dan/atau KLHK atas kinerja LPPHPL dan/atau a. Keluhan atau banding disampaikan secara tertulis
LVLK dengan dilengkapi dengan iden tas yang mengajukan
c. Pemerintah dan/atau pemerintah daerah kepada keluhan atau banding secara jelas sekurang-
KLHK atas penggunaan Tanda V-Legal dan kurangnya berisi:
penerbitan DKP 1. nama;
d. Pemegang izin, Pemegang Hak Pengelolaan, atau 2. alamat;
Pemilik Hutan Hak, atau perusahaan yang 3. nomor telepon yang bisa dihubungi dan/atau
melakukan pengangkutan produk industri alamat email;
kehutanan antar negara kepada LPPHPL atau LVLK 4. bahan bukti pendukung yang dapat dipertanggung-
atas proses penilaian/verifikasi jawabkan, meliputi :
e. LPPHPL atau LVLK kepada KAN atas proses akreditasi - Data/informasi awal yang diperoleh dari berita
media dan/atau kesaksian langsung narasumber
Pihak Yang Dapat Mengajukan Banding (pemberi informasi, responden atau informan)
a. Pemegang Izin, Pemegang Hak Pengelolaan, atau yang dilengkapi dengan bahan penguat/
Pemilik Hutan Hak, Industri Rumah Tangga/pengrajin pendukung, namun belum diuji silang atau
atau perusahaan yang melakukan pengangkutan divalidasi
produk industri kehutanan antar negara kepada - Data/informasi tak terbantah yang merupakan
LPPHPL dan/atau LVLK atas keputusan hasil kesaksian langsung pemantau independen yang
penilaian/verifikasi dilengkapi dengan bahan penguat/ pendukung,
b. LPPHPL dan/atau LVLK kepada KAN atas keputusan dan/atau data/informasi awal yang telah diuji
hasil akreditasi silang atau divalidasi
5. pernyataan bahwa informasi yang disampaikan
adalah benar dan dibubuhi dengan materai yang
cukup
b. Masa pengajuan keluhan dan banding c. Tanggapan secara tertulis sebagaimana
1. Keluhan dapat diajukan sewaktu-waktu dimaksud bu r (b) di atas merupakan hasil
2. Banding kepada LPPHPL dan/atau LVLK diajukan analisis LPPHPL atau LVLK terhadap relevansi
selambat- lambatnya 14 (empat belas) hari materi keluhan atau banding
kalender terhitung sejak disampaikannya d. Keluhan atau banding yang dinyatakan relevan
laporan keputusan hasil penilaian/verifikasi diproses oleh Tim Ad Hoc Penyelesaian Keluhan
3. Keluhan atau banding kepada KAN diajukan atau Banding yang ditetapkan oleh LPPHPL atau
sesuai dengan ketentuan KAN LVLK
4. Keluhan kepada Kementerian dapat diajukan f. Tim Ad Hoc Penyelesaian Keluhan atau Banding
sejak diterbitkannya Deklarasi Kesesuaian menyampaikan laporan tertulis hasil inves gasi
Pemasok atau digunakannya Tanda V-Legal yang berisi hasil uji materi serta rekomendasi
penyelesaian keluhan atau banding kepada
Penyelesaian Keluhan atau Banding LPPHPL atau LVLK
1. Keluhan atau banding yang diajukan oleh Pemegang g. LPPHPL atau LVLK menyampaikan jawaban
Izin atau Pemegang Hak Pengelolaan atau Pemilik tertulis kepada pihak yang mengajukan keluhan
Hutan Hak atau Industri Rumah Tangga/pengrajin atau banding, berdasarkan laporan Tim Ad Hoc
atau perusahaan yang melakukan pengangkutan Penyelesaian Keluhan atau Banding
produk industri kehutanan antar negara:
a. Keluhan atau banding terkait proses dan/atau 2. Keluhan atau banding yang diajukan oleh LPPHPL
keputusan penilaian/verifikasi serta kinerja dan/atau LVLK:
ditujukan kepada LPPHPL atau LVLK dan a. Keluhan atau banding terkait proses dan/atau
ditembuskan kepada Direktur Jenderal PHPL keputusan akreditasi ditujukan kepada KAN dan
b. LPPHPL atau LVLK mempelajari keluhan atau ditembuskan kepada Direktur Jenderal PHPL
banding dan menanggapi secara tertulis b. Keluhan dan banding diselesaikan sesuai dengan
relevansi keluhan atau banding dimaksud prosedur yang ada pada KAN
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja
terhitung sejak diterima keluhan atau banding
3. Keluhan yang diajukan oleh pemerintah dan/atau 4. Keluhan yang dinyatakan relevan diproses
pemerintah daerah: oleh Tim Ad Hoc Penyelesaian Keluhan yang
a. Keluhan terkait penilaian kinerja PHPL dan/atau ditetapkan oleh LPPHPL atau LVLK
verifikasi LK diajukan kepada Kementerian 5. T i m A d H o c P e n y e l e s a i a n K e l u h a n
Kehutanan dan/atau KAN menyampaikan laporan tertulis hasil
b. Keluhan terkait Tanda V-Legal dan/atau inves gasi yang berisi hasil uji materi serta
penerbitan DKP diajukan kepada Kementerian rekomendasi penyelesaian keluhan kepada
c. Keluhan diselesaikan sesuai dengan prosedur LPPHPL atau LVLK
yang ada pada Kementerian dan/atau KAN 6. LPPHPL atau LVLK menyampaikan jawaban
tertulis kepada pihak yang mengajukan
4. Keluhan yang diajukan oleh pemantau independen: keluhan, berdasarkan laporan Tim Ad Hoc
a. Keluhan yang diajukan kepada LPPHPL Penyelesaian Keluhan
dan/atau LVLK:
1. Keluhan terkait proses dan/atau keputusan b. Keluhan yang diajukan kepada KAN:
penilaian/ verifikasi, kinerja dan penerbitan 1. Keluhan terkait proses dan/atau keputusan
Dokumen V-Legal ditujukan kepada LPPHPL akreditasi LPPHPL dan/atau LVLK dan/atau
atau LVLK dan ditembuskan kepada Direktur penggunaan Tanda V- Legal diajukan kepada
Jenderal dan KAN KAN dan ditembuskan kepada Direktur
2. LPPHPL atau LVLK mempelajari keluhan dan Jenderal PHPL
menanggapi secara tertulis relevansi keluhan 2. Keluhan diselesaikan sesuai dengan prosedur
dimaksud selambat- lambatnya 7 (tujuh) hari yang ada pada KAN
kerja terhitung sejak diterima keluhan
3. Tanggapan secara tertulis sebagaimana c. Keluhan yang diajukan kepada Kementerian:
dimaksud bu r (2) di atas merupakan hasil 1. Keluhan terkait penggunaan Tanda
analisis LPPHPL atau LVLK terhadap relevansi V-Legal, uji tuntas (due diligence), dan
materi keluhan penerbitan DKP
2. Keluhan diselesaikan sesuai dengan · Memiliki integritas nggi dan menjunjung
prosedur yang ada pada Kementerian objek vitas dalam 
 proses penyelesaian
keluhan atau banding
Tim Ad Hoc Penyelesaian Keluhan atau Banding · Disepaka kedua belah pihak
a. Tim Audit, Pengambil Keputusan pada kasus yang
menjadi materi keluhan atau banding, pihak yang Masa Penyelesaian Keluhan atau Banding
mengajukan keluhan atau banding, pihak yang a. Penyelesaian atas keluhan atau banding oleh
dikeluhkan, dan instansi pemerintah terkait dak LPPHPL dan/atau LVLK disampaikan secara
dapat menjadi Tim Ad Hoc Penyelesaian Keluhan tertulis kepada pihak yang mengajukan keluhan
atau Banding atau banding selambat- lambatnya 20 (dua
b. Tim Ad Hoc Penyelesaian Keluhan atau Banding p u l u h ) h a r i ka l e n d e r te r h i t u n g s e j a k
berjumlah ganjil, sekurang-kurangnya berjumlah 3 diterimanya laporan keluhan atau banding
( ga) orang yang memiliki kompetensi sesuai b. Dalam hal keluhan atau banding yang ditujukan
dengan materi keluhan atau banding kepada LPPHPL dan/atau LVLK dak dapat
c. Anggota Tim Ad Hoc Penyelesaian Keluhan atau diselesaikan oleh LPPHPL dan/atau LVLK,
Banding, harus: keluhan atau banding dapat diajukan kepada
· Independen, dengan membuat pernyataan KAN, dengan tembusan kepada Menteri c.q.
ke dakberpihakan Direktur Jenderal PHPL
· Memiliki kemampuan melakukan penilaian c. Keluhan atau banding kepada KAN diselesaikan
atas informasi yang disampaikan pada materi sesuai dengan ketentuan KAN
keluhan atau banding d. Selama proses penyelesaian keluhan atau
· Memahami sistem penilaian kinerja PHPL dan banding, S-PHPL atau S-LK yang telah
verifikasi LK diterbitkan tetap berlaku
· Memiliki wawasan interdisipliner dan mampu
bekerja sama dengan anggota lain

Anda mungkin juga menyukai