Anda di halaman 1dari 6

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : 358/Kpts-II/2005 TENTANG PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN KEPADA PT. INHUTANI III UNIT PELAIHARI ATAS AREAL HUTAN PRODUKSI SELUAS + 27.500 (DUA PULUH TUJUH RIBU LIMA RATUS) HEKTAR DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN MENTERI KEHUTANAN, Membaca : 1. Surat Direktur Utama PT. Inhutani III Nomor 791/Jkt tanggal 28 Oktober 2004 Perihal Permohonan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri di Provinsi Kalimantan Selatan; 2. Akta Nomor 1 tanggal 3 Januari 1999 tentang Pendirian Perseroan Terbatas (PT) Inhutani III, yang dibuat di hadapan Imas Fatimah, SH. Notaris di Jakarta, yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Akta Nomor 68 tanggal 24 Maret 1988 yang dibuat dihadapan Notaris yang sama dan telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Kehakiman dengan Keputusan Nomor C2-11978.HT.01.04.TH.98 tanggal 24 Agustus 1998. Menimbang : a. bahwa hutan produksi sebagai sumber daya alam yang mempunyai potensi ekonomi, perlu dimanfaatkan secara optimal dan lestari bagi kepentingan pembangunan ekonomi nasional; b. bahwa dalam rangka pemanfaatan sumber daya alam hutan produksi tersebut butir a, berdasarkan keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK. 433/KptsII/1992 tanggal 6 Mei 1992, PT. Inhutani III telah diberikan HPH Tanaman Industri (sementara) atas areal seluas hutan produksi seluas + 27.500 (dua puluh tujuh ribu lima ratus) hektar yang terletak di Provinsi kalimantan Selatan; c. bahwa berdasarkan hasil telaah yang dilakukan Badan Planologi Kehutanan atas areal tersebut butrir b, sesuai surat Nomor S.271/VII-KP/2005 tanggal 13 April 2005, areal yang layak dijadikan areal hutan tanaman atas nama PT. Inhutani III Unit Pelaihari adalah seluas + 27.500 (dua puluh tujuh ribu lima ratus) hektar, termasuk didalamnya buffer zone Taman Wisata Alam Pelaihari seluas + 1.310 (seribu tiga ratus sepuluh) hektar; d. bahwa berdasarkan penilaian Departemen Kehutanan melalui Lembaga Penilai Independen (LPI) Mampu, kondisi dan potensi areal huruf c, telah memenuhi syarat sesuai ketentuan yang berlaku dan layak untuk dibebani Izin Usaha pemanfaatan Hasil hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Tanaman; e. bahwa PT. Inhutani III Unit Pelaihari telah memenuhi persyaratan yang ditentukan, sehingga kepadanya dapat diberikan IUPHHK pada Hutan Tanaman atas areal hutan produksi seluas 27.500 (dua puluh tujuh ribu lima ratus) hektar di Provinsi Kalimantan Selatan; f. bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, maka dipandang perlu menetapkan Keputusan Menteri Kehutanan tentang Pemberian Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman kepada PT. Inhutani III Unit Pelaihari atas areal hutan produksi seluas 27.500 (dua puluh tujuh ribu lima ratus) hektar di Provinsi Kalimantan Selatan. Mengingat...

Mengingat

1. Undang-undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria; 2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1967 jo Undang-undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing; 3. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 jo. Undang-undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri; 4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Perindustrian; 5. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya; 6. Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang; 7. Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Pajak; Negara Bukan

8. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup; 9. Undang-undang RI Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penentapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tantang Perubahan atas Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-undang; 10. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Keuangan Negara; 11. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 12. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 1997 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak; 14. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 1998 tentang Provisi Sumber Daya Hutan; 15. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 1998 jis. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 1999 dan Peraturan Pemerintah Nomor 92 Tahun 1999 tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang Berlaku pada Departemen Kehutanan dan Perkebunan; 16. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan; 17. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom; 18. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan; 19. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2002 tentang Dana Reboisasi; 20. Peraturan Pemerintah Kehutanan; Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan

21. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan; 22. Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan Kawasan Lindung; 23. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu; 24. Peraturan...

24. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia; 25. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia; 26. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 70/Kpts-II/1995 jo. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 246/Kpts-II/1996 tentang Pengaturan Tata Ruang Hutan Tanaman Industri; 27. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 602/Kpts-II/1998 jo Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 622/Kpts-II/1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Upaya Pengelolaan Lingkungan Hutan dan Upaya Pemantauan Lingkungan Pembangunan Kehutanan; 28. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 309/Kpts-II/1999 jo. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 10172/Kpts-II/2002 tentang Sistem Silvikultur dan Daur Tanaman pokok dalam Pengelolaan Hutan Produksi; 29. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 6887/Kpts-II/2002 jis Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 10031/Kpts-II/2002 dan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 59/Kpts-II/2003 tentang Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif atas Pelanggaran izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu, Izin Pemungutan Hasil Hutan, dan Izin Usaha Industri Primer Hasil Hutan; 30. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 124/Kpts-II/2003 jis Nomor SK.445/Kpts-II/2004 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pengenaan, Pemungutan, Pembayaran Penyetoran Provisi Sumber Daya Hutan; 31. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 126/Kpts-II/2003 sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri kehutanan Nomor P.18/Menhut-II/2005 tentang Penatausahaan Hasil Hutan; 32. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 128/Kpts-II/2003 jis Nomor 446/KptsII/2003 tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Pengenaan, Pemungutan, Pembayaran dan Penyetoran Dana Reboisasi; 33. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 151/Kpts-II/2003 jis. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.45/Menhut-II/2004 dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.08/Menhut-II/2004 tentang Rencana Kerja, Rencana Kerja Lima Tahun, Rencana Kerja Tahunan dan Bagan Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman; 34. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 177/Kpts-II/2003 tentang Kriteria dan Indikator Pengelolaan Hutan Secara Lestari pada Unit Manajemen Usaha Pemanfaatan Hutan Tanaman; 35. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 292/Kpts-II/2003 tentang Penyelenggaraan Kerjasama Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan atau Bukan Kayu di Hutan Produksi Dengan Koperasi; 36. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 427/Kpts-II/2003 tentang Kriteria, Indikator dan Petunjuk Teknis Penilaian Sistem Silvikultur Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB) pada Hutan Tanaman; 37. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 428/Kpts-II/2003 jo. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.401/Menhut-II/2004 tentang Izin Peralatan untuk Kegiatan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHHK) pada Hutan Alam dan atau Hutan Tanaman atau Kegiatan Izin Pemanfaatan Kayu (IPK); 38. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.352/Menhut-II/2004 tentang Izin Pembuatan dan Penggunaan Koridor untuk Kegiatan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Alam atau Hutan Tanaman; 39. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.13/Menhut-II/2005 jis Nomor P.17/Menhut-II/2005 dan Nomor P.35/Menhut-II/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen; Memperhatikan...

Memperhatikan :

a. Rekomendasi Gubernur Kalimantan Selatan Nomor 522/01406/Eko tanggal 29 April 2000; b. Persetujuan Dokumen Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL), dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) HPH Tanaman atas nama PT. Inhutani III Unit Pelaihari dari Ketua Komisi Pusat Amdal Departemen Kehutanan dan Perkebunan Nomor 499/MenhutbunII/2000 tanggal 4 Mei 2000; c. Persetujuan Studi Kelayakan (FS) Pembangunan Hutan Tanaman atas nama PT. Inhutani III Unit Pelaihari dari Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor 611/VI-PHT/2002 tanggal 20 Mei 2002. MEMUTUSKAN :

Menetapkan KESATU

: : Memberikan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Tanaman kepada PT. Inhutani III Unit Pelaihari atas areal hutan produksi yang terletak di Kabupaten Tanah laut, Provinsi Kalimantan Selatan, dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Areal Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Tanaman seluas 27.500 (dua puluh tujuh ribu lima ratus) hektar, termasuk didalamnya daerah penyangga (buffer zone) Taman Wisata Alam Pelaihari seluas + 1.310 (seribu tiga ratus sepuluh) hektar, sebagaimana terlukis dalam peta lampiran Keputusan ini; 2. Terhdap daerah penyangga (buffer zone) sebagaimana dimaksud pada angka 1 diatas dapat ditanami, tetapi tidak boleh diekploitasi dan pengamanannya menjadi tanggung jawab pemegang izin; 3. Luas dan letak definitif areal kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) pada Hutan Tanaman ditetapkan oleh Departemen Kehutanan setelah dilaksanakan pengukuran dan penataan batas di lapangan.

KEDUA

PT. Inhutani III Unit Pelaihari sebagai Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman berhak : 1. Melakukan kegiatan sesuai dengan izin yang tertuang dalam Keputusan ini; 2. Memperoleh manfaat dari hasil usahanya.

KETIGA

PT. Inhutani III Unit Pelaihari sebagai Pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman harus memenuhi kewajiban sebagai berikut : 1. Membuat dan menyerahkan : a. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKUPHHK) pada Hutan Tanaman untuk seluruh areal kerja selama jangka waktu berlakunya izin selambat-lambatnya 1 (satu) tahun setelah izin diberikan; b. Rencana Kerja Lima Tahun Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKLUPHHK) pada Hutan Tanaman 5 (lima) bulan sejak RKUPHHK disahkan; c. Rencana Kerja Tahunan Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (RKTUPHHK) pada Hutan Tanaman sesuai dengan pedoman yang ditetapkan, dan diajukan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum RKT tahun berjalan. 2. Melakukan sistem silvikultur Tebang Habis Permudaan Buatan (THPB) sesuai lokasi dan jenis tanaman yang dikembangkan 3. Melakukan penatausahaan hasil hutan sesuai ketentuan yang berlaku. 4. Melakukan penatausahaan keuangan kegiatan usahanya sesuai standar akuntansi kehutanan yang berlaku (PSAK 32) 5. Menyediakan dan memasok bahan baku kayu kepada industri primer hasil hutan. Pembangunan...

6. Pembangunan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk melaksanakan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada Hutan Tanaman. 7. Melakukan kegiatan secara nyata dan bersungguh-sungguh dalam waktu 180 (seratus delapan puluh) hari sejak izin diterbitkan. 8. Melakukan penanaman pada Hutan Tanaman paling sedikit 50 (lima puluh) persen dari luas tanaman yang ditanam berdasarkan daur tanaman luas areal dalam waktu paling lambat 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya Keputusan ini. 9. Menggunakan peralatan kerja yang jumlah dan atau jenisnya sesuai dengan izin yang diberikan. 10. Melakukan pengukuran dan pengujian hasil hutan kayu sesuai ketentuan yang berlaku. 11. Melakukan kerjasama dengan Koperasi masyarakat setempat paling lambat 1 (satu) sejak izin diterbitkan. Kerjasama dapat berupa penyertaan saham atau kerjasama dalam usaha pada segmen kegiatan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada Hutan Tanaman. 12. Melaksanakan kegiatan usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam dengan kemampuan sendiri, meliputi kegiatan-kegiatan pemanenan atau penebangan, penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pengolahan dan pemasaran hasil hutan kayu sesuai Rencana Kerja (RK) dan Rencana Kerja Tahunan (RKT) yang disahkan, serta mematuhi peraturan perundangundangan yang berlaku. 13. Melaksanakan penataan batas areal kerjanya paling lambat 3 (tiga) bulan sejak izin diterbitkan, diselesaikan dalam waktu 3(tiga) tahun dan selanjutnya ditetapkan areal kerjan definitif. 14. Melaksanakan pengaturan hasil hutan secara lestari, dengan cara penanaman kembali setelah melakaukan penebangan sesuai ketentuan yang berlaku. 15. Membuat dan menyampaikan laporan sesuai ketentuan yang berlaku. 16. Melaksanakan perlindungan hutan di areal kerjanya dari gangguan keamanan. 17. Membayar Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) atas hasil hutan kayu yang berasal dari penebangan Hutan Tanaman atau PSDH dan DR atas hasil hutan yang berasal dari Hutan Alam (land clearing), sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 18. Mempekerjakan tenaga profesional di bidang kehutanan, dan tenaga lain yang memenuhi persyaratan sesuai ketentuan yang berlaku. 19. Membantu pengembangan sosial budaya dan ekonomi (kesejahteraan) masyarakat yang berada di dalam atau di sekitar areal kerjanya. 20. Memperlancar petugas yang mengadakan bimbingan, pengawasan dan penelitian. 21. Mematuhi dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam lampiran keputusan ini akan diberikan sanksi apabila melanggar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. KEEMPAT : Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman ini : 1. IUPHHK pada hutan tanaman ini tidak dapat dipindahtangankan kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis Menteri Kehutanan; 2. Tidak boleh dikontrakkan atau diserahkan sebagian/seluruh kegiatan usahanya kepada pihak lain tanpa persetujuan tertulis dari Menteri Kehutanan. KELIMA : 1. IUPHHK pada hutan alam tidak merupakan hak kepemilikan atas kawasan hutan; 2. Areal hutan yang dibebani izin usaha pemafaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman ini tidak dapat dijadikan jaminan atau dijaminkan kepada orang lain. 3. Tanaman...

3. Tanaman yang dihasilkan dari izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman aset merupakan pemegang izin dapat dijadikan agunan sepanjang izin masih berlaku. KEENAM

1. Apabila di dalam areal izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam terdapat lahan yang telah menjadi tanah milik, perkampungan, tegalan, persawahan atau telah diduduki dan digarap oleh pihak ketiga, maka lahan tersebut dikeluarkan dari areal kerja izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan tanaman. 2. Apabila lahan tersebut pada butir 1 (satu) dikehendaki untuk dijadikan areal izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam, maka penyelesaiannya dilakukan oleh PT. Inhutani III Unit Pelaihari dengan pihakpihak yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundanganundangan yang berlaku.

KETUJUH

1. Minimal setiap 3 (tiga) tahun izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam ini diadakan penilaian untuk mengetahui kemampuan pengelolaannya sesuai ketentuan yang berlaku; 2. Pemegang izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu pada hutan alam dalam Keputusan ini akan dikenakan sanksi apabila melanggar ketentuan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

KEDELAPAN KESEMBILAN

: :

Keputusan ini dan lampiran-lampiranya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan sampai dengan tanggal 6 Mei 2092, kecuali apabila diserahkan kembali oleh pemegang izin yang bersangkutan atau dicabut oleh Menteri Kehutanan. Ditetapkan di : J A K A R T A Pada tanggal : 13 Oktober 2005

Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Biro Hukum dan Organisasi, ttd. SUPARNO, SH. NIP.080068472

MENTERI KEHUTANAN,

ttd. H.M.S.KABAN, SE, M.Si

Salinan Keputusan ini disampaikan Kepada Yth. : 1. Menteri Negara Koordinator Bidang Perekonomian; 2. Menteri Dalam Negeri; 3. Menteri Keuangan; 4. Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi; 5. Menteri Perdagangan; 6. Menteri Perindustrian; 7. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal; 8. Kepala Badan Pertanahan Nasional; 9. Pejabat Eselon I Lingkup Departemen Kehutanan; 10. Gubernur Kalimantan Selatan; 11. Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Selatan; 12. Kepala Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional III; 13. Bupati Tanah Laut; 14. Direktur Utama PT. Inhutani III. Lampiran...

Anda mungkin juga menyukai