TENTANG
BUPATI MEMPAWAH,
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Bagian Kesatu
Pengertian
Pasal 1
6. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,
tempat manusia dan makhluk lain hidup,melakukan kegiatan, dan
memelihara kelangsungan hidupnya.
10. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah
yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan
ruang untuk fungsi budidaya.
16. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disingkat RTRW adalah
rencana struktur tata ruang wilayah yang mengatur struktur dan pola
ruang wilayah Kabupaten Mempawah.
17. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung atau budidaya.
18. Kawasan Lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya
alam, sumber daya buatan.
21. Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi
sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lainnya tidak
dapat dipisahkan.
22. Hutan Negara adalah hutan yang berada pada tanah yang tidak
dibebani hak atas tanah.
23. Hutan Hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak
atas tanah.
24. Hutan Adat adalah hutan negara yang berada dalam wilayah
masyarakat hukum adat.
25. Hutan Produksi adalah hutan yang terletak didalam batas-batas suatu
HPH (memiliki izin HPH) dan dikelola untuk menghasilkan kayu.
27. Hutan Konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu,
yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan
dan satwa serta ekosistemnya.
28. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu yang ditunjuk atau ditetapkan
oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan
tetap.
29. Kawasan Hutan Suaka Alam adalah hutan dengan ciri khas tertentu,
yang mempunyai fungsi pokok sebagai kawasan pengawetan
keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya, yang juga
berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan.
30. Kawasan Hutan Pelestarian Alam adalah hutan dengan ciri khas
tertentu, yang mempunyai fungsi pokok perlindungan sistem penyangga
kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa,
serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan
ekosistemnya.
31. Kawasan Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat
khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar
maupun bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan
erosi, serta memelihara kesuburan tanah.
33. Taman Buru adalah kawasan hutan yang ditetapkan sebagai tempat
wisata berburu.
36. Pertanian Lahan Kering adalah sebidang tanah yang dalam keadaan
alamiah memiliki kondisi antara lain peka terhadap erosi, terutama bila
tanahnya miring atau tidak tertutup vegetasi, tingkat kesuburan
tanahnya rendah, air merupakan faktor pembatas dan biasanya
tergantung dari curah hujan, lapisan olah dan lapisan tanah di
dalamnya (top soil dan sub soil) memiliki kelembaban yang amat
rendah.
37. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dan semua benda, daya,
keadaan dan makhluk hidup termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejahteraan manusia
serta makhluk hidup lain.
44. Kawasan Suaka Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu baik di
darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
kawasan pengawetan keragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta
ekosistemnya.
45. Kawasan Pelestarian Alam dan Cagar Budaya adalah kawasan dengan
ciri khas tertentu, baik di daratan maupu di perairan yang mempunyai
fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan
keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara
lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
46. Daerah Aliran Sungai yang selanjutnya disingkat DAS adalah suatu
wilayah tertentu yang bentuk dan sifat alamnya merupakan satu
kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya yang berfungsi
menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air lainnya
dan kemudian mengalirkannya melalui sungai utama ke laut.
47. Sempadan Sungai adalah kawasan sepanjang kanan kiri sungai, yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
sungai.
49. Kawasan Sekitar Mata Air adalah kawasan di sekeliling mata air yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi
mata air.
50. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disingkat RTH adalah area
memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam.
51. Kawasan Cagar Alam adalah kawasan suaka alam yang karena kondisi
alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya
atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya
berlangsung secara alami.
53. Kawasan Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam yang
terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam.
60. Kawasan Rawan Banjir adalah daratan yang berbentuk flat, cekungan
yang sering atau berpotensi menerima aliran air permukaan yang relatif
tinggi dan tidak dapat ditampung oleh drainase atau sungai, sehingga
melimpah ke kanan dan ke kiri serta menimbulkan masalah yang
merugikan manusia.
66. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disingkat PKL adalah kawasan
perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kabupaten/kota atau beberapa kecamatan.
67. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disingkat PPK merupakan
kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala
kecamatan atau beberapa desa;
75. Stasiun Kereta Api Umum adalah stasiun kereta api yang berfungsi
untuk keperluan naik turun penumpang sekurang-kurangnya
dilengkapi fasilitas keselamatan, keamanan, kenyamanan, naik turun
penumpang, penyandang cacat, kesehatan dan fasilitas umum.
76. Stasiun Kereta Api Khusus adalah stasiun kereta api yang berfungsi
untuk keperluan bongkar muat barang dilengkapi dengan fasilitas
keselamatan, keamanan, bongkat muat barang, fasilitas umum.
77. Rel Kereta Api adalah dua batang rel kaku yang sama panjang dipasang
pada bantalan sebagai dasar landasan untuk mengarahkan/memandu
kereta api tanpa memerlukan pengendalian.
83. Sistem Jaringan Jalan adalah satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri
dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder
yang terjalin dalam hubungan hirarki.
84. Fungsi Jalan adalah pergerakan pada lalu lintas dan angkutan jalan,
yang dibedakan atas arteri, kolektor, lokal dan lingkungan.
85. Jalan Arteri Primer adalah Jalan yang dikembangkan untuk melayani
dan menghubungkan kota-kota antar pusat kegiatan nasional, antar
pusat kegiatan nasional dan pusat kegiatan wilayah, dan antar kota
yang melayani kawasan berskala besar dan atau cepat berkembang dan
atau pelabuhan-pelabuhan utama.
89. Jalan Lokal adalah Jalan yang melayani angkutan setempat dengan
ciri-ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah
jalan masuk tidak dibatasi.
90. Jalan Lokal Primer adalah menghubungkan secara berdaya guna pusat
kegiatan nasional dengan pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan
wilayah dengan pusat kegiatan lingkungan, antarpusat kegiatan lokal,
atau pusat kegiatan lokal dengan pusat kegiatan lingkungan, serta
antarpusat kegiatan lingkungan.
Bagian Kedua
Fungsi RTRW
Pasal 2
Pasal 3
Pasal 4
(1) RTRW mencakup ruang darat, ruang perairan, dan ruang termasuk
ruang didalam bumi menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
(2) RTRW sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup wilayah
administratif:
a. Kecamatan Sungai Kunyit;
b. Kecamatan Mempawah Hilir;
c. Kecamatan Mempawah Timur;
d. Kecamatan Sungai Pinyuh;
e. Kecamatan Anjongan;
f. Kecamatan Toho;
g. Kecamatan Sadaniang;
h. Kecamatan Segedong; dan
i. Kecamatan Siantan.
(3) Batas wilayah perencanaan RTRW sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup:
a. sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bengkayang;
b. sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Kubu Raya dan Kota
Pontianak;
c. sebelah barat berbatasan dengan Selat Karimata; dan
d. sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Landak.
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Bagian Keempat
Rencana Pengembangan Sistem Pusat Kegiatan
Pasal 9
Bagian Kelima
Rencana Sistem Jaringan Prasarana Utama
Pasal 10
Paragraf 1
Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pasal 11
Pasal 12
Pasal 13
Pasal 14
Pasal 15
(4) Penambahan alur pelayaran selain sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diatur dengan Peraturan Bupati.
Bagian Keenam
Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Lainnya
Pasal 16
Pasal 18
Pasal 19
Pasal 20
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
Pasal 25
Pasal 27
Pasal 28
Pasal 30
Pasal 31
Pasal 32
Pasal 33
Pasal 35
Pasal 36
Pasal 37
Pasal 38
Pasal 39
Pasal 40
Pasal 41
Paragraf 2
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk
Sistem Jaringan Transportasi Darat
Pasal 42
Paragraf 3
Pasal 43
Paragraf 4
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk
Sistem Jaringan Energi
Pasal 44
Paragraf 5
Ketentuan Umum Pengaturan Zonasi Untuk
Sistem Jaringan Telekomunikasi
Pasal 45
Paragraf 6
Ketentuan Umum Pengaturan Zonasi Untuk
Sistem Jaringan Sumber Daya Air
Pasal 46
Ketentuan Peraturan zonasi untuk sistem jaringan sumber daya air pada
wilayah sungai disusun dengan memperhatikan :
a. pemanfaatan ruang pada kawasan di sekitar wilayah sungai dengan
tetap menjaga kelestarian lingkungan dan fungsi lindung kawasan;
b. pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai lintas kabupaten secara
selaras dengan pemanfaatan ruang pada wilayah sungai di kabupaten
yang berbatasan; dan
c. pemanfaatan ruang sekitar sungai dapat dilakukan pada jarak 50 meter
dari sungai besar dan 10 meter dari sungai kecil.
Paragraf 7
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Pola Ruang
Pasal 47
Paragraf 8
Ketentuan Umum Peraturan Zonasi Untuk Kawasan Lindung
Pasal 48
Paragraf 9
Ketentuan Umum Pengaturan Zonasi Untuk
Kawasan Budidaya
Pasal 49
Pasal 50
Pasal 51
Pasal 53
(2) Setiap orang atau badan hukum yang memerlukan tanah dalam rangka
penanaman modal wajib memperoleh ijin pemanfaatan ruang dari
Bupati.
Pasal 54
Pasal 55
(1) Ijin alih fungsi lahan / penggunaan tanah adalah ijin yang diberikan
kepada orang atau badan hukum untuk mengubah peruntukan lahan
dari fungsi lindung ke budidaya, atau dari budidaya non terbangun
menjadi budidaya terbangun.
(2) Ijin alih fungsi lahan/penggunaan tanah diperlukan pada lokasi yang
belum memiliki rencana tata ruang rinci dan peraturan zonasi, dan
dilakukan sebelum atau bersamaan dengan proses ijin lokasi.
Pasal 56
(1) Izin lokasi adalah ijin yang diberikan kepada orang atau badan hukum
untuk memperoleh tanah/pemindahan hak atas tanah/menggunakan
tanah yang diperlukan dalam rangka penanaman modal.
Pasal 57
(1) Izin Penggunaan Pemanfaatan Tanah adalah izin yang diberikan kepada
pengusaha untuk kegiatan pemanfaatan ruang dengan kriteria batasan
luasan tanah lebih dari 5.000 m2.
Pasal 58
(1) Izin Mendirikan Bangunan Gedung adalah izin yang diberikan kepada
pemilik bangunan gedung untuk membangun baru, mengubah,
memperluas, mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung sesuai
dengan ketentuan peraturan perundangan.
Pasal 59
(1) Izin lainnya terkait pemanfaatan ruang adalah ketentuan izin usaha
pertambangan, perkebunan, pariwisata, industri, perdagangan dan
pengembangan sektoral lainnya, yang disyaratkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan.
Pasal 60
Pasal 61
Pasal 62
(1) Insentif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1). dapat berupa
insentif fiskal dan/atau insentif non fiskal.
(2) Insentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. pemberian keringanan pajak; dan/atau
b. pengurangan retribusi.
(3) Insentif non fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
a. pemberian kompensasi;
b. subsidi silang;
c. kemudahan perizinan;
d. imbalan;
e. sewa ruang;
f. urun saham;
g. penyediaan prasarana dan sarana;
h. penghargaan; dan/atau
i. publikasi atau promosi.
(4) Pemberian insentif fiskal sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.
(5) Ketentuan mengenai pemberian insentif non fiskal sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(6) Insentif dari Pemerintah kepada pemerintah daerah dapat berupa:
a. subsidi silang;
b.kemudahan perizinan bagi kegiatan pemanfaatan ruang yang diberikan
oleh Pemerintah;
c. penyediaan prasarana dan sarana di daerah;
d.pemberian kompensasi;
e. penghargaan dan fasilitasi; dan/atau
f. publikasi atau promosi daerah.
(7) Insentif dari pemerintah daerah kepada pemerintah daerah lainnya
dapat berupa:
a. pemberian kompensasi dari pemerintah daerah penerima manfaat
kepada daerah pemberi manfaat atas manfaat yang diterima oleh
daerah penerima manfaat;
b. kompensasi pemberian penyediaan sarana dan prasarana;
c. kemudahan perizinan bagi kegiatan yang diberikan oleh pemerintah
daerah kepada investor yang berasal dari daerah; dan/atau
d. publikasi atau promosi daerah.
(8) Insentif dari Pemerintah dan/atau pemerintah daerah kepada
masyarakat dapat berupa:
a. pemberian keringanan pajak;
b. pemberian kompensasi;
c. pengurangan retribusi;
d. imbalan;
e. sewa ruang;
f. urun saham;
g. penyediaan prasarana dan sarana; dan/atau
h. kemudahan perizinan.
Pasal 63
Pasal 65
Pasal 66
(1) Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat (2) huruf a meliputi:
a. memanfaatkan ruang dengan izin pemanfaatan ruang di lokasi yang
tidak sesuai dengan peruntukkannya;
b. memanfaatkan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang di lokasi yang
sesuai peruntukannya; dan/atau
c. memanfaatkan ruang tanpa izin pemanfaatan ruang di lokasi yang
tidak sesuai peruntukannya.
(2) Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan izin pemanfaatan ruang
yang diberikan oleh pejabat berwenang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 65 ayat (2) huruf b meliputi:
a. tidak menindaklanjuti izin pemanfaatan ruang yang telah
dikeluarkan; dan/atau
b. memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan fungsi ruang yang
tercantum dalam izin pemanfaatan ruang.
(3) Pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan persyaratan izin yang
diberikan oleh pejabat yang berwenang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 65 ayat (2) huruf c meliputi:
a. melanggar batas sempadan yang telah ditentukan;
b. melanggar ketentuan koefisien lantai bangunan yang telah
ditentukan;
c. melanggar ketentuan koefisien dasar bangunan dan koefisien dasar
hijau;
d. melakukan perubahan sebagian atau keseluruhan fungsi bangunan;
e. melakukan perubahan sebagian atau keseluruhan fungsi lahan;
dan/atau
f. tidak menyediakan fasilitas sosial atau fasilitas umum sesuai dengan
persyaratan dalam izin pemanfaatan ruang.
(4) Menghalangi akses terhadap kawasan yang dinyatakan oleh peraturan
perundang -undangan sebagai milik umum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 65 ayat (2) huruf d meliputi:
a. menutup akses ke pesisir pantai, sungai, danau, situ, dan sumber
daya alam serta prasarana publik;
b. menutup akses terhadap sumber air;
c. menutup akses terhadap taman dan ruang terbuka hijau;
d. menutup akses terhadap fasilitas pejalan kaki;
e. menutup akses terhadap lokasi dan jalur evakuasi bencana;
dan/atau
f. menutup akses terhadap jalan umum tanpa izin pejabat yang
berwenang.
Bagian Ketujuh
Kriteria dan Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif
Pasal 67
Pasal 68
Pasal 69
Pasal 70
Pasal 71
Bagian Ke Delapan
Pasal 72
Kewajiban Pemerintah
BAB II
KELEMBAGAAAN PENATAAN RUANG
Pasal 73
Pasal 74
(3) Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Daerah disusun untuk semua
kawasan strategis Daerah yang ditetapkan.
Pasal 75
(1) Peraturan daerah tentang RTRW dilengkapi dengan Rencana dan Album
Peta sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini.
(2) Jangka Waktu RTRW adalah 20 (dua puluh) tahun dan dapat ditinjau
kembali 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Pasal 76
Pasal 77
Pasal 78
Ditetapkan di Mempawah
pada tanggal 23 Juni 2014
BUPATI MEMPAWAH ,
RIA NORSAN