Anda di halaman 1dari 43

IMPLEMENTASI UU NO 11 TAHUN 2020 DAN

PERATURAN PELAKSANAANNYA DI BIDANG


LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

DALAM RANGKA PENYELESAIAN KEBUN


SAWIT TERBANGUN DALAM KAWASAN HUTAN

DISAMPAIKAN OLEH:
SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP
DAN KEHUTANAN
JULI 2021

1
ARAHAN PRESIDEN 2

Pidato Presiden RI Pada Sidang Paripurna MPR RI Dalam Rangka Pelantikan


Presiden dan Wakil Presiden Periode 2019-2024 pada tanggal 20 Oktober 2019
menyampaikan:

“Pemerintah akan mengajak DPR untuk menerbitkan dua Undang-


Undang besar. Yang pertama, Undang-Undang Cipta Lapangan Kerja.
Yang kedua, Undang-Undang Pemberdayaan UMKM. Masing-masing
Undang-Undang tersebut akan menjadi Omnibus Law, yaitu satu
Undang-Undang yang sekaligus merevisi beberapa Undang-Undang”

2
3

3
4

4
Bidang LHK dalam UU Cipta Kerja 11 Tahun 2020
UU 18 Tahun 2013
Terdapat 20 Pasal yang dilakukan
UU No. 41 Tahun 1999
penyesuaian norma, penghapusan norma,
dan penambahan norma baru

UU 32 Tahun 2009 PP 23 TAHUN


UU Nomor 41 Tahun 1999 Kehutanan 2021
Terdapat 44 Pasal yang dilakukan
penyesuaian norma, penghapusan norma,
dan penambahan norma baru

Kementerian LHK UU Nomor 32 Tahun 2009 PPLH PP 22 TAHUN


2021

UU 41 Tahun 1999
Terdapat 19 Pasal yang dilakukan
penyesuaian norma, penghapusan norma,
dan penambahan norma baru PP 24 TAHUN
UU Nomor 18 Tahun 2013
2021

5
MANFAAT UU CIPTA KERJA 11 TAHUN 2020

Perlindungan Usaha Kesejahteraan


Kehutanan Masyarakat

• Penataan
Kewenangan Investasi &
• Penyederhanaan Bisnis Produksi &
Perizinan Berusaha Meningkat Pendapatan
Meningkat
• Perizinan berbasis • Kemudahan
• Membuka dan perizinan ekspor
risiko (Risk Based memberikan • Bantuan Sarana • Penataan kemitraan • Hilirisasi
Approach) kemudahan • Penyerapan antara Masyarakat komoditas
investasi tenaga kerja dengan pelaku usaha
Iklim Investasi • Daftar Prioritas • Peningkatan mutu dan
Lebih Kondusif kualitas
Investasi Kesempatan Kerja Ekspor Produk
Meningkat Meningkat

Kemudahan Kesempatan Kerja


Berusaha Peningkatan Devisa

6
7

7
8

8
PP 23 tahun 2021 PENYELENGGARAAN KEHUTANAN

Bab I Ketentuan Umum Bab VI Pengelolaan Perhutanan Sosial


Bab II Perencanaan kehutanan Bagian Ke-1 Umum
Bagian Ke-1 Umum Bagian Ke-2 Hutan Desa
Bagian Ke-2 Inventarisasi Hutan Bagian Ke-3 Hutan Kemasyarakatan
Bagian Ke-3 Pengukuhan Kawasan Hutan Bagian Ke-4 Hutan Tanaman Rakyat
Bagian Ke-4 Penatagunaan Kawasan Hutan Bagian Ke-5 Hutan Adat
Bagian Ke-5 Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan Bab VII Perlindungan Hutan
Bagian Ke-6 Prosedur Pembentukan KPHK, KPHL dan KPHP Bab VIII Pengawasan
Bagian Ke-7 Kecukupan Luas Kawasan Hutan dan Penutupan Lahan
Bagian Ke-8 Penyusunan Rencana Kehutanan Bab IX Sanksi Administratif
Bagian Ke-1 Penerapan Sanksi Administratif
Bab III Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Bagian Ke-2 Sanksi Administratif Perubahan Peruntukan
Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Kawasan Hutan
Bagian Ke-1 Umum Bagian Ke-3 Sanksi Administratif Penggunaan Kawasan Hutan
Bagian Ke-2 Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan Bagian Ke-4 Sanksi Administratif Pemanfaatan Hutan
Bagian Ke-3 Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Bagian Ke-5 Sanksi Administratif Pengolahan Hasil Hutan
Bab IV Penggunaan kawasan hutan Bagian Ke-6 Sanksi Administratif Pengelolaan Perhutanan
Bagian Ke-1 Umum Sosial
Bagian Ke-2 Tata Cara Penggunaan Kawasan Hutan Bagian Ke-7 Sanksi Administratif Perlindungan Hutan
Bagian Ke-3 Kawasan Hutan dengan Tujuan Tertentu Bab X Ketentuan Lain Lain
Bab V Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Bab XI Ketentuan Peralihan
Pengelolaan Hutan Serta Pemanfaatan Hutan Bab XII Ketentuan Penutup
Bagian Ke-1 Tata Hutan
Bagian Ke-2 Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan
Bagian Ke-3 Pemanfaatan Hutan
9
PENYUSUNAN PERMEN PERENCANAAN KEHUTANAN, PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN,
DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN

Bab II Perencanaan kehutanan 1. Permenlhk Inventarisasi Dan Pemantauan


Bagian Ke-1 Inventarisasi Hutan 2. Permenhut No 6 Tahun 2009 Tentang Pembentukan Wilayah KPH
Bagian Ke-2 Pengukuhan Kawasan Hutan 3. Permenhut 43 Tahun 2013 Penataan Batas Areal Kerja Izin Pemanfaatan Hutan,
Bagian Ke-3 Penataan Kawasan Hutan Persetujuan Prinsip Penggunaan Kawasan Hutan, dan Pelepasan Kawasan Hutan
Bagian Ke-4 Pembentukan Wilayah Pengelolaan Hutan 4. Permenhut 44 Tahun 2012 Pengukuhan Kawasan Hutan
Bagian Ke-5 Kecukupan luas Kawasan hutan dan penutupan 5. Permenlhk 93 2016 tentang panitia tata batas Kawasan hutan
hutan 6. Permenlhk Kecukupan Luas Kawasan Hutan
Bagian Ke-6 Penyusunan Rencana Kehutanan 7. Permelhk Penataan Kawasan Hutan
8. Permenlhk 17 Tahun 2018 Tentang Tata Cara Pelepasan Kawasan Hutan Dan Perubahan
Batas Kawasan Hutan Untuk Sumber Tanah Obyek Reforma Agraria
Bab III Perubahan peruntukan kawasan hutan dan
9. Permenhut 42 Tahun 2010 Tentang Sistem Perencanaan Hutan
perubahan fungsi kawasan hutan
Bagian Ke-1 Umum 1. Permenlhk 96 Tahun 2018 Tentang Tata Cara Pelepasan Kawasan Hutan
Bagian Ke-2 Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan 2. Permenlhk 97 Tahun 2018 Tentang Tata Cara Tukar Menukar Kawasan Hutan
Bagian Ke-3 Perubahan Fungsi Kawasan Hutan Parsial 3. Permenhut 34 Tahun 2010 Tentang Tata Cara Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
Bagian Ke-4 Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan Provinsi
Bagian Ke-5 Pemanfaatan Kayu 1. PermenlhPermenlhk 27 Tahun 2019 Tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan
Bagian Ke-6 Sistem Infomasi 2. Permenlhk 24 Tahun 2020 Tentang Penyediaan Kawasan Hutan Untuk Pembangunan Food
Bagian Ke 7 Monitoring dan Evaluasi Estate

3. Permenlhk 65 Tahun 2020 Tentang Penyelesaian Pemukiman Di Dalam Kawasan Hutan


Bab IV Penggunaan kawasan hutan 4. Permenhk 81 Tahun 2016 Tentang Kerjasama Pangan
Bagian Ke-1 Umum 5. Permenlhk KHDPK
Bagian Ke-2 Tata Cara Penggunaan Kawasan Hutan
Bagian Ke-3 Kawasan Hutan dengan Tujuan Tertentu : Peraturan di Direktorat Pengukuhan dan penatagunaan
10 Kawasan
10
11
11
Asas dan Pendekatan Penegakan Hukum Bidang LHK

1) Penguatan penerapan asas penegakan hukum ultimum remedium dalam UU Cipta Kerja untuk
meningkatkan aspek kepastian hukum dan kemanfaatan penegakan hukum di bidang LHK.
Penerapan asas ultimum remedium dalam UU Cipta Kerja dilakukan melalui penerapan sanksi
administratif atas ketidakpatuhan dan/atau pelanggaran tertentu terhadap peraturan perundangan
lingkungan hidup dan kehutanan, seperti pelanggaran yang bersifat delik formil dan
ketidaksengajaan. Penerapan ultimum remedium ini akan lebih meningkatkan efektifitas
penegakan hukum di bidang lingkungan hidup dan kehutanan karena proses lebih cepat
dibandingkan dengan penegakan hukum melalui penerapan sanksi pidana (primum remedium).
2) Penerapan prinsip kehati-hatian untuk mewujudkan asas keadilan berkaitan penerapan asas ultimum
remedium dalam UU Cipta Kerja. Norma-norma yang mengatur tentang penerapan asas ultimum remedium
melalui pengenaan sanksi administratif dalam UU Cipta Kerja telah disesuaikan dengan jenis dan tingkat
ketidakpatuhan dan/atau pelanggaran yang dilakukan.
3) Pemisahan penerapan sanksi administratif sebagai penerapan ultimum remedium dan penerapan sanksi
pidana pidana sebagai penerapan primum remedium yang jelas dalam UU Cipta Kerja.
4) Dalam UU Cipta kerja ini adanya norma untuk memberikan ruang guna melindungi aktivitas masyarakat yang
bertempat tinggal di dalam dan di sekitar Kawasan hutan dalam kurun waktu yang panjang (sejak lama).
12
PERUBAHAN PERUNTUKAN
DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

13
13
PERUBAHAN PPFKH
1 2 3
Pelepasan PSN, PEN,
Penghapusan Mekanisme Ketahanan Pangan dan
Tukar Menukar Kawasan Penghapusan DPCLS Energi, TORA dan Keg yg telah
Hutan terbangun dan memiliki izin
dalam KH sebelum UU Ck
dapat di HP dan HPK

4 5
Pemegang persetujuan
Keputusan Menteri terhadap
Pelepasan Kawasan Hutan
hasil penelitian terpadu =
dikenakan PNBP Pelepasan
“Kata Berdasarkan menjadi
Kawasan Hutan senilai
Pertimbangan”
Kawasan Hutan yang
dilepas

14
PERUBAHAN PPFKH..2
6 Mekanisme Pengadaan Lahan Untuk Kepentingan Umum 6

PEMERINTAH SWASTA

Pelepasan kawasan TIDAK


PERMANEN PERMANEN
hutan Pelepasan
kawasan P2KH
HP HPK
hutan
15
PERUBAHAN PPFKH..3

7 8 9 10
Pelepasan Kawasan KLHS dalam Pengelolaan lahan Kegiatan PSN,
Hutan rangka PPFKH hasil Pelepasan KH PEN, ketahanan
memperhatikan pada skala untuk keg usaha pangan (food
DDDT LH dilengkapi provinsi yang yg telah terbangun estate) dan
KLHS. Kecuali TORA merupakan bag dan memiliki energi, dan TORA
dan kegiatan usaha dari proses review perizinan di dlm KH dapat memulai
yang telah RTRWP, sebelum kegiatan
terbangun dan menggunakan berlakunya UU CK bersamaan
memiliki perizinan di KLHS RTRWP yang mengacu pada dengan kegiatan
dalam KH sebelum disusun asas KTA serta tata batas
UU CK. pemrakarsa memperhatikan
DDDT LH

16
PERUBAHAN PPFKH..3

10 11
Kegiatan PSN, Menteri LHK berkoordinasi dengan Menteri yang
PEN, ketahanan menangani bidang Pertanahan dan Menteri yang
pangan (food menangani bidang Pertanian melakukan evaluasi setiap
estate) dan 3 (tiga) tahun terhadap kawasan hutan
energi, dan TORA yang telah dilepaskan dan dalam hal hasil evaluasi
dapat memulai Kawasan Hutan yang telah dilepaskan dan belum
kegiatan diterbitkan hak atas tanah serta masih berpenutupan
bersamaan hutan ditetapkan kembali oleh Menteri menjadi
dengan kegiatan Kawasan Hutan Produksi Tetap
tata batas

17
17
Sudah Terbit PermenLHK sebagai
Pelaksanaan PP No 23 Tahun 2021
Permenlhk Nomor 7 tahun 2021 Tentang Perencanaan Kehutanan,
Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Perubahan Fungsi
Kawasan Hutan, Serta Penggunaan Kawasan Hutan

Permenlhk Nomor 8 tahun 2021 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan Di Hutan Lindung Dan Hutan
Produksi

Permenlhk Nomor 9 tahun 2021 Tentang Pengelolaan Perhutanan


Sosial

18
PERATURAN PEMERINTAH NO. 24 TAHUN 2021
TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF DAN TATA CARA PENERIMAAN NEGARA
BUKAN PAJAK YANG BERASAL DARI DENDA ADMINISTRATIF DI BIDANG KEHUTANAN

19
DASAR HUKUM PP
Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha yang telah terbangun
1 Kebun sawit di kawasan
dan memiliki Perizinan Berusaha di dalam kawasan hutan sebelum
berlakunya UU ini yang belum memenuhi persyaratan sesuai hutan sebelum
dengan ketentuan PUU di bidang kehutanan, wajib menyelesaikan berlakunya UU CK
persyaratan paling lambat 3 tahun sejak UU ini berlaku
Jika setelah lewat 3 tahun sejak berlakunya Undang-Undang ini
PASAL 110A 2 tidak menyelesaikan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
Punya izin lokasi
(1), pelaku dikenai sanksi administratif, berupa: dan/atau IUP yang
a. pembayaran denda administratif; dan/atau sesuai Tata Ruang (IUP
untuk Korporasi)/
PASAL 110A
b. pencabutan Perizinan Berusaha
STD-B untuk
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif
3 masyarakat maksimal
dan tata cara penerimaan negara bukan pajak yang berasal dari denda
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam 25 ha)
ASAS HUKUM: Peraturan Pemerintah
1 Setiap orang yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud Kegiatan ilegal di dalam
ULTIMUM dalam Pasal 77 ayat (1) huruf b, huruf c, dan/atau huruf e, dan/atau Pasal kawasan hutan:
REMEDIUM & 17 ayat (2) huruf b, huruf c, dan/atau huruf e, atau kegiatan lain di
kawasan hutan tanpa memiliki Perizinan Berusaha yang dilakukan
perkebunan,
pertambangan,
RESTORATIVE sebelum berlakunya UU ini dikenai sanksi administratif, berupa: a.
penghentian sementara kegiatan usaha; b. pembayaran denda dan/atau kegiatan
JUSTICE administratif; dan/atau c. paksaan pemerintah. lainnya
Dalam hal pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
2 oleh orang perseorangan yang bertempat tinggal di dalam dan/atau
di sekitar kawasan hutan paling singkat 5 (lima) tahun secara terus
Tidak punya perizinan
PASAL 110B menerus dengan luasan paling banyak 5 (lima) hektar, dikecualikan dari
sanksi administratif dan diselesaikan melalui penataan kawasan hutan

3 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif


dan tata cara penerimaan negara bukan pajak yang berasal dari denda Dilakukan sebelum UU
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam CK terbit
Peraturan Pemerintah 20
IDENTIFIKASI PERKEBUNAN SAWIT DALAM KAWASAN HUTAN

Inpres 8/2018 tentang


3,372,615 Penundaan dan Evaluasi KRONOLOGIS
Perizinan Perkebunan Kelapa
Kebun Sawit dalam Sawit serta Peningkatan
Kawasan Hutan Produktivitas Perkebunan
Kelapa Sawit 1 Perbedaaan data luas perkebunan sawit di Indonesia

Hutan Konservasi Hutan 91,074 Ha 2 Kemenko Perekonomian melakukan inisiasi rekonsiliasi data
(HK) Lindung (HL) Hutan Konservasi perkebunan sawit nasional

Hutan Metode yang digunakan adalah menggunakan data citra satelit


Produksi
Hutan 155,119 Ha 3
Produksi resolusi tinggi dan diverifikasi dengan data lapangan
yang dapat Hutan Lindung
Tetap
Dikonversi
(HP)
(HPK)
4 Dilaksanakan Penandatanganan Berita Acara Data Sawit
501,572 Ha Nasional oleh Kementan, KLHK, ATR/BPN, BIG dan Menko
Hutan Produksi Tetap Perekonomian seluas 16,38 Jt Ha
Hutan
Produksi
Terbatas
1,497,421 Ha 5 Kementan sebagai Walidata dan ditetapkan melalui SK
Hutan Produksi No833/KPTS/SR.020/M/12/2019 tanggal 17 Des 2019 seluas
(HPT)
Terbatas 16,38 Jt Ha

KLHK, berdasarkan data nasional tersebut melakukan overlay


1,127,428 Ha 6
dengan data Kawasan hutan terakhir: data 3.37 Juta Ha
Sumber: Data Sawit Hasil Hutan Produksi yang Kebun Sawit di Kawasan Hutan
Rekonsiliasi Nasional 2019 dapat Dikonversi
21
RUANG LINGKUP PENGATURAN

BAB RUANG LINGKUP

I Ketentuan Umum 8 BAB


Inventarisasi Data dan Informasi Kegiatan
Usaha yang Telah Terbangun di Dalam
II Kawasan Hutan yang Tidak Memiliki Perizinan 61 PASAL
di Bidang Kehutanan

Tata Cara Penyelesaian Terhadap Kegiatan Usaha


Perkebunan Kelapa Sawit Yang Telah Terbangun di
III Dalam Kawasan Hutan yang Memiliki Izin Lokasi
dan/atau Izin Usaha di Bidang Perkebunan yang
Tidak Memiliki Perizinan di Bidang Kehutanan MEKANISME PENYELESAIAN
Tata Cara Pengenaan Sanksi Administratif
IV Terhadap Kegiatan Usaha di Dalam Kawasan
Hutan yang Tidak Memiliki Perizinan di Bidang Persetujuan
PASAL
Kehutanan PSDH-DR Pelepasan
110A Kawasan Hutan
V Tata Cara Perhitungan Denda Administratif

Penghentian
VI PNBP Yang Berasal Dari Denda Administratif
Sementara Kegiatan Persetujuan
PASAL & Denda Penggunaan
110B Administratif,dan Kawasan Hutan
VII Paksaan Pemerintah atau Paksaan
Pemerintah

VIII Ketentuan Penutup


22
BAB II. INVENTARISASI DATA KEGIATAN USAHA BERIZIN ATAU ILEGAL DI KAWASAN HUTAN

evaluasi data permohonan (pelepasan atau


1 tukar menukar kawasan hutan untuk
perkebunan)

2 inventarisasi terestris dan non terestris oleh: a)


Pemerintah atau b) Pemerintah dan Pemda
Kegiatan usaha perkebunan
kelapa sawit di kawasan hutan 3 operasi pengamanan Hutan
Menteri melakukan
(baik yang punya perizinan inventarisasi data &
berusaha maupun yang ilegal) informasi giat usaha di 4 pengumpulan bahan keterangan; dan/atau
Kawasan Hutan
5 pengawasan

Ditetapkan dengan 1 inventarisasi terestris dan non terestris oleh: a)


Keputusan Menteri Pemerintah atau b) Pemerintah dan Pemda

2 operasi pengamanan Hutan


Kegiatan pertambangan
dan/atau kegiatan lain di 3 pengumpulan bahan keterangan; dan/atau
dalam Kawasan Hutan
4 pengawasan

23
BAB III. TATA CARA PENYELESAIAN KEGIATAN USAHA YANG TELAH TERBANGUN DAN MEMILIKI PERIZINAN BERUSAHA DI DALAM
KAWASAN HUTAN (PENYELESAIAN SESUAI PASAL 110A UUCK)
Inisiatif sendiri
TidakTumpang
(Pasal 20) Persetujuan Pelepasan Kawasan Hutan
Kriteria Pasal 110A Permohonan Tindih dengan
Pemberitahuan Perizinan
Menteri (Pasal 19) Pemanfaatan 1. Luasan Permohonan pelepasan dikurangi
Hutan (clean and 2. Perkebunan sawit dalam Izin
• Kegiatan usaha sudah clear) Izin Pemanfaatan Hutan:
terbangun Verifikasi Pemanfaatan a. Kerja sama 1 daur 25 tahun sejak
Administratif,dan Hutan HutanTerlebih
• Memiliki izin lokasi masa tanam
dan/atau izin usaha di Teknis Produksi Tumpang
Dahulu b. Menteri fasilitasi kemitraan atau
bidang perkebunan Tindih dengan Kerja sama
yang sesuai tata ruang Perizinan
yang diterbitkan oleh Pemanfaatan IUP Terlebih 1. Luasan Izin Pemanfaatan Hutan dikurangi
Pejabat yang Hutan Dahulu 2. Persetujuan Pelepasan
berwenang (IUP/STD-B) Menteri
Menerbitkan
Perintah
Pembayaran 1. Persetujuan melanjutkan kegiatan usaha 1 daur max. 15 thn sejak
PSDH&DR TidakTumpang masa tanam: Kerja Sama/Kemitraan dengan Menteri.
PNBP KLHK Tindih dengan
Perizinan 2. Kewajiban:
Hutan Pemanfaatan a. Giat jangka benah silvikultur  tanaman kehutanan.
Lindung/ Hutan b. Dilarang replanting.

BAYAR PSDH-DR Konservasi


Skema
Penyelesaian 1. Persetujuan melanjutkan usaha 1 daur max. 15 thn sejak masa tanam.
Tumpang 2. Kerja Sama dengan Pemegang Izin Pemanfaatan Hutan
Tindih dengan Lindung/Konservasi.
Persetujuan Melanjutkan Kegiatan Usaha selama satu daur (15 tahun)
Perizinan 3. Menteri memfasilitasi Kerja sama
bagi usaha perkebunan sawit merujuk pada Putusan Mahkamah Agung 4. Kewajiban:
Pemanfaatan
Nomor 77.P/Hum/2019 tertanggal 31 Desember 2019 (Gugatan terhadap a. Giat jangka benah silvikultur  tanaman kehutanan
PP 104 Tahun 2015 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Hutan b. Dilarang replanting.
Fungsi Kawasan Hutan) 24
SANKSI ADMINISTRATIF PASAL 110A UUCK

PASAL 110A
Wajib menyelesaikan persyaratan perizinan berusaha di bidang Kehutanan paling lambat 3
Tahun sejak UUCK diundangkan 
Jika lewat dari 3 Tahun, sanksi:
- Sanksi administrasi  10 X besaran PSDH & DR, dan/atau
- Pencabutan izin

Jika sudah dicabut izinnya, maka penyelesaiannya


menggunakan mekanisme PASAL 110B

25
BAB IV. TATA CARA PENYELESAIAN KEGIATAN USAHA DI KAWASAN HUTAN TANPA MEMILIKI PERIZINAN BERUSAHA
(PENYELESAIAN SESUAI PASAL 110B UUCK)
Berdasarkan
Kriteria & Identifikasi Tidak Ada a. Bayar Denda administratif
Kepmen Penetapan
Verifikasi oleh Data & Informasi
Tumpang b. Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan
Menteri untuk Tindih c. 1 daur 25 thn sejak masa tanam (perkebunan sawit) atau sesuai
Giat Usaha Tanpa
• Tanpa Perizinan Perizinan dengan Perizinan di bidangnya untuk kegiatan pertambangan
menentukan status Izin di dalam
atau kegiatan lainnya
Berusaha Kawasan Hutan Pemanfaatan
• Dilakukan sebelum pelanggaran
Hutan
UUCK Hutan
• Kegiatan Usaha di Status Pelanggaran: a. Bayar Denda Administratif
Kawasan Hutan: Produksi b. Kerja sama dengan Pemegang Izin  Areal yang tumpang
1. Durasi waktu
Pertambangan, pelanggaran; Ada Perizinan tindih
Perkebunan, dan 2. Luasan areal yang Pemanfaatan c. 1 daur 25 thn sejak masa tanam (perkebunan sawit) atau
kegiatan lain (minyak dilanggar; Hutan sesuai dengan Perizinan di bidangnya untuk kegiatan
dan gas bumi; panas 3. Perhitungan besaran pertambangan atau kegiatan lainnya.
bumi; tambak; denda administratif d. Menteri Fasilitasi Kerja sama.
pertanian; perumahan; Bagi Badan Usaha &
wisata alam; industri; Perseorangan > 5Ha
dan/atau sarana dan
prasarana) Sanksi Administratif a. Bayar Denda Administratif
1. Penghentian b. Kewajiban mengembalikan Kawasan Hutan kepada Negara
sementara
kegiatan Hutan
PNBP KLHK 2. Perintah Lindung/ Kegiatan Strategis di Hutan Lindung (Kegiatan Migas, Panas
pembayaran Denda Konservasi Bumi, Sarana prasarana untuk kepentingan umum dan/atau
Administratif strategis, Giat Tambang: Kepres 41/2004) dapat melanjutkan
usaha dengan Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan
Masyarakat yang bertempat tinggal di dalam dan/atau di sekitar kawasan
hutan paling singkat 5 tahun secara terus menerus dengan luasan paling Khusus
banyak 5 Ha, dikecualikan dari Sanksi Administratif  Diselesaikan melalui Kegiatan Strategis Hutan Konservasi:
Program Penataan Kawasan Hutan (Migas,Panas Bumi, Sarana prasarana untuk kepentingan
umum dan/atau strategis), dapat melanjutkan usaha dengan
Perhutanan Sosial Kemitraan Konservasi TORA Izin Jasa lingkungan atau Kerja sama konservasi
26
TATA ACARA PENYELESAIAN TERHADAP KEGIATAN STRATEGIS DI KAWASAN HUTAN LINDUNG/KONSERVASI
(PENYELESAIAN SESUAI PASAL 110B UUCK)

Pelaku Usaha telah membayar Denda Administratif

KAWASAN HUTAN
KAWASAN HUTAN LINDUNG KONSERVASI

a. Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan di Kawasan


Diterbitkan Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan Hutan Konservasi
b. Kerja Sama

Jangka waktu mengikuti Perizinan Berusaha di bidangnya

Hutan
Kawasan Hutan Lindung Kawasan Hutan Konservasi Produksi/Lindung/Konservasi
Kegiatan/Usaha meliputi: Yang dimaksud dengan “sarana prasarana Kegiatan strategis dan tidak terelakkan Sarana dan prasarana kepentingan
a. minyak dan gas bumi; untuk kepentingan umum” meliputi: yang mempunyai izin di bidangnya yang umum milik Pemerintah Pusat dan
b. panas bumi; a. sarana prasarana kelistrikan; berada di dalam Kawasan Hutan Pemerintah Daerah meliputi:
c. sarana prasarana untuk kepentingan b. sarana prasarana perhubungan; Konservasi meliputi: sarana prasarana pertahanan dan
umum dan/atau strategis; dan/atau c. sarana prasarana telekomunikasi (BTS); a. wisata; keamanan;
d. kegiatan tambang sebagaimana d. sarana prasarana penunjang tambang b. panas bumi; sarana prasarana religi;
dimaksud dalam Keputusan Presiden antara lain meliputi: sarana prasarana c. sarana prasarana kelistrikan; sarana prasarana pengairan;
Nomor 41 Tahun 2004 tentang pelabuhan, terminal khusus/pelabuhan d. sarana prasarana perhubungan; sarana prasarana perhubungan untuk
Perizinan atau Perjanjian di Bidang khusus angkutan produksi, dan e. sarana prasarana telekomunikasi umum;
Pertambangan yang Berada di pengelolaan dampak kegiatan (BTS). sarana prasarana mitigasi bencana.
Kawasan Hutan. pertambangan.
27
TATA CARA PENYELESAIAN TERHADAP KEGIATAN PEMERINTAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM DI KAWASAN HUTAN
(PENYELESAIAN SESUAI PASAL 110B UUCK)

Tidak dikenakan Sanksi


PASAL 110B
Administratif Pembayaran
UUCK
Denda

Sarana
Prasarana Hutan Produksi
Persetujuan Pelepasan
Kawasan Hutan
Pemerinta
h
Penyelesaian diatur dalam
Persetujuan Penggunaan
Peraturan Perundang- Hutan Lindung
Kawasan Hutan
undangan Kehutanan

Kerja Sama Kawasan


Hutan Konservasi
Konservasi

28
PENGECUALIAN BAGI MASYARAKAT SEKITAR HUTAN

PASAL 41 PP 24/2021
Dalam hal kegiatan usaha di dalam Kawasan Hutan yang tidak memiliki Perizinan di bidang kehutanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
3 ayat (2) dilakukan oleh orang perseorangan yang bertempat tinggal di dalam dan/atau di sekitar Kawasan Hutan paling singkat 5
(lima) tahun secara terus menerus dengan luasan paling banyak 5 (lima) hektar, dikecualikan dari Sanksi Administratif dan diselesaikan
melalui penataan Kawasan Hutan -

Bertempat tinggal di dalam dan/atau di sekitar Kawasan Hutan dibuktikan dengan:


• kartu tanda penduduk
• surat keterangan tempat tinggal dan/atau domisili yang diterbitkan oleh Kepala Desa atau Lurah setempat, yang alamatnya di
dalam Kawasan Hutan atau di desa yang berbatasan langsung dengan Kawasan Hutan -

Orang perseorangan yang bertempat tinggal di dalam dan/atau di sekitar Kawasan Hutan paling singkat
5 tahun secara terus menerus
dibuktikan dengan memiliki tempat tinggal tetap dan surat keterangan yang diterbitkan oleh Kepala Desa atau Lurah setempat -

Orang perseorangan yang menguasai Kawasan Hutan dengan luasan paling banyak 5 ha dibuktikan
• dengan:
bukti penguasaan tanah;
• surat keterangan dari Kepala Desa atau Lurah setempat; atau
• surat pengakuan dan perlindungan kemitraan kehutanan termasuk di dalamnya Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) -

Pembuktian terhadap orang perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan ayat (4)
dilakukan melalui verifikasi teknis -
29
BAB VII. PAKSAAN PEMERINTAH TERHADAP PELAKU USAHA YANG TIDAK BERITIKAD BAIK MEMBAYAR DENDA ADMINISTRATIF

Paksaan Pemerintah berupa:


1. Pemblokiran
2. Pencegahan ke luar negeri
3. Penyitaan
4. Paksa Badan
MENTERI • Blokir bekerja sama
dengan OJK
SA: Denda - Blokir Rekening
Tidak Taat Paksaan • Pencegahan bekerja
Administratif - Pencegahan sama dengan Ditjen
Pemerintah
Surat
Imigrasi
Peringatan

6 bulan Menteri LHK

1. Barang Bergerak/Tidak
Syarat : bergerak
1. tidak memenuhi kewajiban pembayaran sanksi Surat 2. Penyitaan atas rekening bank
administrasi dengan nilai sekurang-kurangnya dan akta perusahaan
Paksa
Rp1.000.000.000 Penyitaan 3. Barang yang disita dilarang
2. diragukan itikad baiknya dalam membayar denda dipindahtangankan,
administratif disewakan, dipinjamkan,
30 hari disembunyikan, dihilangkan
kalender atau dirusak.
4. Barang sitaan dapat disimpan
1. Menteri mengeluarkan Surat Perintah Paksa di Kantor Kementerian
2. Parate Eksekusi dapat dibantu POLRI/TNI Lingkungan Hidup dan
3. Diberitahukan (Langsung, Pos, Ekspedisi kurir dengan Kehutanan dan/atau di
bukti kirim) tempat lain, yaitu Setiap
Orang menyesuaikan dengan
Paksa Badan sifat dari barang atau
pertimbangan tertentu dari
Menteri. 30
AMANAT PP 24 TAHUN 2021 TERKAIT PENGATURAN PERATURAN MENTERI YANG BERSINERGI DENGAN PP 23 TAHUN 2021

Tata Cara Persetujuan Pelepasan


Kawasan Hutan
PNBP Pemanfaatan Hutan

Tata Cara Persetujuan Melanjutkan


Kegiatan Usaha

Perlindungan Hutan
Tata Cara Kemitraan atau Kerja
Sama

Tata Cara Persetujuan


Penggunaan Kawasan Hutan Pengawasan Kehutanan

Program Penataan Kawasan Hutan

31
FLOWCHART TATA KERJA PP 24/2021 (PENETAPAN DATA & INFORMASI)

Koord. Pokja V Ketua Dirjen Gakkum, PKTL, PHL, Ketua Koord. Pokja V
KSDAE, PSKL, PDASRH Satlakwasdal
Satlakwasdal
Mengirimkan konsep Menerima, Menerima surat Ketua Menerima data Menerima disposisi
surat Ketua Tim mengkoreksi, Tim Lakdalwas UU CK, kegiatan usaha di dari Ketua Tim
Lakdalwas UU CK menyetujui konsep menyiapkan data yang kawasan hutan dari Lakdalwas UU CK dan
kepada Dirjen terkait surat dan mengirimkan diminta dan mengirimkan Dirjen terkait dan melakukan analisis
perihal permohonan surat kepada 6 Dirjen data kegiatan usaha di menugaskan Ketua dan evaluasi data dan
pengumpulan data untuk melakukan kawasan hutan kepada Tim Keterlanjuran informasi
pengumpulan data dan Ketua Tim Lakdalwas UU
dan informasi untuk melakukan
CK
informasi analisis dan evaluasi

Koord. Pokja V Ketua Menteri LHK Ketua Koord. Pokja V


Satlakwasdal Satlakwasdal
Menerima SK Menerbitkan Keputusan Mengirimkan Konsep
Menerima SK Menteri tentang Menerima dan
penetapan dan SK Penetapan Data
penetapan dan Penetapan Data dan memverifikasi Konsep
melakukan analisis dan Informasi kepada
menugaskan Ketua Informasi Kegiatan Usaha SK serta mengirimkan
dan evaluasi Ketua Tim Lakdalwas
Tim Keterlanjuran di dalam Kawasan Hutan kepada Menteri
dan dikirimkan kepada UU CK (Sekjen KLHK)
untuk melakukan
Ketua Tim Lakdalwas UU
analisis dan evaluasi
CK untuk ditindaklanjuti

32
FLOWCHART TATA KERJA PP 24/2021 (VERIFIKASI LAPANGAN) PASAL 110B
Subtim Verteklap &
Menteri LHK Ketua Satlakwasdal Koord. Pokja V Ketua Satlakwasdal Koord. Pokja V Appraisal
Menerima permohonan Menerima disposisi Menerima penugasan dan Menerbitkan SK Subtim Menerima penugasan Subtim verlap melakukan
dari pelaku usaha yang Menteri LHK dan mengusulkan verteklap dan Ketua Satlakdalwas dan verteklap; Tim Appraisal
memenuhi syarat/kriteria menugaskan Ketua Tim pembentukan subtim penunjukkan tim appraisal menugaskan subtim melakukan penghitungan
Pasal 110B dan Keterlanjuran untuk verifikasi teknis dan serta memberikan verteklap serta tim besaran denda
memberikan disposisi menindaklanjuti dengan lapangan serta tim disposisi kepada Ketua appraisal untuk administratif; Melaporkan
kepada Ketua Lakdalwas verifikasi teknis dan appraisal kepada Ketua Tim Keterlanjuran untuk menindaklanjuti proses hasil verteklap kepada
UU CK untuk lapangan Tim Lakdalwas UU CK ditindaklanjuti pengurusan Pasal 110B Pokja V
ditindaklanjuti

Ketua Satlakwasdal &


Dirjen Gakkum Menteri LHK Menteri LHK Ketua Satlakwasdal Koord. Pokja V Koord. Pokja V
Melaporkan hasil ekspose Melaporkan hasil ekspose Menerima laporan hasil
Menerbitkan Surat Menyetujui hasil ekspose Menyetujui hasil ekspose kepada Menteri : kepada Ketua Tim Lakdalwas verlap dari Subtim
Keputusan Sanksi dan memberikan disposisi dan konsep sanksi - Dilampiri konsep SA untuk UU CK :
verteklap dan hasil
Administratif dan kepada Dirjen terkait administratif, serta pelaku usaha - Dilampiri konsep SA untuk
subyek hukum pelaku usaha
penghitungan besaran
mengirmkan kepada penataan kawasan hutan memberikan disposisi - Dilampiri konsep denda adm dari Tim
pelaku usaha untuk ditindaklanjuti kepada Dirjen Gakkum rekomendasi kepada Dirjen - Dilampiri konsep penataan
kawasan hutan untuk subyek Appraisal untuk
untuk ditindaklanjuti terkait penataan kawasan
hukum masyarakat selanjutnya dilakukan
hutan untuk masyarakat
ekspose

Dirjen PKTL, PHL, Dirjen PKTL, KSDAE,


Pelaku Usaha Dirjen Gakkum Menteri LHK KSDAE Dirjen Gakkum PSKL
Memerintahkan Dirjen melaksanakan perintah
Melaksanakan pemenuhan Mencabut Sanksi terkait untuk memproses: Dirjen terkait memproses Menteri terkait Dirjen terkait
ketentuan Sanksi Administratif dan PPKH, atau Kemitraan penerbitan Persetujuan pengembalian areal usaha menindaklanjuti perintah
Administratif dan melaporkannya kepada Konservasi, atau fasilitasi Penggunaan Kawasan di dalam kawasan hutan Menteri LHK terkait
Pelunasan Denda Menteri Kerja Sama, atau Hutan, atau Kemitraan kepada negara untuk penataan kawasan hutan
Administratif serta Pengembalian areal usaha Konservasi, atau kegiatan yang berada di
melaporkan kepada Dirjen kepada negara memfasilitasi Kerja Sama kawasan HL atau HK
Gakkum 33
FLOWCHART TATA KERJA PP 24/2021 (VERIFIKASI LAPANGAN) PASAL 110B
PELAKSANA
No KEGIATAN Koord. Ketua Menteri Dirjen Dirjen PKTL, Subtim Tim Pelaku
Pokja V Satlakdalwas LHK Gakkum PHL, KSDAE Verteklap Appraisal Usaha
Menerima permohonan dari pelaku usaha yang memenuhi syarat/kriteria Pasal 110B dan memberikan
1
disposisi kepada Ketua Satlakwasdal untuk ditindaklanjuti
Menerima disposisi Menteri dan menugaskan Ketua Tim Keterlanjuran untuk menindaklanjuti dengan
2
verteklap
3 Menerima penugasan dan mengusulkan pembentukan subtim verteklap serta tim appraisal kepada Ketua
Satlakwasdal
4 Menerbitkan SK Subtim verteklap dan penunjukkan tim appraisal serta memberikan disposisi kepada
Pokja V untuk ditindaklanjuti
5 Menerima penugasan Ketua Satlakwasdal dan menugaskan subtim verteklap serta tim appraisal untuk
menindaklanjuti proses pengurusan Pasal 110B berdasarkan: 1. Data SK Penetapan Menteri; dan 2. surat
permohonan atas inisiatif sendiri
Subtim verteklapmelakukan verifikasi teknis dan lapangan; Tim Appraisal melakukan penghitungan
6
besaran denda administratif; - Melaporkan hasil verifikasi teknis dan lapangan kepada Pokja V
Menerima laporan hasil verifikasi lapangan dari Subtim verteklap dan hasil penghitungan besaran denda
7
administratif dari Tim Appraisal untuk selanjutnya dilakukan ekspose di hadapan Ketua Satlakwasdal
Melaporkan hasil ekspose kepada Ketua Satlakwasdal: - Dilampiri konsep SA untuk subyek hukum
8
pelaku usaha; - Dilampiri konsep penataan kawasan hutan untuk subyek hukum masyarakat
Melaporkan hasil ekspose kepada Menteri LHK: - Dilampiri konsep SA untuk subyek hukum pelaku
9 usaha; - Dilampiri konsep rekomendasi kepada Dirjen terkait penataan kawasan hutan untuk subyek
hukum masyarakat
10a Menyetujui hasil ekspose dan konsep SA, serta memberikan disposisi tindaklanjut kepada Dirjen Gakkum
Menyetujui hasil ekspose dan memberi disposisi tindaklanjut kepada Dirjen terkait penataan kawasan
10b
hutan
11 Menerbitkan Surat Keputusan Sanksi Administratif dan mengirmkan kepada pelaku usaha
Melaksanakan pemenuhan ketentuan SA dan Pelunasan Denda Administratif serta melaporkan kepada
12
Dirjen Gakkum
13 Mencabut SA dan melaporkannya kepada Menteri
Memerintahkan kepada Dirjen terkait untuk memproses: PPKH, atau Kemitraan Konservasi, atau fasilitasi
14 Kerja Sama, atau Pengembalian areal usaha di dalam kawasan hutan kepada negara untuk kegiatan
yang berada di kawasan HL atau HK
15a Dirjen terkait memproses penerbitan PPKH, atau Kemitraan Konservasi, atau fasilitasi Kerja Sama
Dirjen Gakkum melaksanakan perintah Menteri LHK terkait pengembalian areal usaha di dalam kawasan
15b 34
hutan kepada negara untuk kegiatan yang berada di kawasan HL atau HK
15c Dirjen terkait menindaklanjuti perintah Menteri LHK terkait penataan kawasan hutan
4 PERCEPATAN PENYELESAIAN
PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM
KAWASAN HUTAN BERDASARKAN PP
23 DAN PP 24 2021

35
35
PERCEPATAN IMPLEMENTASI UUCK NO 11 TAHUN 2020
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

PEMENTUKAN SATUAN PELAKSANAAN,


PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN
IMPLEMENTASI UUCK BIDANG LINGKUNGAN
HIDUP DAN KEHUTANAN (10 POKJA)

PENERBITAN PERATURAN TURUNAN


1.PERMENLHK NO 7 TAHUN 2021
2.PERMENLHK NO 8 TAHUN 2021
3.PERMENLHK NO 9 TAHUN 2021

PEMBANGUNAN SISTEM PELAYANAN


BERBASIS ONLINE

PERCEPATAN PENYELESAIAN
PPTKH(TERMASUK PERKEBUNAN) DALAM
RANGKA PENATAAN KAWASAN HUTAN

36
POKJA PELAKSANAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN IMPLEMENTASI
UU CIPTA KERJA BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

PENGARAH
MENTERI LHK
WAMEN LHK
ANGGOTA PENGARAH
KETUA 1. Dirjen Pengelolan Hutan Produksi Lestari
SEKJEN LHK 2. Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam dan
Ekosistem
3. Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3
WAKIL 4. Dirjen Pengendalian, Pencemaran dan Kerusakan
DIRJEN PKTL & DIRJEN LHK Lingkungan
SEKRETARIS 5. Dirjen PDAS dan Rehabilitasi Hutan
6. Dirjen Penegakan Hukum
7. Kepala Badan Istrumen Lingkungan dan Kehutanan

POKJA I POKJA II POKJA III POKJA IV POKJA V POKJA VI POKJA VII POKJA VIII POKJA IX POKJA X

Sosialisasi Inventory & Standarisasi Asistensi Konsolidasi Pengembangan Penataan Finalisasi Pengembangan Transisi
Analisis Dan Perizinan Data dan dan Integrasi Kawasan dan Kelembagaan Regulasi dab
Perhutanan
Konsekuensi Penerapan Berusaha Penyelesaian Sistem Tata dan Asistensi Pengendalian
Kelola
Tata Kelola Sosial
Implementasi Standar Daerah
Berbasis Risko Keterlanjuran Hutan Konsekuensi/
Regulasi Ekses

37
POKJA TERKAIT PERCEPATAN PENYELESAIAN
KEGIATAN USAHA PERKEBUNAN KELAPA SAWIT
DALAM KAWASAN HUTAN
TUGAS POKJA V TUGAS POKJA VII
Konsolidasi Data dan Penyelesaian Keterlanjuran Penataan Kawasan dan Tata Kelola Hutan

1. Menginventarisasi data kegiatan yang telah 1. Menginventarisasi data kegiatan masyarakat yang telah
terbangun dalam kawasan hutan terbangun dalam kawasan hutan
2. Melakukan telaah dan analisis data kegiatan yang 2. Melakukan telaah dan analisis data kegiatan masyarakat
terbangun dalam kawasan hutan yang terbangun dalam kawasan hutan
3. Melaksanakan diskusi, pembahasan untuk 3. Melaksanakan diskusi, pembahasan untuk mengkaji
mengkaji pandangan para pihak terkait regulasi pandangan para pihak terkait regulasi peratutan pemerintah
peratutan pemerintah 4. Menyusun NSPK pelaksanaan peraturan pemerintah
4. Menyusun NSPK pelaksanaan peraturan 5. Menganalisis regulasi terkait
pemerintah 6. Menyusun rekomendasi Langkah-Langkah implementasi
5. Menganalisis regulasi terkait regulasi penyelesaian kegiatan terbangun dalam kawasan
6. Menyusun rekomendasi Langkah-Langkah hutan
implementasi regulasi penyelesaian kegiatan
terbangun dalam kawasan hutan 7. Membangun scenario penataan kawasan hutan
7. Melaporkan kepada Menteri cq. Pejabat Eseslon I 8. Melaporkan kepada Dirjen terkait dan berkonsultasi untuk
yang relevan untuk Langkah lanjut secara materi laporan kepada Menteri untuk finalisasi scenario
struktural penataan kawasan

38
PERCEPATAN PENYELESAIAN PPTKH (TERMASUK PERKEBUNAN)
DALAM RANGKA PENATAAN KAWASAN HUTAN

1 SOSIALISASI MEKANISME SESUAI UUCK

2 PENYELESAIAN REKOMENDAI PPTKH SEBELUM UUCK

3 PENYELESAIAN USULAN TORA CSO

4 IMPLEMENTASI TORA SESUAI PP 23 DAN PP 24

5 MONITORING EVALUASI

39
TATA WAKTU RENCANA PENYELESAIAN KEBUN SAWIT DALAM KAWASAN HUTAN
PASAL 110A

SANKSI ADMINISTRASI TERHADAP


PEREKEBUNAN SYARAT TDK
LENGKAP ≤ 3 THN (THN 2023)

KEBUN DALAM
KAWASAN HUTAN
4 TERSELESAIKAN

• DIRJEN KSDAE PENYELESAIAN KEBUN


• DIRJEN PHPL SAWIT SYARAT LENGKAP 3
• DIRJEN PSKL ( 2022 – 2024)
• DIRJEN PKTL
≤ 3 TAHUN SEJAK
PEMENUHAN UU 11/202O
2 PERSYARATAN OLEH DIUNDANGKAN
PELAKU USAHA (TGL 2 NOVEMBER 2020)

1
PERKEBUNAN KELAPA 1. INVENTARISASI
SAWIT YANG TELAH 2. KLASIFIKASI  KEMITRAAN KONSERVASI
TERBANGUN 3. PENETAPAN  PERSETUJUAN LANJUT USAHA
110A 4. PENGUMUMAN  KERJASAMA
 PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN
 PELEPASAN KAWASAN HUTAN
≤ 1 TAHUN SEJAK
PP 24/2021 DIUNDANGKAN
(TGL 2 FEBRUARI 2022)

MENTERI LHK
40
TATA WAKTU RENCANA PENYELESAIAN KEBUN SAWIT DALAM KAWASAN HUTAN
PASAL 110B

PENYELESAIAN PERSETUJUAN
PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN

KEBUN DALAM
KAWASAN HUTAN
4 TERSELESAIKAN

PEMBAYARAN DENDA
ADMINISTRASI 3

VERIFIKASI DAN
2 PENETAPAN SANKSI
ADMINISTRASI

1
PERKEBUNAN KELAPA
1. INVENTARISASI
SAWIT YANG TELAH
2. KLASIFIKASI
TERBANGUN 3. PENETAPAN
110B
≤ 1 TAHUN SEJAK
PP 24/2021 DIUNDANGKAN
(TGL 2 FEBRUARI 2022)

MENTERI LHK
41
RENCANA AKSI PENYELESAIAN SAWIT DALAM KAWASAN HUTAN

Tahun
No Kegiatan 2021 2022 2023
I II III IV I II III IV I II III IV

1 Inventarisasi Kebun dalam Kawasan Hutan pasal


110A dan 110B
2 Penetapan Menteri Kebun dalam Kawasan Hutan
pasal 110A dan 110B
Khusus Pasal 110A
3 Pengajuan Permohonan bagi yang sesuai pasal
110A
4 Penyelesaian Pelepasan atau Kerjasama
melanjutkan usaha
Khusus Pasal 110B
5 Verifikasi oleh Kementerian bagi yang sesuai pasal
110B
6 Penetapan Sanksi Denda Administrasi
7 Pembayaran Denda
8 Persetujuan Penggunaan Kawasan Hutan 42
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai