Hak Guna Usaha nomor 33 atas nama PT.Way Sebayur yang dikeluarkan pada tahun 1982
di Kecamatan Ketahun Propinsi Bengkulu, pada awalnya HGU ini merupakan hak
pengelolaan perusahaan dengan jenis usaha perkebunan kakao. Namun seiring pemberian
hak usaha perkebunan tersebut diiringi dengan adanya eksploitasi tanaman kayu yang
bernilai harganya, tidak membangun usaha perkebunan.
Awal lahirnya Konflik Hukum Perusahaan dengan Negara pada saat perusahaan hanya
mengeksploitasi kayu dalam HGU tidak membangun kebun sebagaimana perizinan yang
diberikan, tercatat hanya sekian ratus hektar saja yang ditanami Kakao di areal tersebut.
Tanaman kebun yang hanya sedikit tersebut dilakukan untuk melengkapi persyaratan
pengajuan pinjaman modal perusahaan ke bank BNI Cabang Jakarta Pusat dengan fasilitas
BLBI oleh Pemilik HGU yakni Adrian Herling Woworuntu dkk (Telah diputus oleh Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan).
Perkara pidana BLBI tersebut juga menyita beberapa asset HGU No.33 atas nama PT.Way
Sebayur melalui Putusan Mahkamah Agung Nomor MA No.1348K/Pid/2005 tanggal 12
September 2005 .
Atas putusan Mahkmah Agung tersebut dilakukan Kejaksaan Agung melalui Kantor
Pengelolaan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) dengan Kutipan Risalah Lelalng Nomor
019/2011 tanggal 09 Februari 2011 atas siataan putusan MA No.1348K/Pid/2005 tanggal 12
September 2005 dan di Menangkan oleh PT.Sandabi Indah Lestari.
Selain Konflik Hukum yang terjadi, setelah non aktiv atas pengelolaan lahan HGU oleh
perusahaan, secara lambat laun sejak tahun 1998 banyak masyarakat masuk ke lahan HGU
untuk mengelola lahan-lahan yang tidak diurus oleh perusahaan dan terbanyak penggarap
masuk menggarap lahan HGU tersebut sekitar tahun 2001-2004 yang kesemuanya
tergabung dalam Organisasi Tani Serikat Tani Bengkulu (STAB).
Sejak penggarapan lahan HGU tersebut yang dikelola oleh para petani terjadi beberapa
konflik yang berakibat dengan adanya usaha masyarakat menuntut Pencabutan HGU dan
Pendisribusian tanah kepada masyarakat. Usaha-usaha tersebut antara lain :
1. Aksi Demonstrasi Petani di Kabupaten Bengkulu Utara, Propinsi Bengkulu hingga
aksi-aksi nasional bersama Koalisi Pembaharuan Agraria (KPA) dan jaringan
organisasi tani;
2. Aksi reclaiming yang dilakukan atas kebun-kebun yang sebahagian telah tertanam
3. Mengadakan Pertemuan dengan Kepala Badan Pertanahan Nasional (pada saat itu
Kepala Badan Joyo Winoto bersama Koalisi Pembaharuan Agraria)
4. Mengadakan audiensi ke Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Propinsi Bengkulu
5. Mengadakan audiensi ke pemerintah daerah antara lain Bupati dan Gubernur
Propinsi Bengkulu serta DPRD.
Upaya kelompok masyarakat yang tergabung dalam Serikat Tani Bengkulu belum juga
membuahkan hasil penyelesaian konflik agrarian karena pada saat itu HGU Nomor 33 atas
nama PT.Way Sebayur masih dalam kondisi sitaan Mahkamah Agung.
Konflik antara masyarakat penggarap dengan perusahaan PT.Way Sebayur juga terus
terjadi ketika perusahaan mendatangkan investor (calon pembeli) baik dari perusahaan
dalam negeri (PMDN) maupun perusahaan luar negeri (PMA), konflik yang terjadi terusmenerus ini memberikan semangat baru melakukan konsolidasi untuk penyelesaian
sengketa lahan. Namun, upaya penyelesaian konflik terbuka ketika HGU Nomor 33 atas
nama PT.Way Sebayur telah dibeli atas Lelang Negara oleh PT.Sandabi Indah Lestari.
Dengan telah pergantian kepemilikan HGU Nomor 33 ini maka jalan menunju Proses
tahapan penyelesaian permasalahan antara PT. Sandabi Indah Lestari (SIL) selaku pihak
pemenang lelang HGU no 33 dengan petani penggarap di lokasi kedua HGU tersebut yang
difasilitasi oleh Pemda Bengkulu Utara dan pendamping petani Serikat Tani Bengkulu Utara
(StaB-BU) selama ini telah dilakukan dengan baik.
UPAYA YANG SUDAH DILAKUKAN :
1. Pada tanggal 12 Januari 2012 perwakilan petani penggarap lahan HGU eks Way
Sebayur yang saat ini dikuasai oleh PT. Sandabi Indah Lestari (PT. SIL) diterima
Bupati Bengkulu Utara menuntut dan meminta agar bupati Bengkulu Utara
memfasilitasi penyelesain permasalahan antara petani penggarap dan pihak
perusahaan.
Terhadap tuntutan petani tersebut, dilakukan pertemuan antara perwakilan petani
penggarap dengan Bupati Bengkulu Utara dan jajaranya dan menghasilkan 4
(empat) kesimpulan yang disepakati bersama. Point point kesimpulan sebagai
berikut :
a. Perpanjangan HGU PT. Way Sebayur adalah tanggung jawab pemerintah pusat.
Artinya dalam hal ini adalah bukan tanggungjawab pemerintah daerah kabupaten
Bengkulu Utara.
b. Pemerintah daerah kabupaten Bengkulu Utara tidak akan mengeluarkan ijin
prinsip diatas Exs HGU PT. Way Sebayur sepanjang kedua belah pihak antara
petani penggarap dan PT.SIL sebagai pemenang lelang masih ada masalah.
c. Pemda Bengkulu Utara akan memegang prinsip pengayoman terhadap
masyarakat dan bertindak sebagai mediator dalam tahap-tahap penyelesaian
antara PT.Way Sebayur atau PT.SIL dan masyarakat karena pada intinya
hanyalah masyarakat petani penggarap dan PT.SIL yang menentukan langkah
penyelesaian.
d. Pemda Bengkulu Utara akan membentuk tim penyelesai sebagai mediator untuk
membantu proses penyelesaian.
2. Menindaklanjuti hasil pertemuan yang dilakukan oleh Bupati Bengkulu Utara dan
perwakilan petani (STAB), maka
inventarisasi penggarap lahan pada lokasi PT. Sandabi Indah Lestari yang
dituangkan dalam Keputusan Bupati Bengkulu Utara No. 54 tahun 2012 tanggal 20
Februari 2012, dengan keanggotaan tim yang melibatkan unsur Perwakilan Serikat
Tani Bengkulu Utara, PT.Sandabi Indah Lestari, Kepolisian Resort Bengkulu Utara,
Kejaksaan Negeri Arga Makmur, Pengadilan Negeri Arga Makmur, BPN Kabupaten
Bengkulu Utara, dinas Perkebunan Bengkulu Utara, Kesbangpol Bengkulu Utara dan
bagian administrasi pertanahan pemda Bengkulu Utara serta unsur pendamping
petani Perkumpulan Kantor Bantuan Hukum Arga Makmur (PKBHA).Adapun tugas
tim yang dibentuk oleh Bupati tersebut adalah sebagai berikut :
a. Mengecek kejelasan luas dan letak lokasi lahan penggarap didalam Eks. HGU
Way Sebayur yang nyata dikelola saat ini oleh penggarap dan belum ada
kesepakatan dengan pihak PT. Sandabi Indah Lestari sebagai pemenang lelang,
yang dituangkan dalam sket lokasi.
b. Melaporkan hasil inventarisasi penggarap lahan kepada Bupati Bengkulu Utara.
3. Pada tanggal 21 Februari 2012 difasilitasi dan dipimpin oleh Direktur Konflik
Pertanahan Badan Pertanahan Nasional(BPN) Pusat yaitu Dr. Ronsen Pasaribu,
SH. MH.dilakukan gelar eksternal yang dihadiri oleh masing masing pihak yang
terkait dalam upaya penyelesaian permasalahan antara PT. Sandabi Indah Lestari
dan Petani Penggarap dengan menghasilkan 3 kesepakatan yang disepakati oleh
perwakilan petani penggarap dan PT. Sandabi Indah Lestari sebagai berikut :
a. PT. Sandabi Indah Lestari bersedia menyelesaikan penggarapan yang
ada kepada para penggarap dengan memberikan konvensasi yang
bentuk dan jumlahnya disepakati oleh kedua belah.
b. PT. Sandabi Indah Lestari bersedia melakukan Inclave terhadap
masyarakat
yang
secara
sungguh-sungguh
adalah
petani
yang
4. Langkah berikutnya adalah Tim Inventarisasi penggarap dilahan Eks HGU. Way
Sebayur yang dibentuk melalui SK Bupati No 54 tahun 2012 telah bekerja dengan
maksimal selama tiga bulan ( Maret s/d Mei 2012) dan hasil akhir sebagai laporan
telah disampaikan kepada Bupati Bengkulu Utara
Bengkulu Utara pada tanggal 16 Juni 2012.(pihak petani penggarap dan pihak
PT.Sandabi Indah Lestari sama sama memegang hasil inventarisir tersebut).
5. Merespon hasil laporan akhir tim inventarisasi petani penggarap di Eks HGU PT.
Way Sebayur yang disampaikan Tim kepada Bupati melalui sekda, maka Bupati
Bengkulu Utara mengirimkan surat kepada pimpinan PT. Sandabi Indah Lestari
sebagai pemilik dan pengelola lahan kedua HGU tersebut dengan nomor surat
028/1072/B.2.
Dalam
surat
tersebut
bupati
memerintahkan
agar
pimpinan
hal
menindaklanjuti
laporan
akhir
Tim
Inventarisasi
dan
terhadap tuntutan petani yang ingin inclave dan sementara mengenai teknis
pelaksanaanya diserahkan sepenuhnya kepada Pemerintah Daerah dan Badan
Pertanahan Kabupaten Bengkulu Utara.
KESIMPULAN:
1. Model Penyelesaian Sengketa Agraria dengan menjalin Harmonisasi antara
Perusahaan, Pemerintah Daerah beserta Petani Penggarap melalui Badan
Pertanahan Nasional perlu menjadi pilot project penyelesaian sengketa diluar proses
peradilan;
2. Model penyelesaian dengan konsep win-win solution dengan mendahulukan
kepastian hukum atas HGU dan Kepastian hukum atas tanah para petani penggarap
sebagai upaya penyelesaian konflik agraria oleh Badan Pertanahan Nasional.
3. Program pemberian kepastian hukum akan berdampak pada aksesibilitas dan
eksistensi ekonomi masyarakat dalam peningkatan ekonomi para petani.
Oleh karena itu, perlu adanya Keputusan Kepala Badan tentang Penegasan Pemberian Hak
atas Tanah Negara yang telah di Inclave pada masyarakat sebagai bentuk konkrit Program
Penyelesaian Agraria oleh Kementrian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan
Nasional sebagai wujud dari Program Pemerintah dalam Penyelesaian Sengketa Agraria
dan Program Reforma Agraria.