Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PEDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hutan adalah sumber hidup makhluk hidup, karena hutan
menghasilkan air dan oksigen yang sangat diperlukan oleh
makhluk hidup. Banyak manfaat yang dihasilkan hutan. Dihutan
juga banyak flora dan fauna yang dapat bermanfaat untuk
kehidupan. Hutan merupakan bagian yang sangat penting bagi
kehidupan seluruh makhluk hidup diseluruh muka bumi. Hutan
merupakan jantung kehidupan di bumi,karena selain sebagai
tempat tinggal berbagai flora dan fauna,hutan juga sangat
bermanfaat untuk keperluan umat manusia. Namun, faktor illegal
loging telah banyak menghancurkan ekosistem hutan di dunia.
Manusia modern menghadapi alam hampir tanpa menggunakan
hati nurani. Alam begitu saja dieksploitasi dan dicemari tanpa
merasa bersalah. Akibatnya terjadi penurunan secara drastis
kualitas sumber daya alam seperti lenyapnya sebagian spesies
dari muka bumi, yang diikuti pula penurunan kualitas alam.
Kerusakan hutan yang terjadi memberikan akibat yang
nyata bagi kehidupan manusia. Sekarang orang merasakan
betapa pentingnya menjaga dan memelihara hutan karena
begitu banyak bencana yang terjadi akibat kelalaian dan
keserakahan manusia. Hutan diperlakukan semena-mena tanpa
memikirkan dampak dan akibatnya ketika hutan menjadi rusak.
Menjaga dan memelihara hutan dampaknya bukan saja untuk
saat ini tetapi untuk masa depan anak dan cucu. Kerusakan
hutan yang terjadi memberikan dampak langsung maupun tidak

langsung

terhadap

lingkungan

sekitar.

Banyak penyuluhan telah dilakukan untuk menyadarkan


masyarakat akan arti pentingnya manfaat hutan. Berbagai media
dipergunakan untuk membuat iklan-iklan tentang penyelamatan
hutan, kampanye lingkungan dilakukan dimana-mana, ditambah
lagi artikel, makalah, paper maupun hasil penelitian oleh para
ahli yang mengulas mengenai dampak dan akibat kerusakan
hutan,

namun

semua

itu

belum

juga

sepenuhnya

dapat

menyadarkan masyarakat.

Akibat

dan

dampak

dari

kerusakan

hutan

dapat

dijelaskan sebagai berikut :


Terganggunya sistem hidro-orologis
Banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau
merupakan salah satu contoh dari tidak berfungsinya hutan
untuk menjaga tata air. Air hujan yang jatuh tidak dapat diserap
dengan baik oleh tanah, laju aliran permukaan atau runoff begitu
besar. Air Hujan yang jatuh langsung mengalir ke laut membawa
berbagai sedimen dan partikel hasil dari erosi permukaan.
Terjadinya banjir bandang dimana-mana yang menimbulkan
kerugian

harta

maupun

nyawa.

Masyarakat

yang

terkena

dampaknya kehilangan harta benda dan rumah tempat mereka


berteduh akibat terbawa banjir bandang, bahkan ditambah
kerugian jiwa yang tak ternilai harganya.

Hilangnya Biodiversitas
Hutan Indonesia memiliki beranekaragam spesies flora dan
fauna, penebangan dan pengrusakan hutan menyebabkan
spesies-spesies langka akan punah. Bahkan spesies yang belum
diketahui nama dan manfaatnya hilang dari permukaan bumi.

Hutan Indonesia yang termasuk hutan hujan tropis memiliki 3000


jenis tumbuhan di dalam satu hektar ditambah lagi jenis satwa
yang ada di dalamnya. Jika laju deforestasi yang mencapai 1-2
juta hektar per tahun tidak dapat dicegah maka hutan-hutan
tropis ini akan hilang.
-_________________
1. Portal Penelitian Universitas Andalas.
Dampak Kebakaran Hutan di Wilayah Sumatera
Barat dan Riau Terhadap Perubahan Iklim (Climate Change).
http://lp.unand.ac.id/?pModule
=news&pSub=news&pAct=detail&detail=210
diakses 13 Februari 2012.
Universitas Sumatera Utara

Kemiskinan

dan

Kerugian

secara

ekonomis
Masyarakat Indonesia akan bertambah miskin jika kita tidak
mempunyai hutan, itulah yang dikatakan Presiden Bambang
Yudhoyono.

Departemen

Kehutanan

mengemukakan

bahwa

kerugian negara per hari mencapai Rp. 83 milyar, itu hanya dari
kerusakan hutan akibat penebangan liar. Berapakah kerugian jika
semua faktor dan penyebabkan kerugian kita hitung?

Perubahan Iklim dan Pemanasan Global


Hutan sebagai paru-paru dunia penghasil oksigen bagi semua
mahluk di bumi tidak bisa menjalankan fungsinya mendaur ulang
karbondioksida.

Karbondioksida

di

udara

semakin

tinggi

menyebabkan efek gas rumah kaca.

Kerusakan Ekosistem Darat maupun Laut


Pengertian dan definisi hutan sebagai suatu kesatuan ekosistem
berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang
didominasi

jenis

pepohonan

dalam

persekutuan

dengan

lingkungannya, yang satu dengan lain tidak dapat dipisahkan.

Jika salah satu komponen hutan di rusak, akan berpengaruh


terhadap komponen ekosistem yang lain. Hubungan keterkaitan
antara struktur dan fungsi di dalam ekosistem berjalan dalam
keseimbangan yang harmonis, tetapi bila struktur hutan menjadi
rusak, akibat dan dampaknya akan mempengaruhi fungsi hutan
itu

sendiri.

Kerusakan tidak hanya terjadi pada ekosistem hutan di darat,


namun berdampak pada kerusakan ekosistem di laut juga. Akibat
kerusakan hutan terjadi erosi dan banjir membawa sedimen ke
laut yang merusaka ekosistem

laut. Ikan dan Terumbu karang

sebagai mahluk hidup diperairan mendapat akibat dari aktivitas


pengrusakan di darat. Kerusakan seperti ini sangat dirasakan
oleh pulau-pulau kecil di Indonesia, dengan ciri daerah das yang
pendek dan topografi yang curam sangat cepat pengaruhnya
terhadap lingkungan laut.

Abrasi Pantai
Bila pohon-pohon di pesisir pantai ditebang maka tidak ada lagi
perlindungan bagi kawasan pantai. Salah satu fungsi hutan
mangrove maupun hutan pantai adalah menjaga daerah pantai
dari hempasan ombak laut. Ombak laut yang menerjang pesisir
pantai, dapat menyebabkan abrasi pantai.

Intrusi dari Laut


Air laut dapat meresap sampai ke darat jika hutan-hutan pesisir
seperti hutan mangrove dan hutan pantai dirusakan. Ditambah
penambangan air sebagai kebutuhan hidup rumah tangga yang
menyedot

terus

persediaan

air

tanah

keseimbangan infiltrasi dari air hujan yang jatuh.

Hilangnya budaya masyarakat

tanpa

adanya

Dirasakan

sangat

nyata

bahwa

hutan

menjadi

sumber

penghidupan dan inspirasi dari kehidupan masyarakat. Berbagai


ragam budaya yang terkait dengan hutan seperti simbol-simbol
dan maskot yang diambil dari hutan, misalnya Harimau sebagai
maskot dari Reog, pencak silat sebagai seni bela diri Indonesia,
Bekantan sebagai maskot dari Kalimantan, dan sebagainya. Jika
semua

ini

punah

maka

hilanglah

sumber

inspirasi

dan

kebanggaan dari masyarakat setempat.


_________________
2. JG, Starke,
Pengantar Hukum Internasional,(Jakarta : SinarGrafika Offset), hal.546.
3.Sucipto,
Sistem Tanggung Jawab Dalam Pencemaran,(
Malang: 1985), hlm.82
3. Adji samekto, Negara Dalam Dimensi Hukum Internasional,(Citra Aditya Bakti: Bandung,
2009), hlm.119.Universitas Sumatera Utara

B. RUMUSAN MASALAH
Bertitik tolak pada uraian dalam latar belakang masalah
diatas maka penulis mencoba mengangkat pokok permasalahan
dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa saja jenis-jenis kerusakan hutan dan penyebabnya
2. bagaimana cara menangulanggi agar dapat mengurangi
terjadinya kerusakan hutan ?

C. TUJUAN
1. Tujuan penulisan makalah ini adalah agar diketahui jenis-jenis
kerusakan hutan beserta

penyebabnya?

2. bagaimana cara menangulangginya?

D. TINJAUAN PUSTAKA
Kimmins (1997) dalam Sumardi dan Widyastuti (2004) menekankan
bahwa hutan yang sehat terbentuk apabila faktor-faktor biotik dan abiotik dalam
hutan tersebut tidak menjadi faktor pembatas dalam pencapaian tujuan
pengelolaan hutan saat ini maupun masa akan datang. Kondisi hutan sehat
ditandai oleh adanya pohon-pohon yang tumbuh subur dan produktif, akumulasi
biomasa dan siklus hara cepat, tidak terjadi kerusakan signifikan oleh organisme
pengganggu tumbuhan, serta membentuk ekosistem yang khas. Kelompok yang
menekankan aspek lingkungan (Environmental) berpendapat bahwa ekosistem
hutan yang sehat terbentuk setelah hutan mencapai tingkat perkembangan
klimaks, yang ditandai oleh tajuk berlapis, pohon-pohon penyusun terdiri atas
berbagai tingkat umur, didominasi oleh pohon-pohon besar, serta adanya rumpang
yang terbentuk karena matinya pohon. Sedangkan kelompok yang mendalami
ekologi (ecosystem centered) mengemukakan bahwa ekosistem hutan yang sehat
tercapai

bila

tempat

tumbuhnya

dapat

mendukung

ekosistem

untuk

memperbaharui dirinya sendiri secara alami, mempertahankan diversitas


penutupan vegetasi, menjamin stabilitas habitat untuk flora dan fauna, serta
terbentuknya hubungan fungsional di antara komunitas tumbuhan, hewan dan
lingkungan. Menurut Sumardi dan Widyastuti (2004), pendapat para ahli tentang
kesehatan hutan dan kesehatan ekosistem tersebut menunjukkan bahwa keduanya
merupakan tingkatan-tingkatan integrasi biologis. Konsekuensinya ialah antara
keduanya mempunyai karakteristik yang sama, namun demikian terdapat
perbedaan yang fundamental. Aspek kesehatan ekosistem lebih berhubungan
dengan pola penutupan vegetasi dalam kisaran kondisi-kondisi ekologi yang luas,
sedangkan kesehatan hutan lebih menekankan pada kondisi suatu tegakan dalam
hubungannya dengan manfaat yang diperoleh. Sumardi dan Widyastuti (2004)
mengungkapkan, pada masa lalu program-program pengelolaan kesehatan
berasumsi bahwa masalah dianggap ada ketika agens kerusakan menimbulkan
kerugian ekonomi yang berarti. Program kesehatan diarahkan untuk menurunkan
laju reproduksi dan meningkatkan kematian organisme pengganggu tumbuhan dan

dalam jangka panjang mengurangi ledakan organisme tersebut. Dewasa ini


pengelolaan

kesehatan

hutan

didefinisikan

sebagai

upaya

memadukan

pengetahuan tentang ekosistem, dinamika populasi dan genetika organisme


pengganggu tumbuhan dengan pertimbangan ekonomi untuk menjaga agar resiko
kerusakan berada di bawah ambang kerugian. Dengan kata lain pengelolaan
kesehatan hutan secara modern berusaha untuk mengendalikan kerusakan tetap di
bawah ambang ekonomi yang masih dapat diterima. Intensitas pengendalian
diperlukan jika kerusakan sudah di atas ambang ekonomi dan jumlah biaya yang
dikeluarkan tergantung dari tujuan pengelolaan dan besarnya kerugian yang
terjadi.
__________________
4..Sumber:http://forester-untad.blogspot.com/2013/01/pengertian-kesehatan-hutan-menurutpara.html
Konten adalah milik dan hak cipta forester untad blog

Pengertian Arti Definisi Hutan


Hutan adalah suatu wilayah yang memiliki banyak tumbuh-tumbuhan lebat yang
berisi antara lain pohon, semak, paku-pakuan, rumput, jamur dan lain sebagainya
serta menempati daerah yang cukup luas. Negara Kita Indonesia memiliki
kawasan hutan yang sangat luas dan beraneka ragam jenisnya dengan tingkat
kerusakan yang cukup tinggi akibat pembakaran hutan, penebangan liar, dan lain
sebagainya.

Fungsi/Kegunaan/Manfaat Hutan Bagi Manusia dan Lingkungan


Hutan memiliki banyak manfaat untuk kita semua. Hutan merupakan paru-paru
dunia (planet bumi) sehingga perlu kita jaga karena jika tidak maka hanya akan
membawa dampak yang buruk bagi kita di masa kini dan masa yang akan datang.

1. Manfaat/Fungsi Ekonomi
- Hasil hutan dapat dijual langsung atau diolah menjadi berbagai barang yang
bernilai tinggi.
- Membuka lapangan pekerjaan bagi pembalak hutan legal.
- Menyumbang devisa negara dari hasil penjualan produk hasil hutan ke luar
negeri.

2. Manfaat/Fungsi Klimatologis
- Hutan dapat mengatur iklim
- Hutan berfungsi sebagai paru-paru dunia yang menghasilkan oksigen bagi
kehidupan.

3. Manfaat/Fungsi Hidrolis
- Dapat menampung air hujan di dalam tanah
- Mencegah intrusi air laut yang asin
- Menjadi pengatur tata air tanah

4. Manfaat/Fungsi Ekologis
- Mencegah erosi dan banjir
- Menjaga dan mempertahankan kesuburan tanah
- sebagai wilayah untuk melestarikan kenaekaragaman hayati

Faktor Yang Mempengaruhi Persebaran Hutan


1. Keadaan tanah
Daerah gurun pasir akan membentuk hutan yang berbeda dengan daerah tropis
yang banyak hujannya.

2. Tinggi rendah permukaan tanah


Jenis hutan beserta isi tanaman dipengaruhi oleh suhu wilayah yang berbeda
antara dataran tinggi dan dataran rendah.

3. Makhluk hidup

Manusia dapat menentukan di mana boleh ada hutan dan tidak boleh ada hutan.

4. Iklim
Iklim yang memiliki curah hujan tinggi akan membentuk hutan yang lebat seperti
hutan hujan tropis.
___________________
5. Hukum Lingkungan : Mengenal Instrumen Hukum Pengendalian
Pencemaran lingkungan di Indonesia,
(Surabaya : Airlangga University Press,2004), hal 2.
Universitas
Sumatera
Utara

BAB II
Pembahasan
Hutan menjadi sumber kehidupan tapi hutan sekarang banyak mengalami
kerusakan akibat ulah manusia. Salah satu dampak dari kerusakan hutan adalah
banjir, banjir dimana-mana akibat meluapnya volume air disungai. Tidak ada lagi
yang dapat menyerap air hujan karena banyak pohon ditebang liar, selain karena
banjir akibat hujan, ada dampak lain yaitu jika musim kemarau datang, akan
mengalami kesulitan air karena sungai kering dan tidak ada persediaan air yang
seharusnya ada dan disimpan didalam batang dan akar pohon.

Bila hutan masih terjaga dengan baik memiliki pohon-pohon yang rimbun,
hutan dapat menyerap air ketika hujan datang dan menyimpannya dalam tanah di
celah-celah perakaran, kemudian melepaskannya secara perlahan melalui daerah
aliran sungai. Hutan mengontrol fluktuasi debit air pada sungai sehingga pada saat
musim hujan tidak meluap dan pada saat musim kemarau tidak kering. Di sini
hutan berfungsi sebagai pengatur hidro-orologis bagi kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya. Selain banjir dan kekeringan, masih banyak lagi dampak
negatif dari kerusakan hutan. Kerusakan lingkungan hutan seperti ini merupakan
kerusakan akibat ulah manusia yang menebang pohon pada daerah hulu sungai
bahkan pembukaan hutan yang dikonversi dalam bentuk penggunaan lain.
Bentuk Kerusakan Lingkungan Hutan-hutan di Indonesia
termasuk dalam kategori hutan hujan tropis,ciri khas dari hutan
ini mempunyai mekanisme siklus hara tertutup.Penampilan
hutan hujan tropis yang begitu megah sebenarnya hanya
tampakan luarnya saja, namun tanah-tanah di daerah ini adalah
miskin hara.Sebagian besar unsur hara terkandung di dalam
vegetasi yaitu pohon-pohon yang hidup di areal tersebut. Lebih
dari 70 % unsur hara itu berada di dalam tegakan hutan
sedangkan hanya kira-kira 30 % yang berada di dalam tanah.
Selain dari kondisi alam yang menyebabkan rentannya hutan
terhadap

kerusakan,

Indonesia

tergolong

dalam

negara

berkembang yang mempunyai angka kemiskinan yang cukup


besar.Masyarakat miskin yang berjumlah sekitar 30 juta jiwa
banyak

menggantungkan

hidupnya

kepada

alam

terutama

masyarakat miskin yang hidup di daerah sekitar hutan.Hutan


menjadi

sasaran

kebutuhan

eksploitasi

hidup.Mereka

masyarakat

terpaksa

untuk

merambah

pemenuhan
hutan

untuk

mencari makanan dan meningkatkan pendapatannya. beberapa


faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab kerusakan hutan:

A. Kerusakan hutan akibat ulah manusia (human


destructions)
1.

Illegal logging (Penebangan liar).

Penebangan liar bukan saja dilakukan oleh masyarakat yang


tinggal di sekitar hutan sebagai tindakan ekonomi untuk
meningkatkan

pendapatan

dan

memenuhi

kebutuhan

keluarga.Kegiatan ini juga dilakukan oleh para pengusaha,bahkan


pengusaha yang mendapat ijin HPH/IUPHHK juga melakukan
penebangan liar di luar areal yang telah ditentukan. Penebangan
liar yang terjadi dilakukan pada lahan hutan produksi,hutan
lindung, sampai ke dalam kawasan konservasi termasuk di
dalamnya

kawasan

Taman

Nasional,Suaka

Margasatwa,dan

Suaka alam pun ikut ditebang


6 .Kerusakan hutan juga dapat berdampak pada flora dan fauna yang ada dihutan tersebut. Akan
menyebabkan kelangkaan flora dan fauna yang dampaknya akan merugikan generasi penerus yang
tidak bisa melihat flora dan fauna tersebut. Abdul Khakim,
7. Pengantar Hukum Kehutanan Indonesia (Dalam Era Otonomi Daerah)
, Cet.1,(Bandung : PT Citra Aditya Bakti,2005), hal.1
Universitas
Sumatera
Utara

2.

Pembakaran hutan yang disengaja.

Masyarakat

membuka

lahan dengan

cara

membakar,

bila

kebakaran ini tidak terkendali dapat meluas dan menyebabkan


kebakaran hutan yang lebih besar.Dengan cara membakar

dianggap pembukaan dan pembersihan lahan lebih mudah dan


murah.

3.

Perambahan hutan.

Perambahan hutan oleh masyarakat untuk membuka lahan


pertanian dan perkebunan dengan membabat dan menebang
pohon merusak kondisi hutan alam. Masyarakat mengambil hasil
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dari hutan dengan cara
merusak. Ada juga perambahan hutan dilakukan karena diperalat
oleh para cukong untuk mengincar kayu dan membuka lahan
kelapa sawit.

4.

Pertambangan

B. Kerusakan hutan akibat alam (natural


disasters).
1. Kebakaran hutan
Kebakaran hutan merupakan penyebab kerusakan hutan yang
setiap

tahun

terjadi

di

Indonesia,

bila

musim

kemarau

berkepanjangan pada suatu daerah. Indonesia ditunding sebagai


negara pengekspor asap kebakaran hutan ke negara-negara
tetangga. Selain dapat memusnahkan tumbuh-tumbuhan dan
kehidupan fauna di sekitarnya, kebakaran hutan menghasilkan
asap yang berdampak negatif terhadap kesehatan manusia dan
keselamatan penerbangan.

2. Letusan Gunung Berapi.


Bencana alam gunung meletus merupakan suatu daya alam
yang dapat merusak hutan dan habitat satwa liar bahkan

memusnakan kehidupan yang ada di wilayah tersebut. Gunung


meletus adalah gejala vulkanis yaitu peristiwa yang berhubungan
dengan naiknya magma dari dalam perut bumi. Magma adalah
campuran batu-batuan dalam keadaan cair, liat serta sangat
panas

yang

berada

dalam

perut

bumi.

Aktifitas

magma

disebabkan oleh tingginya suhu magma dan banyaknya gas yang


terkandung di dalamnya sehingga dapat terjadi retakan-retakan
dan pergeseran lempeng kulit bumi.

3. Naiknya air permukaan laut dan tsunami


Permukaan air laut yang naik termasuk didalamnya bencana
tsunami dapat mengakibatkan kerusakan hutan. Hutan-hutan di
bagian pesisir menjadi rusak karena aktivitas alam ini. Walaupun
hutan-hutan di pesisir dianggap suatu cara untuk mengurangi
dampak kerusakan dari tsunami tetapi hutan tersebut juga ikut
terkena dampaknya.
-------------------------------8-Kerusakan hutan juga dapat berdampak pada flora dan fauna yang ada dihutan tersebut. Akan
menyebabkan kelangkaan flora dan fauna yang dampaknya akan merugikan generasi penerus yang
tidak bisa melihat flora dan fauna tersebut. Abdul Khakim,
9. Pengantar Hukum Kehutanan Indonesia (Dalam Era Otonomi Daerah)
,
Cet.1,(Bandung : PT Citra Aditya Bakti,2005), hal.1
Universitas
Sumatera Utara

Kondisi Kerusakan Hutan


Data

yang

Indonesia

dikeluarkan

sejak

Bank

tahun

Dunia

1985-1997

menunjukkan

telah

bahwa

kehilangan

hutan

sekitar1,5 juta hektar setiap tahun dan diperkiraka n sekitar 20


juta hektar hutan produksi yang tersisa. Penebangan liar
berkaitan dengan meningkatnya kebutuhan kayu di pasar
internasional, besarnya kapasitas terpasang industri kayu dalam
negeri,

konsumsi

pemutihan

kayu

lokal,

lemahnya

yang

terjadi

di

penegakan
luar

hukum,

kawasan

dan

tebangan.

Penelitian Greenpeace mencatat tingkat kerusakan hutan di


Indonesia mencapai angka 3,8 juta hektar pertahun, sebagian
besar disebabkan oleh aktivitas illegal logging atau penebangan
liar (Johnston, 2004). Sedangkan menurut data Badan Penelitian
Departemen Kehutanan, kerugian finansial akibat penebangan
liar menunjukan angka Rp. 83 milyar perhari (Antara, 2004).
Berdasarkan hasil analisis FWI dan GFW dalam kurun waktu 50
tahun, luas tutupan hutan Indonesia mengalami penurunan
sekitar 40% dari total tutupan hutan di seluruh Indonesia. Dan
sebagian besar, kerusakan hutan (deforestasi) di Indonesia
akibat dari sistem politik dan ekonomi yang memperlakukan
sumber

daya

hutan

sebagai

sumber

pendapatan

dan

dieksploitasi untuk kepentingan politik serta keuntungan pribadi.


Menurut data Departemen Kehutanan RI tahun 2006, luas hutan
yang rusak dan tidak dapat berfungsi optimal telah mencapai
59,6 juta hektar dari 120,35 juta hektar kawasan hutan di
Indonesia,

dengan

laju

deforestasi

(perusakan

hutan

penggundulan hutan) dalam 5 tahun terakhir mencapai 2,83 juta


hektar per tahun. Bila keadaan seperti ini berjalan terus, dimana

Sumatera dan Kalimantan sudah kehilangan hutannya, maka


hutan di Sulawesi dan Papua akan mengalami hal yang sama.
Menurut analisis World Bank, hutan di Sulawesi diperkirakan akan
hilang tahun 2010. Dikutip dari beberapa sumber Indonesia
merupakan penyumbang ketiga terbesar gas rumah kaca setelah
AS dan China yang (salah satu penyebab utamanya) berasal dari
penghancuran terus menerus hutan alam dan lahan gambutnya.
Dalam lingkup global, satu juta hektar dihancurkan setiap
bulannya setara dengan satu lapangan bola setiap dua detiknya
(Von Hermandez, Direktur Eksekutif Greenpeace Asia Tenggara).
Puncaknya indonesia mengalami kerusakan hutan sebesar 1,8
jt/tahun,sehingga
mengabadikan

Guinness

Indonesia

Books
sebagai

of

Record

negara

edisi

yang

2008

hutannya

mengalami kerusakan paling cepat di antara 44 negara yang


masih memiliki hutan.

Dampak Kerusakan Hutan


Kerugian dari kegiatan pengrusakan hutan mengakibatkan
nyamuk berkembang sehingga angka korban yang terjangkit
penyakit malaria melonjak,sebagaimana dikutip oleh peneliti
Sarah Olson dari Universitas Wisconsin,Amerika Serikat dalam
laporan penelitiannya di jurnal Emerging Infectious Diseases
(2010).Hal yang sama juga terjadi di Indonesia. Perusakan hutan
juga

membuat

Kementerian

kasus

malaria

Kesehatan

meningkat,berdasarkan
Indonesia

data
yang

mengungkapkan,penyakit malaria di Indonesia masih merupakan


penyakit menular dengan prevalensi terbesar, yakni 2,85.
Kerusakan hutan juga menyebabkan rusaknya Daerah Tangkapan
Air (DTA), berakibat kurangnya debit air dan berujung pada krisis
air. Menurut Kasdi Subagyono dari Balai Penelitian Agroklimat
dan Hidrologi Departemen Pertanian Bogor, Indonesia menduduki

urutan ke 5 diantara negara-negara kaya air setelah Brazil, Rusia,


China dan Kanada.Hal ini tercermin dari potensi ketersediaan air
permukaan,terutama

dari

sungai,

yang

menurut

catatan

Departemen Pekerjaan Umum rata-rata 15.500 meter kubik


perkapita pertahun, jauh melebihi rata-rata dunia yang hanya
600 meter kubik perkapita pertahun. Seperti halnya di Jawa Barat
yang mengalami krisis air. Sebagai contoh, Waduk Ir. H. Juanda,
Jatiluhur (Purwakarta) yang airnya berasal dari sungai Citarum
yang seharusnya bisa mengairi sawah seluas 242.000 ha, pada
tahun 2007 kemampuannya menurun karena rusaknya daerah
tangkapan air (DTA). Menurut para ahli, daerah aliran sungai
(DAS) Citarum yang luasnya 600.000 ha idealnya ditopang oleh
300.000 ha hutan yang fungsinya sebagai DTA. Fakta tersebut
mendekati apa yang dilaporankan oleh Forum Air Dunia II (world
Water Forum) di Den Haag pada Maret 2000 yang memprediksi,
bahwa Indonesia termasuk salah satu negara yang akan
mengalami

krisis

air

pada

tahun

2025.

Dengan

semakin

berkurangnya tutupan hutan Indonesia, maka sebagian besar


kawasan Indonesia telah menjadi kawasan yang rentan terhadap
bencana,

baik

bencana

kekeringan,

banjir

maupun

tanah

longsor.Selain itu, Indonesia juga akan kehilangan beragam


hewan dan tumbuhan yang selama ini menjadi kebanggaan
bangsa Indonesia.
saya mengambil contoh kerusakan hutan di kalimantan. Kalimantan meliputi
empat propinsi yakni Kalimantan Barat ( Kalbar), Kalimantan Tengah (Kalteng),
Kalimantan Selatan (Kalsel) dan Kalimantan Timur (Kaltim), secara keseluruhan
meliputi areal 587.013 km2. Pada tahun 1971 jumlah penduduknya hanya 5,2 juta
jiwa, tahun 1980 menjadi 6,7 juta jiwa, tahun 1990 menjadi 9,1 juta jiwa,
kemudian tahun 2010 menjadi 13,8 juta jiwa.
Laju pertumbuhan penduduk (LPP) antara tahun 1971-1980 mencapai 3,04
persen per tahun, dan antara 1980-1990 menjadi 3,23 persen per tahun. Sedangkan

laju pertumbuhan penduduk antara 1990-2010 masih melampaui 2,5 persen.


Angka tersebut melampaui rata-rata nasional. LPP yang tinggi terutama
disebabkan banyaknya pendatang terutama transmigrasi.
Dengan demikian angka kepadatan penduduk (densitas) pun terus meningkat,
jika pada tahun 1971 hanya 10 jiwa per km2, tahun 1980 menjadi 12 jiwa per
km2, tahun 1990 mencapai 17 jiwa per km2, dan tahun 2010 melampaui 23 jiwa
per km2.
Sebagaimana di pulau-pulau lainnya, penyebaran penduduk di Kalimantan
pun tidak merata, daerah yang terpadat ialah Kota Banjarmasin mencapai 8.606
jiwa per km2. Sekitar 17,25 persen penduduk Kalsel bermukim di Banjarmasin.
Beberapa daerah padat lainnya ialah Kota Pontianak, Samarinda, Balikpapan,
Kabupaten Kotabaru dan Tanah Laut.
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, maka tekanan terhadap
lingkungan pun makin meningkat, terutama terhadap hutan. Bisa dikatakan, makin
tinggi LPP makin tinggi pula laju kerusakan hutan (deforestasi).
Menurut Goeltenboth (1992), kerusakan hutan tropis awalnya bisa disebabkan
banyak hal, misalnya karena pertumbuhan penduduk, kemiskinan, masalah utang
luar negeri dan kondisi perekonomian yang buruk. Namun untuk sebagian besar
penyebab utamanya karena perluasan lahan pertanian dan perkebunan,
pembangunan berbagai proyek swasta besar, serta eksploitasi berlebihan terhadap
sumberdaya kayu.
Sedangkan menyangkut penduduk asli disebutkan, bahwa selama berabadabad, penduduk asli dalam memanfaatkan hutan tanpa merusak keseimbangan
ekosistem. Bisa dikatakan bahwa penyebab utama terjadinya kerusakan hutan
ialah akibat sikap rakus sebagian pendatang dalam mengeksploitasi lingkungan.
Diperkirakan penebangan hutan berlangsung dengan kecepatan sekitar 1
persen per tahun, atau sekitar 20-40 hektar hutan hilang tiap menit. Keberadaan
hutan tropis, termasuk hutan di Kalimantan, terancam oleh dua kegiatan, pertama
adanya penebangan secara selektif, terutama untuk menyediakan bahan baku
industru kayu (Logs, sawn wood, palywood); kedua adanya penebangan seluruh
areal, baik untuk kegiatan pertanian tebar bakar (slash-and-burn agriculture) atau

perladangan, membuka perkebunan, peternakan, pertambangan atau industry


kayu.
Menurut Wana Khatulistiwa (1992), dua penyebab utama kerusakan hutan
tersebut, jika tidak segera dikendalikan dan diperbaiki skenario antisipasinya, oleh
banyak kalangan dikhawatirkan akan memperparah laju deforestasi yang selama
ini terjadi.
Dalam jangka panjang kerusakan hutan akan berdampak negatif terhadap
kehidupan liar (wildlife), perekonomian global dan lokal, mutu kehidupan
masyarakat sekitar hutan dan iklim. Bagaimanapun laju deforestasi harus
dikendalikan, terlebih jika mengingat hutan Kalimantan secara ekologi dan
ekonomi merupakan salah satu yang terpenting di dunia.
Hutan Kalimantan mengandung ribuan spesies burung, reptil dan amfibi.
Selain itu merupakan bank genetik untuk keperluan pemuliaan tanaman (plant
breeding), serta banyak terdapat tumbuhan obat-obatan dan florikultur seperti
anggrek. Selain kayu, hutan di Kalimantan juga menghasilkan tengkawang,
damar, bambu, minyak kayu putih, terpentin, gondorukem, rotan, sirap, arang,
madu, dan sebagainya.
Fungsi ekologi hutan berkaitan dengan isu mengenai pemanasan global dan
bocornya lapisan ozon. Bagaimanapun hutan di Kalimantan memberikan
kontribusi yang tak sedikit terhadap keseimbangan ekosistem Kalimantan. Seperti
melindungi daerah aliran sungai (DAS), menyeimbangkan berbagai siklus unsur
hara dan siklus hidrologi, sumber karbon, mengurangi pencemaran udara dan
mempengaruhi iklim mikro. Sudah selayaknya di kota-kota yang memiliki unitunit industri seperti Bontang, Balikpapan, Banjarmasin, dan sebagainya
disediakan areal khusus untuk hutan kota.
Menurut laporan FAO tahun 1989, ternyata laju kerusakan hutan di
Kalimantan mencapai lebih dari 600 ribu hektar per tahun, dan merupakan yang
paling tinggi dibanding pulau-pulau lainnya di Indonesia. Hal tersebut tentu saja
patut digaris-bawahi, jangan sampai laju kerusakan tersebut makin tidak
terkendali.

Sementara menurut Save Our Borneo (SOB), sebuah Lembaga Swadaya


Masyarakat (LSM) peduli lingkungan, sekitar Juni 2008 mengungkapkan sekitar
80 persen kerusakan hutan yang terjadi di Kalimantan disebabkan ekspansi sawit
oleh perusahaan besar. Sekitar 20 persen karena pertambangan dan area
transmigrasi. SOB juga mengungkapkan, berdasarkan prediksi tren 10 tahunan,
dari luas Kalimantan yang mencapai 59 juta hektare, laju kerusakan hutan
(deforestasi) telah mencapai 864 ribu hektare per tahun atau 2,16%. Kerusakan
paling luas terjadi di Kalimantan Tengah, yaitu mencapai 256 ribu hektar per
tahun, atau sekitar 2,2 persen per tahun.

____________________________
10. Kuala Lumpur Suara Karya Online, Sabtu 13 Agustus 2005.
http://www.suarakarya11.online.com/news.html?id=118116
. Diakses 13 Februari 2012.
12. Portal Penelitian Universitas Andalas.
Dampak Kebakaran Hutan di Wilayah Sumatera
Barat dan Riau Terhadap Perubahan Iklim (Climate Change).
13. http://lp.unand.ac.id/?pModule
=news&pSub=news&pAct=detail&detail=210
diakses 13 Februari
2012.Universitas Sumatera Utara

Jika hal itu dibiarkan berlarut-larut, tak mustahil suatu saat di Kalimantan
terjadi proses penggurunan (desertifikasi). Di Planet Bumi sudah ada Gurun Sa
hara, Gurun Gobi, dan sebagainya. Nah, jangan sampai ada yang dinamakan
Gurun Kalimantan. Sudah semestinya prinsip pengelolaan hutan yang
berkelanjutan benar-benar diterapkan.

2. Cara penanggulangannya
Cara Mengatasi Kerusakan Hutan
Keberadaan

hutan

sangat

penting.Hutan

merupakan

tempat hidup berbagai jenis tumbuhan dan hewan. Hutan juga


merupakan penyeimbang alam dan paru-paru dunia.Saat ini

jumlah

hutan

di

dunia

semakin

berkurang.Manusia

terus

mengambil sumber daya yang ada dalam hutan. Bila hal ini
dibiarkan terus maka hutan di dunia akan habis. Apa yang akan
terjadi bila hutan habis? Bumi akan semakin panas dan tidak
akan seimbang lagi. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya
untuk menjaga kelestarian hutan. Beberapa kawasan hutan
ditetapkan sebagai kawasan hutan lindung, cagar alam dan
suaka margasatwa.Cara lain untuk melestarikan hutan seperti
berikut ini:
a. Tebang pilih : Tebang pilih dilakukan dengan memilih tanaman
yang akan ditebang. Dipilih

yang sudah tua.Penebangannya

juga harus diberi jarak. Tidak satu lokasi ditebang semua.


b. Tebang tanam : Tebang tanam artinya setelah dilakukan
penebangan pohon di hutan selalu diiringi dengan penanaman
pohon baru.Dengan demikian kelestarian hutan tetap terjaga.
c. Mencegah penebangan liar : Penebangan liar sering dikenal
dengan istilah illegal logging.Saat ini kasus penebangan liar
semakin

parah.Hutan-hutan

di

negara

kita

semakin

menyempit.Untuk itu pengawasan harus dilakukan secara


ketat.

d.

Melakukan

penghijauan

Penghijauan

atau

reboisasi

merupakan upaya penanaman kembali hutan yang sudah


gundul. Luas lahan kritis diperkirakan meningkat rata-rata
400.000 ha/tahun jika tidak ada upaya rehabilitasi lahan dan
konservasi tanah yang memadai. Peningkatan luas lahan kritis
terutama

disebabkan

oleh

pengelolaan

yang

tidak

benar,antara lain penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan


kemampuannya serta tidak disertai dengan usaha konservasi
tanah

dan

air.Lahan

kritis

adalah

lahan

yang

tidak

produktif,lahan

ini

bersifat

tandus,

gundul,tidak

dapat

digunakan untuk usaha pertanian,karena tingkat kesuburannya


sangat rendah. Sistem yang digunakan dalam melakukan
rehabilitasi lahan kritis adalah dengan agroforestry yang mana
partisipasi aktif masyarakat sangat dibutuhkan, sehingga
diharapkan masyarakat dapat menjaga kawasan hutan yang
ada dan pendapatannya masyarakat juga meningkat.
Metode agrofoerstry untuk untuk memulihkan lahan sudah
berkembang di berbagai lokasi dan negara, Agroforestry

adalah suatu metode penggunaan lahan secara


oftimal,yang

mengkombinasikan

sitem-sistem

produksi biologis yang berotasi pendek dan panjang


(suatu kombinasi kombinasi produksi kehutanan dan
produksi

biologis

lainnya)

dengan

suatu

cara

berdasarkan azas kelestarian,secara bersamaan atau


berurutan,dalam
diluarnya,dengan

kawasan
bertujuan

hutan
untuk

atau
mencapai

kesejahteraan rakyat.

______________________
14 .anda Saraswati.Transboundary Haze Pollution dalam Perspektif Hukum Lingkungan
Internasional,15. http://www.scribd.com/doc/49016405/makalah-HukumKebijakanLingkungan-Hendra-Nanda-Rachmi-Zulkifli10 Februari 2012
16.Lkcircus.

Peran Indonesia dalam Mengatasi Isu Lingkungan Hidup di Kawasan


Asia Tenggara,

Cara Mencegah Kerusakan Hutan

Penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam


bertujuan

menjaga

lingkungannya,agar

hutan,kawasan

fungsi

hutan

lindung,fungsi

dan

konservasi,dan

fungsi produksi,tercapai secara optimal dan lestari.Ada 3 (tiga)


bentuk

perlindungan

terhadap

hutan

menurut

Peraturan

Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 tentang Perlindungan Hutan


yaitu: (1) perlindungan tanah hutan, (2) perlindungan hasil
hutan,dan (3) perlindungan hasil hutan,terutama yang terkait
dengan pemanfaatan hutan dan pemungutan hasil hutan.
Berikut beberapa kegiatan perlindungan hutan yang bisa
diterapkan langsung di lapangan:

a. Perlindungan Hutan Secara Preemtif


Upaya preemtif adalah kegiatan dalam upaya penciptaan
kondisi yang kondusif dengan tujuan menumbuhkan peran
aktif masyarakat dalam pengamanan kawasan hutan.

B. Perlindungan Hutan Secara Preventif


Kegiatan

Preventif

adalah

segala

kegiatan

yang

dilaksanakan untuk mencegah terjadinya gangguan


keamanan kawasan dan hasil hutan.
C. Pengamanan Hutan Secara Represif
Adalah kegiatan penindakan dalam rangka penegakan hukum
di mana situasi dan kondisi gangguan keamanan kawasan
hutan telah terjadi dan cenderung terus berlangsung atau
meningkat

sehingga

terhadap pelakunya.

perlu

segera

dilakukan

penindakan

D. Pengendalian Penggembalaan Liar


Pengendalian penggembalaan di hutan ditekankan pada
pencegahannya

dengan

memberikan

jalan

keluar.Seperti

contoh,Ada larangan masuknya ternak ke dalam hutan hanya


sewaktu tanaman masih muda,dan apabila tajuk pohon sudah
tidak dapat dicapai ternak maka penggembalaan ke dalam
hutan diperbolehkan lagi.

E. Perlindungan Hutan dari Hama dan Penyakit


Upaya perlindungan hutan dari hama serangga atau parasit
yang bisa merusak ekosistem yang ada di hutan ataupun jenis
tumbuhan yang ada disana.

F. Perlindungan Hutan dari Kebakaran


Upaya-upaya

dalam

rangka

mencegah

dan

membatasi

kerusakan hutan yang disebabkan oleh pembakaran liar dan


meningkatnya suhu secara drastis (global warming).
Menurut saya cara penanggulangan atau pemulihan hutan
dengan cara reboisasi, penanaman kembali hutan yang gundul.
Selain itu pemerintah juga harus ikut berpartisipasi, harus ada
sanksi yang memberatkan para penebang liar. Serta butuh
kesadaran masing-masing individu untuk melestarikan hutan dan
lingkungannya. Supaya anak cucu kita nanti bisa menikmati
keindahan bumi yang kita cintai ini.
---------------17.This entry was posted in Uncategorized by yulia purnamasari. Bookmark the permalink.
Proudly powered by WordPress

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari berbagai uraian di atas kami dapat menarik kesimpulan sebagai berikut
Bahwa pencemaran lingkungan terjadi karena ulah manusia itu sendiri yang tidak
dapat mengolah dan memanfaatkan lingkungan dengan baik. Jadi hal yang
membuat hutan rusak itu adalah diri kita sendiri yang tidak mempunyai rasa
tanggung jawab dan tidak mempunyai rasa kecintaaan pada alam. Kita sebaiknya
sadar akan pentingnya hutan untuk kehidupan. Kerugian dari kegiatan
pengrusakan
sehingga

hutan

angka

melonjak.

mengakibatkan

korban

Perusakan

yang

hutan

nyamuk

terjangkit

juga

berkembang

penyakit

membuat

kasus

malaria
malaria

meningkat, penyakit malaria di Indonesia masih merupakan


penyakit menular dengan prevalensi terbesar, yakni 2,85.
Kerusakan hutan juga menyebabkan rusaknya Daerah Tangkapan
Air (DTA), berakibat kurangnya debit air dan berujung pada krisis
air.
Cara penanganan pencemaran lingkungan dilakukan dengan ;Perlindungan
Hutan Secara Preemtif, Hutan Secara Preventif, Pengamanan
Hutan

Secara

Represif,

Pengendalian

Penggembalaan

Liar,

Perlindungan Hutan dari Hama dan Penyakit, Perlindungan Hutan


dari Kebakaran

B. SARAN
Sekiranya pencemaran lingkungan ini adalah masalah kita bersama, untuk itu
selaku insan manusia yang bertanggung jawab dan memegang teguh konsep
keseimbangan alam, maka sudah sepantasnya kita menjaga dan merawat

lingkungan, mulai dari lingkungan tempat tinggal kita sehingga nantinya akan
tercipta lingkungan yang sehat.

DAFTAR PUSTAKA
Afia, A. (2011). Kerusakan Hutan di Kalimantan. Penghijauan .
FAO. (1989).
Goeltenboth. (1992).
Irwanto. (2013). Kerusakan Hutan di Indonesia. Kerusakan Hutan di
Indonesia .
REFERENSI

http://zantio12.blogspot.com

www.google.co.id

www.scribd.com

www.wikipedia.co.id

http://green.kompasiana.com

www.irwantoshut.net

Diposkan oleh Lailita Siami di 22.36


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest

TUGAS
MAKALAH HUKUM LINGKUNGAN
DAMPAK KERUSAKAN HUTAN
TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP

OLEH:
KUSTINI HARTATI
B2AO13024
DOSEN PENGASUH:
Dr.ISKANDAR,S.H.,M.HUM.

UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI PASCASARJANA
ILMU HUKUM

2014
TUGAS
MAKALAH HUKUM LINGKUNGAN
PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HUTAN DAN DAMPAK TERHADAP
LINGKUNGAN HIDUP

OLEH:
KUSTINI HARTATI
B2AO13024
DOSEN PENGASUH: Dr.
NURSULISTYO.B.A.,S.H.,M.HUM.

UNIVERSITAS BENGKULU
FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI PASCASARJANA


ILMU HUKUM

2014

Anda mungkin juga menyukai