TELAAHAN STAF
TENTANG
KENDALA DAN PERMASALAHAN PELAKSANAAN
PERSIAPAN PROGRAM REDISTRIBUSI TANAH
DI LOKASI BEKAS HGU PT. BLONGKO & PT. LAIMPANGI
KABUPATEN MINAHASA SELATAN
I. Persoalan
Beredarnya informasi perihal penebangan pohon kelapa produktif (masih aktif
diupayakan pihak perusahaan) yang dilakukan oleh kelompok tertentu pada lokasi
lahan bekas HGU menjadi polemik tersendiri yang secara tidak langsung menjadi
kendala dalam pelaksanaan tahap inventarisasi subjek dan objek pada Program
Kegiatan Gugus Tugas Reforma Agraria tahun 2023.
Pemerintah desa belum dapat bekerjasama dengan KPA maupun OTL, informasi dari
pihak pemerintah desa bahwa KPA dan OTL tidak pernah melibatkan pemerintah desa
dalam hal survey lahan yang diredistribusi dan subjek-subjek penerima Redistribusi
tanah bekas HGU. Dalam hal ini, pemerintah desa menegaskan bahwa KPA belum
melapor/minta izin kepada pihak pemerintah desa perihal survey maupun pendataan
di lapangan. Beberapa aparat desa juga menginformasikan bahwa tindakan OTL telah
berlebihan dalam hal klaim penguasaan dan pengupayaan lahan bekas HGU.
Selain beberapa hal tersebut, muncul juga perbedaan cara pandang perihal subjek yang
layak menerima Redistribusi Tanah atas lahan bekas HGU.
II. Praanggapan
Penebangan pohon kelapa produktif di lahan bekas HGU dilakukan oleh kelompok
tertentu dengan muatan kepentingan tertentu yang akhirnya akan menghambat
tercapainya Reforma Agraria.
Perbedaan cara pandang dalam hal Subjek penerima Redistribusi Tanah ini dapat
menimbulkan asusmsi adanya freerider (penunggang gelap) dan adanya kepetingan lain
yang sudah tidak sesuai dengan cita-cita Reforma Agraria.
V. Simpulan
Perlu dilakukan klarisfikasi/konfirmasi untuk mengerucutkan permasalahan sehingga
lebih fokus pada pelaksanaan LPRA. Terkait masalah lokasi/bagian dalam bidang yang
sudah siap diredistribusikan dan bagian lahan yang masih harus ditinjau
permasalahannya.
Perlu dilaksanakan data cross data/ data versus data untuk membandingkan data
usulan subjek & objek dari kedua pihak untuk meredam perbedaan cara pandang dan
pemikiran serta menghasilkan simpulan yang tepat dan adil.
Terlepas dari segala hal menyangkut kepentingan-kepentingan tertentu, bahwa
penetapan subjek redis harus tetap berdasarkan Perpres 86 tahun 2018 sebagai aturan
yang berlaku untuk dipatuhi dan dilaksanakan.
VI. Saran
Perlunya dilaksanakan mediasi antar kedua pihak yaitu Pemerintah Desa dan KPA
beserta OTL agar tidak terjadi kesalapahaman, dan juga Agar tidak terjadi simpang siur
informasi dan kerancuan permasalahan perihal lahan yang akan diredistribusikan.