Anda di halaman 1dari 3

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/

BADAN PERTANAHAN NASIONALNASIONAL


BADAN PERTANAHAN
KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL
KANTOR WILAYAH PROVINSI
PROVINSI SULAWESISULAWESI
UTARA UTARA
Jalan 17 Agustus Manado – 95117, email : sulut@atrbpn.go.id, website : www.atrbpn.go.id

TELAAHAN STAF

TENTANG
KENDALA DAN PERMASALAHAN PELAKSANAAN
PERSIAPAN PROGRAM REDISTRIBUSI TANAH
DI LOKASI BEKAS HGU PT. BLONGKO & PT. LAIMPANGI
KABUPATEN MINAHASA SELATAN

I. Persoalan
Beredarnya informasi perihal penebangan pohon kelapa produktif (masih aktif
diupayakan pihak perusahaan) yang dilakukan oleh kelompok tertentu pada lokasi
lahan bekas HGU menjadi polemik tersendiri yang secara tidak langsung menjadi
kendala dalam pelaksanaan tahap inventarisasi subjek dan objek pada Program
Kegiatan Gugus Tugas Reforma Agraria tahun 2023.
Pemerintah desa belum dapat bekerjasama dengan KPA maupun OTL, informasi dari
pihak pemerintah desa bahwa KPA dan OTL tidak pernah melibatkan pemerintah desa
dalam hal survey lahan yang diredistribusi dan subjek-subjek penerima Redistribusi
tanah bekas HGU. Dalam hal ini, pemerintah desa menegaskan bahwa KPA belum
melapor/minta izin kepada pihak pemerintah desa perihal survey maupun pendataan
di lapangan. Beberapa aparat desa juga menginformasikan bahwa tindakan OTL telah
berlebihan dalam hal klaim penguasaan dan pengupayaan lahan bekas HGU.
Selain beberapa hal tersebut, muncul juga perbedaan cara pandang perihal subjek yang
layak menerima Redistribusi Tanah atas lahan bekas HGU.

II. Praanggapan
Penebangan pohon kelapa produktif di lahan bekas HGU dilakukan oleh kelompok
tertentu dengan muatan kepentingan tertentu yang akhirnya akan menghambat
tercapainya Reforma Agraria.
Perbedaan cara pandang dalam hal Subjek penerima Redistribusi Tanah ini dapat
menimbulkan asusmsi adanya freerider (penunggang gelap) dan adanya kepetingan lain
yang sudah tidak sesuai dengan cita-cita Reforma Agraria.

III. Fakta-fakta yang mempengaruhi


Belum ada kesepakatan atau kesepahaman antara pemerintah desa dan OTL sekaligus
KPA perihal bidang tanah dan subjek penerima. Diinformasikan bahwa Pemerintah Desa
telah memiliki usulan daftar subjek dan objek Redistribusi Tanah pada lokasi bekas
HGU.
Aksi demonstrasi oleh warga dan aparat desa Laimpangi dan peyampaian surat
pernyataan hibah oleh pemilik bekas HGU Laimpangi tanah seluas 1,2 Hektar kepada
pemerintah desa Blongko.
Surat dari SPMS kepada Kemeterian ATR/BPN perihal kegiatan pengukuran persil di
lokasi bekas HGU PT. Laimpangi yang mana belum pernah dilaksanakan kegiatan
pengukuran oleh Kantor Pertanahan Kab. Minahasa Selatan. Hal ini mengindikasikan
bahwa telah tersebar rumor bahwa sudah dilaksanakan kegiatan Redistribusi tanah
pada lokasi bekas HGU.
IV. Analisis
Beberapa poin informasi yang menjadi kunci permasalahan dapat ditelaah dan disajikan
dalam table berikut ini;

No Pendapat I Pendapat II Tanggapan/Aksi


1 Terjadi penebangan dan Penebangan pohon kelapa hanya Dilakukan klarifikasi perihal di
pengambilan pohon kelapa dilakukan pada area/lokasi yang mana lokasi penebangan,
yang masih produktif oleh berdekatan dengan sekolah, jumlah pohon/kerugian yang
kelompok tertentu pada karena dianggap dialami dan pihak-pihak yang
lahan bekas HGU membahayakan bagi anak-anak dilibatkan
yang beraktivitas di area
tersebut. Pohon kelapa yang
ditebang tidak banyak.
2 Dalam hal terjun ke KPA dalam hal ini berkoordinasi Kedua pihak harus
wilayah/lokasi bekas HGU dengan OTL memiliki prosedur dipertemukan untuk
yang dilakukan OTL bersama tersendiri perihal koordinasi mengakhiri perselisihan dan
KPA tidak sepengatahuan/ dengan pemerintah setempat, menghasilkan kesepahaman
seizin pemerintah desa sehingga belum sempat
Blongko dilakukan pertemuan
3 Surat pernyataan hibah dari Surat pernyataan hibah dari Perlu dibicarakan lebih lanjut
pemilik perusahaan yang pemilik perusahaan kepada dengan melibatkan pemilik
menyatakan bahwa lahan pemerintah desa Blongko perusahaan, dengan mematuhi
seluas 1,2 Ha diserahkan dianggap tidak sah/berlaku aturan/ prosedur yang berlaku
kepada pemerintah Desa mengingat bahwa pemilik perihal kesepakatan, pembagian
Blongko untuk keperluan perusahaan sudah tidak lahan dan langkah-langkah
perluasan lahan memperpanjang masa Hak Guna yang harus ditempuh sesuai
permukiman menjadi dasar Usahanya aturan berlaku agar tidak terjadi
pelaksanaan pembagian cacat prosedur.
lahan untuk masyarakat.
4 OTL memiliki usulan subjek Pemerintah desa Blongko Perlu ditengahi dan dilakukan
& objek berdasarkan memiliki usulan subjek & objek cross data antara kedua pihak
kepentingan kelompok/ yang muncul berdasarkan
golongan kepentingan tertentu

V. Simpulan
Perlu dilakukan klarisfikasi/konfirmasi untuk mengerucutkan permasalahan sehingga
lebih fokus pada pelaksanaan LPRA. Terkait masalah lokasi/bagian dalam bidang yang
sudah siap diredistribusikan dan bagian lahan yang masih harus ditinjau
permasalahannya.
Perlu dilaksanakan data cross data/ data versus data untuk membandingkan data
usulan subjek & objek dari kedua pihak untuk meredam perbedaan cara pandang dan
pemikiran serta menghasilkan simpulan yang tepat dan adil.
Terlepas dari segala hal menyangkut kepentingan-kepentingan tertentu, bahwa
penetapan subjek redis harus tetap berdasarkan Perpres 86 tahun 2018 sebagai aturan
yang berlaku untuk dipatuhi dan dilaksanakan.

VI. Saran
Perlunya dilaksanakan mediasi antar kedua pihak yaitu Pemerintah Desa dan KPA
beserta OTL agar tidak terjadi kesalapahaman, dan juga Agar tidak terjadi simpang siur
informasi dan kerancuan permasalahan perihal lahan yang akan diredistribusikan.

Kepala Bidang Penataan dan Pemberdayaan


Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Provinsi Sulawesi Utara

Latri Sukriningsih, A.Ptnh., M.Eng.


NIP. 196706021989032001

Anda mungkin juga menyukai