Pelaksanaan kegatan Sanimas Reguler 2017 secara resmi dimulai pada Bulan Maret 2017 seiring dengan
dilakukannya kick-off meeting pada tanggal 18 Maret 2017 di Jakarta. Dari berbagai lokasi (38 titik) didapatkan
progress kecepatan pelaksanaan yang beragam.
BAB 5 - 1
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017
Dari lamanya proses persiapan, beberapa factor yang berpengaruh adalah sebagai berikut :
a. Persiapan Administratif
proses administrasi kegiatan Sanimas mencakup Penyerahan Surat Minat dari Kabupaten/ Kota kepada,
Seleksi Lokasi Partisipatif (Selotif), Penyusunan DIPA, hingga Perjanjian Kerjasama antara Kabupaten/
Kota dengan Direktur PPLP.
Dari proses administrative tersebut, Sanimas Reguler Wiayah Barat terkendala di beberapa titik, yakni :
1) Provinsi Kep. Bangka Belitung : di provinsi ini terdapat Kabupaten Belitung semula bukan merupakan
lokasi Sanimas Reguler, melainkan Kabupaten Bangka Barat. Atas perubahan lokasi tersebut
dilakukan Revisi DIPA yang hingga Juli 2017 belum selesai. Kondisi ini berakibat pada terlambatnya
proses pencairan Dana bantuan kegiatan Sanimas untuk Kabupaten Belitung;
2) Provinsi Aceh : Hingga Juli PKS antara Pemerintah Kabupaten Bireuen dengan Direktur PPLP masih
dalam proses, namun kegiatan terus juga berjalan sambil menunggu proses PKS selesai;
3) Provinsi Kep. Riau : di provinsi ini terdapat 2 (dua) kabupaten yang terlambat, yakni Kabupaten
Anambas dan Kabupaten Natuna. Lambatnya progress kegiatan di kedua kabupaten ini adalah proses
verifikasi Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dan PKS antara Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
dengan Satker PSPLP yang kurang lancer akibat lokasi yang sangat jauh (daerah kepulauan). Kondisi
membutuhkan penanganan khusus baik dari Satker PSPLP didukung oleh Fasilitator Provinsi
(Fasprov) dalam mengelola pelaksanaan kegiatan.
4) Di Kabupaten Tapanuli Selatan, proses PKS antara Bupati dengan Direktur PPLP juga terkendali
sebagai akibat tidak adanya Undangan yang diterima oleh Kabupaten Tapanuli Selatan.
BAB 5 - 2
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017
Perubahan titik lokasi mengakibatkan lambatnya pelaksaan Sanimas Reguler di beberapa titik, seperti di
Kota Sabang, Provinsi Aceh, Kabupaten Bangka Barat ke Belitung, dan di Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi
Riau. Perpindahan Titik Lokasi tersebut disebabkan oleh beberapa factor yakni :
1) Kondisi Lahan : perubahan titik lokasi disebabkan kondisi lahan semua yang secara teknis sulit untuk
dibangun, seperti terjadi di Kabupaten Pesisir Barat, lokasi yang semua tidak jauh dari pemukiman
akhirnya untuk memenuhi standard teknisnya maka harus dipindah ke lokasi yang lebih rendah
dibanding lokasi terdahulu;
2) Perubahan Kebijakan : perpindahan lokasi yang disebabkan oleh kebijakan seperti terjadi di Kabupaten
Belitung, di mana sebelumnya lokasi direncanakan di Kabupaten Bangka Barat. Perpindahan tersebut
berakibat pada Revisi DIPA serta perubahan dokumen administrative lainnya;
Perubahan titik lokasi dengan berbagai penyebab di atas berpengaruh terhadap progress kegiatan itu sendiri
meski dengan tingkat pengaruh yang berbeda-beda.
BAB 5 - 3
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017
Dari data di atas terlihat bahwa TFL berdasarkan lokasi domisili lebih dari 50% tinggal di Ibukota Provinsi,
di mana TFL Teknik dari 38 TFL, 19 orang (50.00%) tinggal di Ibukota Provinsi, dan 19 orang (50.00%)
tinggal di Lokasi Tugas. Dan TFL Pemberdayaan, dari 38 orang terdapat 18 orang (47.37%) yang tinggal
di Ibukota Provinsi, sedangkan 20 orang (52.63%) tinggal di Lokasi Tugas.
Progres yang paling cepat dalam proses persiapan, perencanaan dan Pelaksanaan Program Sanimas Reguler
TA 2017 untuk Wilayah Barat adalah Kabupaten Dharmasraya, dan kondisi ini didukung oleh keberadaan
TFL yang keduanya tinggal sekitar 30 menit dari Lokasi Tugas.
Sementara itu di lokasi yang cukup lambat dalam proses adalah di Provinsi Sumatera Utara yang seluruh
TFLnya tinggal di Ibukota Provinsi.
BAB 5 - 4
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017
(Analisis atas kecepatan pelaksanaan Sanimas regular di setiap wilayah, berikut faktor-faktor yang
mempengaruhinya : TFL yang tidak tinggal di lokasi, kapasitas TFL, pola rekruitmen dll).
Dari data di atas, proses perencanaan secara umum selesai pada bulan Juni dan Juli.
BAB 5 - 5
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017
BAB 5 - 6
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017
BAB 5 - 7
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017
Dan dari hasil akumulatif seluruh wilayah, evaluasi kinerja Sanimas Reguler 2017 Wilayah per Provinsi
dengan hasil sebagai berikut :
BAB 5 - 8
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017
BAB 5 - 9
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017
b. Sistem Koordinasi
Dalam pelaksanaan Sanimas Reguler 2017 melibatkan berbagai stakeholders baik dari jalur structural
maupun jalur fungsional. Bila mengacu kepada Petunjuk Teknis, pola koordinasi lintas sector masih sangat
minim, setidaknya pelibatan instansi teknis lain di luar Dinas Pekerjaan Umum masih belum muncul.
Kondisi ini tidak terlepas dari posisi TFL yang tidak memiliki fungsi koordinasi langsung dengan
Pemerintah Daerah
Dengan tantangan pekerjaan di sector sanitasi yang masih jauh dari sempurna, peningkatan kerjasama dan
koordinasi lintas sector mutlak diperlukan. Untuk mencapai hal tersebut perlu didorong adanya kebijakan
yang sifatnya structural dalam hal ini melalui Kementerian Dalam Negeri dalam upayanya meningkatkan
peran serta Pemerintah Daerah.
BAB 5 - 10
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017
c. Sistem Pelaporan
Pelaporan adalah pemberian gambaran secara komprehensif terhadap pelaksanaan kegiatan di lapangan
(baik secara kuantitatif maupun kualitatif/Pemberdayaan dan Teknis) sebagai wujud pertanggungjawaban
pelaku pelaksanaan di lapangan yang diberikan secara periodik selama program berjalan. Pelaporan terdiri
dari Laporan Kinerja Penyelenggaraan dan Laporan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan yang dilakukan baik
secara struktural maupun fungsional, secara rinci seperti dalam tabel di bawah ini :
Dalam Buku Petunjuk Tekins (Juknis) Sanimas Reguler 2017, tercantum dua opsi teknologi yang dapat dipilih oleh
masyarakat untuk dibangun di lokasinya masing-masing, yaitu:
BAB 5 - 11
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017
Dalam mendesain sistem perpipaan, sangat tergantung pada topografi dan kemiringan lahan, hal ini
dimaksudkan agar air limbah dapat mengalir secara gravitasi. Dan jaringan perpipaan yang akan membawa
air limbah dari sumbernya (MCK dan/atau rumah-rumah penduduk) harus dilengkapi dengan bangunan
pelengkap seperti: manhole/bak control dan grease trap.
Grease trap atau bak perangkap lemak merupakan bangunan untuk mencegah penyumbatan akibat
masuknya lemak dan pasir ke dalam pipa dalam jumlah besar. Lokasi pemasangan bak perangkap lemak
sedekat mungkin dengan sumbernya seperti dapur atau tempat cuci. Bak ini dipasang di tiap rumah
pemanfaat sarana Sanimas.
Manhole/bak kontrol berfungsi sebagai tempat memeriksa, memperbaiki, dan membersihkan saluran dari
kotoran yang mengendap dan benda - benda yang tersangkut selama pengaliran. Manhole juga
mempermudah perawatan/membersihkan saluran dan mencegah terjadinya sumbatan pada saluran air.
Dengan adanya bak kontrol kita akan dengan mudah mengetahui bagian mana saluran yang tersumbat dan
dapat segera mengatasinya.
Manhole/Bak kontrol perlu ditempatkan pada belokan saluran atau pada saluran tertutup setiap panjang
sekian meter. Selain itu bak kontrol juga perlu ditempatkan jika ada perubahan ukuran pipa dan perubahan
arah aliran.
Dalam memilih lokasi lahan IPAL sebaiknya dipilih di lokasi dengan topografi terendah dan dekat dengan
badan air penerima sebagai penerima hasil buangan akhir air limbah (efluen) IPAL. Selain itu, lokasi IPAL
sebaiknya memiliki jalan akses yang cukup untuk dilalui truk tinja/motor tinja yang akan melakukan
penyedotan lumpur di IPAL secara berkala.
BAB 5 - 12
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017
Hasil analisis terhadap dokumen-dokumen RKM (Rencana Kerja Masyarakat) yang merupakan dokumen
rencana kegiatan pembangunan dan perbaikan sanitasi masyarakat yang telah disusun oleh masyarakat;
secara teknis, pemilihan desain/ sistem teknologi yang telah disusun dalam DED RKM telah sesuai dengan
Juknis Sanimas Reguler 2017. Dan proses pemilihan lokasi IPAL juga telah mengikuti proses partisipatif
sebagaimana ditetapkan dalam Juknis.
Beberapa catatan untuk melengkapi DED RKM, antara lain sebagai berikut:
- Untuk lokasi IPAL, sebaiknya didalam DED denah lokasi IPAL digambarkan secara detil, dengan
memperlihatkan situasi lingkungan seperti: lebar jalan akses dan letak badan air penerima (drainase,
sungai/kali, dan lain-lain).
- Untuk sistem perpipaan: Dalam dokumen DED yang telah disusun selain digambarkan sistem jaringan
perpipaan dan dilengkapi dengan manhole/bak control, HARUS digambarkan juga profil hidrolis
(gambar potongan memanjang) yang menggambarkan elevasi pipa yang terpasang, untuk
memudahkan dalam pelaksanaan pekerjaan pemasangan pipa.
Hal penting yang harus diperhatikan untuk menjaga keberfungsian dan keberlanjutan sarana Sanimas yang
terbangun, adalah operasional dan pemeliharaan sarana. Oleh karena itu, perlu diketahui juga mengenai
ketersediaan sarana dan prasarana untuk penyedotan lumpur seperti alat penyedot (truk tinja/motor tinja)
dan sarana pengolahan lumpur tinja (IPLT) di lokasi Sanimas yang akan dibangun di masing-masing
daerah. Apabila di Kabupaten/Kota yang sudah terbangun sarana Sanimas dan belum tersedia sarana
lumpur tinjanya (pengangkut dan pengolahan), harus segera menyiapkan dan menganggarkannya.
Solusi lain, bila tidak ada sarana pengolahan lumpur tinja (IPLT) yaitu dengan melakukan penyedotan
secara mandiri dengan alat penyedot lumpur (pompa lumpur). Dimana lumpur yang telah disedot tersebut
dapat ditampung di suatu lahan di sekitar IPAL (apabila tersedia lahan yang cukup), kemudian lumpur
dikeringkan dibawah sinar matahari selama 3-5 hari. Lumpur tinja yang sudah mengering dapat
dimanfaatkan untuk pupuk tanaman hias dan tanaman keras.
Direkomendasikan untuk Operasional dan Pemeliharaan terkait dengan penyedotan lumpur (sludge) di
IPAL bisa dilakukan dengan cara penyedotan yg terlembaga, seperti masuk dalam program Penyedotan
Lumpur Tinja Terjadwal (LTT) yg merupakan program pemerintah atau masuk sistem air limbah
terintegrasi atau membayar sediri.
Selain itu juga, untuk menjaga keberlanjutan sarana Sanimas, perlu untuk dilakukan monitoring kualitas
efluen air limbah secara berkala sesuai petunjuk teknis, dalam hal ini dapat bekerjasama dengan Dinas
BAB 5 - 13
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017
yang mempunyai fasilitas Laboratorium Uji Kualitas Air (misal: Dinas Kesehatan atau Dinas Lingkungan
Hidup).
Hasil pengolahan air limbah (efluen) merupakan salah satu peluang untuk dijadikan pupuk cair alami untuk
tanaman hias, tanaman keras, dan tanaman buah (seperti: pisang, semangka, dll). Namun sebaiknya tidak
digunakan untuk tanaman sayuran (seperti: kubis, sawi, tomat, cabe, kangkung, bayam, dan lain-lain).
Direkomendasikan bahwa dalam memanfaatkan hasil olahan air IPAL (efluen), harus dilakukan dulu
pemeriksaan kualitas airnya terutama untuk kandungan coliform tinjanya. Tidak diijinkan untuk
memelihara ikan atau hewan air tawar dengan air yang berasal dari air efluen IPAL.
Prasarana dan Sarana air limbah permukiman seperti Sanimas ini berkaitan juga dengan aspek kesehatan
masyarakat dan lingkungan, lingkungan hidup, social budaya serta kemiskinan. Dengan tersedianya sarana
Sanimas merupakan solusi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan,
meningkatkan kualitas lingkungan, meningkatkan pemahaman tentang higienis yaitu Pola Hidup bersih dan
Sehat (PHBS), serta meningkatkan taraf hidup masyarakat. Harapannya dengan terbangunannya sarana
Sanimas ini dapat menurunkan kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang
berkaitan dengan sanitasi buruk dan perilaku sehari-hari yang kurang baik (seperti: BABS - Buang Air
Besar Sembarangan), kondisi lingkungan menjadi bersih dan sehat, serta produktifitas meningkat.
Perlu diketahui juga bahwa Sarana Sanitasi yang terbangun (IPAL beserta sistem perpipaan) hendaknya
harus memperhatikan aspek estetika. Sarana Sanitasi yang baik tidak akan menimbulkan aroma yang
menyengat atau terjadi penggelontoran yang tidak sempurna. Perlu juga diperhatikan juga atau hindari bak-
bak manhole dari jangkauan vektor penyakit seperti tikus, kecoa/lipas yang masuk ke dalam bak tersebut.
Karena hewan-hewan tersebut dapat menularkan penyakit.
BAB 5 - 14
PT. INACON LUHUR PERTIWI
Gambar 5.1. Skema Sistem Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga Komunal Perpipaan
BAB 5 - 15
PT. INACON LUHUR PERTIWI
5.4. Evaluasi Bidang Konstruksi
Evaluasi bidang konstruksi merupakan kajian atas seluruh kegiatan pelaksanaan Sanimas yang terkait dengan bidang
konstruksi semata, baik dari tahap pra-konstruksi, perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi pasca konstruksinya.
Berikut hasil evaluasi bidang konstruksi.
Untuk alur pelaksanaan program Sanimas pada bulan Maret sampai bulan Juli ini dalam pelaksanaan
program SANIMAS Reguler adalah telah selesai disususn dokumen Rencana Kerja masyarakat (RKM)
dan masuk dalam tahap pengajuan verifikasi kepada Satker dan PPK provinsi. Salah satu bagian dalam
dokumen RKM tersebut adalah aspek teknis antara lain; Gambar rencana / pelaksanaan lengkap dengan
komponen konstruksi IPAL yang dilengkapi dengan tampilan gambar konstruksi yang dapat
menggambarkan bagian-bagian konstruksi dengan skala tertentu antara lain; tampak atas, potongan
melintang, potongan memanjang, detail-detail bagian tertentu konstruksi, serta instelasi perpipaan mulai
dari Sambunagan Rumah (SR) sampai IPAL yang dilengkapi dengan bak kontrol (manhole).
Dokumen perencanaan teknis dan RAB yang disusun oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang
difasilitasi/didampingi oleh TFL teknis di Wilayah Barat sudah selesai, demikian tahap verifikasi serta
finalisasi oleh Fasprov dan tim Kastker PSPLP Provinsi sudah selesai.
Dokumen RKM tersebut telah disepakati antara KSM dan Satker PSPLP Provinsi yang digunakan
menjadi bagian kontrak kerja antara KSM dengan Satker/PPK PSPLP dalam rangka pelaksanakan
pembangunan konstruksi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tersebut, maka dokumen tersebut
dibuat sebagai lampiran pengajuan kepada KPPN guna pencairan dana secara bertahap.
BAB 5 - 16
PT. INACON LUHUR PERTIWI
Dalam pelaksanaan Aspek Konstruksi/ Teknis dalam program Sanimas reguler ini terdapat 3 (tiga)
tahapan antara lain :
c) Perencanaan Teknis
Perencanaan Teknis (Detail Engineering Design) merupakan perencanaan konstruksi sesuai fungsi, jenis
material yang digunakan dan kapasitas untuk mengolah limbah yang direncanakan berdasarkan jumlah
Sambungan Rumah (SR) atau jumlah pemamfaat. Setelah perencanaan teknis dilakukan harus dibuat
acuan teknis atau spesifikasi teknis untuk menjamin atau acuan penetapan kualitas konstruksi yang akan
dibangun, selanjutnya dilakukan pembuatan gambar perencanaan/ pelaksanaan yang dilakukan oleh TFL
dan selalu dikonsultasikan kepada Fasprov dan tim Satker PSPLP provinsi.
BAB 5 - 17
PT. INACON LUHUR PERTIWI
Dalam persiapan atau kegiatan Pra Konstruksi dapat disimpulkan bahwa capaian telah selesai dilakukan
dengan hasil Penyususnan Perencanaan Teknis (DED) dan Rencana anggaran Biaya (RAB) telah selesai
disusun dan diverifikasi Tim Teknis Satker / PPK PSPLP Provinsi.
Setelah pelaksanaan konstruksi selesai, yaitu bangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik
(IPAL) dan jaringan perpipaan serta sambungan rumah telah terpasang. KSM dan TFL memastikan
bahwa seluruh pekerjaan terselesaikan dengan baik sesuai RKM. Untuk itu sebelum sarana dan prasarana
dapat digunakan oleh masyarakat, harus dilakukan uji pengaliran, uji kebocoran, dan uji keberfungsian
(commissioning test) sarana terbangun.
o Uji kebocoran dilakukan untuk mengidentifikasi kebocoran pada bangunan IPAL dan sambungan
pipa.
o Pengetesan Pipa, untuk memastikan bahwa pipa dan perlengkapanya yang telah di pasang selama
pelaksanaan pemasangan pipa dalam keadaan baik. Sehingga di harapkan pada saat pipa tersebut
dialiri air limbah tidak mengalami kebocoran
o Uji keberfungsian, dilakukan untuk menguji fungsi pengaliran, yaitu mengidentifikasi adanya
kesalahan pengaliran, hambatan dan kebocoran pada jaringan perpipaan air limbah, serta
memastikan air limbah dari seluruh sambungan rumah yang telah terpasang mengalir ke bangunan
IPAL.
- Apabila sarana terbangun sesuai dengan RKM dan dapat berfungsi dengan baik, maka KSM
segera melaporkan kepada Satker/PPK untuk mengagendakan kegiatan serah terima sarana dari
KSM kepada pemberi pekerjaan (PPK Satker PSPLP Provinsi) untuk kemudian diserahkan kepada
Masyarakat difasilitasi oleh TFL.
BAB 5 - 18
PT. INACON LUHUR PERTIWI
- Apabila sarana belum dapat berfungsi dengan baik, maka KSM bersama masyarakat akan segera
memperbaiki sarana terbangun tersebut.
Saat pelaksanaan commissioning test, harus dibuatkan Berita Acara Pelaksanaan Commisioning
Test. Berita acara ini merupakan lampiran saat kegiatan serah terima pekerjaan dilakukan.
Pemerintah Kabupaten/Kota berperan dalam menyediakan prasarana dan sarana seperti truk/motor tinja
untuk penyedotan/pengurasan lumpur tinja pada sarana IPAL dan juga pengolahan lumpur tinjanya
(IPLT) dalam rangka pemeliharaan, keberlanjutan dan keberfungsian sarana Sanimas yang telah
terbangun. Selain itu pemerintah kabupaten/kota dapat memberikan bantuan kepada KPP, yaitu dapat
berupa bantuan dana operasional maupun bantuan/pembinaan teknis (penyuluhan, pelatihan) agar mereka
mampu mengoperasikan dan memanfaatkan sarana yang ada dengan baik.
BAB 5 - 19
PT. INACON LUHUR PERTIWI
- Bak Inlet dan settler, lakukan pemeriksaan dan pembersihan terhadap sampah dan kotoran yang
mengapung (1 kali per 2 minggu)
- Dari bak inlet, dilanjutkan ke bak-bak berikutnya lakukan pembersihan dan buang kotoran padat dan
yang mengapung di bawah manhole (1 kali per minggu)
- Lakukan test kualitas air limbah/efluen, sebaiknya setiap bulan, namun bila ada keterbatasan biaya, dapat
dilakukan 1 kali dalam 6 bulan.
- Lakukan pengurasan/penyedotan lumpur secara berkala tiap 2 tahun.
Adapun fokus kegiatan SANIMAS dalam hal ini adalah penanganan air limbah rumah tangga. Melalui pelaksanaan
Sanitasi Berbasis Masyarakat ini, masyarakat memilih sendiri prasarana dan sarana air limbah permukiman
yang sesuai, membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), ikut aktif menyusun rencana aksi dan melakukan
pembangunan fisik dan membentuk Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) untuk melaksanakan
pengelolaan kegiatan operasi dan pemeliharaan.
BAB 5 - 20
PT. INACON LUHUR PERTIWI
Ruang lingkup Program SANIMAS yang terkait dengan aspek legal meliputi beberapa tahapan, yaitu :
5.5.1. Tahap penyiapan warga
Penyiapan warga dilakukan setelah Desa/kelurahan rawan sanitasi terpilih penerima porgram
SANIMAS, selanjutnya dilakukan sosialisasi tingkat Desa/Kelurahan dan lalu menentukan titik lokasi.
Aspek legal pada tahap ini yaitu meliputi pembuatan Berita Acara seleksi titik lokasi. Selanjutnya
Pembentukan KSM dengan dibuatnya SK. Kades/Lurah tentang Pembentukan KSM termasuk
didalamnya memuat gambar Struktur Organisasi, Pembuatan Berita Acara Pembentukan Tim
pengadaan Barjas (Barang dan Jasa) dengan swakelola. Pembuatan SK. Kades/Lurah tentang
Pembentukan KPP, Pembuatan SK. Satker tentang Penetapan Penerima Manfaat, Pembuatan SK. KSM
tentang Penetapan Tim dan Pembuatan/ Penyusunan dokumen Perjanjian Kerjasama antara Satker
dengan KSM serta Pembuatan Berita Acara Verifikasi Daftar Panjang.
BAB 5 - 21
PT. INACON LUHUR PERTIWI
kesanggupan menyelesaikan pekerjaan, Berita acara pengadaan dan dibuatnya Surat Perjanjian
Kerjasama.
Pelaksanaan serah terima terbagi dua, yaitu serah terima pekerjaan dan serah terima aset. Serah terima
pekerjaan dilakukan dengan penandatanganan Berita Acara serah terima yang ditanda tangani oelh KSM
dan PPK Satker PSPLP Provinsi, sedangkan serah terima aset dilakukan setelah serah terima pekerjaan
dengan 3 tahapan yaitu : 1). Serah terima Sarana Prasarana Sanitasi dari KSM kepada PPK Satker
PSPLP Provinsi selaku pihak pemberi tugas diketahui Kepala Desa/Lurah, 2). Serah terima dari PPK
Satker PSPLP Provinsi kepada Pemerintah Kabupaten/Kota agar sarana tersebut dapat dicatatkan
sebagai aset Pemerintah Kabupaten/Kota (tidak mencakup lahan hibah) dan 3). Serah terima
pengelolaan sarana dari Pemerintah Kab/Kota kepada KPP.
Lokasi dampingan wilayah barat terdiri dari 10 Provinsi dan 34 Kabupaten/Kota dengan total pagu
anggaran Rp.15.825.000.000,- yag diharapkan dapat terserap seluruhnya pada akhir bulan November
2017. Adapun rincian alokasi yang terdiri dari rencana dan realisasi sampai dengan tanggal 7 Desember
2017 dapat dilihat dalam tabel.
BAB 5 - 22
PT. INACON LUHUR PERTIWI
PROGRESS PELAKSANAAN PROGRAM SANIMAS REGULER STATUS 7 Desember 2017
BAB 5 - 23
PT. INACON LUHUR PERTIWI
secara keseluruhan lokasi perencanaan pencairan dilaksanakan dalam 3 tahap (40%, 30%, 30%) dengan
pembagian pada Bulan November mentargetkan Rp. 15,825,000,000 dana terserap atau keseluruhan alokasi
dapat terserap 100%, Bulan Agustus Rp. 4.267.500.000, Bulan September Rp.607.500.000, Bulan Oktober
Rp3.787.600.000 dan pada Bulan Nopember sebesar Rp960.000.000.
Sampai dengan Bulan November 2017 progres/realisasi pencairan pada sebagian besar lokasi yang sebelumnya
mengalami keterlambatan pada proses perencanaan dan pencairan dapat segera memperbaiki performanya
sehingga saat ini untuk target pencairan tahap I telah cair seluruhnya.
Untuk Rencana pencairan pada 30 % tahap II telah cair seluruhnya dan 30% tahap III menyisakan 8 kecamatan
yang belum memberikan progress, kondisi sementara seluruh kecamatan telah mengajukan dokumen pencairan
hanya perlu beberapa kekurangan dokumen yang harus dilengkapi atau diperbaiki.
Adapun progress pencairan untuk wilayah barat dapat terlihat pada table berikut:
TAHAP-1 TAHAP-2
40% 30%
NO PROVINSI PAGU (Rp)
JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER
Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Thp I Realisasi Thp II Rencana Realisasi
1 ACEH 1,600,000,000 640,000,000 160,000,000 640,000,000 0 1,120,000,000 480,000,000 0 1,120,000,000 0
2 SUMATERA UTARA 2,200,000,000 880,000,000 0 880,000,000 880,000,000 1,540,000,000 0 0 1,540,000,000 0
3 SUMATERA BARAT 425,000,000 170,000,000 170,000,000 170,000,000 0 297,500,000 0 127,500,000 297,500,000 0
4 RIAU 2,400,000,000 960,000,000 0 960,000,000 960,000,000 1,680,000,000 0 0 1,680,000,000 0
5 KEP. RIAU 2,800,000,000 1,120,000,000 0 1,120,000,000 0 1,960,000,000 480,000,000 0 1,960,000,000 0
6 JAMBI 800,000,000 320,000,000 0 320,000,000 0 560,000,000 320,000,000 0 560,000,000 0
7 BENGKULU 1,600,000,000 640,000,000 0 640,000,000 0 640,000,000 320,000,000 0 1,120,000,000 0
8 BANGKA BELITUNG 1,600,000,000 640,000,000 480,000,000 640,000,000 0 1,120,000,000 160,000,000 0 1,120,000,000 0
9 SUMATERA SELATAN 800,000,000 320,000,000 320,000,000 320,000,000 0 560,000,000 0 0 560,000,000 0
10 LAMPUNG 1,600,000,000 640,000,000 0 640,000,000 640,000,000 640,000,000 - 480,000,000 1,120,000,000 0
TOTAL 15,825,000,000 6,330,000,000 1,130,000,000 6,330,000,000 2,480,000,000 10,117,500,000 1,760,000,000 607,500,000 11,077,500,000 0
Pada grafik progress dan perencanaan penyerapan tergambar pada bulan November 2017 terdapat deviasi antara
target dan realisasi sekitar 1.41 % pada Perencanaan Tahap III atau baru mencapai 82% penyerapan. Deviasi
tersebut diharapkan segera tertutupi di 8 lokasi yang telah memasukkan berkas dan menyelesaikan dokumen
perbaikan.
BAB 5 - 24
PT. INACON LUHUR PERTIWI
5.6.2. Evaluasi Kegiatan
Beberapa catatan terkait dengan pelaksanaan kegiatan;
Terkait dengan perhitungan pajak yang sebelumnya tidak diperhitungkan akan merubah perhitungan
Rencana Anggaran dan Biaya, perubahan yang berkisar 10% – 12% akan berdampak pada kualitas
terbangun. Sehingga agar tidak merubah kualitas dan mafaat dari kegiatan perlu ada review dan
pendampingan langsung baik dari fasilitator provinsi dan tenaga ahli terkait. Jika pada perhitungan
ternyata dapat mempengaruhi fisik terbangun segera dapat melakukan musyawarah untuk menutupi
kekurangan anggaran atau melakukan efisiensi biaya operasional seperti penggantian dengan system
swadaya masyarakat.
Perhitungan pajak pada jenis bentuan pemerintah dengan mata anggaran Belanja Barang Lainnya Untuk
diserahkan Kepada Masyarakat/Pemerintah dalam Bentuk Uang masih belum mendapat acuan yang
jelas apakah menggunakan PPH pasal 21 atau PPH pasal 22 atau merujuk pada ketentuan dalam LKPP
tentang batuan pemerintah yang memiliki karakteristik. Rujukan ketentuan tersebut memiliki perbedaan
perhitungan yang cukup besar. Permasalahan ini sebaiknya dibicarakan agar terdapat kesepahaman
antara DJA, kementrian sebagai pelaksana dan BPK saat penyusunan juknis kedepan. Beberapa rujukan
terhadap perhitungan pajak menyebabkan perbedaan kebijakan didaerah ada yang memberlakukan
pemotongan dan beberapa memahami tidak diperlukannya pemotongan.
Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah dokumen pertanggungjawaban sebagai bentuk
akuntabilitas pengelolaan kegiatan. Fasilitator/pendamping diharapkan dapat melakukan pemeriksaan
rutin terhadap pencatatan keuangan beserta kelengkapan dokumen adiminstrasi/pendukung seperti
kwitansi, faktur maupun nota belanja.
Secara umum kegiatan administrasi keuangan sangat mudah untuk diaplikasikan karena mencatat arus
kas keluar (cash flow) saja sehingga untuk pemeriksaan terhadap pencatatan dan bukti kas keluar sangat
mudah, yang perlu mendapat perhatian adalah nilai saldo kas (tunai) yang perlu dilakukan opname
secara berkala sebagai langkah preventive. Hanya pada tahun yang akan dating penambahan jam
pelajaran pada materi keuangan menjadi hal yang perlu diperhatikan. Pemecahan materi keuangan
kedalam beberapa sub pokok bahasan akan mempermudah peserta.
BAB 5 - 25
PT. INACON LUHUR PERTIWI
5.6.3. Estimasi Beban Biaya
Agar setiap proyek yang terbangun dapat terjamin keberlangsungannya maka didalam perencanaan pada
awal kegiatan perlu disosialisasikan dan diperhitungan jumlah layanan dan beban biaya yang akan
ditanggung masing-masing rumah tangga, dan jika beban tersebut tidak terpenuhi perlu direncanakan
alternative tambahan pendapatan.
BAB 5 - 27
PT. INACON LUHUR PERTIWI
5.7.1. Stakeholder
Stakeholder utama merupakan stakeholder yang memiliki kaitan kepentingan secara langsung dengan
suatu kebijakan, program, dan proyek. Mereka harus ditempatkan sebagai penentu utama dalam proses
pengambilan keputusan.
a) Masyarakat dan tokoh masyarakat : Masyarakat yang terkait dengan proyek, yakni masyarakat
yang di identifkasi akan memperoleh manfaat dan yang akan terkena dampak (kehilangan tanah
dan kemungkinan kehilangan mata pencaharian) dari proyek ini. Tokoh masyarakat : Anggota
masyarakat yang oleh masyarakat ditokohkan di wilayah itu sekaligus dianggap dapat mewakili
aspirasi masyarakat
b) Pihak Manajer publik : lembaga/badan publik yang bertanggung jawab dalam pengambilan dan
implementasi suatu keputusan.
Peran Stakeholder pembangunan kesejahteraan sosial sesungguhnya membawa angin segar bagi
tumbuhnya demokrasi dan partisipasi warga dalam segenap aktivitas pembangunan kesejahteraan sosial
yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas pelayanan pembangunan kesejahteraan sosial.
Stakeholder pendukung (sekunder) adalah stakeholder yang tidak memiliki kaitan kepentingan secara
langsung terhadap suatu kebijakan, program, dan proyek, tetapi memiliki kepedulian (consern) dan
keprihatinan sehingga mereka turut bersuara dan berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan
legal pemerintah.
c) Lembaga (Aparat) pemerintah dalam suatu wilayah tetapi tidak memiliki tanggung jawab
langsung. (SKPD Terkait Program yang di laksanakan di daerahnya)
d) Lembaga pemerintah yang terkait dengan issu tetapi tidak memiliki kewenangan secara langsung
dalam pengambilan keputusan. (SKPD lintas Sektoral)
e) Lembaga swadaya Masyarakat (LSM) setempat : LSM yang bergerak di bidang yang bersesuai
dengan rencana, manfaat, dampak yang muncul yang memiliki “concern” (termasuk organisasi
massa yang terkait).
f) Perguruan Tinggi: Kelompok akademisi ini memiliki pengaruh penting dalam pengambilan
keputusan pemerintah.
g) Pengusaha (Badan Usaha) yang terkait.
Stakeholder kunci merupakan stakeholder yang memiliki kewenangan secara legal dalam hal
pengambilan keputusan. Stakeholder kunci yang dimaksud adalah unsur eksekutif sesuai levelnya,
legisltif, dan instansi. Misalnya, stekholder kunci untuk suatu keputusan untuk suatu proyek level
daerah kabupaten.
BAB 5 - 28
PT. INACON LUHUR PERTIWI
h) Pemerintah Kabupaten
i) DPR Kabupaten
j) Dinas yang membawahi langsung proyek yang bersangkutan.
k) Konsep Partisipasi
5.7.2. Partisipasi
Tingkat partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan yang harus dilakukan oleh masyarakat
meliputi beberpa tahapan sosialisasi dan rembuk sesuai jadwal yahapa yang harus dilakukan oleh
masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pembangunan IPAL Sanimas reguler 2017
REKAP PARTIS IPAS I MASYARAKAT PROVINSI
Sosialisasi Awal Tingkat Kelurahan Rembug Kelurahan I Rembug Kelurahan II Rembug Pelaksanaan
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Provinsi Jumlah
Lokasi Perempuan Laki-Laki Warga Peserta Perempuan Laki-Laki Warga Peserta Perempuan Laki-Laki Warga Peserta Perempuan Laki-Laki Warga
Peserta
MBR MBR MBR MBR
ACEH 4 198 92 106 138 192 82 110 101 192 76 126 139 141 47 95 104
BENGKULU 4 135 35 100 164 145 34 111 145 128 32 96 137 95 23 72 43
JAMBI 2 59 16 43 20 59 16 43 20 53 17 36 15 0 0 0 0
BABEL 4 20 5 15 8 0 0 0 0 93 37 56 29 30 7 23 0
KEP. RIAU 7 151 56 95 136 156 64 91 128 165 51 124 134 100 16 84 85
LAMPUNG 4 625 75 100 279 160 65 95 89 126 34 92 82 25 0 25 0
RIAU 6 0 0 0 0 14 5 9 7 0 0 0 0 39 1 38 0
SUMBAR 1 48 18 30 5 32 8 24 1 42 17 25 2 4 0 4 0
SUMSEL 2 54 11 43 33 152 80 72 122 74 30 44 68 0 0 0 0
SUMUT 4 82 19 63 7 76 24 52 8 88 37 51 17 58 12 46 23
106
100
95 67
100
92 60 63
43 56 75 70 30 43
35 16 20 18 19
11
I L
EH LU B EL U G U R
SE U
T
C U M B RI
A N IA BA
A K JA
A PU R M M M
G B . SU SU
EN EP
M SU
B K LA
BAB 5 - 29
PT. INACON LUHUR PERTIWI
Dalam pelaksanaan sosialisasi kelurahan / desa untuk tingkat partisipasi masyarakat dalam proses
sosialisasi terdapat perbedaan yang tidak terlalu banyak unttuk tiap titik lokasi dan provinsi, rata-rata
tingkat kehadiran dalam sosialisasi antara 20-45 orang di setiap kegiatan sosialisasi yang dilakukan.
Masih perlu banyak keterlibatan masyarakat dalam kegiatan sosiaalisasi ini hal ini dikarenakan adanya
agenda sosialisasi PHBS di kegiatan ini dan masyarakat perlu memahami dan mengerti akan pentingnya
kesehatan dasar yang harus mereka lakukan. Tingkat kehadiran kaum perempuan dalam kegiatan sudah
lumayan bagus meskipun keterlibatan secara langsung dalam forum masih banyak di kuasai oleh kaum
laki-laki, perlu adanya keterpaduan peran dalam semua kegiatan yang ada di kegiatan masyarakat
sehingga peran kaum perempuan secara pasti ada peningkatan.
110 77
91 95 72
111
60
82 94 52
43 64 65 80
34 41 24 24
16 8
I L
EH LU B EL U G U R
SE U
T
C U M A
B
R
IA U
N
R
IA BA M
A K JA P M M
G B . SU SU
EN EP
M SU
B K LA
Tingkat partisipasi masyarakat terutama kaum perempuan dalam pelaksanaan kegiatan rembuk I yang
membahas tentang fakta integritas/surat kesiapan masyarakat dalam menerima dan melaksanakan
Program Sanimas terdapat perbedaan dalam tingkat partisipasi dalam rembuk I, di sumut tingkat
partisipasinya paling rendah, dari 4 titik lokasi yang ada hanya kisaran 20 orang per lokasi, sedangkan
daerah provinsi lain diantara kisaran 25-45 orang di kegiatan ini.
BAB 5 - 30
PT. INACON LUHUR PERTIWI
Tabel 5.3. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Rembuk 2
126 80
124
96 92
56 51
95 44
76 36 25
32 37 51 34 30 37
17 17
I T
H LU B EL U G U R
SE
L
U
CE U M A
B R
IA U
N
R
IA BA M
A K JA P M M
G B . SU SU
EN EP
M SU
B K LA
Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan rembuk II dengan agenda pembentukan KSM dan KPP
mengalami kenaikan dibandingkan kegiatan rembuk I, meskipun kisaran kehadiran masyarakat masih
sama dikisaran 20-45 orang disetiap lokasi rembuk II yang masyarakat lakukan.
Rembuk Pelaksanaan
Perempuan Laki-laki
95 101 104
72 78
71
43 46
47 42 30
38 16
23 16 20 25
9 12 12
I
EH LU B EL U G U R
SE
L
U
T
C U M A
B
R
IA U
N
R
IA BA M
A K JA P M M
G B . SU SU
EN EP
M SU
B K LA
Agenda rembuk pelaksanaan yang membahas pembentukan panitia pengadaan barang dan Jasa
mengalami kemunduran dalam tingkat partisipasi masyarakat dibandingkan dengan rembuk sebelumnya,
BAB 5 - 31
PT. INACON LUHUR PERTIWI
terkesan bahwa adanya rembuk pelaksaan ini adalah kegiatan laki-laki , perlu pemahaman kepada
masyarakat menyangkut keterlibatan perempuan dalam kegiatan ini, karena keterlibatan perempuan juga
menjadi penting ketika dalam pelaksanaan terdapat swadaya masyarakat yang berupa makanan dan
minuman ketika swadaya gotong royong pembesihan lahan di awal pengerjaan sangat diperlukan dlam
keterlibatanya.
Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang dalam bermasyarakat kepada
pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya, dan dapat ditarik kesimpulan bahwa
partisipasi adalah suatu keterlibatan masyarakat dalam memberikan kepedulian terhadap kegiatan yang
melaksanakan dan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar serta mendukung pencapaian tujuan
dan bertanggung jawab atas keterlibatannya. Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa
sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk
memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman
dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya. Dan, langkah-langkah Implementatif
peningkatan kapasitas yang perlu diambil dalam rangka meningkatkan kapasitas stakeholders adalah
melalui :
a. Pelatihan peningkatan kapasitas secara berjenjang dari pelaku yang terlibat didalamnya;
b. Optimalisasi peran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait dalam mendorong peran lembaga
yang ada dalam implementasi program yang akan dilaksnakan;
c. Optimalisasi lembaga terkait melalui lintas sektoral yang ada sehingga program yang di jalankan
lebih sinergi dan berkelanjutan;
d. Peningkatan kerja sama lembaga swasta dalam rangka menunjang keberhasilan program sanimas
reguler;
e. Optimalisasi Peran serta stakeholders dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program
sanimas melalui langkah peningkatan kapasitas pelaku;
f. Pendekatan intensif terhadap masyarakat dalam semua tahapan sehingga tercipta hubungan yang
lebih harmonis, dan membangun kerjasama yang baik dalam pelaksaaan program kedepannya;
g. Bimbingan dari pihak dinas tidak terhenti sampai program Sanimas selesai namun juga pasca
infrastuktur terbangun, karena dengan kondisi partisipasi yang belum baik menyebabkan program
tersebut tidak dapat berkelanjutan jika tanpa pemantauan dari pemerintah;
h. Peningkatan kinerja KPP sebagai motor penggerak program Pasca Kontuksi terbangun sekaligus
motivator bagi masyarakat dalam melanjutkan program sanimas sehingga dapat di rasakan secara
berkelanjutan;
i. Kampanye Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) yang terencana dan mampu menggerakkan
perubahan di tingkat komunitas, baik dalam mengontrol pelaksanaan program sanimas yang
terbangun sehingga tercipta kesadaran hukum masyarakat akan pentingnya kesehatan di wilayahnya;
BAB 5 - 32
PT. INACON LUHUR PERTIWI
j. Koordinasi lintas sector disetiap tahapan program Sanimas dengan pelibatan jalur structural
(pemerintah) maupun jalur fungsional (konsultan dan masyarakat).
Untuk itu, perlu dikembangkan Bahan Bacaan yang seharusnya menjadi pegangan peserta pelatihan.
Adapun Materi Bahan Bacaan yang diusulkan adalah sebagai berikut :
BAHAN BACAAN
NO TAHAP
TOPIK KONTEN
I PERSIAPAN 1. Proses Penetapan Lokasi - Surat Minat
sanimas - Selotif
- PKS Kabupaten/ Kota dengan Direktur
PPLP
2. Sosialisasi - Sosialisasi Kabupaten
- Sosialisasi Desa
3. Rembuk Warga - Rembuk Warga I
- Rembuk Warga II
- Rembuk Warga III
II PERENCANAAN 4. RKM - Studi Kelayakan Lahan
- Hibah Lahan
- Dokumen RKM
5. DED dan RAB - Penyusunan DED
- Pengukuran lahan
- Penyusunan RAB dan kemungkinan
Revisi DED dan RAB
6. Perjanjian Kerja Sama KSM - Verifikasi RKM
dengan Satker PSPLP - Penandatanganan PKS antara KSM
dengan Satker PSPLP
III PELAKSANAAN 7. Pra Konstruksi - Pengadaan Barang Jasa
- Pengajuan SPM dan SP2D
- Mekanisme Potongan Pajak PPN dan
PPh.
- Penyusunan Jadual Pekerjaan
- Pelatihan Tukang
- Dokumentasi 0%
BAB 5 - 33
PT. INACON LUHUR PERTIWI
BAHAN BACAAN
NO TAHAP
TOPIK KONTEN
8. Tahap Konstruksi - Manajemen Konstruksi
- Buku Catatan Material
- Dokumentasi
9. Laporan Keuangan - LPD I
- LPD II
- LPD III
10. Commisioning Test - Pelaksanaan Uji Keberfungsian
- Berita Acara Hasil Commisioning Test
- Sertifikasi IPAL
11. Laporan Akhir Pekerjaan - Kompilasi seluruh laporan pekerjaan
IV PASCA 12. Serah Terima - Syarat Administrasi Proses Serah Terima
KONSTRUKSI -
13. Pengelolaan IPAL - Jadual Uji Laboratorium
-
14. Manajemen Keuangan - Iuran
- Potensi pembiayaan pengelolaan IPAL
- Laporan keuangan
15. Deteksi Kerusakan IPAL - Ciri Ciri IPAL yang rusak
- Cara Penanganan dan Perbaikannya
16. Kampanye PHBS - Pola Hidup Bersih dan Sehat
(bahan bisa memakai dari Kesehatan)
17. Pengembangan - Syarat Effluent bisa dipakai sebagai
Kewirausahaan potensi ekonomi;
- IPAL sebagai asset ekonomi;
- Jenis-jenis bisnis terkait IPAL;
- Dll.
BAB 5 - 34
PT. INACON LUHUR PERTIWI
5.2. EVALUASI KINERJA FASILITATOR SANIMAS
Tugas Fasilitator tertuang dalam Petunjuk Teknis SANIMAS Reguler Tahun 2017 pada Bab. 2.5.4.3 TFL. Fasilitator
merupakan ujung tombak pelaksanaan SANIMAS mulai dari Tahap Persiapan , Tahap Perencanaan, Tahap
Pelaksanaan dan Tahap Pasca Konstruksi. Kemampuan kinerja Fasilitator dalam seluruh aspek pelaksanaan
SANIMAS dipengaruhi oleh, internal dan eksternal, internal antara lain : (i) latar belakang pendidikan, (ii) latar
belakang pengalaman kerja khususnya pada kegiatan SANIMAS atau yang sejenis. Pengaruh eksternal antara lain :
(i) Kemauan dan keinginan bekerja di SANIMAS, bukan sekedar asal dapat pekerjaan, (ii) meningkatkan
pengalaman bekerja khususnya di bidang sanitasi, (ii) lokasi domisili dan transportasi, (ii) dukungan dari
lingkungan kerja (iv) penyesuaian dari pekerjaan yang lama dan saat ini ( SANIMAS). (v)Kemampuan menyerap
dari pelatihan SANIMAS Reguler yang diterima.
Evaluasi kinerja ini menggunakan metode sebagai berikut :
Jumlah Tenaga Fasilitator yang dinilai sebanyak 86 orang dengan rincian sebagai berikut :
Keterangan
No. Posisi Jumlah
L P
1. Fasilitator Provinsi 10 7 3
2. Tenaga Fasilitator Teknik 38 31 7
3. Tenaga Fasilitator Pemberdayaan 38 28 10
Jumlah 0 0 0
BAB 5 - 35
PT. INACON LUHUR PERTIWI
5.3. Hasil Evaluasi Kinerja Fasilitator
Dari evaluasi yang dilakukan, hasil yang diperoleh dari Kinerja Fasprov dan Fasilitator dalam adalah sebagai
berikut:
5.3.1. Hasil Evaluasi Kinerja Fasilitator Provinsi
Evaluasi Kinerja Fasilitator Provinsi dilakukan dengan hasil sebagai berikut :
Tabel Evaluasi Kinerja Tenaga Fasilitator Provinsi (Fasprov)
BAB 5 - 36
PT. INACON LUHUR PERTIWI
No Nama Wilayah Kerja Skor
2 Ridho Asahan 93.33
3 Sinar Jadi Simarmata Samosir 86.67
4 Rizki Hamdani Tapanuli Selatan 86.67
(3) Provinsi Sumatera Barat
1 Weti Rosianti, A.Md Dharmasraya 93.33
(4) Provinsi Sumatera Selatan
1 Jhoni Hendrik, ST Pagaralam 66.67
2 Kusfandi Saputro, ST Empat Lawang 53.33
(5) Provinsi Bangka Belitung
1 Agus Purnomo Bangka 100.00
2 Arianto, ST Bangka Tengah 63.33
3 Muhammad Rumani Bangka Selatan 76.67
4 Lilik Sumartini, ST Belitung 100.00
(6) Provinsi Jambi
1 Zul Pahmi, ST Sorolangun 83.33
2 Danny Setiawan Hari Mukti, A.Md Bungo 83.33
(7) Provinsi Bengkulu
1 Bambang Irawan, A.Md Kepahyang 90.00
2 Mantani Ibrahim, ST Bengkulu Utara 90.00
3 Riza Tri Afriayani, ST Seluma 83.33
4 Irvan Hermawan, ST Kaur 83.33
(8) Provinsi Riau
1 Feby Alfiandi Kampar 86.67
2 Yosi Andre Kampar 90.00
3 Daryatmo Rokan Hulu 83.33
4 Adita Sukma Putra Rokan Hulu 83.33
5 Ir. Arianto Kuantan Sengingi 83.33
6 Fikria Febriani Kuantan Sengingi 63.33
(9) Provinsi Lampung
1 Ismadi Irawan, ST Metro 86.67
2 Dwi Meyta Sari, ST Tulang Bawang Barat 83.33
3 Dewa Gede Komang Aria, ST Pesisir Barat 93.33
4 Ni Made Dwi Desmawaty, ST Pringsewu 90.00
(10) Provinsi Kepulauan Riau
1 Roni, ST Natuna 70.00
2 Andriyanto, ST Natuna 73.33
3 Heri Nurbasri, ST Anamabas 80.00
4 Gunawan, ST Lingga 56.67
5 Siharto, ST Bintan 60.00
6 Widya Eka Pratiwi, ST Kota Tanjung Pinang 86.67
7 Edy Sumarta Sianipar, ST Kota Batam 56.67
BAB 5 - 37
PT. INACON LUHUR PERTIWI
No Nama Wilayah Kerja Skor
1 Muhajir, ST Aceh Barat 93.94
2 Fachri Iskandar Sabang 100.00
3 Rina Dahlan Bireun 100.00
4 Ikhsan, SE Aceh Timur 93.94
(2)Provinsi Sumatera Utara
1 Mhd. Syahbana Langkat 72.73
2 Siti Maisyah Fitri Siregar Asahan 78.79
3 Fachri Iskandar Samosir 39.39
4 Akhmad Arfan Daulay Tapanuli Selatan 63.64
(3) Provinsi Sumatera Barat
1 Kusnandar, S. Kom Dharmasraya 93.94
(4) Provinsi Sumatera Selatan
1 Tira Yuliana, SE Pagaralam 66.67
2 Ereni Dien Novera, ST Empat Lawang 75.76
(5) Provinsi Bangka Belitung
1 Medha Wahyudiantoro Bangka 100.00
2 Aprian Zahron Bangka Tengah 100.00
3 Amrullah Nawir Bangka Selatan 63.64
4 Eka Wulandari Belitung 69.70
(6) Provinsi Jambi
1 Ansor, SPD Sorolangun 87.88
2 Muhammad Sanusi, SPdi Bungo 75.76
(7) Provinsi Bengkulu
1 Ani Sulastri, Sag Kepahyang 81.82
2 Aldi Gagah Gupita, ST Bengkulu Utara 90.91
3 Elva Yulviza, S.Kep Seluma 81.82
4 Arief Dwi Putra Kaur 78.79
(8) Provinsi Riau
1 Iskandar Kampar 75.76
2 Azromodani Kampar 78.79
3 Andi Merizal Rokan Hulu 84.85
4 Andre Marjuki Rokan Hulu 69.70
5 Sahrilnaldi Kuantan Sengingi 63.64
6 Nurfitra Kuantan Sengingi 81.82
(9) Provinsi Lampung
1 Tri Wahyuni, S.Kom Metro 84.85
2 Yudi Trianda Khodri, S.I.Kom Tulang bawang Barat 78.79
3 Eka Rimanti, S.Kom Pesisir Barat 75.76
4 Andriyani, A.Md Pringsewu 87.88
(10) Provinsi Kepulauan Riau
1 Lillis Farianti, Spi Natuna 72.73
2 Zainal, S.I.Kom Natuna 87.88
3 Aditiyo Hardiyanto, S,Ip Anamabas 75.76
4 Hepri Chandra Lingga 69.70
5 Zulkifli, S.Sos Bintan 78.79
6 Ivan Renko, SE Kota Tanjung Pinang 78.79
BAB 5 - 38
PT. INACON LUHUR PERTIWI
No Nama Wilayah Kerja Skor
7 M. Hadiansyah, A.Md Kota Batam 87.88
Dari diagram di atas, keterisian perempuan untuk posisi Fasilitator Provinsi mencapai 30%, yang berarti masih di
bawah target yang ingin dicapai terkait issue pengarusutamaan gender. Kondisi ini juga semakin tajam di mana untu
TFL Teknik, prosentase perempuan hanya 18.42%, dan untuk TFL Pemberdayaan mencapai 26.32%.
BAB 5 - 39
PT. INACON LUHUR PERTIWI