Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN AKHIR

KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT


TA. 2017

5.1. ANALISA PELAKSANAAN SANIMAS REGULER 2017

Pelaksanaan kegatan Sanimas Reguler 2017 secara resmi dimulai pada Bulan Maret 2017 seiring dengan
dilakukannya kick-off meeting pada tanggal 18 Maret 2017 di Jakarta. Dari berbagai lokasi (38 titik) didapatkan
progress kecepatan pelaksanaan yang beragam.

5.1.1. Evaluasi Tahapan Kegiatan


Evaluasi Tahapan Kegiatan menyangkut evaluasi kerja lintas bidang dan menyangkut kerja kelembagaan. Dari
sistem kerja yang dilaksanakan selama periode Maret hingga Desember 2017, evaluasi yang didapatkan tertuang
dalam kajian sebagai berikut:
5.1.2. Tahapan Persiapan
Dalam tahap Persiapan terdapat beberapa hambatan yang berpengaruh kepada waktu pelaksanaan Sanimas
Reguler. Pengaruh yang nyata adalah pada penyusunan jadual kerja pelaksanaan Sanimas Reguler, di mana
kontrak kerja Sanimas yang dimulai sejak tanggal 18 Maret 2017 pada akhirnya harus berlarut-larut dalam
proses pelaksanaan di lapangan.
Secara umum, progress persiapan Sanimas Reguler secara kuantitatif terlihat ada diagram sebagai berikut :

Grafik 5.1. Progress Persiapan Sanimas Reguler

BAB 5 - 1
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017

Dari lamanya proses persiapan, beberapa factor yang berpengaruh adalah sebagai berikut :
a. Persiapan Administratif
proses administrasi kegiatan Sanimas mencakup Penyerahan Surat Minat dari Kabupaten/ Kota kepada,
Seleksi Lokasi Partisipatif (Selotif), Penyusunan DIPA, hingga Perjanjian Kerjasama antara Kabupaten/
Kota dengan Direktur PPLP.
Dari proses administrative tersebut, Sanimas Reguler Wiayah Barat terkendala di beberapa titik, yakni :
1) Provinsi Kep. Bangka Belitung : di provinsi ini terdapat Kabupaten Belitung semula bukan merupakan
lokasi Sanimas Reguler, melainkan Kabupaten Bangka Barat. Atas perubahan lokasi tersebut
dilakukan Revisi DIPA yang hingga Juli 2017 belum selesai. Kondisi ini berakibat pada terlambatnya
proses pencairan Dana bantuan kegiatan Sanimas untuk Kabupaten Belitung;
2) Provinsi Aceh : Hingga Juli PKS antara Pemerintah Kabupaten Bireuen dengan Direktur PPLP masih
dalam proses, namun kegiatan terus juga berjalan sambil menunggu proses PKS selesai;
3) Provinsi Kep. Riau : di provinsi ini terdapat 2 (dua) kabupaten yang terlambat, yakni Kabupaten
Anambas dan Kabupaten Natuna. Lambatnya progress kegiatan di kedua kabupaten ini adalah proses
verifikasi Rencana Kerja Masyarakat (RKM) dan PKS antara Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
dengan Satker PSPLP yang kurang lancer akibat lokasi yang sangat jauh (daerah kepulauan). Kondisi
membutuhkan penanganan khusus baik dari Satker PSPLP didukung oleh Fasilitator Provinsi
(Fasprov) dalam mengelola pelaksanaan kegiatan.
4) Di Kabupaten Tapanuli Selatan, proses PKS antara Bupati dengan Direktur PPLP juga terkendali
sebagai akibat tidak adanya Undangan yang diterima oleh Kabupaten Tapanuli Selatan.

b. Perubahan Titik Lokasi

BAB 5 - 2
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017

Perubahan titik lokasi mengakibatkan lambatnya pelaksaan Sanimas Reguler di beberapa titik, seperti di
Kota Sabang, Provinsi Aceh, Kabupaten Bangka Barat ke Belitung, dan di Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi
Riau. Perpindahan Titik Lokasi tersebut disebabkan oleh beberapa factor yakni :
1) Kondisi Lahan : perubahan titik lokasi disebabkan kondisi lahan semua yang secara teknis sulit untuk
dibangun, seperti terjadi di Kabupaten Pesisir Barat, lokasi yang semua tidak jauh dari pemukiman
akhirnya untuk memenuhi standard teknisnya maka harus dipindah ke lokasi yang lebih rendah
dibanding lokasi terdahulu;
2) Perubahan Kebijakan : perpindahan lokasi yang disebabkan oleh kebijakan seperti terjadi di Kabupaten
Belitung, di mana sebelumnya lokasi direncanakan di Kabupaten Bangka Barat. Perpindahan tersebut
berakibat pada Revisi DIPA serta perubahan dokumen administrative lainnya;
Perubahan titik lokasi dengan berbagai penyebab di atas berpengaruh terhadap progress kegiatan itu sendiri
meski dengan tingkat pengaruh yang berbeda-beda.

c. Seleksi Lokasi Partisipatif (SELOTIF)


Penentuan lokasi terseleksi di beberapa titik mengalami masalah, yakni adanya penolakan dari masyarakat
terhadap adanya IPAL di wilayahnya. Latar belakang penolakan oleh masyarakat tersebut sebagai akibat
belum adanya pemahaman masyarakat terhadap teknologi IPAL sebagai pengolahan tinja yang dianggap
masih jorok dan bau. Untuk itu, seperti kasus di Kota Batam, sempat terjadi penolakan oleh masyarakat
sehingga Desa Batu Merah yang pada tahun 2013 telah mendapatkan Sanimas (meski saat ini rusak akibat
bencana) bersedia wilayahnya mendapat program Sanimas.
Dengan minimnya pemahaman masyarakat terhadap teknologi IPAL dalam pengolahan limbah buangan
rumah tangga, nampaknya perlu mendapat pencermatan secara khusus dalam hal kampanye Pola Hidup
Bersih Sehat (PHBS) secara lebih luas. Untuk itu pelibatan lintas sector dalam upaya memasyarakatkan pola
hidup sehat, dengan menggandeng Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Desa PDTT, Kementerian
Kesehatan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Adapun peran setiap Kementerian dapat dituangkan dalam matriks sebagai berikut :
No Kementerian Peran Yang Diharapkan
1. Kementerian Dalam Negeri - Merujuk pada UU Tentang Otonomi Daerah, maka kegiatan
Pusat yang diselenggarakan di Daerah menggunakan pola
Tugas Pembantuan yang koordinasinya melalui Kementerian
Dalam Negeri, utnuk itu Peran Kementerian Dalam Negeri
adalah mengintegrasikan peran lintas sector secara structural;
- Dan melalui PP 06 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara (BMN/ dan Barang Miik Daerah (BMD)
disebutkan perlu adanya proses serah terima asset (Hasil
Sanimas Terbangun) kepada Pemerintah Daerah yang perlu
mendapat perhatian khusus.
2. Kementerian Lingkungan - Merujuk pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan
Hidup dan Kehutanan Kehutanan Republik Indonesia Nomor

BAB 5 - 3
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017

No Kementerian Peran Yang Diharapkan


P.11/MENLHK/SETJEN/KUM.1/1/2017 Tentang Petunjuk
Operasional Penggunaan Dana Alokasi Khusus Penugasan
Untuk Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah Usaha
Skala Kecil Bidang Sanitasi Dan Perlindungan Daerah Hulu
Sumber Air Irigasi Bidang Irigasi
3. Kementerian Kesehatan - Menerbitkan kebijakan terkait kesehatan masyarakat yang
berhubungan dengan sanitasi
4. Kementerian PUPR - Melakukan pembangunan dan uji kualitas teknik Instalasi
pengolahan air limbah
5. Kementerian Desa PDTT - Mendorong pengintegrasian issue sanitas di tingkat desa
6. Kementerian Pendidikan dan - Melakukan pendidikan baik di sekolah maupun di luar
Kebudayaan sekolah untuk membudayakan pola hidup bersih sehat.

d. Intensitas Pendampingan Oleh Tenaga Fasilitator Lapangan


Pendampingan proses pelaksanaan kegiatan Sanimas Reguler sangat dipengaruhi intensitas pendampingan
oleh Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL). Intensitas pendampingan sendiri mencakup banyak aspek,
khususnya adanya frekuensi kunjungan oleh TFL di lokasi dampingan.
Jumlah Domisili
Provinsi TFL T TFL P PL
TFL T TFL P PL
LT Provinsi LT Provinsi LT Provinsi
Aceh 4 4 4 4
Sumatera Utara 4 4 3 1 3 1
Sumatera Barat 1 1 1 1
Sumatera Selatan 2 2 1 1 1 1 1 1
Kep. Bangka Belitung 4 4 1 4 4 1
Jambi 2 2 1 1 2 -
Bengkulu 4 4 1 4 4 1
Riau 6 6 1 3 3 3 3 1
Lampung 4 4 1 4 4 1
Kep. Riau 7 7 1 6 1 6 1 1 -
TOTAL 38 38 6 19 19 20 18 4 2
Prosentase 100% 100% 100.00% 50.00% 50.00% 52.63% 47.37% 66.67% 33.33%

Dari data di atas terlihat bahwa TFL berdasarkan lokasi domisili lebih dari 50% tinggal di Ibukota Provinsi,
di mana TFL Teknik dari 38 TFL, 19 orang (50.00%) tinggal di Ibukota Provinsi, dan 19 orang (50.00%)
tinggal di Lokasi Tugas. Dan TFL Pemberdayaan, dari 38 orang terdapat 18 orang (47.37%) yang tinggal
di Ibukota Provinsi, sedangkan 20 orang (52.63%) tinggal di Lokasi Tugas.
Progres yang paling cepat dalam proses persiapan, perencanaan dan Pelaksanaan Program Sanimas Reguler
TA 2017 untuk Wilayah Barat adalah Kabupaten Dharmasraya, dan kondisi ini didukung oleh keberadaan
TFL yang keduanya tinggal sekitar 30 menit dari Lokasi Tugas.
Sementara itu di lokasi yang cukup lambat dalam proses adalah di Provinsi Sumatera Utara yang seluruh
TFLnya tinggal di Ibukota Provinsi.

BAB 5 - 4
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017

(Analisis atas kecepatan pelaksanaan Sanimas regular di setiap wilayah, berikut faktor-faktor yang
mempengaruhinya : TFL yang tidak tinggal di lokasi, kapasitas TFL, pola rekruitmen dll).

5.1.3. Evaluasi Tahap Perencanaan


Dalam tahap perencanaan, dari data lapangan, didapatkan fakta bahwa proses perencanaan Sanimas Reguler
untuk seluruh lokasi di Wilayah Barat, sebanyak 38 (tigapuluh delapan) titik, membutuhkan waktu antara 3
sampai dengan 5 bulan.
Proses perencanaan secara kuantitatif dapat dilihat pada diagram sebagai berikut :

Grafik 5.2. Proses Perencanaan

Dari data di atas, proses perencanaan secara umum selesai pada bulan Juni dan Juli.

5.1.4. Evaluasi Tahap Pelaksanaan Konstruksi


Tahap Pelaksanaan Kegiatan Konstruksi ditandai dengan telah cairnya Dana Program Termin 1 untuk
sebesar 40% pertama. Dari 38 titik lokasi, Lokasi yang pertama kali melakukan pencairan Termin 1 adalah
Jorong Koto Hilalang 1, Kec. Tiumang, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumatera Barat.
Secara lengkap, data progress pelaksanaan konstruksi yang diawali pada bulan Juni, hingga Desember 2017
masih terdapat cukup banyak lokasi yang masih dalam proses pekerjaan konstruksi.

BAB 5 - 5
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017

Provinsi Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des


Aceh 4
Sumut 4
Sumbar 1
Sumsel 2
Kep. Babel 3 1
Jambi 2
Bengkulu 4
Riau 6
Lampung 4
Kep. Riau 7
5.1.5. Kajian Tahapan Pasca Konstruksi
Kajian atas Tahapan Pasca Konstruksi mencakup Evaluasi Kinerja Hasil Sanimas Reguler 2017 dengan nilai
kualitas kegiatan mulai dari Proses Persiapan, Perencanaan, Pelaksanaan serta Pasca Konstruksi dengan nilai
sebagai berikut :
a. Evaluasi Kinerja Sanimas Reguler 2017

No Provinsi Nilai Kinerja (Rata2) Kategori

1 Aceh 3.400 Baik


2 Sumatera Utara 3.351 Baik
3 Kepulauan Riau 4.126 Sangat Baik
4 Riau 3.682 Baik
5 Jambi 4.126 Sangat Baik
6 Sumatera Barat 3.426 Baik
7 Kep. Bangka Belitung 4.122 Sangat Baik
8 Bengkulu 3.964 Baik
9 Lampung 4.126 Sangat Baik
10 Sumatera Selatan 4.126 Sangat Baik
Rerata 3.84 Baik

Berikut ditampilkan Hasil Evaluasi per titik:

BAB 5 - 6
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017

BAB 5 - 7
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017

Dan dari hasil akumulatif seluruh wilayah, evaluasi kinerja Sanimas Reguler 2017 Wilayah per Provinsi
dengan hasil sebagai berikut :

b. Pendampingan Pasca Konstruksi


Pendampingan Pasca Konstruksi dilakukan oleh TFL selepas selesainya kegiatan konstruksi. Adapun
beberapa hal yang mendapat perhatian adalah pengelolaan Sarana Sanimas Terbangun adalah dilakukannya
commissioning test dan pendampingan bagi Kelompok Pengelola dan Pemanfaat (KPP).
Dari kegiatan yang dilakukan tersebut, terdapat lokasi yang mendapat pendampingan secara baik,
dikarenakan pekerjaan konstruksi selesai pada bulan Oktober, sementara di beberapa lokasi lain selesai pada
Desember 2107 sehingga pendampingan terkait pengelolaan Sarana Sanimas Terbangun kurang optimal.

5.2. Evaluasi Bidang Kelembagaan


Dari bidang kelembagaan, dalam memastikan sistem dan alur kerja Sanimas Reguler 2017 dengan mengacu kepada
Petunjuk Teknis Sanimas Reguler 2017, serta desain Sistem Informasi Manajemen (SIM), maka kinerja
kelembagaan Sanimas Reguler Wilayah Barat tergambarkan dalam analisis berikut:

BAB 5 - 8
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017

5.2.1. Pola Koordinasi


Dalam pelaksanaan Sanimas Reguler 2017 melibatkan berbagai stakeholders baik dari jalur structural
maupun jalur fungsional. Bila mengacu kepada Petunjuk Teknis, maka jalur structural yang berperan
langsung dalam Sanimas Reguler adalah Satker PLPBM, Satker PSPLP Provinsi dan Pemerintah Daerah
(Kabuaten/ Kota), dan pola koordinasi terjadi antara Satker PSPLP Povinsi dengan Pemerintah Daerah cq
Dinas PU. Antara Satker PSPLP dengan Dinas PU tidak bisa dilakukan fungsi pengendalian, dalam arti
perintah langsung, karena Dinas PU Pemerintah Daerah adalah wilayah Pemerintah Daerah, yang secara
organisasi tidak berada di bawah kendali Kementerian PUPR, melainkan berada dalam naungan
Kementerian Dalam Negeri.

5.2.2. Sistem Pengendalian, Koordinasi dan Pelaporan


Sistem Pengendalian, koordinasi dan Pelaporan jika merujuk kepada Petunjuk Teknis maka, sistem yang
dipakai adalah sebagai berikut :

BAB 5 - 9
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017

Dari alur tersebut dikaji dengan hasil sebagai berikut :


a. Sistem Pengendalian
Dengan cakupan wilayah kerja Konsultan Advisory Sanimas Reguler Wilayah Barat 10 Provinsi, 34
Kabupaten/ Kota yang melibatkan 10 Fasilitator Provinsi, 76 Tenaga Fasilitator Lapanngan, 6 Pendamping
Lapangan, maka pola pengendalian menggunakan pola berjenjang, dengan menempatkan Fasilitator
Provinsi sebagai ujung tombak Tim Advisory. Kondisi ini menjadi utama, karena Fasilitator Provinsi
merupakan unsur terdepan dari Tim Advisory yang berada di Lapangan.
Namun demikian, dari pola pengendalian yang dilakukan selama 10 bulan seringkali tidak efektif karena
struktur organisasi yang terbentuk tidak memungkinkan. Seperti halnya terjadi.

b. Sistem Koordinasi
Dalam pelaksanaan Sanimas Reguler 2017 melibatkan berbagai stakeholders baik dari jalur structural
maupun jalur fungsional. Bila mengacu kepada Petunjuk Teknis, pola koordinasi lintas sector masih sangat
minim, setidaknya pelibatan instansi teknis lain di luar Dinas Pekerjaan Umum masih belum muncul.
Kondisi ini tidak terlepas dari posisi TFL yang tidak memiliki fungsi koordinasi langsung dengan
Pemerintah Daerah
Dengan tantangan pekerjaan di sector sanitasi yang masih jauh dari sempurna, peningkatan kerjasama dan
koordinasi lintas sector mutlak diperlukan. Untuk mencapai hal tersebut perlu didorong adanya kebijakan
yang sifatnya structural dalam hal ini melalui Kementerian Dalam Negeri dalam upayanya meningkatkan
peran serta Pemerintah Daerah.

BAB 5 - 10
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017

c. Sistem Pelaporan
Pelaporan adalah pemberian gambaran secara komprehensif terhadap pelaksanaan kegiatan di lapangan
(baik secara kuantitatif maupun kualitatif/Pemberdayaan dan Teknis) sebagai wujud pertanggungjawaban
pelaku pelaksanaan di lapangan yang diberikan secara periodik selama program berjalan. Pelaporan terdiri
dari Laporan Kinerja Penyelenggaraan dan Laporan Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan yang dilakukan baik
secara struktural maupun fungsional, secara rinci seperti dalam tabel di bawah ini :

5.2.3. Sistem Informasi Manajemen


SIM PLP-BM Adalah sistem yang dirancang untuk memantau dan mengevaluasi capaian pelaksanaan dari
kegiatan TPS 3R dan Sanimas Reguler di lapangan melalui mekanisme pengelolaan data dan informasi yang
terpadu, sehingga menghasilkan Portrait Kinerja Insfrastruktur Sanitasi Berbasis Masyarakat.
Sistem ini merupakan salah satu pola pengendalian kegiatan lapangan adalah melalui electronic monitoring
(E-Mon) yang menggunakan aplikasi berbasis web. Melalui mekanisme E-Mon yang dimulai pada bulan
Juli 2017, kegiatan progress lapangan bisa diketahui secara cepat di tingkat pusat.
Dari sistem e-mon yang dibangun, dan masih belum efektif-nya sistem yang terbangun, Direktur PPLP
melalui Surat nomor UM0103-CL/1441 tanggal 20 November 2017 tentang Verifikasi Data Sanimas dan
TPS3R oleh Satker PSPLP Provinsi pada Aplikasi SIM PLPBM,menekankan perlunya dilakukan update .
Dari Surat tersebut ditindaklanjuti dengan upaya melakukan pengisian aplikasi di tingkat provinsi. Hasil dari
verifikasi data Sanimas yang dilakukan oleh Satker PSPLP Wilayah Barat secara signifikan memperbaiki
kualitas data yang masuk dalam aplikasi.
Dari sisi hasil menggunakan aplikasi E-monitoring tersebut, proses input data masih belum optimal
dikarenakan proses pengisian oleh Fasilitator Provinsi yang terpantau dalam
http://plpbm.pu.go.id/tfl/production/dashboard.php masih terdapat beberapa data yang kosong atau tidak
terisi.

5.3. Evaluasi Bidang Lingkungan


Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam Sistem Teknologi sarana Sanitasi Berbasis Masyarakat, yaitu harus
dipilih secara tepat oleh masyarakat sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat dan kondisi lingkungan
setempat berdasarkan asas keberlanjutan (sustainability).

Dalam Buku Petunjuk Tekins (Juknis) Sanimas Reguler 2017, tercantum dua opsi teknologi yang dapat dipilih oleh
masyarakat untuk dibangun di lokasinya masing-masing, yaitu:

BAB 5 - 11
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017

5.3.1. IPAL Komunal dengan Perpipaan.


Sistem ini sesuai dengan permukiman yang masyarakatnya memiliki jamban pribadi di masing-masing
rumah, melayani minimal 50 KK.
Setiap Sambungan Rumah (SR) dilengkapi dengan perangkap lemak dan bak kontrol.
Untuk pilihan teknologi IPAL, sebagai contoh dalam buku Juknis adalah pengolahan Anaerobic Baffled
Reactor (ABR) dan Anaerobic Upflow Filter (AF).

5.3.2. Kombinasi MCK dan sistem Perpipaan.


Sistem ini melayani rumah yang memiliki jamban dan yang tidak memiliki jamban pribadi. Untuk MCK,
dibangun di tempat fasilitas umum dan fasilitas sosial atau di wilayah permukiman warga yang melayani
minimal 50 KK. Sedangkan untuk perpipaan, sistem ini untuk melayani minimal 25 SR.

Dalam mendesain sistem perpipaan, sangat tergantung pada topografi dan kemiringan lahan, hal ini
dimaksudkan agar air limbah dapat mengalir secara gravitasi. Dan jaringan perpipaan yang akan membawa
air limbah dari sumbernya (MCK dan/atau rumah-rumah penduduk) harus dilengkapi dengan bangunan
pelengkap seperti: manhole/bak control dan grease trap.

Grease trap atau bak perangkap lemak merupakan bangunan untuk mencegah penyumbatan akibat
masuknya lemak dan pasir ke dalam pipa dalam jumlah besar. Lokasi pemasangan bak perangkap lemak
sedekat mungkin dengan sumbernya seperti dapur atau tempat cuci. Bak ini dipasang di tiap rumah
pemanfaat sarana Sanimas.

Manhole/bak kontrol berfungsi sebagai tempat memeriksa, memperbaiki, dan membersihkan saluran dari
kotoran yang mengendap dan benda - benda yang tersangkut selama pengaliran. Manhole juga
mempermudah perawatan/membersihkan saluran dan mencegah terjadinya sumbatan pada saluran air.
Dengan adanya bak kontrol kita akan dengan mudah mengetahui bagian mana saluran yang tersumbat dan
dapat segera mengatasinya.

Manhole/Bak kontrol perlu ditempatkan pada belokan saluran atau pada saluran tertutup setiap panjang
sekian meter. Selain itu bak kontrol juga perlu ditempatkan jika ada perubahan ukuran pipa dan perubahan
arah aliran.

Dalam memilih lokasi lahan IPAL sebaiknya dipilih di lokasi dengan topografi terendah dan dekat dengan
badan air penerima sebagai penerima hasil buangan akhir air limbah (efluen) IPAL. Selain itu, lokasi IPAL
sebaiknya memiliki jalan akses yang cukup untuk dilalui truk tinja/motor tinja yang akan melakukan
penyedotan lumpur di IPAL secara berkala.

BAB 5 - 12
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017

Hasil analisis terhadap dokumen-dokumen RKM (Rencana Kerja Masyarakat) yang merupakan dokumen
rencana kegiatan pembangunan dan perbaikan sanitasi masyarakat yang telah disusun oleh masyarakat;
secara teknis, pemilihan desain/ sistem teknologi yang telah disusun dalam DED RKM telah sesuai dengan
Juknis Sanimas Reguler 2017. Dan proses pemilihan lokasi IPAL juga telah mengikuti proses partisipatif
sebagaimana ditetapkan dalam Juknis.
Beberapa catatan untuk melengkapi DED RKM, antara lain sebagai berikut:
- Untuk lokasi IPAL, sebaiknya didalam DED denah lokasi IPAL digambarkan secara detil, dengan
memperlihatkan situasi lingkungan seperti: lebar jalan akses dan letak badan air penerima (drainase,
sungai/kali, dan lain-lain).
- Untuk sistem perpipaan: Dalam dokumen DED yang telah disusun selain digambarkan sistem jaringan
perpipaan dan dilengkapi dengan manhole/bak control, HARUS digambarkan juga profil hidrolis
(gambar potongan memanjang) yang menggambarkan elevasi pipa yang terpasang, untuk
memudahkan dalam pelaksanaan pekerjaan pemasangan pipa.

Hal penting yang harus diperhatikan untuk menjaga keberfungsian dan keberlanjutan sarana Sanimas yang
terbangun, adalah operasional dan pemeliharaan sarana. Oleh karena itu, perlu diketahui juga mengenai
ketersediaan sarana dan prasarana untuk penyedotan lumpur seperti alat penyedot (truk tinja/motor tinja)
dan sarana pengolahan lumpur tinja (IPLT) di lokasi Sanimas yang akan dibangun di masing-masing
daerah. Apabila di Kabupaten/Kota yang sudah terbangun sarana Sanimas dan belum tersedia sarana
lumpur tinjanya (pengangkut dan pengolahan), harus segera menyiapkan dan menganggarkannya.

Solusi lain, bila tidak ada sarana pengolahan lumpur tinja (IPLT) yaitu dengan melakukan penyedotan
secara mandiri dengan alat penyedot lumpur (pompa lumpur). Dimana lumpur yang telah disedot tersebut
dapat ditampung di suatu lahan di sekitar IPAL (apabila tersedia lahan yang cukup), kemudian lumpur
dikeringkan dibawah sinar matahari selama 3-5 hari. Lumpur tinja yang sudah mengering dapat
dimanfaatkan untuk pupuk tanaman hias dan tanaman keras.

Direkomendasikan untuk Operasional dan Pemeliharaan terkait dengan penyedotan lumpur (sludge) di
IPAL bisa dilakukan dengan cara penyedotan yg terlembaga, seperti masuk dalam program Penyedotan
Lumpur Tinja Terjadwal (LTT) yg merupakan program pemerintah atau masuk sistem air limbah
terintegrasi atau membayar sediri.

Selain itu juga, untuk menjaga keberlanjutan sarana Sanimas, perlu untuk dilakukan monitoring kualitas
efluen air limbah secara berkala sesuai petunjuk teknis, dalam hal ini dapat bekerjasama dengan Dinas

BAB 5 - 13
PT. INACON LUHUR PERTIWI
LAPORAN AKHIR
KONSULTAN ADVISORY SANIMAS REGULER WILAYAH BARAT
TA. 2017

yang mempunyai fasilitas Laboratorium Uji Kualitas Air (misal: Dinas Kesehatan atau Dinas Lingkungan
Hidup).

Hasil pengolahan air limbah (efluen) merupakan salah satu peluang untuk dijadikan pupuk cair alami untuk
tanaman hias, tanaman keras, dan tanaman buah (seperti: pisang, semangka, dll). Namun sebaiknya tidak
digunakan untuk tanaman sayuran (seperti: kubis, sawi, tomat, cabe, kangkung, bayam, dan lain-lain).

Direkomendasikan bahwa dalam memanfaatkan hasil olahan air IPAL (efluen), harus dilakukan dulu
pemeriksaan kualitas airnya terutama untuk kandungan coliform tinjanya. Tidak diijinkan untuk
memelihara ikan atau hewan air tawar dengan air yang berasal dari air efluen IPAL.

Prasarana dan Sarana air limbah permukiman seperti Sanimas ini berkaitan juga dengan aspek kesehatan
masyarakat dan lingkungan, lingkungan hidup, social budaya serta kemiskinan. Dengan tersedianya sarana
Sanimas merupakan solusi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan kesehatan lingkungan,
meningkatkan kualitas lingkungan, meningkatkan pemahaman tentang higienis yaitu Pola Hidup bersih dan
Sehat (PHBS), serta meningkatkan taraf hidup masyarakat. Harapannya dengan terbangunannya sarana
Sanimas ini dapat menurunkan kejadian penyakit diare dan penyakit berbasis lingkungan lainnya yang
berkaitan dengan sanitasi buruk dan perilaku sehari-hari yang kurang baik (seperti: BABS - Buang Air
Besar Sembarangan), kondisi lingkungan menjadi bersih dan sehat, serta produktifitas meningkat.
Perlu diketahui juga bahwa Sarana Sanitasi yang terbangun (IPAL beserta sistem perpipaan) hendaknya
harus memperhatikan aspek estetika. Sarana Sanitasi yang baik tidak akan menimbulkan aroma yang
menyengat atau terjadi penggelontoran yang tidak sempurna. Perlu juga diperhatikan juga atau hindari bak-
bak manhole dari jangkauan vektor penyakit seperti tikus, kecoa/lipas yang masuk ke dalam bak tersebut.
Karena hewan-hewan tersebut dapat menularkan penyakit.

BAB 5 - 14
PT. INACON LUHUR PERTIWI
Gambar 5.1. Skema Sistem Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga Komunal Perpipaan

BAB 5 - 15
PT. INACON LUHUR PERTIWI
5.4. Evaluasi Bidang Konstruksi
Evaluasi bidang konstruksi merupakan kajian atas seluruh kegiatan pelaksanaan Sanimas yang terkait dengan bidang
konstruksi semata, baik dari tahap pra-konstruksi, perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi pasca konstruksinya.
Berikut hasil evaluasi bidang konstruksi.

5.4.1. Perencanaan Teknis (DED/RAB) Dan Pelaksanaan Konstruksi.


Kegiatan yang dilakukan oleh Konsultan advisory wilayah barat sejak SPMK diterbitkan oleh
Kastker/PPK PSPLP pada bulan Maret 2017 sampai disusunnya laporan interim ini (ahir Juli 2017) telah
melakukan pendampingan kepada para Stakeholder di Desa, kabupaten, Provinsi dan Pusat, dalam
rangka persiapan kegiatan di masing-masing kabupaten/kota, antara lain pendampingan Kelompok
Swadaya masyarakat (KSM) dan pembentukan Kelompok Pemamfaat dan Pemelihara (KPP) serta
memberikan sosialisasi kepada pemangku kepentingan dan lapisan masyarakat dan Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) di Kabupaten dan Provins. Hasil pendampingan tersebut disusun dalam satu dokumen
yang disebut Rencana Kerja Masyarakat (RKM) sampai mendapat keabsahan serta diverifikasi dan
finalisasi oleh Tim Teknis Satker/PPK PSPLP Provinsi. Proses tahapan kegiatan pemilihan teknologi dan
bahan konstruksi yang tepat sesuai kebutuhan dalam rangka pengolahan air limbah telah dilaksanakan,
selanjutnya kegiatan perencanaan teknis (DED) dan perhitungan Rencana Anggaran Biaya (RAB) telah
selesai dilakukan.

Untuk alur pelaksanaan program Sanimas pada bulan Maret sampai bulan Juli ini dalam pelaksanaan
program SANIMAS Reguler adalah telah selesai disususn dokumen Rencana Kerja masyarakat (RKM)
dan masuk dalam tahap pengajuan verifikasi kepada Satker dan PPK provinsi. Salah satu bagian dalam
dokumen RKM tersebut adalah aspek teknis antara lain; Gambar rencana / pelaksanaan lengkap dengan
komponen konstruksi IPAL yang dilengkapi dengan tampilan gambar konstruksi yang dapat
menggambarkan bagian-bagian konstruksi dengan skala tertentu antara lain; tampak atas, potongan
melintang, potongan memanjang, detail-detail bagian tertentu konstruksi, serta instelasi perpipaan mulai
dari Sambunagan Rumah (SR) sampai IPAL yang dilengkapi dengan bak kontrol (manhole).
Dokumen perencanaan teknis dan RAB yang disusun oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) yang
difasilitasi/didampingi oleh TFL teknis di Wilayah Barat sudah selesai, demikian tahap verifikasi serta
finalisasi oleh Fasprov dan tim Kastker PSPLP Provinsi sudah selesai.

Dokumen RKM tersebut telah disepakati antara KSM dan Satker PSPLP Provinsi yang digunakan
menjadi bagian kontrak kerja antara KSM dengan Satker/PPK PSPLP dalam rangka pelaksanakan
pembangunan konstruksi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) tersebut, maka dokumen tersebut
dibuat sebagai lampiran pengajuan kepada KPPN guna pencairan dana secara bertahap.

BAB 5 - 16
PT. INACON LUHUR PERTIWI
Dalam pelaksanaan Aspek Konstruksi/ Teknis dalam program Sanimas reguler ini terdapat 3 (tiga)
tahapan antara lain :

5.4.2. Pra Konstruksi


Rincian kegiatan yang dilakukan dalam Pra Konstruksi antara laian:
a) Penetapan Teknologi
Melakukan analisa untuk menentukan pilihan jenis teknologi sanitasi berdasarkan jumlah dan luas
pelayanan yang direncanakan, kondisi lingkungan dan lapangan, dana yang tersedia serta kemampuan
masyarakat melakukan pengelolaan dan pemeliharaan kedepan.
Dalam penetapan teknologi yang di dampingi langsung oleh Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) terlebih
dahulu di konsultasikan dengan konsultan advisory dan SATKER PSPLP masing masing provinsi.
Setelah ditetapkan jenis teknologi, selanjutnya dilakukan sosialisasi oleh TFL kepada masyarakat.
b) Pelaksanaan Pengukuran
Pengukuran dilaksanakan oleh masyarakat didampingi/ difasilitasi TFL sehingga pelaksanaan
pengukuran sesuai dengan kaidah teknis yang diharapkan. Khususnya pada pengukuran perencanaan
jaringan untuk IPAL harus hati-hati pada penentuan elevasi hulu dan hilirnya (elevasi upstream dan
downstream). Untuk kemiringan (gradien) untuk air kotor/limbah dengan aliran gravitasi harus
memenuhi kemiringan standar minimum yang ditentukan (kurang lebih 0,5 - 3%) tergantung diameter
pipa Untuk kondisi wilayah pelayanan yang permukaan tanahnya datar, pelaksanaan pengukuran harus
dilakukan dengan teliti.

c) Perencanaan Teknis
Perencanaan Teknis (Detail Engineering Design) merupakan perencanaan konstruksi sesuai fungsi, jenis
material yang digunakan dan kapasitas untuk mengolah limbah yang direncanakan berdasarkan jumlah
Sambungan Rumah (SR) atau jumlah pemamfaat. Setelah perencanaan teknis dilakukan harus dibuat
acuan teknis atau spesifikasi teknis untuk menjamin atau acuan penetapan kualitas konstruksi yang akan
dibangun, selanjutnya dilakukan pembuatan gambar perencanaan/ pelaksanaan yang dilakukan oleh TFL
dan selalu dikonsultasikan kepada Fasprov dan tim Satker PSPLP provinsi.

d) Penyusunan Dokumen Rencanan Anggaran Biaya (RAB).


Penyusunan dokumen RAB merupakan tahapan setelah perencanaan teknis dan pembuatan gambar
perencaan konstruksi dilakukan. Menentukan RAB dapat diketahui berdasarkan volume setiap komponen
atau bagian-bagian konstruksi tertentu, demikian juga untuk mengetahui biaya konstruksinya harus
terlebih dahulu diketahui harga satuan pekerjaan berdasarkan harga masing-masing material dari hasil
survey oleh masyarakat atau memakai harga satuan yang ditetapkan SK Bupati yang berlaku dimasing-
masing daerah sebagai dasar besaran harga satuan terhadap volume yang akan dikerjakan/dibangun.

BAB 5 - 17
PT. INACON LUHUR PERTIWI
Dalam persiapan atau kegiatan Pra Konstruksi dapat disimpulkan bahwa capaian telah selesai dilakukan
dengan hasil Penyususnan Perencanaan Teknis (DED) dan Rencana anggaran Biaya (RAB) telah selesai
disusun dan diverifikasi Tim Teknis Satker / PPK PSPLP Provinsi.

5.4.3. Pelaksanaan Konstruksi


Dalam bulan Agustus yang akan datang ini dapat dipastikan bahwa seluruh kabupaten/kota akan
melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi, maka harus dapat menjamin kegiatan pembangunan berjalan
dengan baik sesuai terget waktu yang telah ditentukan. Beberapa kegiatan yang terdapat dalam kegiatan
ini adalah pemantauan, supervisi, pengendalian terhadap target capaian pelaksanaan konstruksi, kualitas
konstruksi, pengunaan dan pertanggung jawaban dana, dan pengadministrasian serta pelaporan. Dalam
kegiatan dilapangan Tenaga Fasilitasi Lapangan (TFL) harus bekerja dengan baik, guna melakukan
pendampingan dan pengarahan kepada KSM terutama pendampingan teknis untuk menjamin kesesuaian
bentuk dan kualitas konstruksi, kuantitas, biaya dan sarana IPAL tersebut dapat berfungsi dengan baik,
serta menyusun administrasi dalam penggunaan dana dengan membuat pertanggungjawaban pelaksanaan
dan penggunaan dana dalam pembangunan sarana tersebut.

Commisioning Test Sarana Sanitasi Komunal

Setelah pelaksanaan konstruksi selesai, yaitu bangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah Domestik
(IPAL) dan jaringan perpipaan serta sambungan rumah telah terpasang. KSM dan TFL memastikan
bahwa seluruh pekerjaan terselesaikan dengan baik sesuai RKM. Untuk itu sebelum sarana dan prasarana
dapat digunakan oleh masyarakat, harus dilakukan uji pengaliran, uji kebocoran, dan uji keberfungsian
(commissioning test) sarana terbangun.

o Uji kebocoran dilakukan untuk mengidentifikasi kebocoran pada bangunan IPAL dan sambungan
pipa.
o Pengetesan Pipa, untuk memastikan bahwa pipa dan perlengkapanya yang telah di pasang selama
pelaksanaan pemasangan pipa dalam keadaan baik. Sehingga di harapkan pada saat pipa tersebut
dialiri air limbah tidak mengalami kebocoran
o Uji keberfungsian, dilakukan untuk menguji fungsi pengaliran, yaitu mengidentifikasi adanya
kesalahan pengaliran, hambatan dan kebocoran pada jaringan perpipaan air limbah, serta
memastikan air limbah dari seluruh sambungan rumah yang telah terpasang mengalir ke bangunan
IPAL.

Terkait penyelesaian pekerjaan KSM, maka:

- Apabila sarana terbangun sesuai dengan RKM dan dapat berfungsi dengan baik, maka KSM
segera melaporkan kepada Satker/PPK untuk mengagendakan kegiatan serah terima sarana dari
KSM kepada pemberi pekerjaan (PPK Satker PSPLP Provinsi) untuk kemudian diserahkan kepada
Masyarakat difasilitasi oleh TFL.

BAB 5 - 18
PT. INACON LUHUR PERTIWI
- Apabila sarana belum dapat berfungsi dengan baik, maka KSM bersama masyarakat akan segera
memperbaiki sarana terbangun tersebut.

Saat pelaksanaan commissioning test, harus dibuatkan Berita Acara Pelaksanaan Commisioning
Test. Berita acara ini merupakan lampiran saat kegiatan serah terima pekerjaan dilakukan.

Tahap Pasca Konstruksi

 Operasi dan Pemeliharaan


Kegiatan paska konstruksi yaitu tahap operasi dan pemeliharaan sangatlah penting dan utama dalam
keberlanjutan sarana yang telah terbangun. Diharapkan semua pihak yang terlibat dapat berperan aktif.
Dalam tahap ini, KPP (Kelompok Pengelole dan Pemanfaat) sebagai pengelola di harapkan mampu
menindaklanjuti operasi dan pemeliharaan secara tepat. Melalui kegiatan operasi dan pemeliharaan
terhadap sarana Sanimas terbangun diharapkan dapat mencapai umur teknis sarana sesuai target dan
standar perencanaan.
Dalam mengelola sarana Sanimas terbangun, KPP harus memiliki dan mengetahui:
- Peta jaringan IPAL
- Detail Bangunan Sanitasi (MCK + perpipaan, IPAL, Bak Kontrol, Grease trap dan Perpipaan)
- As build Drawing dan daftar aset
- Data Penerima Manfaat
- Standar prosedur operasional dan Pemeliharaan

Pemerintah Kabupaten/Kota berperan dalam menyediakan prasarana dan sarana seperti truk/motor tinja
untuk penyedotan/pengurasan lumpur tinja pada sarana IPAL dan juga pengolahan lumpur tinjanya
(IPLT) dalam rangka pemeliharaan, keberlanjutan dan keberfungsian sarana Sanimas yang telah
terbangun. Selain itu pemerintah kabupaten/kota dapat memberikan bantuan kepada KPP, yaitu dapat
berupa bantuan dana operasional maupun bantuan/pembinaan teknis (penyuluhan, pelatihan) agar mereka
mampu mengoperasikan dan memanfaatkan sarana yang ada dengan baik.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam operasi dan pemeliharaan, yaitu:

1. Jaringan dan bangunan pelengkap


- Grease trap, dibersihkan tiap 3 hari sekali
- Bak Kontrol dan Manhole
- Tutup bak kontrol dan manhole harus mudah dibuka. Lakukan penggelontoran dan pemeliharaan secara
berkala setiap minggu.
2. Bangunan IPAL

BAB 5 - 19
PT. INACON LUHUR PERTIWI
- Bak Inlet dan settler, lakukan pemeriksaan dan pembersihan terhadap sampah dan kotoran yang
mengapung (1 kali per 2 minggu)
- Dari bak inlet, dilanjutkan ke bak-bak berikutnya lakukan pembersihan dan buang kotoran padat dan
yang mengapung di bawah manhole (1 kali per minggu)
- Lakukan test kualitas air limbah/efluen, sebaiknya setiap bulan, namun bila ada keterbatasan biaya, dapat
dilakukan 1 kali dalam 6 bulan.
- Lakukan pengurasan/penyedotan lumpur secara berkala tiap 2 tahun.

5.4.4. Kajian Teknis Konstruksi Atas Desain Dalam RKM


Mengacu pada Petunjuk Teknis Sanimas Reguler 2017 yang diterbitkan oleh Ditjen Cipta Karya,
khususnya dari aspek peniapan atau penyusunan rencana teknis dan anggran biaya yang dilakukan oleh
para KSM dimasing-masing desa masih dapat mengikuti kaidah-kaidah konstruksi yang ditentukan, baik
progres capaian, rencana teknis, anggran biaya, dan penggambaran konstruksi masih dapat berjalan
dengan baik. Hal ini sangat dipengaruhi dengan adanya pendampingan dari para Tenaga Fasilitator
Lapangan bidang Teknik (TFL). Keberadaan dan keahlian KSM yang ada tidak memiliki latar belakang
pendidikan teknik konstruksi sipil, dengan adanya pendampingan TFL tentu sasaran program dan autput
bidang konstruksi dapat tercapai. Namun perlu diperhatikan dan ditekankan pada saat pelaksanaan
pembangunan konstruksi IPAL, Pemasanagan Pipa, Pembangunan Manhole dan komponen lainnya
sangat ditekankan pendampingan melekat dari TFL teknik, agar kualitas, kuantitas dan target waktu dan
biaya dapat tercapai dengan baik.

5.5. Evaluasi Bidang Legal


Aspek Legal dalam tahapan pelaksanaan Sanimas dapat merujuk pada Petunjuk Teknis SANIMAS Reguler Tahun
2017, dimana pada tahap awal pemilihan prasarana dan sarana air limbah sampai dengan pembentukan KPP untuk
melaksanakan pengelolaan kegiatan Operasi dan Pemeliharaan, kesemuanya itu melibatkan peran aktif masyarakat
dan tentunya harus didukung oleh perangkat legal lainnya untuk terciptanya kepastian dan ketertiban hukum dalam
pelaksanaan kegiatan SANIMAS. Beberapa dukungan perangkat legal dimaksud diantaranya seperti pembuatan
Berita Acara, Surat Pernyataan termasuk Surat Hibah, Surat perjanjian kerjasama atau kontrak kerja yang mengatur
hak dan kewajiban para pihak, kesemuanya itu terkait dengan aspek legal dan harus dibuatkan rumusan tersendiri
yang dimasukan ke dalam bahasa hukum.

Adapun fokus kegiatan SANIMAS dalam hal ini adalah penanganan air limbah rumah tangga. Melalui pelaksanaan
Sanitasi Berbasis Masyarakat ini, masyarakat memilih sendiri prasarana dan sarana air limbah permukiman
yang sesuai, membentuk Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), ikut aktif menyusun rencana aksi dan melakukan
pembangunan fisik dan membentuk Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP) untuk melaksanakan
pengelolaan kegiatan operasi dan pemeliharaan.

BAB 5 - 20
PT. INACON LUHUR PERTIWI
Ruang lingkup Program SANIMAS yang terkait dengan aspek legal meliputi beberapa tahapan, yaitu :
5.5.1. Tahap penyiapan warga
Penyiapan warga dilakukan setelah Desa/kelurahan rawan sanitasi terpilih penerima porgram
SANIMAS, selanjutnya dilakukan sosialisasi tingkat Desa/Kelurahan dan lalu menentukan titik lokasi.
Aspek legal pada tahap ini yaitu meliputi pembuatan Berita Acara seleksi titik lokasi. Selanjutnya
Pembentukan KSM dengan dibuatnya SK. Kades/Lurah tentang Pembentukan KSM termasuk
didalamnya memuat gambar Struktur Organisasi, Pembuatan Berita Acara Pembentukan Tim
pengadaan Barjas (Barang dan Jasa) dengan swakelola. Pembuatan SK. Kades/Lurah tentang
Pembentukan KPP, Pembuatan SK. Satker tentang Penetapan Penerima Manfaat, Pembuatan SK. KSM
tentang Penetapan Tim dan Pembuatan/ Penyusunan dokumen Perjanjian Kerjasama antara Satker
dengan KSM serta Pembuatan Berita Acara Verifikasi Daftar Panjang.

5.5.2. Tahap perencanaan


Aspek legal pada tahap ini yaitu sudah dimulainya pembuatan Berita Acara Penyusunan Rencana Kerja
Masyarakat (RKM) meliputi pembuatan Berita Acara kegiatan pelaksanaan program SANIMAS. RKM
adalah dokumen rencana kegiatan pembangunan dan perbaikan sanitasi masyarakat yang disusun secara
partisipatif dengan mengakomodir sejumlah kebutuhan akan ketersediaan dan akses sanitasi khususnya
pengelolaan sektor air limbah domestik. RKM merupakan dokumen resmi sebagai bukti kesungguhan
masyarakat dalam merencanakan perbaikan/pembangunan SANIMAS, sekaligus sebagai dasar untuk
penyaluran dana bantuan pemerintah dan dari berbagai pemangku kepentingan yang telah memberikan
komitmen.
Aspek legal lainnya pada tahap perencanaan ini yaitu dibuatnya Perjanjian kerjasama antara PPK Satker
PSPLP Provinsi dengan KSM.

5.5.3. Tahap pelaksanaan konstruksi


Aspek legal pada tahap ini ditandai dengan telah ditandatanganinya Perjanjian Kerjasama antara PPK
Satker PSPLP Provinsi dengan KSM sebagai keterwakilan warga penerima manfaat.
Maksud dari tahap konstruksi adalah pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana SANIMAS
yang dilaksanakan masyarakat secara partisipatif (bergotong-royong), sehingga masyarakat pengguna
mempunyai rasa memiliki terhadap prasarana dan sarana SANIMAS yang dibangunnya. Tahapan
Konstruksi secara garis besar adalah pelaksanaan, pengawasan, pengendalian konstruksi dan pelaporan.
Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa ini bisa langsung, bisa juga melalui pelelangan sederhana. Aspek
legal terkait pengadaan Barjas ini yaitu mulai dibuatnya Berita Acara Pembentukan Tim Pengadaan,
Berita Acara Survey, Undangan pengadaan barang, Surat penawaran supplier, Surat pernyataan
kebenaran usaha, Pembukaan penawaran, Surat pernyataan tidak menuntut ganti rugi, Surat pernyataan

BAB 5 - 21
PT. INACON LUHUR PERTIWI
kesanggupan menyelesaikan pekerjaan, Berita acara pengadaan dan dibuatnya Surat Perjanjian
Kerjasama.
Pelaksanaan serah terima terbagi dua, yaitu serah terima pekerjaan dan serah terima aset. Serah terima
pekerjaan dilakukan dengan penandatanganan Berita Acara serah terima yang ditanda tangani oelh KSM
dan PPK Satker PSPLP Provinsi, sedangkan serah terima aset dilakukan setelah serah terima pekerjaan
dengan 3 tahapan yaitu : 1). Serah terima Sarana Prasarana Sanitasi dari KSM kepada PPK Satker
PSPLP Provinsi selaku pihak pemberi tugas diketahui Kepala Desa/Lurah, 2). Serah terima dari PPK
Satker PSPLP Provinsi kepada Pemerintah Kabupaten/Kota agar sarana tersebut dapat dicatatkan
sebagai aset Pemerintah Kabupaten/Kota (tidak mencakup lahan hibah) dan 3). Serah terima
pengelolaan sarana dari Pemerintah Kab/Kota kepada KPP.

5.5.4. Tahap pasca konstruksi.


Tahapan ini mencakup operasional dan pemeliharaan , pendanaan, peran pemda dan swasta. Kajian aspek
legal pada tahap ini yaitu bahwa Kesemuanya ini bisa dibuatkan MOU atau perjanjian pemberian
dana/iuran dan bantuan baik dari pemda (melalui APBD) maupun swasta (program CSR).

5.6. Evaluasi Bidang Keuangan


5.6.1. PROGRES KEGIATAN
Pada Bulan November 2017, beberapa kegiatan yang telah direncakanan adalah merupakan awal
dimulainya kontrak bagi Konsultan Advisory khusus untuk Tenaga Ahli keuangan Sanimas Regular.
Sesuai dengan penugasan beberapa agenda kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai berikut;

Lokasi dampingan wilayah barat terdiri dari 10 Provinsi dan 34 Kabupaten/Kota dengan total pagu
anggaran Rp.15.825.000.000,- yag diharapkan dapat terserap seluruhnya pada akhir bulan November
2017. Adapun rincian alokasi yang terdiri dari rencana dan realisasi sampai dengan tanggal 7 Desember
2017 dapat dilihat dalam tabel.

BAB 5 - 22
PT. INACON LUHUR PERTIWI
PROGRESS PELAKSANAAN PROGRAM SANIMAS REGULER STATUS 7 Desember 2017

JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER Desember


NO PROPINSI KAB/KOTA PAGU (EMON)
Rencana Thp I Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Thp I Realisasi Thp II Rencana Realisasi Thp II Realisasi Thp III Rencana Realisasi Thp II Realisasi Thp III Rencana Realisasi Thp II Realisasi Thp III Realisasi Thp III
Aceh Barat 400,000,000 160,000,000 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
Sabang 400,000,000 160,000,000 120,000,000 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
1 Aceh
Bireuen 400,000,000 160,000,000 120,000,000 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
Aceh Timur 400,000,000 160,000,000 120,000,000 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
Langkat 550,000,000 220,000,000 220,000,000 165,000,000 165,000,000 165,000,000
Asahan 550,000,000 220,000,000 220,000,000 165,000,000 165,000,000 165,000,000
2 Sumatera Utara
Samosir 550,000,000 220,000,000 220,000,000 165,000,000 165,000,000 165,000,000
Tapanuli Selatan 550,000,000 220,000,000 220,000,000 165,000,000 165,000,000 165,000,000
3 Sumatera Barat Dharmasraya 425,000,000 170,000,000 170,000,000 127,500,000 127,500,000 127,500,000 127,500,000
Sumatera Pagaralam 400,000,000 160,000,000 160,000,000 120,000,000 120,000,000
4
Selatan Empat Lawang 400,000,000 160,000,000 160,000,000 120,000,000 120,000,000
Bangka 400,000,000 160,000,000 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
Kepulauan 400,000,000 160,000,000
Bangka Tengah 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
5 Bangka
Belitung Bangka Selatan 400,000,000 160,000,000 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
Belitung 400,000,000 160,000,000 - - 120,000,000 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
Sarolangun 400,000,000 160,000,000 - 120,000,000 160,000,000 120,000,000 120,000,000
6 Jambi
Bungo 400,000,000 160,000,000 - 120,000,000 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
Kepahyang 400,000,000 160,000,000 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
Benkulu Utara 400,000,000 160,000,000 - 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
7 Bengkulu
Seluma 400,000,000 160,000,000 - 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
Kaur 400,000,000 160,000,000 - 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
400,000,000 160,000,000 - 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
Kampar
400,000,000 160,000,000 - 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
400,000,000 160,000,000 - 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
8 Riau Rokan Hulu
400,000,000 160,000,000 - 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
400,000,000 160,000,000 - 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
Kuantan Singingi
400,000,000 160,000,000 - 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
Kota Metro 400,000,000 160,000,000 - 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
Tulang Bawang Barat 400,000,000 160,000,000 - 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
9 Lampung
Pesisir Barat 400,000,000 160,000,000 - 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
Pringsewu 400,000,000 160,000,000 - 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
400,000,000 160,000,000 - 120,000,000 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
Natuna
400,000,000 160,000,000 - 120,000,000 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
Anambas 400,000,000 160,000,000 - 120,000,000 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
10 Kepulauan Riau Lingga 400,000,000 160,000,000 - 120,000,000 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
Bintan 400,000,000 160,000,000 - 120,000,000 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
Tanjung Pinang 400,000,000 160,000,000 - 120,000,000 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
Batam 400,000,000 160,000,000 - 120,000,000 160,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000 120,000,000
Total Wilayah Barat ########## 6,330,000,000 970,000,000 - 2,960,000,000 4,267,500,000 2,400,000,000 607,500,000 1,200,000,000 1,200,000,000 - 3,787,500,000 2,700,000,000 967,500,000 2,040,000,000 - 2,640,000,000 -

BAB 5 - 23
PT. INACON LUHUR PERTIWI
secara keseluruhan lokasi perencanaan pencairan dilaksanakan dalam 3 tahap (40%, 30%, 30%) dengan
pembagian pada Bulan November mentargetkan Rp. 15,825,000,000 dana terserap atau keseluruhan alokasi
dapat terserap 100%, Bulan Agustus Rp. 4.267.500.000, Bulan September Rp.607.500.000, Bulan Oktober
Rp3.787.600.000 dan pada Bulan Nopember sebesar Rp960.000.000.
Sampai dengan Bulan November 2017 progres/realisasi pencairan pada sebagian besar lokasi yang sebelumnya
mengalami keterlambatan pada proses perencanaan dan pencairan dapat segera memperbaiki performanya
sehingga saat ini untuk target pencairan tahap I telah cair seluruhnya.
Untuk Rencana pencairan pada 30 % tahap II telah cair seluruhnya dan 30% tahap III menyisakan 8 kecamatan
yang belum memberikan progress, kondisi sementara seluruh kecamatan telah mengajukan dokumen pencairan
hanya perlu beberapa kekurangan dokumen yang harus dilengkapi atau diperbaiki.
Adapun progress pencairan untuk wilayah barat dapat terlihat pada table berikut:
TAHAP-1 TAHAP-2
40% 30%
NO PROVINSI PAGU (Rp)
JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER
Rencana Realisasi Rencana Realisasi Rencana Realisasi Thp I Realisasi Thp II Rencana Realisasi
1 ACEH 1,600,000,000 640,000,000 160,000,000 640,000,000 0 1,120,000,000 480,000,000 0 1,120,000,000 0
2 SUMATERA UTARA 2,200,000,000 880,000,000 0 880,000,000 880,000,000 1,540,000,000 0 0 1,540,000,000 0
3 SUMATERA BARAT 425,000,000 170,000,000 170,000,000 170,000,000 0 297,500,000 0 127,500,000 297,500,000 0
4 RIAU 2,400,000,000 960,000,000 0 960,000,000 960,000,000 1,680,000,000 0 0 1,680,000,000 0
5 KEP. RIAU 2,800,000,000 1,120,000,000 0 1,120,000,000 0 1,960,000,000 480,000,000 0 1,960,000,000 0
6 JAMBI 800,000,000 320,000,000 0 320,000,000 0 560,000,000 320,000,000 0 560,000,000 0
7 BENGKULU 1,600,000,000 640,000,000 0 640,000,000 0 640,000,000 320,000,000 0 1,120,000,000 0
8 BANGKA BELITUNG 1,600,000,000 640,000,000 480,000,000 640,000,000 0 1,120,000,000 160,000,000 0 1,120,000,000 0
9 SUMATERA SELATAN 800,000,000 320,000,000 320,000,000 320,000,000 0 560,000,000 0 0 560,000,000 0
10 LAMPUNG 1,600,000,000 640,000,000 0 640,000,000 640,000,000 640,000,000 - 480,000,000 1,120,000,000 0
TOTAL 15,825,000,000 6,330,000,000 1,130,000,000 6,330,000,000 2,480,000,000 10,117,500,000 1,760,000,000 607,500,000 11,077,500,000 0

Pada grafik progress dan perencanaan penyerapan tergambar pada bulan November 2017 terdapat deviasi antara
target dan realisasi sekitar 1.41 % pada Perencanaan Tahap III atau baru mencapai 82% penyerapan. Deviasi
tersebut diharapkan segera tertutupi di 8 lokasi yang telah memasukkan berkas dan menyelesaikan dokumen
perbaikan.

BAB 5 - 24
PT. INACON LUHUR PERTIWI
5.6.2. Evaluasi Kegiatan
Beberapa catatan terkait dengan pelaksanaan kegiatan;
Terkait dengan perhitungan pajak yang sebelumnya tidak diperhitungkan akan merubah perhitungan
Rencana Anggaran dan Biaya, perubahan yang berkisar 10% – 12% akan berdampak pada kualitas
terbangun. Sehingga agar tidak merubah kualitas dan mafaat dari kegiatan perlu ada review dan
pendampingan langsung baik dari fasilitator provinsi dan tenaga ahli terkait. Jika pada perhitungan
ternyata dapat mempengaruhi fisik terbangun segera dapat melakukan musyawarah untuk menutupi
kekurangan anggaran atau melakukan efisiensi biaya operasional seperti penggantian dengan system
swadaya masyarakat.

Perhitungan pajak pada jenis bentuan pemerintah dengan mata anggaran Belanja Barang Lainnya Untuk
diserahkan Kepada Masyarakat/Pemerintah dalam Bentuk Uang masih belum mendapat acuan yang
jelas apakah menggunakan PPH pasal 21 atau PPH pasal 22 atau merujuk pada ketentuan dalam LKPP
tentang batuan pemerintah yang memiliki karakteristik. Rujukan ketentuan tersebut memiliki perbedaan
perhitungan yang cukup besar. Permasalahan ini sebaiknya dibicarakan agar terdapat kesepahaman
antara DJA, kementrian sebagai pelaksana dan BPK saat penyusunan juknis kedepan. Beberapa rujukan
terhadap perhitungan pajak menyebabkan perbedaan kebijakan didaerah ada yang memberlakukan
pemotongan dan beberapa memahami tidak diperlukannya pemotongan.

Hal lain yang perlu mendapat perhatian adalah dokumen pertanggungjawaban sebagai bentuk
akuntabilitas pengelolaan kegiatan. Fasilitator/pendamping diharapkan dapat melakukan pemeriksaan
rutin terhadap pencatatan keuangan beserta kelengkapan dokumen adiminstrasi/pendukung seperti
kwitansi, faktur maupun nota belanja.

Secara umum kegiatan administrasi keuangan sangat mudah untuk diaplikasikan karena mencatat arus
kas keluar (cash flow) saja sehingga untuk pemeriksaan terhadap pencatatan dan bukti kas keluar sangat
mudah, yang perlu mendapat perhatian adalah nilai saldo kas (tunai) yang perlu dilakukan opname
secara berkala sebagai langkah preventive. Hanya pada tahun yang akan dating penambahan jam
pelajaran pada materi keuangan menjadi hal yang perlu diperhatikan. Pemecahan materi keuangan
kedalam beberapa sub pokok bahasan akan mempermudah peserta.

BAB 5 - 25
PT. INACON LUHUR PERTIWI
5.6.3. Estimasi Beban Biaya

ROI dengan Estimasi Estimasi Iuran Beban yang harus


Jumlah
No Nama Lokasi Sanimas Kabupaten Jumlah Operasional 5 umur Beban Biaya Masyarakat ditanggung
Sambungan Alokasi Sarana ROI/SR NPV (SR)
Penduduk % ekonomis 20 Operasional (Avg desa/pihak ketiga
Rumah
th /SR /SR (Bln)* Rp50.000) (Bln)
II Provinsi Sumatera Utara
1 Bulu Gading 30 250 550,000,000 27,500,000 522,500,000 17,416,667 72,569 199,782 (149,782) (Rp2,018) Rp (60,540)
2 Dusun XI 25 398 550,000,000 27,500,000 522,500,000 20,900,000 87,083 239,738 (189,738) (Rp2,422) Rp (60,540)
3 Dusun I 52 250 550,000,000 27,500,000 522,500,000 10,048,077 41,867 115,259 (65,259) (Rp1,164) Rp (60,540)
4 Lingkunga II 60 300 550,000,000 27,500,000 522,500,000 8,708,333 36,285 99,891 (49,891) (Rp1,009) Rp (60,540)
Total 167 1,198 2,200,000,000 110,000,000 2,090,000,000 57,073,077 237,804 654,670 (454,670) Rp (6,613) Rp (242,160)

ROI dengan Estimasi Estimasi Iuran Beban yang harus


Jumlah ROI dengan Estimasi Estimasi Iuran Beban yang harus
No Nama Lokasi Sanimas Kabupaten Jumlah Jumlah Operasional 5 umur Beban Biaya Masyarakat ditanggung
No Nama Lokasi Sanimas SambunganJumlah
Kabupaten Sambungan Alokasi Operasional 5 Sarana ROI/SR umur 20 Beban Biaya Masyarakat NPV (SR) ditanggung
Penduduk Alokasi % Sarana ROI/SR ekonomis Operasional (Avg NPV (SR) desa/pihak ketiga
RumahPenduduk % ekonomis
Rumah th /SR20 Operasional
/SR (Bln)* (Avg
Rp50.000) desa/pihak
(Bln) ketiga
th /SR /SR (Bln)* Rp50.000) (Bln)
III Provinsi Riau
I ProvinsiDusun
Aceh Muara RT5,RW3,
1 Rokan Hulu 40 400,000,000 20,000,000 380,000,000 9,500,000 39,583 149,836 (99,836) (Rp1,513) Rp (60,540)
JurongKecamatan
Cot Damar,Roko IV Koto
Kecamatan
1 RT 32 RW 05 Dusun Sabang
Tanjung Sari, 37 250 400,000,000 20,000,000 380,000,000 10,270,270 42,793 161,985 (111,985) (Rp1,636) Rp (60,540)
Suka2 Raya Rokan Hulu 25 101 400,000,000 20,000,000 380,000,000 15,200,000 63,333 239,738 (189,738) (Rp2,422) Rp (60,540)
Kecamatan Rambah Hilir
Dusun Paya Silimeng, Kecamatan
2 RT 08 RW 04 Dusun Wonorejo Aceh Barat 50 250 400,000,000 20,000,000 380,000,000 7,600,000 31,667 119,869 (69,869) (Rp1,211) Rp (60,540)
Johan Pahlawan
3 Desa Sungai Keranji, kecamatan Kuantan Singingi 47 216 400,000,000 20,000,000 380,000,000 8,085,106 33,688 127,520 (77,520) (Rp1,288) Rp (60,540)
DusunSingingi
Lampoh Pala, Kecamatan
3 Aceh Timur 50 250 400,000,000 20,000,000 380,000,000 7,600,000 31,667 119,869 (69,869) (Rp1,211) Rp (60,540)
Idi Rayeuk
4 RT 06/07RW04 Dusun Bukik Kuantan Singingi 40 311 400,000,000 20,000,000 380,000,000 9,500,000 39,583 149,836 (99,836) (Rp1,513) Rp (60,540)
4 DusunDusun
Meunasah Baro, Kec
Suka Damai, Juli Bireuen
Kecamatan 60 250 400,000,000 20,000,000 380,000,000 6,333,333 26,389 99,891 (49,891) (Rp1,009) Rp (60,540)
5 Kampar 45 219 400,000,000 20,000,000 380,000,000 8,444,444 35,185 133,188 (83,188) (Rp1,345) Rp (60,540)
Salo Total 197 1,000 1,600,000,000 80,000,000 1,520,000,000 31,803,604 132,515 501,615 (301,615) Rp (5,067) Rp (242,160)
RT 01 RW 01 Dusun I Teluk
6 Kampar 62 380 400,000,000 20,000,000 380,000,000 6,129,032 25,538 96,669 (46,669) (Rp976) Rp (60,540)
Kenindai, Kecamatan Tambang
ROI dengan Estimasi Estimasi Iuran Beban yang harus
TotalJumlah 259 1,538 2,400,000,000 120,000,000 2,280,000,000 56,858,583 236,911 896,788 (596,788) Rp (9,058) Rp (363,240)
No Nama Lokasi Sanimas Kabupaten Jumlah Operasional 5 umur Beban Biaya Masyarakat ditanggung
Sambungan Alokasi Sarana ROI/SR NPV (SR)
Penduduk % ekonomis 20 Operasional (Avg desa/pihak ketiga
Rumah
th /SR /SR (Bln)* Rp50.000) (Bln)
IV Provinsi Sumatera Barat
Jorong Koto Hilalang 1,
1 Dharmasraya 50 214 425,000,000 21,250,000 403,750,000 8,075,000 33,646 119,869 (69,869) (Rp1,211) Rp (60,540)
Kecamatan Tiumang ROI dengan Estimasi Estimasi Iuran Beban yang harus
Jumlah
No Nama Lokasi Sanimas KabupatenTotalSambungan50 Jumlah214 425,000,000Operasional
Alokasi
21,250,000
5 403,750,000
Sarana
8,075,000 umur 33,646
ROI/SR
119,869
Beban Biaya Masyarakat(69,869) Rp (1,211)ditanggung
NPV (SR)
Rp (60,540)
V Provinsi Kepulauan Riau Penduduk % ekonomis 20 Operasional (Avg desa/pihak ketiga
Rumah
1 Desa Pulau Tiga RT. 04 RW. 01 45 220 400,000,000 20,000,000 380,000,000 8,444,444 th /SR 35,185/SR (Bln)*
133,188Rp50.000)(83,188) (Bln) (60,540)
(Rp1,345) Rp
VI 2 Provinsi
Desa Sabang
BangkaMawang
Belitung Barat 40 300 400,000,000 20,000,000 380,000,000 9,500,000 39,583 149,836 (99,836) (Rp1,513) Rp (60,540)
3 Jl.Baru
Kelurahan
Rt.01Tarempa RT 01 RW 04
Dusun I (Samping 40 312 400,000,000 20,000,000 380,000,000 9,500,000 39,583 149,836 (99,836) (Rp1,513) Rp (60,540)
14 Lapangan Bola),RTKecamatan
Desa Penuba 02 RW 02 Bangka 6525 250120 400,000,000
400,000,000 20,000,000
20,000,000 380,000,000
380,000,000 5,846,154
15,200,000 24,359
63,333 92,207
239,738 (42,207)
(189,738) (Rp931) Rp Rp (60,540)
(Rp2,422) (60,540)
5 Puding BesarKawal RT 04 RW 01
Kelurahan 47 216 400,000,000 20,000,000 380,000,000 8,085,106 33,688 127,520 (77,520) (Rp1,288) Rp (60,540)
Kelurahan Teladan.RT.02/03, Bangka
2 Kelurahan Kampung Bugis 65 238 400,000,000 20,000,000 380,000,000 5,846,154 24,359 92,207 (42,207) (Rp931) Rp (60,540)
Kecamatan ToboaliGang.
Kampung Seiladi Selatan
Tanjung
6 62 380 400,000,000 20,000,000 380,000,000 6,129,032 25,538 96,669 (46,669) (Rp976) Rp (60,540)
Cempedak
Desa RT.Kecamatan
Namang 01 RW. 03, Pinang
Kecamatan
3 Namang RT 14Tanjung
RW 05,Pinang
Kecamatan Belitung 58 301 400,000,000 20,000,000 380,000,000 6,551,724 27,299 103,335 (53,335) (Rp1,044) Rp (60,540)
Kelurahan Batu Merah RT 07 RW
7 Tanjung Pandan Batam 40 300 400,000,000 20,000,000 380,000,000 9,500,000 39,583 149,836 (99,836) (Rp1,513) Rp (60,540)
02, Kecamatan Batu Ampar
RT 06 Metro 52 373
Total 299 1,848 2,800,000,000 140,000,000 2,660,000,000 66,358,583 276,494 1,046,625 (696,625) Rp (10,572) Rp (423,780)
RT Pardasuka Timur 43 215
Desa Namang Kecamatan Bangka
4 58 301 400,000,000 20,000,000 380,000,000 6,551,724 27,299 103,335 (53,335) (Rp1,044) Rp (60,540)
Namang RT 14 RW 05 Tengah
Total 341 1,678 1,600,000,000 80,000,000 1,520,000,000 24,795,756 103,316 391,085 (191,085) Rp (3,950) Rp (242,160)
VII Provinsi Jambi BAB 5 - 26
Kampung Lubuk, Kecamatan PT. INACON LUHUR PERTIWI
1 Sorolangun 54 369 400,000,000 20,000,000 380,000,000 7,037,037 29,321 110,990 (60,990) (Rp1,121) Rp (60,540)
Sorolangun
Dusun Air Gemuruh, Kecamatan
2 Bungo 60 240 400,000,000 20,000,000 380,000,000 6,333,333 26,389 99,891 (49,891) (Rp1,009) Rp (60,540)
Batin ATHIII
Total 114 609 800,000,000 40,000,000 760,000,000 13,370,370 55,710 210,881 (110,881) Rp (2,130) Rp (121,080)
Berdasarkan tabel estimasi diatas dapat diambil kesimpulan, jika rata-rata biaya yang harus ditanggung
setiap SR sebesar Rp112.340,- dan besaran iuran yang dapat dibayarkan setiap SR nya hanya
Rp50.000,- untuk memastikan perawatan dan keberlanjutan IPAL masyarakat dan desa perlu mencari
tambahan biaya sebesar Rp.70.000,- yang dapat dihasilkan dari donasi pihak ketiga atau dengan mencari
tambahan melalui unit bisnis lainnya. Estimasi tersebut dapat bertambah jika memperhitungkan
penggunaan listrik dan lain-lain.

Agar setiap proyek yang terbangun dapat terjamin keberlangsungannya maka didalam perencanaan pada
awal kegiatan perlu disosialisasikan dan diperhitungan jumlah layanan dan beban biaya yang akan
ditanggung masing-masing rumah tangga, dan jika beban tersebut tidak terpenuhi perlu direncanakan
alternative tambahan pendapatan.

5.7. Evaluasi Bidang Pemberdayaan


Dalam pelaksanaan kegiatan Sanimas Reguler 2017 peran stake holder di semua tingkatan sangat dibutuhkan dan
sangat penting untuk di fungsikan, hal ini berkaitan dengan hasil infrastruktur terbangun yang dapat dimanfaatkan
secara berkelanjutan dan dapat memberikan manfaat yang signifikan kepada masyarakat. Peran stake holder dengan
koordinasi berjenjang sampai saat ini masih ada beberapa kelemahan dan kurang maksimal , hal ini dikarenakan
beberapa pelaku kepentingan yang tidak dilibatkan secara langsung dalam sosialisasi dan perencanaan kegiatan ,
monitoring pelaksanaan dan pengawasan kegiatan dan pelaporan hasil kegiatan dan monitoring pasca infrastruktur
terbangun dengan kelembagaan yang sudah terbentuk yaitu KPP. Ada beberapa pengertian tentang stakeholders
yang perlu kita klasifikasikan sehingga kapasitas pelaku di dalam ya dapat lebih ditingkatkan dan dimaksimalkan
peran dan fungsinya.

BAB 5 - 27
PT. INACON LUHUR PERTIWI
5.7.1. Stakeholder
Stakeholder utama merupakan stakeholder yang memiliki kaitan kepentingan secara langsung dengan
suatu kebijakan, program, dan proyek. Mereka harus ditempatkan sebagai penentu utama dalam proses
pengambilan keputusan.
a) Masyarakat dan tokoh masyarakat : Masyarakat yang terkait dengan proyek, yakni masyarakat
yang di identifkasi akan memperoleh manfaat dan yang akan terkena dampak (kehilangan tanah
dan kemungkinan kehilangan mata pencaharian) dari proyek ini. Tokoh masyarakat : Anggota
masyarakat yang oleh masyarakat ditokohkan di wilayah itu sekaligus dianggap dapat mewakili
aspirasi masyarakat
b) Pihak Manajer publik : lembaga/badan publik yang bertanggung jawab dalam pengambilan dan
implementasi suatu keputusan.
Peran Stakeholder pembangunan kesejahteraan sosial sesungguhnya membawa angin segar bagi
tumbuhnya demokrasi dan partisipasi warga dalam segenap aktivitas  pembangunan kesejahteraan sosial
yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas pelayanan pembangunan kesejahteraan sosial.
Stakeholder pendukung (sekunder) adalah stakeholder yang tidak memiliki kaitan kepentingan secara
langsung terhadap suatu kebijakan, program, dan proyek, tetapi memiliki kepedulian (consern) dan
keprihatinan sehingga mereka turut bersuara dan berpengaruh terhadap sikap masyarakat dan keputusan
legal pemerintah.
c) Lembaga (Aparat) pemerintah dalam suatu wilayah tetapi tidak memiliki tanggung jawab
langsung. (SKPD Terkait Program yang di laksanakan di daerahnya)
d) Lembaga pemerintah yang terkait dengan issu tetapi tidak memiliki kewenangan secara langsung
dalam pengambilan keputusan. (SKPD lintas Sektoral)
e) Lembaga swadaya Masyarakat (LSM) setempat : LSM yang bergerak di bidang yang bersesuai
dengan rencana, manfaat, dampak yang muncul yang memiliki “concern” (termasuk organisasi
massa yang terkait).
f) Perguruan Tinggi: Kelompok akademisi ini memiliki pengaruh penting dalam pengambilan
keputusan pemerintah.
g) Pengusaha (Badan Usaha) yang terkait.

Stakeholder kunci merupakan stakeholder yang memiliki kewenangan secara legal dalam hal
pengambilan keputusan. Stakeholder kunci yang dimaksud adalah unsur eksekutif sesuai levelnya,
legisltif, dan instansi. Misalnya, stekholder kunci untuk suatu keputusan untuk suatu proyek level
daerah kabupaten.

BAB 5 - 28
PT. INACON LUHUR PERTIWI
h) Pemerintah Kabupaten
i) DPR Kabupaten
j) Dinas yang membawahi langsung proyek yang bersangkutan.
k) Konsep Partisipasi

5.7.2. Partisipasi
Tingkat partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan kegiatan yang harus dilakukan oleh masyarakat
meliputi beberpa tahapan sosialisasi dan rembuk sesuai jadwal yahapa yang harus dilakukan oleh
masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pembangunan IPAL Sanimas reguler 2017
REKAP PARTIS IPAS I MASYARAKAT PROVINSI
Sosialisasi Awal Tingkat Kelurahan Rembug Kelurahan I Rembug Kelurahan II Rembug Pelaksanaan
Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
Provinsi Jumlah
Lokasi Perempuan Laki-Laki Warga Peserta Perempuan Laki-Laki Warga Peserta Perempuan Laki-Laki Warga Peserta Perempuan Laki-Laki Warga
Peserta
MBR MBR MBR MBR
ACEH 4 198 92 106 138 192 82 110 101 192 76 126 139 141 47 95 104
BENGKULU 4 135 35 100 164 145 34 111 145 128 32 96 137 95 23 72 43
JAMBI 2 59 16 43 20 59 16 43 20 53 17 36 15 0 0 0 0
BABEL 4 20 5 15 8 0 0 0 0 93 37 56 29 30 7 23 0
KEP. RIAU 7 151 56 95 136 156 64 91 128 165 51 124 134 100 16 84 85
LAMPUNG 4 625 75 100 279 160 65 95 89 126 34 92 82 25 0 25 0
RIAU 6 0 0 0 0 14 5 9 7 0 0 0 0 39 1 38 0
SUMBAR 1 48 18 30 5 32 8 24 1 42 17 25 2 4 0 4 0
SUMSEL 2 54 11 43 33 152 80 72 122 74 30 44 68 0 0 0 0
SUMUT 4 82 19 63 7 76 24 52 8 88 37 51 17 58 12 46 23

Tabel 5.1 Tingkat Partisipasi Masyarakat Dalam Sosialisasi Kelurahan

Tingkat Parti sipasi masyarakat dalam


Sosialisasi Kelurahan
Perempuan Laki-laki

106
100
95 67
100
92 60 63
43 56 75 70 30 43
35 16 20 18 19
11
I L
EH LU B EL U G U R
SE U
T
C U M B RI
A N IA BA
A K JA
A PU R M M M
G B . SU SU
EN EP
M SU
B K LA

BAB 5 - 29
PT. INACON LUHUR PERTIWI
Dalam pelaksanaan sosialisasi kelurahan / desa untuk tingkat partisipasi masyarakat dalam proses
sosialisasi terdapat perbedaan yang tidak terlalu banyak unttuk tiap titik lokasi dan provinsi, rata-rata
tingkat kehadiran dalam sosialisasi antara 20-45 orang di setiap kegiatan sosialisasi yang dilakukan.
Masih perlu banyak keterlibatan masyarakat dalam kegiatan sosiaalisasi ini hal ini dikarenakan adanya
agenda sosialisasi PHBS di kegiatan ini dan masyarakat perlu memahami dan mengerti akan pentingnya
kesehatan dasar yang harus mereka lakukan. Tingkat kehadiran kaum perempuan dalam kegiatan sudah
lumayan bagus meskipun keterlibatan secara langsung dalam forum masih banyak di kuasai oleh kaum
laki-laki, perlu adanya keterpaduan peran dalam semua kegiatan yang ada di kegiatan masyarakat
sehingga peran kaum perempuan secara pasti ada peningkatan.

Tabel 5.2. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Rembuk 1

Tingkat Parti sipasi Masyarakat dalam Rembuk


I
Perempuan Laki-laki

110 77
91 95 72
111
60
82 94 52
43 64 65 80
34 41 24 24
16 8
I L
EH LU B EL U G U R
SE U
T
C U M A
B
R
IA U
N
R
IA BA M
A K JA P M M
G B . SU SU
EN EP
M SU
B K LA

Tingkat partisipasi masyarakat terutama kaum perempuan dalam pelaksanaan kegiatan rembuk I yang
membahas tentang fakta integritas/surat kesiapan masyarakat dalam menerima dan melaksanakan
Program Sanimas terdapat perbedaan dalam tingkat partisipasi dalam rembuk I, di sumut tingkat
partisipasinya paling rendah, dari 4 titik lokasi yang ada hanya kisaran 20 orang per lokasi, sedangkan
daerah provinsi lain diantara kisaran 25-45 orang di kegiatan ini.

BAB 5 - 30
PT. INACON LUHUR PERTIWI
Tabel 5.3. Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Rembuk 2

Tingkat Parti sipasi Masyarakat dalam


Rembuk II
Perempuan Laki-laki

126 80
124
96 92
56 51
95 44
76 36 25
32 37 51 34 30 37
17 17
I T
H LU B EL U G U R
SE
L
U
CE U M A
B R
IA U
N
R
IA BA M
A K JA P M M
G B . SU SU
EN EP
M SU
B K LA

Tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan rembuk II dengan agenda pembentukan KSM dan KPP
mengalami kenaikan dibandingkan kegiatan rembuk I, meskipun kisaran kehadiran masyarakat masih
sama dikisaran 20-45 orang disetiap lokasi rembuk II yang masyarakat lakukan.

Tabel 5.4. Rembuk Pelaksanaan

Rembuk Pelaksanaan
Perempuan Laki-laki

95 101 104

72 78
71
43 46
47 42 30
38 16
23 16 20 25
9 12 12
I
EH LU B EL U G U R
SE
L
U
T
C U M A
B
R
IA U
N
R
IA BA M
A K JA P M M
G B . SU SU
EN EP
M SU
B K LA

Agenda rembuk pelaksanaan yang membahas pembentukan panitia pengadaan barang dan Jasa
mengalami kemunduran dalam tingkat partisipasi masyarakat dibandingkan dengan rembuk sebelumnya,

BAB 5 - 31
PT. INACON LUHUR PERTIWI
terkesan bahwa adanya rembuk pelaksaan ini adalah kegiatan laki-laki , perlu pemahaman kepada
masyarakat menyangkut keterlibatan perempuan dalam kegiatan ini, karena keterlibatan perempuan juga
menjadi penting ketika dalam pelaksanaan terdapat swadaya masyarakat yang berupa makanan dan
minuman ketika swadaya gotong royong pembesihan lahan di awal pengerjaan sangat diperlukan dlam
keterlibatanya.
Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang dalam bermasyarakat kepada
pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya, dan dapat ditarik kesimpulan bahwa
partisipasi adalah suatu keterlibatan masyarakat  dalam memberikan kepedulian terhadap kegiatan yang
melaksanakan dan akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar serta mendukung pencapaian tujuan
dan bertanggung jawab atas keterlibatannya. Partisipasi buah pikiran lebih merupakan partisipasi berupa
sumbangan ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk
memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman
dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya. Dan, langkah-langkah Implementatif
peningkatan kapasitas yang perlu diambil dalam rangka meningkatkan kapasitas stakeholders adalah
melalui :
a. Pelatihan peningkatan kapasitas secara berjenjang dari pelaku yang terlibat didalamnya;
b. Optimalisasi peran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait dalam mendorong peran lembaga
yang ada dalam implementasi program yang akan dilaksnakan;
c. Optimalisasi lembaga terkait melalui lintas sektoral yang ada sehingga program yang di jalankan
lebih sinergi dan berkelanjutan;
d. Peningkatan kerja sama lembaga swasta dalam rangka menunjang keberhasilan program sanimas
reguler;
e. Optimalisasi Peran serta stakeholders dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program
sanimas melalui langkah peningkatan kapasitas pelaku;
f. Pendekatan intensif terhadap masyarakat dalam semua tahapan sehingga tercipta hubungan yang
lebih harmonis, dan membangun kerjasama yang baik dalam pelaksaaan program kedepannya;
g. Bimbingan dari pihak dinas tidak terhenti sampai program Sanimas selesai namun juga pasca
infrastuktur terbangun, karena dengan kondisi partisipasi yang belum baik menyebabkan program
tersebut tidak dapat berkelanjutan jika tanpa pemantauan dari pemerintah;
h. Peningkatan kinerja KPP sebagai motor penggerak program Pasca Kontuksi terbangun sekaligus
motivator bagi masyarakat dalam melanjutkan program sanimas sehingga dapat di rasakan secara
berkelanjutan;
i. Kampanye Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) yang terencana dan mampu menggerakkan
perubahan di tingkat komunitas, baik dalam mengontrol pelaksanaan program sanimas yang
terbangun sehingga tercipta kesadaran hukum masyarakat akan pentingnya kesehatan di wilayahnya;

BAB 5 - 32
PT. INACON LUHUR PERTIWI
j. Koordinasi lintas sector disetiap tahapan program Sanimas dengan pelibatan jalur structural
(pemerintah) maupun jalur fungsional (konsultan dan masyarakat).

5.7.3. Peningkatan Kapasitas


Peningkatan kapasitas yang dibahas pada sub bab ini membahas mengenai peningkatan kapasitas
terhadap Tenaga Fasilitator. Dan dari hasil review atas materi pelatihan yang ada, didapatkan beberapa
catatan yakni :
a. Bahan Bacaan yang ada hanya berupa Petunjuk Teknis dan Lampiran Petunjuk Teknis, dan tidak ada
Bahan Bacaan lain;
b. Proses peningkatan kapasitas menggunakan mekanisme Bimbinagn Teknis, dan bukan merupakan
proses Pelatihan Orang Dewasa (POD), sehingga proses komunikasinya searah, kurang partisipatif;
c. Bahan Tayang yang dijadikan materi pelatihan terlalu banyak sehingga proses pelatihan lebih berupa
proses ‘penjejalan’ materi oleh narasumber kepada peserrta sehingga kurang efektif.

Untuk itu, perlu dikembangkan Bahan Bacaan yang seharusnya menjadi pegangan peserta pelatihan.
Adapun Materi Bahan Bacaan yang diusulkan adalah sebagai berikut :
BAHAN BACAAN
NO TAHAP
TOPIK KONTEN
I PERSIAPAN 1. Proses Penetapan Lokasi - Surat Minat
sanimas - Selotif
- PKS Kabupaten/ Kota dengan Direktur
PPLP
2. Sosialisasi - Sosialisasi Kabupaten
- Sosialisasi Desa
3. Rembuk Warga - Rembuk Warga I
- Rembuk Warga II
- Rembuk Warga III
II PERENCANAAN 4. RKM - Studi Kelayakan Lahan
- Hibah Lahan
- Dokumen RKM
5. DED dan RAB - Penyusunan DED
- Pengukuran lahan
- Penyusunan RAB dan kemungkinan
Revisi DED dan RAB
6. Perjanjian Kerja Sama KSM - Verifikasi RKM
dengan Satker PSPLP - Penandatanganan PKS antara KSM
dengan Satker PSPLP
III PELAKSANAAN 7. Pra Konstruksi - Pengadaan Barang Jasa
- Pengajuan SPM dan SP2D
- Mekanisme Potongan Pajak PPN dan
PPh.
- Penyusunan Jadual Pekerjaan
- Pelatihan Tukang
- Dokumentasi 0%

BAB 5 - 33
PT. INACON LUHUR PERTIWI
BAHAN BACAAN
NO TAHAP
TOPIK KONTEN
8. Tahap Konstruksi - Manajemen Konstruksi
- Buku Catatan Material
- Dokumentasi
9. Laporan Keuangan - LPD I
- LPD II
- LPD III
10. Commisioning Test - Pelaksanaan Uji Keberfungsian
- Berita Acara Hasil Commisioning Test
- Sertifikasi IPAL
11. Laporan Akhir Pekerjaan - Kompilasi seluruh laporan pekerjaan
IV PASCA 12. Serah Terima - Syarat Administrasi Proses Serah Terima
KONSTRUKSI -
13. Pengelolaan IPAL - Jadual Uji Laboratorium
-
14. Manajemen Keuangan - Iuran
- Potensi pembiayaan pengelolaan IPAL
- Laporan keuangan
15. Deteksi Kerusakan IPAL - Ciri Ciri IPAL yang rusak
- Cara Penanganan dan Perbaikannya
16. Kampanye PHBS - Pola Hidup Bersih dan Sehat
(bahan bisa memakai dari Kesehatan)
17. Pengembangan - Syarat Effluent bisa dipakai sebagai
Kewirausahaan potensi ekonomi;
- IPAL sebagai asset ekonomi;
- Jenis-jenis bisnis terkait IPAL;
- Dll.

BAB 5 - 34
PT. INACON LUHUR PERTIWI
5.2. EVALUASI KINERJA FASILITATOR SANIMAS

Tugas Fasilitator tertuang dalam Petunjuk Teknis SANIMAS Reguler Tahun 2017 pada Bab. 2.5.4.3 TFL. Fasilitator
merupakan ujung tombak pelaksanaan SANIMAS mulai dari Tahap Persiapan , Tahap Perencanaan, Tahap
Pelaksanaan dan Tahap Pasca Konstruksi. Kemampuan kinerja Fasilitator dalam seluruh aspek pelaksanaan
SANIMAS dipengaruhi oleh, internal dan eksternal, internal antara lain : (i) latar belakang pendidikan, (ii) latar
belakang pengalaman kerja khususnya pada kegiatan SANIMAS atau yang sejenis. Pengaruh eksternal antara lain :
(i) Kemauan dan keinginan bekerja di SANIMAS, bukan sekedar asal dapat pekerjaan, (ii) meningkatkan
pengalaman bekerja khususnya di bidang sanitasi, (ii) lokasi domisili dan transportasi, (ii) dukungan dari
lingkungan kerja (iv) penyesuaian dari pekerjaan yang lama dan saat ini ( SANIMAS). (v)Kemampuan menyerap
dari pelatihan SANIMAS Reguler yang diterima.
Evaluasi kinerja ini menggunakan metode sebagai berikut :

5.2.1. Metode Evaluasi Kinerja


5.2.2. Periode Penilaian:
- Periode 1 (bulan April s.d. Juni 2017)
- Periode 2 (bulan Juli s.d. Oktober 2017)
5.2.3. Komponen penilaian Fasprov & pembobotannya:
- Rata-rata progres penyerapan di provinsinya 40%
- Penilaian oleh Satker PSPLP Provinsi 30%
- Penilaian oleh Konsultan Advisory 20%
- Penilaian oleh 2 orang TFL 10%

5.2.4. Komponen Penilaian TFL & pembobotannya:


- Penilaian dari Ketua KSM 40%
- Progres penyerapan dana di lokasi kerjanya 40%
- Penilaian dari Fasprov 20%

Jumlah Tenaga Fasilitator yang dinilai sebanyak 86 orang dengan rincian sebagai berikut :
Keterangan
No. Posisi Jumlah
L P
1. Fasilitator Provinsi 10 7 3
2. Tenaga Fasilitator Teknik 38 31 7
3. Tenaga Fasilitator Pemberdayaan 38 28 10
Jumlah 0 0 0

BAB 5 - 35
PT. INACON LUHUR PERTIWI
5.3. Hasil Evaluasi Kinerja Fasilitator
Dari evaluasi yang dilakukan, hasil yang diperoleh dari Kinerja Fasprov dan Fasilitator dalam adalah sebagai
berikut:
5.3.1. Hasil Evaluasi Kinerja Fasilitator Provinsi
Evaluasi Kinerja Fasilitator Provinsi dilakukan dengan hasil sebagai berikut :
Tabel Evaluasi Kinerja Tenaga Fasilitator Provinsi (Fasprov)

No Nama Wilayah Kerja Skor


1 Susi Nurhayati Aceh 95.83
2 Mulkan Ilza Sumatera Utara 87.50
3 Rudi Azra Sumatera Barat 95.83
4 Humeidy Tri Putra Sumatera Selatan 70.83
5 Rafiza Kepulauan Bangka Belitung 95.83
6 Kiki Ervina Jambi 79.17
7 Huliturmiidi Bengkulu 91.67
8 Harmen Gusnadi Riau 95.83
9 Budi Kurniawan Lampung 95.83
10 Andys Halala Kepri 95.83
Untuk Fasilitator Provinsi secara umum telah bekerja dengan baik, di mana 7 orang ( 70%) dari 10 orang
Fasprov memiliki nilai di atas 90 poin, 1 orang (10%) memiliki nilai berkisar di 80 poin, dan 2 (dua) orang atau
20% mendapatkan evaluasi kinerja dengan poin 70.83 dan 79.17.

5.3.2. Hasil Evaluasi Kinerja Tenaga Fasilitator Lapangan


Evaluasi Kinerja Tenaga Fasilitator Lapangan terbagi atas 2 (dua) bidang yakni, Evaluasi Kinerja TFL Teknik
dan Evaluasi Kinerja TFL Pemberdayaan. Adapun hasil dari evaluasi yang dilakukan tertuang pada table di
bawah ini.

Tabel 6.1. Evaluasi Kinerja Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) Teknik

No Nama Wilayah Kerja Skor


(1)Provinsi Aceh
1 Raja Doa Ridho Saputro, ST Aceh Barat 96.67
2 Rizha Maulana, ST Sabang 93.33
3 Salamun Fajri, ST Bireun 90.00
4 Rahmat Hidayat, ST Aceh Timur 96.67
(2)Provinsi Sumatera Utara
1 Nurmayanti Angkat Langkat 86.67

BAB 5 - 36
PT. INACON LUHUR PERTIWI
No Nama Wilayah Kerja Skor
2 Ridho Asahan 93.33
3 Sinar Jadi Simarmata Samosir 86.67
4 Rizki Hamdani Tapanuli Selatan 86.67
(3) Provinsi Sumatera Barat
1 Weti Rosianti, A.Md Dharmasraya 93.33
(4) Provinsi Sumatera Selatan
1 Jhoni Hendrik, ST Pagaralam 66.67
2 Kusfandi Saputro, ST Empat Lawang 53.33
(5) Provinsi Bangka Belitung
1 Agus Purnomo Bangka 100.00
2 Arianto, ST Bangka Tengah 63.33
3 Muhammad Rumani Bangka Selatan 76.67
4 Lilik Sumartini, ST Belitung 100.00
(6) Provinsi Jambi
1 Zul Pahmi, ST Sorolangun 83.33
2 Danny Setiawan Hari Mukti, A.Md Bungo 83.33
(7) Provinsi Bengkulu
1 Bambang Irawan, A.Md Kepahyang 90.00
2 Mantani Ibrahim, ST Bengkulu Utara 90.00
3 Riza Tri Afriayani, ST Seluma 83.33
4 Irvan Hermawan, ST Kaur 83.33
(8) Provinsi Riau
1 Feby Alfiandi Kampar 86.67
2 Yosi Andre Kampar 90.00
3 Daryatmo Rokan Hulu 83.33
4 Adita Sukma Putra Rokan Hulu 83.33
5 Ir. Arianto Kuantan Sengingi 83.33
6 Fikria Febriani Kuantan Sengingi 63.33
(9) Provinsi Lampung
1 Ismadi Irawan, ST Metro 86.67
2 Dwi Meyta Sari, ST Tulang Bawang Barat 83.33
3 Dewa Gede Komang Aria, ST Pesisir Barat 93.33
4 Ni Made Dwi Desmawaty, ST Pringsewu 90.00
(10) Provinsi Kepulauan Riau
1 Roni, ST Natuna 70.00
2 Andriyanto, ST Natuna 73.33
3 Heri Nurbasri, ST Anamabas 80.00
4 Gunawan, ST Lingga 56.67
5 Siharto, ST Bintan 60.00
6 Widya Eka Pratiwi, ST Kota Tanjung Pinang 86.67
7 Edy Sumarta Sianipar, ST Kota Batam 56.67

Tabel 6.2. Evaluasi Kinerja Tenaga Fasilitator Lapangan (TFL) Pemberdayaan

No Nama Wilayah Kerja Skor


(1)Provinsi Aceh

BAB 5 - 37
PT. INACON LUHUR PERTIWI
No Nama Wilayah Kerja Skor
1 Muhajir, ST Aceh Barat 93.94
2 Fachri Iskandar Sabang 100.00
3 Rina Dahlan Bireun 100.00
4 Ikhsan, SE Aceh Timur 93.94
(2)Provinsi Sumatera Utara
1 Mhd. Syahbana Langkat 72.73
2 Siti Maisyah Fitri Siregar Asahan 78.79
3 Fachri Iskandar Samosir 39.39
4 Akhmad Arfan Daulay Tapanuli Selatan 63.64
(3) Provinsi Sumatera Barat
1 Kusnandar, S. Kom Dharmasraya 93.94
(4) Provinsi Sumatera Selatan
1 Tira Yuliana, SE Pagaralam 66.67
2 Ereni Dien Novera, ST Empat Lawang 75.76
(5) Provinsi Bangka Belitung
1 Medha Wahyudiantoro Bangka 100.00
2 Aprian Zahron Bangka Tengah 100.00
3 Amrullah Nawir Bangka Selatan 63.64
4 Eka Wulandari Belitung 69.70
(6) Provinsi Jambi
1 Ansor, SPD Sorolangun 87.88
2 Muhammad Sanusi, SPdi Bungo 75.76
(7) Provinsi Bengkulu
1 Ani Sulastri, Sag Kepahyang 81.82
2 Aldi Gagah Gupita, ST Bengkulu Utara 90.91
3 Elva Yulviza, S.Kep Seluma 81.82
4 Arief Dwi Putra Kaur 78.79
(8) Provinsi Riau
1 Iskandar Kampar 75.76
2 Azromodani Kampar 78.79
3 Andi Merizal Rokan Hulu 84.85
4 Andre Marjuki Rokan Hulu 69.70
5 Sahrilnaldi Kuantan Sengingi 63.64
6 Nurfitra Kuantan Sengingi 81.82
(9) Provinsi Lampung
1 Tri Wahyuni, S.Kom Metro 84.85
2 Yudi Trianda Khodri, S.I.Kom Tulang bawang Barat 78.79
3 Eka Rimanti, S.Kom Pesisir Barat 75.76
4 Andriyani, A.Md Pringsewu 87.88
(10) Provinsi Kepulauan Riau
1 Lillis Farianti, Spi Natuna 72.73
2 Zainal, S.I.Kom Natuna 87.88
3 Aditiyo Hardiyanto, S,Ip Anamabas 75.76
4 Hepri Chandra Lingga 69.70
5 Zulkifli, S.Sos Bintan 78.79
6 Ivan Renko, SE Kota Tanjung Pinang 78.79

BAB 5 - 38
PT. INACON LUHUR PERTIWI
No Nama Wilayah Kerja Skor
7 M. Hadiansyah, A.Md Kota Batam 87.88

5.4. Keterlibatan Perempuan Sebagai Fasilitator Dalam Program Sanimas


Dengan jumlah 86 orang tenaga Fasilitator dari berbagai level, jika dikaitkan dengan issue gender, komposisi
keterlibatan perempuan dalam kegiatan Sanimas Reguler bagi tenaga Fasilitator (Fasprov dan TFL) secara
kuantitatif tertuang pada diagram berikut :

Grafik 6.1. Jumlah dan Prosentase Perempuan

Dari diagram di atas, keterisian perempuan untuk posisi Fasilitator Provinsi mencapai 30%, yang berarti masih di
bawah target yang ingin dicapai terkait issue pengarusutamaan gender. Kondisi ini juga semakin tajam di mana untu
TFL Teknik, prosentase perempuan hanya 18.42%, dan untuk TFL Pemberdayaan mencapai 26.32%.

BAB 5 - 39
PT. INACON LUHUR PERTIWI

Anda mungkin juga menyukai