Anda di halaman 1dari 12

BERITA ACARA

RAPAT KOORDINASI (BKPRD) RAPERDA TENTANG RENCANA TATA


RUANG WILAYAH (RTRW) PROVINSI KALIMANTAN UTARA 2015-2034

Pada hari ini Kamis tanggal dua bulan Oktober tahun Dua Ribu Empat Belas, telah
dilaksanakan Rapat Koordinasi (BKPRD) Rancangan Peraturan Daerah Provinsi
Kalimantan Utara tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Kalimantan Utara Tahun 2015-2034 di Hotel Panghegar Kota Bandung, Provinsi
Jawa Barat, dengan hasil sebagai berikut:
1. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang
Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang Provinsi Kalimantan Utara telah
disepakati, dengan catatan sebagai berikut:
Tujuan penataan ruang perlu disesuaikan dengan visi dan misi Provinsi
Kalimantan Utara.
2. Rencana Struktur Ruang
Catatan penyempurnaan rencana struktur ruang Provinsi Kalimantan Utara,
sebagai berikut:
Perlu dicermati kembali pertumbuhan penduduk antara yang alami dengan
migrasi, untuk mengantisipasi kebutuhan ruang untuk kawasan budidaya
dan memaksimalkan pelayanan struktur ruang.
Tanjung Selor sebagai ibukota Provinsi Kalimantan Utara diharapkan
menjadi titik sentral pembangunan di Provinsi Kalimantan Utara, sehingga
sebaiknya bisa disesuaikan untuk hirarki perkotaan, jaringan jalan, serta
sistem jaringan transportasi di kawasan ini.
Terkait dengan sistem pusat kegiatan, mohon dikoreksi untuk PKL Bunyu
Tengah, karena tidak ada kecamatan Bunyu Tengah, yang menjadi pusat
kotanya adalah Kecamatan Bunyu Barat. Selain itu adanya usulan PKL
Karang Tigau.
Perlu dikoreksi bahwa sistem jaringan jalan kolektor (K4) tidak perlu
dicantumkan dalam Ranperda RTRW Provinsi Kalimantan Utara, karena
jaringan jalan ini bukan kewenangan provinsi, melainkan tanggung jawab
kabupaten/kota.
Untuk sistem jaringan energi, perlu dicantumkan gardu induk dan sistem
jaringan transmisi eksiting ke dalam Ranperda dan Lampiran Peta.
3. Rencana Pola Ruang
Rencana pola ruang Provinsi Kalimantan Utara telah disepakati, dengan
catatan sebagai berikut:
SK Menhut 718/2014 menjadi acuan dalam penyusunan rencana pola ruang.
Mengacu pada UU No. 41/2009 diamanatkan bahwa LP2B (Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan) harus ditetapkan dalam Perda dan harus ditetapkan
di dalam RTRW. Menyangkut luasan dan lokasi harus jelas tercantum di

-1-

dalam RTRW Provinsi Kalimantan Utara ini. Namun perlu didiskusikan lebih
lanjut dengan Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Utara.
Adanya usulan penambahan kawasan rawan bencana, yaitu kawasan rawan
bencana kebakaran lahan dan hutan, serta kawasan rawan bencana
kekeringan.
4. Rencana Kawasan Strategis
Kesepakatan rencana kawasan strategis Provinsi Kalimantan Utara, dengan
beberapa catatan sebagai berikut:
Perlu dikoreksi dalam rencana kawasan strategis nasional, bahwa Pulau
Maratua dan Pulau Sambit bukan termasuk Provinsi Kalimantan Utara,
melainkan kedua masuk ke dalam wilayah Provinsi Kalimantan Timur.
5. Arahan Pemanfaatan Ruang
Arahan pemanfaatan ruang Provinsi Kalimantan Utara:
Program-program pemanfaatan ruang merupakan terjemahan dari visi dan
misi penataan ruang Provinsi Kalimantan Utara.
6. Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang Provinsi Kalimantan Utara:
Terkait dengan arahan sanksi, adanya usulan untuk ditambahkan bentuk
sanksinya seperti apa.
7. Lampiran Peta
Catatan penyempurnaan lampiran peta dalam RTRW Provinsi Kalimantan
Utara, sebagai berikut:
Peta-peta perlu disesuaikan dan dilengkapi kembali sesuai dengan dokumen
kesepakatan batas antara Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi
Kalimantan Utara.
8. Catatan penyempurnaan lebih rinci dicantumkan dalam Lampiran Notulensi.
Demikian Berita Acara ini dibuat untuk digunakan sebagaimana mestinya

Bandung, 2 Oktober 2014


Pimpinan Rapat

Bertius
Bappeda Provinsi Kalimantan Utara

-2-

NOTULENSI RAPAT KOORDINASI


PERCEPATAN PENYUSUNAN RTRW PROVINSI KALIMANTAN UTARA

Hari/Tanggal
Tempat
Agenda

: Kamis, 2 Oktober 2014


: Hotel Panghegar, Kota Bandung Provinsi Jawa Barat
: Penyepakatan Pemanfaatan Ruang RTRW Provinsi
Kalimantan Utara 2015-2034

I.

PEMBUKAAN
Rapat diawali oleh sambutan dari Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan
Utara. Hal yang disampaikan, antara lain:
Provinsi Kalimantan Utara dengan luas sekitar 76.000 km 2, memiliki
kekhasan yaitu adanya Taman Nasional Kayan Mentarang yang di tahun
2007 diresmikan sebagai Heart of Borneo melalui kesepakatan 3 negara,
yaitu Malaysia, Brunei, dan Indonesia. Hal ini sangat penting terkait
dengan implementasi tata ruang.
Dari batas negara di Provinsi Kalimantan Utara yang hampir sepanjang
1.000 km merupakan identitas Kalimantan Utara sebagai perbatasan. Hal
ini sangat penting bagaimana secara fisik kawasan perbatasan ini
didukung di dalam konsep tata ruang. Di kawasan ini tercermin
kedaulatan bangsa.
Provinsi Kalimantan Utara tumbuh sebagai provinsi yang ke-34, memiliki
spesifikasi antara lain TN Kayan Mentarang, perbatasan, dan potensi
sumberdaya alam yang sangat besar.
Pada rapat hari ini akan dilakukan sinkronisasi rencana tata ruang antara
Provinsi Kalimantan Timur sebagai provinsi induk dengan rencana tata
ruang Provinsi Kalimantan Utara yang saat ini sedang disusun.

II.

ARAHAN INSTANSI PUSAT


Arahan dari instansi pusat disampaikan oleh Kementerian Dalam Negeri,
Badan Informasi Geospasial, dan Kementerian Lingkungan Hidup. Hal-hal
penting yang disampaikan oleh perwakilan pemerintah pusat tersebut,
sebagai berikut:
a. Kementerian Dalam Negeri
Kelengkapan dalam proses pengajuan persetujuan subtansi RTRW
Provinsi, yaitu berita acara BKPRN, berita acara konsultasi publik,
berita acara sinkronisasi perbatasan, dan berita acara sinkronisasi
kabupaten/kota di dalamnya.
Terkait dengan konsultasi publik, sesuai dengan PP No. 68/2010
tentang Bentuk dan Tata Cara Peran Masyarakat Dalam Penataan
Ruang, bahwa masyakarat berhak berpartisipasi aktif dalam
perencanaan ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian
pemanfaatan ruang. Oleh karena itu masyarakat perlu dilibatkan
sejak proses awal pembuatan rencana tata ruang.
b. Badan Informasi Geospasial
Penyusunan peta rencana tata ruang wajib :
Mengacu pada Informasi Geospasial Dasar (UU IG pasal 19).

-1-

Dikonsultasikan kepada BIG (PP No. 8 Tahun 2013).


Instruksi Persiden dalam Inpres No. 8 Tahun 2013 kepada kepala BIG:
Kepala Badan Informasi Geospasial melakukan percepatan
penyelenggaraan informasi geospasial dasar dan pengintegrasian
informasi geospasial tematik kepada pemerintah daerah dalam rangka
penyelesaian penyusunan Perda Tata Ruang.
Keharusan untuk mengacu pada IGD dan berkonsultasi kepada BIG
adalah untuk menghasilkan peta rencana tata ruang yang akurat dan
dapat dipertanggungjawabkan atau sesuai dengan Kebijakan Satu
Peta.
Proses pemerikaan peta RTRW Provinsi dilakukan melalui 4 tahap,
yaitu pemeriksaan data spasial dasar/peta dasar, data spasial
tematik/peta tematik, data spasial rencana/peta rencana, dan
layout/album peta.
c. Kementerian Lingkungan Hidup
RTRW yang akan disahkan oleh BKPRN, tidak boleh disahkan
dahulu sebelum dinyatakan bahwa dokumen KLHS-nya layak.
KLHS akan ditanda tangani oleh Menteri Lingkungan Hidup, namun
penyusunan dokumen KLHS dilaksanakan oleh pemerintah daerah.
Untuk RTRW Kabupaten/Kota, yang menyatakan kelayakan KLHS
adalah Gubernur.

III.

PENGANTAR DISKUSI
Pengantar diskusi disampaikan oleh moderator, yaitu Bappeda Provinsi
Kalimantan Utara. Sudah dipaparkan tujuan penataan ruang, serta dijabarkan
ke dalam 7 poin kebijakan penataan ruang. Dipaparkan juga rencana struktur
ruang mulai dari sistem perkotaan hingga sistem jaringan, mungkin bisa
dicermati sistem perkotaan yang ada apakah bisa mendukung kebijakan dan
strategi yang ditawarkan. Kemudian dipaparkan juga rencana pola ruang yang
mengacu pada SK Menteri Kehutanan No. 718/2014. Kemudian juga
disampaikan kawasan strategis nasional dan kawasan strategis provinsi,
arahan pemanfaatan ruang, dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang.
Mohon tanggapan dan masukannya terhadap apa yang sudah ditawarkan
oleh narasumber tersebut.

IV.

MASUKAN DAN TANGGAPAN


Masukan terhadap Percepatan Penyusunan RTRW Provinsi Kalimantan
Utara, yaitu:

No
A
1.

Instansi

Masukan (Untuk Ranperda versi 1 Oktober 2014)

Instansi Pusat
Badan Informasi
Geospasial

Belum dapat memberi masukan terkait pemetaan,


karena harus dilihat dahulu peta-petanya (Peta dasar,
tematik, dan rencana), serta proses pembuatan
petanya. Diharapkan kepada konsultan/tim teknis
Bappeda untuk berkonsultasi lagi ke BIG terkait
ketelitian peta yang digunakan. Kami mohon semua
peta serta sumber peta dibawa pada saat asistensi.
Mohon penjelasannya data penduduk pada tahun 2003
hingga 2012 menjadi acuan, dalam arti melihat trendnya
seperti apa. Jangan hanya menggunakan dua tahun
yang berbeda, yaitu 2003 dan 2012 saja. Jumlah
pendudk sangat penting terkait dengan proyeksi ke

-2-

No

Instansi

Masukan (Untuk Ranperda versi 1 Oktober 2014)


depan mengenai daya dukung dan daya tampung
kawasan.
Terkait dengan infrastruktur, Tanjung Selor difungsikan
sebagai PKW, mohon klarifikasinya apakah memang
ibukota provinsi diarahkan menjadi PKW. Karena hal itu
terkait dengan status infrastruktur.
Terkait dengan jaringan jalan, jaringan jalan arah ke
Tanjung Selor lebih ke kolektor bukan jaringan jalan
primer, apakah hal tersebut tidak bertentangan saat
menjadi ibukota provinsi.
Tata ruang provinsi Kalimantan Utara seharusnya
dimulai dari visi. Dari visi barulah diterjemahkan menjadi
tata ruang. Visi tersebut harus diterjemahkan dalam
program-program yang ada disini.

2.

B
3.

Kementerian Dalam
Negeri

Jika mengacu pada UU No. 41/2009 disana terdapat


LP2B (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan) harus
ditetapkan dalam Perda Provinsi/Kabupaten/Kota dan di
dalam RTRWnya. Menyangkut luasan dan lokasi harus
jelas tercantum di dalam RTRW.
Pasal 59 terkait ketelitian peta rencana KSP:
seharusnya skala disesuaikan dengan kebutuhan, tidak
harus skala 1:250.000.
Ada satu bab yang belum dimuat, yaitu ketentuan
pidana.
Arahan sanksi belum jelas, jika diperkenankan perlu
dicantumkan bentuk sanksinya.
Di dalam lampiran indikasi program, untuk lima tahun
pertama perlu diturunkan kembali menjadi per tahun.
Di Pusat saat melakukan pembinaan ke daerah terkait
visi, biasanya masih makro. Untuk meningkatkan
kesejahteraan memang tujuan pembangunan, tetapi
dalam skenario perencanaan ini memang bagaimana
mewujudkan kesejahteraan tersebut. Tujuan perlu
diarahkan secara spesifik 20 tahun ke depan. Hal ini
bisa menjadi masukan dalam penyusunan RPJPD.
Tujuan seharusnya bagaimana mewujudkan Provinsi
Kalimantan Utara bisa bersaing dengan provinsi lainnya
dalam 20 tahun ke depan, apa yang harus dilakukan di
fisik ruangnya dalam mewujudkan tujuan tersebut.

Instansi Provinsi Kalimantan Utara


Sekretaris Daerah
Provinsi Kalimantan
Utara

Perlu dicermati kembali untuk antisipasi perkembangan


penduduk. Pertumbuhan penduduk Kalimantan Utara
termasuk Kalimantan Timur tidak hanya secara alamiah
tetapi dari migrasi, sehingga pertumbuhan penduduk
melebihi rata-rata normal. Terkait dengan tata ruang,
mohon penjelasannya bagaimana arahannya agar tidak
mengganggu daya dukung dan kebutuhan ruang.
Dengan lahirnya Provinsi Kalimantan Utara, maka
pertumbuhan penduduk melebihi rata-rata percepatan
pertumbuhan penduduk normal.
Terkait dengan pertahanan dan keamanan, Provinsi
Kalimantan Utara memiliki kawasan perbatasan, oleh
karena itu tidak terlepas dari konsep pertahanan dan
keamanan baik dari aspek darat, laut, maupun udara.

-3-

No

Instansi

Masukan (Untuk Ranperda versi 1 Oktober 2014)


Kita ingin membentuk percepatan pembangunan di
perbatasan. Konsep pertahanan di perbatasan mulai
berubah, konsepnya adalah penggeseran status
LANTAMAL. Tarakan yang semula berstatus LANAL
menjadi LANTAMAL, sudah dibangun infrastruktur
ketahanan laut berupa dermaga dengan luas 300-400
hektar. Untuk angkatan udara, dalam waktu yang hampir
bersamaan, disana dibangun sebuah instalasi militer
angkatan udara berstatus LANUD. Pada saatnya nanti,
ketika jembatan Bulungan - Tarakan sudah terwujud,
ada koneksitas antara Tarakan dengan daratan
Kalimantan, dimungkinkan akan dibangun sebuah
prasarana bandar sebagai simbol kemajuan sebuah
Provinsi Kalimantan Utara. Disanalah akan ada sebuah
bandara setidaknya dengan standar sedikit di bawah
Balikpapan. Dalam waktu yang bersamaan, akan ada
pengembangan Pelabuhan Tarakan sebagai pelabuhan
ekspor impor dimana disana berhadapan dengan pasar
dunia, sehingga ketika koridor jembatan BulunganTarakan terwujud, akan ada semacam kegiatan yang
mengalir dari daratan Kalimantan ke Pulau Tarakan
dalam konteks ekonomi. Selain itu, dengan dibangunnya
PLTA Sungai Kayan, maka kebutuhan air baku dan
energi listrik untuk di Kota Tarakan akan terpenuhi.
Di ibukota Provinsi Kalimantan Utara akan dibangun
megasentrum. Pusat pemerintahan yang saat ini sedang
dibangun akan menjadi titik sentrum pembangunan di
Provinsi Kalimantan Utara.
Sudah disusun masterplan jaringan jalan.
Sudah disusun masterplan ibukota Provinsi Kalimantan
Utara yang akan ditingkatkan dari Kecamatan Tanjung
Selor menjadi pusat kota Tanjung Selor.

4.

Biro Pemerintahan
Provinsi Kalimantan
Utara

Terkait dengan batas Kalimantan Timur dengan


Kalimantan Utara ada beberapa segmen yang telah
disepakati, namun ada beberapa yang belum disepakati
terutama antara Bulungan dengan Berau, dan Mahakam
Ulu dengan Malinau. Oleh karena itu perlu diperbaharui
dengan peta batas yang terbaru.
Untuk batas wilayah di dalam Provinsi Kalimantan Utara
(batas antarkabupaten/kota), terutama batas antara
Kabupaten Tana Tidung dan Kabupaten Nunukan sudah
11 tahun masih belum terselesaikan. Seperti yang
diketahui dalam Lampiran UU No. 20/2012 tentang
Pembentukan Provinsi Kalimantan Utara, lampiran
petanya salah. Kami sudah membuat surat kepada
Kementerian Dalam Negeri utuk memperbaiki lampiran
petanya. Di dalam lampiran peta, Tana Lia yang
seharusnya masuk ke dalam wilayah Kabupaten Tana
Tidung, tercatat masuk ke dalam Kabupaten Nunukan.
Selain itu, Pulau Bunyu yang seharusnya masuk ke
dalam wilayah Kabupaten Bulungan, namun tercatat
masuk ke dalam wilayah Kabupaten Tana Tidung.

5.

Badan Lingkungan Hidup


Provinsi Kalimantan
Utara

Dalam peta rencana struktur ruang dan sistem jaringan


prasarana utama terdapat jalur kereta api, namun di
dalam legenda tidak tertulis legenda untuk jalur KA,

-4-

No

Instansi

Masukan (Untuk Ranperda versi 1 Oktober 2014)


hanya ada legenda stasiun KA.
Rute jalur KA sampai Tanah Kuning kemudian habis.
Dari Tanah Tidung diteruskan sampai Karang Tigau
hingga tembus di Kabupaten Berau, maka jika ingin
diinterkoneksikan antara Kalimantan Utara dan
Kalimantan Timur, maka 20 tahun ke depan
diinterkoneksikan hingga Tanjung Batu (Kabupaten
Berau). Di dalam peta hanya sampai Tanah Kuning saja,
maka kami mengusulkan agar ditambahkan menyusuri
pantai dari Tanjung Selor - Karang Tigau (Kabupaten
Bulungan) Tanjung Batu (Kabupaten Berau)
Di dalam Ranperda Pasal 13 ayat (2) huruf d angka 4
disebutkan PKL Bunyu Tengah, perlu dikoreksi bahwa
tidak ada kecamatan Bunyu Tengah, yang ada
Kecamatan Bunyu Timur, Bunyu Barat, dan Bunyu
Selatan. Sebenarnya pusat kotanya adalah Bunyu
Barat.
Bab 1 Ketentuan Umum: di dalam definisi perlu
ditambahkan definisi KLHS di dalam setelah angka 19.
BLH Provinsi Kalimantan Utara baru terbentuk Juli 2014,
kami memiliki rencana untuk melakukan studi KLHS di
tahun 2015.
Pasal 8: sebelum kata mitigasi bencana, sebaiknya
menjadi: ... daya dukung lingkungan, daya tampung
lingkungan, dan mitigasi bencana
Strategi pembangunan kawasan berbasis daya dukung
lingkungan dan mitigasi bencana
Pasal 13: untuk PKL, perlu ditambahkan PKL Karang
Tigau.
Pasal 19 ayat (4) Terminal: perlu ditambahkan terminal
Karang Tigau
Pasal 17 ruas jalan strategis provinsi Tanjung Selor Tanah Kuning, perlu ditambahkan Tanah Kuning
Karang Tigau Berau (Provinsi Kalimantan Timur).

6.

Bappeda Provinsi
Kalimantan Utara

Pasal 34 ayat (5) mohon dikoreksi WS Berau masuk ke


dalam wilayah Kalimantan Timur.
Pembangunan wilayah terpadu apakah dimungkinkan
dimasukkan di dalam RTRW terkait dengan konsep
makronya.
RTRW dan RPJP adalah saudara, hanya lain bentuk.
RTRW adalah RPJPD dalam bentuk spasial, yang
belum terlihat di dalam Perda aspek spasialnya, di
setiap peruntukan tidak dicantumkan luasannya.
Berdasarkan contoh Perda yang sudah disahkan
contohnya di Perda Sumatera Barat disebutkan luasan
per jenis peruntukannya. Tata ruang adalah pedoman
pembangunan dalam bentuk spasial, dan memudahkan
pengambilan kebijakan untuk mengeluarkan ijin.
Ingin mengklarifikasi data yang digunakan dalam
penyusunan Ranperda adalah data versi
kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Utara.
Di dalam beberapa contoh yang sudah diperdakan,
terdapat PKN yang berupa koridor, maka usulannya
adalah koridor Tanjung Selor - Tarakan dapat menjadi
PKN.

-5-

No

Instansi

Masukan (Untuk Ranperda versi 1 Oktober 2014)


Untuk jaringan jalan, masih belum tertulis dan tergambar
jembatan Bulungan Tarakan.
Untuk klasifikasi jalan, Batas Bulungan Tanjung Selor
adalah K1, sebaiknya dijadikan arteri primer. Dengan
adanya revisi RTRWN dapat dijadikan wadah untuk
mengusulkan jaringan jalan tersebut.
Terkait dengan kawasan pertambangan, didalam definisi
dinyatakan: ......... tidak dibatasi oleh penggunaan
lahan, baik kawasan budidaya maupun kawasan
lindung. Tetapi di Pasal 71 huruf b bertentangan
dengan pernyataan tersebut: ketentuan pembatasan
dalam kawasan hutan lindung hanya untuk
pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan,
penelitian, konservasi tanah dan air, dan wisata alam
secara terbatas; Perlu disinkronkan antara definisi
dengan pernyataan di bawahnya.

7.

Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Provinsi
Kalimantan Utara

Kami rencananya akan menyusun rencana


penanggulangan bencana daerah Kalimantan Utara.
Akan dipetakan potensi-potensi kerawanan bencana,
yang menggunakan data dasar dari Provinsi Kalimantan
Timur. Setidaknya ada 10 bencana yang menjadi
potensi terjadi di Kalimantan Utara, tetapi dari 10
bencana ada 4 yang memungkinkan untuk dimasukkan
ke dalam kawasan rawan bencana RTRW Provinsi ini.
Perlu ditambahkan 2 jenis kawasan rawan bencana lagi,
yaitu rawan bencana kekeringan; serta kebakaran hutan
dan lahan. Data dapat diperoleh dari Provinsi
Kalimantan Timur, karena Kalimantan Utara belum
melakukan studi tersebut.
Pasal 45 ayat (3) kawasan rawan abrasi hanya disebut
4 kabupaten, sementara Kota Tarakan yang memiliki
potensi besar mengalami abrasi tidak disebutkan. Perlu
ditambahkan Kota Tarakan dalam kawasan rawan
bencana abrasi.

8.

Dinas Pekerjaan
Umum Provinsi
Kalimantan Utara

Pasal 17 terkait dengan infrastruktur: sudah ada


kegiatan kerjasama dengan perguruan tinggi, antara
lain:
Penyusunan masterplan jembatan di Provinsi
Kalimantan Utara;
Masterplan jaringan jalan dan kajian status jaringan
jalan di Provinsi Kalimantan Utara (dengan UGM);
Studi kelayakan pembangunan jembatan Bulungan
Tarakan (dengan ITB); dan
Masterplan kawasan perbatasan di Provinsi
Kalimantan Utara.
Diharapkan kajian-kajian yang telah dilaksanakan
dicantum di dalam RTRW ini. Perlu dilakukan diskusi
dengan pihak penyusun masterplan tersebut.
Kajian mengenai koridor jembatan Bulungan Tarakan
masih ada 3 alternatif yang saat ini masih dikaji.
Alternatifnya antara lain: simpang Sekatak Biji, sekitar
Pelabuhan Ancam, dan simpang Bungin. Saat ini masih
belum ditentukan, sementara dalam Ranperda sudah
ditentukan di simpang Bungin.

-6-

No

9.

Instansi

Masukan (Untuk Ranperda versi 1 Oktober 2014)

Pasal 22 ayat (3): terkait dengan jaringan jalur kereta


api umum:
Sekatak - Jembatan Bulungan Tarakan - Pelabuhan
Laut Tarakan Bandara Juata Tarakan.
Mohon penjelasannya seperti apa jalurnya. Apakah
melintasi jembatan Bulungan Tarakan, atau terpisah
dengan jalur tersendiri.
Di Pasal 23 tentang stasiun, tidak menyebutkan di Kota
Tarakan ada stasiun KA.
Pasal 20 tentang Pelabuhan: akan ada rencana
pengembangan Pelabuhan di kawasan Sekatak, Tanah
Kuning Kabupaten Bulungan, yang di dalam Ranperda
ditetapkan sebagai kawasan strategis.

Saya tidak melihat kawasan perbatasan masuk ke


Biro Perbatasan Provinsi
dalam Ranperda, sesuai dengan ciri khas Provinsi
Kalimantan Utara
Kalimantan Utara yang memiliki kawasan perbatasan di
2 kabupaten.
Instansi Provinsi Kalimantan Timur

10.

Biro Ekonomi, Sekretariat


Daerah Provinsi
Kalimantan Timur

Mohon penjelasannya dasar pertimbangan tidak


mencantumkan luasan di dalam Ranperda. Jika tidak
mencantumkan luas, bagaimana menggambarkannya di
peta. Apakah hal tersebut sudah sejalan dengan
Peraturan Menteri PU tentang Pedoman Penyusunan
RTRW Provinsi.
Kami sarankan karena sudah terbit SK Menhut
718/2014, agar sinkron dengan Provinsi Kalimantan
Timur, maka SK Menhut tersebut menjadi acuan.
Dalam kaitannya dengan batas wilayah administrasi
antara Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, masih
ada 264 km yang masih belum disepakati, yaitu antara
Berau - Bulungan , Mahakam Ulu - Malinau. Karena
Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara dalam proses
percepatan penyusunan RTRW, maka kami sarankan
untuk batas-batas yang belum disepakati maka
disepakati saja batas imajiner.

11.

Bappeda Provinsi
Kalimantan Timur

Terkait periodesasi, mohon penjelasannya mengapa


2015-2034. Bisa saja mencantumkan 2015-2034, hanya
saja berarti per 1 Januari 2015 Ranperda RTRW
Provinsi Kalimantan Utara sudah disahkan.
Terkait struktur ruang, Bulungan masuk ke dalam hirarki
PKW sementara dalam Pasal 19 ayat 4 huruf a terminal
di Bulungan ditetapkan terminal tipe A. Jika Bulungan
sebagai PKW, maka seharusnya terminal yang
ditetapkan adalah tipe B. Mohon untuk disesuaikan.
Kami sepakat jika itu adalah PKN, sehingga harapan
dari Pak Sekda adanya bandara yang kelasnya dibawah
Balikpapan bisa diwujudkan.
Dalam kaitannya dengan jaringan jalan yang ada di
Provinsi Kalimantan Utara, kami memandang
seandainya Tanjung Selor ditetapkan sebagai PKN,
maka otomatis fungsinya sebagai arteri primer.
Pasal 17 ayat (7) dicantumkan jalan kolektor primer 4,
jaringan jalan ini sebaiknya ditetapkan di RTRW
Kabupaten/Kota saja, karena merupakan tanggung

-7-

No

Instansi

Masukan (Untuk Ranperda versi 1 Oktober 2014)


jawab kabupaten/kota.
Pasal 20 ayat (3), perlu ditambahkan Pelabuhan
Penyeberangan Ancam, yang menghubungkan
Bulungan Tarakan, dan akan dikembangkan
antarpulau.
Pasal 29 ayat (3): Bandar udara Juata di Kota Tarakan
hanya ditetapkan sebagai pengumpul skala pelayanan
tersier, sementara saat ini sudah menjadi bandara
khusus kelas A. menurut kami, bukan hanya skala
tersier, tetapi bisa menjadi skala primer.
Untukmenampung saran Pak Sekda bisa dimasukkan
bandara di Bulungan sebagai bandara skala pelayanan
sekunder.

12.

Biro Perbatasan Provinsi


Kalimantan Timur

Mohon penjelasannya, sumber dan dasar pembuatan


peta dasar darimana, karena batasnya tidak sama
dengan yang dimiliki Provinsi Kalimantan Timur.
Untuk batas Kabupaten Mahakam Ulu dengan
Kabupaten Malinau masih ada 115 km yang belum
selesai.
Batas Kabupaten Bulungan dengan Kabupaten Berau,
masih ada 148,5 km yang belum selesai.
Peta-peta harus dilengkapi kembali dengan dokumen
kesepakatan batas antara Kalimantan Timur dengan
Kalimantan Utara.
Mohon dikoreksi Pasal 60 terkait kawasan strategis
nasional: Pulau Maratua dan Pulau Sambit masuk ke
dalam Provinsi Kalimantan Timur, bukan Kalimantan
Utara.
Ingin klarifikasi bahwa peta perbatasan yang dimaksud
adalah versi kesepakatan antara Provinsi Kalimantan
Timur dan Kalimantan Utara, bukanlah peta versi
Kalimantan Timur.

13.

Dinas Pertambangan dan


Energi Provinsi
Kalimantan Timur

Dalam Ranperda Pasal 32 ayat (4) baru dicantumkan


gardu rencana, sementara gardu eksisting belum
dicantumkan.
Pasal 32: sistem jaringan transmisi tenaga listrik
eksisting perlu dicantumkan.
Mohon klarifikasinya antara Pasal 42 dan Pasal 43. Di
dalam Pasal 42 tertulis kawasan rawan bencana alam,
sementara di Pasal 43 terdapat kawasan rawan
bencana alam geologi. Kedua kawasan ini memiliki tipe
yang sama yaitu kawasan rawan bencana, mengapa
keduanya dipisahkan, mohon penjelasannya.
Di dalam peta rencana sistem jaringan energi, terkait
dengan gardu hanya digambarkan satu gardu yaitu di
Tanjung selor, sementara gardu lainnya belum
digambarkan.
Untuk peta rencana pola ruang mohon penjelasannya
atas dasar apa pembagian ruangnya.

14.

Badan Penanggulangan
Bencana Provinsi
Kalimantan Timur

Pasal 42: terkait bencana perlu diketahui bahwa


bencana tidak terikat dengan batas administrasi. Ada
dua bencana yang diberi masukan, yaitu ada satu DAS
yaitu DAS Sembakung yang hulunya ada di Sabah dan

-8-

No

Instansi

Masukan (Untuk Ranperda versi 1 Oktober 2014)

hilirnya ada di Desa Atap Kecamatan Sembakung.


Dalam hal ini kami mengajukan satu konsep one river
one management antara pemerintah Sabah dengan
pemerintah Indonesia, walaupun kewenangan
pengelolaan sungai adalah nasional, tapi sudah
dikoordinasikan dengan BBWS wilayah III.
Di Bab I Ketentuan Umum: perlu ditambahkan definisi
bencana, bencana alam, bencana kegagalan teknologi,
dan bencana akibat manusia.
Pasal 42 Kawasan Rawan Bencana: hanya disebutkan
kawasan rawan longsor dan kawasan rawan banjir,
namun tidak hanya ini saja tipe bencana. Kalimantan
Utara berpotensi 13 kerawanan bencana, kecuali
gunung api.
Perlu dikoordinasikan dengan Badan Penanggulangan
Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Utara yang saat
ini sudah terbentuk.
Terkait bencana asap, akibat kebakaran lahan dan
hutan, tidak mengenal batas administrasi pemerintahan,
keterlibatan Provinsi Kalimantan Utara akan
bekerjasama dengan BPBD Provinsi Kalimantan Utara.
Perlu ditambahkan satu pasal terkait dengan bencana
asap akibat kebakaran lahan dan hutan.

-9-

V.

DOKUMENTASI

- 10 -

Anda mungkin juga menyukai