Hentikan Proses Pembaruan HGU PT. Lonsum Bulukumba,
Kanwil BPN Sulsel Harus Mengeluarkan Tanah Rakyat Dari HGU. Sejarah Panjang HGU PT. Lonsum Tbk Bulukumba telah menyisahkan banyak masalah terhadap kaum tani dan Masyarakat Adat, berbagai peristiwa perampasan lahan terjadi, bahkan pada saat HGU telah dikonversi dari Hak Erfacht di tahun 1961, tindakan perampasan lahan semakin massif terjadi dan hal tersebut menjadi pijakan PT. Perkebunan Sulawesi sebagai anak Perusahaan PT. Londom Sumatra untuk memperoleh konsesi 6.592,58 Ha dari total keleseluruhan yang dimohonkan seluas 7.092, 82 Ha yang sebelumnya bernama NV. Celebes Landbouw Maaschappij sebagaimana surat Kepmendagri No.39/HGU/DA/76, di atas tanah-tanah petani dan Masyarakat adat. Singkatnya, perampasan tanah semakin massif terjadi di mana-mana. Pada Periode 1978-1979 saja, PT. Lonsum Bulukumba telah merampas tanah rakyat seluas 150 Ha di dusun Balihuko Desa Bonto Mangiring, dikampung Sampeang Desa Swatani yang luasnya sekitar 350 Ha, dan sekitar 373 Ha di Desa Balong Kec.Ujungloe. Tidak berhenti sampai di situ, periode 1980an, PT. Lonsum Bulukumba semakin barbar melakukan perampasan lahan hingga tahun 1992. Semenjak PT. Lonsum Bulukumba Kembali mendapat Perpanjangan HGU pada tahun 1997 telah merampas tanah yang melibatkan masyarakat di 5 Kecamatan (Ujungloe, Herlang, Kajang, Bulukumpa, dan Rilau Ale) dan 14 Desa (Tamatto, Balleanging, Balon Kec. Ujung Loe; Karassing, Tugondeng Kec. Herlang; Tambangan, Bonto Biraeng, Malleleng, Bontto Rannu, Sangkala Kec. Kajang; Bonto Mangiring, Jojjolo, Tibona, Kec. Bulukumpa; dan Swatani Kec. Rilau Ale) dengan total lahan seluas 2.555,30 Ha belum termasuk luasan wilayah adat kajang di desa Bonto Minasa, Tibona dan Batulohe yang juga terdapat karet milik PT. Lonsum Estate Balombessi. PT. Lonsum Bulukumba telah dinyatakan merampas tanah rakyat yang diperkuat dengan hasil verifikasi dari Tim yang dibentuk Pemerintah Kabupaten Bulukumba pada tahun 2012 dan lampiran Peta Wilayah Adat Masyakakat Hukum Adat Ammatoa Kajang sesuai Perda No. 9 tahun 2015. Setalah berakhirnya SK Perpanjangan HGU per 31 Desember 2023, PT. Lonsum Bulukumba Kembali mengajukan permohonan pembaruan HGU di tahun 2021. Namun PT. Lonsum kembali menunjukkan watak aslinya sebagai tuan tanah dengan tidak mengeluarkan tanah-tanah rakyat yang memiliki bukti putusan MA, Sertipikat Hak Milik, Wilayah Adat, maupun yang memiliki bukti Sejarah panjang penguasaan lahan berdasarkan kesaksian-kesaksian, keterangan penguasaan warga oleh pemerintah desa, tanah dengan status C-1, SPPT, Ipeda, bukti-bukti alam, sumur, kuburan dan tanaman. Begitupun dengan BPN tingkat kabupaten, provinsi, yang ikut mengabaikan seluruh fakta objektif bahwa hasil kesimpulan peninjaun lokasi oleh BPN Sulsel sendiri yang dilakukan pada hari senin, 21 November 2011 bersama tim terpadu lainnya yang tertuang dalam hasil verifikasi tahun 2012 menyebutkan bahwa pada intinya terdapat tanah-tanah Masyarakat secara defacto masuk dalam areal HGU PT. Lonsum Bulukumba. Saat ini, di dalam proses pembaruan HGU PT. Lonsum Bulukumba, BPN Sulsel telah membentuk panitia B yang salah satu tuganya mencatat sanggahan/keberatan dan hasil penyelesaiannya. Akan tetapi, panitia B sejauh ini tidak melakukan pencatatan dan pendokumentasian atas keberatan dan hasil dari upaya penyelesaian konflik antara PT. Lonsum Tbk dengan Masyarakat lokal, Masyarakat adat Bulukumpa Toa, dan Masyarakat Hukum Adat Ammatoa Kajang. Hal tersebut akan berakibat pada tidak objektifnya pemeriksanaan tanah yang dilakukan oleh Panitia B. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, mengingat adanya beberapa lahan Masyarakat Lokal, Masyarakat Hukum Adat Bulukumpa Toa, dan Masyarakat Hukum Adat Ammatoa Kajang yang ada dalam wilayah HGU PT. Lonsum yang telah berakhir dan saat ini sedang dalam tahap Pembaruan, untuk menghindari terjadinya konflik yang berkepanjangan antara masyarakat dan PT. Lonsum, Kami dari Gerakan Rakayat Anti Monopoli Tanah yang didalamnya tergabung berbagai organisasi pro demokrasi secara tegas menuntut: 1. Panitia B tidak serta-merta melakukan proses verifikasi pembaruan HGU PT. Lonsum tanpa melibatkan pihak yang berkepentingan yakni masyarakat lokal, masyarakat adat Bulukumpa Toa, dan Masyarakat Adat Kajang; 2. Panitia B dalam mediasi para pihak yang dilaksanakan hari ini, 19 Februari 2024 harus objektif untuk tidak melanjutkan permohonan pembaruan HGU PT. Lonsum Bulukumba 3. Hentikan perampasan tanah, Keluarkan tanah rakyat dari HGU PT. Lonsum Bulukumba