Anda di halaman 1dari 2

9

PTP XXVI sekarang berubah menjadi PTPN XII. Curahnongko terletak di Kecamatan
Tempurejo-Kabupaten Jember awalnya merupakan daerah hutan belantara yang baru mulai
dibuka oleh masyarakat atas perintah tentara Jepang pada masa pendudukannya atas wilayah
Indonesia sekitar tahun 1942 yang selanjutnya masyarakat menanami tanah-tanah hasil
pembukaan hutan tersebut. Karenanya sejak pembukaan hutan tersebut, areal yang semula
hutan itu kemudian berubah menjadi areal pertanian yang selanjutnya mulai dibangun
pemukiman penduduk dan beberapa fasilitas umum lainnya seperti tempat ibadah

Masyarakat Curahnongko yang relatif tidak memahami terhadap kebijakan


pendaftaran tanah sejak berlakunya UUPA tersebut diatas, tidak pernah melakukan upaya
pendaftaran dan permohonan kembali guna pengesahan atas penguasaan dan kepemilikan
atas tanah-tanah aquo.

4.2 Aktor Yang Terlibat

Aktor yang terlibat di dalam kasus ini yaitu terdapat banyak pihak diantaranya ada
kepala desa curahnongko, Gubernur Jawa Timur, Menteri Dalam Negeri,  Menteri
Agraria.Dalam usaha pemaksaan tersebut terlibat pula Kades dan Sekdes Curahnongko pada
saat itu (1966). Sehingga sejak tahun 1966 PTP XXVI berhasil menguasai tanah tersebut
sampai sekarang. Sebelum kekuasaan tersebut diambil alih oleh PTP XXVI, penduduk
sebagian besar telah melaporkan penggunaan tanah tersebut, memenuhi pengumuman
Penguasa Perang Daerah Jawa Timur No.Peng.P.2.8/1958 tanggal 13 Oktober 1958.
Berdasarkan peraturan Penguasaan Perang Pusat No.Prt/Peperpu/011/1958 pengambilalihan
pihak PTP XXVI tidak ada ganti rugi.

Pada tahun 1982 penguasaan PTPN XII tersebut berdasarkan Surat Keputusan
Gubernur KDH I Jawa timur No. DA/C.2.II/Sk/01/PR/1983 tertanggal 5 Maret 1983, atas
tanah-tanah aquo dilepaskan Selanjutnya, sejak 29-11-1986 berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Dalam Negeri No. SK. 64/HGU/DA/86, PTPNXII disyahkan sebagai pemegang Hak
Guna Usaha Berdasarkan Instruksi Menteri Agraria/Kepala BPN No. 1/tahun 1999
tentang:Penyelesaian tunggakan pekerjaan permohonan masyarakat dibidang pertanahan
yang pada dasarnya merupakan instruksi.
10

4.3 Penyelesaian Kasus

Akan tetapi dari rumitnya kasus yang dialami masyarakat Curahnongko ini ada
beberapa penyelesaian yang biasa diselesaikan dengan cara politik dan hukum :

1. Mendesak kepada pemerintah ( sesuai dengan program nawacita presiden Joko


Widodo point ke-5 terkait retribusi 9 Juta Hektar lahan pertanian kepada masyarakat
untuk menunjang program kedaulatan pangan ). Melalui kementrian agraria dan tata
ruang/kepala badan pertanahan nasional Republik Indonesia agara segera melakukan
proses redistribusi lahan terhadap tanah Ex perkebunan kalisanen seluas 332 hektar di
desa curahnongko kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember yang telah dimiliki
secara turun-temurun oleh warga masyarakat sejak tahun 1942, dimana kemudian
tanah yang dimiliki masyarakat dirampaas oleh pihak PTPN XII dengan bantuan
militer pada saat pergolakan politik pada tahun 1966.
2. Mendesak kepada tim pelaksana teknis program reforma agraria di tingkat pusat
seperti Kementrian Agraria dan tata ruang/Badan Pertanahan Nasional agar
memberikan Respons yang positif terhadap pelaporan adanya konflik agararia dari
masyarakat.
3. Kepada pihak PTPN XII agar segera melakukan proses penghapusbukuan dari aset
PTPN XII, karena HGU yang dimilki sudah habis pada tahun 2012, dan sampai saat
ini tidak diperpanjang dikarenakan masih adanya sengketa agraria yang masih belum
terselesaikan dengan masyarakat.
4. Kepada pihak Kementrian agraria dan tata ruang/BPN RI agar segera menjadikan
tanah Curahnongko sebagai tanah obyek Reforma Agraria.
5. Mendorong agar Kementrian Agraria dan Tata Ruang/ Badan Pertanahn nasional
dengan membentuk tim yang beraggotakan dari pihak kementrian, pemerintah
kabupaten, BPN serta Muspika untuk membahas penyelesaian konflik pertanahan
yang terjadi selama puluhan tahun di Kabupaten Jember.

Anda mungkin juga menyukai